Tolong Menolong Dan Kerjasama

9
TOLONG MENOLONG DAN KERJASAMA Sekali lagi di sini penulis mengatakan bahwa Islam adalah dien yang rahmatan lil’alamin, yaitu rahmat bagi semesta alam. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa Islam merupakan agama yang sarat akan manfaat dan maslahat baik bagi individu maupun sosial. Islam adalah dien yang senantiasa mengajarkan untuk memberikan manfaat dan maslahat kepada sesama manusia maupun sesama ciptaan Allah swt. Tolong-menolong memang telah menjadi satu bagian yang tidak dapat di hilangkan dari ajaran Islam. Islam mewajibkan umatnya untuk saling menolong satu dengan yang lain. Segala bentuk perbedaan yang mewarnai keidupan manusia merupakan salah satu isyarat kepada umat manusia agar saling membantu satu sama lain sesuai dengan ketetapan Islam. Islam memang telah mewajibkan kepada umatnya untuk saling menolong satu sama lainnya. Namun demikian, Islam pun memberikan batasan terhadap apa yang telah diajarkannya tersebut. Dien Islam merupakan sebuah ajaran Robbani yang berisikan hukum-hukum dan aturan-aturan. Maka apa yang telah diajarkan di dalam Islam pun tidak dapat dilakukan dengan semaunya sendiri, melainkan ada petunjuk atau yang di dalam istilah kesehatan biasa kita temukan, “Baca aturan pakai”. Untuk itu, hendaknya umat Islam juga harus mengerti benar mengenai tolong- menolong yang diajarkan di dalam Islam tersebut. Aturan pakai untuk menggunakan atau menjalankan ajaran untuk saling tolong-menolong ini tentu saja hanya terdapat di dalam Al Quran dan Hadits, karena Islam adalah dien yang sumber utama ajarannya adalah Al Quran dan Hadits. Aturan pakai yang untuk melaksanakan ajaran saling tolong-menolong yang terdapat di dalam Al Quran di antaranya adalah sebagai berikut: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar- benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-’Ashr: 1-3) “Dan tolong-menolong engkau semua atas kebaikan dan ketaqwaan.” (QS. Al-Maidah: 2) Selain itu, Islam juga kembali memberikan keterangan tambahan untuk dapat menjalankan perintah saling tolong-menolong tersebut dengan benar yang terdapat di dalam hadits Rasulullah saw sebagai berikut: Dari Abdur Rahman bin Zaid bin Khalid al-Juhani ra., katanya: ” Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang memberikan persiapan – bekal – untuk seseorang yang berperang fisabilillah, maka dianggaplah ia sebagai orang yang benar-benar ikut berperang – yakni sama pahalanya dengan orang yang ikut berperang itu. Dan barangsiapa yang meninggalkan kepada keluarga orang yang berperang – fi-sabilillah – berupa suatu kebaikan- apa-apa yang dibutuhkan untuk kehidupan keluarganya itu, maka dianggap pulalah ia sebagai orang yang benar-benar ikut berperang.” (Muttafaq ‘alaih) Dari Abu Said al-Khudri ra. bahwasanya Rasulullah saw mengirimkan suatu pasukan sebagai utusan untuk memerangi Bani Lihyan dari suku Hudzail, lalu beliau bersabda: “Hendaklah dari setiap dua orang berangkat salah seorang saja dari keduanya itu – maksudnya setiap golongan supaya mengirim jumlah separuhnya, sedang separuhnya yang tidak ikut berangkat adalah yang menjamin kehidupan keluarga dari orang yang ikut berangkat berperang itu, dan pahalanya adalah antara keduanya – artinya pahalanya sama

Transcript of Tolong Menolong Dan Kerjasama

Page 1: Tolong Menolong Dan Kerjasama

TOLONG MENOLONG DAN KERJASAMA

Sekali lagi di sini penulis mengatakan bahwa Islam adalah dien yang rahmatan lil’alamin, yaitu rahmat bagi semesta alam. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa Islam merupakan agama yang sarat akan manfaat dan maslahat baik bagi individu maupun sosial. Islam adalah dien yang senantiasa mengajarkan untuk memberikan manfaat dan maslahat kepada sesama manusia maupun sesama ciptaan Allah swt.

