tugas bahasa

22
Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang “Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia” tepat pada waktunya. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya karena pengetahuan yang kami miliki cukup terbatas. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih. Jakarta, 10 Maret 2012 Penulis

description

bahasa indonesia

Transcript of tugas bahasa

Page 1: tugas bahasa

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang

“Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia” tepat pada waktunya.

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan

bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses

pembelajaran.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya karena

pengetahuan yang kami miliki cukup terbatas. Oleh karena itu, kami berharap kritik

dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih.

Jakarta, 10 Maret 2012

Penulis

Page 2: tugas bahasa

DAFTAR ISI

Page 3: tugas bahasa

“SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA”

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Memperhatikan perkembangan zaman, bahasa merupakan alat komunikasi yang

sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga, bahasa Indonesia

menjadi sarana budaya dan sarana berpikir masyarakat Indonesia. Oleh karena itu,

peranan bahasa Indonesia menjadi sangat penting. Mengingat pentingnya peranan

bahasa Indonesia, kami sebagai mahasiswa dituntut untuk lebih memahami bahasa

Indonesia dengan baik dan benar. Yang salah satunya adalah mempelajari sejarah

perkembangan bahasa Indonesia dari zaman pra kemerdekaan, kemerdekaan, dan

reformasi.

B.    Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana sejarah bahasa Indonesia pada zaman pra kemerdekaan?

2. Bagaimana perkembangan bahasa Indonesia pada zaman kemerdekaan?

3. Bagaimana perkembangan bahasa Indonesia pada zaman reformasi?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan utama dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata

kuliah Bahasa Indonesia.

D.    Manfaat Penulisan

Page 4: tugas bahasa

Manfaat yang dapat diambil dari penulisan ini ialah penyusun dan pembaca dapat

mengetahui sejarah perkembangan bahasa Indonesia. dari zaman pra kemerdekaan,

kemerdekaan, dan zaman reformasi.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Pra Kemerdekaan

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Penerimaan tersebut tidak terjadi

begitu saja Ada beberapa tahapan proses penerimaan itu membutuhkan waktu yang

lama. Tahapannya meliputi :

1).    Masa Pra-1928

Bila dilihat dari sudut pandang sejarah, bahasa Melayu merupakan bahasa

perhubungan atau komunikasi sejak abad VII yaitu masa awal bangkitnya kerajaan

Sriwijaya. Pada masanya kerajaan Sriwijaya menjadi pusat kebudayaan,

perdagangan, tempat orang belajar filsafat, dan pusat keagamaan (Budha) dengan 

menggunakan bahasa perhubungannya yaitu bahasa Melayu.

Berdasarkan catatan sejarah, bahasa Melayu tidak saja berfungsi sebagai bahasa

perhubungan. Namun, juga digunakan sebagai bahasa pengantar, bahasa resmi,

bahasa agama, dan bahasa dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Sebagai bahasa

pengantar dan alat untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, bahasa melayu

digunakan pada perguruan tinggi “Dharma Phala”. Selain itu, bahasa melayu juga

digunakan sebagai bahasa penerjemah buku-buku keaagamaan misalnya buku

keagaaman yang diterjemahkan ke bahasa Melayu oleh I Tsing.

Bukti lain adalah dengan ditemukannya berbagai prasasti yang menggunakan bahasa

Melayu. Prasasti-prasasti tersebut antara lain :

a)    Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683 M.

b)    Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684 M.

c)    Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686 M.

Page 5: tugas bahasa

d)    Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688 M.

e)    Inskripsi Gandasuli di Kedu, Jawa Tengah tahun 832 M.

f)    Prasasti Bogor, di Bogor tahun 942 M.

Masuknya agama Islam ke kepulauan nusantara, membuat kedudukan bahasa

Melayu semakin penting. Para pembawa ajaran Islam memanfaatkan bahasa Melayu

sebagai sarana komunikasi. Di samping itu, pembawa ajaran Islam ikut memperkaya

khasanah kosa kata dalam bahasa Melayu.

