TUGAS AKHIR · ANALISA PENERAPAN PPh PASAL 21 ATAS GAJI ... 2.2.4 Tidak Termasuk Subjek Pajak PPh...
Transcript of TUGAS AKHIR · ANALISA PENERAPAN PPh PASAL 21 ATAS GAJI ... 2.2.4 Tidak Termasuk Subjek Pajak PPh...
-
ANALISA PENERAPAN PPh PASAL 21 ATAS GAJI
KARYAWAN DI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR
KOPERASI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
(LPDB-KUMKM) DI JAKARTA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III
ANTONIA BAREK PAYON
62140072
Program Studi Manajemen Perpajakan
Akademi Manajemen Keuangan BSI Jakarta
Jakarta
2017
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas segala berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini. Dimana tugas akhir ini penulis sajikan dalam sebuah
bentuk buku yang sederhana. Adapun judul tugas akhir ini adalah: “Analisa
Penerapan PPh Pasal 21 Atas Gaji Karyawan Di Lembaga Pengelola Dana
Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Jakarta”.
Salah satu tujuan penulisan ini adalah sebagai syarat kelulusan program
Diploma III (DIII). Sebagai bahan penulisan diambil berdasarkan penelitian, dan
beberapa sumber literatul yang mendukung penulisan ini. Dalam proses
penyusunan laporan Tugas Akhir ini penulis telah menerima banyak bantuan baik
dalam moral maupun materil, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Direktur Akademis Manajemen Keuangan BSI Jakarta.
2. Ketua Program Manajemen Perpajakan Akademi Manajemen Keuangan BSI
Jakarta.
3. Ibu Ratiyah,SE,MM selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
4. Ibu Fitri Rahmiyatun selaku Asisten Dosen Pembimbing.
5. Ibu Dmitri Gulia selaku Kepala Bagian Sumber Daya Manusia LPDB-
KUMKM.
6. Semua dosen dari Perpajakan Diploma III yang telah memberikan penulis
dengan semua bahan yang diperlukan.
-
7. Ucapan terimakasih ditunjukan kepada keluarga penulis, terutama kedua
orangtua, saudara-saudara terkhusunya abang greg dan ka manda yang telah
membantu dalam mendorong, menyarankan penulis untuk menyelesaikan
tugas akhir ini.
8. Ucapan terimakasih terkhususnya untuk om Ambrosius yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelasaikan tulisan ini.
9. Semua teman-teman penulis khususnya Ka Evi, Ka Vina, Nata, Lian, Fetty
yang selalu memberikan dukungan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
10. Ucapan terimakasih ditujukan kepada teman-teman 62.6A.31 atas waktunya
saat kita bersama-sama.
Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu sehingga
penulisan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa
penulisan tugas akhir ini masih jauh sekali dari kata sempurna, untuk itu penulis
mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan
dimasa yang akan datang.
Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi penulis khususnya
dan juga bagi pembaca yang berminat di bagian perpajakan.
Jakarta, 14 Juli 2017
Penulis
Antonia Barek Payon
-
ABSTRAK
Antonia Barek Payon (62140072), Analisa Penerapan PPh Pasal 21 Atas Gaji
Karyawan Di Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM), Di Jakarta.
Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah
merupakan salah satu lembaga pemerintahan yang juga merupakan subjek pajak
yang mempunyai kewajiban untuk membayar pajak. Pajak yang dimaksudkan ini
salah satunya mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji karyawan. Dalam
penerapan pajak penghasilan ini kemungkinan ada kesalahan pembayaran karena
ada kesalahan atau kelalaian dalam penerapan pajaknya sendiri. Metode
pengumpulan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah metode observasi,
wawancara dan studi kepustakaan. Dalam penerapan PPh pasal 21 di LPDB-
KUMKM sudah mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu
dimulai dengan tahapan perhitungan, pemotongan/pemungutan, penyetoran dan
pelaporan. Perhitungan berdasarkan cara perhitungan yang ditetapkan oleh
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008, sedangkan sebagai bukti pemotongan akan
diberikan bukti potong berupa formulir 1721-A1 kepada setiap pegawai.
Sedangkan pada tahap penyetoran dan pelaporan menggunakan SPT PPh 21 dan
SSP.
LPDB-KUMKM bisa dikatakan sebagai wajib pajak yang patuh karena
penyetorannya variatif namun paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dan
pelaporannya sendiri paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Kata Kunci: Penerapan PPh Pasal 21
-
ABSTRACT
Antonia Barek Payon (62140072), Analysis Of The Application Of Income Tax
21 On Employee Salary In Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha
Mikro Kecil Dan Menengah (LPDB-KUMKM), Jakarta.
Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil Dan
Menengah is one of the government institutions which is also a tax subject who
has the obligation to pay taxes. This tax is one of them concerning income tax 21
on employee's salary. In the application of this income tax there may be a
payment error due to errors or omissions in the application of its own tax. The
method of collection in this final project is the method of observation, interview,
and literature study. In application of PPh 21 in LPDB-KUMKM already follow
the applicable legislation that is starting with the stages of interest, cutting /
collection, depositing and reporting. Calculation based on the calculation method
established by law No. 36 of 2008, while as evidence of deduction will be given
evidence of cut form 1721-A1 to each employee. While at the stage of depositing
and reporting using SPT PPh 21 and SSP.
LPDB-KUMKM can be regarded as a compliat tax payer due to varied
remittances but no later then 10th of the following month and its own reporting no
later than the 20th of the ensuing month in accordance with the prevailing
provisions.
Keywords: Implementation Of Income Tax 21
-
DAFTAR ISI
Lembar Judul Tugas Akhir .......................................................................... i
Lembar Pernyataan Keaslian Tugas Akhir................................................... ii
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah .............................. iii
Lembar Persetujuan Dan Pengesahan Tugas Akhir ................................ ...... iv
Lembar Konsultasi Tugas Akhir................................................................. ... vi
Kata Pengantar............................................................................................. .. viii
Abstrak................................................................................................. .......... x
Daftar Isi.......................................................................................... .............. xi
Daftar Gambar............................................................................................. ... xiv
Daftar Tabel.................................................................................................... xv
Daftar Lampiran.......................................................................................... ... xvi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... . 1
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................... 3
1.3 Tujuan Dan Manfaat .......................................................... 4
1.4 Metode Pengumpulan Data................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup...................................................................... 6
1.6 Sistematika Penulisan............................................................ 7
BAB II LANDASAN TEORI............................................................... .. 8
2.1 Dasar-Dasar Perpajakan ..................................................... 8
2.1.1 Pengertian Pajak ........................................................ 9
2.1.2 Fungsi Pajak .............................................................. 9
2.1.3 Sistem Perpajakan ..................................................... 10
-
2.1.4 Tarif Pajak................................................................... 11
2.2 Pajak Penghasilan .............................................................. 11
2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 ...................... 12
2.2.2 Dasar Hukum Pajak Penghasilan 21 .......................... 13
2.2.3 Subjek Pajak Penghasilan 21....................................... 14
2.2.4 Tidak Termasuk Subjek Pajak PPh 21......................... 15
2.2.5 Objek Pajak Penghasilan 21......................................... 16
2.2.6 Tidak Termasuk Objek Pajak PPh 21.......................... 18
2.2.7 Pemotong Pajak Penghasilan 21.................................. 19
2.2.8 Penghasilan Tidak Kena Pajak.................................... 20
2.2.9 Tarif Lapisan Pengenaan PPh 21................................. 21
2.2.10 Surat Pemberitahuan.................................................. 22
2.2.11 Sanksi Administrasi................................................... 23
2.2.12 Analisa Penerapan PPh Pasal 21 Menurut Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-16/PJ/2016................ 24
2.2.13 Unsur-Unsur Penghasilan Dan Penguran PPh 21 Di LPDB-
KUMKM.............................................................................. 29
BAB III PEMBAHASAN....................................................................... . 33
3.1 Tinjauan Umum Organisasi................................................ 33
3.1.1 Sejarah Dan Perkembangan Organisasi....................... 34
3.1.2 Struktur Dan Tata Kerja Organisasi............................ 36
3.1.3 Kegiatan Organisasi.................................................... 41
3.2 Hasil Penelitian .................................................................. 42
3.2.1 Perhitungan PPh 21 Atas Karyawan........................... 42
-
3.2.2 Pemotongan Dan Pemungutan PPh 21 Terhutang Di LPDB-
KUMKM........................................................................... .. 46
3.2.3 Penyetoran Dan Pelaporan PPh 21 Atas Gaji Karyawan Di
LPDB-KUMKM............................................................... .. 50
3.2.4 Kendala Yang Dihadapi Selama Proses Penerapan PPh 21 Di
LPDB-KUMKM................................................................. 53
BAB IV PENUTUP..................................................................................... . 55
4.1 Kesimpulan............................................................................... 55
4.2 Saran......................................................................................... . 56
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. . 58
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................... 59
SURAT KETERANGAN PKL.................................................................. . 60
LAMPIRAN – LAMPIRAN....................................................................... . 61
-
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar III.I Struktur Organisasi LPDB-KUMKM ...................................... 37
Gambar III.2 Bukti Potong PPh 21 .............................................................. 49
Gambar III.3 SPT PPh 21 Masa Desember ................................................. 51
Gambar III.4 SSP Masa Desember........................................................ ........ 52
-
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II.1 PTKP 2016 ................................................................................. 21
Tabel II.2 Tarif Lapisan Pengenaan PPh...................................................... 21
Tabel II.3 Batas Waktu Penyampaian SPT ................................................. 22
Tabel II.4 Sanksi Administrasi........................................................ .............. 23
Tabel II.5 Penghasilan Tidak Kena Pajak...................................................... 31
Tabel II.6 Rekap Gaji Pegawai LPDB-KUMKM 2016 ................................. 33
Tabel II.7 Pelaporan Dan Penyetoran PPh 21.................................................. 53
-
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Struktur Organisasi LPDB-KUMKM .......................................................... 61
Lembar Hasil Wawancara Penelitian ........................................................... 66
Rekap Gaji Pegawai LPDB-KUMKM 2016 .............................................. 68
Bukti Potong PPh 21 Formulir 1721-A1........................................................ 69
SPT Masa Desember 2016...................................................... ...................... 71
SSP Masa Desember...................................................................................... 72
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia adalah meningkatkan
kemakmuran dan kesejateraan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakatnya.
