transportasi sumatera
-
Upload
oky-pratama -
Category
Documents
-
view
17 -
download
0
description
Transcript of transportasi sumatera
POLA JARINGAN TRANSPORTASI PULAU SUMATERA
Disusun oleh:
Dyah Pratita Sari
Oky Pratama
Safira Timami
Sindi Lovania Putri
Departemen Geografi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
Depok 2015
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-
Nya peneliti dapat menyelesaikan Laporan Mata Kuliah Geografi Transportasi ini dengan baik.
Laporan ini membahas mengenai hasil analisis keruangan dan transportasi tentang “Pola
Jaringan Transportasi di Pulau Sumatera”.
Dalam laporan ini, kami mendapatkan banyak bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen dan asisten dosen yang telah
banyak membantu peneliti, baik pada tahap persiapan, pelaksanaan, dan pembuatan laporan ini.
Selain itu peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu persatu namanya yang telah membantu peneliti.
Peneliti berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan para pembaca. Peneliti menyadari bahwa di dalam laporan ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, peneliti berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
laporan yang telah peneliti buat. Peneliti memohon maaf jika terdapat kesalahan-kesalahan
penelitian yang terjadi di dalam penelitian laporan ini/
Depok, Maret 2016
Kelompok 4
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................................... 4
1.2 Pertanyaan Penelitian ......................................................................................................................... 4
1.3 Maksud dan Tujuan ............................................................................................................................. 5
BAB II ............................................................................................................................................................. 6
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................................................... 6
2.1 Transportasi ........................................................................................................................................ 6
2.2 Komponen Dalam Transportasi ........................................................................................................ 10
2.3 Pemilihan Lokasi Secara Geografis Dalam Transportasi ................................................................... 11
2.4 Typology dan Topology jaringan ....................................................................................................... 11
2.5 Hambatan Fisik Transportasi............................................................................................................. 12
2.6 Organisasi Spasial .............................................................................................................................. 13
BAB III .......................................................................................................................................................... 15
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................. 15
3.1 Pola Jaringan Transportasi Darat Antar Pulau Sumatera .................................................................. 15
3.2 Pola Jaringan Transportasi Laut Antar Pulau Sumatera .................................................................... 17
3.3 Pola Jaringan Transportasi Udara Antar Pulau Sumatera ................................................................. 19
3.4 Kajian Core dan Poles ........................................................................................................................ 26
3.5 Topologi Jaringan Transportasi di Pulau Sumatera ........................................................................... 29
3.6 Kajian Integrasi Pulau Sumatera dan Pulau di Sekitarnya ................................................................ 31
3.7 Kajian “Transpor supplay and demand” ........................................................................................... 35
BAB 4 ........................................................................................................................................................... 38
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 38
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 39
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pulau Sumatera merupakan salah satu kepulauan terbesar yang ada di Indonesia. Dengan
jumlah penduduk yang tinggi dan kegiatan perekonomian yang tinggi, menjadikan Pulau ini
salah satu pulau yang banyak di kunjungi oleh wisatawan domestik maupun internasional.
Beberapa jalur utama untuk masuk ke Pulau Sumatera adalah melalui Provinsi Lampung yang
terletak paling Selatan di Pulau Sumatera. Jalur masuknya Pulau Sumatera ini melalui Pelabuhan
Penyeberangan Bakauheni. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan yang sangat aktif dalam
penyeberangan dan keluar masuknya masyarakat yang ingin masuk dan meninggalkan pulau ini.
Kemudian dilanjutkan kembali untuk melalui perjalanan darat menuju wilayah tujuan masing-
masing.
Kemudian, jalur lain untuk masuk menuju Pulau Sumatera yaitu dengan menggunakan
transportasi udara. Dengan transportasi ini, jalur penghubung utama yaitu melalui Bandar udara
yang berada di setiap Provinsi di Pulau Sumatera. Setiap Provinsi di Pulau Sumatera memiliki
Bandar udara masing-masing, tetapi dalam hal penghubung di Pulau Sumatera yaitu Bandar
udara Polonia dan Kualanamu. Penghubung terbesar di Pulau Sumatera yaitu Bandar udara yang
terletak di Provinsi Sumatera Utara. ( Cari data yang menjelaskan adanya perpindahan dan
kontak antara masyarakat dari pulau lain terhadap pulau sumatera).
1.2 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi transportasi udara, laut dan darat yang ada di Pulau Sumatera ?
2. Apa saja Hub yang ada di Pulau Sumatera ?
3. Bagaimana pola transportasi di Pulau Sumatera ?
4. Bagaimana keterkaitan interaksi antar masyarakat di Pulau Sumatera terhadap masuknya
masyarakat luar Pulau Sumatera ?
5
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini yaitu untuk mengetahui pola transportasi di
Pulau Sumatera. Sehingga dapat menganalisis kesesuaian jaringan transportasi di pulau
Sumatera. Selain itu, untuk melihat adanya interaksi antara Pulau Sumatera dengan Pulau-pulau
disekitarnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Transportasi
Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan
pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian. Ada beberapa jalur
transportasi, yaitu jalur transportasi darat, laut dan udara. Bandar udara adalah kawasan di
daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat
udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat
perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan bandar udara
dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi keselamatan, keamanan, kelancaran, dan
ketertiban arus lalu lintas pesawat udara, penumpang, kargo dan/atau pos, tempat perpindahan
intra dan/atau antarmoda serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah.
Dalam sistem transportasi udara terdapat dua aspek penting dalam penentu
keberhasilannya, yaitu pertama berupa ketersediaan prasarana (infrastruktur) penerbangan.
