Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif
-
Upload
anonymous-udbkts -
Category
Documents
-
view
47 -
download
0
description
Transcript of Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif
45
TUGAS V
RANCANGAN PENILAIAN ALTERNATIF
1. Asesmen Alternatif (Alternative Assessment)
Asesmen alternatif (Alternative Assessment), ialah alternatif
pengukuran atau evaluasi hasil belajar mahasiswa yang lain daripada uji
tradisional yang sudah baku, yang menggunakan standar penilaian
tertentu, misalnya Penilaian Acuan Patokan (PAP) yang menetapkan
batas lulus (passing grade) sebelum ujian dilakukan, atau Penilaian Acuan
Norma (PAN) yang menetapkan batas lulus sesudah ujian, yaitu
menggunakan rata-rata kelas pada kurva normal. Kedua cara penilaian
tersebut menggunakan ujian “essay” atau “multiple choice”, atau yang
lazim disebut pengukuran menggunakan kertas dan pinsil (paper and
pencil test). Kedua instrumen / alat uji tersebut terdiri atas pertanyaan
kepada mahasiswa yang sudah ada jawabannya yang benar.
a). Asesmen Otentik (Authentic Assessment)
Asesmen otentik (Authentic Assessment) adalah salah satu bentuk atau
sinonim asesmen alternatif. Suatu asesmen dikatakan otentik apabila
secara langsung diukur (diamati) perilaku mahasiswa mengerjakan tugas
intelektual yang penting. Sebaliknya, asesmen tradisional bergantung
pada sesuatu yang tak langsung atau bentuk substitusinya yang
disederhanakan, yang mungkin dapat ditarik inferensi yang valid tentang
kinerja mahasiswa pada tantangan bernilai itu.
b). Beberapa perbandingan dengan tes baku yang tradisional :
1. Asesmen otentik mengharuskan mahasiswa menampilkan
pengetahuan yang diperolehnya secara efektif (Asesmen
tradisional hanya mengungkapkan kemampuan mahasiswa
mengidentifikasi, mengingat kembali apa yang sudah dipelajarnya
46
di luar konteksnya, contohnya sama dengan mengajar
mengemudikan mobil scara lisan).
2. Asesmen otentik menghendaki mahasiswa menampilkan
keseluruhan tugas yang tercerminkan prioritasnya, dengan segala
tantangan yang ditemukan dalam kegiatan instruksional, misalnya
melaksanakan penelitian; menulis, mereivsi dan mendiskusikan
makalah; memberikan analisis oral tentang peristiwa politik terakhir;
bekerjasama dengan orang lain dalam debat, dan seterusnya. Tes
konvensional biasanya terbatas pada pertanyaan dengan satu
jawaban yang benar, yang dinamakan “paper and pencil test”.
3. Asesmen otentik menghendaki bahwa mahasiswa dapat
menciptakan jawaban yang berbahasa ilmiah, menyeluruh dan
dapat dijustifikasi.
4. Asesmen otentik mencapai validitas dan keterandalan (reliability)
dengan cara meningkatkan dan membakukan kriteria yang sesuai
untuk menskor produk yang sangat bervariasi, sedangkan tes
tradisional membakukan butir tes objektif, sehingga hanya
mempunyai 1 jawaban yang benar.
5. Uji validitas sebagian tergantung pada : apakah tes itu
mensimulasikan tes kemampuan lulusan dalam dunia nyata kelak.
Validitas pada tes pilihan ganda ditentukan dengan cara
membandingkan butir tes dengan isi kurikulum, atau melalui
korelasi dengan butir tes yang lain.
c). Asesmen Alternatif vs Asesmen Tradisional
Mengapa diperlukan Asesmen Alternatif yang banyak memerlukan
banyak waktu dan tenaga untuk mempersiapkannya ? Meskipun tes
pilihan ganda dapat merupakan indikator atau prediktor yang valid
mengenai penampilan akademik, seringkali tes ini mengalihkan
perhatian (mislead) dosen dan mahasiswa tentang jenis keterampilan
yang seharusnya dikuasai mahasiswa. Norma bukan merupakan
standar; butir soal bukanlah masalah yang sebenarnya; dan jawaban
47
yang benar bukanlah rationale (dasar pemikiran, alasan). Mereka
yang mempertahankan tes tradisional tidak melihat bahwa bentuk
tesnya, bukannya isi tes yang merugikan proses belajar. Mahasiswa
merasa bahwa belajar itu menyesakkan, dosen percaya bahwa tes itu
adalah pencari fakta, pemaksaan yang terdiri atas susunan
pertanyaan, yang sebenarnya tidak relevan dengan tujuan dan
keberhasilan belajar mahasiswa. Baik dosen maupun mahasiswa
digiring pada keyakinan bahwa jawaban yang benar itu lebih penting
daripada kebiasaan berpikir, dan justifikasi pendekatan serta hasil
pekerjaan seseorang.
Karena itu pendekatan terhadap tugas dan hasil yang otentik dapat
meningkatkan proses pengajaran dan belajar; mahasiswa
memperoleh kejelasan yang lebih besar tentang kewajiban mereka
(dan diminta mengerjakan tugas yang lebih menarik bagi mereka), dan
dosen akan percaya bahwa hasil asesmen itu lebih berarti dan lebih
berguna dalam meningkatkan proses pembelajaran. Apabila tujuan
dosen hanya untuk memonitor kinerja mahasiswa, maka tes
konvensional mungkin sudah memadai. Tetapi apabila tujuan dosen
ialah meningkatkan kinerja ke arah yang lebih baik, maka tes itu
hendaknya terdiri atas tugas yang dapat dijadikan contoh, kriteria dan
standar.
Apakah kita ingin mengevaluasi:
- pengajuan masalah dan penyelesaian masalah dalam bidang
Sistem Basis Data
- penelitian eksperimental dalam sains
- berbicara, mendengarkan, dan memfasilitasi suatu diskusi
- melakukan inkuiri sejarah berdasar-dokumen
- secara teliti merevisi suatu tulisan sampai dapat terbaca oleh
pembaca ?
48
Pada asesmen otentik, mahasiswa :
- melakukan eksperimen sains
- melaksanakan penelitian ilmu sosial
- menulis cerita dan laporan
- membaca dan menginterpretasi sastra
- menyelesaikan masalah matematik
Asesmen otentik atau asesmen alternatif menggunakan sampel
penampilan (performance samples), kegiatan belajar, kemampuan
berpikir, yang terdiri atas 5 sampel penampilan utama :
1. Asesmen penampilan (Performance Assessment), penulisan, revisi,
penyajian laporan
2. Penelitian pendek (Short Investigations)
3. Open-Response Questions
4. Portfolio
5. Self-Assessment
Asesmen alternatif dapat menggunakan Rubrik Penskoran (Scoring
Rubrics), Portfolio atau Observasi oleh instruktor.
2. Asesmen Berdasarkan Performans (Performance-Based
Assessment)
Berbagai istilah telah digunakan utuk “performance”; ada yang
menggunakan istilah “kinerja”, “penampilan” atau “performans”.
Performance-Based Assessment merupakan suatu observasi sistematik
secara langsung, dan penilaian atas tercapainya suatu tujuan
(instruksional). Seringkali oberservasi dilakukan terus menerus selama
periode waktu tertentu, dan secara khusus dilakukan untuk yang
berkaitan dengan pengkreasian suatu produk. Asesmen dapat berbentuk
interaksi kontinu antara dosen dan mahasiswa, dan secara ideal menjadi
bagian dari proses pembelajaran. Asesmen hendaknya merupakan
performans dari kenyataan yang relevan dengan komunitas mahasiswa
49
dan lingkungan. Asesmen performans ini dilakukan menggunakan rubrik,
atau panduan penskoran analitik yang dapat membantu objektivitasnya.
