Tugas Dr Billy
-
Upload
sarayati-khairunisah-kp -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
description
Transcript of Tugas Dr Billy
TUGAS BLOK 17
IT KELAINAN GIGI DAN MULUT
Sarayati Khairunisah
0401118132004
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
1. Klarifikasi karies menurut kedalamannya (D1 – D6)
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi adalah
suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat
terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh
pembentukan asam microbial dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen
organik yang akhirnya terjadi kavitas.
Lesi D1-D6 merupakan klasifikasi dari karies gigi. Adapun beberapa klasifikasi Karies
Menurut ICDAS:
a. D1, merupakan suatu lesi dini yang terlihat adanya lesi putih pada permukaan gigi pada saat gigi dalam
keadaan kering.
b. D2, merupakan suatu lesi yang terlihat adanya lesi putih pada permukaan gigi pada saat gigi dalam
keadaan basah.
c. D3, terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi.
d. D4, lesi email lebih dalam dengan tampaknya bayangan gelap dentin atau lesi sudah menyerang bagian
Dentino Enamel Junction (DEJ).
e. D5, lesi telah menyerang dentin.
f. D6, lesi sudah menyerang pulpa.
2. Perjalanan fokal infeksi dari gigi ke bagian tubuh lain
Fokal infeksi adalah suatu infeksi lokal yang biasanya dalam jangka waktu cukup
lama (kronis), dimana hanya melibatkan bagian kecil dari tubuh, yang kemudian dapat
menyebabkan suatu infeksi atau kumpulan gejala klinis pada bagian tubuh yang lain.
Contohnya, tetanus yang disebabkan oleh suatu pelepasan dari eksotoksin yang berasal dari
infeksi lokal. Teori tentang fokal infeksi sangat erat hubungannya dengan bagian gigi, dimana
akan mempengaruhi fungsi sistemik seseorang seperti sistem sirkulasi, skeletal dan sistem
saraf. Hal ini disebabkan oleh penyebaran mikroorganisme atau toksin yang dapat berasal
dari gigi, akar gigi, atau gusi yang terinfeksi.
Menurut W.D Miller (1890), seluruh bagian dari sistem tubuh yang utama telah
menjadi target utama dari infeksi yang berasal dari mulut, terutama bagian pulpa dan
periodontal. Organisme yang berasal dari mulut tersebut dapat menyebar ke daerah sinus
(termasuk sinus darah kranial), saraf pusat dan perifer, sistem kardiovaskuler, mediastinum,
paru-paru dan mata.
Penyebaran infeksi dari fokus primer ke tempat lain dapat berlangsung melalui
beberapa cara, yaitu transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen), transmisi melalui aliran
limfatik (limfogen), perluasan infeksi dalam jaringan, dan penyebaran dari traktus
gastrointestinal dan pernapasan akibat tertelannya atau teraspirasinya materi infektif.
a. Transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen)
Gingiva, gigi, tulang penyangga, dan stroma jaringan lunak di sekitarnya merupakan area
yang kaya dengan suplai darah. Hal ini meningkatkan kemungkinan masuknya organisme
dan toksin dari daerah yang terinfeksi ke dalam sirkulasi darah. Di lain pihak, infeksi dan
inflamasi juga akan semakin meningkatkan aliran darah yang selanjutnya menyebabkan
semakin banyaknya organisme dan toksin masuk ke dalam pembuluh darah. Vena-vena
yang berasal dari rongga mulut dan sekitarnya mengalir ke pleksus vena pterigoid yang
menghubungkan sinus kavernosus dengan pleksus vena faringeal dan vena maksilaris
interna melalui vena emisaria. Karena perubahan tekanan dan edema menyebabkan
penyempitan pembuluh vena dan karena vena pada daerah ini tidak berkatup, maka aliran
darah di dalamnya dapat berlangsung dua arah, memungkinkan penyebaran infeksi
langsung dari fokus di dalam mulut ke kepala atau faring sebelum tubuh mampu
membentuk respon perlawanan terhadap infeksi tersebut. Material septik (infektif) yang
mengalir melalui vena jugularis internal dan eksternal dan kemudian ke jantung dapat
membuat sedikit kerusakan. Namun, saat berada di dalam darah, organisme yang mampu
bertahan dapat menyerang organ manapun yang kurang resisten akibat faktor-faktor
predisposisi tertentu.
b. Transmisi melalui aliran limfatik (limfogen)
Seperti halnya suplai darah, gingiva dan jaringan lunak pada mulut kaya dengan aliran
limfatik, sehingga infeksi pada rongga mulut dapat dengan mudah menjalar ke kelenjar
limfe regional. Pada rahang bawah, terdapat anastomosis pembuluh darah dari kedua sisi
melalui pembuluh limfe bibir. Akan tetapi anastomosis tersebut tidak ditemukan pada
rahang bawah.