Prasarana transportasi udara sendiri secara konsep dibedakan menjadi dua yaitu prasarana di
darat berupa lapangan udara (airport/bandar udara) baik perintis maupun pengembangan. Dalam
lapangan udara harus tersedia fasilitas pergerakan pesawat di darat berupa landas pacu (runway),
jalur penghubung dengan terminal (taxiway), tempat parkir pesawat (apron) dan fasilitas
pelengkap lainnya. Aspek kedua adalah ketersediaan sarana (aircraft/pesawat udara) dalam
kerangka pengembangan sarana angkutan udara berupa kapasitas angkut dan kemampuan teknis
atau teknologi sarana. Terminologi yang digunakan dalam penyajian data angkutan udara adalah
jadwal penerbangan, aircraft-km (jarak penerbangan pada periode waktu tertentu), performed
seat-km (tempat duduk dikali jarak penerbangan), dan permormed total-km (jumlah perkalian
berat barang dengan jarak tiap-tiap penerbangan).
Bandara berperan sebagai pintu gerbang kegiatan perekonomian dalam upaya pemerataan
pembangunan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta keselarasan pembangunan nasional dan
7
pembangunan daerah yang digambarkan sebagai lokasi dan wilayah di sekitar bandar udara yang
menjadi pintu masuk dan keluar kegiatan perekonomian. Selain itu juga berperan sebagai
pendorong dan penunjang kegiatan industri, perdagangan dan/atau pariwisata dalam
menggerakan dinamika pembangunan nasional, serta keterpaduan dengan sektor pembangunan
lainnya, digambarkan sebagai lokasi bandar udara yang memudahkan transportasi udara pada
wilayah di sekitamya.
Penyediaan fasilitas yang mendukung pergerakan yang cepat, aman, nyaman dan sesuai
dengan kebutuhan akan kapasitas angkut menyesuaikan dengan jenis moda yang digunakan.
Semakin banyak permintaan akan kebutuhan transportasi yang semakin banyak, sehingga dibuat
jalur-jalur transportasi yang cepat, aman, nyaman dan sesuai kebutuhan. Apalagi jika ditambah
tempat tujuan yang jaraknya jauh seperti antar pulau. Pulau sumatera merupakan salah satu pulau
besar di Indonesia dengan karakteristik wilayah yang beragam. Hal ini menyebabkan variasi
antar daerah dan pengembangan potensi daerah yang beragam pula. Jika ditinjau dalam kajian
transportasi, maka menjadi perhatian penting yaitu bagaimana bentuk integrasi antar transportasi
(tipologi transportasi) dan bagaimana keterkaitan antar daerah yang akan berimplikasi terhadap
karakteristik trasportasi di Sumatera.
Pulau sumatera terdiri atas 8 provinsi dengan karakteristik antar provinsi yang beragam.
Mulai dari lampung sebagai pintu gerbang utama hingga aceh. Pada dasarnya, terjadi mobilisasi
baik itu manusia atau barang dapat mencerminkan bagaimana potensi dari daerah tersebut dan
bagaimana bentuk keterikatan suatu daerah dengan daerah lainnya. Maka dalam kajian awal akan
dijelaskan bentuk perkembangan tiap provinsi dan apa implikasi terhadap sistem transportasi
yang ada.
Untuk melihat potensi ekonomi dari setiap daerah, kami menggunakan angka Produk
domestik regional bruto (PDRB) guna memperlihatkan bagaimana potensi dari suatu daerah.
Pada tabel 1 dicatumkan PDRB tiap-tiap provinsi di pulau sumatera
NO Provinsi PDRB (Miliar)
1 Aceh 130 448.24
2 Sumatera Utara 523 771.57
3 Sumatera Barat 167 039.89
8
4 Riau 679 692.18
5 Jambi 153 857.14
6 Sumatera Selatan 308 406.84
7 Bengkulu 45 235.08
8 Lampung 231 008.43
Tabel 1. PDRB Provinsi di Pulau Sumatera
Kita melihat bahwa setiap provinsi di sumatera memiliki PDRB yang bervariasi, provinsi
Riau dan Sumtera Utara menjadi provinsi dengan PDRB yang besar jika dibandingkan dengan
provinsi lainnya. Jika kita menghubungkan dengan transportasi, maka intensitas transportasi di
provinsi dengan PDRB tinggi cenderung lebih kompleks dan harus mampu mengakomodasi
aktivitas ekonomi yang ada.
Jika kita memperhatikan pola jaringan jalan yang ada di sumatera, maka kita akan
mendapati pola jaringan yang membagi menjadi 3 cabang jalan. Cabang pertama dinamakan
jalan lintas timur sumatera, dimana dimulai dari Lampung, Palembang, Jambi, Pekanbaru,
Medan dan berakhir di Banda Aceh. Cabang selanjutnya adalah jalan lintas tengah yang
menghubungkan Lampung, Provinsi Sumsel, Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Utara
dan berakhir di Aceh. Untuk cabang ketiga adalah jalan lintas barat yang melalui provinsi
Bengkulu, namun untuk jalan lintas barat tidak terlalu berkembang seperti jalan lintas lainnya.
Jalan lintas timur dan dapat dijelaskan dalam peta pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Peta Jalur Transportasi Pulau Sumatera
Jalan yang berwarna biru menunjukan jalan lintas tengah sedangkan merah merupakan
jalan lintas timur. Jalan lintas tersebut bermula dari provinsi Lampung yang menjadi pintu utama
9
untuk masuk ke Pulau sumatera. Jalan lintas tersebut bertemu kembali di kota medan sebagai
salah satu pusat ( Hub) di pulau sumatera.
Jika kita kembali mengkaitkan dengan potensi daerah, maka jalan lintas Sumatera
memegang peran penting dalam membentuk konektivitas daerah-daerah di Pulau Sumatera
dengan pulau-pulau lainnya. Dalam hal ini jika kita melihat pada tinjauan transportasi darat maka
peran provinsi lampung menjadi kunci utama dari terbentuknya konektivitas jaringan jalan yang
baik. Pulau sumatera dalam hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu lumbung bahan makanan
pokok, terutama untuk daerah pulau jawa dan sekitarnya, sehingga diperlukan suatu sistem
transportasi yang efisien untuk mengakomodir pergerakan yang ada.