Abad XVIII, bangsa-bangsa Barat (Belanda) memasuki kepulauan Nusantara.

Dalam mendirikan lembaga pendidikan, pemerintah Belanda  mengalami kegagalan

sehingga menyebabkan dikeluarkannya SK No. 104/1631 yang antara lain berisi:

“…Pengajaran di sekolah-sekolah bumi putera diberikan dalam bahasa Melayu.”

Selain itu, juga tersusunnya Ejaan Van Ophyusen (tahun 1901) yang merupakan

ejaan resmi bahasa Melayu dan diterbitkan dalam Kitab logat Melajoe. Buku ini

disusun oleh Charles Andrianus van Ophuysen dengan dibantu oleh Soetan

Makmoer dan Mohammad Taib Soetan Ibrahim. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:

1.    Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.

2.    Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.

3.    Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata

ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dinamai’, dsb.

Perkembangan bahasa Melayu berikutnya, tampak pada masa kebangkitan

pergerakan bangsa Indonesia yang dimulai sejak berdirinya Boedi Oetomo (1908)

yang telah menggunakan bahasa Melayu sebagai alat bertukar informasi dan

komunikasi antar pergerakan. Hal ini dianggap penting dan perlu, karena dengan itu

akan mudah dalam mencapai persatuan dan kesatuan dalam rangka bernasional.

Pada tahun 1908 Pemerintah Belanda mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku

bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat),

yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu

Page 6: tugas bahasa

menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku

penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang banyak membantu

penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

Dalam Kongres II Jong Sumatera, diputuskan pemakaian bahasa Melayu sebagai

bahasa persatuan antar jong. Tindak lanjut dari keputusan tersebut adalah dengan

menerbitkan surat kabar Neratja, Bianglala dan Kaoem Moeda.

Sebagai puncak keberadaan bahasa Melayu seperti yang diuraikan di atas, maka

pada tanggal 28 Oktober 1928 diselenggarakan Kongres Pemuda di Jakarta oleh

berbagai Jong. Salah satu hasil gemilang dari Kongres pemuda yaitu dengan

dicetuskannya ikrar Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda itu berisi:

(1)     Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu bangsa

Indonesia;

(2)  Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku bertanah air yang satu tanah air

Indonesia;

(3) Kami putera dan puteri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan bahasa

Indonesia.

2).    Masa Pasca-1928

Cetusan ikrar Sumpah Pemuda menunjukkan bahwa bahasa Melayu sudah berubah

menjadi bahasa Indonesia.

Perkembangan berikutnya dapat dilihat dengan berdirinya Angkatan Pujangga Baru

tahun 1933. Para pelopornya antara lain: Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane,

dan Amir Hamzah. Angkatan ini tampil dengan  tema : “Pembinaan bahasa dan

kesusastraan Indonesia.”

Pada masa itu terjadi krisis terhadap keberadaan bahasa Indonesia. Kaum penjajah

(Belanda), berusaha mengganggu keberadaan bahasa Indonesia. Sehingga sejumlah

pakar bahasa Indonesia sepakat untuk mengadakan Kongres I Bahasa Indonesia

yang dilaksanakan di Surakarta (Solo) pada tanggal 25-28 Juni 1938. Sejumlah

pakar yang ikut ambil bagian dalam kongres tersebut antara lain: K. St Pamoentjak;

Ki Hadjar Dewantoro; Sanoesi Pane; Sultan Takdir Alisjahbana; Dr. Poerbatjaraka;

Page 7: tugas bahasa

Adinegoro; Soekrdjo Wirjopranoto; R. P. Soeroso; Mr. Moh. Yamin; dan Mr. Amir

Sjarifudin. Kongres ini membahas bidang-bidang peristilahan, ejaan, tata bahasa,

dan bahasa persuratkabaran. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha

pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh

cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu. Kongres ini berarti pula sebagai

cetusan kesadaran akan perlunya pembinaan yang lebih mantap terhadap bahasa

Indonesia.