Kelenjar getah bening regional yang terkena adalah sebagai berikut:
Sumber infeksi KGB regional
Gingiva bawah : Submaksila
Jaringan subkutan bibir bawah : Submaksila, submental, servikal
profunda
Jaringan submukosa bibir atas dan bawah : Submaksila
Gingiva dan palatum atas : Servikal profunda
Pipi bagian anterior : Parotis
Pipi bagian posterior : Submaksila, fasial
Banyaknya hubungan antara berbagai kelenjar getah bening memfasilitasi penyebaran
infeksi sepanjang rute ini dan infeksi dapat mengenai kepala atau leher atau melalui
duktus torasikus dan vena subklavia ke bagian tubuh lainnya.
Weinmann mengatakan bahwa inflamasi gingiva yang menyebar sepanjang sisi krista
alveolar dan sepanjang jalur pembuluh darah ke sumsum tulang. Ia juga menyatakan
bahwa inflamasi jarang mengenai membran periodontal. Kapiler berjalan beriringan
dengan pembuluh limfe sehingga memungkinkan absorbsi dan penetrasi toksin ke
pembuluh limfe dari pembuluh darah.
c. Peluasan langsung infeksi dalam jaringan
Hippocrates pada tahun 460 sebelum Masehi menyatakan bahwa supurasi yang berasal
dari gigi ketiga lebih sering terjadi daripada gigi-gigi lain dan cairan yang disekresikan
dari hidung dan nyeri juga berkaitan dengan hal tersebut, dengan kata lain infeksi antrum.
Supurasi peritonsilar, faringeal, adenitis servikal akut, selulitis, dan angina Ludwig dapat
disebabkan oleh penyakit periodontal da infeksi prikoronal sekitar molar ketiga. Parotitis,
keterlibatan sinus kavernosus, noma, dan gangren juga dapat disebabkan oleh infeksi gigi.
Osteitis dan osteomyelitis seringkali merupakan perluasan infeksi dari abses alveolar dan
pocket periodontal. Keterlibatan bifurkasio apikal pada molar rahang bawah melalui
infeksi periodontal merupakan faktor yang penting yang menyebabkan osteomyelitis dan
harus menjadi bahan pertimbangan ketika mengekstraksi gigi yang terinfeksi.
Perluasan langsung infeksi dapat terjadi melalui penjalaran material septik atau organisme
ke dalam tulang atau sepanjag bidang fasial dan jaringan penyambung di daerah yang
paling rentan. Tipe terakhir tersebut merupakan selulitis sejati, di mana pus terakumulasi
di jaringan dan merusak jaringan ikat longgar, membentuk ruang (spaces), menghasilkan
tekanan, dan meluas terus hingga terhenti oleh barier anatomik. Ruang tersebut bukanlah
ruang anatomik, tetapi merupakan ruang potensial yang normalnya teriis oleh jaringan
ikat longgar. Ketika terjadi infeksi, jaringan areolar hancur, membentuk ruang sejati, dan
menyebabkan infeksi berpenetrasi sepanjang bidang tersebut, karena fasia yang meliputi
ruang tersebut relatif padat.
Perluasan langsung infeksi terjadi melalui tiga cara, yaitu:
- Perluasan di dalam tulang tanpa pointing
Area yang terkena terbatas hanya di dalam tulang, menyebabkan osteomyelitis.
Kondisi ini terjadi pada rahang atas atau yang lebih sering pada rahang bawah. DI
rahang atas, letak yang saling berdekatan antara sinus maksila dan dasar hidung
menyebabkan mudahnya ketelibatan mereka dalam penyebaran infeksi melalui tulang.
- Perluasan di dalam tulang dengan pointing
Ini merupakan tipe infeksi yang serupa dengan tipe di atas, tetapi perluasan tidak
terlokalisis melainkan melewati tulang menuju jaringan lunak dan kemudian
membentuk abses. Di rahang atas proses ini membentuk abses bukal, palatal, atau
infraorbital. Selanjutnya, abses infraorbital dapat mengenai mata dan menyebabkan
edema di mata. Di rahag bawah, pointing dari infeksi menyebabkan abses bukal.
