ToKoh2 Perkemb FIX
-
Upload
afif-ahmad -
Category
Documents
-
view
47 -
download
5
Transcript of ToKoh2 Perkemb FIX
Tugas Makalah
Teori Psikologi Perkembangan
Teori Perkembangan Froebel, Prayer, Cooley, Buhler
Disusun oleh :
Ayu Bianda Pramadani 110810026
Sari Rahmatika 110810036
Kartika Agustina 110810039
Rizadinata 110810046
Anita Rachmadiany P. 110810054
Mayang Kirana J. 110810207
Martiyana Julaika 110810208
Septalia Meta K. 110810053
Nadira Puspita 110810238
Jihan Rahma 110911016
Merlinda Dyah H. 110911032
Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga
2010
0
Teori Perkembangan Froebel, Prayer, Cooley, Buhler
1. Frederich Wilhelm Froebel ( 1782 – 1852 )
Froebel mengabdikan diri hampir secara eksklusif untuk anak pra-sekolah
pendidikan dan mulai memproduksi bahan-bahan bermain di Bad Blankenburg.
Pada 1837 ia mendirikan sebuah "Kindergarten" untuk bermain dan aktivitas
lembaga bagi anak-anak kecil di Bad Blankenburg bersama-sama dengan
Middendorf dan Heinrich Wilhelm Langethal. Dia merancang pendidikan yang
dikenal sebagai bahan bermain “Froebel Hadiah” atau Fröbelgaben, yang
meliputi blok bangunan geometris dan kegiatan pola blok.
Menurut Frobel, pendidikan anak merupakan salah satu masalah pendidikan
yang terpenting. Maka saat ia mendirikan TK tersebut, ia merumuskan tujuan
umum pendidikan TK adalah mengembangkan bekerja sendiri pada anak melalui
permainan. Karena, dalam pandangannya anak sampai usia tujuh tahun pada
dasarnya kemampuan untuk bekerja sendiri pada anak muncul dalam dorongan
untuk bermain, menyanyi dan bekerja (pekerjaan) tangan. Dari tujuan umum
tersebut, Frobel merinci tujuan pendidikan TK yaitu :
1. Memberikan pendidikan pada anak sebelum memasuki usia SD
2. Meringankan beban ibu rumah tangga sebagai pendidik di rumah
3. Memberikan contoh kepada kaum ibu bagaimana seharusnya ia mendidik
anak
4. Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar bergaul dengan
teman-temannya sebagai latihan awal bersosialisasi dengan lingkungan
yang lebih luas.
Dalam proses pendidikannya, Frobel lebih dominan memakai daya fantasi
anak. Dalam hal ini prinsip yang dipakai adalah urutan berjenjang, dimulai dari
yang mudah kemudian berlanjut pada yang lebih sukar. Pandangan Froebel
terhadap pendidikan dikaitkan dengan hubungan individu, Tuhan dan alam. Ia
menggunakan taman atau kebun di Blankenburg Jerman, sebagai taman kanak-
kanak. Model rancangan sekolah Froebel di kemudian hari mempengaruhi
1
rancangan sekolah di seluruh dunia. Froebel menjelaskan pandangannya tentang
pendidikan :
1. Hakekat Pendidikan
Menurut Froebel pendidikan ialah apa yang memimpin atau menuntun
manusia kepada kepandaian berpikir (segi kognitif dari manusia) dan
apa yang menbawa manusia pada kesadaran diri yang lebih mendalam
menuju sesuatu yang murni (segi afeksi dari manusia).
2. Metode Pendidikan
Froebel menyusun metode pendidikan sesuai dengan konteks
perkembangan individu. Dalam tahapan permulaan dia menganjurkan
agar seharusnya menggunakan metode yang memungkinkan ekspresi
spontan dalam diri individu. Sedangkan pada tahapan akhir dapat
digunakan metode yang mengawasi dan mengarahkan perkembangan
individu Dengan demikian dalam dunia anak-anak metode harus
disesuaikan dengan sifat atau dunia anak. Dalam hubungan dengan
konteks anak-anak, perlu diperhatikan perkembangan yang
mengarahkan anak pada suatu kesadaran diri dalam suasana bebas,
dimana seorang individu dibiarkan untuk menunjukkan,
mengekspresikan yang ada dalam dirinya dengan bebas. Menurut
Froebel permainan merupakan metode yang paling cocok dan penting
bagi penerapan ekspresi ini.