Asesmen berdasar-performans berbentuk suatu uji penerapan
pengetahuan dalam keadaan kehidupan sehari-hari, yang meliputi
performans tugas contoh dalam mendemonstrasikan kemampuan
intelektual.
3. Portofolio
Portfolio ialah suatu kumpulan hasil kerja mahasiswa yang
dilakukan secara sistematik dan terorganisasi, yang mengungkapkan bukti
nyata dari usaha-usaha yang dilakukan mahasiswa, hasil perolehannya,
dan perkembangannya dalam kurun waktu tertentu. Pengumpulan data ini
hendaknya melibatkan mahasiswa dalam pemilahan materi pelajaran, dan
mencantumkan informasi tentang kriteria penampilannya (performans),
rubrik atau criteria untuk menilai keuntungan yang diperoleh, dan bukti
tentang refleksi-diri dan evaluasi mahasiswa. Portfolio meliputi hasil kerja
yang representatif, memberikan suatu dokumentasi tentang performans
mahasiswa, dan meruapakan dasar untuk mengevaluasi kemajuan yang
dicapai mahasiswa. Portfolio dapat meliputi berbagai demonstrasi belajar
yang telah dikumpulkan dalam bentuk koleksi fisik materi, video, CD-ROM,
jurnal reflektif, dll.
1). Asesmen Portfolio (Portfolio Assessment)
Portfolio dapat diukur dalam berbagai cara. Setiap bagian dapat diskoring
secara individual, atau hanya diukur bagian-bagian penting yang
dikehendaki, atau digunakan proses penskoran secara menyeluruh
(holistic), dan dilakukan evaluasi berdasarkan kumpulan hasil pekerjaan
mahasiswa secara menyeluruh. Menjadi kebiasaan bahwa para evaluator
berunding sebelumnya untuk mencapai kesepakatan tentang standar
penilaian dalam rangka mencapai tingkat kepercayaan (reliability) tinggi
dalam mengevaluasi mahasiswa. Kriteria yang ditetapkan itu akan
50
digunakan oleh reviewer dan mahasiswa yang terlibat, dalam proses
mengevaluasi kemajuan, dan pada pencapaian tujuan (instruksional).
2). Portfolio Elektronik (Electronic Portfolio)
Portofolio elektronik menjadi demikian penting dalam pendidikan terutama
di sekolah menengah dan pendidikan tinggi lanjutan. Portofolio elektronik
bukan lagi istilah baru di bidang penelitian pendidikan (Cheng, 2008),
namun sebagai suatu pembelajaran dan alat penilaian penggunaannya di
Indonesia belum nampak. Portofolio elektronik merefleksikan pentingnya
teknologi, akses teknologi dalam kehidupan, dan akomodasi antisipatif
peningkatan pasar kerja elektronik. Asesmen portofolio yang tidak
menggunakan teknologi informasi sebagai basisnya dikenal dengan
sebutan portofolio tradisional atau portofolio berbasis pensil dan kertas
(PPT). Portofolio tradisional selanjutnya disebut portofolio, dan portofolio
yang berbasis ICT dikenal dengan istilah electronic portfolio. Ada
beberapa istilah yang mirip dengan istilah electronic portfolio (portofolio
elektronik) yakni computer-based portfolio (portofolio berbasis komputer)
dan digital portfolio (portofolio digital). Istilah yang sering dipertukarkan
maknanya adalah electronic portfolio dan digital portfolio. Barret (2001)
membuat perbedaan makna antara dua istilah tersebut sekalipun memang
bisa dimaknai sama. Sebuah electronic portfolio berisi artifak dalam
bentuk analog (analog form) seperti video tape, atau mungkin dalam
format komputer yang bisa dibaca (readable form). Pada digital portfolio
semua artifak telah diubah ke dalam bentuk computer-readable form.
Persamaannya terletak pada penggunaan teknologi elektronik yang
memungkinkan pengembang portofolio mengorganisasikan artifak dalam
berbagai tipe media, seperti audio, video, audio-video, grafik dan teks.
Guru dan siswa dan siswa dapat mempubliksikan portofolio mereka dalam
bentuk CDR, VCD, Video-tape, atau internet (Barret, 2000). Dalam
konteks ini, portofolio elektronik bukanlah sembarangan koleksi artifak
tetapi ia merupakan perangkat yang mendemonstrasikan perkembangan
dalam waktu tertentu. Istilah portofolio elektronik dan portofolio berbasis
51
komputer dipakai untuk mendeskripsikan proses dan hasil tugas portofolio
yang disimpan dalam format elektronik. Portofolio elektronik adalah
dokumen siswa dalam format elektronik yang memuat informasi tentang
siswa (seperti transkrip, surat rekomendasi, dan catatan sejarah hasil
karya) dan karya terpilih dari siswa (seperti contoh tulisan, proyek
multimedia, karya seni) yang dibuat dalam berbagai format media
termasuk di dalamnya blog dan website (Dudeney dan Hockey, 2007).
Sebuah portofolio elektronik dapat menampilkan serangkaian
keterampilan pemiliknya dan menampilkan peningkatan hasil belajarnya
bukan saja pada situasi pembelajaran formal tetapi juga pada kegiatan
ekstrakurikulernya bahkan pengalaman kerjanya. Untuk menumbuhkan
rasa tanggung jawab, siswa diberi tugas untuk selalu memperbarui dan
memilih contoh karya dalam portofolio mereka. Siswa diminta membuat
portofolio tersebut sejak awal tahun ajaran dan terus direvisi sampai
mereka lulus (http://electronicportfolios.com/portfolios /howto). Baik
portofolio tradisional maupun elektronik secara umum juga berisi refleksi
pengalaman belajar itu sendiri. Portofolio tidak terikat oleh hasil atau skor
tes atau grade tesnya. Untuk mendukung penggunaan portofolio
elektronik secara efektif, ada dua komponen yang harus disediakan yakni
(1) keterlibatan siswa dalam asesmen dan review pekerjaan mereka
(Graves, 1992), (2) perencanaan guru yang bersifat autentik berdasarkan
penilaian kinerja siswa (Galley, 2000). Pelibatan siswa dalam penilaian
penting karena tujuan evaluasi adalah agar siswa memiliki sifat self-
evaluative. Kesadaran diri terhadap proses pembelajaran dikembangkan
melalui pemodelan, diskusi, refleksi pembelajaran, dan evaluasi pekerjaan
siswa dan prosesnya (Goodman, 1989). Dengan mencermati portofolio
siswa dan folder penilaian guru, guru dapat mengarahkan pembelajaran
sebagaimana diinginkan oleh masing-masing siswa (Benson dan Smith,
1998). Baik portofolio maupun portofolio elektronik terbangun dari proses
yang berlangsung (ongoing process), berisi materi yang diambil dari
pembelajaran yang telah dilalui siswa, sebagaimana proyek yang sedang
berlangsung.
52
4. Rubrik
Rubrik adalah skala lajuan (rating scales), berbeda dengan ceklist,
yang digunakan pada asesmen penampilan (performance assessment).