Untuk menentukan daerah mana yang menjadi HUB dan SPOKE di pulau sumatera,
maka kita akan meninjau kembali kepada potennsi daerah. Karena sesuai dengan teori mengenai
pendulum transportasi, dimana setiap daerah memiliki daya tarik yang berbeda dengan daerah
lainnya, sehingga semakin besar daya tarik tersebut maka intensitas pergerakan di daerah
tersebut menjadi semakin tinggi. Karena ada alasan yang jelas mengapa pergerakan itu terjadi.
Apakah bertujuan untuk menyuplai barang yang ada ataupun dalam hal pergerakan manusia.
Untuk menjadi daerah HUB pada jaringan tranportasi darat, maka daerah seperti Kota
medan dan Bandar Lampung dan Palembang menjadi HUB yang memiliki daya tarik tersendiri.
Kota medan berkembang menjadi HUB karena potensi daerah yang dimiliki sangat besar.
Sehingga potensi tersebut dapat diiringi dengan sarana dan prasarana transportasi yang memadai.
Pada dasarnya sistem transportasi yang ideal adalah sistem transportasi yang memiliki kapasitas
yang tidak terbatas, dengan ketersediaan kapan saja. Proses transportasi muncul karena adanya
perbedaan potensi ekonomi pada tiap-tiap daerah. Sehingga perlu adanya hubungan saling
melengkapi antar daerah di permukaan bumi.
Tujuan dari transportasi pada intinya untuk memindahkan atribut di muka bumi. Atribut
tersebut dapat berupa manusia/makhluk hidup, barang ataupun informasi. Namun yang menjadi
ukuran yaitu terdapatnya penambahan nilai atau values yang mengikuti proses perpindahan
tersebut. Sehingga nilai dari atribut yang dipindahkan dapat bertambah pada tempat yang baru.
Dalam membahas masalah transportasi, kita mengenal istilah transportability, dimana
istilah tersebut merujuk pada tingkat kemudahan dari proses transportasi yang terjadi. Hal ini
dapat berkaitan dengan bagaimana biaya yang harus dikeluarkan dalam proses transportasi
ataupun bagaimana keadaan politik dalam mengakomodir proses transportasi antar negara.
10
2.2 Komponen Dalam Transportasi
Dalam terselenggaranya proses transportasi, maka ada beberapa komponen yang
mempengaruhi tingkat kemudahan dari proses trasnportasi tersebut. Ini disebut komponen-
komponen dalam transportasi, dimana komponen tersebut akan saling melengkapi satu dengan
yang lain.
Gambar 2.2 Komponen Transportasi
Pada gambar diatas dapat dilihat beberapa komponen dari transportasi. Disaat kita
berbicara mengenai lokasi, maka pokok pembahasan merujuk pada konfigurasi spasial dari suatu
daerah. Konfigurasi tersebut nantinya akan mempengaruhi demand dari suatu daerah terhadap
barang-barang tertentu. Sehingga nantinya akan terbentuk daerah surplus dan defisit dari suatu
barang.
Flows merujuk pada tingkat trafik yang terjadi pada sistem jaringan transportasi yang
ada. Sehingga berapa jumlah pergerakan dan volume pergerakan pada suatu sistem jaringan
transportasi dapat dijelaskan melalui konsep flow tersebut. Selain bentuk gangguan yang
mempengaruhi proses pergerakan juga dapat dikategorikan sebagai flow, dimana pengaruh
faktor jarak, keadaan jalan menjadi sangat mempengaruhi proses pergerakan.
Komponen ketiga adalah terminal, dimana terminal dapat dijelaskan sebagai salah satu
fasilitas yang mengakomodir pergerakan yang terjadi. Bagaimana nantinya kapasitas dari
terminal sangat mempengaruhi bentuk inegrasi antar wilayah yang ada.
11
2.3 Pemilihan Lokasi Secara Geografis Dalam Transportasi
LOKASI
Lokasi merujuk pada keunikan karakteristik tiap-tiap daerah di muka bumi. Kita sama-
sama sepakat bahwa setiap daerah dimuka bumi memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga
hal tersebut memepangaruhi supplay dan demand yang ada di suatu daerah. Maka dari perbedaan
tersebut akan memicu terjadinya proses transportasi.
COMPLEMENTARY
Complementary merujuk pada bentuk hubungan antar daerah. Dimana suatu daerah harus
memiliki surplus terhadap suatu produk tertentu dan daerah lain mengalami defisit. Sehingga
proses transportasi dapat terjadi.
SCALE
Skala yang dimaksud adalah luas cakupan dari proses transportasi yang terjadi. Apakah
pada tingkatan lokal, nasional, regional atau global. Hal ini sangat dipengaruhi oleh barier yang
ada. Apakah itu barier fisik maupun politik.
2.4 Typology dan Topology jaringan
Pada setiap jaringan transportasi yang ada, selalu mencerminkan tingkat konektivitas
antar sarana transportasi, maka dalam prakteknya tingkat konektivitas dari jaringan transportasi
sering disebut sebagai topologi jaringan transportasi. Hal ini dapat dijelaskan melalui gambar di
bawah ini
Gambar 2.3 Typology dan Topology Jaringan
12
Pada sistem jaringan yang berbeda akan mempengaruhi tingkat kapasitas pergerekan
yang terjadi. Pada gambar diatas terlihat jelas bahwa bentuk jaringan yang belum terintegrasi
memiliki pergerakan (Flow) yang lebih kecil jika kita bandingkan setelah terjadinya integrasi.
Sedangkan bentuk Tipologi transportasi dapat dijelaskan pada gambar dibawah ini
Gambar 2.4 Tipologi Transportasi
2.5 Hambatan Fisik Transportasi
TOPOGRAFI
Bentuk topografi dari suatu daerah sangat mempengaruhi proses transportasi yang terjadi.
