Toxic Optic Neuropathy e.c Alcohol
-
Upload
deden-panji-wiguna -
Category
Documents
-
view
184 -
download
2
description
Transcript of Toxic Optic Neuropathy e.c Alcohol
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Optik neuropati toksik yaitu suatu sindrom yang ditandai oleh kerusakan
bundel papilomakular, skotoma sentral maupun sekosentral, dan pengurangan
penglihatan warna atau suatu kondisi yang ditandai oleh gangguan penglihatan
yang disebabkan oleh toksin yang merusak nervus optikus.
Walaupun sindrom tersebut diklasifikasikan sebagai neuropati optik, lesi
primernya tidak selalu pada nervus optikus, dan dapat terjadi kemungkinan pada
retina, kiasma, atau traktus optikus.
Pradeep Sharma and Reena Sharma. Toxic optic neuropathy
Indian J Ophthalmol. 2011 Mar-Apr; 59(2): 137–141.
2.2 Etiologi
Penyebab neuropati optik toksik yang sering diantaranya yaitu konsumsi
metanol (alkohol kayu), glikol etilen (antibeku otomotif), disulfiram (digunakan
untuk mengobati alkoholisme kronis), amiodaron, digitalis, hidroquinolon
terhalogenasi (obat amebisid), streptomisin, etambutol dan isoniazid (pengobatan
TB), dan antibiotik seperti sulfonamid, linezolid dan kloramfenikol, Tembakau,
alkohol dan nutrisi juga merupakan penyebab dari neuropati optik toksik.
Biasanya faktor toksik dan nutrisi bersamaan berperan pada gangguan tersebut.
Tabel 2.1 Common causes of toxic optic neuropathy
Alcohols: Methanol, ethylene glycol (antifreeze)
Antibiotics: Chloramphenicol, sulfonamides, linezolid
Antimalarials: Chloroquine, quinine
Antitubercular drugs: Isoniazid, ethambutol, streptomycin
Antiarrhythmic agents: Digitalis, amiodarone
Anticancer agents: Vincristine, methotrexate
Heavy metals: Lead, mercury, thallium
Others: Carbon monoxide, tobacco
Pradeep Sharma and Reena Sharma. Toxic optic neuropathy
Indian J Ophthalmol. 2011 Mar-Apr; 59(2): 137–141.
2.3 Anatomi dan Fisiologi
Visual pathway bermula di retina, dan terdiri dari saraf optik, kiasma
optikus traktus optikus, lateral geniculate bodies, optic radiations dan korteks
visual. Panjang saraf optik ± 45-70 mm, terdiri atas 4 bagian yaitu intra okuli
(1mm), intra orbita (30 mm), intra kanalikuli (6-9mm), dan intra kranial (10mm).
Optic nerve head atau disebut papil berbentuk oval dengan diameter 1,5mm dan
aksis vertikal yang lebih panjang. Aliran darah saraf optik dan papil sangat
kompleks. Saraf optik, anatominya bermula di diskus optikus tetapi menurut
fisiologi dan fungsinya bermula di lapisan sel ganglion retina. Saraf optik terdiri
dari 1-1,2 juta ganglion sel akson. Kehidupan akson saraf optik sangat tergantung
pada produksi metabolik di dalam ganglion sel retina, merupakan suatu sistem
yang bergantung pada konsentrasi oksigen di dalamnya. Sistem transport aksonal
sangat peka terhadap proses iskemik,inflamasi dan kompresi. Terputusnya
transport aksonal akibat berbagai penyebab akan menyebabkan gangguan pada
diskus optik dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan.
Gambar 2.1 retina normal dilihat dari oftalmoskop.
Retina merupakan reseptor permukaan untuk informasi visual, lapisan
ketiga dan terdalam dari bola mata. Sebagaimana halnya nervus optikus, retina
merupakan bagian dari otak meskipun secara fisik terletak di perifer dari sistem
saraf pusat (SSP). Komponen yang paling utama dari retina adalah sel-sel reseptor
sensoris atau fotoreseptor dan beberapa jenis neuron dari jaras penglihatan.
Lapisan terdalam (neuron pertama) retina mengandung sel-sel fotoreseptor (sel
batang dan sel kerucut) dan dua lapisan yang lebih superfisial mengandung
neuron bipolar (lapisan neuron kedua) serta sel-sel ganglion (lapisan neuron
ketiga). Sel-sel fotoreseptor berperan untuk mengubah rangsang cahaya menjadi
impuls saraf. Dari fotoreseptor, impuls diteruskan ke sel bipolar kemudian ke sel
ganglion. Sekitar satu juta akson dari sel-sel ganglion ini berjalan pada lapisan
serat retina ke papila atau diskus optikus kemudian keluar dari bola mata sebagai
nervus (II) optikus.