Rubrik secara formal dirancang sebagai pedoman penskoran, yang terdiri
atas criteria penampilan spesifik yang telah dirancang sebelumnya, dan
digunakan untuk menilai hasilkerja mahasiswa pada asesmen
penampilan. Secara khas, rubrik merupakan format spesifik dari suatu
instrumen penskoran yang digunakan untuk mengevaluasi penampilan
mahasiswa atau produk yang dihasilkan dari suatu tugas penampilan.
Suatu rubrik secara umum ialah patokan penskoran yang
digunakan dalam asesmen subjektif. Suatu rubrik mengharuskan adanya
suatu aturan tentang penetapan kriteria pada sistem asesmen yang harus
diikuti pada evaluasi. Rubrik dapat berbentuk deskripsi eksplisit tentang
karaktersitik performans tertentu pada suatu rentangan skala. Rubrik
penskoran secara eksplisit menunjukkan kualitas performans yang
diharapkan menurut rentang skala, atau definisi tentang suatu titik skor
tertentu pada skala.
a). Rubrik Penskoran ( Scoring Rubrics)
Rubrik penskoran ialah skema penilaian deskriptif, yang digunakan
sebagai patokan dalam menganalisis produk maupun proses usaha dan
keberhasilan mahasiswa. Rubrik ini digunakan untuk penilaian (judgment)
kualitas, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi berbagai subyek
ataupun kegiatan. Salah satu contoh penggunaan rubrik penskoran ialah
sebagai panduan dalam mengevaluasi suatu tulisan ilmiah, atau suatu
presentasi oral (seminar mahasiswa). Penilaian kualitas tulisan atau
presentasi oral cenderung berbeda-beda menurut kriteria yang ditetapkan
oleh masing-masing evaluator. Evaluator yang satu mungkin kebih
menekankan pada gramatika penulisan, yang lainnya mungkin pada segi
argumentasi dalam tulisan. Dengan dikembangkannya skema penilaian
sebelumnya untuk proses evaluasi, subyektivitas evaluator yang terlibat itu
akan lebih menjadi objektif.
53
b). Rubrik Holistik dan Rubrik Analitik
Terdapat 2 jenis rubrik :
1. Rubrik Holistik, penskoran dilakukan terhadap proses keseluruhan
atau kesatuan produk tanpa menilai bagian komponen secara
terpisah. Contoh: Rubrik untuk Penilaian pada Seminar Rencana
Penelitian dan hasil Penelitian.
2. Rubrik Analitik, penskoran mula-mula dilakukan atas bagian-bagian
individual produk atau penampilan secara terpisah, kemudian
dijumlahkan skor individual itu untuk memperoleh skor total.
Scoring Instruments for
Performance Assessments
Rubrics
Analytical Rubrics
Rating Scales
Checklists
54
Rubrik Holistik
Rubrik holistic biasanya digunakan apabila kesalahan pada bagian
dari proses masih dapat ditolerir, asalkan kualitas keseluruhannya cukup
tinggi. Penggunaan rubric holistic mungkin tidak sesuai bagi suatu tugas
penampilan yang mengharuskan mahasiswa untuk menciptakan respons
tertentu, atau tidak terdapat jawaban benar secara pasti. Fokus dari suatu
skor yang menggunakan rubrik holistik ialah terhadap kualitas secara
keseluruhan, kemahiran atau pemahaman terhadap isi dan ketrampilan
spesifik, jadi meliputi asesmen yang bertaraf unidimensi. Penggunaan
rubrik holistic dapat menghasilkan proses scoring yang lebih cepat
dibanding rubrik analitik. Pada dasarnya hal ini disebabkan oleh karena si
penilai atau pemeriksa diharapkan untuk membaca , memeriksa produk
atau penampilan mahasiswa hanya sekali dalam rangka memperoleh
kesan yang menyeluruh tentang hasil pekerjaan mahasiswa. Karena
intinya ialah asesmen keseluruhan penampilan, maka rubrik holistik
digunakan secara khas, meskipun tidak eksklusif apabila tujuan asesmen
penampilan itu bersifat sumatif. Pada umumnya, hanya dapat diberikan
kepada mahasiswa umpan balik yang sangat terbatas sebagai hasil
penskoran tugas penampilan menggunakan cara ini. Sebuah contoh rubrik
penskoran holistik dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Template for Holistic Rubrics
Skor Uraian
5 Memperlihatkan pemahaman yang lengkap tentang
permasalahan. Semua persyaratan tentang tugas terdapat
dalam jawaban
4 Memperlihatkan cukup pemahaman tentang permasalahan.
Semua persyaratan tentang tugas terdapat dalam jawaban
3 Memperlihatkan hanya sebagian pemahaman tentang
permasalahan. Kebanyakan persyaratan tentang tugas
terdapat dalam jawaban
55
2 Memperlihatkan sedikit pemahaman tentang permasalahan.
Banyak persyaratan tugas yang tidak ada
1 Memperlihatkan tidak ada pemahaman tentang permasalahan
0 Tidak ada jawaban / Tidak ada usaha
Rubrik Analitik
Rubrik Analitik biasanya dipilih apabila dinginkan tipe respons yang
cukup terfokus, yaitu untuk tugas penampilan yang mungkin mempunyai 1
atau 2 jawaban, dan kreativitas tidak terlalu esensial dalam jawaban
mahasiswa. Lagipula, pada mulanya rubric analitik terdiri atas beberapa
skor, yang diikuti dengan penjumlahan untuk skor akhir. Penggunaannya
mewakili asesmen pada tingkatan multidimensi. Seperti telah dikatakan
semula bahwa penggunaan rubric analitik dapat mengakibatkan proses
penskoran itu sangat lambat, sebagai akibat dari pengukuran berbagai
ketrampilan atau karakteristik yang sangat berbeda, yang masing-masing
memerlukan pemeriksaan berulang kali. Baik pengkonstruksiannya
maupun pada penggunaannya memerlukan waktu yang lama. Ketentuan
umumnya ialah bahwa pemeriksaan pekerjaan seseorang itu memerlukan
waktu tersendiri untuk setiap tugas penampilan yang spesifik atau criteria
penskoran. Namun demikian, keuntungan penggunaan rubric analitik itu
sangat berarti. Derajat umpanbalik yang diberikan kepada mahasiswa
(dan dosen) sangatlah bermakna. Mahasiswa menerima umpanbalik
spesifik terhadap setiap kriteria penskoran individual dari penampilannya,
dan hal ini tidak terjadi pada penggunaan rubrik holistic. Setelah itu
dimungkinkan untuk menciptakan suatu “profil” tentang kekuatan dan
kelemahan mahasiswa secara spesifik. Pada Tabel 2 disajikan templat
rubrik penskoran analitik.
Sebelum mendesain rubrik yang spesifik, perlu ditetapkan terlebih
dahulu apakah penampilan atau produk itu akan diskor secara holistik
atau analitik. Menggunakan rubric apapun, perlu diidentifikasi dan
dirumuskan kriteria penampilan spesifik (TIK) dan indikator yang
dapat diamati, sebagai langkah awal pengembangan. Keputusan
56
tentang pemilihan pendekatan holistik atau analitik pada penskoran
mempunyai beberapa kemungkinan implikasi. Hal terpenting yang perlu
dipertimbangkan terlebih dahulu ialah bagaimana akan menggunakan
hasil akhirnya. Apabila diinginkan skor sumatif secara keseluruhan, lebih
baik memilih pendekatan holistik. Sebaliknya, jika tujuannya ialah
umpanbalik formatif , maka gunakanlah rubrik penskoran analitik. Perlu
dicatat, bahwa jenis pendekatan yang satu tidaklah lebih baik dari yang
lain, yang penting ialah, mana yang sesuai untuk tujuan yang diinginkan.