Daerah pegunungan dan lembah/dataran rendah memiliki tingkat potensi pengembangan sarana
transportasi yang berbeda. Sebagai contoh daerah papua memiliki topografi bergunung dan
berbukit sehingga pengembangan sarana transportasi di sana menjadi sangat sulit. Hingga
sekarang kita masih menemukan banyak daerah yang terisolir. Contoh lainnya adalah daerah
13
Pantai Utara Jawa dan Selatan yang memiliki tingkat aksesibilitas berbeda karena disebabkan
oleh topografi wilayah.
HIDROGRAFI
Beberapa daerah masih menjadikan sungai/aliran sungai sebagai salah satu sarana
transportasi utama, terutama pada daerah-daerah yang dilalui oleh sungai-sungai besar. Bentuk
transportasi tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan hidrogeografi daerah tersebut, dengan
debit dari air sungai mempengaruhi pergerakan yang terjadi di daerah tersebut. Selain itu bentuk
pengembangan transportasi darat yang bersentuhan dengan daerah aliran sungai dapat
meningkatkan biaya pengembangan, seperti pembangunan jembatan untuk melintasi daerah
sungai.
CUACA
Cuaca juga memegang peranan penting, salah satunya pada sarana transportasi udara.
Cuaca dapat mengganggu proses pergerakan transportasi udara karena meningkatkan resiko
terjadinya suatu insiden. Sehingga kita mengenal istilah delay yang diakibatkan cuaca yang
tidak mendukung untuk terjadinya sebuah penerbangan.
2.6 Organisasi Spasial
CORE-PERIPHERI
Core peripheri merupakan suatu istilah untuk menggambarkan bagaimana bentuk
perkembangan suatu daerah jika dibandingkan dengan daerah yang lain. Core memiliki tingkat
perkembangan yang relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan perperi. Sehingga daerah core
memiliki daya tarik dan fungsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan daerah pherphery.
Daerah core sebagian besar merupakan daerah perkotaan, dengan potensi perekonomian pada
sektor non-agraris, sedangkan periperi merupakan daerah perdesaan yang masih begantung
dengan perekonomian agraris. Dimana daerah pheriphery akan menyuplai kebutuhan pokok dari
daerah core.
14
POLES
Poles dapat diartikan sebagai salah satu gaya penarik untuk terjadinya sebuah pergerakan.
dimana pada poles tertentu memiliki kecenderungan pengelompokan aktivitas ekonomi yang
tinggi, sehingga akan menarik pergerakan baik itu benda maupun manusia. Sebagai contoh untuk
Jakarta yang menjadi poles yaitu daerah Soedirman, Tanah Abang dan Jakarta Kota.
15
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pola Jaringan Transportasi Darat Antar Pulau Sumatera
Transportasi menurut Steenbrink (1974) didefinisikan sebagai perpindahan orang atau
barang dengan menggunakan kendaraan atau alat lain dari dan ke tempat-tempat yang terpisah
secara geografis. Penyediaan fasilitas yang mendukung pergerakan yang cepat, aman, nyaman
dan sesuai dengan kebutuhan akan kapasitas angkut menyesuaikan dengan jenis moda yang
digunakan. Semakin banyak permintaan akan kebutuhan transportasi yang semakin banyak,
sehingga dibuat jalur-jalur transportasi yang cepat, aman, nyaman dan sesuai kebutuhan. Apalagi
jika ditambah tempat tujuan yang jaraknya jauh seperti antar pulau. Jalur transportasi udara kini
banyak dipilih masyarakat untuk sampai ke tempat tujuan disamping waktu tempuhnya yang
tidak lama dan juga untuk sebagian kalangan masyarakat masih terjangkau. Jalur laut juga
menjadi pilihan masyarakat bepergian antar pulau, dengan kapasitas muat yang banyak
transportasi ini dipilih masyarakat ketika bepergian beramai-ramai. Selain dua jalur transportasi
tersebut, perpindahan antar pulau ini dapat dilakukan juga melalui jalur darat. Moda transportasi
yang biasanya digunakan ialah bus. Bus ini memiliki kapasitas muatan yang juga cukup banyak.
Seperti yang kita ketahui, pulau Sumatera merupakan salah satu pulau yang akses
transportasinya cukup mudah. Tersedia mulai dari jalur udara, laut dan darat. Untuk transportasi
darat antara pulau Sumatera, terdapat salah satu perusahaan transportasi yang melayani
trasnportasi antar pulau, yaitu perusahan ALS (Angkutan Lintas Sumatera). Jenis moda yang
digunakan perusaahan ini ialah bus. Namun, perusahaan ini melayani transportasi hanya sampai
pulau Jawa saja. adapun rute yang disediakan pihak perusahaan sebagai berikut :
No Kota Asal Kota Tujuan
1
Medan
Jakarta
2 Cikampek
3 Bandung
16
4 Cirebon
5 Semarang
6 Yogyakarta
7 Malang
8 Denpasar
9 LumajangJember/Situbondo
10 Banyuwangi
11 Pasuruan
12 Jakarta
Medan
13 Pekanbaru
14
Bandung
Bandar Lampung
15 Baturaja
16 Muara Enim
17 Lahat
18 Lubuk Linggau
19 Bangko
20 Muara Bungo
21 Padang
22 Solok
23 Kota Nopan
24 Sipirok
25 Tarutung
26 Balige
27 Parapat
28 Pematang Siantar
29 Medan
30 Bagan Batu
31 Palembang
32 Jambi
Pekanbaru
17
33
34 Dumai
35 Duri
Tabel 2. Daftar Distribusi Transportasi Darat Antar Pulau Sumatera
Dari rute perjalan di atas dapat dillihat bahwa kota yang paling banyak memiliki aktivitas
ke Pulau Sumatera ialah kota Bandung di Jawa Barat.
Berdasarkan rute perjalanan darat yang dilalui dapat diketahui bagaimana pola jaringan
transportasi darat pulau Sumatera. Adapun pola yang terbentuk adalah pola point – to – point.
