Tuberkulosis (TB)
-
Upload
arasy-alam-nurmansyah -
Category
Documents
-
view
22 -
download
1
description
Transcript of Tuberkulosis (TB)
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
1/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua,
muda, laki-laki perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Penyebab
penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis.
Mycobacteria termasuk dalam amili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam
ordo !ctinomycetales. kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M.
tuberculosis, M. bo"is, M. aricanum, M. microti, dan M. canettii. #ari
beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting
dan paling sering dijumpai.
Pada $aktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). #roplet yang mengandung
Mycobakterium tuberkulosis dapat menetap dalam udara bebas selama %-& jam.
1.2 Rumusan Masalah
!dapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut'
% !pa pengertian TBC
& !pa penyebab penyakit TBC Bagaimana patoisiologi TBC
* !pa saja maniestasi klinis TBC
+ Bagaimana cara penularan TBC
!pa saja komplikasi TBC
Bagaimana !skep pada lien TBC
1.3 Tujuan Penulsan
1
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
2/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
!dapun tujuan masalah yang henak dicapai dari penulisan makalah ini
adalah '
%. Mengetahui dan memahami pengertian TBC
&. Mengetahui dan memahami penyebab TBC
. Mengetahui dan memahami patoisiologi TBC
*. Mengetahui dan memahami maniestasi klinis TBC
+. Mengetahui dan memahami cara penularan TBC
. Mengetahui dan memahami komplikasi TBC
. Mengetahui dan memahami asuhan kepera$atan terhadap klien yang
menderita TBC
1.! "stematka Penulsan
Makalah ini terdiri dari tiga bab yaitu sebagai berikut '
1 Bab / Pendahuluan.
2 Bab // Tinjauan Pustaka.
3 Bab /// Penutup.
BAB II
TIN#AUAN PU"TA$A
2.1 De%ns Tu&erkul'ss
2
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
3/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
Penyakit tuberkulosis (TBC) adalah penyakit ineksi menular yang masih
tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk /ndonesia.
World Health Organization (012) dalamAnnual Report on Global TB Control
&33 menyatakan terdapat && negara dikategorikan sebagai high-burden countries
terhadap TB. /ndonesia termasuk peringkat ketiga setelah /ndia dan China dalam
menyumbang TB di dunia. Menurut 012 estimasi insidence rate untuk
pemeriksaan dahak didapatklan basil tahan asam (BT!) positi adalah %%+ per
%33.333 (012, &33). Berdasarkan hasil 4ur"ei esehatan 5umah Tangga
(45T) tahun &33% TBC menduduki rangking ketiga sebagai penyebab kematian
(6,* 7 dari total kematian) setelah penyakit sistem sirkulasi dan sistem
pernaasan. 1asil sur"ei pre"alensi tuberkulosis di /ndonesia tahun &33*
menunjukkan bah$a angka pre"alensi tuberkulosis Basil Tahan !sam (BT!)
positi secara nasional %%3 per %33.333 penduduk (#epkes 5/, &33). 5esiko
penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberkulosis Infection 8 !5T/) di
/ndonesia dianggap cukup tinggi dan ber"ariasi antara % 9 & 7. Pada daerah
dengan !5T/ sebesar % 7 berarti setiap tahun diantara %333 penduduk, %3 orang
akan terineksi.
4ebagian besar dari orang yang terineksi tidak akan terjadi penderita
tuberkulosis, hanya %37 dari yang terineksi yang akan menjadi penderita TBC.
2leh sebab itu,apabila penyebab terjadinya penyakit TBC di /ndonesia tidak
segera ditanggulangi maka angka kejadian penyakit TBC di /ndonesia tiap
tahunnya akan semakin tinngi.
4ebuah penelitian yang dipublikasikan pada majalah Health Horizon
menyajikan hasil studi selama * tahun yang dilakukan 012 di + negara yang
secara umum menyimpulkan bah$a telah ditemukan resistensi terhadap TB di
semua daerah yang diteliti. Pada penderita yang telah mendapat pengobatan
kurang dari % bulan ternyata ditemukan 7 yang telah resisten terhadap
sedikitnya % macam 2!T. Bahkan sekitar %37 penderita yang belum pernah
mendapat pengobatan sama sekali ternyata juga telah mempunyai kuman yang
resisten terhadap 2!T. 2leh karena itu ditakutkan penderita TB paru BT! positi
yang resisten akan menularkan kuman yang resisten pula. 4edangkan setiap
3
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
4/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
penderita akti mampu menularkan %3-%+ orang disekitarnya, rendahnya angka
kesembuhan berkaitan dengan karakteristik penderita diantaranya umur, jenis
kelamin, dan tipe penyakit karena terjadinya perubahan keadaan isiologis,
imunitas, dan perubahan kebiasaan makanan atau perilaku hidup sehat. #i sisi
lain, pemahaman masyarakat terhadap TBC sangat kurang, penanggulangan TBC
masih lebih berokus pada pengobatan. Tingginya kasus TBC di /ndonesia, antara
lain karena penanggulangannya belum dilakukan dengan benar (masih melakukan
kurati).