Implikasi lain meliputi waktu yang dibutuhkan, sifat tugas itu sendiri, dan
kriteria penampilan spesifik yang diamati.
Tabel 2
Templat untuk rubrik analitik
Tahap Awal
1
Pengembangan
2
Terselesaikan
3
Patut Dicontoh
4
Skor
Kriteria
# 1
Uraian
menggambark
an tahap awal
penampilan
Uraian
menggambarkan
gerakan ke arah
tingkat
penguasaan
penampilan
Uraian
menggambark
an
pencapaian
tingkat
penguasaan
penampilan
Uraian
menggambark
an tingkat
penampilan
tertinggi
Kriteria
# 2
Uraian
menggambark
an tahap awal
penampilan
Uraian
menggambarkan
gerakan ke arah
tingkat
penguasaan
penampilan
Uraian
menggambark
an
pencapaian
tingkat
penguasaan
penampilan
Uraian
menggambark
an tingkat
penampilan
tertinggi
Kriteria
# 3
Uraian
menggambark
an tahap awal
Uraian
menggambarkan
gerakan ke arah
Uraian
menggambark
an
Uraian
menggambark
an tingkat
57
penampilan tingkat
penguasaan
penampilan
pencapaian
tingkat
penguasaan
penampilan
penampilan
tertinggi
Kriteria
# 4
Uraian
menggambark
an tahap awal
penampilan
Uraian
menggambarkan
gerakan ke arah
tingkat
penguasaan
penampilan
Uraian
menggambark
an
pencapaian
tingkat
penguasaan
penampilan
Uraian
menggambark
an tingkat
penampilan
tertinggi
Seperti terlihat pada templat 1 dan 2, berbagai tingkatan
penampilan mahasiswa itu dapat ditetapkan menggunakan label kuantitatif
( misalnya numerik) , atau kualitatif (misanya deskriptif). Dalam hal
tertentu mungkin diperlukan kedua label, kualitatif maupun kuantitatif. Jika
suatu rubrik mengandung 4 tingkatan kemahiran atau pengertian dakam
suatu kontinuum (kelanjutan), maka label kuantitatifnya akan berkisar
antara “1” sampai “4”. Lebih fleksibel dan lebih kreatif apabila
menggunakan label kualitatif . Suatu tipe umum skala kualitatif dapat
meliputi label sebagai berikut : master, expert, apprentice, and novice.
Hampir semua tipe skala kualitatif dapat digunakan asalkan sesuai
dengan tugas.
Salah satu aspek penting pada penskoran kinerja mahasiswa
menggunakan rubrik ialah pengubahannya / pengkonversiannya menjadi
markah / nilai (grading). Pada rubrik, sebaiknya tidak digunakan
persentase. Sebagai contoh, jika suatu rubrik mempunyai 6 tingkatan atau
angka, maka angka 3 tidak dapat diartikan sama dengan 50 %
pengetahuan (setara dengan nilai E = tidak lulus). Proses konversi skor
rubrik ke nilai atau kategori lebih merupakan proses logika daripada
matematis. Diusulkan oleh Trice (2000), agar dalam sistem penskoran
rubrik, lebih banyak skor (nilai) berada pada kategori rata-rata dan di atas
58
rata-rata (setara nilai C dan lebih baik, dibanding di bawah rata-rata.
Sebagai contoh, jika rubrik terdiri atas 9 kategori skor, diberikan pada
tabel 3.
Tabel 3
Sampel Nilai dan Kategori
Skor Rubrik Nilai (Grade) Kategori
8 A+ Sangat Baik
7 A Sangat Baik
6 B+ Baik
5 B Baik
4 C+ Cukup
3 C Cukup
2 E Tidak memuaskan
1 E Tidak memuaskan
0 E Tidak memuaskan
LANGKAH-LANGKAH PERANCANGAN RUBRIK PENSKORAN
Langkah 1.
Periksa kembali Tujuan Instruksional (TIK) yang dituju oleh tugas. Hal ini
perlu untuk menyamakan pedoman penskoran Anda dengan TIK dan
pelaksanaan pembelajaran.
Langkah 2.
Mengidentifikasi atribut spesifik (indikator) yang dapat diamat,i yang ingin
Anda lihat (maupun yang tidak ingin Anda lihat), yang akan ditampilkan
mahasiswa dalam produk, proses maupun kinerjanya.
Perlu diperinci karakteristik, ketrampilan, atau perilaku yang akan Anda
cari, maupun kesalahan umum yang tidak mau Anda lihat.
59
Langkah 3
Diskusikan karakteristik yang menyertai setiap atribut. Identifikasi cara
untuk menguraikan: kinerja di atas rata-rata, rata-rata, dan di bawah rata-
rata untuk setiap atribut yang dapat diamati pada langkah 2.
Langkah 4a.
Untuk rubrik holistik, tuliskan deskripsi naratif yang lengkap untuk
hasilkerja yang sangat baik dan sangat buruk, dengan memasukkan
setiap atribut ke dalam dekripsi itu. Uraikan tingkat kinerja tertinggi dan
terendah dengan memadukan deskripsi untuk semua atribut.
Langkah 4b.
Untuk rubrik analitik, tuliskan deskripsi naratif lengkap untuk hasilkerja
yang sangat baik dan sangat buruk untuk setiap atribut secara individual.
Uraikan tingkat kinerja tertinggi dan yang terendah dengan menggunakan
deskriptor untuk setiap atribut secara terpisah.
Langkah 5a.
Untuk rubrik holistik, lengkapi rubrik dengan menguraikan tingkataan lain
pada kontinuum yang berkisar dari kinerja yang sangat baik sampai buruk
dari atribut secara kolektif. Tuliskan deskripsi untuk semua tingkatan
antara dari kinerja
Langkah 5b.
Untuk rubrik analitik, lengkapi rubrik dengan cara menguraikan tingkat-
tingkat lain pasa kontinuum yang berkisar dari sangat baik sampai buruk
untuk setiap atributf. Tuliskan uraian untuk semua tingkat antara dari
kinerja secara terpisah untuk setiap atribut .
Langkah 6
Kumpulkan sampel dari pekerjaan mahasiswa yang mewakili contoh
setiap tingkat. Ini akan berguna sebagai “benchmark” (batas ambang =
60
batas minimal) dan membantu Anda pada penskoran di waktu yang akan
datang.
Langkah 7
Revisi rubrik sesuai kebutuhan. Siapkan keefektifan rubrik, perbaiki
sebelum digunakan di lain waktu.
CONTOH RANCANGAN RUBRIK PENSKORAN (menggunakan langkah-
langkah 1-7)
Contoh I: Rubrik Holistik
Pokok Bahasan : Matematik; subpokok bahasan : analisis data
yang difokuskan pada ketrampilan mengestimasi dan
menginterpretasi grafik . Secara khusus pada akhir unit ini, dosen
dapat mengases (menilai) penguasaan mahasiswa akan TIK :
- menginterpretasi grafik batang (bar) dengan cara yang sesuai
- mengestimasi (secara akurat) nilai-nilai dalam grafik batang
(Langkah 1)
Karena maksud tugas kinerja ini bersifat sumatif (nilai akan
digabung dengan skor mahasiswa), maka dirancang suatu rubrik
holistik. Untuk ini diidentifikasi 4 atribut berikut sebagai fokus
rubriknya : estimasi, komputasi matematik, kesimpulan, dan
mengkomunikasi penjelasannya (Langkah 2 dan 3)
Pada akhirnya dibuat konsep deskripsi dari berbagai tingkat kinerja
untuk atribut yangdapat diamati itu (Langkah 4 dan 5). Hasil akhir
rubrik dapat dilihat pada Tabel 4.