Pola ini terbentuk karena aktivitas transportasi yang terjadi tidak hanya tertuju pada satu titik saja
melainkan menyebar ke beberapa tempat. Seperti kita ketahui bahwa pulau jawa merupakan
pulau dengan penduduk terbanyak. Sehingga akan ada banyak aktivitas masyarakat disana, selain
itu Pulau Jawa merupakan pulau dengan aktivitas perdagangan yang sangat tinggi. Kemudian,
ditinjau dari sifat orang Sumatera yang memiliki sifat selalu ingin merantau, rute perjalanan
menuju Sumatera dari Bandung dapat kita asumsikan bahwa yang pergi ke kota-kota tujuan bus
tersebut merupakan orang-oranng Sumatera yang merantau ke pulau jawa atau orang-orang yang
bertujuan untuk berdagang.
3.2 Pola Jaringan Transportasi Laut Antar Pulau Sumatera
Gambar 3.1 Tracking Kapal di Pelabuhan Merak-Bakauheni
18
Pelabuhan Merak dan Bakauheni merupakan salah satu jalur utama dalam penghubung
antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Dalam proses berjalannya pelabuhan penyeberangan ini
sangat jelas terlihat bahwa pelabuhan penyeberangan ini merupakan unsur utama dalam
terhubungnya Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa. Pelabuhan ini merupakan Hub di Pulau
Sumatera. Fungsi dari Pelabuhan Merak-Bakauheni yaitu sebagai pembentuk suatu regional
spatial dalam hal berbagai kegiatan pelayanan jasa dan sebagai unsur utama dalam pelayanan
perekonomian. Secara keruangan efek yang diberikan oleh adanya pelabuhan penyeberangan
Bakauheni – Merak ini berdampak di wilayah regional dan lokal. Rute dari pelabuhan
penyeberangan ini yaitu berupa titik dan bersifat intangible.
Pelabuhan penyeberangan Bakauheni-Merak dibangun tahun 1912, pada masa Kolonial
Hindia Belanda. Masa lalu, pelabuhan ini digunakan untuk memindahkan barang-barang dan
komoditas ekspor dari Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Lalu, saat ini Pelabuhan Penyeberangan
Bakauheni-Merak digunakan untuk moda transportasi laut dan sebagai alat untuk melakukan
kegiatan ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di dua pulau besar, yaitu Pulau Sumatera dan
Pulau Jawa. Memiliki berbagai rencana yang akan digunakan untuk pelabuhan internasional dan
masih akan berkembang.
Secara topologi jaringan transportasi laut ini menggunakan tipe tipologi Mode. Dimana
dalam tipologi ini menjelaskan bahwa adanya jaringan transportasi laut dan kemudian akan
dilanjutkan dengan transportasi darat serta menggunakan tipe model hirarki. Pusat masuknya
masyarakat antar pulau di Pulau Sumatera berada pada Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni-
Merak. Berdasarkan model Mode dan Hirarki, transportasi yang digunakan untuk menggunakan
moda transportasi laut yaitu dengan menggunakan transportasi darat. Interaksi tertinggi dari
Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni-Merak yaitu dengan Pulau Jawa. Distribusi yang sangat
jelas dari penggunaan moda transportasi ini yaitu memiliki di interaksi tinggi dengan Kota
Medan, Jakarta dan Bandung, kemudian akan tersebar di beberapa daerah Pulau Jawa dan
Sumatera.
19
Gambar 3.2 Pola Jaringan Transportasi Laut dan Darat
3.3 Pola Jaringan Transportasi Udara Antar Pulau Sumatera
Untuk menunjang transportasi udara, Pulau Sumatra memliki banyak bandara baik untuk
penerbangan dosmetik maupun internasional. Bandara ini berfungsi untuk menghubungkan pulau
Sumatra dengan pulau-pulau lainnnya, diantaranya ada :
Gambar 3.3 Persebaran bandara di Pulau Sumatra
20
1. BTJ - Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda , Banda Aceh
2. BTH - Bandar Udara Internasional Hang Nadim, Batam
3. KNO - Bandar Udara Internasional Kuala Namu, Deli Serdang
4. SGT - Bandar Udara Internasional Silangit, Siborong-borong
5. LSW - Bandar Udara Internasional Malikus Saleh, Lhokseumawe
6. RGT - Bandar Udara Internasional Japura, RengatMEQ - Bandar Udara Internasional Cut
Nyak Dhien Nagan Raya, Nagan Raya
7. PDG - Bandar Udara Internasional Minangkabau, Kota Padang
8. PKU - Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru
9. PLM - Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang
10. TNJ - Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah, Tanjungpinang
11. TKG - Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung Selatan, Lampung Selatan
Untuk pembahasan kali ini, penulis mengambil bandara internasional untuk menganalisa
jaringan dan pola transportasi udara, diantaranya yaitu:
Daftar Nama dan Kode Bandara International di Wilayah Sumatera
1 Sumatera Banda Aceh BTJ -Bandar Udara Sultan Iskandar Muda
2 Medan MES -Bandar Udara Polonia, Kualanamu
3 Kepulauan Riau
(beroperasi mulai 29
Febuari 2007)
TNJ -Bandar Udara Internasional Raja Haji
Fisabilillah, Tanjung Pinang atau -Bandar Udara
Kijang, Tanjung Pinang
4 Pekanbaru PKU -Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II
5 Padang (beroperasi mulai
22 Juli)
PDG -Bandar Udara Minangkabau
21
6 Palembang PLM -Sultan Mahmud Badaruddin II
7 Batam BTH -Bandar Udara Hang Nadim
Tabel 3. Daftar Kode Bandar Udara Internasional di Wilayah Sumatera
Berikut merupakan titik Bandar Udara daerah tujuan penerbangan di bandara di Sumatra
Gambar 3.4 Lokasi Bandar Udara di Pulau Sumatera
Berikut merupakan rute penerbangan pesawat di bandara Sumatra yang memperlihatkan
adanya hubungan antar pulau:
1. Bandara Iskandar Muda, Aceh
22
Daerah asal: Jakarta, Medan, Batam, Kutacane (Banda Aceh)
2. Bandara Kualanamu, Medan
Daerah asal: Kutacane, Jakarta, Pekanbaru, Gunung Sitoli (Sumut), Sibolga
3. Kepulauan Riau
Daerah asal: Jakarta, Dabo Singkep, Pekanbaru
23
4. Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru
Daerah asal: Jakarta, Bandung, Tanjung Pinang, Surabaya, Yogya, Batam, Medan, Palembang
5. Bandara Internasional Minangkabau, Padang
Daerah asal: Jakarta, Bandung, Medan, Batam
24
6. Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang )
Daerah Asal : Jakarta, Bandar Lampung, Surabaya, Yogyakarta, Pangkal Pinang
7. Batam Batam (Bandar Udara Hang Nadim)
25
Daerah asal: Jakarta, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru, Semarang, Pontianak,
Banjarmasin, Bandar Lampung, Medan, Balikpapan, Banda Aceh, Bandung, Denpasar Bali,
Surabaya, Jambi
Penggabungan jalur transportasi udara di antara pulau Sumatra dan pulau-pulau lainnya
Gambar 3.5 Rute penerbangan pesawat terbang di Sumatra yang hanya dapat dihubungkan
dengan 2 pulau, yaitu pulau Jawa, Batam, Kalimantan dan Kepulauan Riau.
