TUGAS AKHIR JESIKA

165
TUGAS AKHIR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON FISIOLOGIS TENAGA KERJA AKIBAT HEAT STRESS DI CONFINED SPACE (Studi Di Unit Heater Superabsorbent Polymer Plant PT Nippon Shokubai Indonesia) JESIKA WULANDARI UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS VOKASI PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III PROGRAM STUDI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SURABAYA 2015

Transcript of TUGAS AKHIR JESIKA

Page 1: TUGAS AKHIR JESIKA

TUGAS AKHIR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON FISIOLOGIS TENAGA KERJA

AKIBAT HEAT STRESS DI CONFINED SPACE

(Studi Di Unit Heater Superabsorbent Polymer Plant PT Nippon Shokubai

Indonesia)

JESIKA WULANDARI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS VOKASI

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III

PROGRAM STUDI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

SURABAYA

2015

Page 2: TUGAS AKHIR JESIKA

TUGAS AKHIR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON FISIOLOGIS TENAGA KERJA

AKIBAT HEAT STRESS DI CONFINED SPACE

(Studi Di Unit Heater Superabsorbent Polymer Plant PT Nippon Shokubai

Indonesia)

JESIKA WULANDARI

NIM 101210113039

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS VOKASI

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III

PROGRAM STUDI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

SURABAYA

2015

Page 3: TUGAS AKHIR JESIKA
Page 4: TUGAS AKHIR JESIKA
Page 5: TUGAS AKHIR JESIKA
Page 6: TUGAS AKHIR JESIKA

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karuniaNya sehingga dapat terselesaikannya tugas akhir dengan judul “FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA RESPON FISIOLOGIS TENAGA

KERJA AKIBAT HEAT STRESS DI CONFINED SPACE (Studi di Unit Heater

Superabsorbent Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia)”, sebagai salah

satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Program

Pendidikan Diploma III Program Studi Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas

Vokasi Universitas Airlangga.

Dalam tugas akhir ini dijabarkan beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya respon fisiologis tenaga kerja akibat heat stress di confined space,

sehingga nantinya dapat digunakan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan

pekerjaan yang berhubungan dengan heat stress di confined space. Pada

kesempatan ini disampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi–tingginya

kepada Meirina Ernawati, drh., M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan petunjuk, koreksi serta saran hingga terselesaikannya tugas akhir ini.

Terima kasih dan penghargaan disampaikan pula kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Dian Agustia, S.E., M.Si, CMA., Ak., CA, selaku Dekan

Fakultas Vokasi Universitas Airlangga;

2. Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Airlangga;

3. Eni Inayati, drg., M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Fakultas

Vokasi Universitas Airlangga;

4. Erwin Dyah Nawawinetu, dr., M.Kes, selaku Koordinator Program

Pendidikan Diploma III Program Studi Higiene Industri, Kesehatan dan

Keselamatan Kerja Fakultas Vokasi Universitas Airlangga;

5. Retno Adriyani, S.T., M.Kes, selaku ketua tim penguji tugas akhir;

6. Wahzani Syukri Setyawan, S.T, selaku anggota tim penguji tugas akhir;

7. Dr. Y. Denny Ardyanto Wahyudiono, Ir. M.S yang telah memberikan

arahan dan bimbingan agar tugas akhir ini terselesaikan dengan baik;

8. Dr. Diah Andriani, S.Si., M.Si selaku dosen biostatistika yang telah

membimbing penulisan tugas akhir ini;

9. Sayid Jakfar, selaku Kepala Departemen Safety and Environment PT.

Nippon Shokubai Indonesia;

10. Tri Winarno selaku Kepala Departemen Superabsorbent Polymer Plant

11. Reza, Julius, Nasorudin, Firmansyah, Wisnu, Andri, Asnawi, Sofwan,

Fuad dan Rifky, selaku responden dalam penelitian tugas akhir;

Page 7: TUGAS AKHIR JESIKA

vi

12. Khoiri, Ukki, Yolanda, Nina, Firman, Eka, Alifuddin, Susan, Herman

dan seluruh tenaga kerja PT. Nippon Shokubai Indonesia yang telah

membantu dan membimbing saya dalam penyelesaian tugas akhir;

13. Bapak Salim, Ibu Marmi dan Reza, selaku keluarga yang telah

memberikan dukungan agar tugas akhir ini terselesaikan dengan baik;

14. Shella, Dinia, Mirantika, Kurnia dan Onny, sahabat yang telah

memberikan dukungan, bantuan dan do’a demi kelancaraan tugas akhir

ini;

15. Rekan – rekan seperjuangan Hiperkes dan Keselamatan Kerja 2012 yaitu

Ajeng, Alfiya, Awan, Andik, Bagas, Bagus, Dewangga, Dwiajeng, Dian,

Eindo, Faisal, Fitria, Hardianti, Igusti, Ita, Japri, Kurnia, Lailatul,

Lailiyah, Lukman, Isa, Putra, Maisaroh, Mareta, Mila, Niken, Nurmalla,

Rambang, Rendhar, Reymon, Ria, Rima, Rizki, Sheilla, Suci, Tyta dan

Wulan yang saling mendukung, membantu dan mendo’akan supaya

tugas akhir lancar;

16. Amirul yang memberikan dukungan dan do’a sampai tugas akhir ini

selesai.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah

diberikan dan semoga tugas akhir ini berguna baik bagi diri saya maupun pihak lain

yang memanfaatkan.

Surabaya, 18 Juni 2015

Penulis

Page 8: TUGAS AKHIR JESIKA

vii

ABSTRACT

Factor Influencing Physiological Response of Workers due to Heat Stress in

the Confined Space (Studi in Heater Unit Superabsorbent Polymer Plant PT.

Nippon Shokubai Indonesia)

Hot work environment is additional workload for workers. Heat stress is the

limit of ability to accept heat workers received from the combination of body

metabolism, clothing and environmental factors such as temperature, humidity, air

movement, radiation. Heat stress can cause physiological response such as increase

the body temperature, pulse rate and blood pressure (systole and diastole) and

decrease the weight.

The aim of this study is to measure heat stress and workload and analyze

factors influencing physiological response in workers exposed to heat in confined

space heater PT. Nippon Shokubai Indonesia. This was an observational study with

cross-sectional research design. The sample was all of population (10 workers).

Data was collected by measuring physiological response before and after working,

heat stress with ISBB measurement and workload. Workload was calculated based

on SNI 7269-2007 about calorie needs according to energy expenditure.

The result of heat stress measurement show that value of ISBB is above the

Threeshold Limit Value established by PER.13/MEN/X/2011 (34,9oC) with the

workload of the workers was in the heavy category (461,94 ccal). Based on data

analysis, there was difference in the result of body temperature, pulse rate, blood

pressure and weight measurement before and after working. Based on analysis

using regression logistic statistical test, it was discovered that factors influencing

physiological response was worker’s age, smoking behavior and consume water.

The suggestion is the workers drinking small amount of water 250 ml every

half hour or so, avoid beverages such as tea and coffe, avoid eating hot, and heavy

meals. Do training and education about heat stress and make schedule to charging

water in drinking room.

Keyword: Heat stress, confined space, physiological response.

Page 9: TUGAS AKHIR JESIKA

viii

ABSTRAK

Faktor Yang Mempengaruhi Respon Fisiologi Tenaga Kerja Akibat Heat

Stress di Confined Space (Studi di Unit Heater Superabsorbent Polymer Plant

PT. Nippon Shokubai Indonesia)

Lingkungan kerja panas merupakan beban tambahan bagi tenaga kerja. Heat

stress adalah batasan kemampuan penerimaan panas yang diterima tenaga kerja dari

kombinasi metabolisme tubuh, pakaian kerja dan faktor lingkungan seperti

temperatur udara, kelembapan, kecepatan udara dan suhu radiasi. Heat stress dapat

menyebabkan respon fisiologis tenaga kerja seperti meningkatnya suhu tubuh,

denyut nadi, tekanan darah (sistolik dan diastolik) dan menurunnya berat badan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur iklim kerja dan beban

kerja serta menganalisis faktor yang mempengaruhi terjadinya respon fisiologis

tenaga kerja akibat heat stress di confined space unit heater PT. Nippon shokubai

Indonesia. Jenis penelitian ini bersifat observasional dengan desain cross-sectional.

Jumlah sampel adalah keseluruhan populasi yaitu 10 orang. Data didapatkan dari

pengukuran respon fisiologis sebelum dan sesudah bekerja, heat stress dengan

pengukuran ISBB dan pengukuran beban kerja. Beban kerja dihitung berdasarkan

SNI 7269-2007 tentang tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi.

Hasil pengukuran heat stress didapatkan rerata nilai ISBB adalah 34,9oC

sehingga telah melebihi Nilai Ambang Batas berdasarkan PER.13/MEN/X/2011

dengan beban kerja termasuk dalam kategori berat yaitu 461,94 kkal. Berdasarkan

analisis, diperoleh data bahwa terdapat perbedaan antara suhu tubuh, denyut nadi,

tekanan darah (sistolik dan diastolik) dan berat badan sebelum dan sesudah bekerja.

Berdasarkan uji statistika regresi logistik didapatkan pula hasil bahwa faktor yang

mempengaruhi terjadinya respon fisiologis tenaga kerja adalah umur, kebiasaan

merokok dan intake cairan tenaga kerja.

Disarankan pekerja mengkonsumsi air minum secara rutin setiap setengah

jam sekali minimal 250 ml atau lebih, menghindari konsumsi teh, kopi, makan

makanan panas dan berat. Dilakukan pula pelatihan dan edukasi mengenai heat

stress dan membuat jadwal pengisian air minum yang terdapat di ruang minum.

Kata kunci : Tekanan panas, ruang terbatas, respon fisiologis.

Page 10: TUGAS AKHIR JESIKA

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ..................................................................................................... i

PENGESAHAN ....................................................................................... ii

PERSETUJUAN ...................................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS ........................ iv

KATA PENGANTAR .............................................................................. v

ABSTRACT .............................................................................................. vii

ABSTRAK ................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ................................. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ....................................................... 3

1.3 Rumusan Masalah .......................................................... 5

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................... 5

1.4.1 Tujuan Umum .................................................... 5

1.4.2 Tujuan Khusus .................................................... 5

1.4.3 Manfaat Penelitian .............................................. 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Hukum ........................................................... 8

2.2 Pengertian Ruang Terbatas ............................................ 8

2.3 Bahaya Ruang Terbatas .................................................. 9

2.4 Persyaratan Keselamatan Ruang Terbatas ..................... 13

2.4.1 Persyaratan Umum ............................................. 13

2.4.2 Persyaratan Dengan Izin Khusus ........................ 14

2.4.3 Persyaratan Kesehatan Pekerja yang Memasuki

Ruang Terbatas ................................................... 18

2.5 Heat Stress ..................................................................... 18

2.6 Beban Kerja .................................................................... 21

2.7 Komponen Pengukuran Temperatur Lingkungan .......... 24

2.8 Mekanisme Pertukaran dan keseimbangan Panas .......... 25

2.9 Respon Fisiologis Tubuh Terhadap Tekanan Panas ...... 28

2.9.1 Pengeluaran Keringat ......................................... 29

2.9.2 Peningkatan Suhu Tubuh ................................... 29

2.9.3 Berat Badan ........................................................ 32

2.9.4 Denyut Nadi ....................................................... 33

2.9.5 Tekanan Darah ................................................... 34

2.10 Karakteristik Individu yang Mempengaruhi Kerentanan

Tubuh Terhadap Tekanan Panas .................................... 37

2.10.1 Umur ................................................................... 37

2.10.2 Jenis Kelamin ..................................................... 37

Page 11: TUGAS AKHIR JESIKA

x

2.10.3 Masa Kerja ......................................................... 38

2.10.4 Lama Kerja ......................................................... 38

2.10.5 Intake Cairan ...................................................... 38

2.10.6 Status Gizi .......................................................... 39

2.10.7 Ukuran Luas Permukaan Tubuh .......................... 39

2.10.8 Kesegaran Jasmani ............................................. 39

2.10.9 Kebiasaan Merokok ............................................ 40

2.11 Aklimatisasi ................................................................... 40

2.12 Pengaruh Tekanan Panas Pada Manusia ......................... 42

2.12.1 Heat Rash ........................................................... 42

2.12.2 Heat Cramps ...................................................... 42

2.12.3 Heat Exhaustion ................................................. 42

2.12.4 Heat Stroke ......................................................... 43

2.13 Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) ............................. 43

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

1.1 Kerangka Konseptual ..................................................... 46

1.2 Penjelasan Kerangka Konseptual ................................... 47

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian ............................................................... 48

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................... 48

4.2.1 Populasi .............................................................. 48

4.2.2 Sampel dan Besar Sampel .................................. 48

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................... 48

4.4 Variabel Penelitian, Cara Pengukuran dan Definisi

Operasional ..................................................................... 49

4.4.1 Variabel Penelitian ............................................. 49

4.4.2 Definisi Operasional, Cara Pengukuran dan

Skala Data .......................................................... 50

4.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ..................... 53

4.6 Prosedur Pengukuran dan Pemeriksaan ......................... 54

4.6.1 Pengukuran Heat Stress ..................................... 54

4.6.2 Pemeriksaan Suhu Tubuh ................................... 55

4.6.3 Pemeriksaan Denyut Nadi dan Tekanan Darah .. 56

4.6.4 Pemeriksaan Berat Badan dan Tinggi Badan ..... 56

4.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................... 57

4.7.1 Teknik Pengolahan Data .................................... 57

4.7.2 Analisis Data ...................................................... 58

BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum PT. Nippon Shokubai Indonesia ...... 59

5.1.1 Sejarah Singkat PT. Nippon Shokubai Indonesia 59

5.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ................................... 62

5.1.3 Kebijakan K3L di PT. Nippon Shokubai

Indonesia ............................................................ 63

5.1.4 Superabsorbent Polymer Plant .......................... 64

5.2 Karakteristik Tenaga Kerja ............................................ 67

5.2.1 Umur Tenaga Kerja ............................................ 68

5.2.2 Masa Kerja Tenaga Kerja ................................... 68

5.2.3 Status Gizi Tenaga Kerja .................................... 69

Page 12: TUGAS AKHIR JESIKA

xi

5.2.4 Kebiasan Merokok Tenaga Kerja ....................... 70

5.2.6 Intake Cairan Tenaga Kerja ................................ 70

5.3 Beban Kerja Tenaga Kerja ............................................. 71

5.4 Waktu Kerja Tenaga Kerja ............................................. 73

5.5 Iklim Kerja di Confined Space Unit Heater ................... 74

5.6 Respon Fisiologis Tenaga Kerja .................................... 75

5.6.1 Suhu Tubuh Tenaga Kerja .................................. 75

5.6.2 Denyut Nadi Tenaga Kerja ................................. 77

5.6.3 Tekanan Darah Tenaga Kerja ............................. 78

5.6.4 Pemeriksaan Berat Badan ................................... 81

5.7 Pengaruh Karakteristik Pekerja Terhadap Respon

Fisiologis Tenaga Kerja ................................................. 82

5.7.1 Pengaruh Karakteristik Pekerja Terhadap

Perubahan Suhu Tubuh ........................................ 82

5.7.2 Pengaruh Karakteristik Pekerja Terhadap

Perubahan Denyut Nadi ....................................... 84

5.7.3 Pengaruh Karakteristik Pekerja Terhadap

Perubahan Tekanan Darah ................................... 86

5.7.4 Pengaruh Karakteristik Pekerja Terhadap

Perubahan Berat Badan ........................................ 89

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Tenaga Kerja ............................................ 92

6.2 Beban Kerja dan Waktu Kerja ....................................... 94

6.3 Iklim Kerja di Confined Space Unit Heater ................... 95

6.4 Respon Fisiologis Tenaga Kerja .................................... 97

6.5 Pengaruh Karakteristik Tenaga kerja Terhadap Respon

Fisiologis Tenaga Kerja ................................................. 102

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan .................................................................... 107

7.2 Saran .............................................................................. 108

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: TUGAS AKHIR JESIKA

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

2.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Lingkungan Panas

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 13

Tahun 2011

21

2.2 Perkiraan Beban Kerja Menurut Pengeluaran Energi

Berdasarkan SNI 13-7269-2007

23

4.1 Definisi Operasional, Cara Pengukuran dan Skala Data

Penelitian di PT. Nippon Shokubai Indonesia Mei 2015

50

5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Tenaga Kerja di

Confined Space Unit Heater Superabsorbent Polymer Plant

PT. Nippon Shokubai Indonesia Bulan Mei Tahun 2015

68

5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Tenaga

Kerja di Confined Space Unit Heater Superabsorbent

Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia Bulan Mei

Tahun 2015

69

5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Tenaga

Kerja di Confined Space Unit Heater Superabsorbent

Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia Bulan Mei

Tahun 2015

69

5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiaaan Merokok

Tenaga Kerja di Confined Space Unit Heater

Superabsorbent Polymer Plant PT. Nippon Shokubai

Indonesia Bulan Mei Tahun 2015

70

5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Intake Cairan Tenaga

Kerja di Confined Space Unit Heater Superabsorbent

Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia Bulan Mei

Tahun 2015

70

5.6 Total Beban Kerja Tenaga Kerja di Confined Space Unit

Heater Superabsorbent Polymer Plant PT. Nippon

Shokubai Indonesia Bulan Mei Tahun 2015

72

5.7 Hasil Perhitungan Waktu Kerja Tenaga Kerja di Confined

Space Unit Heater Superabsorbent Polymer Plant PT.

Nippon Shokubai Indonesia Bulan Mei Tahun 2015

73

5.8 Hasil Pengukuran Iklim Kerja di Confined Space Unit

Heater Superabsorbent Polymer Plant PT. Nippon

Shokubai Indonesia Bulan Mei Tahun 2015

74

5.9 Distribusi Perubahan Suhu Tubuh Tenaga Kerja

Berdasarkan Karakteristik Tenaga Kerja di Confined Space

Unit Heater Superabsorbent Polymer PT. Nippon Shokubai

Indonesia Bulan Mei Tahun 2015

83

5.10 Distribusi Perubahan Denyut Nadi Tenaga Kerja

Berdasarkan Karakteristik Tenaga Kerja di Confined Space

Unit Heater Superabsorbent Polymer PT. Nippon

Shokubai Indonesia Bulan Mei Tahun 2015

84

Page 14: TUGAS AKHIR JESIKA

xiii

5.11 Distribusi Perubahan Tekanan Darah Sistolik Tenaga Kerja

Berdasarkan Karakteristik Tenaga Kerja di Confined Space

Unit Heater Superabsorbent Polymer PT. Nippon

Shokubai Indonesia Bulan Mei Tahun 2015

86

5.12 Distribusi Perubahan Tekanan Darah Diastolik Tenaga

Kerja Berdasarkan Karakteristik Tenaga Kerja di Confined

Space Unit Heater Superabsorbent Polymer PT. Nippon

Shokubai Indonesia Bulan Mei Tahun 2015

88

5.13 Distribusi Perubahan Berat Badan Tenaga Kerja

Berdasarkan Karakteristik Tenaga Kerja di Confined Space

Unit Heater Superabsorbent Polymer PT. Nippon Shokubai

Indonesia Bulan Mei Tahun 2015

89

Page 15: TUGAS AKHIR JESIKA

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Tabel Halaman

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Tentang Analisa Faktor

Yang Mempengaruhi Respon Fisiologis Pekerja Akibat

Paparan Heat Stress di Confined Space (Studi di

Superabsorbent Polymer Plant unit Heater PT. Nippon

Shokubai Indonesia)

46

5.1 Proses Produksi Superabsorbent Polymer 65

5.2 Grafik Perubahan Suhu Tubuh Sebelum dan Sesudah

Bekerja

76

5.3 Grafik Perubahan Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah

Bekerja

77

5.4 Grafik Perubahan Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan

Sesudah Bekerja

79

5.5 Grafik Perubahan Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan

Sesudah Bekerja

80

5.6 Grafik Perubahan Berat Badan Sebelum dan Sesudah

Bekerja

81

Page 16: TUGAS AKHIR JESIKA

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran

1 Lembar Kuesioner

2 Lembar Penjelasan Penelitian

3 Output Hasil Perhitungan Statistik Penelitian

4 Hasil Perhitungan Beban Kerja

5 Peta PT. Nippon Shokubai Indonesia

Page 17: TUGAS AKHIR JESIKA

xvi

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Arti Lambang

< = Lebih kecil

> = Lebih besar

≥ = Lebih besar atau sama

≤ = Lebih kecil atau sama

± = Lebih kurang

% = Persen oC = Derajat celcius

cm = Sentimeter

kg = Kilogram

kg/jam = Kilogram per jam

kkal = Kilokalori

m = meter

mmHg = Milimeter higranium

Daftar Arti Singkatan

2EHA = 2-Ethylexyl Acrylate

AA = Acrylic Acid

ACGIH = American Conference of Govermental Industrial Hygienist

AE = Acrylic Ester

APD = Alat Pelindung Diri

BA = n-Butyl Acrylate

BK = Beban Kerja

EA = Ethyl Acrylate

IMT = Indeks Masa Tubuh

ISBB = Indeks Suhu Basah dan Suhu Bola

K3 = Keselamatan dan Kesehatan Kerja

LHK3 = Lingkungan Hidup Keselamatan dan Kesehatan Kerja

MB = Metabolisme Basal

NAB = Nilai Ambang Batas

NIOSH = National Institute for Occupational Safety and Health

OSHA = Occupational Safety and Health Administration

PMA = Penanaman Modal Asing

PT = Perseroan terbatas

SAP = Super Absorbent Polymer

SNI = Standar Nasional Indonesia

WBGT = Wet Bulb Globe Temperature

WHO = World Health Organization

Page 18: TUGAS AKHIR JESIKA

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Undang–Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja, yang dimaksudkan dengan tempat kerja adalah ruangan atau lapangan,

tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, yang menjadi tempat tenaga kerja atau

sering dimasuki oleh tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan terdapat

sumber atau sumber–sumber bahaya. Pada suatu kondisi tertentu pekerja dapat

melakukan pekerjaan pada suatu ruang terbatas atau confined space.

Sumber bahaya yang terdapat di ruang terbatas atau confined space cukup

banyak, salah satunya adalah bahaya kondisi fisik berupa iklim kerja yang panas.

Energi panas yang berasal dari sumber panas dipancarkan ke lingkungan kerja

sehingga menyebabkan temperatur udara lingkungan kerja menjadi naik. Dengan

demikian iklim kerja akan berubah dan menimbulkan tekanan panas (heat stress)

pada pekerja sebagai beban panas tambahan (Soeripto, 2008). Sehingga tenaga

kerja dengan iklim kerja panas membutuhkan energi yang lebih besar

dibandingkan dengan tenaga kerja yang bekerja di lingkungan kerja yang bersuhu

nyaman yaitu 24–26oC (Suma’mur, 2009).

Selama bekerja pada lingkungan panas tersebut, suhu tubuh manusia

dipertahankan hampir menetap oleh suatu pengaturan suhu. Suhu menetap ini

dapat dipertahankan akibat keseimbangan di antara panas yang dihasilkan dari

metabolisme tubuh dan pertukaran panas di antara tubuh dan lingkungan

sekitarnya (Tarwaka, 2004).

Page 19: TUGAS AKHIR JESIKA

2

American Conference of Government Industrial Hygienist (ACGIH) telah

membuat ketentuan untuk mengevaluasi lingkungan kerja yang panas yaitu

dengan menggunakan parameter Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) atau

dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan

Faktor Kimia di Tempat Kerja adalah Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB).

Apabila tekanan panas yang diterima tenaga kerja melebihi Nilai Ambang

Batas (NAB) yang diperkenankan dan tidak dilakukan upaya pengendalian dengan

baik maka dapat menyebabkan penyakit akibat kerja dan menurunkan

produktivitas tenaga kerja. Sehingga tekanan panas merupakan salah satu faktor

penting yang harus diperhatikan agar produktivitas pekerja tidak menurun,

penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja dapat dikendalikan secara maksimal.

Munculnya gangguan kesehatan akibat paparan panas dikarenakan oleh

respon fisiologis tubuh yang berlebihan terhadap kondisi lingkungan kerja

tersebut. Respon fisiologis tubuh karena peningkatan temperatur udara diluar

comfort zone tersebut adalah vasodilatasi, denyut jantung meningkat, dan suhu inti

tubuh meningkat. Selanjutnya apabila pemaparan terhadap tekanan panas terus

berlanjut, maka resiko terjadi gangguan kesehatan juga akan meningkat (Bernard,

2000). Kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan respon fisiologis terhadap

paparan panas juga dipengaruhi oleh faktor individu diantaranya adalah umur,

jenis kelamin, ukuran dan luas tubuh, intake cairan dan status gizi (Siswanto,

1991).

Berdasarkan data dari NIOSH (1986), Divisi Riset dan Statistik Buruh di

California, Amerika Serikat pernah terjadi kasus kematian yang menimpa 3 orang

Page 20: TUGAS AKHIR JESIKA

3

pekerja akibat paparan panas dan kelembaban udara yang tinggi. Berdasarkan

hasil penelitian Siswantara (2004) yang dilakukan pada pekerja bagian peleburan

dan forming PT. IGLAS (Persero) Gresik diketahui bahwa area kerja tersebut

telah melebihi nilai ISBB yang diperkenankan yaitu 41,67oC dengan beban kerja

sedang dalam 8 jam kerja. Pada kondisi tersebut, tenaga kerja mengalami

perbedaan yang bermakna antara denyut nadi dan tekanan darah sebelum dan

sesudah bekerja.

Pada penelitian Rahmawati (2005) di PT. IGLAS (Persero) Gresik, iklim

kerja pada bagian peleburan dan forming telah melebihi NAB dengan nilai ISBB

berkisar antara 31,32oC–38,75oC. Pada kondisi tersebut sebagian besar suhu tubuh

tenaga kerja naik, dan terjadi pengeluaran keringat berlebihan selain itu pekerja

mengalami dehidrasi, kelelahan dan kram otot. Suhu tubuh yang meningkat

membutuhkan oksigen yang lebih banyak sedangkan dengan suhu lingkungan

kerja yang panas akan menganggu kekuatan otot dan pengangkutan oksigen dalam

darah tersebut.

Berdasarkan data tersebut, maka untuk mencegah terjadinya gangguan

kesehatan atau bahkan kematian pada pekerja akibat paparan panas dilakukan

penelitian untuk mengetahui nilai ISBB yang terdapat di ruang terbatas atau

confined space yang akan digunakan untuk melihat respon fisiologis terhadap

pekerja. Serta menganalisis pengaruh faktor–faktor individu terhadap respon

fisiologis pekerja tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah

PT. Nippon Shokubai Indonesia merupakan perusahaan Petrokimia yang

memproduksi Acrylic Acid (AA), Acrylic Ester (AE) seperti Ethyl Acrylate (EA),

Page 21: TUGAS AKHIR JESIKA

4

n-Butyl Acrylate (BA), 2-Ethylexyl Acrylate (2EHA) dan Super Absorbent

Polymer (SAP). Super Absorbent Polymer (SAP) Plant merupakan hasil produksi

yang akan digunakan sebagai bahan baku disposable diapers atau popok sekali

pakai yang digunakan oleh bayi, anak–anak dan juga orang dewasa. Salah satu

peralatan yang digunakan dalam proses produksi di SAP Plant adalah heater yang

memiliki temperatur saat beroperasi mencapai ±200oC, untuk mempertahankan

kinerja heater tersebut dilakukan pembersihan kerak secara rutin setiap tahun

sehingga heater akan menjadi area kerja confined space bagi pekerja dengan

temperatur yang cukup tinggi.

Pekerja yang membersihkan confined space heater tersebut adalah tim

khusus dari Production Departement dengan rutinitas bekerja rata–rata selama 4

jam. Pekerja akan bergantian masuk ke dalam confined space, sehingga apabila

pekerja mengalami kelelahan dan kemampuan bertahan di confined space

menurun, pekerja tersebut diwajibkan segera keluar dan pekerja yang berada di

luar segera menggantikannya. Daya tahan waktu bekerja di confined space untuk

setiap pekerja berbeda–beda.

Adanya paparan heat stress terhadap pekerja tersebut memiliki dampak

terhadap fisiologis pekerja seperti kenaikan suhu tubuh, peningkatan denyut nadi,

tekanan darah, dan penurunan berat badan ditambah area kerja yang berupa

confined space yang memiliki kadar oksigen minimum. Berdasarkan wawancara

yang dilakukan dengan pihak PT. Nippon Shokubai Indonesia, belum dilakukan

pemeriksaan terhadap respon fisiologis pekerja yang terpapar panas di confined

space sebelumnya. Selain respon fisiologis, faktor–faktor lain yang berasal dari

karakteristik individu juga perlu dilakukan pemeriksaan karena antara satu pekerja

Page 22: TUGAS AKHIR JESIKA

5

dan pekerja lainnya memiliki karakteristik yang berbeda sehingga kemampuan

tubuh menjaga keseimbangan panas saat terpapar panas pun juga berbeda.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka diperlukan pengukuran

iklim kerja dengan parameter ISBB di area confined space heater, pemeriksaan

respon fisiologis pekerja setelah terpapar dan memeriksa karakteristik pekerja

untuk mengetahui apakah karakteristik tersebut ikut mempengaruhi respon

fisiologis terhadap heat stress yang diterima pekerja. Sehingga dengan adanya

penelitian tersebut diperoleh upaya pengendalian yang sesuai di area kerja

tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor–faktor apa saja yang

mempengaruhi respon fisiologis pekerja akibat paparan heat stress di confined

space unit heater Superabsorbent Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Menganalisa faktor–faktor yang mempengaruhi terjadinya respon

fisiologis pada pekerja akibat paparan heat stress di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengukur dan mengidentifikasi karakteristik tenaga kerja yaitu umur,

status gizi, masa kerja, kebiasaan merokok, dan intake cairan terhadap

pekerja yang terpapar heat stress di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia;

Page 23: TUGAS AKHIR JESIKA

6

2. Menghitung beban kerja dan waktu kerja tenaga kerja di confined

space unit heater Superabsorbent Polymer Plant PT. Nippon Shokubai

Indonesia;

3. Mengukur dan menganalisis iklim kerja dengan menggunakan Indeks

Suhu Basah dan Bola (ISBB) di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia;

4. Mengukur dan menganalisis respon fisiologis pekerja yaitu suhu

tubuh, tekanan darah, denyut nadi dan berat badan pada pekerja yang

terpapar heat stress confined space unit heater Superabsorbent

Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia;

5. Menganalisis faktor yang mempengaruhi respon fisiologis pekerja

akibat paparan heat stress di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia.