2.2 M'r%'l'g (an "truktur Bakter
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit
melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 3, 9
3, : m dan panjang % 9 * : m. #inding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri
dari lapisan lemak cukup tinggi (37). Penyusun utama dinding sel M.
tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks (comple;-$a;es), trehalosa
dimikolat yang disebut
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
5/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
uman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru, di mana ia akan membentuk suatu sarang pneumonik, yang disebut
sarang primer atau aek primer. sarang primer ini mugkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reakti"asi. #ari sarang primer akan
kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (lim
adenitis regional). !ek primer bersama-sama dengan limangitis regional dikenal
sebagai kompleks primer. ompleks primer ini akan mengalami salah satu sebagai
berikut '
a. 4embuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad
integrum)
b. 4embuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang @hon,
garis ibrotik, sarang perkapuran di hilus)
c. Menyebar dengan cara '
Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya. 4alah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian dimana terdapat penekanan
bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang
membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas
bersangkutan, dengan akibat atelektasis. uman tuberkulosis akan
menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang
atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis
tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke
paru sebelahnya. Penyebaran ini juga terjadi ke dalam usus.
Penyebaran secara hematogen dan limogen . ejadian penyebaran ini
sangat bersangkutan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan "irulensi
basil. 4arang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan
tetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan
menimbulkan keadaan cukup ga$at seperti tuberkulosis milier,
meningitis tuberkulosa, typhobacillosis Aandou?y. Penyebaran ini
juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya,
misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya.
5
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
6/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
omplikasi da n penyebaran ini mungkin berakhir dengan sembuh
dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang
pada anak setelah mendapat ensealomeningitis, tuberkuloma) atau
kematian.
2.3.2 Tu&erkul'ss P'st Prmer
#ari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian
tuberkulosis post primer, biasanya pada usia %+-*3 tahun. Tuberkulosis post
primer mempunyai nama yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk
de$asa, locali?ed tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk
tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat
menjadi sumber penularan. Tuberkulosis post primer dimulai dengan sarang dini,
yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus
inerior. 4arang dini ini a$alnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. 4arang
pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut '
a. #iresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat.
b. 4arang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan
dengan penyebukan jaringan ibrosis. 4elanjutnya akan membungkus diri
menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. 4ebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi akti kembali,
membentuk jaringan keju dan menimbulkan ka"itas bila jaringan keju
dibatukkan keluar.
c. 4arang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (aringan kaseosa).
a"itas akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. a"itas
a$alnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal
(ka!itas sklerotik). a"itas tersebut akan menjadi '
Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru.
4arang pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang
disebutkan diatas.
#apat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan
disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh,
6
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
7/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
tapi mungkin pula akti kembali, mencair lagi dan menjadi ka"itas
lagi.
a"itas bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open
healed ca"ity, atau ka"itas menyembuh dengan membungkus diri,
akhirnya mengecil. emungkinan berakhir sebagai ka"itas yang
terbungkus, dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate
shaped).
2.! $las%kas Tu&erkul'ss
2.!.1 Tu&erkul'ss Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru,
tidak termasuk pleura (selaput paru).
%. Berdasarkan hail pemeriksaan dahak (BT!)
TB paru dibagi dalam '
a. Tuberkulosis Paru BT! ()
4ekurang-kurangnya & dari spesimen dahak menunjukkan hasil
BT! positi.
1asil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BT! positi
dan kelainan radiologik menunjukkan gamb aran tuberkulosis
akti.
1asil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BT! positi
dan biakan positi.
b. Tuberkulosis Paru BT! (-)
1asil pemeriksaan dahak kali menunjukkan BT! negati,
gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkan
tuberkulosis akti serta tidak respons dengan pemberian antibiotik
spektrum luas.
1asil pemeriksaan dahak kali menunjukkan BT! negati dan
biakan M. tuberculosis positi
7
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
8/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
ika belum ada hasil pe meriksaan dahak, tulis BT! belum
diperiksa.
&. Berdasarkan tipe penderita
Tipe penderita ditentukan berdasarkan ri$ayat pengobatan sebelumnya.