Network/jaringan dibentuk oleh rute (berupa lines) dan titik (nodes). Pada peta rute
penerbangan transportasi udara di Pulau Sumatra diatas titik (nodes) yang berwarna merah
mewakili bandara-bandara yang ada di Sumatra, sedangkan nodes yang berwarna kuning
mewakili daerah asal pesawat. Sedangkan rute perjalanan pesawat terbang antar bandara di
digambarkan dengan garis yang berwarna-warni. Rute pada transportasi udara disebut juga
dengan rute yang intangible.
26
Bandara di Sumatra hanya menghubungkan beberapa pulau, jalur penerbangannya tidak
mencapai seluruh pulau yang ada Indonesia, pulau yang terhubung diantaranya yaitu pulau Jawa,
Kalimantan, Batam dan Kepulauan Riau. Rute perjalanan pesawat yang terbanyak adalah menuju
Jakarta, yaitu di Bandara Soekarno Hatta. Hal ini disebabkan Bandara Soekarno Hatta
merupakan bandara terbesar/pusat dan merupakan bandara internasional serta memiliki maskapai
penerbangan yang lebih lengkap. Untuk mencapai daerah-daerah lain di pulau Jawa, pesawat
yang berasal dari bandara Sumatra harus terlebih dahulu transit di bandara Soekarno Hatta.
Namun, ada beberapa pesawat dari bandara Sumatra langsung menuju bandara di Pulau Jawa
maupun Kalimantan, daerah tujuannya antara lain: Bandung, Semarang, Surabaya, Bali,
Semarang, Yogyakarta, Balikpapan, Banjarmasin dan Pontianak. Rute pesawat terbang dengan
jalur yang paling banyak adalah di Batam (Bandar Udara Hang Nadim) dengan tujuan
penerbangan yaitu: Jakarta, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru, Semarang, Pontianak,
Banjarmasin, Bandar Lampung, Medan, Balikpapan, Banda Aceh, Bandung, Denpasar Bali,
Surabaya, Jambi. Dengan berkembangnya teknologi pada saat sekarang ini membuat transportasi
udara yang ada di Sumatra berkembang juga. Hal ini dibuktikan dengan hampir di setiap provinsi
di Pulau Sumatra memiliki bandara sendiri. Keadaan ini mengakibatkan aksesibilitas penduduk
dari dalam maupun luar pulau Sumatra lebih mudah untuk melakukan mobilisasi dan berinteraksi
satu sama lain.
Tipologi dari jaringan transportasi udara di Sumatra membentuk pola random. Hal ini
bisa dilihat dari persebaran bandar udara yang menyebar pada tiap-tiap provinsi di Sumatra.
3.4 Kajian Core dan Poles
Poles dan core sangat erat kaitannya dengan transportasi. Hal ini dikarenakan
karakteristik suatu daerah akan berbeda tergantung pada daya tarik dari daerah tersebut. Salah
satu bentuk pengembangan yaitu dengan adanya koridor ekonomi seperti yang ditunjukan
Gambar 3.6
27
Jika kita perhatikan maka daerah-daerah sumatera bagian timur atau yang berbatasan
dengan selat malaka memiliki potensi pengembangan yang besar. Beberapa kota seperti Bandar
Lampung, Palembang, Jambi, Pekanbaru dan Medan. Jika kita mengkaitkan dengan jaringan
transportasi yang ada, maka menjadi suatu pertimbangan bahwa daerah-daerah inti dari
perekonomian di pulau sumatera harus memiliki sarana transportasi penghubung yang memadai.
Sedangkan untuk beberapa kota seperti padang dan bengkulu masih diarahkan sebagai
kota KEK (Kawasan Ekonomi Khusus). Jika kita kaitkan dengan variabel lain, maka daerah di
pantai sepanjang pantai barat sumatera memiliki potensi pengembangan yang relatif sulit.
Dikarenakan topografi yang curam. Bentuk gambaran peta mengenai bentuk topografi di pulau
sumatera dapat dilihat pada Gambar 3.7
Gambar 3.6 Koridor perekonomian Indonesia
Gambar 3.7 Topografi Pulau Sumatera
28
Dari peta tersebut jelas tergambar bahwa daerah pulau sumatera bagian timur cenderung
memiliki topografi yang relatif datar jika dibandingkan dengan daerah sebelah barat pulau
sumatera. Tentu hal tersebut akan mempengaruhi potensi suatu daerah untuk berkembang.
Sehingga berdasarkan rencana pengembangan koridor ekonomi dipilihlah daerah sumatera
bagian timur sebagai pusat-pusat aktivitas ekonomi di pulau sumatera.