Hal ini dapat tercapai apabila perekonomian Negara Indonesia dalam keadaan
baik dan terencana untuk pembangunan. Pajak merupakan salah satu sumber
penghasilan Negara yang paling penting untuk pelaksanaan dan peningkatan
pembangunan nasional. Pajak dalam UU No. 28 Tahun 2007 diartikan sebagai
kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Penerimaan pajak sendiri terdiri dari Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Daerah, Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Bea Materai.
Di Indonesia sistem pemungutan pajak sudah menggunakan self
assessment system yang dapat diartikan sebagai suatu sistem pemungutan pajak
yang memberikan wewenang kepada wajib pajak (WP) untuk menghitung sendiri
besarnya pajak yang terutang. Berhasil atau tidaknya pemungutan pajak
tergantung pada wajib pajak, karena inisiatif kegiatan dan peran dominan berada
pada wajib pajak, meskipun masih ada peran aparatur pajak dalam hal melakukan
pemeriksaan wajib pajak.
-
Pajak penghasilan (PPh) yang menjadi objek pajak penghasilan menurut
Undang-Undang No 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (1) tentang penghasilan adalah:
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima oleh wajib pajak yang
berasal dari Indonesia atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan dengan nama atau dalam bentuk apapun dimana termasuk
penggantian atau imbalan yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali
ditentukan lain oleh Undang-Undang ini. Termasuk pajak penghasilan 21 atau
biasa disebut sebagai pajak penghasilan atas gaji karyawan. Pajak penghasilan 21
adalah: pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lainnya dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang diakukan oleh orang pribadi
sebagai subjek pajak dalam Negeri (Undang-Undang No 36 Tahun 2008 Pasal 21,
tentang Pajak Penghasilan). Pajak Penghasilan pasal 21 sendiri pemotongan dan
penyetorannya dilakukan oleh pemberi kerja. Dalam hal ini sang pemberi kerja
harus melakukan kewajibannya sebagai pemotong untuk melaporkan PPh 21
kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar.
Perkembangan perekonomian di Indonesia, menyebabkan banyak
perusahaan yang tumbuh dan berkembang, hal ini sangat menguntungkan bagi
pemerintah Indonesia, karena perusahaan merupakan salah satu subjek pajak yang
dapat dikenakan pajak oleh pemerintah, namun dalam pelaksanaan penerapan
sistem perpajakan ini masih banyak perusahaan yang seringkali masih terjadi
pelanggaran yang tidak sesuai dengan dasar hukum pajak. Adapun jenis
-
penyimpangan yang paling sering terjadi adalah banyaknya wajib pajak yang
tidak membayar kewajibannya secara penuh. Hal tersebut akibat adanya
pemalsuan dokumentasi atau proses penahapan yang dilakukan tidak sesuai
prosedur.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun laporan
tugas akhir dengan judul “Analisa Penerapan PPh Pasal 21 Atas Gaji
Karyawan Di Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro
Kecil Menengah (LPDB-KUMKM) di Jakarta”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah dalam
penelitian ini, adalah:
1. Bagaimana perhitungan PPh pasal 21 atas gaji karyawan di LPDB-KUMKM?
2. Bagaimana pemungutan PPh pasal 21 atas gaji karyawan di LPDB-
KUMKM?
3. Bagaimana penyetoran dan pelaporanPPh pasal 21 atas gaji karyawan di
LPDB-MUKM?
4. Kendala yang dialami selama proses penerapan PPh pasal 21 atas gaji
karyawan di LPDB-KUMKM?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan penulis dalam menyusun dan melaksanakan penulisandari penelitian ini
antara lain:
-
1. Untuk mengetahui cara perhitungan PPh pasal 21 atas gaji karyawan di
LPDB-KUMKM.
2. Untuk mengetahui tata cara pemungutan PPh pasal 21 yang berlaku di LPDB-
KUMKM.
3. Untuk mengetahui penyetoran dan pelaporan PPh pasal 21 yang berlaku di
LPDB-KUMKM.
4. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dialami selama proses penerapan
PPh pasal 21 yang berlaku di LPDB-KUMKM.
Manfaat penulis dalam melaksanakan penelitian ini antara lain :
1. Bagi peneliti
Agar bisa mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti
perkuliahan dan menjadi pengetahuan apabila nanti terjun langsung ke dunia
kerja. Serta menjadi salah satu persyaratan guna menyelesaikan perkuliahan
DIII Manajemen Perpajakan di Bina Sarana Informatika.
2. Bagi perusahaan
Diharapkan dapat menjadi masukan yang berkenaan dengan penerapan PPh
pasal 21 atas gaji karyawan di Lembaga Pengelolah Dana Begulir Koperasi
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) Jakarta.
3. Bagi pembaca
Menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai perpajakan
khusunya tentang Penerapan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 atas gaji
karyawan.
-
1.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan penelitian ini agar dapat memperoleh data-data yang
diperlukan, penulis melakukan penelitian dengan beberapa metode yaitu:
1. Metode Observasi
Penulis melakukan pengamatan secara langsung yaitu di Lembaga Pengelolah
Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang beralamat di
Pancoran, Jakarta Selatan untuk mengetahui tata cara penerapan PPh pasal 21
yang diterapkan diperusahaan.
2. Metode Wawancara
Penulis melakukan wawancara langsung dengan pihak perusahaan di bagian
Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu Bapak Wahyu selaku Koordinator
Bendahara yang berhubungan langsung sebagai penangung jawab penerapan
PPh pasal 21 atas gaji karyawan di perusahaan.
3. Studi Kepustakaan
Penulis memperoleh data-data sekunder dengan cara membaca, mempelajari,
dan menganalisa sumber kepustakaan yang relevan seperti buku, Undang-
Undang peraturan perpajakan, serta diklat-diklat perkuliahaan yang berkaitan
dengan pembahasan Tugas Akhir untuk membandingkan teori-teori yang
relevan dengan keadaan yang terjadi di perusahan.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi pada masalah bagaimana tata cara
penerapan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 atas gaji karyawan meliputi:
perhitungan, pemungutan, penyetoran, pelaporan dan kendala yang berlaku di
-
Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(LPDB-KUMKM) Jakarta.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari 4 (empat) bab yang akan
membahas hal-hal sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang pemilihan judul,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan, ruang lingkup
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI
Bab ini akan menguraikan tentang PPh pasal 21 secara teoritis
yang mencakup tentang pengertian pajak, fungsi pajak sampai pada
tata cara perhitungan pajak terkhususnya PPh pasal 21.
BAB III : PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas tentang tinjauan umum
perusahaan/organisasi tempat terjadinya penelitian ini yang
mencakup sejarah perkembangan perusahan, struktur dan tata kerja
perusahan, dan kegiatan perusahan. Serta hasil penelitian tentang
PPh pasal 21 yang dituangkan dalam tulisan ini.
-
BAB IV : PENUTUP
Pada bab ini merupakan bab penutup yang akan membahas
mengenai kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan
penelitian ini.
-
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Dasar-Dasar Perpajakan
2.1.1 Pengertian Pajak
Dalam membahas pengertian pajak banyak pendapat para ahli maupun
undang-undang yang menjelaskan tentang pengertian pajak ini sendiri. Berikut
pengertian-pengertian tentang pajak:
Menurut Andriani (2009:4) mengemukakan bahwa pajak adalah iuran
kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan perundang-undangan dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
Menurut Soemitro (2009:1) menyimpulkan bahwa “Pajak adalah iuran
rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan
untuk membiayai pengeluaran umum”.
Menurut Undang-Undang No.28 tahun 2007 mengatakan bahwa “Pajak
adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Pajak merupakan suatu iuran yang harus di bayar oleh wajib pajak untuk
keperluan Negara.