61
Tabel 4
Tugas Kinerja Sistem Basis Data – Rubrik Penskoran
Analisis Data
Skor Uraian
4 Melakukan estimasi akurat. Menggunakan operasi matematik
yang sesuai tanpa salah. Mengambil kesimpulan logis yang
didukung oleh grafik. Sangat baik memberikan penjelasan
pemikiran.
3 Melakukan estimasi yang baik. Menggunakan operasi
matematik yang sesuai dengan sedikit kesalahan.Mengambil
kesimpulan yang logis yang didukung oleh grafik. Memberikan
penjelasan pemikiran yang baik.
2 Berusaha melakukan estimasi , meskipun kebanyakan tidak
akurat. Menggunakan operasi matematik yang tidak sesuai,
meskipun tanpa salah. Mengambil kesimpulan yang tidak
didukung oleh grafik. Sedikit memberikan penjelasan
1 Melakukan estimasi tidak akurat. Menggunakan operasi
matematik yang tidak sesuai. Tidak ada kesimpulan yang
berkaitan dengan grafik. Tidak memberikan penjelasan cara
berpikir.
0 Tidak ada jawaban / tugas tidak selesai
Contoh: Penilaian Ujian Skripsi Prodi. Sistem Informasi (Seminar II)
ASPEK PENILAIAN NILAI (ANGKA)
1. Teknik Penulisan Ilmiah
2. Konsistensi Penulisan Ilmiah
3. Penyajian Materi
4. Penguasaan Materi
5. Kejujuran Ilmiah
JUMLAH NILAI RATA-RATA
62
Kriteria Penilaian : A = ≥ 80
B = 71-79
C = 61-70
Tidak lulus = ≤ 60
Pertanyaan :
1. Bagaimana yang dikatakan Teknik Penulisan Ilmiah yang baik ? ,
sehingga dapat diberi nilai, misalnya 90
2. Apa yang dimaksud dengan Konsistensi Penulisan Ilmiah ?
3. Apa yang dinilai pada Penyajian Materi ?
4. Bagaimana Penguasaan Materi yang Baik ?
5. Apa yang dimaksud sengan Kejujuran Ilmiah ?
Jawaban (sementara):
1. Teknik Penulisan Ilmiah yang baik, apabila :
- Judul Tulisan dirumuskan dengan baik
- Permasalahan dirumuskan berdasarkan latar belakang yang kuat
- Metode yang dipilih sesuai dengan cara pembuktian (hipotesis)
- Hasil yang diperoleh dirmuskan dalam Kesimpulan yang
menunjang judul.
2. Konsistensi Penulisan Ilmiah sebaiknya diganti : Bentuk dan
Format, yang meliputi pula penggunaan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar
- Pendahuluan berisi latar belakang, metode eksperimen dan cara
pengambilan kesimpulan
- Pola Penelitian yang berisi pola pikir untuk mencapai kesimpulan
- Tinjauan Pustaka yang relevan dengan Pola Penelitian, disertai
notasi
- Cara Kerja yang sesuai dengan Pola Penelitian
63
PORTFOLIO (Helen C.Barrett (1988) , Strategic Questions: What to
Consider When Planning for Electronic Portfolios, in Learning &
Leading with Technology.)
Definisi Portfolio
Portfolio = pengumpulan pekerjaan mahasiswa secara sistematik dan
terorganisasi, yang memperlihatkan bukti langsung tentang usaha
mahasiswa, prestasi, dan kemajuannya selama kurun waktu tertentu.
Pengumpulan itu hendaknya melibatkan mahasiswa pada pemilahan
isinya, dan harus meliputi informasi tentang criteria penampilan, rubruk
atau criteria penilaian, dan bukti tentang evaluasi mahasiswa sendiri.
Rick Stiggins (1994) mendefinisikan portfolio debagai suatu kumpulan
hasilkerja mahasiswa yang memperlihatkan suatu keberhasilan atau
perbaikan. Materi yang dikumpulkan dan cerita yang disampaikan sangat
bervariasi menurut fungsi konteks asesmannya. Dikatakan selanjutnya
bahwa portfolio adalah “ suatu cara untuk mengkomunikasikan
pertumbuhan dan perkembangan mahasiswa, bukan suatu bentuk
asesmen”
The Northwest Educational Regional Laboratory” memberikan definisi
yang sama : Suatu pengumpulan yang disengaja tentang karya
mahasiswa, yang menggambarkan usaha, kemajuan, dan keberhasilan.
Penyimpanan portfolio tanpa Komputer:
Penyimpanan portfolio biasnaya dilakukan dalam buku catatan, (map)
folder dalam laci arsip, kotak atau lemari. Ada juga yang menggunakan
foto, pita audio atau video untuk penyimpanan hasilkerja mahasiswa.
Apa isi portfolio Elektronik maupun Tradisional ?
Suatu portfolio hendaknya berisi unsur-unsur berikut :
Tujuan instruksional
64
Pedoman untuk pengumpulan materi (agar koleksi tidak amburadul)
Contoh pekerjaan yang dipilih mahasiswa maupun dosen
Umpanbalik dosen
Bagian-Bagian refelksi diri mahasiswa
Kriteria yang jelas dan sesuai untuk mengevaluasi pekerjaan (rubrik
berdasarkan standar)
Standar dan contoh hasilkerja yang baik.
Electronic Portofolios
(Educational Technology; An Encyclopedia, ABC-CLIO,2001)
Suatu inovasi yang dikembangkan awal tahun 1990 ialah portfolio
elektronik, yaitu penggabungan berbagai teknologi elektronik untuk
menciptakan dan mempublikasikan portfolio yang dapat dibaca dengan
komputer atau Video player.
Para ahli seni (artis) telah menggunakan portfolio selama bertahun-tahun,
dengan menggunakan koleksi hasilkerjanya untuk mencari kerja baru,
atau hanya untuk memperlihatkan hasilkerja seninya. Portfolio artistik
biasanya terdiri hanya atas hasilkerja yang terbaik. Portfolio finansial
mengandung rekaman komprehensif atau transaksi fiskal dan saham
investasi yang mewakili nilai moneter tertentu. Sebaliknya, portfolio
pendidikan mengandung hasilkerja yang dikumpulkan dan dipilah-pilah
oleh peserta didik yang menunjukkan pertumbuhan (perkembangan) dan
perubahan seiring waktu. Komponen kritis suatu portfolio pendidikan ialah
refleksi peserta didik atas setiap hasilkerja individual (yang dinamakan
artifak) maupun suatu refleksi keseluruhan mengenai apa yang
terkandung dalam portfolio. Pembicaraan selanjutnya hanya mengenai
portfolio pendidikan, namun demikian portfolio elektronik dapat
dikembangkan untuk bidang lain untuk berbagai tujuan.
Definisi Portfolio
Definisi portfolio: (Grant Wiggins,2000)
65
….kumpulan representatif hasilkarya seseorang; contoh karya itu terpola
untuk suatu tujuan tertentu dan dapat dibawa-bawa untuk pemeriksaan
atau dipamerkan.