Tolong-menolong memang telah menjadi satu bagian yang tidak dapat di hilangkan dari ajaran Islam. Islam mewajibkan umatnya untuk saling menolong satu dengan yang lain. Segala bentuk perbedaan yang mewarnai keidupan manusia merupakan salah satu isyarat kepada umat manusia agar saling membantu satu sama lain sesuai dengan ketetapan Islam.

Islam memang telah mewajibkan kepada umatnya untuk saling menolong satu sama lainnya. Namun demikian, Islam pun memberikan batasan terhadap apa yang telah diajarkannya tersebut. Dien Islam merupakan sebuah ajaran Robbani yang berisikan hukum-hukum dan aturan-aturan. Maka apa yang telah diajarkan di dalam Islam pun tidak dapat dilakukan dengan semaunya sendiri, melainkan ada petunjuk atau yang di dalam istilah kesehatan biasa kita temukan, “Baca aturan pakai”.

Untuk itu, hendaknya umat Islam juga harus mengerti benar mengenai tolong-menolong yang diajarkan di dalam Islam tersebut. Aturan pakai untuk menggunakan atau menjalankan ajaran untuk saling tolong-menolong ini tentu saja hanya terdapat di dalam Al Quran dan Hadits, karena Islam adalah dien yang sumber utama ajarannya adalah Al Quran dan Hadits.

Aturan pakai yang untuk melaksanakan ajaran saling tolong-menolong yang terdapat di dalam Al Quran di antaranya adalah sebagai berikut:

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-’Ashr: 1-3)

“Dan tolong-menolong engkau semua atas kebaikan dan ketaqwaan.” (QS. Al-Maidah: 2)

Selain itu, Islam juga kembali memberikan keterangan tambahan untuk dapat menjalankan perintah saling tolong-menolong tersebut dengan benar yang terdapat di dalam hadits Rasulullah saw sebagai berikut:Dari Abdur Rahman bin Zaid bin Khalid al-Juhani ra., katanya: ” Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang memberikan persiapan – bekal – untuk seseorang yang berperang fisabilillah, maka dianggaplah ia sebagai orang yang benar-benar ikut berperang –

yakni sama pahalanya dengan orang yang ikut berperang itu. Dan barangsiapa yang meninggalkan kepada keluarga orang yang berperang – fi-sabilillah – berupa suatu kebaikan- apa-apa yang dibutuhkan untuk kehidupan keluarganya itu, maka dianggap pulalah ia sebagai orang yang benar-benar ikut berperang.” (Muttafaq ‘alaih)

Dari Abu Said al-Khudri ra. bahwasanya Rasulullah saw mengirimkan suatu pasukan sebagai utusan untuk memerangi Bani Lihyan dari suku Hudzail, lalu beliau bersabda: “Hendaklah dari setiap dua orang berangkat salah seorang saja dari keduanya itu – maksudnya setiap golongan supaya mengirim jumlah separuhnya, sedang separuhnya yang tidak ikut berangkat adalah yang menjamin kehidupan keluarga dari orang yang ikut berangkat berperang itu, dan pahalanya adalah antara keduanya – artinya pahalanya sama antara yang berangkat dengan yang menjamin keluarga yang berangkat tadi.” (HR. Muslim)

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah saw bertemu dengan sekelompok orang yang berkendaraan di Rawha’ – sebuah tempat di dekat Madinah, lalu beliau bertanya “Siapakah kaum ini?” Mereka menjawab: “Kita kaum Muslimin.”.