-
2. Dalam hal pembayarannya pajak dapat dipaksakan.
3. Pajak adalah suatu iuran wajib yang dibayar dan tidak akan mendapat
imbalan pengembalian.
4. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang.
5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah dalam
menjalankan pemerintahan.
2.1.2 Fungsi Pajak
Pengertian fungsi pajak menurut Mardiasmo (2011:1) adalah: kegunaan
kontribusi wajib pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Fungsi Pajak sendiri ada 2 yaitu :
1. Fungsi Budgetair (pendanaan)
Fungsi Budgetair adalah suatu fungsi dalam mana pajak dipergunakanan
sebagai alat untuk memasukan dana secara optimal ke kas Negara berdasarkan
Undang-Undang perpajakan yang berlaku.
2. Fungsi Regulerend (mengatur)
Fungsi Regulerend disebut juga fungsi tambahan yaitu pajak digunakan oleh
pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu yang terletak diluar
bidang keuangan.
-
2.1.3 Sistem Perpajakan
Pengertian sistem perpajakan menurut Mardiasmo (2011:7) adalah:
metode pungutan kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Ada 3 (tiga) sistem perpajakan yang berlaku menurut Mardiasmo (2011:7) yaitu:
1. Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberikan kewenangan kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak. Berhasil atau tidaknya pemungutan pajak banyak tergantung pada
aparatur pajak, karena inisiatif kegiatan dan peran dominan berada pada
aparatur pajak.
2. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada
wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Berhasil
atau tidaknya pemungutan pajak banyak tergantung pada Wajib Pajak (WP),
karena inisiatif kegiatan dan peran dominan berada pada wajib pajak, meskipun
masih ada peran aparatur pajak dalam hal wajib pajak menyalahi aturan.
3. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada
pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Berhasil atau
-
tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak tergantung pada wajib pajak yang
berwajib melakukan pemotongan/pemungutan.
2.1.4 Tarif Pajak
Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang dua unsur yaitu tarif
pajak dan dasar pengenaan pajak. Ada 4 (empat) macam tarif pajak yang dapat
dikemukakan oleh Fery Idris (2014:18) yaitu :
a. Tarif Sebanding/Proporsional
Tarif berupa presentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak sehingga besarnya pajak yang terhutang sebanding dengan nilai yang
dikenai pajak.
b. Tarif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
c. Tarif Progresif
Presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar.
d. Tarif Degresif
Presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar.
2.2 Pajak Penghasilan (PPh) 21
2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
-
Menurut Resmi (2011:167) mengatakan bahwa “Pajak penghasilan (PPh)
pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri”.
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 31/PJ/2009
menyatakan bahwa “Pajak penghasilan (PPh) pasal 21 adalah pajak atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan”.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pajak Penghasilan
(PPh) pasal 21 adalah pajak yang dipotong dari Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan suatu pekerjaan, jasa, jabatan maupun kegiatan dalam bentuk apapun.
2.2.2 Dasar hukum Pajak Penghasilan (PPh) 21
Yang menjadi dasar-dasar hukum penerapan pajak penghasilan (PPh)
pasal 21 adalah:
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir diubah dengan Undang-
Undang No. 28 Tahun 2007.
2. Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun
2008.
-
3. Peraturan Menteri Keuangan PMK-101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi Wajib Pajak orang pribadi.
4. Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran, Palaporan Pajak Penghasilan 21 Dan Atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan
Orang Pribadi.
2.2.3 Subjek Pajak Penghasilan (PPh) 21
Menurut Mardiasmo (2011:71) yang menjadi subjek Pajak Penghasilan
(PPh) 21 adalah:
1. Pegawai yaitu orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai
pegawai tetap atau pegawai tidak tetap tenaga kerja lepas berdasarkan
perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis,
untuk melaksanakan suatu pekerjaaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu
dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu,
penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang diterapkan pemberi kerja,
termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau
badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah.
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari
tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi:
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
-
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
iklan, sutradara, crew film, foto model, peragawan/peragawati, pemain
drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.
c. Olahragawan.
d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
e. Pengarang, peneliti dan penerjemah.
f. Pemberi kerja dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial
serta pemberi jasa pada suatu kegiatan.
g. Agen iklan.
h. Pengawas atau pengelolah proyek.
i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi
perantara.
j. Petugas penjaja barang dagangan.
k. Petugas dinas luar asuransi.
l. Distributor perusahan multilevel marketing atau direseling dan kegiatan
sejenis lainnya.
4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan antara lain meliputi:
a. Peserta perlombaan dalam segala bidang antara lain perlombaan olahraga,
seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya.
b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja.
c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitian dalam penyelenggaraan
tertentu.
-
d. Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang.
e. Peserta kegiatan lainnya.
2.2.4 Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan (PPh) 21
Yang tidak termasuk dalam penerima penghasilan yang dipotong pajak
penghasilan (PPh) pasal 21 menurut UU No.36 Pasal 3 (1) Tahun 2008 adalah:
1. Pejabat perwakilan diplomatik atau konsulat dari pejabat lain dari Negara
asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada
dan bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat bukan warga Negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain
di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik.
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga Negara
Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau perjalanan lain
untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.
2.2.5 Objek Pajak Penghasilan (PPh) 21
Yang menjadi objek pajak penghasilan (PPh) pasal 21 menurut Mardiasmo
(2011:73) adalah:
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur.
-
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
3. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati
jangka waktu 2 (dua) tahun sebagai pegawai berhenti bekerja.
4. Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, atau upah yang
dibayarkan secara bulanan.
5. Imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,
dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai
imbalan sehubungan jasa yang dilakukan.
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah, atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.
7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang
diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang
tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.
8. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain
yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai.
9. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun
yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan/atau
-
kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun apapun yang
diberikan oleh:
1. Wajib Pajak yang dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final.
2. Wajib Pajak yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan norma
perhitungan khusus (deemed profit).
2.2.6 Tidak Termasuk Objek Pajak Penghasilan (PPh) 21
Yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan (PPh) 21 menurut UU No.36
Pasal 4 (3) Tahun 2008 adalah:
1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga dalam garis keturunan lurus satu
derajat .
3. Warisan.
4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau
pengganti penyertaan modal.
5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib
Pajak atau pemerintah kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak.
6. Pembayaran dari perusahan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna dan asuransi bea siswa.
-
7. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik Negara, atau
badan usaha milik daerah.
8. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan.
9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun.
10. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham.
11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatan di Indonesia.
12. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuanya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
13. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan yang
telah terdaftar pada instansi yang membidanginya.
14. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
2.2.7 Pemotong Pajak Penghasilan (PPh) 21
Yang dimaksud dengan pemotong pajak penghasilan (PPh) pasal 21 menurut
Mardiasmo (2011:170) adalah “Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan
termasuk bentuk usaha tetap, yang mempunyai kewajiban untuk melakukan
-
pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
kegiatan orang pribadi”.
Pemotong pajak penghasilan (PPh) pasal 21 adalah:
1. Pemberi kerja, yang terdiri dari orang pribadi atau badan, baik merupakan
pusat maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau
pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI.
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga
lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang
membayarakan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.
3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan
badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua
atau jaminan hari tua.
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta
badan yang membayar:
a. Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
jasa dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status
subjek pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan
-
pekerjaan bebas, dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri bukan
untuk dan atas nama persekutuannya.
b. Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status
subjek pajak luar negeri.
c. Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan dan
magang.
5. Penyelenggara kegiatan termasuk badan pemerintah, organisasi, yang
bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi, serta
lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar
honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.
Tidak termasuk pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk melakukan
pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 adalah:
1. Kantor perwakilan Negara asing.
2. Organisasi-organisasi internasional yang telah ditetapkakan oleh Menteri
Keuangan.
3. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga.
2.2.8 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Menurut ketentuan Direktur Jenderal Pajak untuk penghasilan tidak kena
pajak (PTKP) 2016 adalah:
-
Tabel II.1
PTKP 2016
Besarnya PTKP
Tahun 2016 (Rp)
Diri Wajib Pajak Orang Pribadi
Rp. 54.000.000
Tambahan untuk Wajib Pajak kawin
Rp. 4.500.000
Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami
Rp. 54.000.000
Tambahan untuk setiap tanggungan
Rp. 4.500.000
Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016
2.2.9 Tarif Lapisan Pengenaan Pajak Penghasilan
Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (1) a tentang pajak
penghasilan (PPh) tarif pengenaan pajak penghasilannya adalah:
Tabel II.2
Tarif Lapisan Pengenaan Pajak Penghasilan
Penghasilan (Rp)
Tariff pajak (%)
s/d Rp. 50.000.000
5 %
Rp. 50.000.000 - Rp. 250.000.000
15 %
Rp. 250.000.000 - Rp. 500.000.000
25 %
Diatas Rp. 500.000.000
30 %
Sumber: Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008
-
2.2.10 Surat Pemberitahuan (SPT)
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan perhitungan pembayaran pajak, objek pajak, bukan
objek pajak, serta harta dan kewajiban yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Ada 2 (dua) jenis surat pemberitahuan (SPT) yaitu:
1. SPT Masa, adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak.
2. SPT Tahunan, adalah surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian
tahun pajak.