Jika kita lihat dari karakteristik jalan utama pulau sumatera, maka kita akan menemukan
bahwa bentuk jaringan transportasi berpola/berbentuk flow. Dimana model tersebut menjadikan
daerah sumatera bagian timur sebagai inti/pusat dari aktivitas ekonomi yang ada.
Gambar 3.8 Model Flow
Jika kita analisis melalui kesesuaian lokasi transportasi laut, maka daerah sumatera
bagian timur lebih memiliki potensi besar untuk pengembangan daerah. Hal ini dikarenakan
letaknya yang strategis dan berada di selat malaka. Sehingga jika dikaitkan dengan kesesuaian
koridor transportasi sudah memenuhi keadaan lokasi baik itu fisik maupun melalui pendekatan
ekonomi. Untuk bentuk analisis potensi berdaasarkan lokasi perairan nasional dapat dijelaskan
melalui Gambar 3.8
29
3.5 Topologi Jaringan Transportasi di Pulau Sumatera
Topologi jaringan transportasi erat kaitannya dengan hubungan atau keterkaitan antar
moda transportasi yang ada. Untuk pulau sumatera, bentuk moda transportasi yang tersedia
diantaranya melalui jalur darat berupa kendaraan bermotor, kereta. Sedangkan untuk jalur udara
setiap provinsi sudah memiliki bandara tersendiri. Selain itu terdapat pelabuhan yang memegang
peranan penting terhadap konektivitas dengan pulau lainnya.
Beberapa kota di Sumatera telah memiliki Topologi transportasi yang baik. Dimana pada
setiap moda transportasi telah memiliki konektivitas satu dan lainnnya. Diantaranya bandara
kualanamu di Sumatera utara, yang memiliki alternatif moda transportasi darat yang memadai.
Dalam hal ini terdapat bus, taxy, travel dan kereta api. Sehingga transportasi yang terjadi
menjadi lebih lancar. Selain itu bentuk pengembangan proyek tol dari pelabuhan bakauheni di
lampung menjadi salah satu rencana utama dalam memperbaiki topologi transportasi di pulau
sumatera.
Gambar 3.9 ALKI
30
Jadwal Kereta Kualanamu-Medan Bus Bandara Kualanamu
Gambar 3.10 Bentuk integrasi pelabuhan dan terminal Bakauheni
Dalam praktek perencanaa integrasi antar moda transportasi yang ada, maka dibentuk
beberapa rencana, diantaranya membangun jalan tol sumatera yang mengintegrasikan antara
sarana transportasi laut dan udara dengan sarana transportasi darat. Selain itu bentuk efisiensi
tersebut dapat meningkatkan konektivitas antar daerah-daerah di sumatera karena memperkecil
31
barier yang ada. Berikut pada Gambar 3.11 diperlihatkan bentuk integrasi antar sarana
pelabuhan, ban dara dan jalan tol di wilayah provinsi sumatera utara.
:
Gambar 3.11 Jalan Tol Sumatra Utara
Sehingga jika diperhatikan dari peta tersebut dapat dibuat model keterkaitan antar moda
transportasi yang diakomodir dengan adanya jalan tol sumatera utara. Sehingga arus pergerakan
baik itu manusia maupun barang menjadi lebih efisien.
3.6 Kajian Integrasi Pulau Sumatera dan Pulau di Sekitarnya
Pulau sumatera merupakan salah satu pulau besar di NKRI yang memiliki potensi alam
yang besar, baik itu potensi dalam sektor agraris, pertambangan maupun perdagangan. Dengan
pentingnya peran pulau sumatera maka menjadikan pulau ini memiliki daya tarik tersendiri
32
dalam konteks hubungan dengan pulau lainnya. Bentuk konektivitas ini dikarenakan
ketergantungan antar satu pulau dengan pulau lainnya. Kita ambil contoh pulau sumatera
menjadi salah satu pemasok kebutuhan pokok seperti sayur, beras ke pulau lainnya seperti jawa
dan kalimantan, sehingga arus pergerakan barang antar pulau tidak dapat terelakan.
Dalam konteks hubungan antar pulau sumatera dan pulau jawa, maka peran sarana
pelabuhan menjadi kunci utama, dimana pelabuhan merak dan bakauheni menjadi salah satu
prasaranan yang mengakomodir pergerakan lintas pulau. Walaupun telah dicetuskan untuk
membuat jembatan selat sunda. Pulau jawa selaku pulau dengan jumlah penduduk terbesar dan
menjadi sentral perekonomian nasional menjadikan pulau sumatera sebagai salah satu pulau
yang mengakomodir kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dalam internal pulau jawa, sehingga
bentuk hubungan antar pulau ini menjadi sangat intensif. Terlebih lagi jarak antar dua pulau yang
tidak terlalu jauh, yang hanya dibatasi oleh selat sunda. Bentuk karakteristik dari pelabuhan
bakauheni selaku pelabuhan utama penghubung antara jawa dan sumatera dapat dilihat pada
Gambar 3.12 dan 3.13
Gambar 3.12 Sketsa Pelabuhan Bakauheni
33
Gambar 3.13 Profile Pelabuhan Bakauheni
Selain Pulau Jawa, terdapat hubungan yang intensif antara pulau sumatera dengan pulau
bangka belitung. Dimana hubungan tersebut terjadi antara provinsi sumatera selatan dan provinsi
bangka belitung. Sejarahnya dua provinsi tersebut pernah menyatu. Hingga akhirnya pada tahun
2000 Bangka Belitung menjadi provinsi tersendiri. Namun jika kita merunut pada aspek spasial,
maka bentuk interpedensi antar dua provinsi tersebut tidak akan hilang begitu saja, karena secara
sejarah daerah tersebut pernah menjadi satu kesatuan provinsi yang saling terkait. Sehingga
beberapa isu yang ada mengatakan bahwa ada kemungkinan untuk membangun jembatan
penghubung antara pulau Bangka Belitung dan pulau Sumatera (Republika.co.id). Selaku
prasarana transportasi utama masih melalui jalur laut. Yaitu melalui pelabuhan Tanjung api api.