Kemudian mereka bertanya: “Siapakah Tuan?” Beliau menjawab: “Saya Rasulullah.” Kemudian ada seorang wanita yang mengangkat seorang anak kecil di hadapan beliau lalu bertanya: “Adakah anak ini perlu beribadat haji?” Beliau menjawab: “Ya dan untukmu – wanita itu – juga ada pahalanya.” (HR. Muslim)

Dari Abu Musa al-Asy’ari ra. dari Rasulullah saw bahwasanya beliau bersabda:

“Juru simpan yang Muslim dan dapat dipercaya yang dapat melangsungkan apa yang diperintahkan padanya, kemudian memberikan harta yang disimpannya dengan lengkap dan cukup, juga memberikannya itu dengan hati yang baik – tidak kesal atau iri hati pada orang yang diberi, selanjutnya menyampaikan harta itu kepada apa yang diperintah padanya, maka dicatatlah ia – juru simpan tersebut – sebagai salah seorang dari dua orang yang bersedekah – juru simpan dan pemiliknya.” (Muttafaq ‘alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan:

“Yang memberikan untuk apa saja yang ia diperintahkan.” Para ulama lafaz almutashaddiqain dengan fathah qaf serta nun kasrah, karena tatsniyah atau sebaliknya – kasrahnya qaf serta fathahnya nun, karena jamak. Keduanya shahih.

Islam adalah ajaran yang bernilai Robbaniyah, yang di dalamnya terkandung hukum-hukum dan aturan-aturan untuk kemaslahatan umat manusia. Untuk itu, dalam mengaplikasikan ajaran-ajaran Islam pun tidak dapat

Page 2: Tolong Menolong Dan Kerjasama

dilakukan dengan seenaknya saja, melainkan harus mengerti benar mengenai aturan-aturannya atau aturan pakainya. Untuk perintah saling tolong-menolong tersebut, Allah swt juga telah memberikan standar aturan pakai yang harus diikuti dengan baik dan benar. Barang siapa mencoba untuk menjalankan di luar aturan pakai yang telah ditetapkan itu, maka bersiaplah untuk tidak mendapatkan hasil apa-apa dari apa yang telah dilakukannya. Atau bahkan, bersiaplah untuk over dosis karena telah menjalankan sesuatu di luar takarannya. Aturan pakai standar yang dapat kita tarik dari Al Quran dan Al Hadits di atas kurang lebih adalah sebagai berikut:

“Saling tolong menolong hanya dapat dilakukan di atas rel-rel kebenaran, yakni tetap dalam ketaatan, keimanan dan keislaman. Kemudian, saling tolong-menolong juga harus dilakukan dengan penuh kesabaran sebagai bentuk bakti atau ibadah kepada Allah swt, melaksanakan perintah Allah swt dan meninggalkan segala bentuk larangan-Nya.”

Itulah beberapa poin yang menjadi aturan pakai dalam mengaplikasikan tolong-menolong menurut ajaran Islam, yang intinya adalah bahwa tolong-menolong hanya boleh dilakukan dalam rangka untuk mencapai  maslahat dan ridho Allah swt semata. Barang siapa melakukan tolong-menolong di luar itu, maka bersiaplah untuk tidak mendapatkan balasan apapun dari Allah swt atas apa yang telah diusahakannya. Atau bahkan bersiaplah untuk mendapat murka Allah swt karena melakukan tolong-menolong di luar aturan pakai yang telah ditetapkan, misalnya tolong-menolong dalam kemaksiatan, tolong-menolong dalam perkara yang dapat merusak keislaman atau keimanan, tolong-menolong dalam melanggar aturan-aturan Allah swt dan lain sebagainya.

Islam adalah ajaran yang rahmatan lil’alamin. Oleh karena itu, Islam mengajarkan saling tolong-menolong dalam rangka untuk mencapai  maslahat dan ridha Allah swt, bukan dalam rangka bermaksiat kepada Allah swt.