(Northwest Evaluation Association, 1990) :
Suatu portfolio merupakan kumpulan karya mahasiswa (yang dikumpulkan
untuk tujuan tertentu), yang memperlihatkan usaha mahasiswa, kemajuan
maupun pencapaiannya dalam salah satu bidang atau lebih. Kumpulan
karya itu meliputi kegiatan (partisipasi) mahasiswa pada pemilahan isi,
kriteria untuk pemilihan; kriteria penilaian kegunaannya, dan bukti refleksi-
diri mahasiswa.
Format penyimpanan portfolio secara tradisional dalam pendidikan
menggunakan kertas, biasanya dalam map manila, pencatatan atau
lemari. Biasanya artifak (data bukti) terdiri atas teks dan gambar pada
kertas, yang belakangan digantikan oleh pita video atau audio.
Berbagai Tujuan Portfolio
Ada 3 tujuan umum pengembangan portfolio :
1. Portfolio Pembelajaran (Learning / Formative Portfolios), yang
biasanya digunakan sebagai alat bantu pengembangan
profesional yang berkelanjutan.
2. Portfolio Asesmen (Assessment / Summative Portfolios), yang
biasanya digunakan pada proses evaluasi formal.
3. Portfolio Tenaga Kerja/Job (Employment/Marketing Portfolios),
yang digunakan untuk tujuan pengadaan tenaga kerja.
Pembedaan lain :
1. Working Portfolios
2. Showcase or Best Works Portfolios
3. Assessment Portfolios
66
Tampak di atas bahwa portfolio dapat dijadikan salah satu bentuk
asesmen alternatif. Istilah asesmen alternatif, asesmen otentik atau
asesmen berdasar-kinerja (performance-based assessments) seringkal
digunakan sebagai sinonim (pengertian sama), yaitu berbagai asesmen
performans yang lebih mengutamakan mahasiswa memperlihatkan suatu
jawaban, bukannya memilih suatu jawaban.
Karakteristik jenis asesmen demikian itu ialah :
1. mahasiswa terlibat dalam tugas performans yang berarti
2. terdapat standar dan kriteria yang jelas tentang kinerja yang paling
baik (excellence).
3. terdapat penekanan pada metakognisi (metacognition) dan
evaluasi diri.
4. mahasiswa menampilkan produk dan performans yang berkualitas.
5. terdapat interaksi positif antara orang yang mengases dan yang
diases.
Terdapat 2 segi (feature) utama pada asesmen alternatif:
1. semuanya dianggap sebagai alternatif lain daripada tes pilihan ganda
tradisional, standardized achievement tests.
2. semuanya merupakan asesmen langsung mengenai performans
mahasiswa untuk tugas signifikan yang relevan dengan kehidupan di
luar sekolah.
Perbandingan ketiga bentuk asesmen (Burke K.,1998 dan Fogarty
R.,1998 ) :
Asesmen tradisional (Traditional Assessments), difokuskan pada nilai
(grade) dan kedudukan (ranking), pengetahuan, kurikulum, dan
ketrampilan, yang diimplementasikan melalui asesmen di kelas (test,
kuis, tugas pekerjaan rumah), dan tes baku (PAN atau PAP).
Asesmen Performans (Performance Assessments), yang difokuskan
pada hasil dan standar yang dapat diamati, aplikasi dan transfer yang
67
diimplementasikan sesuai standar, tugas, kriteria dan rubrik
penskoran.
Asesmen Portfolio (Portfolio Assessments), dengan fokus pada
pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development) seiring
waktu, yang diimplementasikan melalui seleksi, refleksi, dan
pemeriksaan tugas kelas sesuai dengan tujuan dan evaluasi-diri.
Asesmen performans difokuskan pada observasi langsung performans
mahasiswa. Mahasiswa menciptakan projek atau menampilkan (perform)
tugas-tugas berdasarkan standar, kriteria dan indikator yang telah
ditetapkan sebelumnya, yang dievaluasi menggunakan rubrik penskoran.
Dosen senantiasa dapat mengobservasi mahasiswanya belajar di kelas.
Namun untuk mendokumentasikan pengamatan ini tidaklah gampang dan
makan waktu banyak. Akhir-akhir ini telah dikembangkan berbagai
instrumen untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang
diamati itu.
Terdapat perbedaan jelas antara Asesmen Performans dan Portfolio.
Suatu portfolio merupakan wadah yang berisi contoh hasilkerja
mahasiswa dan dosen yang dinamakan artifak (artifacts), dan refleksi dari
hasilkerja itu yang mentransformasikan artifak menjadi “bukti” pencapaian
hasil (achievement). Kebanyakan artifak memang dapat dihasilkan melalui
asesmen performans yang disertai evaluasi dan refleksinya
Suatu portfolio berdasarkan-standar (standards-based portfolio)
menciptakan hubungan antara tugas mahasiswa dan asesmen
performans beserta pedoman penskorannya, dan standar yang didesain
untuk ditampilkannya.
Definisi Portfolio Elektronik
Portfolio elektronik menggunakan teknologi elektronik. Pengumpulan dan
pengorganisasian artifak dapat dilakukan menggunakan berbagai tipe
media ( audio, video, grafis, atau teks). Suatu portfolio berdasar-standar
menggunakan “database” atau „hypertext links” untuk memperlihatkan
68
hubungan antara standar atau tujuan (goal), artifak dan refleksi. Refleksi
peserta didik itu merupakan dasar pemikiran (rationale), bahwa artifak
khusus merupakan bukti pencapaian standar atau tujuan yang telah
ditetapkan.
Sering disamakan pengertian Electronic portfolio dan Digital portfolio,
namun terdapat perbedaan. Suatu Portfolio elektronik berisi artifak yang
bentuknya analog, misalnya pita video atau bentuk yang dapat dibaca
oleh komputer. Pada Digital portfolio semua artifak telah diubah menjadi
bentuk yang dapat terbaca-komputer. Portfolio elektronik bukan
merupakan koleksi artifak sembarangan, melainkan merupakan alat
reflektif yang memperlihatkan pertumbuhan (perkembangan) seiring
waktu.
Koleksi (collection)
Hampir semua definisi mengandung kata “collection”. Koleksi tugas
/pekerjaan dapat berbentuk folder, kumpulan catatan (scrapbook), atau
portfolio. Yang membedakan portfolio elektronik dari kumpulan catatan
digital atau resume online ialah pengorganisasian portfolio yang
merangkum suatu perangkat standar atau tujuan pendidikan, bersama
refleksi peserta didik, baik tentang pencapaian mereka terhadap standar
dan dasar pemikiran untuk pemilahan artifak khusus, maupun refleksi
keseluruhan terhadap portfolio secara keseluruhan.
Keuntungan pengembangan portfolio elektronik untuk mahasiswa atau
dosen meliputi :
Ruang penyimpanan yang minim.
Mudah menciptakan fail backup
Dapat dibawa-bawa
Masa berlaku yang panjang
Berorientasi-peserta didik
Meningkatkan ketrampilan elektronik
69
Melalui hubungan hypertext lebih mudah berargumentasi tentang
tercapainya standar tertentu
Mudah diakses (khususnya portfolio web)
Proses Pengembangan Portfolio Elektronik
Menciptakan portfolio tampaknya menakutkan, namun akan tampak lebih
mudah apabila melihatnya sebagai suatu rangkaian tahapan, setiap
tahapan disertai tujuan, dan kegiatannya yang memerlukan berbagai
software yang berbeda.