Dalam pendidikan ini Froebel kemudian menyusun dan
mengembangkan kurikulum pendidikan yang terecana dan sistematis
Bagi dia yang menjadi dasar bagi kurikulum tersebut adalah gift dan
occupation.
Gifts adalah obyek yang dapat dipegang dan dipergunakan anak
sesuai dengan instruksi dari guru dan dengan demikian anak dapat
belajar tentang bentuk, ukuran warna serta konsep yang diperoleh
melalui menghitung, mengukur, membedakan dan membandingkan.
Gifts pertama adalah enam buah bola dari gulungan benang, masing-
2
masing berbeda warnanya, dan enam helai benang yang panjang yang
warnanya sama dengan warna bola yang ada.
Sedangkan Occupation adalah materi yang dirancang untuk
mengembangkan berbagai variasi ketrampilan, yang utama adalah
psikomotor, melalui aktivitas semacam menjahit dengan papan jahitan,
membuat bentuk dengan mengikuti titik, membentuk lilin,
menggunting bentuk, meronce, menggambar, menenun, menempel dan
melipat kertas. Atas cara ini Froebel yakin bahwa bermain merupakan
cara belajar yang penting bagi anak-anak. Karena lewat gifts dan
occupation seorang anak akan mengusahakan diri yang tentu saja
diawasi ke arah pengekspresian diri yang bebas demi mencapai
perkembangan diri, ketetapan karakter dan kesadaran diri.
3. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut Froebel adalah perkembangan menyeluruh
dari individu : semua daya individu, dan harmoni internal individu,
sebagaimana relasi harmonis dengan alam, masyarakat dan Tuhan.
Namun menurut Froebel tujuan ini tidak dapat dibebankan kepada
anak, sebab dia harus mengusahkannya bagi dirinya sendiri melalui
aktivitas yang ekspresif dari kekuatan-kekuatan yang masih tersebunyi.
Mereka yang telah mencapai tujuan tersebut akan mampu menunjukan
satu karakter yang solid dan tetap yang memberinya integritas dalam
setiap situasi dan kebiasaan intelektual yang memungkinkan dia untuk
mendapatkan pengetahuan ketika perlu.
Pendidikan seperti yang dimaksudkan oleh Froebel ini adalah untuk
mengembangan keutuhan anak-anak tanpa pemaksaan melainkan anak-anak
dibantu untuk menumbuhkembangkan sendiri talenta-talentanya yang
tersembunyi dalam dirinya lewat pengawasan yang ada. Dengan demikian anak-
anak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan diri lewat metode yang ada
untuk membentuk diri yang memungkinkan dia tetap dalam karakternya ketika
berhadapan dengan berbagai situasi yang ada di lingkungannya, sekaligus juga
3
terbuka terhadap pengetahuan yang baru. Froebel memberikan permainan,
menyanyi, bercerita, dan kerajinan tangan untuk merangsang imajinasi dan
mengembangkan keterampilan fisik dan motorik.
2. Wilhelm Preyer
Pada akhir abad ke-19 mulai timbul perhatian umum terhadap pribadi dan
hakekat anak. Sehingga anak dijadikan “objek” yang dipelajari secara ilmiah.
Masa baru ini dipelopori antara lain oleh Wilhelm Preyer, seorang tabib yang
menulis buku “Die Seele Des Kindes” (Jiwa Anak) pada tahun 1882. Disebabkan
karya ilmiah itulah dia dikenal sebagai Bapak Psikologi Perkembangan. Tidak
lama kemudian, tampillah para dokter, ahli jiwa dan ahli pendidik yang meneliti
anak, serta menulis buku-buku psikologi anak. Antara lain William Stern
menulis buku “Psychologie der Fruhen Kindheit”, (Psikologi Anak-Anak Usia
Sangat Muda). Psikolog penganut Darwin ini melakukan observasi secara
sistematik terhadap anaknya sendiri dalam pertumbuhan hariannya dibidang
kekuatan fisik dan kemampuan mentalnya. Dia melaporkan dengan contoh saat
berusia 18bulan, anak sadar akan bagian dari tubuhnya, dengan denikian mereka
akan mencoba menggunakan kakinya jika ingin meraih mainan. Obseervasi
preyer ini mengatur suatu program untuk penelitian.