ADAB BERBICARA

1. Semua pembicaraan harus kebaikan, (QS 4/114, dan QS 23/3), dalam hadits nabi SAW disebutkan:

“Barangsiapa yang beriman pada ALLAH dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” (HR Bukhari Muslim)

2. Berbicara harus jelas dan benar, sebagaimana dalam hadits Aisyah ra:

“Bahwasanya perkataan rasuluLLAH SAW itu selalu jelas sehingga bias difahami oleh semua yang mendengar.” (HR Abu Daud)

3. Seimbang dan menjauhi bertele-tele, berdasarkan sabda nabi SAW:

“Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak omong dan berlagak dalam berbicara.” Maka dikatakan: Wahai rasuluLLAH kami telah mengetahui arti ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun? Maka jawab nabi SAW: “Orang2 yang sombong.” (HR Tirmidzi dan dihasankannya)

4. Menghindari banyak berbicara, karena kuatir membosankan yang mendengar, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Wa’il:

Adalah Ibnu Mas’ud ra senantiasa mengajari kami setiap hari Kamis, maka berkata seorang lelaki: Wahai abu AbduRRAHMAN (gelar Ibnu Mas’ud)! Seandainya anda mau mengajari kami setiap hari? Maka jawab Ibnu Mas’ud : Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku kuatir membosankan kalian, karena akupun pernah meminta yang demikian pada nabi SAW dan beliau menjawab kuatir membosankan kami (HR Muttafaq ‘alaih)

5. Mengulangi kata-kata yang penting jika dibutuhkan, dari Anas ra bahwa adalah nabi SAW jika berbicara maka beliau SAW mengulanginya 3 kali sehingga semua yang mendengarkannya menjadi faham, dan apabila beliau SAW mendatangi rumah seseorang maka beliau SAW pun mengucapkan salam 3 kali. (HR Bukhari)

6. Menghindari mengucapkan yang bathil, berdasarkan hadits nabi SAW:

“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai ALLAH SWT yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh ALLAH SWT keridhoan-NYA bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai ALLAH SWT yang tidak dikiranya akan demikian, maka ALLAH SWT mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat.” (HR Tirmidzi dan ia berkata hadits hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

7. Menjauhi perdebatan sengit, berdasarkan hadits nabi SAW:

“Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan karena terlalu banyak berdebat.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)

Dan dalam hadits lain disebutkan sabda nabi SAW:

Page 3: Tolong Menolong Dan Kerjasama

“Aku jamin rumah didasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah ditengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya.” (HR Abu Daud)

8. Menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat, berdasarkan hadits nabi SAW:

“Bukanlah seorang mu’min jika suka mencela, mela’nat dan berkata-kata keji.” (HR Tirmidzi dengan sanad shahih)

9. Menghindari banyak canda, berdasarkan hadits nabi SAW:

“Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi ALLAH SWT di hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa.” (HR Bukhari)

10. Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan gelar yang buruk, berdasarkan QS 49/11, juga dalam hadits nabi SAW:

“Jika seorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk menjaganya.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya)

11. Menghindari dusta, berdasarkan hadits nabi SAW:

“Tanda-tanda munafik itu ada 3, jika ia bicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah ia khianat.” (HR Bukhari)

12. Menghindari ghibah dan mengadu domba, berdasarkan hadits nabi SAW:

“Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba ALLAH yang bersaudara.” (HR Muttafaq ‘alaih)

13. Berhati-hati dan adil dalam memuji, berdasarkan hadits nabi SAW dari AbduRRAHMAN bin abi Bakrah dari bapaknya berkata:

Ada seorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut, maka kata nabi SAW: “Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu!” (2 kali), lalu kata beliau SAW: “Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di depannya maka katakanlah: Cukuplah si fulan, semoga ALLAH mencukupkannya, kami tidak mensucikan seorangpun disisi ALLAH, lalu barulah katakan sesuai

kenyataannya.” (HR Muttafaq ‘alaih dan ini adalah lafzh Muslim)