Pada masa Jepang berkuasa di Indonesia (1 Mei 1942), pemakaian bahasa Indonesia

ditetapkan sebagai bahasa perhubungan antar penduduk, disamping bahasa Jepang

dan pelarangan tegas penggunaan bahasa Belanda. Keputusan itu sangat

menggembirakan bagi pemekaran bahasa Indonesia dalam rangka bangkitnya. Hal

ini terlihat dari munculnya sebuah Angkatan kesusastraan yang dipelopori Chairul

Anwar, Idrus, Asrul Sani. Angkatan ini dikenal sebagai Angkatan 45.

Pada tanggal 20 Oktober 1942, dibentuk Komisi Bahasa Indonesia oleh Jepang.

Tugas komisi ini adalah menyusun istilah dan tata bahasa normatif serta kosa kata

umum bahasa Indonesia. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara

tidak langsung semakin mantap dan memperoleh tempat di hati penduduk.

B.    Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Kemerdekaan

Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.

Keesokan harinya yaitu tanggal 18 Agustus ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945.

Dalam pasal 36 bab XV UUD ‘45 berbunyi: “Bahasa negara ialah bahasa

Indonesia.”

Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan

Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.

Ciri-ciri ejaan ini yaitu:

a)    Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.

b)    Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat,

dsb.

c)    Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-

Page 8: tugas bahasa

barat2-an.

d)    Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang

mendampinginya.

Peristiwa-peristiwa penting lainnya yang berkaitan dengan perkembangan bahasa

Indonesia pada zaman kemerdekaan sampai sebelum masa reformasi antara lain:

1.    Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober s.d. 2

November 1954 salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus

menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan

ditetapkan sebagai bahasa negara.

2.    Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia H. M. Soeharto,

meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)

melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan

Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972.

3.    Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan

Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia

(Wawasan Nusantara).

4.    Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28

Oktober s.d. 2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan bahasa

Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda

yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan

bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan

fungsi bahasa Indonesia.

5.    Kongres bahasa Indonesia IV yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21-

26 November 1983. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari

Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan

pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang

tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada

Page 9: tugas bahasa

semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik

dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.

6.    Kongres bahasa Indonesia V di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 3

November 1988. Ia dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari

seluruh Nusantara (sebutan bagi negara Indonesia) dan peserta tamu dari negara

sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan

Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni

Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

7.    Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 2

November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53

peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman,

Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika

Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan

disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.

Pada tahun 1953, Kamus Bahasa Indonesia muncul untuk pertama kalinya yang

disusun oleh Poerwodarminta. Di kamus tersebut tercatat jumlah lema (kata) dalam

bahasa Indonesia mencapai 23.000 kata. Pada tahun 1976, Pusat Bahasa

menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia, dan terdapat penambahan 1.000 kata baru.

Pada tahun 1988, terjadi loncatan yang luar bisa dalam Bahasa Indonesia. Dari

23.000 kata, telah berkembang menjadi 62.000 pada tahun 1988. Selain itu, setelah

bekerja sama dengan Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, berhasil dibuat 340.000

istilah baru di berbagai bidang ilmu.

Pada tahun 1980-an ketika terjadi peledakan ekonomi secara luar biasa, saat produk

asing berupa properti masuk ke perkantoran dan pusat perbelanjaan, banyak istilah

asing masuk ke Indonesia. Istilah asing marak digunakan sehingga pemerintah

menjadi khawatir. Pada tahun 1995 terjadi pencanangan berbahasa Indonesia yang

baik dan benar. Nama-nama gedung, perumahan dan pusat perbelanjaan yang berbau

asing diganti dengan nama yang berbahasa Indonesia.