1.4.3 Manfaat Penelitian

1. Bagi Industri

Sebagai masukan dan informasi bagi perusahaan mengenai iklim kerja,

respon fisiologis pekerja serta faktor–faktor yang mempengaruhi respon

fisiologis pekerja akibat paparan heat stress di confined space unit heater.

Sehingga dapat dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya gangguan

kesehatan bagi pekerja.

2. Bagi Fakultas

Sebagai literatur keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja mengenai

faktor–faktor yang mempengaruhi respon fisiologis pekerja akibat paparan

heat stress di confined space.

Page 24: TUGAS AKHIR JESIKA

7

3. Bagi Peneliti

Menambah dan meningkatkan wawasan pengetahuan, kemampuan

mengaplikasikan pengetahuan, serta pengalaman belajar khususnya

mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi respon fisiologis pekerja

akibat paparan heat stress di confined space.

4. Bagi Pembaca

Sebagai tambahan informasi untuk perkembangan ilmu pengetahuan

dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja khususnya mengenai

faktor–faktor yang mempengaruhi respon fisiologis pekerja akibat paparan

heat stress di confined space serta dapat digunakan sebagai masukan yang

dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya

Page 25: TUGAS AKHIR JESIKA

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Pasal 2 ayat 2 huruf 1 tentang

Ketentuan Keselamatan Kerja Dalam Tangki Sumur atau Lubang;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Pasal 86 ayat 1 huruf a tentang Hak Pekerja Memperoleh Perlindungan

Atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

3. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

Nomor Kep.113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman dan Pembinaan

Teknis Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ruang Terbatas

(Confined Space);

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun

2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di

Tempat Kerja;

5. Standar Nasional Indonesia (SNI) 7269:2009 Penilaian Beban Kerja

Berdasarkan Tingkat Kebutuhan Kalori Menurut Pengeluaran

Keringat;

6. Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-0229-1987 Pekerjaan di Dalam

Ruang Tertutup.

2.2 Pengertian Ruang Terbatas

Ruang terbatas (Confined Space) didefinisikan sebagai setiap ruang atau

tempat kerja yang memiliki ventilasi alami yang jelek dan dimana dalam udara

atmosfer ruang tersebut terdapat gas atau uap yang mudah terbakar, beracun,

Page 26: TUGAS AKHIR JESIKA

9

menyebabkan iritasi, atau kadar oksigennya kurang dari 17% atau defisiensi

oksigen. Contoh confined spaces misalnya, tangki, silo, digester, ketel uap

(boiler), palka kapal, lubang atau terowongan (pit atau tunnel), saluran air kotor

(sewer) dan lain-lain (Siswanto,2010). Ciri- ciri ruang terbatas (confined space)

adalah memiliki ventilasi yang buruk, didesain untuk tidak berada di dalam secara

terus menerus, dan memiliki risiko kekurangan oksigen.

National Institute Occupational Safety and Health (NIOSH)

mendefinisikan bahwa ruang terbatas (confined space) adalah ruang dengan pintu

yang sangat terbatas untuk jalan masuk dan keluar, mempunyai ventilasi udara

yang terbatas yang memungkinkan mengandung atau menghasilkan pencemaran

udara yang berbahaya, dan tidak dimaksudkan untuk pekerjaan yang terus

menerus di dalamnya. Selanjutnya Occupational Safety and Health

Administration (OSHA), 1996 dalam 29 CFR 1926.21 mendefinisikan bahwa

ruang terbatas adalah suatu ruang tertutup yang cukup luas, di mana pekerja dapat

masuk ke dalamnya dan melakukan pekerjaan tertentu. Dimana ruang terbatas

memiliki beberapa karakteristik, diantaranya yaitu memiliki jalan masuk dan jalan

keluar terbatas, tidak dirancang dan ditujukan sebagai tempat bekerja normal dan

memiliki ventiasi yang terbatas.

2.3 Bahaya Ruang Terbatas

Bahaya ruang terbatas (confined space) menurut Tarwaka (2012) antara

lain adalah:

1. Kurangnya kadar oksigen (oxygen-deficient atmosphere)

Kadar oksigen pada ruang terbatas kurang dari 19,5% sebaiknya tidak

dimasuki tanpa menggunakan alat pelindung yang sesuai, seperti Self-

Page 27: TUGAS AKHIR JESIKA

10

Contained Breathing Apparatus (SCBA). Apabila kadar oksigen turun

sampai 16–17%, maka akan meningkatkan volume pernafasan dan

memacu denyut jantung. Kadar oksigen antara 14–16% menurunkan

koordinasi otot, cepat lelah dan respirasi intermiten. Pada kadar oksigen

6% akan menyebabkan kehilangan kesadaran dan kematian dalam

beberapa menit.

Kadar oksigen di dalam ruang terbatas dapat menurun karena

pekerjaan yang sedang dilakukan, seperti pengelasan, pemotongan,

penempaan dan lain–lain. Selain itu dapat menurun karena reaksi kimia

tertentu atau melalui proses bakterisasi atau fermentasi. Kadar oksigen

juga dapat menurun jika oksigen dipindahkan atau didesak oleh gas

lainnya seperti karbon dioksida atau nitrogen. Pemindahan total oksigen

dengan gas lain seperti karbon dioksida akan mengakibatkan pingsan dan

bahkan kematian karena kehabisan oksigen.

2. Udara mudah terbakar (flammable atmospheres)

Dua hal yang menyebabkan udara mudah terbakar yaitu kadar oksigen

di udara dan gas, uap air atau debu yang mudah terbakar dalam campuran

komposisi yang cukup. Perbedaan jenis gas mempunyai tingkat

kemudahan untuk terbakar. Jika sumber penyalaan seperti peralatan listrik,

percikan bunga api dan lain–lain terdapat di dalam suatu ruang yang

mengandung udara mudah terbakar, maka akan menyebabkan kebakaran

atau peledakan.

Suatu kadar oksigen di udara di atas 21% akan menyebabkan bahan–

bahan menjadi mudah terbakar, seperti pakaian dan rumput akan terbakar

Page 28: TUGAS AKHIR JESIKA

11

apabila mendapat penyalaan. Oleh sebab itu, jangan menggunakan oksigen

murni (pure oxygen) untuk membuat ventilasi di dalam ruang terbatas.

3. Udara beracun (toxix atmosphere)

Sebagian besar bahan–bahan seperti cairan, uap air, gas, kabut,

material padat dan debu harus dipertimbangkan sebagai bahan berbahaya

di dalam ruang terbatas. Bahan–bahan beracun dapat berasal dari beberapa

sebab seperti berikut ini:

a. Penyimpanan produk di dalam ruangan.

Suatu produk dapat diserap ke dalam dinding dan terlepas menjadi

gas beracun pada saat dipindahkan kembali atau pada saat

pembersihan sisa produk yang disimpan, gas beracun dapat terlepas.

Sebagai contoh, pemindahan endapan dari tangki penguraian material

tersebut akan dapat melepaskan gas hidrogen sulfida mematikan.

b. Pekerjaan yang sedang dilakukan di ruang terbatas

Pekerjaan–pekerjaan yang dilakukan di ruang terbatas (confined

space) antara lain adalah pengelasan, pemotongan, penempaan,

pengecatan, scraping, sanding, degresing dan lain–lain. Udara beracun

biasanya dihasilkan dari berbagai proses. Sebagai salah satu contohnya

adalah bahan pelarut (solvent) yang digunakan pada banyak industri

untuk pembersihan atau pelepasan lemak. Uap air dari bahan pelarut

tersebut sangat beracun di dalam ruang terbatas.

c. Area yang berdekatan dengan ruang terbatas

Bahan–bahan yang beracun biasanya dihasilkan dari pekerjaan di

area sekitar ruang terbatas yang akan masuk dan terakumulasi di dalam

Page 29: TUGAS AKHIR JESIKA

12

ruang terbatas tersebut dan mengakibatkan udara di dalamnya sangat

berbahaya.

Di samping potensi–potensi bahaya seperti diuraikan sebelumnya, terdapat

pula potensi–potensi bahaya fisik yang berkaitan dengan pekerjaan di confined

space. Antara lain adalah sebagai berikut:

1. Temperatur yang terlalu tinggi (Temperature extremes)

Temperatur udara yang sangat panas atau dingin dapat menyebabkan

masalah bagi pekerja. Sebagai contoh, apabila ruang terbatas sedang

dibersihkan dengan cara penguapan, maka harus didinginkan terlebih

dahulu sebelum pekerja memasuki ruang terbatas tersebut.

Temperatur udara ruang terbatas yang terlalu panas akan

mengakibatkan pekerja mudah mengalami kelelahan, karena tubuh

kehilangan garam dan cairan. Apabila temperatur panas berlebihan, maka

suhu tubuh akan meningkat sehingga dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan. Pada keadaan yang berat, suhu tubuh menjadi sangat tinggi

dapat menyebabkan pekerja pingsan sampai dengan kematian.

2. Bahaya tertelan material (Engulfment hazard)

Pelepasan butiran material yang disimpan di dalam bin dan hopper

seperti butiran pasir, batu bara atau material sejenisnya dapat meliputi atau

menelan pekerja. Material–material tersebut dapat menelan dan membuat

mati lemas pekerja yang bekerja di dalamnya.

3. Kebisingan (Noise)

Intensitas kebisingan di ruang terbatas dapat diperkuat atau

intensitasnya menjadi lebih tinggi karena akustik dan desain yang sempit.

Page 30: TUGAS AKHIR JESIKA

13

Intensitas kebisingan yang berlebihan tidak hanya merusak pendengaran,

namun juga mempengaruhi komunikasi seperti menyebabkan tidak

didengarnya tanda peringatan atau tanda bahaya

4. Permukaan lantai yang basah atau genangan air

Terpeleset dan jatuh dapat terjadi pada suatu permukaan kerja yang

basah yang dapat menyebabkan cedera pada pekerja. Selain itu permukaan

kerja yang basah akan meningkatkan kemungkinan terjadinya sengatan

arus listrik pada area dimana digunakan peralatan–peralatan yang

menggunakan listrik.

5. Kejatuhan objek (Falling objects)

Pekerja yang bekerja di ruang terbatas harus sadar akan kemungkinan

kejatuhan objek, khususnya pada ruangan yang menggunakan pintu

pembuka dari bagian atas untuk masuk, dan dimana pekerjaan dilakukan

di atas pekerja.

2.4 Persyaratan Keselamatan Ruang Terbatas

Persyaratan–persyaratan yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan

di ruang terbatas (confined space) meliputi persyaratan umum, persyaratan khusus

dan persyaratan untuk kesehatan orang yang memasuki ruang terbatas (Tarwaka,

2012).

2.4.1 Persyaratan Umum

1. Pengurus wajib melakukan identifikasi dan evaluasi terhadap tempat

kerja untuk menentukan apakah terdapat ruang terbatas dengan izin

khusus.

Page 31: TUGAS AKHIR JESIKA

14

2. Jika pada tempat kerja terdapat ruang terbatas dengan izin khusus,

maka pengurus wajib menginformasikannya kepada pekerja dengan

memasang tanda bahaya atau peralatan lain yang efektif, mengenai

keberadaan dan lokasi serta bahaya yang terdapat dalam ruang terbatas

yang memerlukan izin khusus tersebut.

3. Jika pengurus memutuskan bahwa pekerja tidak diperbolehkan

memasuki ruang terbatas dengan izin khusus, maka pengurus wajib

melakukan langkah–langkah untuk mencegah dan melarang pekerja

memasuki ruang terbatas tersebut.

2.4.2 Persyaratan Dengan Izin Khusus

1. Jika pengurus memperbolehkan pekerja memasuki ruang terbatas

dengan izin khusus, maka pengurus wajib mengembangkan dan

mengimplementasikan program tertulis (izin khusus) dan harus

diketahui oleh pekerja dan perwakilannya.

2. Persyaratan yang wajib dilakukan untuk memasuki ruang terbatas

dengan izin khusus, adalah :

a. Jika penutup akses pintu masuk dibuka, maka jalur tersebut harus

dipasang selusur, penutup sementara atau penghalang sementara

lainnya untuk mencegah masuknya pekerja tanpa disengaja dan

untuk melindungi kepala pekerja di dalam ruang terbatas tersebut

dari masuknya benda asing ke dalam ruangan.

b. Sebelum pekerja memasuki ruang terbatas, udara di dalam ruangan

harus diuji terlebih dahulu, berturut–turut untuk kadar oksigen, gas

dan uap yang mudah terbakar dan kontaminan yang berpotensi

Page 32: TUGAS AKHIR JESIKA

15

berbahaya, dengan peralatan yang telah dikalibrasi. Setiap pekerja

tersebut, wajib diberi kesempatan mengawasi pengujian tersebut.

Jika pemberian ventilasi tidak memungkinkan dan tetap harus

memasuki ruang, maka pekerja harus menggunakan alat pelindung

diri yaitu respirator yang memadai sesuai dengan kondisi ruang

terbatas.

c. Wajib menyediakan sistem aliran udara secara kontinyu, dengan

ketentuan sebagai berikut :

1) Pekerja tidak boleh memasuki ruangan sebelum udara

berbahaya di dalamnya dibersihkan terlebih dahulu.

2) Aliran udara tersebut diarahkan sedemikian rupa sehingga

dapat mencapai area dimana pekerja akan berada dan harus

berlangsung terus menerus selama pekerja akan berada di

dalam. Pengaturan aliran udara tersebut harus diperoleh dari

sumber yang bersih dan tidak boleh meningkatkan bahaya

dalam ruangan. Ventilasi dapat diperoleh melalui difusi

mekanik dengan penggunaan blower dan fan.

3) Udara dalam ruangan harus diuji secara berkala sesering

mungkin untuk memastikan bahwa pengaturan aliran udara

dapat mencegah akumulasi udara yang berbahaya dalam

ruangan. Setiap pekerja yang memasuki ruangan, atau

perwakilan pekerja tersebut, wajib diberi kesempatan untuk

mengamati proses pengujian tersebut.

Page 33: TUGAS AKHIR JESIKA

16

4) Jika ternyata terdeteksi udara berbahaya di ruang terbatas

selama kegiatan berlangsung, maka

a) Setiap pekerja harus meninggalkan ruangan terbatas

tersebut secepatnya.

b) Ruangan harus dievaluasi untuk menentukan bagaimana

udara berbahaya tersebut dapat terjadi, dan

c) Harus dilakukan pemeriksaan untuk melindungi pekerja

dari udara berbahaya tersebut sebelum kegiatan berikutnya

berlangsung.

5) Pengurus wajib memastikan bahwa ruang tersebut telah aman

dan telah dilakukan pemeriksaan sebelum kegiatan berlangsung

melalui pernyataan tertulis, yang memuat tanggal, lokasi ruang

dan tanda tangan petugas pemeriksa. Pernyataan tertulis

tersebut harus dibuat sebelum kegiatan berlangsung dan dapat

dilihat oleh pekerja yang akan melakukan kegiatan daam ruang

tersebut, atau perwakilan pekerja tersebut.

3. Jika terdapat perubahan pada penggunaan atau konfirmasi ruang

terbatas tanpa izin khusus yang mungkin meningkatkan bahaya pada

pekerja di dalamnya pengurus wajib melakukan evaluasi ulang

terhadap ruang tersebut, dan bila perlu mengklasifikasikannya sebagai

ruang terbatas dengan izin khusus.

4. Ruang yang diklasifikasikan sebagai ruang terbatas dengan izin khusus

oleh pengurus, dapat dikasifikasikan kembali sebagai ruang terbatas

tanpa izin khusus dengan persyaratan berikut :

Page 34: TUGAS AKHIR JESIKA

17

a. Jika ruang terbatas dengan izin khusus tersebut tidak mengandung

udara berbahaya, dan jika bahaya didalamnya telah dieliminasi

tanpa perlu masuk ke dalam ruangan tersebut, ruang tersebut dapat

diklasifikasikan kembali sebagai ruang terbatas tanpa izin khusus

selama tetap tidak terdapat udara berbahaya di dalamnya.

b. Jika dirasakan perlu untuk memasuki ruang tersebut untuk

menghilangkan bahaya di dalamnya, kegiatan tersebut harus

dilakukan sesuai prosedur kerja aman. Jika pengujian dan

pemeriksaan selama kegiatan membuktikan bahwa bahaya dalam

ruang tersebut dapat diklasifikasikan kembali sebagai ruang

terbatas tanpa izin khusus selama tetap tidak terdapat bahaya di

dalamnya.

c. Pengurus wajib mendokumentasikan dasar penentuan bahwa

seluruh bahaya dalam ruang terbatas dengan izin khusus telah

dihilangkan, melalui sertifikasi yang memuat tanggal, lokasi ruang

dan tanda tangan petugas yang membuat penentuan tersebut.

Sertifikasi tersebut dapat dibaca oleh seluruh pekerja yang

memasuki ruang tersebut atau oleh perwakilan pekerja.

d. Jika bahaya timbul dalam ruang terbatas dengan izin khusus yang

telah diklasifikasikan sebagai ruang terbatas tanpa izin khusus,

seluruh pekerja wajib meninggalkan ruangan. Pengurus wajib

mengevaluasi kembali ruang tersebut dan menentukan apakah

ruang tersbut harus diklasifikasikan kembali sebagai ruang terbatas

dengan izin khusus.

Page 35: TUGAS AKHIR JESIKA

18

2.4.3 Persyaratan Kesehatan Pekerja yang Memasuki Ruang Terbatas

Bekerja di ruang terbatas dapat memberikan tekanan fisik dan psikologis

bagi pekerja. Hal ini dikarenakan kualitas penerangan yang buruk dan ruangan

yang sempit, dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan keseimbangan karena

menurunnya fungsi koordinasi dan peredaran darah yang tidak normal. Pengurus

wajib memastikan petugas yang bekerja di ruang terbatas dalam keadaan sehat

secara fisik dan dinyatakan oleh dokter pemeriksa kesehatan kerja bahwa petugas

tersebut tidak mempunyai riwayat:

1. Sakit sawan atau epilepsi;

2. Penyakit jantung atau gangguan jantung;

3. Asma, bronchitis atau sesak napas apabila kelelahan;

4. Gangguan pendengaran;

5. Sakit kepala seperti migrain ataupun vertigo yang dapat menyebabkan

disorientasi;

6. Klaustropobia, atau gangguan mental lainnya;

7. Gangguan atau sakit tulang belakang;

8. Kecacatan penglihatan permanen;

9. Penyakit lainnya yang dapat membahayakan keselamatan selama

bekerja di ruang terbatas.

2.5 Heat Stress

Tekanan panas atau heat stress adalah batasan kemampuan penerimaan

panas yang diterima tenaga kerja dari kontribusi kombinasi metabolisme tubuh

akibat melakukan pekerjaan dan faktor lingkungan seperti temperatur udara,

Page 36: TUGAS AKHIR JESIKA

19

kelembapan, pergerakan udara radiasi dan pakaian yang digunakan (ACGIH,

2011)

Menurut Santoso (2004), tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim

kerja yang diterima oleh tubuh manusia. Tekanan panas adalah kombinasi dari

suhu udara, kelembapan udara, kecepatan udara dan suhu radiasi yang

dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh (Suma’mur, 2009).

Dalam bukunya yang berjudul Occupational Safety and Health for

Technologist, Engineer, and Managers, David Goetsch (2008) mengemukakan

bahwa:

“Heat stress is the heat load to which a worker may be exposed from the

combined contributions of metabolic effect to work, environmental factors

(i.e., air temperature, humidity, air movement, and radiant heat exchange)

and clothing requirements. A mild or moderate heat stress may cause

discomfort and may adversely affect performance and safety, but it is not

harmful to health”

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor

Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja pasal 1 ayat 13 menyatakan bahwa:

“Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembapan, kecepatan

gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh

tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya”.

Istilah iklim kerja dan tekanan panas (heat stress) mempunyai interpretasi

yang sama yaitu merupakan kombinasi diantara suhu udara, kelembapan udara,

kecepatan udara dan suhu radiasi. Interpretasi yang sama sehingga memudahkan,

selanjutnya mempergunakan istilah tekanan panas (heat stress).

Kemampuan manusia beradaptasi dengan temperatur lingkungan secara

umum dilihat dari perubahan suhu tubuh. Manusia dianggap mampu beradaptasi

Page 37: TUGAS AKHIR JESIKA

20

dengan temperatur lingkungan bila perubahan suhu tubuh tidak terjadi atau

perubahan suhu tubuh yang terjadi masih pada rentang yang aman. Sebagaimana

diketahui bahwa suhu tubuh atau core body temperature harus berkisar 37–38OC

(Hendra, 2009).

Apabila suhu lingkungan tinggi (lebih tinggi daripada suhu tubuh normal),

maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan suhu tubuh karena tubuh

menerima panas dari lingkungan, sedangkan hal yang sebaliknya terjadi, yaitu bila

suhu lingkungan rendah (lebih rendah daripada suhu tubuh normal). Maka panas

tubuh akan keluar melalui evaporasi dan ekspirasi sehingga tubuh dapat

mengalami kehilangan panas (Hendra, 2009)

Tubuh manusia dapat menyesuaikan diri dengan temperatur luar jika

perubahan temperatur luar yang terjadi tidak lebih dari 20% untuk suhu panas dan

35% untuk suhu dingin, semuanya dari keadaan normal tubuh. Batas toleransi

untuk suhu tinggi adalah 35oC–40oC, kecepatan gerakan udara 0,2 m/detik,

kelembapan udara 40%-50% dan perbedaan suhu permukaan 40oC.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.

PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor

Kimia di Tempat Kerja, Nilai Ambang Batas (NAB) iklim kerja berdasarkan nilai

Indeks Suhu Basah dan Suhu Bola (ISBB) dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 38: TUGAS AKHIR JESIKA

21

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Lingkungan Panas Berdasarkan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun

2011

Sumber: Lampiran I Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011

Catatan:

1. Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 kkal per jam

2. Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan

kurang dari 350 kkal per jam

3. Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang

dari 500 kkal per jam

2.6 Beban Kerja

Beban kerja menurut Hart dan Staveland 1988 dalam Tarwaka (2011),

merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas,

lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, ketrampilan, perilaku,

dan persepsi dari pekerja. Setiap pekerjaan apapun jenisnya baik memerlukan otot

atau pemikiran merupakan beban bagi pekerjanya. Beban tersebut bisa fisik,

mental, atau sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam

hubungannya dengan beban kerja, mungkin diantara mereka lebih cocok untuk

beban fisik, mental atau sosial, namun merkea hanya mampu memikul beban

sampai pada batas tertentu, bahkan ada beban yang dirasa optimal bagi seseorang.

Pengaturan waktu kerja

setiap jam

ISBB (OC)

Beban Kerja

Ringan Sedang Berat

75 % - 100 % 31,0 28,0 -

50 % - 75 % 31,0 29,0 27,5

25 % - 50 % 32,0 30,0 29,0

0 % - 25 % 32,2 31,1 30,5

Page 39: TUGAS AKHIR JESIKA

22

Dengan demikian penempatan tenaga kerja harus tepat di bidang pekerjaan dan

tempatnya (Suma’mur, 2009).

Ada dua macam metode pengukuran beban kerja yaitu pengukuran secara

tidak langsung dan pengukuran secara langsung. Pengukuran beban secara tidak

langsung biasanya dilakukan dengan mengukur berat dan ringan beban fisik

secara subyektif, denyut nadi dan aktivitas kerja. Pengukuran beban kerja secara

tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan kalorimeter (Tarwaka,

2004).

Beban kerja adalah beban yang dirasakan setiap pekerja saat

melaksanakan pekerjaannya. Sedangkan panas yang diakibatkan oleh

metabolisme sangat bergantung pada kegiatan tubuh manusia.

Menurut SNI 13-7269-2007 Tentang Penilaian Beban Kerja Berdasarkan

Tingkat Kebutuhan Kalori Menurut Pengeluaran Energi, beban kerja adalah beban

yang dialami oleh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaan yang dilakukan olehnya.

Prosedur penilaian beban kerja berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut

pengeluaran energi adalah (SNI 13-7269-2007) :

1. Mengukur berat badan tenaga kerja;

2. Mengamati aktivitas tenaga kerja (kategori pekerjaan dan posisi badan)

3. Menghitung dan mencatat waktu aktivitas tenaga kerja dengan

menggunakan stop watch dan menilai beban keja setiap aktivitas

tenaga kerja dengan menggunakan Tabel 2.2

4. Menghitung rerata beban kerja berdasarkan tingkat kebutuhan kalori

menurut pengeluaran energi dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Page 40: TUGAS AKHIR JESIKA

23

Rerata BK = (BK1XT1) + (BK2XT2) + ... + (BKnXTn) X 60 kkal per jam

(T1 + T2 + ... + Tn)

Metabolisme basal untuk laki – laki = berat badan (kg) x 1 kkal per jam

Metabolisme basal untuk wanita = berat badan (kg) x 0.9 kkal per jam

Total BK = Rerata BK + MB

Keterangan:

BK = Beban kerja per jam

BK1, BK2, BKn = Beban kerja sesuai aktivitas tenaga kerja

T1, T2, Tn = Waktu sesuai aktivitas tenaga kerja (menit)

MB = Metabolisme Basal

Tabel 2.2 Perkiraan Beban Kerja Menurut Pengeluaran Energi Berdasarkan SNI

13-7269-2007

Pekerjaan Posisi Badan

Duduk

hmkjhj

0,3

Berdiri

Jhkjhh

0,6

Berjalan

.jjjkjkjkj

3,0

Berjalan

Mendaki

3,8

Pekerjaan dengan tangan

Kategori I (contoh: menulis, merajut) 0,30

Kategori II (contoh: menyetrika) 0,70

Kategori III (contoh: mengetik) 1,10

0,60

1,00

1,40

0,90

1,30

1,70

3,30

3,70

4,10

4,10

4,50

4,90

Pekerjaan dengan satu tangan

Kategori I (contoh: menyapu lantai) 0,90

Kategori II (contoh: menggergaji) 1,60

Kategori III (contoh: memukul paku) 2,30

1,20

1,90

2,60

1,50

2,20

2,90

3,90

4,60

5,30

4,70

5,40

6,1

Pekerjaan dengan dua lengan

Kategori I (contoh: mengemas barang dalam dus) 1,25

Kategori II (contoh: memompa, menempa besi) 2,25

Kategori III (contoh: mendorong kereta bermuatan) 3,25

1,55

2,55

3,55

1,85

2,85

3,85

4,25

5,25

6,25

5,05

6,05

7,05

Pekerjaan dengan menggunakan gerakan tangan

Kategori I (contoh: pekerjaan administrasi) 3,75

Kategori II (contoh: mengepel, membersihkan karpet) 8,75

Kategori III (contoh: menggali lubang, menebang pohon) 13,75

4,95

9,05

14,05

4,35

9,35

14,35

6,75

11,75

16,75

7,55

12,55

17,55

Sumber: Lampiran A dalam SNI 13-7269-2007

Page 41: TUGAS AKHIR JESIKA

24

2.7 Komponen Pengukuran Temperatur Lingkungan

Pengukuran temperatur lingkungan dilakukan dengan mengukur

komponen temperatur yang terdiri dari suhu kering, suhu basah alami, dan suhu

radiasi. Disamping itu juga perlu dilakukan pengukuran terhadap kelembapan

udara relatif dan kecepatan angin. Temperatur lingkungan umumnya dinyatakan

dalam Wet-Bulb Gobe Temperature (WBGT) atau juga dikenal dengan Indeks

Suhu Basah dan Bola (ISBB) (ACGIH, 2001).

Komponen dari iklim kerja atau heat stress adalah sebagai berikut

(ACGIH, 2001):

1. Suhu Kering (Dry Bulb Temperature)

Suhu kering adalah suhu udara lingkungan tanpa adanya pengaruh dari

radiasi yang ditunjukkan oleh suatu termometer yang akurat setelah panas

radiasi yang dapat mempengaruhi hasil pembacaan dikoreksi.

2. Suhu Basah Alami (Natural Wet Bulb Temperature)

Suhu basah alami adalah suhu yang menunjukkan bahwa udara telah

jenuh dengan uap air. Pengukuran suhu basah alami dilakukan dengan

menggunakan termometer yang dilengkapi dengan kain katun yang bersih

dan diberi air yang telah disuling atau didistalasi.