Dan dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata: Nabi SAW memerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar memuji. (HR Muslim)

ADAB MENDENGAR

1. Diam dan memperhatikan (QS 50/37)

2. Tidak memotong/memutus pembicaraan

3. Menghadapkan wajah pada pembicara dan tidak memalingkan wajah darinya sepanjang sesuai dengan syariat (bukan berbicara dengan lawan jenis)

4. Tidak menyela pembicaraan saudaranya walaupun ia sudah tahu, sepanjang bukan perkataan dosa.

5. Tidak merasa dalam hatinya bahwa ia lebih tahu dari yang berbicara

ADAB MENOLAK / TIDAK SETUJU

1. Ikhlas dan menghindari sifat senang menjadi pusat perhatian

2. Menjauhi ingin tersohor dan terkenal

3. Penolakan harus tetap menghormati dan lembut serta tidak meninggikan suara

4. Penolakan harus penuh dengan dalil dan taujih

5. Menghindari terjadinya perdebatan sengit

6. Hendaknya dimulai dengan menyampaikan sisi benarnya lebih dulu sebelum mengomentari yang salah

7. Penolakan tidak bertentangan dengan syariat

8. Hal yang dibicarakan hendaknya merupakan hal yang penting dan dapat dilaksanakan dan bukan sesuatu yang belum terjadi

9. Ketika menolak hendaknya dengan memperhatikan tingkat ilmu lawan bicara, tidak berbicara di luar kemampuan lawan bicara yang dikuatirkan menjadi fitnah bagi diri dan agamanya

10. Saat menolak hendaknya menjaga hati dalam keadaan bersih, dan menghindari kebencian serta penyakit hati.

Page 4: Tolong Menolong Dan Kerjasama

Wamaa taufiiqi illaa biLLAAH, ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi uniib.

Islam adalah agama yang sempurna. Tidak ada satu hal dalam kehidupan kita melainkan Islam telah memberikan arahan dan petunjuknya. Semua kandungan ajaran dalam Islam bertujuan untuk menjadikan umatnya hidup bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat. Salah satu aspek kehidupan yang menjadi perhatian Islam adalah thaharah, kesucian dan kebersihan.

Sehingga dengan hidup sehat dan bersih kita akan terhindar dari berbagai penyakit, dengan demikian kita akan dapat bekerja dan beribadah dengan lancar dalam rangka menunaikan kewajiban kita sebagai hamba Allah yang bertaqwa kepadaNya. Sangat mudah bagi kita mendapatkan petunjuk Allah SWT dan Rasul SAW tentang prinsip-prinsip hidup sehat dan bersih ini. Di antaranya firman Allah SWT;

فاط�هروا جنبا كنتم وإن

Artinya: Jika kamu berjunub maka bersucilah (QS: Al-Maidah: 6) Di dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

المتطهرين ويحب التوابين يحب الله :Artinya إنSesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri (QS: Al-Baqarah: 222)

Kesucian dan kebersihan merupakan bagian dari kesempurnaan nikmat yang diberikan Allah kepada hambaNya, karena bersih merupakan modal awal dari hidup sehat, kesehatan merupakan nikmat yang tidak ternilai harganya. Allah berfirman dalam hal ini;

وليتم ليطهركم يريد ولكن حرج من عليكم ليجعل الله يريد ماتشكرون لعلكم عليكم نعمته

Artinya: Allah tidak ingin menjadikan kamu susah tetapi Dia ingin menyucikan kamu dan menyempurnakan nikmatNya kepadamu semoga kamu bersyukur (QS: Al-Maidah:6) Di samping ayat-ayat yang telah khatib bacakan tadi, juga terdapat hadits-hadits dari Rasulullah SAW yang berbicara tentang kebersihan ini, bahkan Rasulullah SAW mengaitkan kebersihan itu dengan keimanan seseorang. Rasulullah SAW bersabda;

اإليمان شطر الطهور

Artinya Suci itu bagian dari iman (HR. Muslim) Dalam hadits di atas sangat jelas dikatakan bahwa kebersihan dan kesucian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keimanan, oleh sebab itu orang yang tidak menjaga kebersihan dan kesucian sama dengan telah mengabaikan sebagian dari nilai-nilai keimanannya, sehingga dia belum termasuk orang yang betul-betul beriman.