Batas waktu penyampaian surat pemberitahuan (SPT) sesuai dengan Undang-
Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2007 pasal 3 ayat (3) adalah sebagai
berikut :
Tabel II.3
Batas Waktu Penyampaian SPT
Jenis SPT
Batas waktu pembayaran
Batas waktu penyampaian
SPT terakhir
SPT masa PPh 21
Tanggal 10 bulan takwin
Berikutnya
20 hari setelah akhir masa
pajak
SPT tahunan PPh
21 Wajib Pajak
orang pribadi
Tanggal 30/31 bulan ketiga
setelah tahun pajak sebelum
SPT disampaikan
Paling lama 3 bulan setelah
akhir tahun (31 maret)
Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-01/PJ/2016
-
Surat pemberitahuan (SPT) ini mempunyai fungsi sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak.
2. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan bukan objek pajak.
3. Harta dan kewajiban.
4. Pembayaran dari pemotongan atau pemungutan tentang pajak orang pribadi
atau badan lain dalam 1 (satu) masa pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2.2.11 Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi yang dikenakan atas keterlambatan penyetoran pajak
yang terutang dan keterlambatan penyampaian SPT sesuai dengan Undang-
Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2007 pasal 7 dan pasal 9 adalah:
Tabel II.4
Sanksi Administrasi
Jenis SPT
Sanksi
Telat
membayar/menyetor
Telat menyampaikan
SPT
SPT Masa PPh 21 Sanksi bunga 2% setiap
bulan
Sanksi berupa denda
sebesar Rp.100.000,00
SPT PPh tahunan wajib
pajak orang pribadi
Sanksi bunga sebesar
2% setiap bulan
Sanski berupa denda
sebesar Rp.100.000,00
-
2.2.12 Analisa Penerapan PPh Pasal 21 Menurut Peraturan Direktur Jendral
Pajak Nomor: PER-16/PJ/2016
a. Besarnya penghasilan neto bagi pegawai tetap yang dipotong PPh Pasal 21
adalah jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan:
1. Biaya jabatan, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-
tingginya Rp.500.000 (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp.6.000.000
(enam juta rupiah) setahun.
2. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau
badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang
dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.
b. Besarnya penghasilan neto bagi penerima pensiun berkala yang dipotong
PPh pasal 21 adalah seluruh jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan
biaya pensiun sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto setinggi-
tingginya Rp.200.000 (dua ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp.2.400.000
(dua juta empat ratus ribu rupiah) setahun.
c. Besarnya Penghasilan Kena Pajak untuk pegawai tetap dan penerima pensiun
berkala sebesar penghasilan neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP):
1. Rp.54.000.000 (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri wajib pajak
orang pribadi.
2. Rp.4.500.000 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan wajib pajak
yang kawin.
-
3. Rp.4.500.000 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah dan anggota keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
d. Penghasilan kena pajak bagi pegawai tidak tetap adalah penghasilan bruto
dikurangi dengan PTKP:
1. Rp.4.500.000 (empat juta lima ratus ribu rupiah) untuk diri wajib pajak
orang pribadi.
2. Rp.375.000 (tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk
wajib pajak yang kawin.
3. Rp.375.000 (tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk
setiap anggota keluarga sedarah dan anggota keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
e. Penghasilan kena pajak bagi bukan pegawai sebesar 50% (lima puluh persen)
dari jumlah penghasilan bruto dikurang PTKP perbulan.
f. Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut:
1) Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri.
2) Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk sirinya sendiri
ditambah PTKP keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
g. Dalam hal karyawati kawin dapat menunjukan keterangan tertulis dari
Pemerintah Daerah serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan
bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya
PTKP adalah untuk dirinya sendiri ditambah PTKP status kawin dan PTKP
-
keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya. Besarnya PTKP ditentukan
berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender.
h. Atas penghasilan bagi pegawai tidak tetap atau tenaga kerja yang tidak
dibayarkan secara bulanan atau jumlah komulatifnya dalam 1 (satu) bulan
kalender belum melebihi Rp.4.500.000 (empat juta lima ratus ribu rupiah),
berlaku ketentuan sebagai berikut:
1) Tidak dilakukan pemotongan PPh pasal 21, dalam hal penghasilan sehari
atau rata-rata penghasilan sehari belum melebihi Rp.450.000 (empat ratus
lima puluh ribu rupiah).
2) Dilakukan pemotongan PPh pasal 21 dalam hal penghasilan sehari atau
rata-rata penghasilan sehari melebihi Rp.450.000 (empat ratus lima puluh
ribu rupiah), dan jumlah sebesar Rp.450.000 (empat ratus lima puluh ribu
rupiah) merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
i. Dalam hal pegawai tetap telah memperoleh penghasilan komulatif dalam 1
(satu) bulan kalender melebihi Rp.4.500.000 (empat juta lima ratus ribu
rupiah) maka jumlah yang dapat dikurangkan dengan penghasilan bruto
adalah sebesar PTKP yang sebenarnya. PTKP sehari sebagai dasar untuk
menentukan PTKP yang sebenarnya adalah sebesar PTKP pertahun dibagi
360 (tiga ratus enam puluh) hari.
j. Tarif berdasarkan pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak
Penghasilan diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak dari:
penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga
kerja lepas berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan
dan uang saku harian, sepanjang penghasilan tidak dibayarkan secara
-
bulanan, tarif lapisan pertama sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat
(1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan diterapkan atas:
1) Jumlah penghasilan bruto sehari yang melebihi Rp.450.000 (empat
ratus lima puluh ribu rupiah), atau
2) Jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP yang sebenarnya dalam hal
penghasilan komulatif dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi
Rp.4.500.000 (empat juta lima ratus ribu rupiah).
k. Dalam hal jumlah penghasilan komulatif dalam 1 (satu) bulan kalendar telah
melebihi Rp.10.200.000 (sepuluh juta dua ratus ribu rupiah), PPh pasal 21
dihitung dengan menerapkan tarif pasal 17 ayat satu (1) huruf a Undang-
Undang Pajak Penghasilan atas Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan.
l. Tarif berdasarkan pasal 17 ayat satu (1) huruf a Undang-Undang Pajak
Penghasilan diterapkan atas jumlah komulatif atas:
1) Penghasilan kena pajak sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah
penghasilan bruto dikurangi PTKP perbulan, yang diterima atau diperoleh
bukan pegawai.
2) 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto untuk setiap
pembayaran imbalan kepada bukan pegawai.
3) Jumlah penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan yang bersifat
tidak teratur yang diterima atau diperoleh dewan komisaris yang tidak
merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama.
4) Jumlah penghasilan bruto berupa jasa produksi, tatiem, gratifikasi, bonus
atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh
mantan pegawai, atau
-
5) Jumlah penghasilan bruto berupa penarikan dana pensiun oleh peserta
program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai tetap, dari dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
m. Tarif berdasarkan pasal 17 ayat satu (1) huruf a Undang-Undang pajak
penghasilan diterapkan atas:
1. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, untuk setiap
pembayaran kepada bukan pegawai yang bersifat tidak berkesinambungan.
2. Jumlah penghasilan bruto untuk setiap kali pembayaran bersifat utuh dan
tidak pecah, diterima oleh peserta kegiatan.
n. Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 yang tidak memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh pasal 21 dengan
tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang ditetapkan
terhadap wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Jumlah PPh
pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar 120% (seratus dua puluh
persen) dari jumlah PPh pasal 21 yang dipotong dalam hal yang
bersangkutan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
o. Petunjuk umum penghitungan PPh pasal 21 bagi anggota dewan pengawas
atau dewan komisaris yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap, mantan
pegawai yang menerima jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, atau
imbalan lain yang bersifat tidak teratur dan peserta program kegiatan
pensiun yang masih yang berstatus sebagai pegawai yang menarik dana
pensiun:
1. Perhitungan PPh pasal 21 untuk anggota dewan pengawas atau dewan
komisaris yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap: PPh pasal 21
-
dihitung dengan menerapkan tarif pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas
komulatif jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama 1
(satu) tahun kalender.
2. Perhitungan PPh pasal 21 bagi mantan pegawai yang menerima
penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, atau imbalan
lain yang bersifat tidak teratur: PPh pasal 21 dihitung dengan menerapkan
tarif pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas komulatif jumlah penghasilan
bruto yang diterima atau diperoleh selama 1 (satu) tahun kalender.
2.2.13 Unsur-Unsur Penghasilan Dan Pengurang PPh Pasal 21 di LPDB-
KUMKM
Berdasarkan data yang didapat penulis, jumlah semua pegawai yang ada di
Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Usaha Mikro Kecil dan Menengah terdapat
sekitar 294 pegawai. Berikut penulis menguraikan data pegawai dan unsur-unsur
penghasilan maupun pengurang.
a. Data pegawai LPDB-KUKMK
Didalam Lembaga Pengelolah Dana Bergulir usaha Mikro Kecil dan
Menengah terdapat beberapa jenis pegawai.