Proses Pengembangan Multimedia
Dikatakan bahwa mencipta portfolio elektronik dapat mengembangkan
ketrampilan teknologi multimedia dari dosen maupun mahasiswa.
Proses pengembangan mutimedia meliputi tahapan berikut (Ivers &
Barron, 1998):
Mengases/ Memutuskan (Assess/Decide). Fokus di sini ialah
mengidentifikasi kebutuhan (needs assessment) pelanggan,
perumusan tujuan, dan memilih instrumen yang sesuai untuk
presentasi akhir portfolio.
Merancang/Merencanakan (Design/Plan). Fokus di sini ialah pada
pengorganisasian atau perancangan presentasi. Menetapkan isi sesuai
kebutuhan pelanggan, perangkat lunak, media penyimpanan, dan
urutan presentasi. Mengkonstruksi bagan alir (flow charts) dan menulis
storyboard.
Mengembangkan. Mengumpulkan materi yang akan digunakan dalam
presentasi, dan mengorganisasikannya menurut urutan (sequence)
atau menggunakan hyperlinks untuk presentasi materi yang terbaik
menggunakan program multimedia tertentu
Implementasi (Implement). Mempresentasikan portfolio itu kepada
audiens.
70
Mengevaluasi (Evaluate). Tahap akhir pengembangan multimedia ini
difokuskan pada evaluasi keefektifan presentasi sesuai dengan
maksud dan untuk tujuan asesmen.
Proses Pengembangan Portfolio
Setiap tahap pada proses pengembangan portfolio akan membantu
pengembangan profesional dosen dan kemampuan belajar seumur hidup
pada mahasiswa. Berikut ini ialah Proses Pengembangan Portfolio
menurut Danielson dan Abrutyn (1997) :
Pengumpulan (Collection) – dosen dan mahasiswa belajar menyimpan
artifak (produk hasilkerja) yang mewakili keberhasilan (dan
kesempatan berkembang) melalui pembelajaran sehari-hari.
Pemilahan (Selection) – dosen dan mahasiswa merview dan
mengevaluasi artifak yang telah disimpan, dan mengidentifikasi artifak
yang memperlihatkan pencapaian suatu standar yang spesifik.
Refleksi (reflection) – dosen dan mahasiswa menjadi praktisi reflektif,
dengan mengevaluasi pertumbuhannya sendiri seiring waktu, dan
pencapaian mereka terhadap standar, maupun ketimpangan (gap)
pada perkembangannya.
Proyeksi (Projection or Direction) – dosen dan mahasiswa
membandingkan refleksi mereka terhadap standar dan indikator
performans, dan merumuskan tujuan pembelajaran untuk masa yang
akan datang. Tahap inilah yang menyebabkan pengembangan
portfolio itu menjadi suatu pengembangan profesional dan mendukung
pembelajaran seumur hidup.
Presentasi (Presentation) – dosen dan mahasiswa bertukar
pengalaman dengan kolega (peer). Tahap ini merupakan tahapan
dimana dapat dirumuskan komitmen umum untuk mendorong
kerjasama dan komitmen dalam hal pengembanganprofesional dan
pembelajaran seumur hidup.
71
Dengan menggabungkan Proses Pengembangan Mutimedia dan
Proses Pengembangan Portfolio, maka dirumuskan 5 tahap
Pengembangan Portfolio Elektronik sebagai berikut :
1. Mendefinisikan Tujuan dan Konteks Portfolio ( Context & Goals)
Tugas utama pada langkah pertama ialah mengidentifikasi konteks
asesmen, termasuk maksud (purpose) portfolio. Selanjutnya
mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai portfolio. Langkah penting
ini juga menetapkan konteks asesmen dan membantu merangkum
proses pengembangan portfolio selanjutnya.
2. Portfolio Kerja (Working Portfolio)
Proses pengembangan portfolio elektronik tahapan ini memakan waktu
yangpaling banyak, sehingga dinamakan juga “Becoming a Digital
Packrat”. Dengan mengetahui tujuan atau standar yang
akanditampilkan, akan membantu pada pengumpulan jenis artifak
portfolio ya ng selanjutnya dipilah-pilah. Kemudian dipilih instrumen
pengembangan software yang paling sesuai dengan konteks portfolio
dan sumberdaya yang tersedia. Seperti halnya ada yang mengatakan
bahwa “media merupakan pesan, maka software yang dipilih untuk
menciptakan portfolio itu akan mengontrol, membatasi, atau
memperluas proses pengembangan portfolio. Bentuknya pun harus
sesuai mengikuti kesesuaian fungsinya, dan software portfolio
elektronik harus sesuai dengan visi dan gaya si pengembang portfolio.
Gunakanlah instrumen software apapun yang saat ini digunakan untuk
mengumpulkan artifak, menyimpannya dalam harddisc, server, atau
videotape. Buatkan folder elektronik untuk setiap standar dalam
mengorganisasikan artifak (semua jenis dokumen elektronik), lalu
gunakan software word processor, database, hypermedia, atau slide
show untuk mengartikulasikan tujuan/standar yang akan
didemonstrasikan pada portfolio, dan untuk mengorganisasikan artifak.
Identifikasilah media penyimpanan (storage) dan media presentasi
72
yang paling cocok dengan situasi itu(misalnya, harddisk komputer,
videotape, jaringan lokal, WWW server, CD-ROM, dsb.nya. Terdapat
pula banyak pilihan lain, tergantung dari software yang dipilih.
Kumpulkan materi multimedia yang mewakili pencapaian hasil. Perlu
dikumpulkan artifak dari berbagai waktu yang berbeda untuk
menunjukkan pertumbuhan dan pembelajaran yang telah berlangsung.
Tuliskan pernyataan reflektif pendek untuk setiap artifak yang disimpan
untuk melihat signifikansinya pada waktu diciptakan
3. Portfolio Refleksi (The Reflective Portfolio)
Tahapan proses pengembangan portfolio ini biasanya mendahului
review evaluasi (untuk portfolio sumatif) atau lamaran pekerjaan
(untuk portfolio pemasaran). Pada portfolio formatif, secara khas
refleksi terlihat pada titik signifikan selama proses pembelajaran, dan
ditambahkan segera seperti tercantum pada tahapan sebelum ini.
Refleksi terhadap pekerjaan seseorang sangat diperlukan jika pemilik
portfolio ingin mempelajari proses.
Berikut ini terdapat 3 pertanyaan sederhana yang dapat menjelaskan
proses reflektif ini :
1. “What”
2. “So what”
3. “Now what”
Untuk menggunakan pertanyaan ini, mula-mula mahasiswa perlu
meringkas artifak yang mendokumentasikan pengalaman untuk dapat
menjawab pertanyaan “What”. Selanjutnya mahasiswa perlu
merefleksikan apa yang telah dipelajarinya dan bagaimana hal ini
memenuhi standar, untuk menjawab pertanyaan “So what”. Ketiga
mahasiswa perlu menyampaikan implikasi untuk pembelajaran berikut
yang diperlukan, dan menetapkan perbaikan dan adaptasidalam
menjawab pertanyaan ”Now what”
73
Proses penetapan tujuan pembelajaran di masa depan ini menjadikan
pengembangan portfolio itu sebagai suatu alat yang sangat penting
pada pengembanganprofesional. Karena itu pertanyaan “Now what”
menjadi sangat penting. Komitmen semi-publik terhadap
pengembangan tujuan profesional dapat menjadi motivasi untuk
bekerja dalam bidang ini. Dikatakan bahwa sistem portfolio profesional
mengundang dosen untuk menjadi arsitek dari pengembangan
profesionalnya sendiri.