3. Kelembapan udara (Humadity)

Kelembapan udara adalah kandungan uap air dalam udara. Pengukuran

kelembapan udara penting dilakukan karena merupakan salah satu faktor

kunci dari iklim yang mempengaruhi proses perpindahan panas dari tubuh

dengan lingkungan melalui evaporasi. Kelembapan yang tinggi

menyebabkan proses evaporasi menjadi rendah. Kelembapan dibedakan

Page 42: TUGAS AKHIR JESIKA

25

menjadi kelembapan absolut dan kelembapan relatif atau nisbi.

Kelembapan absolut adalah berat uap air per unit volume udara (gram uap

air per liter udara). Sedangkan kelembapan nisbi atau relative adalah rasio

dari banyaknya uap air dalam udara pada suatu temperatur terhadap

banyaknya uap air pada saat udara telah jenuh dengan uap air pada

temperature tersebut, yang dinyatakan dalam bentuk %.

4. Kecepatan Udara (Air Movement)

Kecepatan aliran udara adalah kecepatan angin yang bergerak pada

tempat kerja. Kecepatan angin sangat penting perannya dalam proses

pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan khususnya melalui proses

konveksi dan evaporasi. Kecepatan angin umumnya dinyatakan dalam feet

per minute (fpm) atau meter per second (m/sec).

5. Suhu Bola (Globe Temperature)

Suhu bola merupakan suhu dari radiasi inframerah yang merupakan

gelombang elektromagnetik yang terdapat di lingkungan kerja.

2.8 Mekanisme Pertukaran dan Keseimbangan Panas Tubuh

Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu sistem

pengaturan suhu (thermoregulatory system). Suhu menetap adalah akibat

keseimbangan antara panas yang dihasilkan oleh tubuh dan pertukaran panas di

antara tubuh dan lingkungan sekitar (Suma’mur, 2009).

Suhu tubuh dalam keadaan normal dan sedang istirahat akan tetap. Hal ini

adalah akibat adanya keseimbangan antara panas yang dihasilkan oleh tubuh dan

panas lingkungan sekitar, panas dalam tubuh dikurangi melalui permukaan kulit

(Suma’mur, 2009).

Page 43: TUGAS AKHIR JESIKA

26

Menurut Suma’mur (2009), suhu nikmat adalah sekitar 24–26oC bagi orang

Indonesia, namun pada umumnya orang Indonesia mampu beraklimatisasi dengan

iklim tropis yang suhunya sekitar 29-30 oC. Pada suhu ini pekerja dapat bekerja

dengan optimal, apabila suhu dinaikkan atau diturunkan maka akan terjadi

penurunan produktivitas. Lingkungan yang sangat panas atau sangat dingin akan

menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia.

Terjadinya proses pemindahan panas dari dalam tubuh ke lingkungan akan

menjadi hal yang sangat penting dalam usaha mempertahankan suhu tubuh agar

tetap konstan. Panas dari dalam tubuh akan dibawa oleh darah menuju kulit

kemudian dipindahkan ke lingkungan luar melalui proses konduksi, konveksi,

radiasi dan penguapan atau evaporasi (Guyton & Hall, 2000). Faktor yang dapat

menyebabkan pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan luar meliputi

konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi (Guyton & Hall, 2000).

1. Konduksi

Konduksi yaitu perpindahan panas antara tubuh dan benda sekitar

melalui sentuhan kontak. Pertukaran secara konduksi terjadi pada kontak

tubuh dengan udara, cairan, atau padat. Udara merupakan suatu konduktor

yang kurang baik sehingga dalam rumus persamaan keseimbangan panas

tidak ikut diperhitungkan. Namun, peranan konduksi tidak dapat diabaikan

bila kulit kontak dengan logam, karena logam umumnya konduktor baik.

Apabila terjadi perpindahan panas dari kulit ke udara, maka supaya

perpindahan panas dari tubuh tetap dapat berlangsung maka temperature

udara harus lebih dingin dari suhu kulit (Soeripto, 2008).

Page 44: TUGAS AKHIR JESIKA

27

2. Konveksi

Konveksi adalah proses pertukaran panas dari tubuh dengan

lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh. Faktor yang

mempengaruhi proses konveksi ini adalah perbedaan suhu kulit dan suhu

udara sekitarnya serta kecepatan aliran udara atau angin.

3. Radiasi

Radiasi adalah pertukaran panas tubuh dengan lingkungan melalui

radiasi gelombang elektromagnetik. Pertukaran panas dengan cara radiasi

antara tubuh dan benda sekitarnya yakni dengan cara menyerap atau

memancarkan panas. Pertukaran panas dengan cara demikian, tidak

dipengaruhi oleh suhu dan kecepatan aliran udara, tetapi dipengaruhi oleh

perbedaan suhu kulit dan suhu dari benda padat yang berada di sekitar

tubuh. Panas yang diakibatkan metabolisme sangat tergantung dari

kegiatan tubuh.

Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada

kulit yaitu sebesar 60% seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas

adalah energi kinetik pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada

gerakan ini dapat dipindahkan ke udara apabila suhu udara lebih dingin

dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi

sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas.

4. Evaporasi

Evaporasi adalah proses pertukaran panas tubuh dengan lingkungan

melalui penguapan keringat. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

banyaknya penguapan keringat yaitu kecepatan aliran udara dan perbedaan

Page 45: TUGAS AKHIR JESIKA

28

tekanan uap air pada suhu kulit dan tekanan parsial uap air dalam udara

atmosfer (Siswanto, 1991).

Penguapan keringat oleh tubuh akan terganggu apabila suhu dan

kelembapan udara lingkungan sekitarnya sangat tinggi (Hot Humid

Environment) karena udara telah jenuh dengan uap air. Sebagai akibat dari

terganggunya evaporasi ini, maka suhu tubuh akan meningkat. Cara tubuh

dalam mempertahankan suhu tubuhnya agar selalu normal yaitu 37oC

adalah sebagai berikut (Siswanto, 1991):

a. Peningkatan aliran darah ke kulit;

b. Pengeluaran keringat;

c. Peningkatan produksi panas oleh tubuh dengan cara menggigil

apabila suhu udara di lingkungan sekitar tubuh rendah.

2.9 Respon Fisiologis Tubuh Terhadap Tekanan Panas

Heat strain adalah reaksi fisiologis tenaga kerja oleh karena peningkatan

temperatur udara di luar comfort zone. Heat strain ditandai dengan meningkatnya

suhu tubuh >38oC. (Siswanto, 1991). Reaksi fisiologis yang terjadi seperti

vasodilatasi, denyut jantung meningkat, temperatur kulit meningkat, dan suhu inti

tubuh yang pada awalnya menurun menjadi meningkat. Selanjutnya apabila

pemaparan panas terus berlanjut, maka resiko terjadinya gangguan kesehatan akan

meningkat. Reaksi fisiologis akibat pemaparan panas yang berlebihan juga dapat

menyebabkan penurunan berat badan (Bernard, 2000). Beberapa indeks yang

digunakan untuk menentukan besarnya respon fisiologis terhadap tekanan panas,

antara lain adalah (Siswanto, 1991):

Page 46: TUGAS AKHIR JESIKA

29

2.9.1 Pengeluaran Keringat

Respon tubuh terhadap tekanan panas dapat dilihat dari banyaknya

keringat yang dihasilkan oleh tubuh. Banyak keringat akan ditentukan oleh jumlah

kelenjar keringat yang aktif dan banyaknya keringat yang diproduksi oleh kelenjar

keringat tersebut. Seseorang yang telah beraklimatisasi dapat mengeluarkan

keringat sebanyak 1–1,5 kg per jam dan keadaan ini berlangsung sampai beberapa

jam. Keringat menetes pada permukaan kulit apabila intensitas keringat telah

melampaui 1/3 dari kapasitas evaporasi maksimal (Siswanto, 1991).

Menurut Siswanto (1991), satu gram keringat dapat mengelimanisasi

panas tubuh sebanyak 0,58 kkal dan banyak keringat yang menguap akan

ditentukan oleh perbedaan antara tekanan uap air pada kulit dan tekanan parsial

uap air yang terdapat dalam udara atmosfer. Apabila udara suatu ruang telah jenuh

terhadap uap air maka penguapan keringat tidak berlangsung lagi sehingga suhu

tubuh akan meningkat dan produksi keringat akan terganggu apabila suhu tubuh

meningkat hingga 1,2oC. Oleh sebab itu, suhu tubuh dari pekerja yang terpapar

panas diusahakan agar tidak melebihi batas aman yaitu 38oC.

2.9.2 Peningkatan Suhu Tubuh

Manusia mempunyai komponen dalam menjaga keseimbangan energi dan

keseimbangan suhu tubuh pada kisaran 37,0±2oC, diantaranya adalah

hipotalamus, asupan makanan, kelenjar keringat, pembuluh darah kulit dan otot

rangka. Pemakaian energi oleh tubuh menghasilkan panas yang penting dalam

pengaturan suhu tubuh. Manusia dapat hidup di beberapa wilayah dengan suhu

yang berbeda, oleh karena itu mereka harus terus menerus mengatur panas

Page 47: TUGAS AKHIR JESIKA

30

internal untuk mempertahankan suhu tubuh, karena kecepatan reaksi kimia sel

bergantung pada suhu tubuh (Suma’mur, 2009).

Pelepasan suhu tubuh dan lingkungan sekitar selalu terjadi pertukaran

panas. Proses pertukaran panas tergantung dari suhu lingkungan. Suhu tetap

akibat adanya keseimbangan panas antara panas yang dihasilkan tubuh akibat

proses metabolisme dengan panas yang ada di lingkungan (Suma’mur, 2009). Hal

ini disebabkan oleh adanya sistem pengatur suhu, yang dikendalikan oleh

hipotalamus (Guyton, 2000)

Suhu tubuh normal manusia mulai dari 36oC–37oC. Apabila diukur

melalui rectal nilainya sekitar 0,6oC lebih tinggi dari pada suhu oral (Ganong,

2001). Suhu tubuh normal manusia di ukur melalui oral sekitar 37oC. Apabila

suhu tubuh sampai dibawah 35oC atau meningkat hingga 40,6oC maka beberapa

reaksi kimia dan aktivitas enzim dalam tubuh akan terganggu dan kematian terjadi

apabila suhu tubuh menurun hingga dibawah 27oC atau meningkat hingga diatas

42oC (Siswanto, 1991)

Beberapa cara pengukuran suhu tubuh, meliputi (Liana, 2012) :

1. Oral (sublingual), yaitu mengukur suhu tubuh melalui mulut.

Keuntungan:

a. Mudah dijangkau dan tidak membutuhkan perubahan posisi;

b. Nyaman bagi pasien;

c. Memberi pembacaan suhu permukaan yang akurat.

Kerugian:

a. Tidak boleh dilakukan pada pasien yang bernafas lewat mulut;

Page 48: TUGAS AKHIR JESIKA

31

b. Tidak boleh dilakukan pada pasien yang mengalami bedah oral,

trauma oral, riwayat epilepsi, atau gemetar karena kedinginan;

c. Tidak boleh dilakukan pada pasien konfusi, tidak sadar atau tidak

kooperatif;

2. Axila, yaitu mengukur suhu tubuh melalui ketiak.

Keuntungan:

a. Aman dan non-invasif;

b. Cara yang lebih disukai pada pasien yang tidak kooperatif.

Kerugian:

a. Waktu pengukuran lama;

b. Memerlukan bantuan perawat untuk mempertahankan posisi klien.

3. Rectal, yaitu mengukur suhu tubuh melalui rectum atau dubur.

Keuntungan:

a. Terbukti lebih dapat diandalkan bila suhu oral tidak dapat

diperoleh;

b. Menunjukkan suhu inti

Kerugian:

a. Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah rektal,

kelainan rektal, nyeri pada area rektal, atau cenderung pendarahan;

b. Memerlukan perubahan posisi dan dapat merupakan sumber rasa

malu dan asietas pasien;

c. Risiko terpajan cairan tubuh;

d. Memerlukan lubrikasi.

Page 49: TUGAS AKHIR JESIKA

32

4. Membran timpani, yaitu mengukur suhu tubuh melalui telinga (jarang

dipakai).

Keuntungan:

a. Tempat mudah dicapai;

b. Perubahan posisi yang dibutuhkan minimal;

c. Memberi pembacaan inti yang akurat;

d. Waktu pengukuran sangat cepat (2-5 detik).

Kerugian:

a. Pasien yang memakai alat bantu dengar, harus mengeluarkan alat

bantu dengar sebelum pengukuran;

b. Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah telinga

atau membran timpani;

c. Membutuhkan pembungkus probe sekali pakai;

d. Impaksi serumen dan otitis media dapat menganggu pengukuran

suhu.

2.9.3 Berat Badan

Penurunan berat badan pada pekerja diakibatkan karena pengeluaran

keringat (Suma’mur, 2009). Penurunan berat badan sebesar 1,4% dapat ditolerir

oleh pekerja tanpa menimbulkan pengaruh yang serius. Kehilangan air sebanyak

1,5 kg atau lebih selama bekerja dapat mengakibatkan naiknya denyut nadi dan

suhu tubuh, rasa haus dan ketidak nyamanan. Apabila tubuh kehilangan air

sebanyak 2–4 kg (3–6% dari berat badan), maka keadaan ini dapat menyebabkan

gangguan dalam melakukan pekerjaan (Siswanto, 1991).

Page 50: TUGAS AKHIR JESIKA

33

2.9.4 Denyut Nadi

Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut atau detak jantung yang dapat

dipalpasi atau diraba di permukaan kulit pada tempat tertentu. Pada jantung

manusia normal, setiap denyut berasal dari noddus SA (irama sinus normal) dan

NSR (Normal Sinus Rhythm). Waktu istirahat, jantung berdenyut kira–kira 70

kali, kecepatannya berkurang dalam waktu tidur dan bertambah karena emosi,

kerja, demam dan banyak rangsangan lainnya. Denyut nadi seseorang akan terus

meningkat apabila suhu tubuh meningkat kecuali apabila tenaga kerja yang

bersangkutan telah beraklimatisasi terhadap suhu udara yang tinggi (Siswanto,

1991).

Denyut jantung adalah jumlah denyutan jantung per satuan waktu,

biasanya dalam satuan menit. Denyut jantung didasarkan pada jumlah kontraksi

ventrikel (bilik bawah jantung). Denyut jantung mungkin terlalu cepat (takikardia)

atau terlalu lambat (bradikardia). Denyut nadi adalah denyutan arteri dari

gelombang darah yang mengalir melalui pembuluh darah sebagai akibat dari

denyutan jantung. Denyut nadi sering diambil di pergelangan tangan untuk

memperkirakan denyut jantung.

Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda–beda

tergantung pada kapan waktu dilaksanakannya pengukuran denyut jantung

tersebut, pada saat istirahat atau beraktivitas. Variasi dalam denyut jantung sesuai

dengan jumlah oksigen yang diperlukan oleh tubuh saat itu. Denyut jantung atau

juga dikenal dengan denyut nadi adalah tanda penting dalam bidang medis yang

bermanfaat untuk mengevaluasi dengan cepat kesehatan atau mengetahui

kebugaran seseorang secara umum.

Page 51: TUGAS AKHIR JESIKA

34

Denyut jantung seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya yaitu beban fisik dan beban tambahan misalnya tekanan panas.

Denyut jantung akan terus meningkat jika suhu tubuh meningkat, kecuali apabila

pekerja telah beraklimatisasi terhadap suhu yang tinggi. Reaksi denyut jantung

berlangsung cepat dan berbanding lurus dengan menggunakan energi atau

peningkatan beban kerja pada berbagai jenis pekerjaan. Denyut jantung

maksimum untuk orang dewasa adalah 180–200 denyut per menit dan keadaan ini

biasanya hanya dapat berlangsung dalam waktu beberapa menit saja. Faktor yang

dapat mempengaruhi denyut jantung adalah beban kerja, jenis kelamin, umur,

keadaan fisik, suhu serta kondisi psikologis pekerja.

Denyut nadi dapat diraba melalui (Siswanto, 1991):

1. Pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan

(Arteri radialis);

2. Leher sebelah kiri atau kanan depan otot stermo cleido mastoidues

(Arteri carolis);

3. Dada sebelah kiri tepat di apex jantung (Arteri Temparalis).

2.9.5 Tekanan Darah

Tekanan darah menunjukkan keadaan dimana tekanan yang dikenakan

oleh darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh

anggota tubuh, dengan kata lain tekanan darah juga berarti kekuatan yang

dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh (Guyton dan

Hall, 2000).

Tekanan darah dihasilkan dari denyut jantung dan jantung berdenyut

secara otomatis selama hidup seseorang. Mengecilnya ukuran jantung dinamakan

Page 52: TUGAS AKHIR JESIKA

35

kontraksi, pada setiap susunan peredaran darah setelah itu jantung mengalami

relaksasi untuk kemudian berkontraksi kembali dan seterusnya dalam keadaan

rileks, jantung diisi oleh darah. Dengan demikian peredaran darah menerima

darah setiap kali jantung berkontraksi dan mengisi ruang jantung setiap kali

jantung berelaksasi. Lingkaran yang dibentuk oleh susunan peredaran darah dari

jantung dinamakan lingkaran jantung atau sirkulasi jantung atau sirkulasi

kardiovaskuler (Guyton dan Hall, 2000).

Tekanan darah sangat penting dalam sistem sirkulasi darah dan selalu

diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler

dan sistem vena, sehingga terbentuklah aliran darah yang menetap (Pearce 1999).

Adapun tekanan darah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu tekanan sistolik dan

diastolik (Ganong, 2001):

1. Tekanan sistolik, yaitu tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung

berkontraksi;

2. Tekanan diastolik, yaitu tekanan ketika jantung sedang berelaksasi

Menurut Grandjean (1993), apabila suhu lingkungan meningkat, maka

efek fisiologis yang terjadi adalah:

a. Peningkatan kelelahan;

b. Peningkatan denyut nadi;

c. Peningkatan tekanan darah;

d. Peningkatan aktivitas organ pencernaan;

e. Sedikit peningkatan suhu inti dan peningkatan tajam suhu shell

atau suhu kulit;

f. Peningkatan aliran darah melalui kulit;

Page 53: TUGAS AKHIR JESIKA

36

g. Meningkatkan produktivitas keringat apabila suhu tubuh mencapai

34oC atau lebih.

Hal yang diperhatikan sebelum melakuan pemeriksaan tekanan darah

adalah sebagai berikut (Ganong, 2011):

1. Memastikan kondisi kandung kemih dalam keadaan kosong;

2. Menghindari konsumsi kopi, alkohol dan rokok, obat yang dapat

memicu peningkatan tekanan darah dari nilai sebenarnya;

3. Melakukan pemeriksaan pasien dalam kondisi pikiran yang tenang,

karena pikiran yang tegang dan stress akan meningkatkan tekanan

darah;

4. Melakukan pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan dalam

posisi duduk.

Menurut World Health Organization (WHO) dan International Society

Hypertension (ISH) (1999), klasifikasi tekanan darah adalah sebgai berikut:

1. Normal, dengan tekanan sistolik 120–139 mmHg dan tekanan diastolik

sebesar 80–89 mmHg;

2. Prohipertensi, dengan tekanan sistolik 140–159 mmHg dan tekanan

diastolik sebesar 90–99 mmHg;

3. Hipertensi Stadium 1, dengan tekanan sistolik 160–179 mmHg dan

tekanan diastolik sebesar 100–109 mmHg;

4. Hipertensi Stadium 2, dengan tekanan sistolik ≥180 mmHg dan

tekanan diastolic ≥110 mmHg.

Page 54: TUGAS AKHIR JESIKA

37

2.10 Karakteristik Individu yang Mempengaruhi Kerentanan Tubuh

Terhadap Tekanan Panas

Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan panas setiap individu

meliputi:

2.10.1 Umur

Tenaga kerja yang berusia diatas 40 tahun sebaiknya tidak ditempatkan di

tempat kerja yang panas karena kelenjar keringat mereka menunjukkan respon

yang lebih lambat terhadap beban panas metabolik dari lingkungan. Mereka yang

berusia lanjut mulai mensekresikan keringat 29 menit setelah masuk ke dalam

waktu ruangan yang panas, sedangkan orang muda hanya membutuhkan 15 menit

(Siswanto, 1991).

Kondisi temperatur ruangan kerja yang tinggi, tenaga kerja yang berusia

lanjut akan menyerap lebih banyak panas dari lingkungan dari pada orang muda

terutama arena pembuluh darah mereka yang terdapat atau dekat dengan

permukaan kulit lebih banyak terpapar panas (Siswanto, 1991) selain itu maximal

oxygen intake pekerja yang berusia tua lebih rendah dibandingkan pekerja yang

muda (Siswanto, 1991). Selain itu proses menjadi tua diikuti pula dengan

berkurangnya kemampuan kerja, dikarenakan perubahan baik kardiovaskuler

maupun hormonal (Suma’mur, 2009).

2.10.2 Jenis Kelamin

Pria pada umumnya memiliki daya tahan tubuh tubuh terhadap panas yang

lebih baik daripada wanita. Seorang wanita lebih tahan terhadap suhu dingin

daripada suhu panas. Hal ini disebabkan karena tubuh seorang wanita mempunyai

jaringan dengan daya konduksi yang lebih rendah terhadap dingin dan daya

Page 55: TUGAS AKHIR JESIKA

38

konduksi yang lebih besar terhadap panas dibandingkan pria, sehingga praktis

wanita akan lebih banyak memberikan reaksi perifer apabila bekerja dengan cuaca

yang panas (Siswanto, 1991).

2.10.3 Masa Kerja

Semakin lama masa kerja seseorang, maka besar pemaparan panas yang

diterimanya. Oleh karena itu semakin besar kemungkinan anak mendapat keluhan

kesehatan (Siswanto, 1991).

2.10.4 Lama Kerja

Lamanya orang bekerja sehari secara baik umumnya 6–8 jam dan sisanya

digunakan untuk istirahat. Memperpanjang waktu kerja lebih dari 8 jam biasanya

disertai menurunnya efisiensi, timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan kerja

(Suma’mur, 2009).

2.10.5 Intake Cairan

Menurut Suma’mur (2009), pekerjaan di tempat panas harus di perhatikan

secara khusus kebutuhan air dan garam sebagai pengganti cairan untuk

penguapan. Lingkungan kerja yang panas dan berat diperlukan minimal 2,8 liter

air minum, bagi tenaga kerja dengan pekerjaan ringan dianjurkan 1,9 liter. Kadar

garam tidak boleh lebih tinggi melainkan sekitar 0,2% (Siswanto, 1991). Tenaga

kerja yang bekerja di lingkungan kerja yang panas diharuskan minum air tanpa

menunggu tenaga kerja merasa haus dan minum sebanyak 250 ml setiap 30 menit

(Construction Safety Association of Ontario, 2000).

Kekurangan air lebih dari 6% dari berat tubuh berakibat dengan

munculnya tanda kelemahan kemampuan fisik dan mental, kekurangan garam

Page 56: TUGAS AKHIR JESIKA

39

mengakibatkan gejala serius. Kekurangan 0,5 gram/kg dari berat tubuh

mengakibatkan lesu, pusing, pingsan dan kejang otot (Siswanto, 1991).

2.10.6 Status Gizi

Tenaga kerja yang status gizinya jelek akan menunjukkan respon yang

berlebihan terhadap tekanan panas dan hal ini disebabkan oleh sistem

kardiovaskuler yang tidak stabil. Pengeluaran elemen penting dari makanan yang

dikonsumsi oleh tenaga kerja dapat dipercepat oleh kerja keras khususnya apabila

dilakukan di tempat kerja yang panas (Siswanto, 1991)

2.10.7 Ukuran Luas Permukaan Tubuh

Apabila suatu pekerjaan dilakukan di suatu tempat kerja yang panas, maka

mereka yang bertubuh kecil dengan luas permukaan tubuh yang kecil dan individu

yang terlalu gemuk dengan rasio luas permukaan tubuh atau berat badan yang

besar adalah rentan terhadap pengaruh tekanan panas. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tenaga kerja yang berat badannya ≤50 kg selain mempunyai

oksigen intake yang rendah, juga kurang toleran terhadap panas daripada mereka

yang memiliki berat badan rata–rata (Siswanto, 1991)

2.10.8 Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan

penuh kesanggupan dan kemampuan secara efisien terhadap pembebanan fisik

yang diterimanya. Kesanggupan dan kemampuan bekerja tanpa menimbulkan

kelelahan yang berelbihan dengan cukup energi. Apabila tenaga kerja yang

kesegaran jasmaninya kurang tidak akan dapat melakukannya (Suma’mur, 2009)

Page 57: TUGAS AKHIR JESIKA

40

2.10.9 Kebiasaan Merokok

Nikotin menyebabkan kenaikan tekanan arteri dan denyut jantung oleh

beberapa mekanisme (Kaplan dan Stamler dalam Kapten, 2006) :

1. Nikotin merangsang pelepasan epinetrin lokal dan saraf adrenergic

dan meningkatkan sekresi katekolamin dan modula adrenalis dan dari

jaringan kromafin di jantung;

2. Nikotin bekerja pada kemoreseptor di gomus caroticus dan glomera

aotica yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan

arteri;

3. Nikotin bekerja langsung pada miokardium untuk menginduksi efek

inotropik dan kromotropik positif.

Menurut Singgih (2005), nikotin dalam rokok dapat mengakibatkan

jantung berdenyut lebih cepat dan penyempitan saluran nadi sehingga

menyebabkan jantung terpaksa memompa dengan lebih kuat untuk memenuhi

kebutuhan darah ke seluruh tubuh.

Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan yang akan

merangsang jantung, saraf, otak dan organ tubuh lainnya bekerja tidak normal,

nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan

darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi otot jantung (Sidabutar, 2005).

2.11 Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan

pengeluarankeringat yang meningkat, penurunan denyut jantung dan suhu tubuh.

Proses adaptasi ini biasanya memerlukan waktu 7–10 hari dan aklimatisasi yang

Page 58: TUGAS AKHIR JESIKA

41

telah didapat ini dapat pula menghilang dengan cepat apabila pekerja tidak masuk

bekerja selama satu minggu (Siswanto, 1991).

Aklimatisasi ini ditujukan kepada suatu pekerjaan dan suhu tinggi untuk

beberapa waktu misalnya 2 jam. Mengingat pembentukan keringat tergantung

pada kenaikan suhu tubuh. Aklimatisasi panas biasanya tercapai sesudah 2

minggu. Dengan bekerja dalam suhu tinggi saja belum dapat menghasilkan

aklimatisasi yang sempurna. World Health Organization (1999), mengemukakan

adanya perbedaan kecil aklimatisasi antara laki–laki dan perempuan. Perempuan

tidak dapat beraklimatisasi dengan baik seperti laki–laki. Hal ini dikarenakan

mereka mempunyai kapasitas kardiovaskuler yang lebih kecil. Faktor yang perlu

diperhatikan sehingga timbul aklimatisasi adalah faktor pembebanan dan lamanya

kerja. Cara atau proses aklimatisasi adalah sebagai berikut (Santosa, 2004) :

1. Pada hari pertama kerja, pembebanan fisik dan lamanya kerja

diusahakan agar tidak melebihi 50% dari beban kerja yang sebenarnya;

2. Pada hari kedua beban kerja ditambah 10% menjadi 60% dari beban

dan lamanya kerja yang sebenarnya;

3. Demikian seterusnya hingga pada hari keenam pembebanan fisik dan

lama kerja mencapai 100%.

Proses aklimatisasi perlu dilakukan bila mana suhu basah tempat kejra

25oC–28oC atau bila suhu kering 33oC–35oC. Hal ini tergantung dari keadaan

aklimatisasi alami pekerja yang bersangkutan. Bagi mereka yang beraklimatisasi

dianjurkan agar minum air yang bergaram dapur (Siswanto, 1991).

Page 59: TUGAS AKHIR JESIKA

42

2.12 Pengaruh Tekanan Panas Pada Manusia

Tekanan panas yang berlebih di tubuh baik akibat proses metabolisme

tubuh maupun paparan panas dari lingkungan kerja dapat menimbulkan masalah

kesehatan dari yang sangat ringan seperti heat rash, heat syncope, heat cramps,

heat exhaustion hingga yang sangat serius aitu heat stroke (Siswanto, 1991) :

2.12.1 Heat Rash

Menurut Construction Safety Association of Ontario (2000), heat rash

yang disebut juga prickly heat merupakan masalah yang paling umum dalam

lingkungan kerja yang panas. Heat rash ini terjadi dalam apabila kondisi lembab

dimana keringat tidak mampu menguap dari kulit dan pakaian. Penyakit ini

mungkin terjadinya pada sebagian kecil area kulit atau sebagian tubuh (Siswanto,

1991)

Gejala terjadinya heat rash pada pekerja adalah (Siswanto, 1991):

1. Merah bercak dan gatal–gatal yang ekstrem di daerah yang terus

menerus lembab oleh keringat;

2. Di area kulit yang berkeringat terjadi sensasi seperti tertusuk – tusuk.

2.12.2 Heat Cramps

Gejala dari heat cramps adalah rasa nyeri dan kejang pada kaki, tangan

dan abdomen dan banyak mengeluarkan keringat. Hal ini disebabkan karena

ketidakseimbangan cairan dan garam selama melakukan kerja fisik yang berat di

lingkungan kerja yang panas (Siswanto, 1991).