1. Pegawai tetap ( Non PNS)
2. Pegawai tetap (Pegawai Negeri Sipil)
3. Pegawai Tidak Tetap
4. Mantan pegawai
5. Dewan pengawas
b. Jenis Penghasilan
-
Di Lembaga pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan
Menengah ada beberapa komponen yang di masukan kedalam penghasilan
yaitu:
1. Gaji pokok dan intensif kinerja yang dibayarkan setiap bulan oleh
Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan
Menengah.
2. Tunjangan makan yang di bayarkan tiap tanggal 5 bulan berikutnya.
3. Uang lembur yang di bayarkan tanggal 15 bulan berikutnya.
c. Jenis Pengurang
Jenis pengurang ini di dalam Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi
Usaha Mikro Kecil dan Menengah terdapat beberapa komponen pengurang
yaitu:
1. Biaya jabatan: biaya jabatan ini berdasar pada ketetapan perpajakan yang
ada dan untuk penghasilan sampai Rp.6.000.000 dikenai 5% dari
penghasilan bruto.
2. Penghasilan Tidak Kena Pajak: jenis pengurang ini berdasar pada undang-
undang yang berlaku dimana besarnya PTKP ini melihat pada status wajib
pajak tersebut.
-
Tabel II.5
Penghasilan Tidak Kena Pajak
PTKP
Tahun 2016
TK/0
RP. 54.000.000
TK/1
RP.58.500.000
TK/2
RP.63.000.000
TK/3
RP.67.500.000
K/0
RP.58.500.000
K/1
RP.63.000.000
K/2
RP.67.500.000
K/3
RP.72.000.000
K/1/0
RP.94.500.000
K/1/1
RP.99.000.000
K/1/2
RP.103.500.000
K/1/3
RP.108.000.000
Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016
Keterangan tabel:
TK/0 : Tidak kawin dan tanpa tanggungan.
TK/1 : Tidak kawin dengan tanggungan satu orang.
TK/2 : Tidak kawin dengan tanggungan dua orang.
TK/3 : Tidak kawin dengan tanggungan tiga orang.
K/0 : Kawin dan tanpa tanggungan.
K/1 : Kawin dengan tanggungan satu orang.
K/2 : Kawin dengan tanggungan dua orang.
K/3 : Kawin dengan tanggungan tiga orang.
-
K/1/0 : Kawin dan penghasilan istri digabung dengan penghasilan suami.
K/1/1 : Kawin dan penghasilan istri digabung. Tanggungan satu orang.
K/1/2 : kawin dan penghasilan istri digabung. Tanggungan dua orang.
K/1/3 : Kawin dan penghasilan istri digabung. Tanggungan tiga orang.
3. Dana pensiun
4. Iuran jamsostek: iuran ini dibagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Jaminan hari tua: 2% x penghasilan bruto.
b. Jaminan pensiun: 1% x penghasilan bruto. Atau sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
-
33
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Tinjauan Umum Organisasi
3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Organisasi
Pengoptimalan sistem pengelolaan dana bergulir, Kementrian Koperasi dan
UKM membentuk Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro
Kecil Dan Menengah (LPDB-KUMKM) yang bertugas melaksanakan
pengelolaan dana bergulir untuk pembiayaan dana bergulir untuk pembiayaan
KUMKM antara lain berupa pinjaman, dan bentuk pembiayaan lainnya yang
sesuai dengan kebutuhan KUMK, dimana ketentuan mengenai kriteria KUMKM
ditetapkan oleh Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil
Dan Menengah (LPDB-KUMKM).
Sebelum dibentuk Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro
Kecil Dan Menengah (LPDB-KUMKM), pengelolaan dana bergulir untuk
koperasi dan UMKM dilaksanakan oleh Deputi-Deputi Lingkungan Kementerian
Koperasi dan UKM. Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro
Kecil Dan Menengah (LPDB-KUMKM) dibentuk dengan Surat Keputusan
Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor
19.4/Per/M.KUMK/VIII/2006 tanggal 18 Agustus 2006 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor
11/Per/M.KUMK/VI/2008 pada tanggal 26 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (LPDB-KUMKM).
-
Sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan KEP-292/MK.5/2006 tanggal 28
Desember Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (LPDB-KUMKM) ditetapkan sebagai Instansi Pemerintahan yang
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU).
Dengan dibentuknya Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) maka di harapkan pengelolaan
dana bergulir dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan
dan menghasilkan manfaat yang berkelanjutan atas penyaluran dana bergulir
kepada Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
1. Visi, misi dan Moto Perusahaan
a. Visi
Menjadi Lembaga yang dapat di andalkan dalam memberikan
layanan pinjaman/pembiayaan kepada KUMKM, serta mampu
menjadi integrator dan mempercepat pengembangan industri
keuangan di daerah.
b. Misi
1. Mewujudkan kualitas layanan LPDB-KUMKM yang handal,
akuntabel, transparan, tepat waktu dan berkelanjutan serta mudah
diakses oleh UMKM dan Koperasi.
2. Mengelolah dan mengembangkan dana bergulir KUMKM secara
profesional, akuntabel dan berkelanjutan.
3. Mengembangkan skim pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan
KUMKM dalam rangka memperluas akses permodal bagi KUMKM.
-
4. Memberikan pembiayaan kepada lembaga keuangan mikro agar
dapat menyalurkan pinjaman/pembiayaan murah kepada usaha
mikro.
5. Melaksanakan pembiayaan usaha kepada KUMKM baik secara
langsung maupun lembaga perantara.
6. Mengintegrasikan pengelolaan dana bergulir KUMKM lintas instansi
untuk meningkatkan efektivitas dan akuntabilitas pemberdayaan
KUMKM.
7. Mewujudkan program pemerintah di bidang pembiayaan usaha
KUMKM dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing
ekonomi rakyat serta menciptakan lapangan kerja dan penghentasan
kemiskinan.
c. Motto
Solusi pembiayaan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah dan
Koperasi.
Menurut Peraturan Direksi Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Nomor: 36/PER/LPDB/2010 tentang Petunjuk
Teknis Pemberian Pinjaman/Pembiayaan Kepada Koperasi pada Bab I (Pasal) I
nomor 2 dikatakan bahwa: Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, dan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, yang selanjutnya disebut dengan LPDB-
KUMKM adalah satuan kerja Kementrian Koperasi dan UKM yang mempunyai
tugas melaksanakan pengelolaan Dana Bergulir dalam bentuk
pinjaman/pembiayaan, atau dalam bentuk lainnya dan bertanggung jawab kepada
Menteri Negara Koperasi dan UKM.
-
3.1.2 Struktur dan Tata Kerja Organisasi
1. Struktur organisasi
Struktur organisasi merupakan susunan dan hubungan antara setiap bagian
maupun posisi yang terdapat pada sebuah perusahaan dalam menjalankan
kegiatan-kegiatan operasionalnya dengan maksud untuk mencapai tujuan yang
ditentukan sebelumnya. Struktur organisasi yang diterapkan di Lembaga
Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah
bentuk vertikal. Dimana dalam bentuk ini, sistem organisasi pimpinan sampai
organisasi atau pejabat yang lebih rendah digariskan dari atas ke bawah secara
vertikal. Didalam struktur organisasi ini penulis hanya menjelaskan struktur tata
kerja organisasi secara garis besar saja.
-
Sumber: LPDB-KUMKM
Gambar III.1
Struktur Organisasi Perusahaan
Direktur Utama
Direktur Bisnis
Direktur Umum & Hukum
Kepala Divisi Umum
Kepala Bagian Tata
Usaha
Kepala Bagian SDM
Kepala Bagian Rumah Tangga
Kepala Divisi Hukum &
Humas
Kepala Bagian Hukum I
Kepala Bagian Hukum II
Kepala Bagian HUMAS
Kepala Divisi Perencanaan
Kepala Bagian Rencana Program
Kepala Bagian Analisis Data dan
Informasi
Direktur Keuangan
Direktur Pengembangan Usaha
Kepala Satuan Pemeriksa Intern
Kepala Bagian Kelompok Jabatan Fungsional Auditor
Kepala Bagian
Sekertariat
-
1. Tata Kerja Lembaga/Organisasi
1. Direktur Utama
Rincian tugas:
a. Bertanggung jawab atas pengelolaan LPDB-KUMKM.
b. Mengkoordinasikan, merumuskan, dan menetapkan rencana strategis
LPDB-KUMKM.
c. Menetapkan keputusan/peraturan direksi LPDB-KUMKM.
d. Mengkoordinasikan tindak lanjut laporan hasil Satuan Pemeriksa
Interen (SPI).
2. Kepala Satuan Pemeriksa Intern
Rincian tugas:
a. Mengkoordinasikan penyiapan, penyusunan dan perumusan
pembuatan program kerja pemeriksaaan tahunan dan mengendalikan
pelaksanaanya.
b. Mengkoordinasikan penyiapan, penyusunan dan pelaksanaan
pemeriksaan keuangan dan/atau kinerja dan juga pengendalian
manajemen LPDB-KUMKM.