KEBERSIHAN LINGKUNGAN Di samping masalah kebersihan diri, Islam juga sangat memperhatikan kebersihan lingkungan yang ada di sekitar kita, karena sebagai agama yang menjadi rahmat bagi sekalian alam, Islam tidak akan membiarkan manusia merusak atau mengotori lingkungan sekitarnya. Kebersihan lingkungan itu sendiri akan sangat berpengaruh terhadap keselamatan manusia yang ada di sekitarnya, oleh sebab itu menjaga kebersihan lingkungan sama pentingnya dengan menjaga kebersihan diri. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan kebersihan lingkungan ini;

1. Menjaga kesehatan sumber air Hendaklah kita selalu menjaga kebersihan sumber air, seperti sumur, kolam, sungai, dan lain-lain, karena air itu akan kita gunakan sebagai sumber air minum, mencuci, mandi dan sebagainya. Air yang tercemar akan menyebabkan lahirnya berbagai penyakit seperti diare, malaria, dan lain-lain. Dalam hal ini Islam telah dengan tegas melarang umatnya supaya tidak mengotori sumber air itu.Rasulullah SAW bersabda: أن عنه الله رضي جابر عن

رواه ( الراكد الماء في يبال أن نهى وسلم عليه الله صلى النبيمسلم)

Artinya: dari Jabir ra. Bahwa Rasulullah SAW melarang kencing dalam air yang tergenang. (HR. Muslim) Dalam riwayat yang berbeda Rasulullah ternyata juga melarang kita untuk mengotori sumber air yang mengalir Sabda Rasulullah SAW:

أن نهى وسلم عليه الله صلى النبي أن عنه الله رضي جابر عن( الطبرانى ( رواه الجاري الماء في يبال

Artinya: dari Jabir ra. Bahwa Rasulullah SAW melarang kencing di air yang mengalir. (HR. Thabrani) Dalam hadits kita dilarang untuk kencing di air yang tergenang dan mengalir, disini tersirat makna lebih luas bahwa kita dilarang untuk mengotori air itu dengan cara apapun, bukan hanya sebatas kencing saja.

2. Mencuci / bersuci dengan air yang suci Dalam masalah bersuci dari hadas dan najis, Islam sangat menekankan penting air yang suci untuk membersihkan berbagai kotoran yang ada di tubuh dan pakaian kita, karena kalau air itu sendiri tidak bersih bagaimana ia akan membersihkan benda yang kotor. Oleh sebab itu Islam telah mengarahkan umatnya untuk selalu menggunakan air yang suci lagi menyucikan dalam bersuci. Allah SWT berfirman:

طهورا ماء السماء من وأنزلنا

Page 5: Tolong Menolong Dan Kerjasama

Artinya: Dan Kami turunkan dari langit itu air yang suci (QS. Al-Furqan: 48) Allah SWT menerangkan bahwa air hujan itu suci supaya kita dapat menggunakannya dalam menyucikan diri, juga ada hadits dari Rasulullah SAW yang menerangkan tentang air lain yang juga bias digunakan untuk bersuci yaitu air laut, sabda Beliau tentang berkaitan dengan laut:

( الخمسة ( رواه ميتته الحل ماءه الطهور هو

Artinya: ia (air laut) suci airnya, halal bangkainya (ikan). (HR. Khamsah) Adanya petunjuk Allah SWT dan RasulNya tentang jenis-jenis air yang suci mengajarkan umatnya untuk memperhatikan tentang kebersihan dan kesehatan air yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

3. menjaga kesucian tempat yang ramai dikunjungi orang Menjaga kebersihan tempat yang banyak dikunjungi orang sangat penting karena jika saja tempat itu kotor dan menjadi sarang penyakit, maka akan sangat mudah menjangkiti banyak orang dalam waktu yang bersamaan.