2.12.3 Heat Exhaustion

Heat exhaustion diakibatkan oleh berkurangnya cairan tubuh atau volume

darah. Kondisi ini terjadi jika jumlah air yang dikeluarkan seperti keringat

Page 60: TUGAS AKHIR JESIKA

43

melebihi dari air yang diminum selama terkena panas (Siswanto, 1991). Menurut

Construction Safety Association of Ontario (2000), heat exhaustion terjadi ketika

tubuh tidak bisa lagi mengalirkan darah menuju organ–organ vital di dalam tubuh

dan dalam waktu yang sama tidak dapat mengirim darah menuju kulit untuk

mengurangi suhu tubuh.

Gejala yang terjadi apabila heat exhaustion mengenai pekerja adalah

(Construction Safety Association of Ontario, 2000):

1. Kelelahan;

2. Kesulitan untuk melanjutkan pekerjaan;

3. Sakit kepala;

4. Sesak nafas;

5. Mual atau muntah;

6. Pingsan.

2.12.4 Heat Stroke

Heat stroke terjadi apabila tubuh tidak dapat lagi menjaga keseimbangan

panas sehingga suhu tubuh meningkat pada level kritis. Heat stroke dapat

menyebabkan koma hingga kematian.

Gejala pada heat stroke adalah kebingungan, perilaku irasioanal,

penurunan kesadaran, kejang - kejang, keringat berkurang, kulit kering dan panas,

detak jantung cepat dan suhu tubuh tinggi (Construction Safety Association of

Ontario, 2000).

2.13 Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)

ISBB banyak digunakan sebagai pengukur lingkungan kerja yang panas

karena cara pengukurannya tidak membutuhkan keterampilan khusus, cara atau

Page 61: TUGAS AKHIR JESIKA

44

metode pengukuran tidak sulit dan besarnya tekanan panas di lingkungan kerja

dapat ditentukan dengan mudah dan cepat (ACGIH, 2001).

Formula ISBB merupakan suatu model matematika yang memuat

indikator iklim kerja. Kecepatan angin dan kelembapan udara diperlukan agar

lingkungan kerja dapat dievaluasi dengan baik (Ardyanto, 2006).

ISBB dan Nilai ambang Batas (NAB) dari ISBB berasal dari Amerika

Serikat telah diadopsi oleh Indonesia untuk menjadi NAB yang dapat diterapkan

bagi tenaga kerja maupun iklim kerja di Indonesia. Namun diketahui bahwa iklim

kerja dan tenaga kerja antara Amerika Serikat dan Indonesia berbeda, sehingga

memungkinkan untuk meneliti kembali NAB yang sesuai untuk diterapkan sesuai

dengan kondisi Indonesia (Ardyanto, 2006).

Langkah pengukuran ISBB dengan menggunakan Digital Questemp 36

dapat dilaksanakan dengan tahap – tahap sebagai beikut:

1. Tahap persiapan

Beberapa hal yang dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai

beikut (Hendra, 2009):

a. Peralatan yang harus dipersiapkan antara lain Questemp 36,

aquadest, kain katun dan baterai yang sesuai;

b. Memastikan alat dalam kondisi baik dan berfungsi dengan benar

serta masih dalam masa kalibrasi, terutama Questemp 36;

c. Memeriksa daya baterai pada alat masih dalam kondisi dapat

digunakan;

Page 62: TUGAS AKHIR JESIKA

45

2. Tahap pengukuran

a. Meletakkan alat pada titik pengukuran dan sesuaikan ketinggian

sensor dengan kondisi pekerja;

b. Membuka tutup termometer suhu basah alami, lalu basahi sumbu

yang terdapat di dalam termometer dengan aquadest sampai wadah

hampir terisi penuh untuk menjamin agar termometer dalam

kondisi basah selama pengukuran;

c. Menyalakan alat dan menunggu alat membaca kondisi lingkungan

kerja selama 15 menit;

d. Apabila telah 15 menit, mencatat hasil yang didapatkan dan

menonaktifkan alat kemudian dipindahkan ke titik pengukuran lain;

e. Dan prosedur kerja dapat diulang dari poin c.

Beberapa hal yang harus diperhatikan selama proses pengukuran di

tempat kerja adalah sebagai berikut (Hendra, 2009):

1. Meletakkan alat harus pada posisi yang aman, waspadai alat jangan

sampai bergetar, bergoyang atau kondisi lain yang membahayakan;

2. Meletakkan alat pada titik pengukuran yang tidak menganggu

aktivitas tenaga kerja;

3. Operator harus memperhatikan aspek keselamatan diri saat

melakukan pengukuran. Bila diperlukan gunakan alat pelindung diri

yang sesuai dengan kondisi bahaya di lingkungan kerja;

4. Berkoordinasi dengan tenaga kerja dan penanggung jawab tempat

kerja untuk kelancaran proses pengukuran.

Page 63: TUGAS AKHIR JESIKA

46

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

= Diteliti

= Tidak Diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Tentang Faktor Yang

Mempengaruhi Respon Fisiologis Pekerja Akibat Heat Stress di

Confined Space (Studi di Superabsorbent Polymer Plant unit

Heater PT. Nippon Shokubai Indonesia)

Karakteristik Pekerja

1. Umur

2. Status Gizi

3. Masa Kerja

4. Kebiasaan Merokok

5. Intake Cairan

Respon Fisiologis Pekerja

1. Suhu Tubuh

2. Tekanan Darah

3. Denyut Nadi

4. Berat Badan

Faktor Lingkungan

1. Suhu Basah Alami

2. Suhu Kering

3. Suhu Radiasi

4. Kelembapan Udara

5. Kecepatan Angin

6. Heat Stress

Faktor Pekerjaan

Beban Kerja

Pakaian Kerja

Confined Space

Potensi Bahaya

1. Kekurangan Oksigen

2. Kebisingan

3. Kejatuhan Objek

4. Keracunan Gas atau Uap Beracun

5. Electric Shock

6. Jenis Kelamin

7. Lama Kerja

8. Ukuran Luas

Permukaan Tubuh

9. Kesegaran Jasmani

Page 64: TUGAS AKHIR JESIKA

47

3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual

Confined space merupakan suatu tempat kerja di mana pekerja yang

berada di dalamnya memiliki ruang gerak dan jarak visual yang terbatas serta

ventilasi yang kurang. Di dalam confined space terdapat potensi bahaya bagi para

pekerja yaitu heat stress, kekurangan oksigen, kebisingan, kejatuhan objek,

keracunan gas atau uap beracun dan electric shock. Dalam penelitian ini yang

menjadi perhatian adalah potensi bahaya dari heat stress, karena potensi bahaya

tersebut belum pernah dilakukan pengukuran di confined space.

Heat stress merupakan kombinasi dari faktor lingkungan seperti suhu

basah alami, suhu bola, suhu kering, kelembapan udara dan kecepatam aliran

udara, lalu faktor pekerjaan yaitu beban kerja dan faktor pakaian kerja. Sedangkan

dalam penelitian ini yang menjadi perhatian adalah faktor lingkungan dan faktor

pekerjaan.

Pekerja yang terpapar heat stress akan menunjukkan respon – respon

fisiologis yang ditunjukkan oleh perubahan suhu tubuh, tekanan darah, denyut

nadi dan perubahan berat badan. Selain akibat paparan heat stress, besar kecilnya

respon fisiologis pada pekerja juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik pekerja.

Karakteristik pekerja tersebut adalah umur, status gizi, masa kerja, intake cairan,

kebiasaan merokok, beban kerja, jenis kelamin, lama kerja, ukuran luas

permukaan tubuh dan kesegaran jasmani. Dalam penelitian ini yang akan diteliti

adalah umur, status gizi, masa kerja, kebiasaan merokok dan intake cairan.

Page 65: TUGAS AKHIR JESIKA

48

BAB 4

METODE PENELITIAN

4. 1 Jenis Penelitian

Penelitian ini apabila ditinjau dari aspek tujuan dan sifatnya termasuk

rancang bangun observasional yang bersifat deskriptif karena bertujuan untuk

mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya respon fisiologis pekerja akibat

paparan heat stress. Berdasarkan waktunya, penelitian ini menggunakan

pendekatan cross sectional dimana subjek yaitu pekerja yang bekerja di confined

space unit heater akan diobservasi 1 (satu) kali dengan pengukuran variabel

terikat (dependent variable) dan variabel tidak terikat (independent variable).

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja yang melakukan

pekerjaan cleaning di dalam confined space unit heater yaitu sebanyak 10 orang.

4.2.2 Sampel dan Besar Sampel.

Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari jumlah populasi.

Besar sampel dalam penelitian ini adalah 10 orang.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PT. Nippon Shokubai Indonesia yang

terletak di Jalan Raya Anyer KM 122 Kawasan Industri Panca Puri Ciwandan,

Cilegon Banten. Pemilihan lokasi penelitian pada perusahaan ini dikarenakan

terdapat confined space dengan temperatur tinggi dan belum pernah dilakukan

pengukuran lingkungan kerja tersebut serta belum pernah dilakukan pula

Page 66: TUGAS AKHIR JESIKA

49

pemeriksaan suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi, berat badan secara khusus

untuk pekerja yang bekerja dengan tekanan panas di confined space.

Waktu pengambilan data penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 April

sampai dengan 15 Mei 2015. Sedangkan waktu penelitian dimulai pada tanggal 23

Maret 2015 yaitu awal pembuatan proposal.

4.4 Variabel Penelitian, Cara Pengukuran dan Definisi Operasional

4.4.1 Variabel Penelitian

1. Variabel Tidak Terikat (Independet Variable), yaitu :

a. Heat stress, yang terdiri dari :

1) Suhu basah alami;

2) Suhu kering;

3) Suhu radiasi;

4) Kelembapan udara;

5) Kecepatan angin;

6) Beban kerja.

b. Karakteristik pekerja, yang meliputi :

1) Umur;

2) Status gizi;

3) Masa kerja;

4) Kebiasaan merokok;

5) Intake cairan;

2. Variabel Terikat (Dependent Variable):

a. Suhu tubuh;

b. Tekanan darah;

Page 67: TUGAS AKHIR JESIKA

50

c. Denyut nadi;

d. Berat badan;

4.4.2 Definisi Operasional, Cara Pengukuran dan Skala Data

Tabel 4.1 Definisi Operasional, Cara Pengukuran dan Skala Data Penelitian

di PT. Nippon Shokubai Indonesia Mei 2015

No Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

dan Kriteria

Skala

Data

1 Heat Stress Tekanan panas pada

lingkungan kerja

dengan mengukur

faktor lingkungan yaitu

suhu basah alami, suhu

kering, suhu radiasi,

kelembapan udara dan

kecepatan angin dan

faktor pekerjaan yaitu

beban kerja.

Menggunakan

Thermal Environment

Monitor Questemp34.

Interval

Faktor

Lingkungan

Faktor kombinasi heat

stress meliputi suhu

basah alami, suhu

kering, suhu radiasi,

Kelembapan udara dan

kecepatan angin.

2 Suhu Basah

Alami

Suhu yang

menunjukkan bahwa

udara telah jenuh

dengan uap air, dengan

satuan oC

Menggunakan

Thermal Environment

Monitor Questemp34.

Interval

3 Suhu Kering Suhu udara lingkungan

tanpa pengaruh dari

radiasi yang

ditunjukkan dengan

satuan oC.

Menggunakan

Thermal Environment

Monitor Questemp34.

Interval

4 Suhu radiasi Suhu yang

menunjukkan panas

radiasi yang terdapat di

tempat kerja dengan

satuan oC.

Menggunakan

Thermal Environment

Monitor Questemp34.

Interval

5 Kelembapan

udara

Banyaknya kandungan

uap air dalam udara

yang ditunjukkan

dengan satuan %.

Menggunakan

Thermal Environment

Monitor Questemp34.

Rasio

Page 68: TUGAS AKHIR JESIKA

51

No Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

dan Kriteria

Skala

Data

5 Kecepatan

angin

Kecepatan angin yang

bergerak pada tempat

kerja dengan satuan

m/det atau meter per

second.

Menggunakan

Thermal Environment

Monitor Questemp34.

Rasio

Faktor

Pekerjaan

Faktor kombinasi heat

stress yang berasal dari

pekerjaan yaitu beban

kerja

6 Beban Kerja Beban yang ditanggung

oleh pekerja dalam

melakukan

pekerjaannya

Penilaian besar beban

kerja dengan cara

observasi langsung

berdasarkan SNI

7269 2009. Kategori:

1. Ringan = 100–200

kkal/jam

2. Sedang = >200-

350 kkal/jam

3. Berat = >350–500

kkal/jam

Ordinal

7 Waktu Kerja Lama kerja responden

di dalam confined space

Mengamati langsung

dan menggunakan

stopwatch

Ordinal

Karakteristik

Tenaga Kerja

Faktor individu yang

dimiliki oleh setiap

tenaga kerja meliputi

umur, status gizi, masa

kerja, kebiasaan

merokok dan intake

cairan

8 Umur Lamanya responden

telah menjalani hidup

sampai dilakukannya

penelitian.

Kuesioner dengan

kategori :

1. 18–20 tahun

2. 21–23 tahun

3. 24–26 tahun

Ordinal

9 Status Gizi Kondisi fisik responden

dengan mengukur berat

badan dan tinggi badan.

Menggunakan IMT

(Indeks Masa Tubuh)

yaitu berat badan

dalam kg dibagi

dengan dua kali

tinggi badan dalam

meter.

Kategori :

<18,5 = kurus

18,5–25 = normal

>25 = gemuk

Ordinal

Page 69: TUGAS AKHIR JESIKA

52

No Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

dan Kriteria

Skala

Data

10 Masa Kerja Lama kerja responden

pada confined space

saat dilakukannya

penelitian

Kuesioner dengan

ukuran:

1. ≤3 tahun

2. 4–6 tahun

3. ≥7 tahun

Ordinal

13 Kebiasaan

Merokok

Tindakan responden

dalam mengkonsumsi

rokok

Kuesioner dengan

kategori:

1. Ya = Merokok

2. Tidak = Tidak

Merokok

Nominal

14 Intake Cairan Banyaknya air minum

(air mineral) yang

dikonsumsi pekerja

selama bekerja di

confined space. Ukuran

botol yang digunakan

yaitu 600 ml

Kuesioner dengan

kategori :

1. Kurang = ≤ 1

botol

2. Cukup = 2-3

botol

3. Banyak = ≥4

botol

Ordinal

Respon

Fisiologis

Respon individu secara

fisik akibat paparan

panas ditandai dengan

perubahan suhu tubuh,

tekanan darah, denyut

nadi dan berat badan.

15 Suhu Tubuh Suhu yang dihasilkan

oleh tubuh. Pengukuran

dengan cara oral dan

ditambah 0,6oC agar

akurat dan sama dengan

suhu inti. Satuan yang

digunakan adalah oC

(derajat celcius).

Pengukuran

dilakukan dengan

menggunakan digital

thermometer

Ordinal

14 Tekanan

Darah

Keadaan dimana

tekanan yang dikenakan

oleh darah pada

pembuluh arteri ketika

darah dipompa oleh

jantung ke seluruh

anggota tubuh, dengan

komponen

pemeriksaannya

diastole dan systole.

Pemeriksaan

dilakukan sebelum

dan sesudah bekerja

dengan pekerja dalam

kondisi duduk. Alat

yang digunakan

adalah Automatic

Blood Pressure

Monitor Omron HEM

– 7117.

Rasio

Page 70: TUGAS AKHIR JESIKA

53

4.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Jenis data, teknik dan instrumen dalam pengumpulan data yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Pengambilan data primer dilakukan dengan cara :

a. Pengukuran heat stress dilakukan di dalam confined space unit

heater. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat pengukur

digital yang disebut Thermal Environment Monitor Questemp 34;

b. Pemeriksaan suhu tubuh dilakukan dengan menggunakan Digital

Thermometer with Beeper MS-202. Pemeriksaan dilakukan dengan

cara oral, agar sesuai dengan suhu inti manusia maka akan

ditambahkan faktor koreksi sebesar 0,6oC;

No Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

dan Kriteria

Skala

Data

15 Denyut Nadi Frekuensi irama denyut

atau detak jantung yang

dapat dipalpasi atau

diraba di permukaan

kulit pada tempat

tertentu.

Pemeriksaan denyut

nadi dilakukan

sebelum dan sesudah

bekerja, dengan

pekerja dalam kondisi

duduk. Alat yang

digunakan adalah

Automatic Blood

Pressure Monitor

Omron HEM – 7117.

Rasio

16 Berat Badan Berat badan adalah

indeks masa dalam

tubuh.

Pemeriksaan berat

badan dilakukan

sebelum dan sesudah

bekerja. Alat yang

digunakan adalah

microtoise and

bathroom scale.

Rasio

Page 71: TUGAS AKHIR JESIKA

54

c. Pemeriksaan denyut nadi dan tekanan darah. Pemeriksaan

dilakukan dengan menggunakan alat Automatic Blood Pressure

Monitor Omron HEM-7117;

d. Pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan dengan

menggunakan alat microtoise dan bathroom scale;

e. Pengukuran intake cairan dengan cara menghitung banyaknya air

yang dikonsumsi. Ukuran botol yang digunakan sama yaitu 600

ml;

f. Data umur, masa kerja, kebiasaan merokok diperoleh dari hasil

pengisian kuesioner kepada pekerja;

g. Pengukuran beban kerja dilakukan dengan mengamati pekerja saat

melakukan pekerjaan berdasarkan SNI 7269-2009, dengan satuan

kkal (kilokalori).

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Human Resource and Personil

Administration Departement. Dokumen berisi tentang sejarah perusahaan,

gambaran umum perusahaan dan jumlah pekerja yang melakukan

pekerjaan di confined space unit heater.

4.6 Prosedur Pengukuran dan Pemeriksaan

4.6.1 Pengukuran Heat Stress

Pengukuran heat stress dilakukan di dalam confined space. Pengukuran

dilaksanakan saat pekerja melakukan pekerjaan dalam waktu 15 menit. Alat dan

bahan yang digunakan adalah Thermal Environment Monitor Questemp 34,

aquades, kain kasa dan alat tulis. Prosedur kerja dilakukan sebagai berikut :

Page 72: TUGAS AKHIR JESIKA

55

1. Menyiapkan Thermal Environment Monitor Questemp 34, kemudian

diberikan aquades;

2. Memasang instrumen di dalam confined space dan dipaparkan selama

15 menit;

3. Membaca dan mencatat hasil yang di tunjukkan oleh alat pengukuran;

4.6.2 Pemeriksaan Suhu Tubuh

Pemeriksaan suhu tubuh dilakukan 2 (dua) kali, yaitu sebelum bekerja dan

sesudah bekerja. Alat dan bahan yang digunakan adalah digital thermometer

sebanyak 5 buah, alkohol sebagai pembersih termometer, sarung tangan, kapas

dan alat tulis. Prosedur pemeriksaan adalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan kepada responden tindakan apa yang akan dilakukan

kemudian alat disimpan didekat responden;

2. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan;

3. Menempatkan termometer dibawah lidah responden dalam kantung

sub lingual lateral ke tengah rahang bawah dan meminta responden

menahan termometer dengan bibir terkatup dan hindari penggigitan;

4. Menunggu termometer digital selesai membaca suhu tubuh dengan

tanda suara beep lalu mengeluarkan termometer dengan hati – hati;

5. Mencatat hasil pemeriksaan yang ditunjukkan oleh thermometer;

6. Membersihkan termometer dengan menggunakan alkohol swab dengan

gerakan memutar dari ataske arah reservoir, kemudian membuang

kapas di bengkok;

7. Mengulangi prosedur kerja terhadap pekerja lainnya dan setelah

dilakukan pekerjaan.

Page 73: TUGAS AKHIR JESIKA

56

4.6.3 Pemeriksaan Denyut Nadi dan Tekanan Darah

Pemeriksaan denyut nadi dilakukan sebanyak 2 (dua) kali yaitu sebelum

dan setelah bekerja. Pemeriksaan dilakukan dengan alat dan bahan sebagai

berikut; Automatic Blood Pressure Monitor dan alat tulis. Prosedur kerja

pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :

1. Menjelaskan kepada responden perlunya pemeriksaan yang akan

dilakukan dan membuat responden santai dan nyaman;

2. Responden dalam keadaan duduk, alat diletakkan setinggi jantung

responden, kira – kira ICS IV;

3. Lengan dalam keadaan bebas santai, membebaskan dari tekanan oleh

pakaian dan memasang manset 1 – 2 cm diatas siku;

4. Menekan tombol start dan menunggu hingga hasil pemeriksaan

muncul di layar monitor;

5. Mencatat hasil pemeriksaan;

6. Mengulangi pemeriksaan pada pekerja lain dan mengulanginya

kembali setelah pekerjaan selesai.

4.6.4 Pemeriksaan Berat Badan dan Tinggi Badan

Pemeriksaan berat badan dan tinggi badan dilakukan sebelum dan setelah

bekerja. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat microtoise and

bathroom scale dengan timbangan jarum. Prosedur pengukuran adalah sebagai

berikut:

1. Responden berdiri pada alat pengukuran;

2. Badan tegak menghadap kedepan;

3. Memeriksa berat badan yang tertera dan mencatatnya;

Page 74: TUGAS AKHIR JESIKA

57

4. Dalam posisi yang sama, dengan menarik microtoise ke atas hinggua

ubun ubun kepala;

5. Lalu mencatat hasil tinggi badan responden.

4.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Teknik Pengolahan Data

Data primer yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan tahap

sebagai berikut :

1. Editing (pemeriksaan data)

Editing yaitu pengecekan terhadap semua isian kuesioner yang telah

dikumpulkan yang dilakukan setelah pengambilan data di lapangan dan

hasil pengukuran sudah ada. Mengolah data karakteritik responden, hasil

pengukuran heat stress, dan hasil pemeriksaan respon fisiologis pekerja

meliputi suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah dan berat badan.

a. Intake cairan diukur dengan cara menghitung banyak air minum

yang dikonsumsi saat bekerja. Ukuran botol yang digunakan sama

yaitu 600 ml sehingga dapat diketahui berapa banyak air minum

yang dikonsumsi.

b. Status gizi diperoleh dengan menghitung nilai IMT dengan

menggunakan rumus :

IMT = Berat Badan / Tinggi Badan2 (meter)

2. Entry data

Data hasil pengukuran iklim kerja, karakteristik pekerja dan hasil

pemeriksaan respon fisiologis pekerja diolah dengan menggunakan

program komputer.

Page 75: TUGAS AKHIR JESIKA

58

3. Penyajian data atau laporan

Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan deskriptif

serta penyajian dengan menggunakan grafik

4.7.2 Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian kemudian dilakukan analisis dengan :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat atau analisis secara deskriptif yang digunakan untuk

menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti. Deskripsi berupa hasil

pengukuran dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menguji hipotesis yaitu respon

fisiologi tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar heat stress dan

pengaruh karakteristik pekerja terhadap adanya respon fisiologis tenaga

kerja. Uji statistik dilakukan dengan uji regression logistic untuk

mengetahui pengaruh karakteristik tenaga kerja terhadap respon fisiologis

Page 76: TUGAS AKHIR JESIKA

59

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum PT. Nippon Shokubai Indonesia

5.1.1 Sejarah Singkat PT. Nippon Shokubai Indonsia

PT. Nippon Shokubai Indonesia adalah PMA (Penananam Modal Asing)

Jepang yang berlokasi di Kawasan Industri Pancapuri, Jl. Raya Anyer km 112,

Ciwandan Cilegon Banten. PT. Nippon Shokubai Indonesia merupakan

perusahaan Petrokimia yang memproduksi Acrylic Acid (AA), Acrylic Ester (AE)

seperti Ethyl Acrylate (EA), n-Butyl Acrylate (BA), 2-Ethylexyl Acrylate (2EHA)

dan Super Absorbent Polymer (SAP). PT Nippon Shokubai merupakan anak

perusahaan Nippon Shokubai CO. Ltd. Japan yang memiliki anak perusahaan di

beberapa Negara (Nippon Shokubai Group).

PT. Nippon Shokubai Indonesia merupakan perusahaan manufaktur

pertama di Asia Tenggara yang memproduksi Acrylic Acid (AA) dan Acrylic

Ester (AE), serta merupakan perusahaan manufaktur pertama di Indonesia yang

memproduksi Super Absorbent Polymer (SAP) yang mulai produksi komersial

pada Tahun 2013.

PT. Nippon Shokubai Indonesia didirikan pada Bulan Agustus 1996

dengan nama PT. Nisshoku Trypolyta Acrylindo. Pada Januari 1997 dilakukan

Ground Breaking Ceremony untuk memulai pembangunan pabrik. Pembangunan

selesai pada Juli 1998 dan November 1998 dimulai produksi secara komersial 1

AA atau first Acrylic Acid dan Esters. Pada Tahun 2000 PT. Nisshoku Trypolyta

Acrylindo terkena dampak dari adanya krisis moneter, tepatnya Bulan Agustus

PT. Nisshoku Trypolyta Acrylindo melakukan pengalihan saham kepada Nippon

Page 77: TUGAS AKHIR JESIKA

60

Shokubai CO.,LTD dan Tomen Corporation yang telah berganti nama menjadi

Toyota Tsusho Corporation. Sehingga pada Bulan Januari 2001 berganti nama

menjadi PT. Nippon Shokubai Indonesia. Demi mengembangkan produknya, PT.

Nippon Shokubai Indonesia membulai pembangunan pabrik baru untuk Super

Absorbent Polymer (SAP) dan 2AA (Second Acrylic Acid) pada Juli 2011 yang

selesai pada Agustus 2013. Proses produksi secara komersial dilakukan mulai

Oktober 2013. Toyota Tsusho Corporation melakukan pengalihan saham kepada

Nippon Shokubai Co, LTD. Lalu Nippon Shokubai Co, LTD melakukan

pengalihan saham sebesar 0,002 dan kepada PT. Indochemical Citra Kimia.

Sehingga saat ini saham yang dimiliki oleh Nippon Shokubai Co, LTD adalah

sebesar 99,998%.

PT. Nippon Shokubai Indonesia memiliki filosofi yaitu TechnoAmenity

yang memberikan kemakmuran dan kenyamanan bagi kehidupan manumur dan

masyarakat melalui inovasi teknologi. NSI yang merupakan singkatan dari PT.

Nippon Shokubai Indonesia memiliki makna yang lain yang yaitu Never-ending of

Spirit yang berarti semangat yang tak pernah berakhir demi kemajuan. Sejalan

dengan slogan tersebut, PT. Nippon Shokubai Indonesia berkomitmen dapat

memuaskan pelanggan dengan menyediakan produk dan pelayanan dengan

kualitas tinggi serta meningkatkan perlindungan terhadap keselamatan dan

lingkungan.

PT. Nippon Shokubai Indonesia merupakan perusahaan multinasional

yang memiliki kewajiban untuk menyediakan produk dan jasa dengan kualitas

yang tinggi. Dengan adanya predikat tersebut serta untuk mewujudkan

Page 78: TUGAS AKHIR JESIKA

61

komitmennya, PT. Nippon Shokubai Indonesia membentuk 12 divisi kerja.

Divisi–divisi kerja tersebut adalah sebagai berikut:

1. Human Resource and Personil Administration (HRPA), divisi ini

menangani bagian rekruitmen karyawan baru, gaji, asuransi dan

sebagainya;

2. General Affair, menangani bagian kantin, transportasi, gedung,

security dan sebagainya;

3. Finance Accounting, hal–hal yang berhubungan dengan keuangan

yang keluar dan masuk ditangani oleh divisi ini;

4. Logistic, menyediakan dan menyimpan barang–barang yang

diperlukan di perusahaan, baik di area pabrik maupun gedung;

5. Information and Technology, divisi yang berhubungan dengan

teknologi, informasi, internet yang diperlukan di perusahaan;

6. Production, merupakan divisi dengan tenaga kerja paling banyak dan

berhadapan langsung di area proses produksi;

7. Safety Environment, divisi yang menangani K3 dan lingkungan yang

bertujuan untuk menjadikan tempat kerja aman dan nyaman bagi

tenaga kerja, serta tidak menimbulkan kecelakaan kerja, penyakit

akibat kerja serta pencemaran lingkungan. Inspeksi, patrol, monitoring

lingkungan, work permit dan sebagainya merupakan bagian dari divisi

ini;

8. Quality Assurance, adanya pengecekan kualitas, kontrol kualitas dari

awal proses hingga akhir proses dilaksanakan oleh divisi ini. Hal ini

Page 79: TUGAS AKHIR JESIKA

62

merupakan cara untuk menjaga proses dan hasil proses produksi agar

tetap baik dan berkualitas tinggi;

9. Engineering and Maintenance, divisi yang bertugas menangani semua

equipment di seluruh area pabrik yang berhubungan dengan proses,

berkaitan dengan modifikasi, pemeliharaan, perbaikan suatu

kerusakan di seluruh area perusahaan dan seterusnya;

10. Marketing, merupakan divisi pemasaran. Pada perusahaan ini,

menjaga hubungan baik dengan pelanggan merupakan cara marketing

yang dilakukan;

11. Purchasing, divisi yang menangani tentang pembelian bahan baku,

bahan penolong, bahan bakar dan sebagainya;

12. Distribution and Shipping Receiving, merupakan divisi yang

menangani pengemasan dan pengiriman barang–barang yang akan

dipasarkan baik melalui darat maupun laut.