3. Kepala Bagian Sekertariat
Rincian tugas:
a. Melaksanakan pengelolaan persuratan dan kearsipan.
b. Memberikan dukungan administrasi dalam rangka pemeriksaan.
c. Melaksanakan penyiapan dan penyusunan laporan kegiatan Bagian
Sekertariat.
4. Kepala Bagian Kelompok Jabatan Fungsional Auditor
-
Rincian tugas:
a. Menyiapkan, menyusun dan merumuskan pembuatan program kerja
pemeriksaan tahunan.
b. Melaksanakan pemeriksaan keuangan dan/atau kinerja LPDB-
KUMKM.
c. Menyiapkan konsep rekomendasi dan saran perbaikan terhadap
pengendalian manajemen, pengelolaan keuangan dan aset, serta
memastikan dipatuhinya semua peraturan perundang-undang.
5. Direktur Pengembang Usaha
Rincian tugas:
a. Melaksanakan urusan pengkajian dan pengembangan usaha dan juga
urusan monitoring dan evaluasi.
b. Melaksanakan urusan pengendalian risiko pinjaman/pembiayaan
LPDB-KUMKM.
c. Melaksanakan urusan teknologi informasi.
6. Direktur Keuangan
Rincian tugas:
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan pengelolah dana bergulir.
b. Melaksanakan urusan pengelolaan pendapatan dan belanja dan juga
pengelolaan kas.
c. Melaksanakan urusan pengelolaan hutang-piutang dana bergulir.
7. Direktur Bisnis
Rincian tugas:
-
a. Menyusun rencana pemberian pinjama/pembiayaan kepada koperasi,
dan usaha mikro kecil dan menengah.
b. Mengkoordinasikan dan menyusun prosedur standar operasional
pemberian pinjaman/pembiayaan.
c. Mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan penyaluran dana
bergulir LPDB-KUMKM.
8. Direktur Umum dan Hukum
Rincian tugas:
a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana strategi bisnis (RSB),
penyusunan rencana bisnis dan anggaran (RAB), dan penyiapan
dokumen penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA).
b. Melaksanakan urusan pengadaan, pemeliharaan dan penatausahaan
barang milik negara.
9. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia (SDM)
a. Melaksanakan penyelengaraan perekrutan, pengembangan dan
peningkatan kompetensi pegawai.
b. Melaksanakan penyelengaraan administrasi kepegawain dan
penyelengaraan statistik kepegawaian.
c. Melaksanakan penyelengaraan urusan kesejahteraan pegawaian dan
urusan pembayaran remunerasi dan uang lembur pegawai.
10. Staf Sumber Daya Manusia
Rincian tugas:
a. Membantu melaksanakan penyelengaraan perekrutan, pengembangan
dan peningkatan kepegawaian.
-
b. Membantu melaksanakan penyelengaraan administrasi, statistik, dan
urusan kesejahteraan pegawai.
c. Membantu melaksanakan penyelengaraan urusan pembayaran
remunerasi dan uang lembur pegawai.
d. Membantu menyusun dan mengembangkan struktur kepegawaian.
3.1.3 Kegiatan Organisasi
Sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan KEP-292/MK.5/2006 tanggal 28
Desember 2006 tentang Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) ditetapkan sebagai Instansi
Pemerintahan yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (PPK-BLU). Dengan kegiatan usahanya sebagai berikut:
1. Melaksanakan pemberian pinjaman kepada Koperasi Usaha Mikro Kecil dan
Menengah dengan atau tanpa lembaga perantara.
2. Melakasanakan pemberian bentuk pembiayaan lainnya bagi Koperasi Usaha
Mikro Kecil dan Menengah sesusai dengan kebutuhannya.
Dengan dibentuknya Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) maka diharapkan pengelolaan
dana bergulir dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan
dan menghasilkan manfaat yang berkelanjutan atas penyaluran dana bergulir
kepada Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
-
3.2 Hasil Penelitian
3.2.1 Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Karyawan
Dalam perhitungan PPh pasal 21 ini, dari populasi 294 penulis hanya
mengambil 56 sampel untuk dijadikan perhitungan dikarenkan penulis hanya
mendapatkan data pegawai dari istansi di bagian penulis melakukan prakterk kerja
lapangan (PKL) dan riset. Berikut rekap perhitungan PPh pasal 21 atas gaji
karyawan di LPDB-KUMKM masa Desember 2016:
-
33
Tabel III.1
Rekap Gaji Pegawai LPDB-KUMKM Masa Desember 2016
NO NAMA JABATAN STATUS
PENG.
SETAHUN
POTONGAN
JUMLAH NETTO PTKP PKP PPh 21 By.JABATAN JAMSOSTEK PENSIUN
(12) (18)
1 Dewas
1
Dewan
Pengawas
150.098.000 - - - - 150.098.000 - 150.098.000 17.514.700
2 Dewas
2
Dewan
Pengawas
62.543.000 - - - - 62.543.000 - 62.543.000 4.381.450
3 Mr. 3 Pejabat
Pengelola
K/2 414.626.000 6.000.000 8.380.010 4.800.000 19.180.010 395.445.990 67.500.000 327.945.000 51.986.250
4 Mr. 10 Kepala Divisi K/3 243.580.000 6.000.000 5.042.330 3.600.000 14.642.330 228.937.670 72.000.000 156.937.000 18.540.550
5 Mr. 11 Kepala Divisi TK/0 237.434.000 6.000.000 4.883.450 12.000.000 22.883.450 214.550.550 54.000.000 160.550.000 19.082.500
6 Mr. 21 Kepala Bagian K/2 141.688.000 6.000.000 3.188.810 600.000 9.788.810 131.899.190 67.500.000 64.399.000 4.659.850
7 Mr. 22 Kepala Bagian K/2 140.815.000 6.000.000 2.572.680 8.250.000 16.822.680 123.992.320 67.500.000 56.492.000 3.473.800
8 Mr. 29 Kepala Bagian K/1 152.007.000 6.000.000 3.373.610 1.200.000 10.573.610 141.433.390 63.000.000 78.433.000 6.764.950
9 Mr. 58 Kepala Bagian TK/0 125.933.000 6.000.000 2.885.287 600.000 9.485.287 116.447.713 54.000.000 62.447.000 4.367.050
10 Mr. 60 Staf K/2 101.152.000 5.057.600 2.402.280 3.600.000 11.059.880 90.092.120 67.500.000 22.592.000 1.129.600
11 Mr. 62 Staf TK/0 103.339.000 5.166.950 2.402.280 1.200.000 8.769.230 94.569.770 54.000.000 40.569.000 2.028.450
12 Mr. 69 Staf TK/0 104.637.000 5.231.850 2.402.280 600.000 8.234.130 96.402.870 54.000.000 42.402.000 2.120.100
13 Mr. 71 Staf TK/0 103.409.000 5.170.450 2.402.280 1.950.000 9.522.730 93.886.270 54.000.000 39.886.000 1.994.300
14 Mr. 80 Staf TK/0 103.561.000 5.178.050 2.402.280 2.400.000 9.980.330 93.580.670 54.000.000 39.580.000 1.979.000
15 Mr. 82 Staf TK/0 105.317.000 5.265.850 2.436.780 1.800.000 9.502.630 95.814.370 54.000.000 41.814.000 2.090.700
-
NO NAMA JABATAN STATUS PENG.