Diskus optikus merupakan tempat keluarnya persarafan bola mata, Pada
bagian tengah diskus optikus tersebut keluar cabang-cabang dari arteri retina
sentral yang merupakan cabang dari a.oftalmika dan vena retina sentral. Cabang
dari arteri retina sentral berfungsi member nutrisi ke permukaan anterior retina.
Vena retina sentral mengalirkan darah dari retina ke diskus optikus.
Gambar 2.2 struktur mikroskopis retina.
Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di
depan tubersinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung
menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum. Di depan tuber sinerium nervus
optikus kanan dan kiri bergabung menjadi satu berkas membentuk kiasma
optikum, dimana serabut bagian nasal dari masing-masing mata akan bersilangan
dan kemudian menyatu dengan serabut temporal mata yang lain membentuk
traktus optikus dan melanjutkan perjalanan untuk ke korpus genikulatum lateral
dan kolikulus superior. Kiasma optikum terletak di tengah anterior dari sirkulus
Willisi. Serabut saraf yang bersinaps di korpus genikulatum lateral merupakan
jaras visual sedangkan serabut saraf yang berakhir di kolikulus superior
menghantarkan impuls visual yang membangkitkan refleks opsomatik seperti
refleks pupil.
Setelah sampai di korpus genikulatum lateral, serabut saraf yang membawa
impuls penglihatan akan berlanjut melalui radiatio optika (optic radiation) atau
traktus genikulokalkarina ke korteks penglihatan primer di girus kalkarina.
Korteks penglihatan primer tersebut mendapat vaskularisasi dari a. kalkarina yang
merupakan cabang dari a. serebri posterior. Serabut yang berasal dari bagian
medial korpus genikulatum lateral membawa impuls lapang pandang bawah
sedangkan serabut yang berasal dari lateral membawa impuls dari lapang pandang
atas.
Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. The
special senses. 12th ed. John Wiley & Sons, Inc. 2009. USA.
Gambar 2.3 jalur visual.
2.4 Tembakau-Alkohol Optik Neuropati
Tembakau-alkohol optik neuropati terjadi pada pasien yang menderita optik
neuropati secara lambat dan progresif yang merupakan pecandu alkohol atau
perokok berat, dimana penyebab lain telah disingkirkan. Hal tersebut biasanya
terjadi setelah bertahun-tahun merokok atau mengkonsumsi alkohol. Sulit
dilakukan untuk memisahkan toksisitasnya, karena biasanya pasien sering
mengonsumsi keduanya.
Penggunaan tembakau sendiri tanpa dengan penggunaan alkohol, bukti
untuk mengetahui toksisitas dari tembakau tersebut lemah. Banyak orang
merokok, tetapi hanya beberapa yang menderita neuropati optik. Penjelasan
mengenai toksisitas tembakau yaitu akumulasi dari zat sianida yang mengganggu
proses fosforilasi oksidatif dan menyebabkan demielinisasi. Secara genetik kadar
vitamin B12 yang rendah, yang mengikat ion sianida, dan kurangnya
mengonsumsi asam amino (metionin, sistein, sistin) dibutuhkan untuk
mendetoksifikasi sianida dapat mengurangi sensitivitas efek toksik tembakau.
Apakah alkohol secara langsung bersifat toksik terhadap nervus optikus atau
alkoholisme menyebabkan gangguan pada penderita secara tidak langsung yang
mengakibatkan berbagai abnormalitas metabolik, termasuk diet yang buruk dan
malabsorpsi masih diperdebatkan, walaupun neurotoksisitas alkohol secara
langsung telah diujicoba. Seperti pengguna tembakau, banyak orang yang
mengonsumsi berat alkohol namun hanya beberapa yang menderita optik
neuropati.
Trobe JD. The neurology of vision. Optic Neuropathy. Oxford University
Press, Inc. 2001. New York.
2.5 Gejala dan Tanda
Toxic and nutritional optic neuropathies resemble each other in terms of their clinical presentation in that their presentation is simultaneously bilateral. When a patient is suspected of having an optic neuropathy, a thorough history is invaluable and should cover diet (eg, how much and what the patient eats); drug/toxin exposure (eg, heavy metals, fumes, solvents); social history (eg, fixed income, amount of money left to buy food after tobacco and alcohol), including tobacco and alcohol use; and occupational background, with details on whether similar cases exist among coworkers. Treatment of any chronic disease such as pernicious anemia should always be elucidated.
A family history should also be taken. Persons with alcoholism are not always forthcoming with their drinking habits; therefore, obtaining these details, along with diet details, from friends or relatives may be more reliable. A review of systems should include inquiries about sensory symptoms in the extremities and about gait disturbances because these might reflect a nutritional or toxic peripheral neuropathy and/or a related toxic cerebellar degeneration.