5.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

PT. Nippon Shokubai Indonesia berkeyakinan bahwa pelaksanaan

program Lingkungan Hidup, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LHK3) yang

baik akan menuju pengelolaan usaha yang efisien dan menguntungkan serta

selaras dengan lingkungan, keselamatan dan kesehatan Kerja dengan visi dan misi

sebagai berikut :

Visi : Meningkatkan LHK3 dan prosesnya secara terus menerus untuk

melindungi keselamatan, lingkungan dan orang–orang dimana kita bekerja dan

tinggal.

Page 80: TUGAS AKHIR JESIKA

63

Misi : Menerapkan semua aktifitas bisnis dengan cara yang bertanggung

jawab untuk mencegah insiden, penyakit dan bahaya–bahaya terhadap orang–

orang dan kerusakan terhadap lingkungan.

PT. Nippon Shokubai Indonesia dan karyawannya, dengan bekal konsep

“Techno-Amenity” bertekad untuk mengelola LHK3 sebagai bagian usaha yang

terpadu sesuai dengan misi di atas dengan cara sebagai berikut:

1. Bersungguh–sungguh menaati setiap peraturan LHK3 dari Pemerintah

dan ketentuan lainnya.

2. Mengkaji-ulang serta melaksanakan program dan mencapai sasaran

LHK3 secara berkesinambungan untuk memperbaiki sistem

pengolahan lingkungan dan kinerjanya

3. Melindungi lingkungan di masyarakat dimana kita bekerja dan tinggal

serta berusaha keras secara bertahap untuk mengurangi emisi pada

lingkungan dan limbah yang dihasilkan.

4. Memelihara kondisi kerja yang aman, sehat dan ramah lingkungan

PT. Nippon Shokubai Indonesia akan mengkomunikasikan tekad tersebut

kepada setiap orang yang bekerja atas nama PT. Nippon Shokubai Indonesia.

5.1.3 Kebijakan K3L di PT. Nippon Shokubai Indonesia

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan tanggung jawab semua

pihak serta merupakan hal yang sangat penting di dalam sebuah industri. PT.

Nippon Shokubai Indonesia berusaha untuk mencapai nihilnya angka kecelakan

kerja (zero accident), penyakit akibat kerja dan selalu menaati peraturan

perundang–undangan yang mengatur hal tersebut. Program–program K3

dilakukan dan dikembangkan sehingga tingkat kesadaran pekerja terhadap K3

Page 81: TUGAS AKHIR JESIKA

64

dapat diterapkan dengan baik, demikian pula dengan pelatihan–pelatihan untuk

menanggapi keadaan darurat yang dilaksanakan secara rutin sehingga kesiapaan

pekerja saat terjadi kondisi darurat sangat baik.

Selain dalam bidang K3, PT. Nippon Shokubai Indonesia juga

bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan hidup dengan cara mengelola

dampak–dampak dari segala aktifitas perusahaan sehingga tidak merugikan

masyarakat dan lingkungan hidup dan selalu menaati peraturan perundang–

undangan serta mengelola lingkungan dengan menerapkan system yang memadai.

Kegiatan–kegiatan yang dilakukan seperti pengurangan emisi CO2, konservasi

sumber daya alam, penghijauan, dan lain–lain. Sehingga dengan dilaksanakannya

segala kegiatan–kegiatan tersebut dapat tercapai industri yang ramah lingkungan.

Keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan merupakan dasar kedua

dalam pelaksanaan manajemen aset untuk mencapai kaidah pengelolaan yang

terkendali. Serta untuk meningkatkan budaya kerja dan menjaga citra perusahaan,

maka mutlak diperlukan adanya kedisiplinan dan kesadaran akan pentingnya

unsur keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan bagi seluruh pekerja

bersama jajaran manajemen.

5.1.4 Superabsorbent Polymer Plant

Superabsorbent Polymer merupakan bahan baku pembuatan disposable

diapers atau popok sekali pakai yang kini digunakan oleh bayi, anak–anak, dan

juga orang dewasa. Dalam penggunaannya yang lain, sebagian kecil produk ini

digunakan untuk mnahan air dalam pemasangan kabel bawah tanah, holtikultura

dan lain–lain. Superabsorbent Polymer adalah sejenis polimer berikatan silang

yang dapat mengembang, yang memiliki kemampuan untuk menyerap dan

Page 82: TUGAS AKHIR JESIKA

65

menyimpan cairan berkali–kali lipat lebih banyak dari beratnya sendiri dengan

membentuk sebuah gel. Cairan tersebut dapat dipertahankan, walaupun diberikan

tekanan.

Proses produksi dari Superabsorbent Polymer (SAP) terdiri dari beberapa

tahap, yaitu netralisasi, polymeralisasi, pengeringan, pengayakan dan

penggilingan, pelapisan dan pengemasan. Bahan baku utama dari produk ini

adalah acrylic acid (AA) dan sodium hidroksida (NaOH).

Sumber : UKL-UPL

Gambar 5.1 Proses Produksi Superabsorbent Polymer

Neutralization

Surface

Treatment

Fine Powder

Recovery

Polymerization Drying

Pulverizing Classification

Packing

Bahan

Penolong

NaOH

Product

Bahan Penolong

AA

Page 83: TUGAS AKHIR JESIKA

66

Acrylic acid (AA) dan larutan sodium hidroksida (NaOH) secara terus

menerus dimasukkan kedalam bagian netralisasi untuk dinetralisasikan sebagian.

Campuran yang telah dinetralkan, dimasukkan ke dalam bagian polymerisasi lalu

dicampur dengan larutan sodium hidroksida dan beberapa aditif, dan kemudian

dimasukkan ke dalam reactor. Gel–gel polimer dalam bentuk lembaran–lembaran

secara terus menerus terbentuk ke dalam reactor.

Bubuk–bubuk halus dari bag filter dan sifter dikumpulkan dan dicampur

dengan air di mixer untuk mengaglomerasi bubuk–bubuk tersebut. Gel–gel

aglomerasi dikirimkan ke dryer. Gel–gel polimer yang keluar dari reactor

dimasukkan ke dryer setelah dihancurkan terlebih dahulu di gel crusher. Dryer

memiliki sistem sirkulasi udara panas yang mana udara tersebut dipanaskan oleh

steam pada heat exchanger. Pada keluaran dryer, gel–gel polimer yang telah

kering dan berupa agregat dihancurkan menjadi bagian–bagian yang lebih kecil.

Polymer gel yang sudah dihancurkan dimasukkan ke bagian puliverizing

dan ditimbuk menjadi bubuk. Bubuk diayak dengan menggunakan ayakan untuk

mengontrol ukuran partikel bubuk. Bubuk tersebut lalu dicampur dengan

menggunakan beberapa bahan kimia dalam mixer dan campuran tersebut secara

terus menerus dimasukkan kedalam pemanas. Setelah melalui proses pelapisan

tersebut, bubuk didinginkan dan dicampur dengan beberapa bahan kimia di dalam

pendingin. Bubuk kemudian dimasukkan ke sifter dan dikontrol ukuran partikel

produknya. Setelah pengontrolan ukuran partikel, produk di transfer ke bagian

pengepakan.

Heater merupakan salah satu mesin produksi di Superabsorbent Polymer

Plant, mesin ini memiliki temperatur saat beroperasi mencapai ±200oC, untuk

Page 84: TUGAS AKHIR JESIKA

67

mempertahankan performa heater tersebut dilakukan pembersihan kerak secara

rutin yaitu satu kali dalam setahun saat pabrik dalam kondisi shut down. Sehingga

heater akan menjadi area kerja confined space bagi pekerja dengan temperatur

yang cukup tinggi.

Pekerja yang membersihkan confined space unit heater tersebut adalah tim

khusus dari Production Departement dengan rutinitas bekerja rata–rata bekerja

selama 4 jam dengan pengaturan kerja 2 jam bekerja mulai pukul 09.00–11.00

WIB lalu istirahat dan dimulai kembali pukul 14.00 hingga 16.00 WIB. Pekerja

akan bergantian masuk ke dalam confined space, sehingga apabila pekerja

mengalami kelelahan dan kemampuan bertahan di confined space menurun,

pekerja tersebut diwajibkan segera keluar dari confined space dan pekerja yang

berada diluar segera menggantikannya. Daya tahan waktu bekerja di confined

space setiap pekerja berbeda–beda. Telah disediakan Alat Pelindung Diri (APD)

bagi pekerja seperti helmet, goggles, gloves, safety shoes dan dust and chemical

respirator. Di area kerja juga telah disediakan ruang minum yang terletak di lantai

4, sedangkan area kerja confined space heater terletak di lantai 5.

5.2 Karakteristik Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi respon

fisiologis pada pekerja yang terpapar heat stress di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia, diperoleh data

mengenai karakteristik tenaga kerja yaitu seluruh tenaga kerja berjenis kelamin

laki–laki. Selain itu diperoleh pula data umum responden seperti umur, masa

kerja, status gizi, kebiasaan merokok dan intake cairan.

Page 85: TUGAS AKHIR JESIKA

68

5.2.1 Umur Tenaga Kerja

Distribusi tenaga kerja di Confined Space Unit Heater Superabsorbent

Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia menurut umur dapat dilihat pada

Tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Tenaga Kerja di Confined

Space Unit Heater Superabsorbent Polymer Plant PT. Nippon

Shokubai Indonesia Bulan Mei Tahun 2015.

Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

18 – 20 1 10

21 – 23 6 60

24 – 27 3 30

Jumlah 10 100 Sumber: Data Primer

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengisian kuesioner, diketahui

bahwa umur tenaga kerja termuda yaitu 19 tahun dan yang paling tua adalah 26

tahun. Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa kelompok umur responden 21–

23 tahun merupakan kelompok umur dengan jumlah tenaga kerja terbanyak yaitu

6 orang (60%), dan kelompok umur 18–20 tahun merupakan kelompok dengan

jumlah tenaga kerja paling sedikit yaitu sebanyak 1 orang (10%).

5.2.2 Masa Kerja Tenaga Kerja

Distribusi tenaga kerja di Confined Space Unit Heater Superabsorbent

Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia menurut masa kerja dapat dilihat

pada Tabel 5.2

Page 86: TUGAS AKHIR JESIKA

69

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Tenaga Kerja di

Confined Space Unit Heater Superabsorbent Polymer Plant PT.

Nippon Shokubai Indonesia Bulan Mei Tahun 2015.

Masa Kerja Jumlah (Orang) Persentase (%)

≤ 3 Tahun 5 50

4 – 6 Tahun 3 30

≥ 7 Tahun 2 20

Jumlah 10 100 Sumber: Data Primer

Merujuk pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa kelompok masa kerja

responden ≤3 tahun merupakan kelompok dengan jumlah tenaga kerja terbanyak

yaitu 5 orang (50%), dan kelompok masa kerja ≥7 tahun merupakan kelompok

dengan jumlah tenaga kerja paling sedikit yaitu sebanyak 2 orang (20%).

5.2.3 Status Gizi Tenaga Kerja

Distribusi tenaga kerja di Confined Space Unit Heater Superabsorbent

Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia menurut status gizi yang diperoleh

dari perhitungan IMT dapat dilihat pada Tabel 5.3 sebagai berikut:

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Tenaga Kerja di

Confined Space Unit Heater Superabsorbent Polymer Plant PT.

Nippon Shokubai Indonesia Bulan Mei Tahun 2015.

Status Gizi Jumlah (Orang) Persentase (%)

Kurus 3 30

Normal 5 50

Gemuk 2 20

Jumlah 10 100 Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa tenaga kerja yang termasuk

dalam kategori status gizi normal adalah sebanyak 5 orang (50%), lalu jumlah

tenaga kerja dengan kategori status gizi kurus sebanyak 3 orang (30%) dan

terdapat 2 orang (20%) tenaga kerja termasuk dalam status gizi kategori gemuk.

Page 87: TUGAS AKHIR JESIKA

70

5.2.4 Kebiasaan Merokok Tenaga Kerja

Distribusi tenaga kerja di Confined Space Unit Heater Superabsorbent

Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia menurut kebiasaan merokok dapat

dilihat pada Tabel 5.4 berikut:

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Tenaga Kerja

di Confined Space Unit Heater Superabsorbent Polymer Plant PT.

Nippon Shokubai Indonesia Bulan Mei Tahun 2015.

Kebiasaan Merokok Jumlah (Orang) Persentase (%)

Ya 3 30

Tidak 7 70

Jumlah 10 100 Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang

memiliki kebiasaan merokok adalah sebanyak 3 orang (30%) dan jumlah tenaga

kerja yang tidak merokok adalah sebanyak 7 orang (70%).

5.2.5 Intake Cairan Tenaga Kerja

Distribusi tenaga kerja di Confined Space Unit Heater Superabsorbent

Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia menurut intake cairan dengan air

mineral yang disediakan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut:

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Intake Cairan Tenaga Kerja di

Confined Space Unit Heater Superabsorbent Polymer Plant PT.

Nippon Shokubai Indonesia Bulan Mei Tahun 2015.

Intake Cairan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Tidak Minum 5 50

Kurang (≤ 1 botol) 5 50

Cukup (2-3 botol) 0 0

Banyak (≥4 botol) 0 0

Jumlah 10 100

Sumber: Data Primer

Page 88: TUGAS AKHIR JESIKA

71

Berdasarkan Tabel 5.5 seluruh tenaga kerja yang bekerja di confined space

unit heater diketahui bahwa sebesar 5 orang pekerja (50%) pekerja tidak

mengkonsumsi air minum saat bekerja dan sebesar 5 orang pekerja (50%)

memiliki kategori kebiasaan minum kurang yaitu ≤1 botol dengan ukuran botol

yang digunakan adalah 600 ml.

5.3 Beban Kerja Tenaga Kerja

Prosedur penilaian beban kerja dilakukan dengan mengukur berat badan,

mengamati aktivitas tenaga kerja dan menghitung kebutuhan kalori berdasarkan

pengeluaran energi sesuai Tabel penilaian energi menurut SNI 7269-2009.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, responden melakukan pekerjaan

dengan posisi duduk membersihkan kerak dan powder di dalam confined space

dengan waktu kerja masing masing responden berbeda–beda, dan pekerja juga

bekerja dengan posisi duduk dan membawa lampu tambahan yang digunakan

untuk penerangan tambahan untuk pekerja lain yang sedang membersihkan

confined space dengan waktu kerja setiap responden juga berbeda–beda.

Sehingga apabila dilihat pada Tabel klasifikasi pekerjaan yang terdapat di

SNI 7269-2009, pekerjaan pertama termasuk dalam pekerjaan posisi duduk

dengan menggunakan gerakan tangan kategori 2, dan pekerjaan kedua termasuk

dalam pekerjaan posisi duduk dengan satu tangan kategori 1.

Dari hasil pembacaan Tabel tersebut, dihitung beban kerja masing –

masing responden tenaga kerja yang telah diamati setiap jam dengan rumus

berikut:

Rerata Beban Kerja = (BK1 x T1) + (BK2 x T2) + … + (BKn x Tn) x 60 kkal/jam

(T1 +T2 + …+ Tn)

Page 89: TUGAS AKHIR JESIKA

72

Metabolisme Basal untuk laki–laki = berat badan dalam kg x 1 kkal per jam

Total Beban Kerja = Rerata Beban Kerja + Metabolisme Basal

Dari perhitungan total beban kerja setiap responden tenaga kerja,

didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 5.6 Total Beban Kerja Tenaga Kerja di Confined Space Unit Heater

Superabsorbent Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia Bulan

Mei Tahun 2015

No

Rerata Beban Kerja

(kkal/jam)

Metabolisme Total

Beban

Kerja

(kkal/jam)

Kategori Basal

(kkal)

Jam 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Rerata

1 346,75 543,00 435,95 543,00 467,18 56 523,18 Berat

2 543,00 268,25 543,00 346,75 425,25 83 508,25 Berat

3 260,40 72,00 405,63 443,84 295,47 49 344,47 Berat

4 543,00 543,00 543,00 543,00 543,00 43 586,00 Berat

5 371,73 0,00 276,10 543,00 297,71 58 355,71 Berat

6 361,85 543,00 354,60 472,35 432,95 55 487,95 Berat

7 543,00 260,40 543,00 306,60 413,25 61 474,25 Berat

8 325,62 413,07 442,07 543,00 430,94 44 474,94 Berat

9 543,00 543,00 543,00 0,00 407,25 92 499,25 Berat

10 543,00 213,30 473,22 0,00 307,38 58 365,38 Berat

Rata–Rata Total Beban Kerja 461,94 BERAT

Sumber: Data Primer

Seluruh responden merupakan tenaga kerja dengan jenis kelamin laki–laki

sebanyak 10 orang. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa rata–rata total

beban kerja tenaga kerja di confined space adalah 461,94 kkal per jam.

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7269-2009 dan Keputusan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor:PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, maka beban

Page 90: TUGAS AKHIR JESIKA

73

kerja responden di confined space tersebut termasuk dalam kategori berat dengan

kebutuhan kalori per jam sebesar 350–500 kkal per jam.

5.4 Waktu Kerja Tenaga Kerja

Dilakukan perhitungan waktu kerja responden dengan paparan panas

setiap jam. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kategori waktu kerja

responden setiap jamnya. Berikut adalah hasil perhitungan waktu kerja pekerja

yang terpapar panas di confined space:

Tabel 5.7 Hasil Perhitungan Waktu Kerja Tenaga Kerja di Confined Space Unit

Heater Superabsorbent Polymer Plant PT. Nippon Shokubai

Indonesia Bulan Mei Tahun 2015

No. Waktu Kerja (Menit)

Jam 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4

1 12 19 44 17

2 21 12 41 12

3 20 9 24 19

4 12 19 44 17

5 11 0 30 6

6 13 12 15 20

7 31 5 11 8

8 13 29 28 6

9 56 7 49 0

10 19 10 27 0

Rata–Rata 20,8 10 27 10,5 Sumber: Data Primer

Dari hasil yang tertera pada Tabel 5.7 tersebut dapat dilakukan

perhitungan rata–rata waktu kerja tenaga kerja di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plant. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :

Rerata waktu kerja = (20,8 + 10 + 27 + 10,5) menit = 18,7 menit

4

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa rata–rata waktu kerja

tenaga kerja di confined space unit heater Superabsorbent Polymer Plant adalah

Page 91: TUGAS AKHIR JESIKA

74

selama 18,7 menit. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor: PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor

Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, maka waktu kerja tenaga kerja

termasuk dalam pengaturan waktu kerja 0–25 %, artinya tenaga kerja bekerja

selama 18,7 menit dengan paparan heat stress di confined space unit heater dan

beristirahat selama 41,3 menit di luar confined space unit heater.

5.5 Iklim Kerja di Confined Space Unit Heater

Pengukuran iklim kerja dilakukan di dalam confined space pada 2 (dua)

titik pengukuran, yaitu titik 1 pada area manhole 1 dan titik kedua pada area

manhole 2. Setiap titik dilakukan pengukuran sebanyak 2 (dua) kali yaitu sebelum

istirahat dan setelah istirahat. Hasil pengukuran iklim kerja dapat disajikan

sebagai berikut:

Tabel 5.8 Hasil Pengukuran Iklim Kerja di Confined Space Unit Heater

Superabsorbent Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia

Bulan Mei Tahun 2015

Lokasi

Pengukuran

Pengukuran Suhu

Basah

(oC)

Suhu

Kering

(oC)

Suhu

Bola

(oC)

Kelembapan

Udara

(%)

ISBB

(oC)

Heater 1 CA

(titik 1)

I 29,9 39,4 43,9 44 33,0

II 27,8 37,4 38,0 52 31,1

Heater 1 CA

(titik 2)

I 29,1 41,8 43,9 42 33,9

II 38,2 41,7 43,4 50 33,7

Heater 2 CA

(titik 1)

I 31,2 40,5 48,9 46 35,3

II 27,9 36,7 37,0 50 31,0

Heater 2 CA

(titik 2)

I 53,0 33,4 56,5 28 42,5

II 31,0 46,6 48,0 33 38,9

Rata–Rata 33,5 39,7 45,0 43,13 34,9 Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.8 menunjukkan bahwa rerata suhu basah di confined

space unit heater adalah 33,5oC, sedangkan rerata suhu kering adalah 39,7 oC.

Page 92: TUGAS AKHIR JESIKA

75

Rerata dari hasil dari pengukuran suhu bola yang merupakan suhu radiasi di

lingkungan kerja adalah 45 oC. Selanjutnya rerata dari kelembapan udara yang

merupakan parameter banyaknya kandungan uap air dalam udara adalah sebesar

43,13 %. Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) digunakan sebagai pengukur iklim

kerja yang panas, dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa rerata nilai ISBB di

confined space unit heater adalah 34,9oC.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Nomor:PER.12/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan

Faktor Kimia di Tempat Kerja, menunjukkan bahwa dengan beban kerja yang

termasuk kategori beban kerja berat dan dengan pengaturan waktu kerja kategori

0–25%, nilai Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) di unit heater Supeabsorbent

Polymer Plant sebesar 34,9oC telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang

ditetapkan yaitu 30,5 oC.

5.6 Respon Fisiologis Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi respon

fisiologis pada pekerja yang terpapar heat stress di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia, diperoleh data

mengenai respon fisiologis responden tenaga kerja sebelum dan sesudah

melakukan pekerjaan. Respon fisiologis tersebut adalah suhu tubuh, denyut nadi,

tekanan darah dan berat badan.

5.6.1 Suhu Tubuh Tenaga Kerja

Pengukuran suhu tubuh tenaga kerja dilakukan sebelum bekerja dan

setelah bekerja. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, yaitu sebelum dan

sesudah istirahat.

Page 93: TUGAS AKHIR JESIKA

76

Berdasarkan hasil pengukuran suhu tubuh tenaga kerja yang dilakukan,

diperoleh hasil sebagai berikut:

Sumber: Data Primer

Gambar 5.2 Grafik Perubahan Suhu Tubuh Sebelum dan Sesudah Bekerja

Merujuk pada Gambar 5.2 menunjukkan bahwa rerata suhu tubuh tenaga

kerja mengalami peningkatan dari sebelum bekerja dan setelah bekerja. Setiap

responden mengalami perubahan suhu tubuh yang berbeda–beda, peningkatan

suhu tubuh tertinggi adalah pada responden nomor 1 dari suhu tubuh sebelum

bekerja sebesar 36,6oC dan naik sesudah bekerja sebesar 38,45oC dengan selisih

1,85oC. Sedangkan peningkatan suhu tubuh terendah adalah pada responden

nomor 5 dengan selisih 0,85oC, dengan suhu tubuh sebelum dan sesudah bekerja

berturut – turut adalah 36,55oC dan 38,6oC.

Berdasarkan Gambar 5.2 juga diketahui bahwa rata–rata hasil pemeriksaan

nilai suhu tubuh sebelum dan sesudah bekerja pada tenaga kerja yang bekerja di

36,636,75 36,8

36,55 36,55

36,95 36,95

36,55

36,95

36,65

38,4538,35

38,2538,2

37,4

38,2 38,238,05

38,2

38

35,5

36

36,5

37

37,5

38

38,5

39

TK.1 TK.2 TK.3 TK.4 TK.5 TK.6 TK.7 TK.8 TK.9 TK.10

Sebelum Sesudah

Page 94: TUGAS AKHIR JESIKA

77

confined space unit heater adalah 36,73oC dan 38,13oC. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat peningkatan antara suhu tubuh responden sebelum

dan sesudah bekerja akibat paparan panas di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plant. Dari hasil pemeriksaan tersebut, disimpulkan

bahwa seluruh pekerja yang bekerja di confined space unit heater mengalami heat

strain dengan ditandai terjadinya kenaikan suhu tubuh ≥38oC.

5.6.2 Denyut Nadi Tenaga Kerja

Pemeriksaan denyut nadi tenaga kerja dilakukan sebelum bekerja dan

setelah bekerja. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, yaitu sebelum dan

sesudah istirahat.

Berdasarkan hasil pengukuran denyut nadi tenaga kerja yang dilakukan,

diperoleh hasil sebagai berikut:

Sumber: Data Primer

Gambar 5.3 Grafik Perubahan Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah Bekerja

109,5

97,5

86,5

80,5 83,5

94,5 96,5

75,5

97,5

87

120115

82,5

8588

106,5 106

78,597

82,5

0

20

40

60

80

100

120

140

TK.1 TK.2 TK.3 TK.4 TK.5 TK.6 TK.7 TK.8 TK.9 TK.10

Sebelum Sesudah

Page 95: TUGAS AKHIR JESIKA

78

Dari Gambar 5.3 tersebut menunjukkan bahwa rerata denyut nadi tenaga

kerja sebelum dan sesudah bekerja sebanyak 7 orang responden mengalami

peningkatan sedangkan 3 orang responden mengalami penurunan. Dari hasil

pengukuran tersebut reponden nomor 3, 9 dan 10 mengalami penurunan nilai

denyut nadi, dengan penurunan tertinggi dialami oleh pekerja nomor 3 dengan

denyut nadi sebelum bekerja sebesar 86,5 denyut per menit dan setelah bekerja

menjadi 82,5 denyut per menit. Sedangkan 7 responden lainnya mengalami

peningkatan denyut nadi, dengan peningkatan tertinggi dialami oleh responden

nomor 2 dengan hasil pengukuran sebelum bekerja sebesar 97,5 denyut per menit

menjadi 115 denyut per menit sesudah bekerja.

Berdasarkan Gambar 5.3 maka dapat diketahui bahwa rata–rata hasil

pemeriksaan denyut nadi tenaga kerja sebelum bekerja adalah 90,85 denyut per

menit sedangkan rata–rata denyut nadi sesudah bekerja adalah 96,1 denyut per

menit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan antara denyut

nadi tenaga kerja sebelum dan sesudah bekerja akibat paparan panas di confined

space unit heater Superabsorbent Polymer Plant.

5.6.3 Tekanan Darah Tenaga Kerja

Pemeriksaan tekanan darah tenaga kerja dilakukan sebelum bekerja dan

setelah bekerja. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, yaitu sebelum dan

sesudah istirahat. Pengukuran dibedakan menjadi pengukuran tekanan darah

sistolik dan tekanan darah diastolik.

Page 96: TUGAS AKHIR JESIKA

79

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan tekanan darah

diastolik tenaga kerja yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Sumber: Data Primer

Gambar 5.4 Grafik Perubahan Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah

Bekerja

Dari Gambar 5.4 tersebut menunjukkan bahwa rerata tekanan darah

sistolik tenaga kerja sebelum dan sesudah bekerja sebanyak 6 orang responden

mengalami peningkatan sedangkan 4 orang responden mengalami penurunan.

Dari 6 orang responden yang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik,

responden nomor 1 mengalami peningkatan tertinggi dengan tekanan darah

sistolik sebelum bekerja sebesar 125 mmHg dan sesudah bekerja menjadi 132,5

mmHg. Sedangkan dari 4 responden yang mengalami penurunan, penurunan

tertinggi dialami responden nomor 2 dengan tekanan darah sistolik sesudah

bekerja 142 mmHg yang mengalami penurunan sebesar 9 mmHg dari tekanan

sebeum bekerja yaitu 151 mmHg.a;l;

125

151

129,5

112 111

134,5

115

110

136

124,5

132,5

142

134,5

118115,5

128,5

114,5

113,5

135,5129,5

0

20

40

60

80

100

120

140

160

TK.1 TK.2 TK.3 TK.4 TK.5 TK.6 TK.7 TK.8 TK.9 TK.10

Sebelum Sesudah

Page 97: TUGAS AKHIR JESIKA

80

Berdasarkan Gambar 5.4 diketahui bahwa rata–rata hasil pemeriksaan

tekanan darah sistolik tenaga kerja sebelum bekerja adalah 124,85 mmHg

sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik sesudah bekerja adalah 126,05 mmHg.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan antara tekanan darah

sistolik tenaga kerja sebelum dan sesudah bekerja akibat paparan panas di

confined space unit heater Superabsorbent Polymer Plant.

Sumber: Data Primer

Gambar 5.5 Grafik Perubahan Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah

Bekerja

Dari Gambar 5.5 tersebut menunjukkan bahwa rerata tekanan darah

diastolik tenaga kerja sebelum dan sesudah bekerja sebanyak 5 orang responden

mengalami peningkatan sedangkan 5 orang responden mengalami penurunan.

Dari 5 orang responden yang mengalami penurunan tekanan darah diastolik,

responden nomor 7 mengalami penurunan tertinggi dengan tekanan darah

diastolik sebelum bekerja sebesar 62,5 mmHg dan sesudah bekerja menjadi 70

mmHg. Sedangkan dari 5 responden yang mengalami penurunan, penurunan

61,5

85

5762,5

65,5

83,586,5

62,5

85

71,5

59

76 60,5

7,5 71,582,5 82

62

82,5

73,5

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

TK.1 TK.2 TK.3 TK.4 TK.5 TK.6 TK.7 TK.8 TK.9 TK.10

Sebelum Sesudah

Page 98: TUGAS AKHIR JESIKA

81

tertinggi dialami responden nomor 2 dengan tekanan darah diastolik sebelum

bekerja sebesar 85 mmHg dan menurun saat sesudah bekerja menjadi 76 mmHg.

Berdasarkan Gambar 5.5 diketahui bahwa rata–rata hasil pemeriksaan

tekanan darah diastolik tenaga kerja sebelum bekerja adalah 72,05 mmHg

sedangkan rata–rata tekanan darah diastolik sesudah bekerja adalah 72,45 mmHg.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan antara tekanan darah

diastolik tenaga kerja sebelum dan sesudah bekerja akibat paparan panas di

confined space unit heater Superabsorbent Polymer Plant.