SETAHUN
POTONGAN
JUMLAH NETTO PTKP PKP PPh 21 By.JABATAN JAMSOSTEK PENSIUN
(12) (18)
16 Mr. 89 Staf K/1 102.479.000 5.123.950 2.402.280 600.000 8.126.230 94.352.770 63.000.000 31.352.000 1.567.600
17 Mr. 93 Staf K/1 103.659.000 5.182.950 2.436.780 600.000 8.219.730 95.439.270 63.000.000 32.439.000 1.621.950
18 Mr. 100 Staf K/1 102.324.000 5.116.200 2.402.280 600.000 8.118.480 94.205.520 63.000.000 31.205.000 1.560.250
19 Mr. 109 Staf K/2 105.493.000 5.274.650 2.485.080 3.000.000 10.759.730 94.733.270 67.500.000 27.233.000 1.361.650
20 Mr. 111 Staf K/1 103.251.000 5.162.550 2.402.280 600.000 8.164.830 95.086.170 63.000.000 32.086.000 1.604.300
21 Mr. 120 Staf K/0 102.919.000 5.145.950 2.402.280 600.000 8.148.230 94.770.770 58.500.000 36.270.000 1.813.500
22 Mr. 129 Staf TK/0 105.803.000 5.290.150 2.402.280 600.000 8.292.430 97.510.570 54.000.000 43.510.000 2.175.500
23 Mr. 131 Staf K/1 105.048.000 5.252.400 2.476.530 2.400.000 10.128.930 94.919.070 63.000.000 31.919.000 1.595.950
24 Mr. 133 Staf TK/0 105.741.000 5.287.050 2.485.080 1.200.000 8.972.130 96.768.870 54.000.000 42.768.000 2.138.400
25 Mr. 140 Staf K/0 107.283.000 5.364.150 2.485.080 600.000 8.449.230 98.833.770 58.500.000 40.333.000 2.016.650
26 Mr. 142 Staf TK/0 104.798.000 5.239.900 2.402.280 600.000 8.242.180 96.555.820 54.000.000 42.555.000 2.127.750
27 Mr. 149 Staf K/2 105.551.000 5.277.550 2.485.080 600.000 8.362.630 97.188.370 67.500.000 29.688.000 1.484.400
28 Mr. 151 Staf K/2 103.985.000 5.199.250 2.442.330 600.000 8.241.580 95.743.420 67.500.000 28.243.000 1.412.150
29 Mr. 153 Staf K/0 101.387.000 5.069.350 2.318.280 1.200.000 8.587.630 92.799.370 58.500.000 34.299.000 1.714.950
30 Mr. 160 Staf TK/0 103.794.000 5.189.700 2.399.580 1.200.000 8.789.280 95.004.720 54.000.000 41.004.000 2.050.200
31 Mr. 162 Staf K/0 104.385.000 5.219.250 2.425.230 1.200.000 8.844.480 95.540.520 58.500.000 37.040.000 1.852.000
32 Mr. 169 Staf K/0 100.121.000 5.006.050 2.328.780 600.000 7.934.830 92.186.170 58.500.000 33.686.000 1.684.300
33 Mr. 171 Staf TK/0 103.863.000 5.193.150 2.425.230 1.200.000 8.818.380 95.044.620 54.000.000 41.044.000 2.052.200
34 Mr. 173 Staf TK/0 102.927.000 5.146.350 2.425.230 1.800.000 9.371.580 93.555.420 54.000.000 39.555.000 1.977.750
35 Mr. 180 Staf TK/0 99.913.000 4.995.650 2.276.280 1.200.000 8.471.930 91.441.070 54.000.000 37.441.000 1.872.050
36 Mr. 182 Staf K/1 101.961.000 5.098.050 2.328.780 2.400.000 9.826.830 92.134.170 63.000.000 29.134.000 1.456.700
37 Mr. 189 Staf K/1 100.411.000 5.020.550 2.328.780 1.200.000 8.549.330 91.861.670 63.000.000 28.861.000 1.443.050
-
NO NAMA JABATAN STATUS PENG.
SETAHUN
POTONGAN
JUMLAH NETTO PTKP PKP PPh 21 By.JABATAN JAMSOSTEK PENSIUN
(12) (18)
38 Mr. 193 Staf K/2 103.607.000 5.180.350 2.391.780 600.000 8.172.130 95.434.870 67.500.000 27.934.000 1.396.700
39 Mr. 200 Staf K/1 99.369.000 4.968.450 2.256.840 1.200.000 8.425.290 90.943.710 63.000.000 27.943.000 1.397.150
40 Mr. 209 Staf TK/0 92.754.000 4.637.700 2.176.380 600.000 7.414.080 85.339.920 54.000.000 31.339.000 1.566.950
41 Mr. 211 Staf K/0 95.157.000 4.757.850 2.131.410 600.000 7.489.260 87.667.740 58.500.000 29.167.000 1.458.350
42 Mr. 220 Staf TK/0 84.197.000 4.209.850 1.906.500 4.250.000 10.366.350 73.830.650 54.000.000 19.830.000 991.500
43 Mr. 222 Staf TK/0 89.004.000 4.450.200 1.995.540 1.200.000 7.645.740 81.358.260 54.000.000 27.358.000 1.367.900
44 Mr. 229 Staf K/0 85.139.000 4.256.950 1.906.500 600.000 6.763.450 78.375.550 58.500.000 19.875.000 993.750
45 Mr. 231 Staf K/0 86.263.000 4.313.150 1.906.500 600.000 6.819.650 79.443.350 58.500.000 20.943.000 1.047.150
46 Mr. 240 Staf TK/0 34.859.000 1.742.950 760.830 200.000 2.703.780 32.155.220 54.000.000 - -
47 Mr. 242 Staf K/1 34.957.000 1.747.850 760.830 200.000 2.708.680 32.248.320 63.000.000 - -
48 Mr. 249 Staf TK/0 35.581.000 1.779.050 760.830 200.000 2.739.880 32.841.120 54.000.000 - -
49 Mr. 251 Staf TK/0 35.113.000 1.755.650 760.830 200.000 2.716.480 32.396.520 54.000.000 - -
50 Mr. 260 Staf K/2 67.348.000 3.367.400 1.402.920 1.200.000 5.970.320 61.377.680 67.500.000 - -
51 Mr. 262 Staf TK/0 66.980.000 3.349.000 1.402.920 600.000 5.351.920 61.628.080 54.000.000 7.628.000 381.400
52 Mr. 269 Staf TK/0 66.860.000 3.343.000 1.402.920 1.200.000 5.945.920 60.914.080 54.000.000 6.914.000 345.700
53 Mr. 271 Staf TK/0 67.580.000 3.379.000 1.402.920 1.200.000 5.981.920 61.598.080 54.000.000 7.598.000 379.900
54 Mr. 280 Staf K/0 67.428.000 3.371.400 1.402.920 600.000 5.374.320 62.053.680 58.500.000 3.553.000 177.650
55 Mr. 282 Staf TK/0 66.182.000 3.309.100 1.402.920 600.000 5.312.020 60.869.980 54.000.000 6.869.000 343.450
56 454 Staf K/1 104.815.000 5.240.750 2.402.280 1.800.000 9.443.030 95.371.970 63.000.000 32.371.000 1.618.550
JUMLAH 194.182.600
Sumber: LPDB-KUMKM (data diolah)
-
Untuk menghitung PPh 21 terhutang atas gaji pegawai tetap maka dihitung
menggunakan ketentuan perhitungan seperti yang terdapat dalam undang-undang
No.36 Tahun 2008 yaitu:
Penghasilan bruto – Pengurang = Neto
Neto disetahunkan – PTKP = PKP
PKP x tarif pajak = PPh 21 terhutang
PPh 21 terhutang : 12 = PPh 21 sebulan
Sedangkan untuk perhitungan dewan pengawas menggunakan rumus:
Akumulasi Penghasilan Bruto x tarif pasal 17 ayat (1)
Berikut penulis tampilkan beberapa perhitungan PPh 21 atas gaji karyawan di
LPDB-KUMKM dari data yang ada dan berdasar rumus yang ada:
1. Perhitungan PPh 21 atas gaji dewan pengawas
Dewas 1 penghasilan setahun sebesar Rp.150.098.000 tidak dikenai biaya
jabatan dan juga tidak dikenai PTKP, maka PPh 21 yang dipotong sebesar:
Akumulasi penghasilan bruto x tariff pajak
Rp.100.098.000 x 15% = Rp.15.014.700
Rp.50.000.000 x 5% = Rp.2.500.000
Rp.17.514.700
2. Perhitungan PPh 21 atas gaji pegawai tetap
Mr.89 salah satu karyawan di LPDB-KUMKM berpenghasilan setahun
sebesar Rp.102.402.000, jamsostek sebesar Rp.2.402.280 sedangkan iuran
pensiun sebesar Rp.600.000. Mr.89 berstatus K/1 maka PPh 21 yang
dipotong sebesar:
Penghasilan bruto Rp.102.402.000
Pengurang
By jabatan Rp.5.123.950
Iuran pensiun Rp.600.000
Jamsostek Rp.2.402.280
-
Jumlah pengurang Rp.8.126.230
Penghasilan neto Rp.94.352.770
Penghasilan neto setahun Rp.95.352.770
PTKP K/1 Rp.63.000.000
PKP Rp.31.352.000
PPh 21 terhutang
Rp.31.352.000 x 5% Rp.1.567.600
3.2.2 Pemotongan dan pemungutan PPh Pasal 21 Terhutang di Lembaga
Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(LPDB-KUMKM)
Berdasar data yang didapat penulis dari hasil wawancara yang di lakukan oleh
penulis dengan Bapak Wahyu bagian Sumber Daya Manusia selaku Bendahara
yang ditunjuk langsung untuk mengurus PPh pasal 21 atas gaji karyawan,
mekanisme pemotongan dan pemungutan PPh pasal 21 terhutang di Lembaga
Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (LPDB-
KUMKM) sama seperti biasanya yaitu di mulai pada saat pembayaran gaji dan
dimulai dari tahap memotong/memungut, selanjutnya akan dihitung besarnya PPh
pasal 21 yang terhutang selanjutnya PPh pasal 21 terhutang akan di bayarkan dan
di laporkan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama tempat wajib pajak
terdaftar.
a. Pemotongan/pemugutan: untuk pemotongan/pemungutan PPh pasal 21
terhutang pihak yang bertanggung jawab adalah pemberi kerja selaku
Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil Dan
Menengah (LPDB-KUMK).