!da beberapa tipe penderita yaitu '
a. asus baru, adalah penderita yang belum pernah mendapat
pengobatan dengan 2!T atau sudah pernah menelan 2!T kurang dari
satu bu lan (3 dosis harian)
b. asus kambuh (relaps), adalah penderita tuberkulosis yang
sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi
berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BT! positi atau biakan
positi. Bila hanya menunjukkan perubahan pada gambaran radiologik
sehingga dicurigai lesi akti kembali, harus dipikirkan beberapa
kemungkinan '
/neksi sekunder
/neksi jamur
TB paru kambuh
c. asus pindahan (Transer /n), adalah penderita yang sedang
mendapatkan pengobatan di suatu kabupa ten dan kemudian pindah
berobat ke kabupaten lain. Pe nderita pindahan tersebut harus
memba$a surat rujukanDpindah .
d. asus lalai berobat !dalah penderita yang sudah berobat paling
kurang % bulan, dan berhenti & minggu atau lebih, kemudian datang
kembali berobat. >mumnya penderita tersebut kembali dengan hasilpemeriksaan dahak BT! positi.
e. asus gagal
!dalah penderita BT! positi yang masih tetap positi atau
kembali menjadi positi pada akhir bulan ke-+ (satu bulan
sebelum akhir pengobatan)
!dalah penderita dengan hasil BT! negati gambaran radiologik
positi menjadi BT! positi pada akhir bulan ke-& pengobatan
dan atau gambaran radiologik ulang hasilnya perburukan
8
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
9/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
. asus kronik, adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BT!
masih positi setelah selesai pengobatan ulang kategori & dengan
penga$asan yang baik
g. asus bekas TB
1asil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan jika ada asilitas)
negati dan gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB
inakti, terlebih gambaran radiologik serial menunjukkan
gambaran yang menetap. 5i$ayat pengobatan 2!T yang adekuat
akan lebih mendukung.
Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan lesi TB akti,
namun setelah mendapat pengobatan 2!T selama & bulan
ternyata tidak ada perubahan gambaran radiologik.
2.!.2 Tu&erkul'ss Ekstra Paru
Batasan ' Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lime,
tulang, persendi an, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dll.
#iagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur spesimen positi, atau histologi, atau
bukti klinis kuat konsisten dengan TB ekstraparu akti, yang selanjutnya
dipertimbangkan oleh klinis i untuk diberikan obat anti tuberkulosis siklus penuh.
TB di luar paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakit, yaitu '
%. TB di luar paru ringan, Misalnya' TB kelenjar lime, pleuritis eksudati"a
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
&. TB diluar paru berat, misalnya ' meningitis, millier, perikarditis,
peritonitis, pleuritis eksudati"a bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB
saluran kencing dan alat kelamin.
Catatan '
Eang dimaksud dengan TB paru adalah TB pada parenkim paru.
4ebab itu TB pada pleura atau TB pada kelenjar hilus tanpa ada
kelainan radiologik paru, dianggap sebagai penderita TB di luar paru.
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
10/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
Bila seorang penderita TB paru juga mempunyai TB di luar paru,
maka untuk kepentingan pencatatan penderita tersebut harus dicatat sebagai penderita TB paru.
Bila seorang penderita ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat
sebagai ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.
)am&ar 2.1
"kema $las%kas Tu&erkul'ss
2.!.3 )am&aran $lns
@ejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi & golongan, yaitu gejala
respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.!. @ejala respiratorik'
batuk F minggu
batuk darah
sesak napas
nyeri dada.
@ejala respiratorik ini sangat ber"ariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. adang penderita
terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat
dalam proses penyakit, maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk.
1!
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
11/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
@ejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat,
misalnya pada limadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang
lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis
tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis
tuberkulosa terdapat gejala sesak napas G kadang nye ri dada pada sisi
yang rongga pleuranya terdapat cairan.
B. @ejala sistemik'
demam
gejala sistemik lain' malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun.
2.!.! Perksaan *sk
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari
organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas
kelainan struktur paru.
Pada permulaan (a$al) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit
sekali) menemukan kelainan. elainan paru pada umumnya terletak di
daerah lobus superior terutama daerah ape; dan segmen posterior, serta
daerah ape; lobus inerior.
Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas
bronkial, amorik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda
penarikan paru, diaragma G mediastinum.
Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan isik tergantung dari
banyaknya cairan di rongga pleura.
Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah
sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.
Pada limadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah bening,
tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor),
kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat
menjadi
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
12/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
2.!.+ Perksaan Bakter'l'g
%. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis.
Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasa l dari dahak,
cairan pleura, liHuor cerebrospinal , bilasan bronkus, bilasan lambung,
kurasan bronkoal"eolar (bronchoa l"eolar la"ageDB!A), urin, aeces dan
jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halusDB1)
&. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak kali, setiap pagi hari berturut-turut atau
dengan cara' 4e$aktuDspot (dahak se$aktu saat kunjungan)
#ahak Pagi ( keesokan harinya)
4e$aktuDspot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
Bahan pemeriksaanDspesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan
Dditampung dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang cm atau lebih
dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. !pabila ada
asilitas, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek
(diiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium. Bahan pemeriksaan hasil
B1, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas objek atau untuk
kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan IaCl 3,67 -+
ml sebelum dikirim ke laboratorium. 4pesimen dahak yang ada dalam pot
(jika pada gelas objek dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan
dikirim ke laboratorium, harus dipastikan telah tertulis identitas penderita
yang sesuai dengan ormulir perm ohonan pemeriksaan laboratorium.
Bila lokasi asilitas laboratorium berada jauh dari klinikDtempat pelayanan
penderita, spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa
pos. Cara pembuatan dan pengiriman dahak dengan kertas saring'
ertas saring dengan ukuran %3 ; %3 cm, dilipat empat agar terlihat
bagian tengahnya.
#ahak yang representati diambil dengan lidi, diletakkan di bagian
tengah dari kertas saring sebanyak % ml.
ertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada
satu ujung yang tidak mengandung bahan dahak.
12
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
13/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
#ibiarkan tergantung selama &* jam dalam suhu kamar di tempat yang
aman, misal di dalam dus. Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam
kantong plastik kecil.
antong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan
melidahapikan sisi kantong yang terbuka dengan menggunakan lidi.
#i atas kantong plastik dituliskan nama penderita dan tanggal
pengambilan dahak.
#imasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat
laboratorium
. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lainPemeriksaan bakteriologik dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan
pleura, liHuor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronko al"eolar (B!A), urin, aeces dan jaringan biopsi, termasuk B1)
dapat dilakukan dengan cara mikroskopik dan biakan.
a. Pemeriksaan mikroskopis
Mikroskopik biasa, pe$arnaan Jiehl-Iielsen pe$arnaan inyoun
@abbett.
Mikroskopik luoresens, pe$arnaan auramin-rhodamin(khususnya untuk screening).
>ntuk mendapatkan hasil yang lebih baik, dahak dipekatkan lebih
dahulu dengan cara sebagai berikut '
Masukkan dahak sebanyak & 9 * ml ke dalam tabung sentriuge
dan tambahkan sama banyaknya larutan Ia21 *7.
ocoklah tabung tersebut selam + 9 %3 menit atau sampai dahak
mencair sempurna.
Pusingkan tabung tersebut selama %+ 9 3 menit pada 333 rpm.
Buanglah cairan atasnya dan tambahkan % tetes indicator enol-
merah pada sedimen yang ada dalam tabung tersebut, $arnanya
menjadi merah.
Ietralkan reaksi sedimen itu dengan berhati-hati meneteskan
larutan 1Cl &n ke dalam tabung sampai tercapainya $arna merah
jambu ke kuning-kuningan.
4edimen ini selanjutnya dipakai untuk membuat sediaan pulasan
(boleh juga dipakai untuk biakan M.tuberculosis)
13
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
14/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
lnterpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dari kali pemeriksaan
bila '
& kali positi, % kali negati K Mikroskopik positi.
% kali positi, & kali negati K ulang BT! kali , kemudian'
a. bila % kali positi, & kali negati K Mikroskopik positi .
b. bila kali negat K Mikroskopik negati
/nterpretasi pemeriksaan mi kroskopik dibaca dengan skala bronkhorst
atau />!TA#.
Catatan '
Bila terdapat asilitas radiologis dan gambaran radiologik
menunjukkan tuberkulosis akti, maka hasil pemeriksaan dahak % kali
positi, & kali negati tidak perlu diulang.
b. Pemeriksaan biakan kuman
Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode kon"ensional
ialah dengan cara '
Lgg base media (Ao$enstein-ensen, 2ga$a, udoh).
!gar base media ' Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti,
dan dapat mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan juga
Mycobacterium other than tuberculosis (M2TT). >ntuk mendeteksi
M2TT dapat digunakan beberapa cara, baik dengan melihat cepatnya
pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid, uji niasin maupun
pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmen yang
timbul.
2.!., Perksaan Ra(l'gs
Pemeriksaan standar ialah oto toraks P! dengan atau tanpa oto lateral.
Pemeriksaan lain atas indikasi ' oto apiko-lordotik, oblik, CT-4can. Pada
pemeriksaan oto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam
bentuk (multiorm).
@ambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB akti '
Bayangan bera$an D nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas
paru dan segmen superior lobus ba$ah.
14
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
15/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
a"itas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak bera$an
atau nodular. Bayangan bercak milier.
Lusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang).
@ambaran radiologik yang di curigai lesi TB inakti
alsiikasi atau ibrotik.
ompleks ranke.
ibrotoraksD ibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura
Auluh Paru (#estroyed Aung )'
@ambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang
berat, biasanya seca ra klinis disebut luluh paru. @ambaran radiologik
luluh paru terdiri dari atelektasis, multika"iti dan ibrosis parenkim paru.
4ulit untuk menilai akti"iti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran
radiologik tersebut.
Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan akti"itas
proses penyakit.
Auas lesi yang tampak pada oto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat
dinyatakan sbb (terutama pada kasus BT! dahak negati) '
Aesi minimal, bila proses mengenai seba gian dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari "olume paru yang terletak di atas
chondroste"al unction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari
"ertebra torakalis * atau korpus "ertebra torakalis + (sela iga &) dan tidak
dijumpai ka"itas.
Aesi luas, bila proses lebih luas dari lesi minimal.
15
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
16/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
)am&ar 2.2
TB mler (engan gam&aran &a(a salju.
)am&ar 2.3
TB -aru (engan gam&aran katas (an %&r'ss.
2.+ Peng'&atan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi & ase yaitu ase intensi (&-
bulan) dan ase lanjutan * atau bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari
paduan obat utama dan tambahan.
2.+.1 /&at Ant Tu&erkul'ss 0/AT
/&at ang (-aka
%. enis obat utama (lini %) yang digunakan adalah'
5iampisin
/I1
Pira?inamid
16
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
17/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
4treptomisin
Ltambutol
&. ombinasi dosis tetap (#i$ed dose co"bination). ombinasi dosis tetap ini
terdiri dari '
Lmpat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu riampisin %+3
mg, isonia?id + mg, pira?inamid *33 mg dan etambutol &+ mg dan.
Tiga obat anti tuberkulosis dalam satu tablet, yaitu riampisin %+3 mg,
isonia?id + mg dan pira?inamid *33 mg
. enis obat tambahan lainnya (lini &)
anamisin
uinolon
2bat lain masih dalam penelitian' makrolid, amoksilin asam
kla"ulanat
#eri"at riampisin dan /I1
E%ek "am-ng /AT
4ebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa eek
samping. Iamun sebagian kecil dapat mengalami eek samping, oleh karena itu
pemantauan kemungkinan terjadinya eek samping sangat penting dilakukanselama pengobatan. Lek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila eek
samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian 2!T
dapat dilanjutkan.
!. /sonia?id (/I1)
Lek samping ringan dapat be rupa tanda-tanda keracunan pada syara tepi,
kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Lek ini dapat dikurangi
dengan pemberian piridoksin dengan dosis %33 mg perhari atau dengan
"itamin B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat diteruskan.
elainan lain ialah menyerupai deisiensi piridoksin (syndrom pellagra).
Lek samping berat dapat berupa hepatitis yang dapat timbul pada kurang
lebih 3,+7 penderita. Bila terjadi hepatitis imbas obat atau ikterik,
hentikan 2!T dan pengobatan sesuai dengan pedoman TB pada keadaan
khusus.
5iampisin
17
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
18/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
%. Lek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan
pengobatan simtomatik ialah'
4indrom lu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang.
4indrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nasu makan,
muntah kadang-kadang diare.
4indrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan
&. Lek samping yang berat ta pi jarang terjadi ialah '
1epatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut 2!T
harus distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada
keadaan khusus.
Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bilasalah satu dari gejala ini terjadi riampisin harus segera dihentikan
dan jangan diberikan lagi $alaupun gejalanya telah menghilang.
5iampisin dapat menyebabkan $arna merah pada air seni, keringat,
air mata, air liur. 0arna merah tersebut terjadi karena proses me
tabolisme obat dan tidak berbahaya. 1al ini harus diberitahukan
kepada penderita agar dimengerti dan tidak perlu kha$atir.
. Pira?inamid
Lek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai
pedoman TB pada keadaan khusus). Iyeri sendi juga dapat terjadi (beri
aspirin) dan kadang-kadang dapat menyebabkan serangan arthritis gout,
hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan
asam urat. adang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan
reaksi kulit yang lain.
*. Ltambutol
Ltambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
berkurangnya ketaja man, buta $arna untuk $arna merah dan hijau.
Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis yang
dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya %+-&+ mgDkg BB perhari atau 3
mgDkg BB yang diberikan kali seminggu. @angguan penglihatan akan
kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan.