Apabila pointing terarah menuju lingual, dasar mulut dapat ikut terlibat atau pusa
terdorong ke posterior sehingga membentuk abses retromolar atau peritonsilar.
- Perluasan sepanjang bidang fasial
Menurut HJ Burman, fasia memegang peranan penting karena fungsinya yang
membungkus berbagai otot, kelenjar, pembuluh darah, dan saraf, serta karena adanya
ruang interfasial yang terisi oleh jaringan ikat longgar, sehingga infeksi dapat
menurun.
Di bawah ini adalah beberapa fasia dan area yang penting, sesuai dengan klasifikasi dari
Burman:
- Lapisan superfisial dari fasia servikal profunda
- Regio submandibula
- Ruang (space) sublingual
- Ruang submaksila
- Ruang parafaringeal
Penting untuk diingat bahwa kepala, leher, dan mediastinum dihubungkan oleh fasia,
sehingga infeksi dari kepala dapat menyebar hingga ke dada. Infeksi menyebar sepanjang
bidang fasia karena mereka resisten dan meliputi pus di area ini. Pada regio infraorbita,
edema dapat sampai mendekati mata. Tipe penyebaran ini paling sering melibatkan
rahang bawah karena lokasinya yang berdekatan dengan fasia.
d. Penyebaran ke traktus gastrointestinal dan pernapasan
Bakteri yang tertelan dan produk-produk septik yang tertelan dapat menimbulkan
tonsilitis, faringitis, dan berbagai kelainan pada lambung. Aspirasi produk septik dapat
menimbulkan laringitis, trakeitis, bronkitis, atau pneumonia. Absorbsi limfogenik dari
fokus infeksi dapat menyebabkan adenitis akut dan selulitis dengan abses dan septikemia.
Penyebaran hematogen terbukti sering menimbulkan infeksi lokal di tempat yang jauh.
Infeksi oral dapat menimbulkan sensitisasi membran mukosa saluiran napas atas dan
menyebabkan berbagai gangguan, misalnya asma. Infeksi oral juga dapat memperburuk
kelainan sistemik yang sudah ada, misalnya tuberkulosis dan diabetes mellitus. Infeksi
gigi dapat terjadi pada seseorang tanpa kerusakan yang jelas walaupun pasien memiliki
sistem imun yang normal. Suatu tipe pneumonia dapat disebabkan oleh aspirasi material
infeksi, terutama pada kelainan periodontal yang lanjut. Juga telah ditunjukkan bahwa
tuberkel basil dapat memasuki tubuh melalui oral, yaitu pocket periodontal dan flap
gingiva yang terinfeksi yang meliputi molar ketiga. Infeksi oral, selain dapat
memperburuk TB paru yang sudah ada, juga dapat menambah systemic load, yang
menghambat respon tubuh dalam melawan efek kaheksia dari penyakit TB tersebut.
Mendel telah menunjukkan perjalanan tuberkel basilus dari gigi melalui limfe, KGB
submaksila dan servikal tanpa didahului ulserasi primer. Tertelannya material septik
dapat menyebabkan gangguan lambung dan usus, seperti konstipasi dan ulserasi.
3. Trepanasi gigi
Trepanasi merupakan suatu tindakan untuk menciptakan drainase melalui saluran akar
atau melalui tulang untuk mengalirkan sekret luka serta untuk mengurangi rasa sakit.
Timbulnya abses alveolar akut menandakan infeksi telah meluas dari saluran akar melalui
periodontal apikalis sampai ke dalam tulang periapeks. Nanah dikelilingi oleh tulang pada
apeks gigi dan tidak dapat mengalir keluar. Pada stadium ini terasa sangat nyeri terutama bila
ditekan, sehingga untuk menghilangkannya perlu segera dilakukan drainase. Ada dua cara
trepanasi, yaitu trepanasi saluran akar dan trepanasi didaerah apeks akar.