34
Bentuk hubungan ketiga adalah antara pulau sumatera dengan kepulauan Riau, yang
secara garis besar memiliki keterikatan layaknya sumatera selatan dan bangka belitung. Karena
pada mulanya Provinsi kepulauan Riau dan Riau pernah menjadi satu. Pelabuhan yang
memegang peranan penting dalam mengakomodir pergerakan yang ada diantaranya pelabuhan
Dumai. Karena jika dilihat dair potensi daerah, maka Dumai menjadi salah satu kota di Provinsi
Riau yang memiliki potensi minyak yang besar. Sehingga nantinya akan memiliki daya tarik
tersendiri terhadap daerah lain disekitranya.
Salah satu pusat ekonomi lainnya di Pulau Sumatera adalah Kota Medan, dimana kota
medan dalam konteks hubungan dengan pulau lainnya menjadikan pelabuhan belawan menjadi
salah satu pelabuhan utama yang mengakomodir pergerakan yang terjadi. Dengan fakta bahwa
provinsi Sumatera utara menjadi salah satu provinsi dengan PDRB yang besar di pulau sumatera,
maka peran daerah ini menjadi sangat vital dalam konteks hubungan dengan pulau lainnya.
Karena potensi sumber daya alam yang besar. Pelabuhan belawan menjadi salah satu pelabuhan
yang besar di pulau sumatera, dan menjadi salah satu pelabuhan terpadat setelah pelabuhan
bakauheni di provinsi Lampung. Untuk mendapatkan gambaran mengenai pelabuhan Belawan
dapat dilihat pada Gambar 3.14
Gambar 3.14 Pelabuhan Dumai
35
Gambar 3.15 Pelabuhan Belawan
3.7 Kajian “Transpor supplay and demand”
Dalam konteks transport supplay and demand dari pulau sumatera, kita dapat
menggunakan pendekatan kapasitas maksimum dari hub-hub yang ada di sumatera dan
bagaimana bentuk pergerakan yang terjadi, apakah infrastruktur sudah mengakomodir
pergerakan atau belum.
Kita akan memulai kajian transportasi penghubung antar pulau melalui Udara. Dalam hal
ini Bandara menjadi salah satu kunci utama dalam terciptanya pergerakan yang memadai. Dalam
tulisan ini kami akan menyajikan fakta dari 4 Bandara utama, yaitu Polonia, Minangkabau,
Sultan Mahmud Baharudin II, Sultan Syarif Kasim II. Untuk data jumlah penumpang bisa dilihat
pada grafik 1,2 dan 3
36
Grafik 1. Keberangkatan Pesawat dari Sumatera
Grafik 2. Kedatangan Pesawat Menuju Sumatera
01000020000300004000050000
KEBERANGKATAN
2011
2012
2013
2014
2015
010000200003000040000
KEDATANGAN
2011
2012
2013
2014
2015
37
Grafik 3. Transit Pesawat
Jika kita perhatikan maka daerah Sumatera utara khusus kota Medan menjadi salah satu
daerah yang memiliki demand transportasi yang tinggi. Maka untuk mengakomodir kebutuhan
yang tinggi dibuatlah bandara baru yaitu kualanamu. Karena bandara polonia sudah tidak mampu
lagi menampung jumlah pergerakan yang terjadi. Namun untuk bandara lainnya tidak
menunjukan intensitas transportasi yang tinggi. Hal ini juga bekaitan dengan pemilihan alternatif
transportasi yang berbeda.
050000
100000150000200000
TRANSIT
2011
2012
2013
2014
2015
38
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pulau Sumatera memiliki interaksi yang tinggi antar pulau – pulau di Indonesia dan
menjadi pulau penghubung interaksi antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera itu sendiri. Interaksi
antar pulau – pulau di Indonesia ini dihubungkan melalui jalur transportasi darat, laut dan udara.
Setiap jalur memiliki rute/tujuan yang berbeda. Namun, dari semua rute jalur transportasi yang
paling banyak memiliki interaksi antara Pulau Sumatera ialah Pulau Jawa. Jalur – jalur tersebut
membentuk sebuah jaringan transportasi yang membentuk tipologi Mesh. Jaringan tersebut
terbentuk berdasarkan rute jalur transportasi yang menyebar ke berbagai kota satu ke kota yang
lain di pulau – pulau di Indonesia baik melalui jalur darat, laut ataupun udara.
39
DAFTAR PUSTAKA
Rodney,Tolley. “Sustainanble Transport”. 2000
Rodrigue,J-P; C. Comtois, B. Slack. 2006
David,Benister. “Transport and Urban Development”. 1995
Kementrian Perhubungan “Informasi Geospasial Transportasi Udara”, 2011
Kundang Karsono (2015). Sejarah Pelabuhan Penyeberangan Merak-Bakauheni. Diakses melalui
http://kundang.weblog.esaunggul.ac.id/2013/08/03/pelabuhan-penyebrangan-merak-dan-bakau-
heni/
Badan Pusat Statistik. http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/17 diakses 10 Maret 2016
Departemen Perhubungan. http://hubud.dephub.go.id/?id/bandara/index diakses 10 Maret 2016
http://atmaja.staff.umy.ac.id/files/2012/06/Bagian-1.pdf (diakses 10 Maret 2016)
http://minangkabau-airport.co.id/ (diakses 10 Maret 2016)
http://rajahajifisabilillah-airport.co.id/ (diakses 10 Maret 2016)
http://smbadaruddin2-airport.co.id/ (diakses 10 Maret 2016)
http://sultaniskandarmuda-airport.co.id/id/airport/flight-information (diakses 10 Maret 2016)
http://www.daftar.co/nama-bandara-di-indonesia/ (diakses 10 Maret 2016)