4. Portfolio Penghubung (The Connected Portfolio)
Sampai batas tertentu tahapan sangat khas pada portfolio elektronik,
karena kapabilitas software untuk menciptakan hypertext links antara
dokumen, secara lokal atau melalui internet. Pada tahap ini diciptakan
hubungan hiperteks antara tujuan, contoh hasilkerja, rubrik, dan
refleksi. Selanjutnya dimasukkan artifak multimedia yang sesuai.
Buatlah daftar isi untuk membentuk struktur portfolio, gunakan
kemampuan Word atau Power Point, atau pengorganisasian grafis
AND yang memberikan garisbesar Inspiration.
Pemilihan software dapat membatasi atau memperluas proses
pengembangan dan kualitas produk akhir. Paket software yang
berbeda, masing-masing mempunyai karakteristik khas tersendiri yang
dapat membatasi atau memperluas pilihan portfolio elektronik. Penting
sekali untuk memilih software yang memungkinkan kemudahan
menciptakan hypertext links, agar dapat dihubungkan antara
pencapaian hasil dengan tujuan dan refleksi, dan mengidentifikasi
suatu pola melalui proses “linking”ini
Proses penciptaan portfolio dengan hypertext links diperlukan pada
proses asesmen sumatif. Apabila menggunakan portfolio pada
asesmen, maka transformasi “artifak” menjadi “bukti” itu tidak akan
74
jelas. Menghubungkan refleksi dengan artifak menjadikan proses
berpikir ini lebih eksplisit. Kemampuan untuk menciptakan hubungan
dari berbagai perspektif (dan berbagai tujuan) juga akan memperbaiki
kelinieran dari portfolio kertas 2 dimensi dengan menjadikannya satu
artifak untuk mendemonstrasikan multiple stndarda ( misalnya, standar
teknologi nasional, standar pembelajaran negara). Gunakanlah bukti
portfolio untuk membuat keputusan dalam pengembangan instruksi/
pembelajaran atau pengembangan profesional.
5. Portfolio Presentasi (The Presentation Portfolio)
Pada tahap ini portfolio direkam dalam media presentasi dan
peyimpanan. Hal ini akan berbeda pada portfolio pekerjaan dan
portfolio presentasi atau formal. Media terbaik untuk portfolio
pekerjaan ialah video tape, hard disk computer, ZIP disk, atau server
jaringan. Media terbaik untuk portfolio presentasi atau formal ialah CD-
Recordable disc, WWW server, atau video disc.
Presentasikan portfolio di hadapan audiens sebenarnya atau simulasi,
lalu rayakan keberhasilan yang telah dicapai. Hal ini
merupakanstrategi individual tergantung konteksnya, dan kesempatan
bagi para profesional untuk mendiskusikan portfolio pembelajarnnya
dengan kolega untuk memperoleh balikan dan kerjasama pada
evaluasi-diri. Komitmen-publik ini akan memberikan motivasi dalam
menjalankan rencana pengembangan profesional dari suatu portfolio
formatif.
Dilakukan evaluasi terhadap keefektifan portfolio mengenai
tujuannya dan untuk konteks asesmennya. Dalam lingkungan yang
terus menerus berkembang, suatu portfolio hendaknya dilihat sebagai
suatu instrumen pembelajaran yang berlangsung terus, yang
kefektifannya perlu direview secara berkala untuk menjamin
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Rekam portfolio dalam CD-
ROM, dalam videotape atau kirimkan ke WWW server.
75
Instrumen Pengembangan Portfolio Elektronik
Di samping tahapan pada pengembangan portfolio, terdapat
sekurang-kurangnya 5 tahapan pengembangan portfolio elektronik,
masing-masing dengan derajat ekspektasinya tersendiri, dan usulan
strategi software pada setiap tahap, tergantung pada ketrampilan
teknologi mahasiswa dan dosen pengembang portfolio :
1. Tidak ada artifak digital. Terdapat beberapa artifak videotape
2. Word processor atau file lain yang biasa digunakan yang tersimpan
dalam folder elektronik pada hard drive, floppy diskette atau LAN
server.
3. Database, hypermedia atau slide shows (Power Point), tersimpan
dalam harddrive, ZIP, floppy disc atau LAN server.
4. Portable Document Format (Adobe Acrobat PDF files), tersimpan
dalam harddisk, ZIP, JAZ, CD-R/W, atau LAN server
5. HTNL-based web pages, yang dibuat dengan “web authoring
program” atau WWW server.
6. Multimedia authoring program, misalnya Macromedia Authorware
dalam CD-R/W atau format WWW
Common Tools & Customized System Approach
Seperti terlihat di atas, terdapat berbagai strategi untuk
mengembangkan portfolio elektronik, yang dapat dibagi dalam 2
pendekatan umum : common tools approach , pendekatan instrumen
biasa, dan customized system approach yang meliputi perancangan
sistem jaringan atau membeli paket software paten atau online service.
Common Tools Approach :
Portfolio dikembangkan menggunakan refleksi dan artifak yang
lebih mendekati pengembangan tradisional dengan fail arsip. Struktur
portfolio ikut ditentukan oleh peserta didik atau software agar
kefleksibelan dan kreativitasnya maksimum. Biaya untuik peralatan atau
76
software relatif rendah, tapi diperlukan biaya besar untuk pelatihan.
Mahasiswa dapat melanjutkan pengembangan portofolionya setelah lulus.
Di pasaran terdapat program portfolio elektronik komersial yang
cukup baik, namun portolio ini mencerminkan gaya si pembuatnya, atau
kendala keterbatasan struktur softwarenya. Kebanyakan pendidikan yang
ingin mengembangkan portfolio untuk pembelajarannya di kelas atau
untuk diri sendiri cenderung mendesain sendiri, menggunakan software
sendiri atau strategi umum. Instrumen umum untuk ini ialah database yang
terkait, hypermedia “card”software, mutimedia authoring software, World
Wide Web (WWW, HTML) pages, Adobe Acrobat (PDF files), Office Suite
software, multimedia slide shows, dan digital atau analog video.
Customized Systems Approach
Portfolio juga dikembangkan sebagai online record-keeping
systems, yang dapat digunakan untuk mengumpulkan refleksi dan artifak.
Biasanya ini sangat terstruktur dengan menggunakan online database,
sehingga terbatas fleksibilitas dan kreativitas peserta didik. Memerlukan
biaya tinggi untuk peralatan, network server dan pengembangan software.
Biaya pelatihan mungkin rendah, tergantung pada desain sistem.
Persoalan di sini hanyalah apakah mahasiswa dapat terus
mengembangkan portfolionya setelah lulus.
Ringkasan
Terdapat banyak instrumen yang dapat digunakan untuk
mengembangkan portfolio elektronik melalui tahap-tahap ayng sudah
dibicarakan sebelum ini. Nilai tambah pada penciptaan portfolio elektronik
hendaknya melebihi usaha yang telah dilakukan, dan pengajar hendaknya
menggunakan pendekatan teknologi konservatif pada penggunaan
portfolio mereka. Hendaknya proses tetap sederhana pada awal
pengerjaan dengan menggunakan software yang dikenal. Dan yang
terpenting, portfolio elektronik harus memperlihatkan hasil pencapaian
77
(achievement) peserta didik, dan kemampuan pengembangan pada
penggunaan teknologi untuk mendukung pembelajaran seumur hidup.