Page 10: tugas bahasa

C. Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Reformasi

Perkembangan bahasa Indonesia masa reformasi, diawali dengan Kongres Bahasa

Indonesia VII yang diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta pada tanggal 26-30

Oktober 1998. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa

dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Keanggotaannya terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai

kepedulian terhadap bahasa dan sastra.

b.  Tugasnya memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan status

kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Selain itu sampai tahun 2007, Pusat Bahasa berhasil menambah kira-kira 250.000

kata baru. Dengan demikian, sudah ada 590.000 kata di berbagai bidang ilmu.

Sementara kata umum telah berjumlah 78.000.

Namun, angin reformasi yang muncul sejak tahun 1998 justru membawa perubahan

buruk bagi bahasa Indonesia. Kerancuan penggunaan bahasa Indonesia makin marak

di era reformasi. Penggunaan bahasa asing kembali marak dan bahasa Indonesia

sempat terpinggirkan. Pada zaman reformasi salah satu pihak yang memiliki andil

dalam perkembangan bahasa Indonesia adalah media massa baik cetak maupun

elektronik. Tokoh pers Djafar Assegaf menuding sekarang ini kita tengah

mengalami “krisis penggunaan bahasa Indonesia” yang amat serius. Media massa

sudah terjerumus kepada situasi “tiada tanggung jawab” terhadap pembinaan bahasa

Indonesia yang baik dan benar. Media massa kini cenderung menggunakan bahasa

asing padahal dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Ini menunjukkan

penghormatan terhadap bahasa Indonesia sudah mulai memudar. Hal ini disebabkan

antara lain oleh perubahan zaman, reformasi yang tidak ada konsep yang utuh, sikap

tidak percaya diri dari wartawan, redaktur, pemimpin redaksi dan pemilik

perusahaan pers karena mereka cenderung memikirkan pangsa pasarnya, persaingan

usaha antarmedia dan selera pribadi. Ada dua kecenderungan dalam pers saat ini

yang dapat menimbulkan kekhawatiran akan perkembangan bahasa Indonesia.

Page 11: tugas bahasa

Pertama, bertambahnya jumlah kata-kata singkatan (akronim). Kedua, banyak

penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing dalam surat kabar. Namun, pers

juga telah berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan ungkapan baru

seperti KKN (korupsi, kolusi, nepotisme), kroni, konspirasi, proaktif, rekonsiliasi,

provokator, arogan, hujat, makar dan sebagainya. Istilah-istilah tersebut memang

terdapat di kamus, tetapi tidak digunakan secara umum atau hanya terbatas di

kalangan tertentu saja.

Selain itu, saat ini bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua

setelah bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Di kalangan pelajar dan remaja sendiri

lahir sebuah bahasa baru yang merupakan pencampuran antara bahasa asing, bahasa

Indonesia, dan bahasa daerah. Bahasa tersebut biasa disebut dengan bahasa gaul.

Keterpurukan bahasa Indonesia tersebut umumnya terjadi pada generasi muda.

Bahkan sudah ada beberapa kalangan yang beranggapan dan meyakini bahwasanya

kaum intelek adalah mereka-mereka yang menggunakan bahasa asing dalam

kehidupan sehari-hari mereka, baik yang total memakai bahasa asing ataupun

mencampuradukkan bahasa asing tersebut ke dalam bahasa Indonesia.

Dengan alasan globalisasi, percampuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing

justru semakin marak. Kata-kata seperti “new arrival”, “sale”, “best buy”,

“discount”, terpampang dengan jelas di berbagai toko dan pusat perbelanjaan. Media

pun ikut mempengaruhi penggunaan bahasa Indonesia yang salah. Malahan tidak

sedikit media yang memberikan judul acara dengan kata-kata dalam bahasa asing.

Saat ini penggunaan bahasa Indonesia baik oleh masyarakat umum, maupun pelajar

mengalami maju-mundur. Perkembangan teknologi saat ini membuat penyebaran

bahasa Indonesia hingga ke pelosok daerah semakin mudah dan berkembang pesat.