5.6.4 Pemeriksaan Berat Badan

Pemeriksaan berat badan tenaga kerja dilakukan sebelum bekerja dan

setelah bekerja. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, yaitu sebelum dan

sesudah istirahat.

Berdasarkan hasil pengukuran berat badan tenaga kerja yang dilakukan,

diperoleh hasil sebagai berikut :

Sumber: Data Primer

Gambar 5.6 Grafik Perubahan Berat Badan Sebelum dan Sesudah Bekerja

56

82,75

49,25

43

5853,75

61,25

44,5

92

58

54,5

81,5

47,7540,75

56,25 54,75

59,75

43,25

90,5

56

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

TK.1 TK.2 TK.3 TK.4 TK.5 TK.6 TK.7 TK.8 TK.9 TK.10

Sebelum Sesudah

Page 99: TUGAS AKHIR JESIKA

82

Berdasarkan Gambar 5.6, menunjukkan bahwa berat badan sebelum dan

sesudah bekerja di confined space pada tenaga kerja mengalami penurunan.

Penurunan tertinggi dialami oleh responden nomor 4 dengan penurunan berat

badan sebesar 2,25 kg, berat badan responden tersebut sebelum bekerja adalah 43

kg dan sesudah bekerja menurun hingga 40,75 kg. Sedangkan penurunan berat

badan terendah dialami oleh responden nomor 6 dengan penurunan berat badan

sebesar 1 kg, berat badan sebelum bekerja adalah 53,75 kg lalu sesudah bekerja

menjadi 52,75 kg.

Merujuk pada Gambar 5.6 maka dapat diketahui nilai rata–rata hasil

pengukuran berat badan tenaga kerja sebelum bekerja sebesar 59,85 kg dan

sesudah bekerja adalah sebesar 58,3 kg. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat penurunan berat badan tenaga kerja sebelum dan sesudah bekerja akibat

paparan panas di confined space unit heater Superabsorbent Polymer Plant

5.7 Pengaruh Karakteristik Pekerja Terhadap Respon Fisiologis Tenaga

Kerja

Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi respon

fisiologis pada pekerja yang terpapar heat stress di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia, diperoleh data

mengenai faktor karakteristik tenaga kerja yang mempengaruhi terjadinya respon

fisiologis tenaga kerja sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.

5.7.1 Pengaruh Karakteristik Pekerja Terhadap Perubahan Suhu Tubuh

Distribusi perubahan suhu tubuh sebelum dan sesudah bekerja berdasarkan

karakteristik tenaga kerja di confined space unit heater Superabsorbent Polymer

Plant dapat dilihat pada Tabel 5.9 berikut:

Page 100: TUGAS AKHIR JESIKA

83

Tabel 5.9 Distribusi Perubahan Suhu Tubuh Tenaga Kerja Berdasarkan

Karakteristik Tenaga Kerja di Confined Space Unit Heater

Superabsorbent Polymer PT. Nippon Shokubai Indonesia Bulan Mei

Tahun 2015

Karakteristik Tenaga

Kerja

Perubahan Suhu Tubuh Tenaga Kerja

Turun Naik

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Umur

18 – 20 Tahun - - 1 10

21 – 23 Tahun 2 20 4 40

24 – 27 Tahun - - 3 30

Masa Kerja

≤ 3 Tahun 1 10 4 40

4 – 6 Tahun 1 10 2 20

≥ 7 Tahun - - 2 20

Status Gizi

Kurus 1 10 2 20

Normal 1 10 4 40

Gemuk 1 10 1 10

Kebiasaan Merokok

Ya 1 10 2 20

Tidak 2 20 5 50

Intake Cairan

Tidak Minum 1 10 4 40

Kurang 2 20 3 30 Sumber: Data Primer

Jumlah tenaga kerja yang bekerja di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plant sebanyak 10 orang. Sebanyak 8 orang mengalami

peningkatan suhu tubuh setelah terpapar panas di confined space unit heater.

Berdasarkan Tabel 5.9 diketahui bahwa pekerja yang berumur 21–23 tahun,

pekerja dengan masa kerja ≤3 tahun dan pekerja dengan intake cairan kurang dan

pekerja yang tidak minum saat bekerja di confined space merupakan kategori

paling banyak untuk jumlah pekerja yang mengalami peningkatan suhu tubuh

yaitu sebanyak 4 orang (40%). Peningkatan suhu tubuh terbanyak juga dialami

pekerja dengan status gizi kurus dan normal dengan jumlah sebanyak 3 orang

Page 101: TUGAS AKHIR JESIKA

84

(30%). Sedangkan pekerja yang tidak merokok juga mengalami jumlah

peningkatan suhu tubuh tertinggi yaitu sebanyak 6 orang (60%).

Berdasarkan uji regresi logistik mengenai pengaruh karakteristik tenaga

kerja terhadap perubahan suhu tubuh sebelum dan sesudah bekerja di confined

space unit heater diperoleh hasil bahwa umur tenaga kerja memiliki

kecenderungan signifikan terhadap peningkatan suhu tubuh tenaga kerja. Tenaga

kerja yang memiliki umur 21–23 tahun memiliki kecenderungan 4,216 x 1037 kali

lebih besar menyebabkan peningkatan suhu tubuh dibandingkan dengan tenaga

kerja yang berumur 18–20 tahun.

5.7.2 Pengaruh Karakteristik Pekerja Terhadap Perubahan Denyut Nadi

Distribusi perubahan denyut nadi sebelum dan sesudah bekerja

berdasarkan karakteristik tenaga kerja di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plant dapat dilihat pada Tabel 5.10 berikut:

Tabel 5.10 Distribusi Perubahan Denyut Nadi Tenaga Kerja Berdasarkan

Karakteristik Tenaga Kerja di Confined Space Unit Heater

Superabsorbent Polymer PT. Nippon Shokubai Indonesia Bulan Mei

Tahun 2015

Karakteristik Tenaga

Kerja

Perubahan Denyut Nadi Tenaga Kerja

Turun Naik

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Umur

18 – 20 Tahun - - 1 10

21 – 23 Tahun 3 30 3 30

24 – 27 Tahun - - 3 30

Masa Kerja

≤ 3 Tahun 1 10 4 40

4 – 6 Tahun 1 10 2 20

≥ 7 Tahun - - 2 20

Page 102: TUGAS AKHIR JESIKA

85

Karakteristik Tenaga

Kerja Perubahan Denyut Nadi Tenaga Kerja

Turun Naik

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Status Gizi

Kurus - - 3 30

Normal 2 20 3 30

Gemuk - - 2 20

Kebiasaan Merokok

Ya 1 10 2 20

Tidak 1 10 6 60

Intake Cairan

Tidak Minum 1 10 4 40

Kurang 1 10 4 40

Sumber: Data Primer

Jumlah tenaga kerja yang bekerja di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plant sebanyak 10 orang. Sebanyak 5 orang mengalami

peningkatan denyut nadi setelah terpapar panas di confined space unit heater.

Merujuk pada Tabel 5.10 diketahui bahwa pekerja yang berumur 21–23 tahun dan

24–27 tahun serta pekerja dengan masa kerja ≤3 tahun merupakan kategori yang

paling banyak mengalami peningkatan denyut nadi yaitu sebanyak 3 orang (30%).

Tenaga kerja dengan masa status gizi normal dan pekerja yang tidak minum saat

bekerja di confined space juga merupakan kategori terbanyak mengalami

peningkatan yaitu sebanyak 4 orang (40%). Peningkatan denyut nadi terbanyak

juga dialami pekerja yang tidak memiliki kebiasaan merokok yaitu sebanyak 5

orang (50%).

Berdasarkan uji regresi logistik mengenai pengaruh karakteristik tenaga

kerja terhadap perubahan denyut nadi sebelum dan sesudah bekerja di confined

space unit heater diperoleh hasil bahwa kebiasaan merokok memiliki

kecenderungan signifikan terhadap peningkatan denyut nadi tenaga kerja. Tenaga

Page 103: TUGAS AKHIR JESIKA

86

kerja yang memiliki kebiasaan merokok memiliki kecenderungan 6,811 x 1036

kali lebih besar menyebabkan peningkatan denyut nadi dibandingkan dengan

tenaga kerja yang tidak memiliki kebiasaan merokok.

5.7.3 Pengaruh Karakteristik Pekerja Terhadap Perubahan Tekanan

Darah

Distribusi perubahan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah bekerja

berdasarkan karakteristik tenaga kerja di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plamt dapat dilihat pada Tabel 5.11 berikut

Tabel 5.11 Distribusi Perubahan Tekanan Darah Sistolik Tenaga Kerja

Berdasarkan Karakteristik Tenaga Kerja di Confined Space Unit

Heater Superabsorbent Polymer PT. Nippon Shokubai Indonesia

Bulan Mei Tahun 2015

Karakteristik Tenaga

Kerja

Perubahan Tekanan Darah Sistolik Tenaga Kerja

Turun Naik

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Umur

18 – 20 Tahun - - 1 10

21 – 23 Tahun 1 10 5 50

24 – 27 Tahun 2 20 1 10

Masa Kerja

≤ 3 Tahun - - 5 50

4 – 6 Tahun 2 20 1 10

≥ 7 Tahun 1 10 1 10

Status Gizi

Kurus - - 3 30

Normal 2 20 3 30

Gemuk 1 10 1 10

Kebiasaan Merokok

Ya 1 10 2 20

Tidak 2 20 5 50

Intake Cairan

Tidak Minum 1 10 4 40

Kurang 2 20 3 30 Sumber: Data Primer

Page 104: TUGAS AKHIR JESIKA

87

Jumlah tenaga kerja yang bekerja di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plant sebanyak 10 orang. Sebanyak 7 orang mengalami

peningkatan tekanan darah sistolik setelah terpapar panas di confined space unit

heater. Berdasarkan Tabel 5.11 diketahui bahwa kategori dengan jumlah pekerja

terbanyak mengalami peningkatan tekanan darah sistolik adalah pekerja yang

berumur 21–23 tahun, pekerja dengan masa kerja ≤3 tahun dan pekerja yang tidak

memiliki kebiasaan merokok dengan jumlah sebanyak 5 orang (50%).

Peningkatan tekanan darah sistolik terbanyak juga dialami pekerja dengan status

gizi kurus dan normal yaitu sebanyak 3 orang (30%). Dan para pekerja yang tidak

minum air saat bekerja di confined space juga merupakan kategori dengan nilai

peningkatan tekanan darah sistolik tertinggi yaitu sebanyak 5 orang (50%).

Berdasarkan uji regresi logistik mengenai pengaruh karakteristik tenaga

kerja terhadap perubahan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah bekerja di

confined space unit heater diperoleh hasil bahwa kebiasaan merokok memiliki

kecenderungan signifikan terhadap peningkatan tekanan darah sistolik tenaga

kerja. Tenaga kerja yang memiliki kebiasaan merokok memiliki kecenderungan

6,811 x 1036 kali lebih besar menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik

dibandingkan dengan tenaga kerja yang tidak memiliki kebiasaan merokok.

Distribusi perubahan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah bekerja

berdasarkan karakteristik tenaga kerja di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plant dapat dilihat pada Tabel 5.12 berikut:

Page 105: TUGAS AKHIR JESIKA

88

Tabel 5.12 Distribusi Perubahan Tekanan Darah Diastolik Tenaga Kerja

Berdasarkan Karakteristik Tenaga Kerja di Confined Space Unit

Heater Superabsorbent Polymer PT. Nippon Shokubai Indonesia

Bulan Mei Tahun 2015

Karakteristik Tenaga

Kerja

Perubahan Tekanan Darah Diastolik Tenaga Kerja

Turun Naik

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Umur

18 – 20 Tahun 1 10 - -

21 – 23 Tahun 2 20 4 40

24 – 27 Tahun 2 20 1 10

Masa Kerja

≤ 3 Tahun 2 20 3 30

4 – 6 Tahun 2 20 1 10

≥ 7 Tahun 1 10 1 10

Status Gizi

Kurus 1 10 2 20

Normal 3 30 2 20

Gemuk 1 10 1 10

Kebiasaan Merokok

Ya 1 10 2 20

Tidak 4 40 3 30

Intake Cairan

Tidak Minum 2 20 3 30

Kurang 3 30 2 20

Sumber: Data Primer

Jumlah tenaga kerja yang bekerja di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plant sebanyak 10 orang. Sebanyak 6 orang mengalami

peningkatan tekanan darah diastolik setelah terpapar panas di confined space unit

heater. Berdasarkan Tabel 5.12 diketahui bahwa pekerja yang berumur 21–23

tahun merupakan kategori jumlah pekerja paling banyak mengalami peningkatan

tekanan darah diastolik yaitu sebanyak 4 orang (40%). Peningkatan tekanan darah

Page 106: TUGAS AKHIR JESIKA

89

diastolik terbanyak juga dialami pekerja dengan masa kerja ≤3 tahun, pekerja

yang tidak memiliki kebiasaan merokok dan pekerja yang tidak minum saat

bekerja di confined space yaitu sebanyak 3 orang (30%). Pekerja dengan status

gizi kurus dan normal juga mengalami peningkatan tertinggi yaitu sebanyak 2

orang (20%).

Berdasarkan uji regresi logistik mengenai pengaruh karakteristik tenaga

kerja terhadap perubahan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah bekerja di

confined space unit heater diperoleh hasil bahwa kebiasaan merokok memiliki

kecenderungan signifikan terhadap peningkatan tekanan darah diastolik tenaga

kerja. Tenaga kerja yang memiliki kebiasaan merokok memiliki kecenderungan

6,811 x 1036 kali lebih besar menyebabkan peningkatan tekanan darah diastolik

dibandingkan dengan tenaga kerja yang tidak memiliki kebiasaan merokok.

5.7.4 Pengaruh Karakteristik Pekerja Terhadap Perubahan Berat Badan

Distribusi perubahan berat badan sebelum dan sesudah bekerja

berdasarkan karakteristik tenaga kerja di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plant dapat dilihat pada Tabel 5.13 berikut:

Tabel 5.13 Distribusi Perubahan Berat Badan Tenaga Kerja Berdasarkan

Karakteristik Tenaga Kerja di Confined Space Unit Heater

Superabsorbent Polymer PT. Nippon Shokubai Indonesia Bulan

Mei Tahun 2015

Karakteristik Tenaga

Kerja

Perubahan Berat Badan Tenaga Kerja

Turun ≤1,5 kg Turun >1,5 kg

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Umur

18 – 20 Tahun - - 1 10

21 – 23 Tahun 1 10 5 50

24 – 27 Tahun 2 20 1 10

Page 107: TUGAS AKHIR JESIKA

90

Karakteristik Tenaga

Kerja

Perubahan Berat Badan Tenaga Kerja

Turun ≤1,5 kg Turun >1.5 kg

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Masa Kerja

≤ 3 Tahun 1 10 4 40

4 – 6 Tahun 1 10 2 20

≥ 7 Tahun 1 10 1 10

Status Gizi

Kurus 1 10 2 20

Normal 1 10 4 40

Gemuk 1 10 1 10

Kebiasaan Merokok

Ya - - 3 30

Tidak 3 30 4 40

Intake Cairan

Tidak Minum 1 10 4 40

Kurang 2 20 3 30

Sumber: Data Primer

Jumlah tenaga kerja yang bekerja di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plant sebanyak 10 orang. Tenaga kerja yang mengalami

penurunan berat badan ≥1,5 kg setelah terpapar panas di confined space unit

heater adalah sebanyak 7 orang. Berdasarkan Tabel 5.13 diketahui bahwa pekerja

yang berumur 21–23 tahun adalah kategori jumlah pekerja yang paling banyak

mengalami penurunan berat badan ≥1,5 kg yaitu sebanyak 5 orang (50%). Pekerja

yang memiliki masa kerja ≤3 tahun, pekerja dengan status gizi normal, pekerja

yang tidak memiliki kebiasaan merokok dan pekerja yang tidak minum saat

bekerja di confined space juga merupakan kategori jumlah pekerja yang paling

banyak mengalami penurunan berat badan ≥1,5 kg dengan jumlah sebanyak 4

orang (40%).

Page 108: TUGAS AKHIR JESIKA

91

Berdasarkan uji regresi logistik mengenai pengaruh karakteristik tenaga

kerja terhadap perubahan berat badan sebelum dan sesudah bekerja di confined

space unit heater diperoleh hasil bahwa faktor yang memiliki kecenderungan

signifikan terhadap penurunan berat badan hingga ≥1,5 kg tenaga kerja adalah

intake cairan. Tenaga kerja yang tidak minum saat bekerja di confined space unit

heater memiliki kecenderungan 2,610 x 1018 kali lebih besar menyebabkan

penurunan berat badan hingga ≥1,5 dibandingkan dengan tenaga kerja yang

minum saat bekerja di confined space unit heater dengan jumlah kurang.S

Page 109: TUGAS AKHIR JESIKA

92

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Tenaga Kerja

Sampel penelitian adalah sebesar 10 orang yang bekerja membersihkan

confined space unit heater yang terpapar panas dari mesin heater. Tenaga kerja

yang bekerja di dalam confined space seluruhnya berjenis kelamin laki–laki.

Laki–laki umumnya memiliki daya tahan tubuh terhadap panas yang lebih baik

dibandingkan wanita, karena tubuh wanita mempunyai jaringan dengan daya

induksi yang lebih besar terhadap panas dibandingkan laki-laki (Siswanto, 1991).

Umur tenaga kerja yang bekerja membersihkan confined space unit heater

bervariasi. Pekerja dengan umur paling muda adalah 19 tahun dan umur paling tua

adalah 26 tahun. Merujuk pada Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar

tenaga kerja berada pada rentang umur 21–23 tahun dengan persentase 60%.

Umur tenaga kerja yang masih tergolong muda (<35 tahun) akan memudahkan

tenaga kerja tersebut bekerja di confined space dengan lingkungan kerja yang

panas. Karena dengan kondisi temperatur lingkungan kerja yang tinggi, tenaga

kerja yang berumur lanjut akan menyerap lebih banyak panas dari lingkungan dari

pada orang muda terutama pada area pembuluh darah mereka yang terdapat atau

dekat dengan permukaan kulit lebih banyak terpapar panas (Siswanto, 1991).

Selain itu proses menjadi tua diikuti pula dengan berkurangnya kemampuan kerja,

dikarenakan perubahan baik kardiovaskuler maupun hormonal (Suma’mur, 2009)

Masa kerja tenaga kerja dalam pekerjaan di confined space juga bervariasi

dari 6 bulan hingga 8 tahun. Tenaga kerja yang menjadi responden dalam

penelitian sebagian besar mempunyai masa kerja ≤3 tahun (50%). Masa kerja

Page 110: TUGAS AKHIR JESIKA

93

dengan waktu yang belum lama dapat diasumsikan bahwa paparan panas yang

dirasakan di dalam confined space belum cukup besar dan kemungkinan akan

mendapat keluhan kesehatan pun tidak cukup besar dibandingkan dengan tenaga

kerja yang memiliki masa kerja dalam waktu yang lama. Karena semakin lama

masa kerja seseorang, maka besar pemaparan panas yang diterimanya. Oleh

karena itu semakin besar kemungkinan akan mendapat keluhan kesehatan

(Siswanto, 1991).

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa 50% tenaga kerja memiliki

status gizi dalam kategori normal, sedangkan 30% memiliki status gizi dalam

kategori kurus dan kategori gemuk sebanyak 20%. Tenaga kerja yang status

gizinya jelek akan menunjukkan respon yang berlebihan terhadap tekanan panas

dan hal ini disebabkan oleh sistem kardiovaskuler yang tidak stabil. Pengeluaran

elemen penting dari makanan yang dikonsumsi oleh tenaga kerja dengan status

gizi jelek dapat dipercepat oleh adanya beban kerja yang berat khususnya apabila

dilakukan di tempat kerja yang panas (Siswanto, 1991).

Jumlah tenaga kerja yang memiliki kebiasaan merokok berdasarkan Tabel

5.4 adalah sebanyak 3 orang (30%). Nikotin dalam rokok dapat mengakibatkan

jantung berdenyut lebih cepat dan penyempitan saluran nadi sehingga

menyebabkan jantung terpaksa memompa dengan lebih kuat untuk memenuhi

kebutuhan darah ke seluruh tubuh (Singgih, 2005) sehingga nikotin dapat

merangsang jantung, syaraf, otak dan organ tubuh lainnya bekerja tidak normal,

nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan

darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi otot jantung. Sehingga dengan paparan

Page 111: TUGAS AKHIR JESIKA

94

panas cukup tinggi dan beban kerja berat dapat menyebabkan kinerja jantung,

saraf, otak dan organ tubuh lainnya bekerja lebih keras (Sidabutar, 2005).

Berdasarkan Tabel 5.5, diketahui bahwa 50% tenaga kerja tidak memiliki

kebiasaan minum saat bekerja di confined space dan 5 orang (50%) tenaga kerja

yang memiliki kategori kebiasaan minum kurang yaitu ≤1 botol dengan ukuran

botol yang digunakan adalah 600 ml. Pekerjaan di tempat panas harus di

perhatikan secara khusus kebutuhan air dan garam sebagai pengganti cairan untuk

penguapan. Tenaga kerja yang bekerja di lingkungan kerja yang panas diharuskan

minum air 200–300 cc setiap 30 menit tanpa menunggu haus dengan tujuan

supaya cairan tubuh tetap dalam keadaan seimbang (Construction Safety

Association of Ontario, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kebiasaan minum tenaga

kerja dalam kategori kurang, hal ini dapat menimbulkan munculnya tanda

pelemahan kemampuan fisik dan mental serta menyebabkan dehidrasi. Pihak

perusahaan telah menyediakan fasilitas tempat minum bagi tenaga kerja, Namun

ketersediaan air minum sangat terbatas dan sering dalam keadaan kosong tanpa

adanya air minum.

6.2 Beban Kerja dan Waktu Kerja

Merujuk pada Tabel 5.6 yaitu hasil pengukuran beban kerja yang

dilakukan dengan metode pengamatan selama bekerja pada tenaga kerja yang

terpapar heat stress di confined space berdasarkan SNI 7269-2009 diperoleh hasil

bahwa rata–rata total beban kerja tenaga kerja di confined space adalah 461.94

kkal per jam. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7269-2009 dan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER.13/MEN/X/2011

Page 112: TUGAS AKHIR JESIKA

95

tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja,

maka beban kerja responden di confined space tersebut termasuk dalam kategori

berat dengan kebutuhan kalori per jam sebesar 350–500 kkal per jam.

Beban kerja yang berlebihan dan terus menerus dapat menyebabkan

persedian oksigen dalam jaringan berkurang sehingga pengeluaran

karbondioksida terbatas dan asam laktat menumpuk yang akhirnya dapat

menimbulkan kelelahan pada tenaga kerja (Siswanto, 1991). Hal ini sesuai dengan

pernyataan dari tenaga kerja yang menyatakan mengenai keluhan subjektif yang

dirasakannya yaitu pusing, kelelahan, tubuh pegal–pegal dan dehidrasi.

Berdasarkan Tabel 5.7 diperoleh data mengenai rata–rata waktu kerja

tenaga kerja setiap jam yaitu selama 18,7 menit. Berdasarkan Keputusan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER.13/MEN/X/2011, maka waktu kerja

tenaga kerja termasuk dalam pengaturan waktu kerja 0–25 %, artinya tenaga kerja

bekerja selama 18,7 menit dengan paparan heat stress di confined space unit

heater dan beristirahat selama 41,3 menit.

6.3 Iklim Kerja di Confined Space Unit Heater

Berdasarkan pengukuran iklim kerja yang dilakukan sebanyak 2 (dua) kali

yaitu sebelum istirahat dan setelah istirahat yang dilakukan pada 2 (dua) titik yaitu

area manhole 1 dan area manhole 3 pada unit heater 1 CA dan 2CA yang tertera

pada Tabel 5.8 diketahui bahwa rerata suhu basah yang merupakan indikator

banyaknya uap air di udara adalah sebesar 33,4 oC. Semakin tinggi nilai dari suhu

basah maka akan semakin tinggi kadar uap air yang ada di tempat kerja tersebut.

Nilai suhu basah tersebut disebabkan karena adanya panas yang dihasilkan dari

proses metabolisme tubuh dan confined space yang memiliki ukuran sangat

Page 113: TUGAS AKHIR JESIKA

96

terbatas serta ventilasi yang tidak mencukupi. Untuk meminimalisi panas di dalam

confined space, pihak perusahaan menyediakan 2 (dua) buah blower yang

dimasukkan melalui manhole.

Suhu kering menunjukkan suhu udara lingkungan tanpa pengaruh dari

radiasi, berdasarkan Tabel 5.8 menunjukkan bahwa rerata suhu kering di confined

space unit heater cukup tinggi yaitu 39,7 oC.

Berdasarkan Tabel 5.8 diketahui pula rerata suhu bola yang merupakan

indikator suhu radiasi ditempat kerja cukup tinggi yaitu sebesar 45 oC. Hal ini

diduga karena pancaran panas dari heater masih cukup tinggi sehingga

memancarkan panas ke seluruh confined space termasuk ke tubuh tenaga kerja.

Kelembaban udara relatif atau nisbi merupakan rasio dari banyaknya uap

air dalam udara pada suatu temperature terhadap banyaknya uap air pada saat

udara telah jenuh dengan uap air pada temperature tersebut. Hasil pengukuran

rerata kelembaban udara di confined space unit heater merujuk pada Tabel 5.8

adalah 45,6 %. Kelembaban udara yang tinggi akan menganggu ekskresi keringat

sehingga dapat menganggu keseimbangan cairan dalam tubuh tenaga kerja.

Rerata nilai Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) di confined space unit

heater adalah sebesar 34.9oC apabila merujuk pada Tabel 5.8. Apabila dilakukan

perbandingan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

13 Tahun 2011 dan mengikutsertakan beban kerja tenaga kerja yang termasuk

dalam kategori berat yaitu 461,94 kkal per jam. Sehingga didapatkan hasil bahwa

nilai ISBB di confined space unit heater telah melebihi nilai ambang batas yang

ditentukan dengan jam kerja 0–25 % yaitu 30,5oC.

Page 114: TUGAS AKHIR JESIKA

97

6.4 Respon Fisiologis Tenaga Kerja

Manusia dianggap mampu beradaptasi dengan perubahan temperatur

lingkungan bila perubuhan suhu tubuh tidak terjadi atau perubahan suhu tubuh

terjadi namun masih pada rentang yang aman yaitu tidak melebihi 38oC. Apabila

temperatur lingkungan lebih tinggi dibandingkan suhu tubuh normal, maka akan

menyebabkan terjadinya perubahan suhu tubuh karena tubuh menerima panas dari

lingkungan (Siswanto, 1991).

Merujuk pada Gambar 5.2 dipaparkan hasil pengukuran suhu tubuh tenaga

kerja sebelum dan sesudah bekerja. Pada Gambar tersebut menunjukkan bahwa

terjadi perubahan suhu tubuh tenaga kerja. Setiap responden mengalami

perubahan suhu tubuh yang berbeda–beda, peningkatan suhu tubuh tertinggi

adalah pada responden nomor 1 dari suhu tubuh sebelum bekerja sebesar 36,6oC

dan naik sesudah bekerja sebesar 38,45oC dengan selisih 1,85oC. Sedangkan

peningkatan suhu tubuh terendah adalah pada responden nomor 5 dengan selisih

0,85oC, dengan suhu tubuh sebelum dan sesudah bekerja berturut–turut adalah

36,55 oC dan 38,6 oC.

Berdasarkan Gambar 5.2, diketahui bahwa rata–rata hasil pemeriksaan

suhu tubuh sebelum dan sesudah bekerja pada tenaga kerja yang bekerja di

confined space unit heater adalah 36,73oC dan 38,13oC. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat peningkatan antara suhu tubuh responden sebelum

dan sesudah bekerja akibat paparan panas di confined space unit heater. Dan

dengan suhu tubuh mencapai >38oC maka dapat disimpulkan pula bahwa tenaga

kerja telah mengalami heat strain (Siswanto. 1991).

Page 115: TUGAS AKHIR JESIKA

98

Iklim kerja yang panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi

darah. Pada waktu melakukan kerja fisik yang berat di lingkungan yang panas,

maka darah akan mendapat beban tambahan, karena harus membawa oksigen ke

bagian otot yang sedang bekerja. Di samping itu darah juga harus membawa

panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian merupakan beban

tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari

pekerjaan dengan paparan panas, maka frekuensi denyut nadi pun akan meningkat

(Santosa, 2004)

Berdasarkan Gambar 5.3, diketahui bahwa rerata denyut nadi tenaga kerja

sebelum dan sesudah bekerja sebanyak 7 orang responden mengalami

peningkatan sedangkan 3 orang responden mengalami penurunan. Dari hasil

pengukuran tersebut reponden nomor 3, 9 dan 10 mengalami penurunan nilai

denyut nadi, dengan penurunan teretinggi dialami oleh pekerja nomor 3 dengan

denyut nadi sebelum bekerja sebesar 86,5 denyut per menit dan setelah bekerja

menjadi 82,5 denyut per menit. Sedangkan 7 responden lainnya mengalami

peningkatan denyut nadi, dengan peningkatan tertinggi dialami oleh responden

nomor 2 dengan hasil pengukuran sebelum bekerja sebesar 97,5 denyut per menit

menjadi 115 denyut per menit sesudah bekerja.