18
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
19/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
4ebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan
okuler sulit untuk dideteksi.
+. 4treptomisin
Lek samping utama adalah kerusakan syara kedelapan yang berkaitan
dengan keseimbangan dan pendengaran. 5isiko eek samping tersebut
akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan
umur penderita.
Penanganan eek samping obat
%. Lek samping yang ringan seperti gangguan lambung yang dapat diatasi
secara simptomatik.
1
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
20/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
&. @angguan sendi karena pira?inamid dapat diatasi dengan pemberian
salisilatDallopurinol.
. Lek samping yang serius adalah hepatits imbas obat. Penanganan seperti
tertulis di atas.
*. Penderita dengan reaksi hipe rsensiti seperti timbulnya rash pada kulit
yang umumnya disebabkan oleh /I1 dan riampisin, dapat dilakukan
pemberian dosis rendah dan desensitsasi dengan pemberian dosis yang
ditingkatkan perlahan-lahan dengan penga$asan yang ketat. #esensitisasi
ini tidak bisa dilakukan terhadap obat lainnya
+. elainan yang harus dihentikan pengobatannya adalah trombositopenia,
syok atau gagal ginjal karena riampisin, gangguan penglihatan karena
etambutol, gangguan ner"us N/ll karena streptomisin dan dermatitis
e;oliati"e dan agranulositosis karena thiaceta?on.
. Bila sesuatu obat harus diganti maka paduan obat harus diubah hingga
jangka $aktu pengobatan perlu dipertimbangkan kembali dengan baik.
2.+.2 Pan(uan /&at Ant Tu&erkul'ss
Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi'
1. TB -aru 0kasus &aru4 BTA -'st% atau les luas.
Paduan obat yang diberikan' & 51JLD* 51
!lternati' & 51JLD*51 atau (program P&TB) & 51JLD 1L
Paduan ini dianjurkan untuk
a. TB paru BT! (), kasus baru.
b. TB paru BT! (-), dengan gambaran radiologis lesi luas (termasuk
luluh paru)
c. TB di luar paru kasus berat
Pengobatan ase lanjutan, bila diperlukan dapat diberikan selama
bulan, dengan paduan &51JLD 51, dan alternati &51JLD51,
seperti pada keadaan'
TB dengan lesi luas.
#isertai penyakit komorbid (#iabetes Melitus, pemakaian obat
imunosupresiDkortikosteroid).
TB kasus berat (milier, dll)
Bila ada asilitas biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan
hasil uji resistensi.
2!
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
21/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
!. TB Paru (kasus baru), BT! negati.
Paduan obat yang diberikan' & 51JD* 51
!lternati' & 51JD *51 atau 51L.Paduan ini dianjurkan untuk '
a. TB paru BT! negati dengan gambaran radiologik lesi minimal.
b. TB di luar paru kasus ringan
B. TB paru kasus kambuh
Pada TB paru kasus kambuh minimal menggunakan * macam 2!T
pada ase intensi selama bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat
diberikan obat sesuai hasil uji resistensi). Aama pengobatan ase
lanjutan bulan atau lebih lama dari pengobatan sebelumnya,sehingga paduan obat yang diberikan' 51JLD 51.
Bila tidak adaDtidak dilakukan uji resistensi, maka alternati diberikan
paduan obat' & 51JL4D% 51JLD+ 51L (Program P&TB)
C. TB Paru kasus gagal pengobatan
Pengobatan sebaiknya berdasar kan hasil uji resistensi, dengan
minimal menggunakan *-+ 2!T dengan minimal & 2!T yang masih
sensiti (seandainya 1 resisten, tetap diberikan). #engan lama
pengobatan minimal selama %-& tahun. Menunggu hasil uji resistensi
dapat diberikan dahulu & 51JL4, untuk kemudian dilanjutkan sesuai
uji resistensi.
Bila tidak adaDtidak dilakukan uji resistensi, maka alternati
diberikan paduan obat' & 51JL4D% 51JLD+ 15L (Program
P&TB)
#apat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan
hasil yang optimal.
4ebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke ahli paru.
#. TB Paru kasus lalai berobat
Penderita TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan
kembali sesuai dengan kriteria sebagai berikut '
a. Penderita yang menghentikan pengobatannya O & minggu,
pengobatan 2!T dilanjutkan sesuai jad$al.
b. Penderita menghentikan pengobatannya F & minggu
%. Berobat F * bulan, BT! negati, klinik dan radiologis negati,
pengobatan 2!T 4T2P.
21
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
22/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
&. Berobat * bulan, BT! positi' pengobatan dimulai dari a$al
dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka $aktu
pengobatan yang lebih lama.