Menyadari bahaya tersebut Rasulullah dengan tegas melarang kita untuk buang air besar dan kecil di tempat yang dilewati banyak orang, dijadikan tempat berteduh, di bawah pohon yang berbuah, tempat ibadah dan lain-lain. Rasulullah SAW bersabda:

عليه الله صلى الله رسول أن عنه الله رضي هريرة أبي عن : , : الذين قال الالعنان؟ وما قالوا الالعنين اتقوا قال وسلم( الخمسة ( رواه ظلهم في أو الناس طريق في يتخلى

Artinya: Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda: takutilah menjadi orang yang dilaknat orang lain, sahabat bertanya: siapa orang yang menjadi laknat orang lain?. Rasulullah menjawab: yaitu orang yang buang hajat di tempat yang dilalui orang lain, atau tempat berteduh orang lain. (HR. Muslim)

Kita juga dilarang meludah di sembarangan tempat, karena disamping ludah itu sendiri sangat menjijikan, juga menjadi salah satu sarana menularnya beberapa penyakit. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:

: عليه الله صلى الله رسول أن قال عنه الله أنسرضي عن ) : متفق دفنها وكفارتها خطيئة المسجد في البصاق قال وسلمعليه)

Artinya: meludah di mesjid adalah dosa, dan kafarat (taubat) nya adalah dengan menanam ludah itu. (HR. Bukhari dan Muslim) Masjid di zaman Rasulullah SAW hanyalah berlantai tanah dan pasir, sehingga kadang-kadang ada orang yang dengan diam-diam meludah sembarangan di dalamnya, lalu Rasulullah SAW memerintahkan siapa yang meludah di dalam masjid untuk menanam ludah itu supaya tidak jorok dan diinjak atau diduduki orang lain. Dalam hadits ini dapat kita ambil hikmah bahwa Islam melarang kita untuk

meludah di tempat-tempat umum seperti mesjid dan juga tempat lainnya, karena sama-sama menjijikkan dan menjadi salah satu faktor tertularnya penyakit.

ORANG MUKMIN YANG KUAT LEBIH DISUKAI ALLAH DARIPADA MUKMIN LEMAH

Dengan selalu menjaga pola hidup bersih dan sehat, maka kita akan terhindar dari berbagai penyakit, sehingga kita akan menjadi umat yang sehat dan kuat, juga akan melahirkan generasi yang sehat dan kuat pula. Dalam hal ini Allah SWT telah mengingatkan kita untuk selalu waspada dan takut kalau kita akan meninggalkan generasi lemah di belakang kita. Allah SWT berfirman:

عليهم خافوا ضعافا ذرية خلفهم من تركوا لو الذين وليخش

Artinya: hendaklah takut orang-orang yang meninggalkan generasi lemah di belakang mereka, yang mana mereka khawatir terhadap kondisi mereka. (QS: An-Nisa: 9) Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:

رواه ( الضعيف المؤمن من الله إلى أحب القوي المؤمنمسلم)

Artinya: orang mukmin yang kuat lebih disukai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah. (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

MENCEGAH PENYAKIT LEBIH BAIK DARIPADA MENGOBATI

Hidup bersih dan sehat akan membuat kita jauh dari berbagai penyakit. Mencegah penyakit lebih baik daripada mengobatinya ketika ia telah terlanjur menjangkiti kita. Dalam pepatah Arab dikatakan:

العالج من خير الوقاية

Artinya: Mencegah lebih baik daripada mengobati Rasulullah mengingatkan kita dalam sebuah hadits untuk menjaga kesehatan sebelum tibanya sakit. Rasulullah bersabda:

( الحديث ( سقمك قبل صحتك

Artinya: (jagalah) sehat sebelum sakitmu. Oleh sebab itu marilah kita selalu menjaga kesehatan supaya hidup kita bahagia, tentram dalam beribadah dan mudah dalam mencari rizki untuk mencapai kebahagian di dunia dan akhirat.