Merujuk pada Gambar 5.3, diketahui bahwa rata–rata hasil pemeriksaan

denyut nadi tenaga kerja sebelum bekerja adalah 90,85 denyut per menit

sedangkan rata – rata denyut nadi sesudah bekerja adalah 96,1 denyut per menit.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat kenaikan antara denyut nadi tenaga

kerja sebelum dan sesudah bekerja akibat paparan panas di confined space.

Page 116: TUGAS AKHIR JESIKA

99

Hasil penelitian sesuai dengan teori tentang denyut nadi dalam Physiologi

Bases of Exercise bahwa latihan atau bekerja lama pada lingkungan yang panas

menyebaban denyut nadi lebih tinggi daripada latihan pada lingkungan yang

temperatur yang rendah. Denyut nadi dapat berubah karena meningkatnya

Cardiac Output (curah jantung) yang diperlukan otot yang sedang bekerja dan

karena penambahan strain pada aliran darah karena terpapar panas, pada saat

bekerja terjadi peningkatan metabolisme sel–sel otot sehingga aliran darah

meningkat untuk memindahkan zat–zat makanan dari darah yang dibutuhkan

jaringan otot. Semakin tinggi aktivitas maka semakin untuk mensuplai kebutuhan

zat makanan melalui peningkatan aliran darah. Peningkatan curah jantung akan

meningkatkan frekuensi denyut nadi yang akan meningkatkan kinerja jantung

untuk mengalirkan darah ke kulit untuk meningkatkan penguapan keringat dalam

rangka mempertahankan suhu tubuh.

Selain peningkatan denyut nadi, pekerjaan di lingkungan panas juga dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah. Tekanan darah sistolik bertugas

memompa darah masuk ke aorta dan dialirkan ke seluruh tubuh. Tekanan darah

normal untuk orang dewasa adalah 120 mmHg. Tekanan darah diastolik adalah

tekanan minimal terhadap dinding arteri yang terjadi saat ventrikel relaksasi.

Tekanan darah diastolik normal untuk dewasa yaitu 80 mmHg (Grandjean, 1993).

Merujuk pada Gambar 5.4 menunjukkan bahwa rerata tekanan darah

sistolik tenaga kerja sebelum dan sesudah bekerja sebanyak 6 orang responden

mengalami peningkatan sedangkan 4 orang responden mengalami penurunan.

Dari 6 orang responden yang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik,

responden nomor 1 mengalami peningkatan tertinggi dengan tekanan darah

Page 117: TUGAS AKHIR JESIKA

100

sistolik sebelum bekerja sebesar 125 mmHg dan sesudah bekerja menjadi 132.5

mmHg. Sedangkan dari 4 responden yang mengalami penurunan, penurunan

tertinggi dialami responden nomor 2 dengan tekanan darah sistolik sesudah

bekerja 142 mmHg yang mengalami penurunan sebesar 9 mmHg dari tekanan

sebeum bekerja yaitu 151 mmHg.

Dari Gambar 5.5 tersebut menunjukkan bahwa rerata tekanan darah

diastolik tenaga kerja sebelum dan sesudah bekerja sebanyak 5 orang responden

mengalami peningkatan sedangkan 5 orang responden mengalami penurunan.

Dari 5 orang responden yang mengalami penurunan tekanan darah diastolik,

responden nomor 7 mengalami penurunan tertinggi dengan tekanan darah

diastolik sebelum bekerja sebesar 62,5 mmHg dan sesudah bekerja menjadi 70

mmHg. Sedangkan dari 5 responden yang mengalami penurunan, penurunan

tertinggi dialami responden nomor 2 dengan tekanan darah diastolik sebelum

bekerja sebesar 85 mmHg dan menurun saat sesudah bekerja menjadi 76 mmHg.

Berdasarkan pada Gambar 5.4 dan 5.5, diketahui bahwa rata–rata hasil

pemeriksaan tekanan darah sistolik tenaga kerja sebelum bekerja adalah 124,85

mmHg sedangkan rata–rata tekanan darah sistolik sesudah bekerja adalah 126,05

mmHg dan rata–rata hasil pemeriksaan tekanan darah diastolik tenaga kerja

sebelum bekerja adalah 72,05 mmHg sedangkan rata–rata tekanan darah diastolik

sesudah bekerja adalah 72,45 mmHg. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi

peningkatan antara tekanan darah sistolik dan diatolik tenaga kerja sebelum dan

sesudah bekerja akibat paparan panas di confined space unit heater

Superabsorbent Polymer Plant.

Page 118: TUGAS AKHIR JESIKA

101

Respon tubuh terhadap tekanan panas selain dari peningkatan suhu tubuh,

denyut nadi dan tekanan darah dapat dilihat pula dari banyaknya keringat yang

dihasilkan oleh tubuh. Pengeluaran keringat dapat menyebabkan penurunan berat

badan pada pekerja. Penurunan berat badan sebesar 1,4% dapat ditolerir oleh

pekerja tanpa menimbulkan pengaruh yang serius. Kehilangan air sebanyak 1,5 kg

atau lebih selama bekerja dapat mengakibatkan naiknya denyut nadi dan suhu

tubuh, rasa haus dan ketidak nyamanan. Apabila suhu tubuh kehilangan air

sebanyak 2–4 kg (3–6% dari berat badan), maka keadaan ini dapat menyebabkan

gangguan dalam melakukan pekerjaan (Siswanto, 1991)

Berdasakan Gambar 5.6, menunjukkan bahwa berat badan sebelum dan

sesudah bekerja di confined space pada tenaga kerja mengalami penurunan.

Penurunan tertinggi dialami oleh responden nomor 4 dengan penurunan berat

badan sebesar 2,25 kg, berat badan responden tersebut sebelum bekerja adalah 43

kg dan sesudah bekerja menurun hingga 40,75 kg. Sedangkan penurunan berat

badan terendah dialami oleh responden nomor 6 dengan penurunan berat badan

sebesar 1 kg, berat badan sebelum bekerja adalah 53,75 kg lalu sesudah bekerja

menjadi 52,75 kg.

Berdasarkan pada Gambar 5.6, diketahui bahwa rata–rata hasil pengukuran

berat badan tenaga kerja sebelum bekerja sebesar 59,85 kg dan sesudah bekerja

adalah sebesar 58,3 kg. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan

berat badan tenaga kerja sebelum dan sesudah bekerja akibat paparan panas di

confined space unit heater Superabsorbent Polymer Plant.

Page 119: TUGAS AKHIR JESIKA

102

6.4 Pengaruh Karakteristik Tenaga Kerja Terhadap Respon Fisiologis

Tenaga Kerja

Faktor – faktor karakteristik yang dimiliki tenaga kerja memiliki peluang

menjadi faktor yang mempengaruhi perubahan respon fisiologis antara sebelum

dan sesudah bekerja di lingkungan kerja yang panas. Jumlah tenaga kerja yang

bekerja di confined space unit heater Superabsorbent Polymer Plant sebanyak 10

orang.

Berdasarkan Tabel 5.9 terdapat sebanyak 8 orang dari 10 orang pekerja

mengalami peningkatan suhu tubuh setelah terpapar panas di confined space unit

heater bahwa pekerja yang berumur 21–23 tahun, pekerja dengan masa kerja ≤ 3

tahun dan pekerja dengan intake cairan kurang dan pekerja yang tidak minum saat

bekerja di confined space merupakan kategori paling banyak untuk jumlah pekerja

yang mengalami peningkatan suhu tubuh yaitu sebanyak 4 orang (40%).

Peningkatan suhu tubuh terbanyak juga dialami pekerja dengan status gizi kurus

dan normal dengan jumlah sebanyak 3 orang (30%). Sedangkan pekerja yang

tidak merokok juga mengalami jumlah peningkatan suhu tubuh tertinggi yaitu

sebanyak 6 orang (60%).

Berdasarkan uji regresi logistik mengenai pengaruh karakteristik tenaga

kerja terhadap perubahan suhu tubuh sebelum dan sesudah bekerja di confined

space unit heater diperoleh hasil bahwa umur tenaga kerja memiliki

kecenderungan signifikan terhadap peningkatan suhu tubuh tenaga kerja. Tenaga

kerja yang memiliki umur 21–23 tahun memiliki kecenderungan 4,216 x 1037 kali

lebih besar menyebabkan peningkatan suhu tubuh dibandingkan dengan tenaga

kerja yang berumur 18–20 tahun.

Page 120: TUGAS AKHIR JESIKA

103

Dalam kondisi temperatur yang tinggi, tenaga kerja yang berumur lebih

tua akan menyerap lebih banyak panas dari lingkungan kerja. Sedangkan

kemampuan untuk mensekresikan keringat menjadi lebih lambat karena kelenjar

keringat mereka menunjukkan respon yang lebih lambat terhadap beban panas

metabolik dari lingkungan (Siswanto, 1991).

Sebanyak 5 orang dari 10 orang mengalami peningkatan tekanan darah

sistolik setelah terpapar panas di confined space unit heater. Merujuk pada Tabel

5.10 diketahui bahwa pekerja yang berumur 21–23 tahun dan 24–27 tahun serta

pekerja dengan masa kerja ≤3 tahun merupakan kategori yang paling banyak

mengalami peningkatan denyut nadi yaitu sebanyak 3 orang (30%). Tenaga kerja

dengan masa status gizi normal dan pekerja yang tidak minum saat bekerja di

confined space juga merupakan kategori terbanyak mengalami peningkatan yaitu

sebanyak 4 orang (40%). Peningkatan denyut nadi terbanyak juga dialami pekerja

yang tidak memiliki kebiasaan merokok yaitu sebanyak 5 orang (50%).

Berdasarkan uji regresi logistik mengenai pengaruh karakteristik tenaga

kerja terhadap perubahan denyut nadi sebelum dan sesudah bekerja di confined

space unit heater diperoleh hasil bahwa kebiasaan merokok memiliki

kecenderungan signifikan terhadap peningkatan denyut nadi tenaga kerja. Tenaga

kerja yang memiliki kebiasaan merokok memiliki kecenderungan 6,811 x 1036

kali lebih besar menyebabkan peningkatan denyut nadi dibandingkan dengan

tenaga kerja yang tidak memiliki kebiasaan merokok.

Sebanyak 7 dari 10 orang pekerja mengalami peningkatan tekanan darah

sistolik setelah terpapar panas di confined space unit heater. Berdasarkan Tabel

5.11 diketahui bahwa pekerja yang berumur 21–23 tahun yang paling banyak

Page 121: TUGAS AKHIR JESIKA

104

mengalami peningkatan tekanan darah sistolik yaitu sebanyak 5 orang (50%).

Tenaga kerja dengan masa kerja ≤3 tahun juga merupakan kategori terbanyak

mengalami peningkatan yaitu sebanyak 5 orang (50%). Peningkatan tekanan

darah sistolik terbanyak juga dialami pekerja dengan status gizi kurus dan normal

yaitu sebanyak 3 orang (30%). Dan para pekerja yang tidak merokok dan pekerja

yang tidak minum air saat bekerja di confined space juga merupakan kategori

dengan nilai peningkatan tekanan darah sistolik tertinggi yaitu masing–masing

sebanyak 5 orang (50%) dan 4 orang (40%).

Sedangkan untuk peningkatan tekanan darah diastolik terdapat 5 orang

pekerja yang mengalami peningkatan. Berdasarkan Tabel 5.12 diketahui bahwa

pekerja yang berumur 21–23 tahun yang paling banyak mengalami peningkatan

tekanan darah sistolik yaitu sebanyak 4 orang (40%). Peningkatan tekanan darah

diastolik terbanyak juga dialami pekerja dengan masa kerja ≤ 3 tahun dan pekerja

yang tidak memiliki kebiasaan merokok yaitu 3 orang (30%). Pekerja dengan

status gizi kurus dan normal juga mengalami peningkatan tertinggi yaitu sebanyak

2 orang (20%). Dan pekerja yang tidak minum air saat bekerja di confined space

juga merupakan kategori dengan nilai peningkatan tekanan darah diastolik

tertinggi yaitu 3 orang (30%).

Berdasarkan uji regresi logistik mengenai pengaruh karakteristik tenaga

kerja terhadap perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan

sesudah bekerja di confined space unit heater diperoleh hasil bahwa kebiasaan

merokok memiliki kecenderungan signifikan terhadap peningkatan tekanan darah

sistolik dan diastolik tenaga kerja. Tenaga kerja yang memiliki kebiasaan

merokok memiliki kecenderungan 6,811 x 1036 kali lebih besar menyebabkan

Page 122: TUGAS AKHIR JESIKA

105

peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dibandingkan dengan tenaga

kerja yang tidak memiliki kebiasaan merokok.

Nikotin yang terdapat di dalam rokok dapat menyebabkan kenaikan

tekanan arteri dan denyut nadi dengan beberapa mekanisme yaitu nikotin

merangsang pelepasan epinetrin lokal dan saraf adrenergic dan meningkatkan

sekresi katekolamin dan modula adrenalis dan dari jaringan kromafin di jantung,

lalu nikotin bekerja pada kemoreseptor di gomus caroticus dan glomera aotica

yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan arteri. Selain itu

nikotin juga bekerja langsung pada miokardium untuk menginduksi efek inotropik

dan kromotropik positif (Kaplan dan Stamler dalam Kapten, 2006).

Nikotin dalam rokok dapat mengakibatkan jantung berdenyut lebih cepat

dan penyempitan saluran nadi sehingga menyebabkan jantung terpaksa memompa

dengan lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan darah ke seluruh tubuh. Nikotin

juga sebagai penyebab ketagihan yang akan merangsang jantung, saraf, otak dan

organ tubuh lainnya bekerja tidak normal (Singgih, 2005).

Tenaga kerja yang mengalami penurunan berat badan ≥1,5 kg setelah

terpapar panas di confined space unit heater adalah sebanyak 7 orang.

Berdasarkan Tabel 5.13 diketahui bahwa pekerja yang berumur 21-23 tahun

adalah kategori jumlah pekerja yang paling banyak mengalami penurunan berat

badan ≥1,5 kg yaitu sebanyak 5 orang (50%). Pekerja yang memiliki masa kerja

≤3 tahun, pekerja dengan status gizi normal, pekerja yang tidak memiliki

kebiasaan merokok dan pekerja yang tidak minum saat bekerja di confined space

juga merupakan kategori jumlah pekerja yang paling banyak mengalami

penurunan berat badan ≥1,5 kg dengan jumlah sebanyak 4 orang (40%).

Page 123: TUGAS AKHIR JESIKA

106

Berdasarkan uji regresi logistik mengenai pengaruh karakteristik tenaga

kerja terhadap perubahan berat badan sebelum dan sesudah bekerja di confined

space unit heater diperoleh hasil bahwa faktor yang memiliki kecenderungan

signifikan terhadap penurunan berat badan hingga ≥1,5 kg tenaga kerja adalah

intake cairan. Tenaga kerja yang tidak minum saat bekerja di confined space unit

heater memiliki kecenderungan 2,610 x 1018 kali lebih besar menyebabkan

penurunan berat badan hingga ≥1.5 dibandingkan dengan tenaga kerja yang

minum saat bekerja di confined space unit heater dengan jumlah kurang.

Pekerjaan di tempat panas harus di perhatikan secara khusus kebutuhan air

dan garam sebagai pengganti cairan untuk penguapan. Lingkungan kerja yang

panas dan berat diperlukan minimal 2,8 liter air minum, bagi tenaga kerja dengan

pekerjaan ringan dianjurkan 1,9 liter (Suma’mur, 2009). Tenaga kerja yang

bekerja di lingkungan kerja yang panas diharuskan minum air sebanyak 200–300

cc setiap 30 menit (Construction Safety Association of Ontario, 2000).

Penurunan berat badan sebesar 1,4% dapat ditolerir oleh pekerja tanpa

menimbulkan pengaruh yang serius. Kehilangan air sebanyak 1,5 kg atau lebih

selama bekerja dapat mengakibatkan naiknya denyut nadi dan suhu tubuh, rasa

haus dan ketidak nyamanan. Apabila suhu tubuh kehilangan air sebanyak 2–4 kg

(3–6% dari berat badan), maka keadaan ini dapat menyebabkan gangguan dalam

melakukan pekerjaan (Siswanto, 1991).

Page 124: TUGAS AKHIR JESIKA

107

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Seluruh pekerja berjenis kelamin laki-laki dengan rentang umur

terbanyak 21–23 tahun (60%), masa kerja ≤ 3 tahun (50%), status gizi

normal (50%), tidak memiliki kebiasaan merokok (70%). Sedangkan

pekerja yang tidak minum dan minum dalam jumlah yang kurang

berjumlah 50%.

2. Seluruh pekerja memiliki beban kerja yang berat dengan jumlah

kebutuhan kalori rata-rata sebanyak 461,94 kkal per jam dan waktu

kerja termasuk dalam pengaturan waktu kerja 0–25% yaitu selama

18,7 menit kerja.

3. Rerata suhu kering dan suhu basah sebesar 39,7 oC dan 33,5oC.

Sedangkan rerata suhu bola sebesar 45 oC dan rerata kelembaban

udara mencapai 43,13 %. Nilai Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)

adalah sebesar 34,9oC. Sehingga dengan jam kerja kategori 0–25%,

ISBB di confined space unit heater telah melebihi Nilai Ambang

Batas Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 13 Tahun

2011 yaitu 30,5oC

4. Hasil pemeriksaan fisiologis diketahui bahwa terdapat peningkatan

antara pemeriksaan sebelum dan sesudah bekerja. Rerata suhu tubuh

36,73oC meningkat menjadi 38,13oC, rerata denyut nadi 90,85 denyut

per menit dan menjadi 96,1 denyut per menit, rerata tekanan darah

sistolik 124,85 dan 126,05 mmHg dan tekanan darah diastolik 72,05

mmHg dan dan 72,45 mmHg. Respon fisiologis pekerja lainnya

Page 125: TUGAS AKHIR JESIKA

108

adalah penurunan berat badan dengan penurunan sebesar 1,55 kg,

dengan rerata sebelum kerja 9,85 kg dan sesudah bekerja 58,3 kg.

5. Umur memiliki kecenderungan signifikan terhadap peningkatan suhu

tubuh. Pekerja yang memiliki umur 21–23 tahun memiliki

kecenderungan 4,216x1037 kali lebih besar menyebabkan peningkatan

suhu tubuh dibandingkan dengan tenaga kerja yang berumur 18–20

tahun.

6. Kebiasaan merokok pekerja memiliki kecenderungan signifikan

terhadap peningkatan denyut nadi, tekanan darah sistolik dan

diastolik. Pekerja yang memiliki kebiasaan merokok memiliki

kecenderungan 6,811 x 1036 kali lebih besar menyebabkan

peningkatan denyut nadi dibandingkan dengan tenaga kerja yang

tidak memiliki kebiasaan merokok.

7. Intake cairan menjadi faktor yang memiliki kecenderungan signifikan

terhadap terjadinya penurunan berat badan pekerja. Pekerja yang

tidak minum saat bekerja di confined space unit heater memiliki

kecenderungan 2,610 x 1018 kali lebih besar menyebabkan penurunan

berat badan hingga ≥1,5 dibandingkan dengan tenaga kerja yang

minum saat bekerja di confined space unit heater dengan jumlah

kurang.

7.2 Saran

1. Membuat jadwal rutin pengisian air minum yang berada di lantai 4

Superabsorbent Polymer Plant, sehingga pekerja dapat secara rutin

Page 126: TUGAS AKHIR JESIKA

109

mengkonsumsi air minum untuk mempertahankan tingkat cairan dalam

tubuh dan menghindari dehidrasi;

2. Pekerja disarankan untuk mengkonsumsi air minum saat bekerja

minimal sebanyak 250 ml setiap setengah jam dan pekerja diharapkan

tidak menunggu hingga merasa haus untuk mengkonsumsi air minum;

3. Melakukan training dan education mengenai heat stress di confined

space dengan materi training berdasarkan National Institute of

Occupational Safety and Health (NIOSH) adalah:

a. Pengetahuan mengenai bahaya heat stress;

b. Pengenalan faktor resiko, tanda bahaya dan gejala yang yang

ditimbulkan akibat heat stress;

c. Pengetahuan mengenai pertolongan pertama first aid apabila

terdapat pekerja yang mengalami gangguan kesehatan akibat heat

stress seperti heat cramps, heat stroke dan lain – lain;

d. Tanggung jawab tenaga kerja dalam pencegahan terjadinya

gangguan kesehatan seperti rutin mengkonsumsi cairan.

4. Pekerja disarankan untuk menghindari minuman seperti teh dan kopi

sebelum bekerja, karena minuman–minuman tersebut dapat membuat

pekerja buang air kecil lebih sering;

5. Pekerja disarankan menghindari makanan panas dan makanan berat

sebelum melakukan pekerjaan. Karena makanan tersebut cenderung

meningkatkan suhu tubuh internal dengan mengarahkan aliran darah

dari kulit ke sistem pencernaan;

Page 127: TUGAS AKHIR JESIKA

110

6. Pekerja disarankan menghindari mengkonsumsi rokok sebelum

bekerja. Karena nikotin yang terdapat dalam rokok mampu

meningkatkan denyut nadi dan penyempitan pembuluh darah yang

dapat menganggu kinerja tubuh dalam mempertahankan suhu tubuh

sehingga akan menimbulkan gangguan kesehatan bagi tenaga kerja;

7. Safety and Environment Departement melakukan monitoring heat

stress di confined space unit heater Superabsorbent Polymer Plant, hal

tersebut dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja dan

memantau apakah lingkungan kerja tersebut aman atau tidak bagi

pekerja.

Page 128: TUGAS AKHIR JESIKA

111

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, R. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Heat Strain Pada

Tenaga Kerja Yang Terpapar Panas di PT Aneka Boga Makmur. Tesis.

Surabaya

Ardyanto. 2006. Perbedaan Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Iklim

Kerja Panas di Unit Workshop PT. IGLAS Persero Gresik. Skripsi.

Surabaya

Bernard, T.E. 2000. Occupational Heat Stress. USA : Marcel Dekker, Inc.

Construction Safety Association in Ontario. 2000. Heat Stress.Ontario

Ganong, William F., 2001. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Goetsch, David.L. 2008. Occupational Safety and Health for Technologist,

Engineer, and Managers.

Granjean, E. 1993. Fitting The Task to the Man. New York

Guyton, A.C., Hall, J.E. 2000. Text book of Medical Physiology. New York: W.B

Saunders Company

Guyton, A.C. 2000. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Hendra. 2009. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Suhu Tubuh Dan

Denyut Nadi Pada Pekerja Yang Terpapar Panas (Studi Kasus Di Dapur Cor

Divisi Tempa Dan Cor). Tesis. Universitas Indonesia

Kapten, M. 2005. Hubungan Faktor Individu Pekerja Terhadap Perubahan Denyut

Nadi dan Tekanan Darah Akibat Terpapar Panas di Pandai Besi Desa

Jagalan Kecamatan Jebres Surakarta . Skripsi. Universitas Sebelas Maret

Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor

Kep. 113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ruang Terbatas (Confined Space)

Khafidz, M. 2012. Perbedaan Denyut Nadi dan Suhu Tubuh Sebelum dan Sesudah

Terpapar Panas Pada Tenaga Kerja Bagian produksi di PT. IGLAS Persero

Gresik. Skripsi. Surabaya

Nawawinetu, E.D. 2010. Modul Kuliah Heat Stress. Surabaya : Universitas

Airlangga

Pearce. 19999. Anatomi dan Fisiologis Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Page 129: TUGAS AKHIR JESIKA

112

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja

Rahmawati. 2005. Hubungan Keluhan Subyektif Akibat Tekanan Panas Terhadap

Karakteristik Tenaga Kerja yang Bekerja di Bagian Forming PT. IGLAS

Persero Gresik. Skripsi. Surabaya

Santosa, Gempur. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Sidoarjo;

Prestasi Pustaka Publisher

Setiawan, Budi. 2015. Teknik Praktis Analisis Data Penelitian Sosial dan Bisnis

dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset

Sidabutar. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Hipertensi Essensial. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Singgih, A. 2005. Pembakuan Pengukuran Tekanan Darah Bagian Faal Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : Rumah Sakit Dr. Cipto

Mangunkusumo

Siswantara. 2004. Studi Tentang Iklim Kerja dan Karakteristik Tenaga Kerja di PT.

IGLAS Persero. Skripsi. Surabaya

Siswanto, A. 1991. Tekanan Panas. Surabaya : Balai Hiperkes Dan Keselamatan

Kerja Jawa Timur

Soeripto. 2008. Higiene Industri. Jakarta : Balai FK Universitas Indonesia

Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-0229-1987 Pekerjaan di Dalam Ruang

Tertutup.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 7269 : 2009 Penilaian Beban Kerja Berdasarkan

tingkat Kebutuhan Kalori Menurut Pengeluaran Keringat;

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Sagung Seto

Tarwaka. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesejatan Kerja dan Produktivitas.

Surakarta : Uniba Press

Tarwaka. 2011. Dasar – Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat

Kerja.Surakarta: Harapan Press

Tarwaka. 2012. Dasar – Dasar Keselamatan Kerja Serta Pencegahan Kecelakaan

Di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press

Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970 Pasal 2 ayat 2 huruf 1 tentang Ketentuan

Keselamatan Kerja Dalam Tangki Sumur Atau Lubang

Page 130: TUGAS AKHIR JESIKA

113

Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 86 ayat 1

huruf a tentang Hak Pekerja Memperoleh Perlindungan Atas Keselamatan

dan Kesehatan Kerja

World Health Organization. 1999. Health Factors Involve in working Under

Conditions of Heat Stress. Geneva

Page 131: TUGAS AKHIR JESIKA

LEMBAR KUESIONER

PENELITIAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON FISIOLOGI

TENAGA KERJA AKIBAT HEAT STRESS DI CONFINED SPACE

Bersama ini saya mohon bantuan dan kerja sama anda untuk bersedia

menjawab pertanyaan kami dengan jujur, tulus dan ikhlas. Adapun tujuan dari

pertanyaan yang kami ajukan semata-mata untuk penelitian dan kemajuan ilmu

pengetahuan. Kami berjanji menjaga kerahasiaan setiap responden. Kami ucapkan

terima kasih yang tak terhingga atas partisipasi dan kerja sama anda.

Nama Responden :

A. Karakteristik Responden

1. Umur :

2. Tinggi Badan :

B. Data Pekerjaa

1. Sudah berapa lama pengalaman anda bekerja di confined space? ........ tahun

2. Berapa lama anda bekerja dalam satu pekerjaan di confined space per

harinya? ....... jam

C. Intake Cairan

1. Apakah tersedia air minum berupa air mineral di area kerja confined space

(Ya/Tidak)

2. Berapa banyak air yang anda minum dalam satu hari kerja di confined

space? ........botol (600 ml)

D. Kebiasaan Merokok

1. Apakah anda merokok? (Ya/Tidak)

2. Berapa batang rokok yang anda habiskan dalam satu hari? .... batang

E. Keluhan Subyektif

1. Apakah anda mengalami keluhan saat dan sesudah bekerja di confined

space? (Ya/Tidak)

2. Apa jenis – jenis keluhan yang anda rasakan? .......................................

........................................................................................................................

3. Apakah keluhan – keluhan tersebut (pada nomor 2) sering anda rasakan saat

bekerja di confined space? (Ya/Tidak)

Lampiran 1

Page 132: TUGAS AKHIR JESIKA

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Jesika Wulandari

NIM : 101210113039

Mahasiswa : D-III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Airlangga

Surabaya

Saat ini sedang melakukan penelitian tentang “Faktor Yang Mempengaruhi

Respon Fisiologis Tenaga Kerja Akibat Heat Stress di Confined Space (Studi di

Unit Heater Superabsorbent Polymer Plant PT. Nippon Shokubai Indonesia)”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi

respon fisiologis tenaga kerja, sedangkan manfaat penelitian ini adalah dapat

menjadi masukan bagi pihak perusahaan guna peningkatan produktivitas kerja.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu saya konfirmasikan terkait dengan

keikutsertaan anda sebagai responden dalam penelitian ini:

1. Keikutsertaan anda dalam penelitian ini bukan merupakan suatu paksaan,

melainkan atas dasar sukarela. Oleh karena itu, anda berhak memutuskan

untuk melanjutkan ataupun menghentikan keikutsertaan karena alasan

tertentu yang dikomunikasikan kepada peneliti.

2. Anda berhak meminta penjelasan terkait tujuan dan prosedur penelitian

kepada peneliti, dengan menghubungi saya Jesika Wulandari sebagai

peneliti di nomor hand phone 085708011769.

3. Segala informasi yang diperoleh selama penelitian akan dijaga

kerahasiaannya dan menjadi tanggung jawab peneliti.

4. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan memberikan kuesioner,

observasi, pengukuran dan pemeriksaan. Data primer yang dikumpulkan

melalui kuesioner adalah umur, masa kerja dan kebiasaan merokok.

Observasi dilakukan untuk mengamati pekerjaan anda sehingga didapatkan

beban kerja dan intake cairan. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui

iklim kerja, sedangkan pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui respon

Lampiran 2

Page 133: TUGAS AKHIR JESIKA

fisiologis seperti suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah dan berat badan

sebelum dan sesudah bekerja.

5. Seluruh prosedur penelitian tidak akan mendatangkan efek samping bagi

responden. Justru sebaliknya akan memberikan manfaat bagi anda karena

dapat mengetahui kondisi fisik sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan

sedini mungkin.