Dimness of vision is the outstanding symptom. Patients gradually become aware of a
blur in the center of their reading vision, which continues to slowly progress. This
insidious onset often delays early detection, which, in turn, leads to delayed treatment
as well. Initially, only one eye may be involved, but the cloud will eventually appear in
both eyes, causing the vision to decline. If the visual loss is unilateral or if a significant
difference in the visual acuity is present between the 2 eyes, other diagnoses should be
considered. Some patients may notice that certain colors look faded, or they may
experience a general loss of color perception. Dyschromatopsia can be the initial
symptom in toxic/nutritional optic neuropathies. Neither of these conditions has orbital
pain or pain on ocular movement as one of its symptoms. For such cases, other
diagnoses should be considered.
Gambaran saraf optik biasanya normal, tapi pembuluh darah di peripapiler
melebar dan terdapat perdarahan. Penurunan penglihatan dapat terjadi sebelum
terdapat perubahan pada diskus optikus yang dideteksi oleh OCT.
Pada optik neuropati toksik, ketajaman visual dapat bervariasi dari sedikitnya
penurunan visual sampai tidak adanya persepsi cahaya yang jarang
terjadi. Kebanyakan pasien memiliki visus 20/200 atau lebih baik.
Bila pupil dinilai, tidak diharapkan satupun ditemukannya cacat afereb
relatif pupil karena neuropati optik hampir selalu bilateral dan simetris.
Namun, pada kebanyakan pasien, pupil yang bilateral lesu terhadap
cahaya.
Persepsi warna harus dinilai karena diskromatopsia adalah fitur konstan
dalam kondisi ini.
Dalam nutrisi optik neuropati, optic disk mungkin normal atau sedikit
hiperemis pada tahap awal. Dalam sebuah kelompok kecil pasien
dengan optic disk hiperemis, orang bisa menemukan serpihan kecil
perdarahan. Beberapa bulan bahkan beberapa tahun kemudian dalam
perjalanan penyakit, seseorang mungkin menemukan bundel
papillomacular terputus dan optik disk bagian temporal berwarna pucat.
diikuti dengan atrofi optik.
Pada tahap awal neuropati optik toksik, kebanyakan pasien saraf optiknya terlihat
normal, tetapi dapat terjadi edema optik disk dan hiperemi pada beberapa
intoksikasi, terutama pada keracunan akut. Hilangnya bundel papillomacular dan
berlanjutnya atrofi optik tergantung pada toksin yang bertanggung jawab.
Tobacco–alcohol amblyopia
The appearance of the optic nerve is usually normal, but peripapillary dilated vessels and hemorrhages have been described. Although this syndrome has been classified as optic neuropathy, the primary lesion has not actually been localised to the optic nerve and may possibly originate in the retina, chiasm, or even the optic tracts.[19] Vision loss may precede optic disc changes as detected by OCT in a patient with tobacco-alcohol amblyopia.[21]
Gambar 2.4
2.6 Patofisiologi
Pada banyak kasus, penyebab optik neuropati toksik adanya gangguan
suplai pembuluh darah jaringan atau gangguan metabolisme. Konfigurasi yang
tidak biasa dari suplai pembuluh darah ke diskus optikus mungkin menjadi
penyebab berakumulasinya zat toksik, namun hal tersebut masih belum dapat
dibuktikan.
Walaupun etiologinya multifaktorial, seseorang yang mengonsumsi alkohol
dan perokok berat mempunyai risiko yang besar untuk terjadinya optik neuropati
nutrisional karena mereka cenderung menjadi malnutrisi. Penyebab tersering
neuropati toksik nutrisional yaitu karena defisiensi vitamin B-kompleks, yaitu
vitamin B1 dan B12.
Alkohol, seperti tembakau memproduksi efek toksik melalui metabolik.
Paparan alkohol dalam tubuh secara kronis dapat menyebabkan defisiensi vitamin
B12 dan asam folat. Seiring berjalannya waktu, defisiensi tersebut mengakibatkan
berakumulasinya formic acid. Formic acid dapat menginhibisi rantai transport
elektron dan fungsi mitokondria, yang mengakibatkan terganggunya produksi
ATP dan mengganggu ATP-dependent axonal transport system.
Mengonsumsi alkohol dan merokok berefek pada fosforilasi oksidatif
mitokondria. Sehingga, optik neuropati toksik sebenarnya yaitu optik neuropati
mitokondrial yang didapat.
Pradeep Sharma and Reena Sharma. Toxic optic neuropathy
Indian J Ophthalmol. 2011 Mar-Apr; 59(2): 137–141.