Bahasa Indonesia semakin dikenal masyarakat. Jika pada awalnya masyarakat

Indonesia yang terdiri dari multisuku, multietnis, multiras, dan multiagama susah

bergaul antara sesama karena terdapat perbedaan bahasa, kini dengan adanya bahasa

persatuan yaitu bahasa Indonesia, semua elemen bangsa dapat berkomunikasi

dengan yang lainnya. Ini merupakan salah satu bentuk kemajuan dalam bahasa

Indonesia. Selain mengalami kemajuan, bahasa Indonesia juga memiliki

kemunduran. Akibat pengaruh globalisasi dan pengaruh besar dari negara - negara

Page 12: tugas bahasa

besar seperti Amerika Serikat, bahasa Indonesia menjadi terpinggirkan. Bahkan dari

kalangan masyarakat dan pelajar di Indonesia sendiri. Banyak yang menganggap

sepele bahasa Indonesia dan lebih mementingkan bahasa lain seperti bahasa Inggris,

bahasa Spanyol, bahasa Arab, bahasa Perancis, bahasa Jerman, bahasa Mandarin dan

bahasa lainnya. Pelajar dan para pemuda juga menganggap sepele bahasa Indonesia.

Kebanyakan dari mereka mengganggap bahasa Indonesia terlalu kaku, tidak bebas

dan terasa kurang akrab. Mereka lebih menyukai bahasa baru yang dikenal dengan

bahasa gaul yang merupakan campuran dari bahasa daerah, bahasa asing, dan bahasa

Indonesia. Keadaan ini berbalik 180 derajat dari keadaan 78 tahun yang lalu, di saat

para pelajar dan pemuda dengan semangat cinta tanah air menetapkan bahasa

Indonesia sebagai bahasa persatuan, bukan bahasa lainnya seperti Bahasa Belanda

ataupun bahasa daerah. Alhasil, akibat pelajar menganggap sepele pelajaran bahasa

Indonesia, banyak dari pelajar itu sendiri mendapatkan nilai yang rendah dalam

pelajaran bahasa Indonesia. Parahnya lagi, sebagian penyebab banyaknya pelajar

yang tidak lulus Ujian Nasional adalah karena mengganggap sepele pelajaran bahasa

Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat Indonesia itu menganggap

remeh pelajaran bahasa Indonesia. Pertama, karena masyarakat Indonesia merasa

tidak perlu lagi belajar bahasa Indonesia karena mereka sudah berbangsa dan bisa

berbahasa Indonesia seadanya. Padahal sebenarnya belum tentu mereka bisa dan

mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kedua, karena adanya

kemunduran dan kemerosotan ekonomi Indonesia sejak beberapa tahun terakhir

sehingga timbul rasa malu berbahasa Indonesia di kalangan masyarakat Indonesia

dalam pergaulan internasional. Ketiga, sebagai akibat adanya globalisasi yang

membuat timbulnya pengaruh terhadap penggunaan bahasa Indonesia dikalangan

masyarakat Indonesia.

Sejak zaman reformasi tahun 1998 Bahasa Indonesia mengalami penurunan minat

mempelajarinya di beberapa negara di dunia. Minat orang asing belajar bahasa

Indonesia menurun akibat kondisi pengajaran bahasa Indonesia belakangan ini

menunjukkan gejala penurunan. Gejala penurunan itu baik dari aspek intensitas

penyelenggaraan maupun dari segi jumlah peminatnya. Penurunan intensitas

penyelenggaraan pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing ini disebabkan

Page 13: tugas bahasa

oleh beberapa faktor. Antara lain, dari dalam negeri menurunnya minat itu akibat

penyelenggaraan pengajaran untuk penutur asing itu sendiri maupun kondisi dari

dalam negeri sendiri. Penurunan minat itu terjadi di negara seperti Australia,

Belanda, dan Jerman. Hal itu akibat politik di negara tersebut, di Jerman bahkan

pelajaran bahasa Indonesia di kampus-kampus peminatnya berkurang. Kalau sampai

ditutup program ini, tertutup juga upaya untuk meningkatkan citra Indonesia di sana.