4. ICD (International Classification of Disease) berdasarkan WHO
International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems revisi
ke 10 atau disingkat dengan ICD-10 buku ini di Indonesia dikenal dengan namaKlasifikasi
Internasional Penyakit revisi ke 10 disingkat sebagai KIP/10 adalah buku mengenai
pengkodean atas penyakit dan tanda-tanda, gejala, temuan-temuan yang abnormal, keluhan,
keadaan sosial dan eksternal menyebabkan cedera atau penyakit, seperti yang diklasifikasikan
oleh World Health Organization (WHO). Dalam pengkodean ini menetapkan lebih dari
155.000 memungkinkan berbagai kode dan memungkinkan yang banyak berasal dari
pelacakan diagnosis dan prosedur baru dengan perluasan yang signifikan pada kode-kode
yang telah tersedia 17.000 pengkodean pada ICD-9 dan ICD-10 mulai bekerja dari
tahun 1983 dan dapat diselesaikan pada tahun 1992.
Berikut adalah daftar ICD-10 untuk kode klasifikasi
Bab Blok Judul
I A00-B99 Penyakit Infeksi dan parasit
II C00-D48 Neoplasma
IIID50-
D89
Penyakit darah dan organ pembentuk darah termasuk ganguan sistem
imun
IV E00-E90 Endokrin, nutrisi dan ganguan metabolik
V F00-F99 Ganguan jiwa dan prilaku
VI G00- Penyakit yg mengenai sistem syaraf
G99
VIIH00-
H59Penyakit mata dan adnexa
VIIIH60-
H95Penyakit telinga dan mastoid
IX I00-I99 Penyakit pada sistem sirkulasi
X J00-J99 Penyakit pada sistem pernapasan
XIK00-
K93Penyakit pada sistem pencernaan
XII L00-L99 Penyakit pada kulit dan jaringan subcutaneous
XIIIM00-
M99Penyakit pada sistem musculoskletal
XIVN00-
N99Penyakit pada sistem saluran kemih dan genital
XVO00-
O99Kehamilan dan kelahiran
XVI P00-P96 Keadaan yg berasal dari periode perinatal
XVIIQ00-
Q99Malformasi kongenital, deformasi dan kelainan chromosom
XVII
IR00-R99
Gejala, tanda, kelainan klinik dan kelainan lab yg tidak ditemukan pada
klasifikasi lain
XIX S00-T98 Keracunan, cedera dan beberapa penyebab yg dari luar
XXV01-
Y98Penyebab morbiditas dan kematian eksternal
XXI Z00-Z99Faktor faktor yg memengaruhi status kesehatan dan hubungannya dengan
jasa kesehatan
XXIIU00-
U99Kode kegunaan khusus
5. Bagaimana penggunaan Antibiotik pada ibu hamil ?
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme,
khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya
berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan
rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman.
Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai
metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan
desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan
lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Macam-macam antibiotika
Lactation Risk CategoriesPregnancy Risk Categories
L1 (safest)
L2 (safer)
L3 (moderately safe)
L4 (possibly
hazardous)
L5 (contraindicated)
A (controlled studies show no
risk)
B (no evidence of risk in humans)
C (risk cannot be ruled out)
D (positive evidence of risk)
X (contraindicated in pregnancy)
NR: Not Reviewed. This drug has not yet been reviewed by Hale.
Antibiotika [
contents]
Amoxicillin Larotid, AmoxilApproved B L1
Aztreonam AzactamApproved B L2
Cefadroxil Ultracef, DuricefApproved B L1
Cefazolin Ancef, KefzolApproved B L1
Cefotaxime ClaforanApproved B L2
Cefoxitin MefoxinApproved B L1
Cefprozil CefzilApproved C L1
CeftazidimeCeftazidime,
Fortaz, Taxidime Approved B L1
Ceftriaxone RocephinApproved B L2
Ciprofloxacin CiproApproved C L3
Clindamycin CleocinApproved B L3
Erythromycin
E-Mycin, Ery-
tab, ERYC,
Ilosone Approved B
L1
L3 early
postnatal
Fleroxacin -Approved - NR
Gentamicin GaramycinApproved C L2
Kanamycin Kebecil, KantrexApproved D L2
Moxalactam MoxamApproved - NR
Nitrofurantoin MacrobidApproved B L2
Ofloxacin FloxinApproved C L2
Penicillin -Approved B L1
Streptomycin StreptomycinApproved D L3
Sulbactam -Approved - NR
SulfisoxazoleGantrisin, Azo-
Gantrisin Approved C L2
Tetracycline
Achromycin,
Sumycin,
Terramycin Approved D L2
TicarcillinTicarcillin, Ticar,
Timentin Approved B L1
Trimethoprim/
sulfamethoxazole
Proloprim,
Trimpex
Approved C L3