. Berobat O * bulan, BT! positi' pengobatan dimulai dari
a$al dengan paduan obat yang sama.
*. Berobat O * bulan, berhenti berobat % bulan, BT! negati,
akan tetapi klinik dan atau radiologis positi' pengobatan
dimulai dari a$al dengan paduan obat yang sama.
+. Berobat O * bulan, BT! negati, berhenti berobat &-* minggu
pengobatan diteruskan kembali sesuai jad$al.
L. TB Paru kasus kronik Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji
resistensi, berikan 51JL4. ika telah ada hasil uji resistensi,
sesuaikan dengan hasil uji resistensi (minimal terdapat & macam
2!T yang masih sensiti dengan 1 tetap diberi kan $alaupun
resisten) ditambah dengan obat lain seperti kuinolon, betalaktam,
makrolid.
ika tidak mampu dapat diberikan /I1 seumur hidup.
Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan
penyembuhan.
asus TB paru kronik perlu dirujuk ke ahli paru
.
. Pengobatan tuberkulosis dalam keadaan khusus
%. TB millier
5a$at inap.
Paduan obat' & 51JLD* 51.
Pada keadaan khusus (sakit berat), tergantung keadaan klinik,
radiologis dan e"aluasi pengobatan, maka pengobatan lanjutan
dapat diperpanjang sampai dengan bulan &51JLD 51.
Pemberian kortikosteroid tidak rutin, hanya diberikan pada
keadaan' tandaDgejala meningitis, sesak napas, tandaDgejala
toksik, demam tinggi
ortikosteroid' prednison 3-*3 mgDhari, dosis diturunkan +-
%3 mg setiap +- hari, lama pemberian *- minggu.
&. Pleuritis eksudati"a TB (eusi pleura TB)
Paduan obat' &51JLD*51.
22
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
23/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
L"akuasi cairan, dikeluarka n seoptimal mungkin, sesuai
keadaan penderita dan berikan kortikosteroid. #osis steroid' prednison 3-*3 mgDhari, diturunkan +-%3 mg
setiap +- hari, pemberian selama -* minggu.
1ati-hati pemberian kortikosteroid pada TB dengan lesi luas
dan #M. >langan e"akuasi cairan bila diperlukan
. TB di luar paru
Paduan obat & 51JLD%3 51.
Prinsip pengobatan sama dengan TB paru menurut !T4,
misalnya pengobatan untuk TB tulang, TB sendi dan TB
kelenjar, meningitis pada bayi dan anak lama pengobatan %&
bulan. Pada TB diluar paru lebih sering dilakukan tindakan bedah.
Tindakan bedah dilakukan untuk '
Mendapatkan bahanDspesimen untuk pemeriksaan (diagnosis)
Pengobatan' perikarditis konstrikti"a dan kompresi medula
spinalis pada penyakit PottQs.Pemberian kortikosteroid
diperuntukkan pada perikarditis TB untuk mencegah
konstriksi jantun dan pada meningits TB untuk menurunkan
gejala sisa neurologik.*. TB paru dengan #M
Paduan obat' & 51J (L-4)D* 51 dengan regulasi baikDgula
darah terkontrol. Bila gula darah tidak terkontro l, ase
lanjutan bulan' & 51J (L-4)D 51.
#M harus dikontrol.
1ati-hati dengan penggunaan etambutol, karena eek samping
etambutol ke mata, sedangkan penderita #M sering
mengalami komplikasi kelainan pada mata.
Perlu diperhatikan penggunaan riampisin akan mengurangi
eekti"itas obat oral anti diabetes (sulonil urea), sehingga
dosisnya perlu ditingkatkan.
Perlu kontrolDpenga$asan sesudah pengobatan selesai, untuk
mengontrolDmendeteksi di ni bila terjadi kekambuhan.
+. TB paru dengan 1/ND!/#4
Paduan obat yang diberikan berd asarkan rekomendasi !T4
yaitu' & 51JLD51 diberikan sampai -6 bulan setelah
kon"ersi dahak.
23
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
24/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
Menurut 012 paduan obat dan lama pengobatan sama
dengan TB paru tanpa 1/ND!/#4. angan berikan Thiaceta?on karena dapat menimbulkan
toksik yang hebat pada kulit.
2bat suntik kalau dapat dihindari kecuali jika sterilisasinya
terjamin.
angan lakukan desensitisasi 2!T pada penderita 1/ND!/#4
(misal /I1, riampisin) karena mengakibatkan toksik yang
serius pada hati.
/I1 diberikan terus menerus seumur hidup.