6. Namun demikian jika ada masalah yang ingin dikomunikasikan harap

menghubungi saya seperti yang tercantum pada poin 2.

7. Terhadap semua repsonden akan diperlakukan secara adil dan mendapatkan

perlindungan yang sama.

Dengan penjelasan tersebut di atas, saya berharap anda bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini. Atas kesediaannya saya ucapkan terima kasih.

Cilegon, 15 Mei 2015

Yang Menerima Penjelasan

....................................

Yang Memberi Penjelasan

Peneliti,

Jesika Wulandari

Saksi

...........................................

Page 134: TUGAS AKHIR JESIKA

Lampiran 3

Logistic Regression Body Temperature

[DataSet0]

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 10 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 10 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 10 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

< 38 0

> 38 1

Categorical Variables Codings

Frequency

Parameter coding

(1) (2)

Status Gizi Kurus 3 1.000 .000

Normal 5 .000 1.000

Gemuk 2 .000 .000

Masa Kerja < 3 Tahun 5 1.000 .000

4 - 6 Tahun 3 .000 1.000

> 7 Tahun 2 .000 .000

Usia 18 - 20 Tahun 1 1.000 .000

21 - 23 Tahun 6 .000 1.000

24 - 27 Tahun 3 .000 .000

Kebiasaan Merokok Ya 3 1.000

Tidak 7 .000

Intake Cairan Tidak Minum 5 1.000

Kurang 5 .000

Page 135: TUGAS AKHIR JESIKA

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

SuhuTubuh Percentage

Correct < 38 > 38

Step 0 SuhuTubuh < 38 0 2 .0

> 38 0 8 100.0

Overall Percentage 80.0

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant 1.386 .791 3.075 1 .080 4.000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Usia 1.667 2 .435

Usia(1) .278 1 .598

Usia(2) 1.667 1 .197

MasaKerja .833 2 .659

MasaKerja(1) .000 1 1.000

MasaKerja(2) .476 1 .490

StatusGizi 2.500 2 .287

StatusGizi(1) 1.071 1 .301

StatusGizi(2) 2.500 1 .114

KebiasaanMerokok(1) .476 1 .490

IntakeCairan(1) .000 1 1.000

Overall Statistics 6.875 8 .550

Page 136: TUGAS AKHIR JESIKA

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 7.235 8 .511

Block 7.235 8 .511

Model 7.235 8 .511

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 2.773a .515 .814

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has

been reached. Final solution cannot be found.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 .000 6 1.000

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

SuhuTubuh = < 38 SuhuTubuh = > 38

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 1 1.000 0 .000 1

2 1 1.000 1 1.000 2

3 0 .000 1 1.000 1

4 0 .000 1 1.000 1

5 0 .000 1 1.000 1

6 0 .000 1 1.000 1

7 0 .000 2 2.000 2

8 0 .000 1 1.000 1

Page 137: TUGAS AKHIR JESIKA

Classification Tablea

Observed

Predicted

SuhuTubuh Percentage

Correct < 38 > 38

Step 1 SuhuTubuh < 38 2 0 100.0

> 38 1 7 87.5

Overall Percentage 90.0

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Usia .000 2 1.000

Usia(1) 106.014 2.510E5 .000 1 1.000 1.100E46

Usia(2) 63.609 2.309E5 .000 1 1.000 4.216E27

MasaKerja .000 2 1.000

MasaKerja(1) -106.014 3.035E5 .000 1 1.000 .000

MasaKerja(2) -42.406 1.392E5 .000 1 1.000 .000

StatusGizi .000 2 1.000

StatusGizi(1) .000 5.684E4 .000 1 1.000 1.000

StatusGizi(2) -42.406 8.039E4 .000 1 1.000 .000

Kebiasaan

Merokok(1) -42.406 1.137E5 .000 1 1.000 .000

IntakeCairan(1) .000 5.684E4 .000 1 1.000 1.000

Constant 63.609 8.987E4 .000 1 .999 4.216E27

a. Variable(s) entered on step 1: Usia, MasaKerja, StatusGizi, KebiasaanMerokok,

IntakeCairan.

Page 138: TUGAS AKHIR JESIKA

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

8 ┼

>│

F │

>│

R 6 ┼

>┼

E │

>│

Q │

>│

U │

>│

E 4 ┼

>┼

N │

>│

C │

>│

Y │

>│

2 ┼ >

>┼

│ >

>│

│< <

>│

│< <

>│

Predicted ─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼────────

─┼─────────┼─────────┼─────────┼──────────

Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5

.6 .7 .8 .9 1

Group: <<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Predicted Probability is of Membership for > 38

The Cut Value is .50

Symbols: < - < 38

> - > 38

Each Symbol Represents .5 Cases.

Page 139: TUGAS AKHIR JESIKA

Logistic Regression Pulse Rate

[DataSet0]

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 10 90.9

Missing Cases 1 9.1

Total 11 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 11 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Turun 0

Naik 1

Categorical Variables Codings

Frequency

Parameter coding

(1) (2)

Status Gizi Pekerja Kurus 3 1.000 .000

Normal 5 .000 1.000

Gemuk 2 .000 .000

Masa Kerja Pekerja < 3 Tahun 5 1.000 .000

4 - 6 Tahun 3 .000 1.000

> 7 Tahun 2 .000 .000

Usia Pekerja 18 - 20 Tahun 1 1.000 .000

21 - 23 Tahun 6 .000 1.000

24 - 27 tahun 3 .000 .000

KebiasaanMerokok Ya 3 1.000

Tidak 7 .000

IntakeCairan Tidak Minum 5 1.000

Kurang 5 .000

Page 140: TUGAS AKHIR JESIKA

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Denyut Nadi Percentage

Correct Turun Naik

Step 0 Denyut Nadi Turun 0 5 .0

Naik 0 5 100.0

Overall Percentage 50.0

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .000 .632 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Usia 1.333 2 .513

Usia(1) 1.111 1 .292

Usia(2) .000 1 1.000

MasaKerja .533 2 .766

MasaKerja(1) .400 1 .527

MasaKerja(2) .476 1 .490

StatusGizi .533 2 .766

StatusGizi(1) .476 1 .490

StatusGizi(2) .400 1 .527

KebiasaanMerokok(1) .476 1 .490

IntakeCairan(1) .400 1 .527

Overall Statistics 8.000 8 .433

Page 141: TUGAS AKHIR JESIKA

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 11.090 8 .197

Block 11.090 8 .197

Model 11.090 8 .197

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 2.773a .670 .893

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations

has been reached. Final solution cannot be found.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 .000 5 1.000

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Denyut Nadi = Turun Denyut Nadi = Naik

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 1 1.000 0 .000 1

2 1 1.000 0 .000 1

3 1 1.000 0 .000 1

4 1 1.000 0 .000 1

5 1 1.000 1 1.000 2

6 0 .000 2 2.000 2

7 0 .000 2 2.000 2

Page 142: TUGAS AKHIR JESIKA

Classification Tablea

Observed

Predicted

Denyut Nadi Percentage

Correct Turun Naik

Step 1 Denyut Nadi Turun 4 1 80.0

Naik 0 5 100.0

Overall Percentage 90.0

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Usia .000 2 1.000

Usia(1) -63.609 2.510E5 .000 1 1.000 .000

Usia(2) -106.014 2.309E5 .000 1 1.000 .000

MasaKerja .000 2 1.000

MasaKerja(1) 148.420 3.035E5 .000 1 1.000 2.871E64

MasaKerja(2) 42.406 1.392E5 .000 1 1.000 2.610E18

StatusGizi .000 2 1.000

StatusGizi(1) .000 5.684E4 .000 1 1.000 1.000

StatusGizi(2) .000 8.039E4 .000 1 1.000 1.000

Kebiasaan

Merokok(1) 84.812 1.137E5 .000 1 .999 6.811E36

IntakeCairan(1) -42.406 5.684E4 .000 1 .999 .000

Constant -21.203 8.987E4 .000 1 1.000 .000

a. Variable(s) entered on step 1: Usia, MasaKerja, StatusGizi,

KebiasaanMerokok, IntakeCairan.

Page 143: TUGAS AKHIR JESIKA

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

4 ┼T

N┼

│T

N│

│T

N│

F │T

N│

R 3 ┼T

N┼

E │T

N│

Q │T

N│

U │T

N│

E 2 ┼T N

N┼

N │T N

N│

C │T N

N│

Y │T N

N│

1 ┼T T

N┼

│T T

N│

│T T

N│

│T T

N│

Predicted ─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼──

───────┼─────────┼─────────┼─────────┼──────────

Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5

.6 .7 .8 .9 1

Group: TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTNN

NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN

Predicted Probability is of Membership for Naik

The Cut Value is .50

Symbols: T - Turun

N - Naik

Each Symbol Represents .25 Cases.

Page 144: TUGAS AKHIR JESIKA

Logistic Regression Sistole

[DataSet0]

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 10 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 10 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 10 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Turun 0

Naik 1

Categorical Variables Codings

Frequency

Parameter coding

(1) (2)

Status Gizi Tenaga Kerja Kurus 2 1.000 .000

Normal 6 .000 1.000

Gemuk 2 .000 .000

Usia Tenaga Kerja 18 - 20 Tahun 1 1.000 .000

21 - 23 Tahun 6 .000 1.000

24 - 27 Tahun 3 .000 .000

Masa Kerja Tenaga Kerja < 3 Tahun 5 1.000 .000

4 - 6 Tahun 3 .000 1.000

> 7 Tahun 2 .000 .000

Intake Cairan Tenaga Kerja Tidak Minum 5 1.000

Kurang 5 .000

KebiasaanMerokok Ya 3 1.000

Tidak 7 .000

Page 145: TUGAS AKHIR JESIKA

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Sistole Percentage

Correct Turun Naik

Step 0 Sistole Turun 0 4 .0

Naik 0 6 100.0

Overall Percentage 60.0

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .405 .645 .395 1 .530 1.500

Variables not in the Equationa

Score df Sig.

Step 0 Variables MasaKerja 1.806 2 .405

MasaKerja(1) 1.667 1 .197

MasaKerja(2) 1.270 1 .260

Usia 1.667 2 .435

Usia(1) .741 1 .389

Usia(2) .278 1 .598

KebiasaanMerokok(1) .079 1 .778

IntakeCairan(1) 1.667 1 .197

StatusGizi .278 2 .870

StatusGizi(1) .104 1 .747

StatusGizi(2) .278 1 .598

a. Residual Chi-Squares are not computed because of redundancies.

Page 146: TUGAS AKHIR JESIKA

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 10.688 7 .153

Block 10.688 7 .153

Model 10.688 7 .153

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 2.773a .657 .888

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations

has been reached. Final solution cannot be found.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 .000 6 1.000

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Sistole = Turun Sistole = Naik

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 1 1.000 0 .000 1

2 1 1.000 0 .000 1

3 1 1.000 0 .000 1

4 1 1.000 1 1.000 2

5 0 .000 1 1.000 1

6 0 .000 1 1.000 1

7 0 .000 1 1.000 1

8 0 .000 2 2.000 2

Page 147: TUGAS AKHIR JESIKA

Classification Tablea

Observed

Predicted

Sistole Percentage

Correct Turun Naik

Step 1 Sistole Turun 3 1 75.0

Naik 0 6 100.0

Overall Percentage 90.0

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a MasaKerja .000 2 1.000

MasaKerja(1) 106.014 2.010E5 .000 1 1.000 1.100E46

MasaKerja(2) .000 7.519E4 .000 1 1.000 1.000

Usia .000 2 1.000

Usia(1) -63.609 1.531E5 .000 1 1.000 .000

Usia(2) -63.609 1.557E5 .000 1 1.000 .000

Kebiasaan

Merokok(1) 84.812 1.101E5 .000 1 .999 6.811E36

IntakeCairan(1) .000 4.923E4 .000 1 1.000 1.000

StatusGizi .000 1 .999

StatusGizi(1) -42.406 5.684E4 .000 1 .999 .000

Constant -21.203 4.019E4 .000 1 1.000 .000

a. Variable(s) entered on step 1: MasaKerja, Usia, KebiasaanMerokok,

IntakeCairan, StatusGizi.

Page 148: TUGAS AKHIR JESIKA

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

8 ┼

F │

R 6 ┼

E │

Q │

N│

U │

N│

E 4 ┼

N┼

N │

N│

C │T

N│

Y │T

N│

2 ┼T N

N┼

│T N

N│

│T T

N│

│T T

N│

Predicted ─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼──

───────┼─────────┼─────────┼─────────┼──────────

Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5

.6 .7 .8 .9 1

Group: TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTNN

NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN

Predicted Probability is of Membership for Naik

The Cut Value is .50

Symbols: T - Turun

N - Naik

Each Symbol Represents .5 Cases.

Page 149: TUGAS AKHIR JESIKA

Logistic Regression Diastole

[DataSet0]

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in

Analysis 10 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 10 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 10 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable

Encoding

Original Value Internal Value

Turun 0

Naik 1

Categorical Variables Codings

Frequency

Parameter coding

(1) (2)

Status Gizi Tenaga Kerja Kurus 2 1.000 .000

Normal 6 .000 1.000

Gemuk 2 .000 .000

Usia Tenaga Kerja 18 - 20 Tahun 1 1.000 .000

21 - 23 Tahun 6 .000 1.000

24 - 27 Tahun 3 .000 .000

Masa Kerja Tenaga Kerja < 3 Tahun 5 1.000 .000

4 - 6 Tahun 3 .000 1.000

> 7 Tahun 2 .000 .000

Intake Cairan Tenaga

Kerja

Tidak Minum 5 1.000

Kurang 5 .000

KebiasaanMerokok Ya 3 1.000

Tidak 7 .000

Page 150: TUGAS AKHIR JESIKA

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Diastole Percentage

Correct Turun Naik

Step 0 Diastole Turun 0 5 .0

Naik 0 5 100.0

Overall Percentage 50.0

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .000 .632 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equationa

Score df Sig.

Step 0 Variables MasaKerja .533 2 .766

MasaKerja(1) .400 1 .527

MasaKerja(2) .476 1 .490

Usia 2.000 2 .368

Usia(1) 1.111 1 .292

Usia(2) 1.667 1 .197

KebiasaanMerokok(1) .476 1 .490

IntakeCairan(1) .400 1 .527

StatusGizi .000 2 1.000

StatusGizi(1) .000 1 1.000

StatusGizi(2) .000 1 1.000

a. Residual Chi-Squares are not computed because of redundancies.

Page 151: TUGAS AKHIR JESIKA

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 11.090 7 .135

Block 11.090 7 .135

Model 11.090 7 .135

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 2.773a .670 .893

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations

has been reached. Final solution cannot be found.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 .000 6 1.000

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Diastole = Turun Diastole = Naik

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 1 1.000 0 .000 1

2 1 1.000 0 .000 1

3 1 1.000 0 .000 1

4 1 1.000 0 .000 1

5 1 1.000 1 1.000 2

6 0 .000 1 1.000 1

7 0 .000 1 1.000 1

8 0 .000 2 2.000 2

Page 152: TUGAS AKHIR JESIKA

Classification Tablea

Observed

Predicted

Diastole Percentage

Correct Turun Naik

Step 1 Diastole Turun 5 0 100.0

Naik 1 4 80.0

Overall Percentage 90.0

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a MasaKerja .000 2 1.000

MasaKerja(1) 106.014 2.010E5 .000 1 1.000 1.100E46

MasaKerja(2) .000 7.519E4 .000 1 1.000 1.000

Usia .000 2 1.000

Usia(1) -106.014 1.531E5 .000 1 .999 .000

Usia(2) -63.609 1.557E5 .000 1 1.000 .000

Kebiasaan

Merokok(1) 84.812 1.101E5 .000 1 .999 6.811E36

IntakeCairan(1) .000 4.923E4 .000 1 1.000 1.000

StatusGizi .000 1 .999

StatusGizi(1) -42.406 5.684E4 .000 1 .999 .000

Constant -21.203 4.019E4 .000 1 1.000 .000

a. Variable(s) entered on step 1: MasaKerja, Usia, KebiasaanMerokok,

IntakeCairan, StatusGizi.

Page 153: TUGAS AKHIR JESIKA

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

4 ┼T

N┼

│T

N│

│T

N│

F │T

N│

R 3 ┼T

N┼

E │T

N│

Q │T

N│

U │T

N│

E 2 ┼T N

N┼

N │T N

N│

C │T N

N│

Y │T N

N│

1 ┼T T

N┼

│T T

N│

│T T

N│

│T T

N│

Predicted ─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼──

───────┼─────────┼─────────┼─────────┼──────────

Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5

.6 .7 .8 .9 1

Group: TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTNN

NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN

Predicted Probability is of Membership for Naik

The Cut Value is .50

Symbols: T - Turun

N - Naik

Each Symbol Represents .25 Cases.

Page 154: TUGAS AKHIR JESIKA

Logistic Regression

[DataSet0]

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 10 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 10 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 10 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value

Internal

Value

Turun < 1.5 kg` 0

Turun > 1.5 kg 1

Categorical Variables Codings

Frequency

Parameter coding

(1) (2)

Status Gizi Kurus 3 1.000 .000

Normal 5 .000 1.000

Gemuk 2 .000 .000

Masa Kerja < 3 Tahun 5 1.000 .000

4 - 6 Tahun 3 .000 1.000

> 7 Tahun 2 .000 .000

Usia 18 - 20 Tahun 1 1.000 .000

21 - 23 Tahun 6 .000 1.000

24 - 27 Tahun 3 .000 .000

Kebiasaan Merokok Ya 3 1.000

Tidak 7 .000

Intake Cairan Tidak Minum 5 1.000

Kurang 5 .000

Page 155: TUGAS AKHIR JESIKA

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Berat Badan

Percentage

Correct

Turun < 1.5

kg`

Turun > 1.5

kg

Step 0 Berat Badan Turun < 1.5 kg` 0 4 .0

Turun > 1.5 kg 0 6 100.0

Overall Percentage 60.0

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .405 .645 .395 1 .530 1.500

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Usia 1.667 2 .435

Usia(1) .741 1 .389

Usia(2) .278 1 .598

MasaKerja 1.806 2 .405

MasaKerja(1) 1.667 1 .197

MasaKerja(2) 1.270 1 .260

StatusGizi .139 2 .933

StatusGizi(1) .079 1 .778

StatusGizi(2) .000 1 1.000

KebiasaanMerokok(1) .079 1 .778

IntakeCairan(1) 1.667 1 .197

Overall Statistics 7.917 8 .442

Page 156: TUGAS AKHIR JESIKA

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 10.688 8 .220

Block 10.688 8 .220

Model 10.688 8 .220

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 2.773a .657 .888

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations

has been reached. Final solution cannot be found.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 .000 7 1.000

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Berat Badan = Turun < 1.5

kg`

Berat Badan = Turun >

1.5 kg

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 1 1.000 0 .000 1

2 1 1.000 0 .000 1

3 1 1.000 0 .000 1

4 1 1.000 1 1.000 2

5 0 .000 1 1.000 1

6 0 .000 1 1.000 1

7 0 .000 1 1.000 1

8 0 .000 1 1.000 1

9 0 .000 1 1.000 1

Page 157: TUGAS AKHIR JESIKA

Classification Tablea

Observed

Predicted

Berat Badan

Percentage

Correct

Turun < 1.5

kg`

Turun > 1.5

kg

Step 1 Berat Badan Turun < 1.5 kg` 3 1 75.0

Turun > 1.5 kg 0 6 100.0

Overall Percentage 90.0

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Usia .000 2 1.000

Usia(1) 106.014 2.510E5 .000 1 1.000 1.100E46

Usia(2) 106.014 2.309E5 .000 1 1.000 1.100E46

MasaKerja .000 2 1.000

MasaKerja(1) -106.014 3.034E5 .000 1 1.000 .000

MasaKerja(2) -84.812 1.392E5 .000 1 1.000 .000

StatusGizi .000 2 1.000

StatusGizi(1) -42.406 5.684E4 .000 1 .999 .000

StatusGizi(2) -42.406 8.039E4 .000 1 1.000 .000

Kebiasaan

Merokok(1) .000 1.137E5 .000 1 1.000 1.000

IntakeCairan(1) 42.406 5.684E4 .000 1 .999 2.610E18

Constant 21.203 8.987E4 .000 1 1.000 1.615E9

a. Variable(s) entered on step 1: Usia, MasaKerja, StatusGizi, KebiasaanMerokok,

IntakeCairan.

Page 158: TUGAS AKHIR JESIKA

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

8 ┼

F │

R 6 ┼

E │

Q │

2│

U │

2│

E 4 ┼

2┼

N │

2│

C │1

2│

Y │1

2│

2 ┼1 2

2┼

│1 2

2│

│1 1

2│

│1 1

2│

Predicted ─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼──

───────┼─────────┼─────────┼─────────┼──────────

Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5

.6 .7 .8 .9 1

Group: 1111111111111111111111111111111111111111111111111122

222222222222222222222222222222222222222222222222

Predicted Probability is of Membership for Turun > 1

.5 kg

The Cut Value is .50

Symbols: 1 - Turun < 1.5 kg`

2 - Turun > 1.5 kg

Each Symbol Represents .5 Cases.

Page 159: TUGAS AKHIR JESIKA

HASIL PERHITUNGAN BEBAN KERJA

Hasil perhitungan perhitungan total beban kerja masing – masing responden :

1. Responden 1

Jam 1 : (9,05 x 7) + (1,2 x 5) x 60 kkal per jam = 346,75 kkal per jam

( 7 + 5)

Jam 2 : (9,05 x 19) x 60 kkal per jam = 543 kkal per jam

19

Jam 3 : (9,05 x 34) + (1,2 x 10) x 60 kkal per jam = 435,95 kkal per jam

(34 + 10)

Jam 4 : (9,05 x 17) x 60 kkal per jam = 543 kkal per jam

17

Rerata BK = (346,75 + 543 + 435,95 + 543) kkal per jam = 467,18 kkal per jam

4

Metabolisme Basal = 56 x 1 kkal per jam = 56 kkal per jam

Total Beban Kerja = (467,18 + 56) kkal per jam = 523,18 kkal per jam

2. Responden 2

Jam 1 : (9,05 x 21) x 60 kkal per jam = 543 kkal per jam

21

Jam 2 : (9,05 x 5) + (1,2 x 7) x 60 kkal per jam = 268,25 kkal per jam

(5 + 7)

Jam 3 : (9,05 x 41) x 60 kkal per jam = 543 kkal per jam

41

Jam 4 : (9,05 x 7) + (1,2 x 5) x 60 kkal per jam = 346,75 kkal per jam

(7 + 5)

Lampiran 4

Page 160: TUGAS AKHIR JESIKA

Rerata BK = (543 + 268,25 + 543 + 346,75) kkal per jam = 425,25 kkal per jam

4

Metabolisme Basal = 83 x 1 kkal per jam = 83 kkal per jam

Total Beban Kerja = (425,25 + 83) kkal per jam = 508,25 kkal per jam

3. Responden 3

Jam 1 : (9,05 x 8) + (1,2 x 12) x 60 kkal per jam = 260,4 kkal per jam

( 8 + 12)

Jam 2 : (1,2 x 9) x 60 kkal per jam = 72 kkal per jam

9

Jam 3 : (9,05 x 17) + (1,2 x 7) x 60 kkal per jam = 405,63 kkal per jam

(17 + 7)

Jam 4 : (9,05 x 15) + (1,2 x 4) x 60 kkal per jam = 443,84 kkal per jam

(15 + 4)

Rerata BK = (260,4 + 72 + 405,63 + 443,84) kkal per jam = 295,43 kkal per jam

4

Metabolisme Basal = 49 x 1 kkal per jam = 49 kkal per jam

Total Beban Kerja = (295,43 + 49) kkal per jam = 344,47 kkal per jam

4. Responden 4

Jam 1 : (9,05 x 7) + (1,2 x 5) x 60 kkal per jam = 346,75 kkal per jam

( 7 + 5)

Jam 2 : (9,05 x 19) x 60 kkal per jam = 543 kkal per jam

19

Jam 3 : (9,05 x 34) + (1,2 x 10) x 60 kkal per jam = 435,95 kkal per jam

(34 + 10)

Page 161: TUGAS AKHIR JESIKA

Jam 4 : (9,05 x 17) x 60 kkal per jam = 543 kkal per jam

17

Rerata BK = (346,75 + 543 + 435,95 + 543) kkal per jam = 467,18 kkal per jam

4

Metabolisme Basal = 56 x 1 kkal per jam = 56 kkal per jam

Total Beban Kerja = (467,18 + 56) kkal per jam = 523,18 kkal per jam

5. Responden 5

Jam 1 : (9,05 x 7) + (1,2 x 4) x 60 kkal per jam = 371,73 kkal per jam

( 7 + 4)

Jam 2 : Tidak melakukan pekerjaan di confined space = 0 kkal per jam

Jam 3 : (9,05 x 13) + (1,2 x 17) x 60 kkal per jam = 276,10 kkal per jam

(13 + 17)

Jam 4 : (9,05 x 6) x 60 kkal per jam = 543 kkal per jam

6

Rerata BK = (371,73 + 0 + 276,10 + 543) kkal per jam = 297,71 kkal per jam

4

Metabolisme Basal = 58 x 1 kkal per jam = 58 kkal per jam

Total Beban Kerja = (297,71+ 58) kkal per jam = 355,71 kkal per jam

6. Responden 6

Jam 1 : (9,05 x 8) + (1,2 x 5) x 60 kkal per jam = 361,85 kkal per jam

( 8 + 5)

Jam 2 : (9,05 x 12) x 60 kkal per jam = 543 kkal per jam

12

Page 162: TUGAS AKHIR JESIKA

Jam 3 : (9,05 x 9) + (1,2 x 6) x 60 kkal per jam = 354,6 kkal per jam

(9 + 6)

Jam 4 : (9,05 x 17) + (1,2 x 3) x 60 kkal per jam = 475,35 kkal per jam

(17 + 3)

Rerata BK = (361,85 + 543 + 354,6 + 475,35) kkal per jam = 432,95 kkal perjam

4

Metabolisme Basal = 55 x 1 kkal per jam = 55 kkal per jam

Total Beban Kerja = (432,95 + 55) kkal per jam = 487,95 kkal per jam

7. Responden 7

Jam 1 : (9,05 x 31) x 60 kkal per jam = 543 kkal per jam

31

Jam 2 : (9,05 x 2) + (1,2 x 3) x 60 kkal per jam = 260,4 kkal per jam

(2 + 3)

Jam 3 : (9,05 x 11) x 60 kkal per jam = 543 kkal per jam

11

Jam 4 : (9,05 x 4) + (1,2 x 4) x 60 kkal per jam = 306,6 kkal per jam

(4+ 4)

Rerata BK = (543 + 260,4 + 543+306,6) kkal per jam = 413,25 kkal per jam

4

Metabolisme Basal = 61 x 1 kkal per jam = 61 kkal per jam

Total Beban Kerja = (413,25+ 61) kkal per jam = 474,25 kkal per jam

8. Responden 8

Jam 1 : (9,05 x 7) + (1,2 x 6) x 60 kkal per jam = 325,62 kkal per jam

(7 + 6)

Page 163: TUGAS AKHIR JESIKA

Jam 2 : (9,05 x 21) + (1,2 x 8) x 60 kkal per jam = 413,07 kkal per jam

(21 + 8)

Jam 3 : (9,05 x 22) + (1,2 x 6) x 60 kkal per jam = 442,07 kkal per jam

(22 + 6)

Jam 4 : (9,05 x 6) x 60 kkal per jam = 543 kkal per jam

6

Rerata BK = (325,62 + 413,07 + 442,07 + 543) kkal per jam = 430,94 kkal/jam

4

Metabolisme Basal = 44 x 1 kkal per jam = 44 kkal per jam

Total Beban Kerja = (430,94 +44) kkal per jam = 474,94 kkal per jam

9. Responden 9

Jam 1 : (9,05 x 56) x 60 kkal per jam = 543 kkal per jam

56

Jam 2 : (9,05 x 7) x 60 kkal per jam = 543 kkal per jam

7

Jam 3 : (9,05 x 49) x 60 kkal per jam = 543 kkal per jam

49

Jam 4 : Tidak melakukan pekerjaan di confined space = 0 kkal per jam

Rerata BK = (543 + 543 + 543 + 0) kkal per jam = 407,25 kkal per jam

4

Metabolisme Basal = 92 x 1 kkal per jam = 92 kkal per jam

Total Beban Kerja = (407,25 + 92) kkal per jam = 499,25 kkal per jam

Page 164: TUGAS AKHIR JESIKA

10. Responden 10

Jam 1 : (9,05 x 19) x 60 kkal per jam = 543 kkal per jam

19

Jam 2 : (9,05 x 3) + (1,2 x 7) x 60 kkal per jam = 213,3 kkal per jam

(3 + 7)

Jam 3 : (9,05 x 23) + (1,2 x 4) x 60 kkal per jam = 472,22 kkal per jam

(23 + 4)

Jam 4 : Tidak melakukan pekerjaan di confined space = 0 kkal per jam

Rerata BK = (543 + 213,3 + 472,22 + 0) kkal per jam = 307,38 kkal per jam

4

Metabolisme Basal = 58 x 1 kkal per jam = 58 kkal per jam

Total Beban Kerja = (307,38 + 58) kkal per jam = 365,38 kkal per jam

Page 165: TUGAS AKHIR JESIKA