-
b. Perhitungan: untuk perhitungan PPh pasal 21 terhutang pihak yang
bertanggung jawab adalah bendaharawan yang ditunjuk langsung LPDB-
KUMKM.
c. Pembayaran: untuk masalah pembayaran akan di lakukan oleh pemberi
kerja namun dalam hal ini akan di bayarkan ke Bank oleh bendaharawan
yang bertugas.
d. Pelaporan: dalam hal pelaporan pihak yang melaporkan adalah pemberi
kerja.
Setelah pemberi kerja yaitu LPDB-KUMKM melakukan pemungutan dan
pemotongan atas gaji karyawan maka sebagai bukti telah di potongnya PPh pasal
21 terhutang akan diserahkan bukti potong kepada karyawan yaitu berupa bukti
potong formulir 1721-A1. Berikut penulis lampirkan bukti potong dan
perhitungan PPh 21 terhutang.
Perhitungan PPh pasal 21 terhutang pegawai tetap masa Desember 2016:
1. Mr.454 adalah salah satu pegawai tetap dengan status K/1 yang bekerja di
Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan
Menengah dengan penghasilan setahun sebesar Rp.104.815.000, LPDB-
KUMKM mengikuti iuran jamsostek dimana tiap pegawai akan dipotong 2%
dari penghasilan bruto untuk jaminan hari tua, dan 1% dari penghasilan bruto
untuk jaminan pensiun,dan untuk dana pensiun sendiri akan dipotong sebesar
Rp.150.000 setiap bulannya. Maka perhitungan PPh pasal 21 adalah:
Penghasilan bruto Rp.104.815,000
Pengurang
Biaya jabatan ( x 5%) Rp.5.240.750
-
Iuran pensiun Rp.1.800.000
JHT/THT Rp.2.402.280
jumlah pengurang Rp.9.443.030
Penghasilan neto Rp.95.371.970
Penghasilan neto setahun Rp.95.371.970
PTKP K/1 Rp.63.000.000
Penghasilan Kena Pajak Rp.32.371.000
PPh 21 setahun
Rp.32.371.000 x 5% Rp.1.618.550
Jadi untuk PPh pasal 21 terhutang masa desember yang dipotong sebesar:
Rp.1.618.550. dan sebagai buktinya akan diberikan bukti potong.
Berikut bukti potong formulir 1721-A1 PPh 21 terhutang :
-
Sumber: internal perusahaan
Gambar III.3
Bukti Potong PPh 21 Formulir 1721-A1
-
3.2.3 Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 Atas Gaji Karyawan di LPDB-
KUMKM
Penyetoran dan pelaporan PPh pasal 21 atas gaji karyawan terhutang di
LPDB-KUMKM di mulai pada saat penerimaan gaji. Bendaharawan yang
bersangkutan mulai menghitung PPh pasal 21 terhutang tiap pegawai. Setelah
nilai PPh pasal 21 yang terhutang dipotong maka, bendaharawan sebagai
pemotong pajak wajib untuk melakukan penyetoran PPh pasal 21 atas gaji
karyawan di Bank tempat pemotong menyetorkan PPh pasal 21 terhutang.
Tanggal penyetoran PPh pasal 21 terhutang variatif, namun maksimalnya tanggal
10 dan sudah menggunakan e-billing. Dan untuk pelaporan PPh pasal 21
terhutang atas gaji karyawan menggunakan SPT masa PPh pasal 21 namun, untuk
saat ini di LPDB-KUMKM sudah menggunakan e-SPT dalam hal pelaporan PPh
pasal 21 yang terhutang. Tanggal pelaporannya paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya. Dan jika ada kelebihan pembayaran pajak karena perhitungan sudah
menggunakan PTKP terbaru maka untuk kelebihan pembayaran akan
dikompensasikan kebulan berikutnya. Dan sebagai bukti pemotongan kepada
pegawai yang bersangkutan pihak LPDB-KUMKM memberikan Bukti Potong
berupa formulir 1721-A1. Berikut penulis melampirkan SPT 1721 dan SSP
sebagai bukti pelaporan dan penyetoran PPh 21 terhutang atas gaji karyawan di
LPDB-KUMKM:
-
Sumber: internal perusahaan
Gambar III.4
SPT PPh 21 Masa Desember
-
Sumber: internal perusahaan
Gambar III.5
SSP Masa Desember
-
Untuk menggambarkan apakah Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi
Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah melakukan pelaporan dan penyetoran
PPh pasal 21 atas gaji karyawan maka penulis akan menyajikan tabel pembayaran
dan pelaporan PPh pasal 21.
Tabel II.6
Pelaporan dan Penyetoran PPh Pasal 21
Tahun pajak Tanggal pelaporan
Tanggal penyetoran
2016
03-01-2017
03-01-2017
Sumber: Internal Perusahaan
3.2.4 Kendala Yang Dihadapi Selama Proses Pemotongan, Pemungutan,
Pelaporan dan Penyetoran PPh Pasal 21 di LPDB-KUMKM
Kendala yang dihadapi pemotong saat penerapan PPh pasal 21 ini ada
beberapa hal yang menjadi kendala, berikut penulis akan menguraikannya
berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Wahyu selaku bendaharawan yang
bertugas langsung untuk mengurus PPh pasal 21 ini:
1. Di Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan
Menengah masih menggunakan semi otomatis dimana menggunakan
Microsoft Office Excel, jadi masih ada potensi kesalahan Human Eror.
2. Pegawai yang ada di Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha
Mikro Kecil dan Menengah jarang untuk melakukan Update data pegawai
-
sehingga ada pegawai yang kemungkinan sudah mempunyai anak tetapi
tidak di laporkan maka pemotong tetap menggunakan PTKP yang lama
walaupun PTKP telah berubah, karena pemotong tetap base on data jadi
tidak bisa diperbaharui tanpa ada data-data yang ada.
3. Di Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan
Menengah untuk masalah pajak sifatnya belum terpusat pada satu tempat
atau bagian, jadi seperti misalnya di bagian Sumber Daya Manusia (SDM)
hanya mengurus masalah pajak yang berkaitan dengan PPh pasal 21 atas
gaji pegawai, untuk bagian Keuangan akan mengurus masalah pajak yang
bersangkutan dengan PPh pasal 22, PPh pasal 23 dan PPh pasal 4 ayat (2).
Jadi untuk pelaporannya tidak diterima oleh bagian Sumber Daya Manusia
(SDM), jadi yang di laporkan hanya PPh pasal 21 atas gaji pegawai yang
di potong oleh bagian SDM. Untuk pemotongan sudah sesuai aturan yang
berlaku namun untuk pelaporannya masih salah hanya PPh pasal 21 yang
sesuai.
-
72
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan pembahasan mengenai penerapan PPh pasal 21
atas gaji karyawan di Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro
Kecil dan Menengah pada bab terakhir ini maka, penulis mengambil beberapa
kesimpulan dari pembahasan ini yang akan di sajikan dalam beberapa poin
berikut:
1. Untuk penerapan pemotongan dan perhitungan PPh pasal 21 atas gaji
karyawan di Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro
Kecil Dan Menengah (LPDB-KUMKM) di dapat dengan Undang-Undang
No. 36 Tahun 2008 dimana besarnya PPh 21 di dapat dari penghasilan
bruto dikurangi pengurang dan selanjutnya jumlah PKP akan dikurang
dengan tarif pajak. Dan untuk nominal atau besarnya PPh pasal 21 di
LPDB-KUMKM yang di potong hasilnya sama dengan perhitungan yang
di lakukan oleh penulis berdasar pada Undang-Undang yang berlaku.
2. Untuk masalah pemungutan PPh pasal 21 atas gaji karyawan di Lembaga
Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah
(LPDB-KUMKM), caranya dengan memotong gaji tiap karyawan untuk
dimasukan ke kas Negara dan tiap karyawan yang sudah dipungut PPh 21
akan diberikan bukti potong berupa Formulir 1721-A1.
3. Untuk masalah penyetoran dan pelaporan di Lembaga Pengelolah Dana
Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM)
-
yaitu penyetorannya menggunakan SSP sejumlah satu rangkap yang
disetorkan setiap tanggal 10 bulan berikutnya. Dan untuk pelaporan PPh
21 menggunakan Formulir 1721 yang dilaporkan paling lambat tanggal 20
bulan berikutnya.
4.2. Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh penulis maka, ada
beberapa saran dan masukan yang penulis berikan mengenai kendala penerapan
PPh pasal 21 atas gaji karyawan yang berlaku di Lembaga Pengelolah Dana
Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (LPDB-KUMKM).
1. Perhitungan menggunakan Microsoft office excel dapat menimbulkan
kesalahan perhitungan sehingga sebaiknya pihak LPDB-KUMKM
mengikuti peraturan terbaru dan menggunakan aplikasi yang disediakan
Direktorat Jendral Pajak untuk mencegah adanya kesalahan perhitungan.
2. Sebaiknya dari pihak pemberi kerja yaitu LPDB-KUMKM membuat suatu
peraturan yang mengharuskan semua pegawai melakukan update data
pegawai sehingga tidak ada masalah kurang bayar pada PPh pasal 21 yang