Bila terjadi M#5, pengobatan sesuai uji resistensi.. TB paru pada kehamilan dan menyusui
Tidak ada indikasi pengguguran pada penderita TB dengan
kehamilan.
2!T tetap dapat diberikan kecuali streptomisin karena eek
samping streptomisin pada gangguan pendengaran janin
(Lropa)
#i !merika 2!T tetap diberikan kecuali streptomisin dan
pira?inamid untuk $anita hamil. Pada penderita TB dengan menyusui, 2!T G !4/ tetap dapat
diberikan, $alaupun beberapa 2!T dapat masuk ke dalam
!4/, akan tetapi konsentrasinya kecil dan tidak menyebabkan
toksik pada bayi.
0anita menyusui yang mendapat pengobatan 2!T dan
bayinya juga mendapat pengobatan 2!T dianjurkan tidak
menyusui bayinya, agar bayi tidak mendapat dosis
berlebihan. Pada $anita usia produkti yang mendapat pengobatan TB
dengan riampisin dianjurkan untuk tidak menggunakan
kontrasepsi hormonal, karena dapat terjadi interaksi obat
yang menyebabkan eekti"itas obat kontrasepsi hormonal
berkurang.
2. TB -aru (an gagal gnjal
angan menggunakan 2!T streptomisin, kanamisin dan capreomycin.
24
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
25/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
4ebaiknya hindari penggunaan etambutol karena $aktu paruhnya
memanjang dan terjadi akumulasi etambutol. #alam keadaan sangatdiperlukan, etambutol dapat diberikan dengan penga$asan kreatinin.
4edapat mungkin dosis disesu aikan dengan aal ginjal (CCT, >reum,
reatnin)
5ujuk ke ahli Paru.
3. TB Paru (engan $elanan Hat
Bila ada kecurigaan gangguan ungsi hati, dianjurkan pemeriksaan
aal hati sebelum pengobatan. Pada kelainan hati, pira?inamid tidak boleh digunakan.
Paduan 2bat yang dianjurkanDrekomendasi 012' & 415LD 51 atau
& 41LD%3 1L.
Pada penderita hepatitis akut dan atau klinik ikterik, sebaiknya 2!T
ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada
keadaan sangat diperlukan dapat diberikan 4 dan L maksimal bulan
sampai hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan 51.
4ebaiknya rujuk ke ahli Paru.
!. He-atts Im&as /&at
#ikenal sebagai kelainan hati akibat penggunaan obat-obat
hepatotoksik (drug induced hepatitis)
Penatalaksanaan
a. Bila klinis () (/kterik RS, gejalaDmual, muntah RS) K2!T 4top
b. Bila klinis (-), Aaboratorium terdapat kelainan'
- Bilirubin & K 2!T 4top.
- 4@2T, 4@PT + kali ' 2!T stop.
- 4@2T, 4@PT kali, gejala () ' 2!T stop- 4@2T, 4@PT kali, gejala (-)Kteruskan pengobatan,
dengan penga$asan.
BAB III
$E"IMPULAN
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit ineksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis hidup baik pada
25
-
5/19/2018 Tuberkulosis (TB)
26/26
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari. #i dalam
rumah dengan "entilasi baik, kuman ini dapat hilang terba$a angin dan akan lebih
baik lagi jika "entilasi ruangannya menggunakan pembersih udara yang bisa
menangkap kuman TB. aktor-aktor yang mempengaruhi kejadian penyakit
Tuberculosis >ntuk terpapar penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh
beberapa aktor seperti' status sosial ekonomi, status gi?i, umur, jenis kelamin,
dan aktor toksis. Cara penularan tuberkulosis paru melalui percikan dahak
(droplet) sumber penularan adalah penderita tuberkulosis paru BT!(), pada
$aktu penderita tuberkulosis paru batuk atau bersin. >mumnya penularan terjadi
dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam $aktu yang lama.
@ejala penyakit tuberculosis antara lain batuk, sesak naas, nyeri dada,
demam, malaise (keadaan lesu). @ambaran klinis tuberculosis mungkin belum
muncul pada ineksi a$al dan mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi
ineksi akti.
Pengobatan penyakit Tuberculosis. Terdapat + jenis antibotik yang dapatdigunakan yaitu !ntibiotik yang paling sering digunakan adalah /sonia?id (1),
5iampicin (5), Pira?inamid (P), 4treptomisin (4) dan Ltambutol (L). ika
penderita benar-benar mengikuti pengobatan dengan teratur, maka tidak perlu
dilakukan pembedahan untuk mengangkat sebagian paru-paru. adang
pembedahan dilakukan untuk membuang nanah atau memperbaiki kelainan
bentuk tulang belakang akibat.
26