Kurangnya minat mempelajari Bahasa Indonesia di beberapa negara diantaranya

juga karena kurangnya sumber daya manusia. Namun sejak itu pun ada peningkatan

mempelajari Bahasa Indonesia dari negara seperti China, Jepang, AS, Mesir, dan

negara Arab, serta negara serumpun berkembang pesat.

Salah satu upaya pemerintah Indonesia mengembangkan pengajaran bahasa

Indonesia untuk penutur asing, dengan pemasyarakatan alat uji bahasa Indonesia

yang disebut Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI). Pusat Bahasa juga

mencoba mensosialisasikan setiap programnya kepada instansi lain seperti membuka

pusat-pusat kebudayaan Indonesia di beberapa negara. Pusat Kebudayaan ini

sekaligus sebagai ajang promosi Indonesia pada masyarakat dunia. Saat ini pusat

kebudayaan Indonesia itu sudah diupayakan didirikan di Canbera Australia, Los

Angles AS, dan Washington DC AS.

Page 14: tugas bahasa

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa:

1.    Sejarah bahasa Indonesia pada zaman pra kemerdekaan dibagi menjadi dua

tahapan yaitu pertama masa pra-I928 ditandai dengan penggunaan bahasa Melayu

pada zaman kerajaan Sriwijaya sampai dengan adanya ikrar Sumpah Pemuda.

Kedua, masa pasca-1928 ditandai dengan adanya ikrar Sumpah Pemuda

menunjukkan bahwa bahasa Melayu sudah berubah menjadi bahasa Indonesia

sampai dengan pada tahum 1942 dibentuk Komisi Bahasa Indonesia oleh Jepang.

2.    Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Kemerdekaan dimulai dari

tanggal 18 Agustus ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945. Dalam pasal 36 bab

XV UUD ‘45 berbunyi: “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia”, sampai dengan

diadakannya kongres Bahasa Indonesia kedua sampai ke delapan.

3.    Pada zaman reformasi diawali dengan Kongres Bahasa Indonesia VII di Jakarta

tanggal 26-30 Oktober 1998. Hingga sekarang cenderung membawa perubahan

buruk bagi Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sekarang sudah menjadi bahasa

kedua setelah Bahasa Inggris dan bahasa gaul. Selain itu Bahasa Indonesia

mengalami penurunan minat mempelajarinya di beberapa negara di dunia seperti

Australia, Belanda, dan Jerman. Namun, juga ada peningkatan mempelajari Bahasa

Indonesia dari negara seperti China, Jepang, AS, Mesir, dan negara Arab. Saat ini

Pusat Bahasa berupaya membuka pusat-pusat kebudayaan Indonesia di beberapa

negara. Pusat Kebudayaan ini sekaligus sebagai ajang promosi Indonesia pada

masyarakat dunia. Saat ini pusat kebudayaan Indonesia itu sudah diupayakan

didirikan di Canbera Australia, Los Angles AS, dan Washington DC AS.

Page 15: tugas bahasa

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Bahasa Daerah Terancam Punah. www.jurnalnet.com. 18 Juli 2007.

Anonim. Bahasa Indonesia. www.wikipedia.com. 2007.

Anonim. Banggalah Berbahasa Indonesia. www.jurnalnet.com. 16 Juni 2007.

Anonim. Penggunaan Bahasa Indonesia Telah Diabaikan. www.sinarharapan.com.

2002.

Kusaeni, Akhmad. Bahasa Indonesia Jurnalistik di Era Reformasi. www.antara.com.

19 Desember 2007.

Moeliono, M. Anton. 1981. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta:

Djambatan.

Saleh, Mustain. Bahasa Mana yang Berbudaya?. www.kacong-jebbing.com.

Yamilah, M., Slamet Samsoerizal. 1994. Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Tenaga

Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.