PENYAKIT YANG SERING TIMBUL KARENA FAKTOR KEBERSIHAN

Kebersihan merupakan salah satu cara untuk hidup sehat, dengan mengabaikan kebersihan diri dan

Page 6: Tolong Menolong Dan Kerjasama

lingkungan akan mengakibatkan terjangkitnya berbagai jenis penyakit. Di antara penyakit yang timbul karena tidak menjaga kebersihan adalah diare dan kecacingan.

1. DIARE

Diare merupakan penyakit yang umum namun serius karena mudah menular. Biasanya diare menular melalui virus, bakteri dan parasit, melalui 5 jalur: air, tanah, lalat, jari-jemari dan makanan. Selain virus ada juga yang diare karena kebiasaan yang tidak sehat. Misalnya minum langsung dari sumber air yang tercemar oleh kotoran manusia atau binatang, tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan, sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air besar atau kecil, serta sehabis membersihkan anak yang habis buang air besar dan kecil. Makanan atau minuman yang tidak ditutup dari hinggapan lalat juga bisa menyebabkan diare. Seseorang dikatakan diare bila tinja yang dikeluarkan saat buang air besar lembek/cair dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya, yakni lebih dari 3 kali sehari. Diare menyebabkan dehidrasi yakni kondisi tubuh kekurangan cairan. Dehidrasi menyebabkan tubuh menjadi lemas. Dehidrasi yang berat sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian, khususnya pada balita dan bayi. Orang yang mengalami dehidrasi harus diberikan perawatan khusus.

2. KECACINGAN

Kecacingan adalah penyakit yang diakibatkan oleh adanya cacing di dalam usus manusia. Cacing termasuk jenis parasit yakni binatang yang hidup di dalam tubuh dan merampas sari makanan. Kecacingan termasuk penyakit serius karena mudah menular dan menurunkan kualitas hidup. Semua orang berisiko terinfeksi cacing, namun yang paling berisiko adalah anak-anak usia sekolah.. Anak kecacingan biasanya lesu, tidak bergairah, konsentrasi belajar berkurang, perut buncit, matanya pucat dan kotor seperti sakit mata, batuk, pilek, sering diare, nafsu makan berkurang, cepat letih dan kemampuan belajar berkurang. Anak-anak ini mengalami kekurangan gizi karena zat gizi yang seharusnya diserap oleh usus sudah terlebih dahulu diserap oleh cacing di usus. Gizi buruk selanjutnya akan berakibat pada buruknya tingkat kecerdasan yang secara langsung akan mempengaruhi kehidupan ekonomi anak tersebut dimasa depannya.

*Penulis adalah Ketua IKADI Banda Aceh, Ketua Dewan Pembina Yayasan Al-Mukarramah Banda Aceh

BERANI MENCOBA

Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. “Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?” “Ha?,” kata jam terperanjat, “Mana sanggup saya?” “Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?”

“Delapan puluh ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?” jawab jam penuh keraguan.

“Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?” “Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu” tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam, “Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?”

“Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!” kata jam dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik.

Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali

Renungan :

Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita teryata mampu. Bahkan yang semula kita anggap impossible untuk dilakukan sekalipun. Jangan berkata “tidak” sebelum Anda pernah mencobanya

Kata Bijak :

Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun, yang lain dengan denyut jantung, gairah, dan air mata. Tetapi ukuran sejati di bawah mentari adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini untuk orang lain.