Menurtu study yang dilakuan sebelum tahun 1960, minat bahasa anak mulai
timbul pada dekade pertama abad ke-20 yang dipelori oleh ilmuan di bidang
psikologi ataupun pedagogi, antara lain W. Stern, W. Preyer, dan G. Stumpf.
Pada umumnya mereka mempelajari buku harian anak-anaknya kemudian
membandingkan hasilnya. Tombullah argumentasi-argumentasi mengenai
perolahan bahasa anak. Beberapa tahap perkembangan anak menurut Preyer :
a) Masa Bayi (infancy)
Dua minggu pertama masa bayi yang baru lahir harus mengatasi penyesuaian
nya terhadap kondisi yang baru diluar rahim.
b) Masa Balita, masa pra sekolah (2 – 5 tahun)
4
Pada masa ini anak kelihatan berperilaku agresif, memberontak, menentang
keinginan orang lain, khususnya orang tua. Ia sudah mulai mempertanggung
jawabkan perbuatannya sendiri.
c) Masa Anak Sekolah (6 – 12 tahun).
Anak-anak pada masa ini harus menjalani tugas-tugas perkembangan yakni:
1. Belajar keterampilan fisik untuk permainan biasa.
2. Membentuk sikap sehat mengenai dirinya sendiri.
3. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.
4. Belajar peranan jenis yang sesuai dengan jenisnya.
5. Membentuk keterampilan dasar : membaca, menulis dan berhitung.
6. Membentuk konsep-konsep yang perlu untuk hidup sehari-hari.
7. Membentuk hati nurani, nilai moral dan nilai sosial.
8. Memperoleh kebebasan pribadi.
9.Membentuk sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga.
d) Masa Anak Tanggung (pra remaja 10 – 12 tahun).
Kelompok anak tanggung memungkinkan terbentuknya persahabatan yang
mendalam dan identifikasi dengan anggota sejenis yang dipilih, meningkatnya
cara berfikir kritis, pengendalian emosi dan kesediaan bertanggung jawab lebih
terlihat melalui perbuatan atau tindakan. Prestasi sekolah penting bagi mereka,
karena mereka ingin membanggakan hasil usahanya.
Preyer juga mempunyai beberapa aspek perkembangan pada usia anak-anak
sekolah. Tahap tersebut diantaranya adalah :
a. Perkembangan kemampuan penalaran bermoral
Perkembangan moral meliputi 6 tahap yang terbagi atas 3 tingkat, yaitu :
a) Tingkat pra konvensional
1. Tahap pertama (umur 0 – 7 tahun)
2. Tahap kedua (sekitar 10 tahun)
b) Tingkat konvensional
1. Tahap ketiga (sekitar 13 tahun)
2. Tahap keempat (sekiat 16 tahun)
c) Tingkat post. Konvensional
5
1. Tahap kelima (masa dewasa muda)
2. Tahap keenam (masa dewasa)
b. Perkembangan kepribadian
1) Pembentukan hati nurani sebagai inti pribadi, petunjuk bagi tingkah laku
dan sensor terhadap keinginan dan dorongan yang tidak wajar disalurkan.
2) Sifat egosentris mulai dikikis dan sifat lebih mengingat orang lain mulai
dipupuk.
3) Dorongan ingin tahu tersalur melalui pertanyaan yang perlu jawaban.
4) Penanaman disiplin dan tanggung jawab secara bertahap.
c. Perkembangan sosial
1) Dalam mengahadapi, mendidik dan mengajar anak, perlu mengerti tahap-
tahap perkembangan anak.
2) Mengerti anak berarti mengenal anak secara mendalam, dengan aspek
perkembangan dan tujuan perkembangannya, latar belakang lingkungan
yang berpengaruh dalam perilaku dan kepribadiannya.
3) Mengenal anak berarti mengetahui ciri-ciri khusus, segi karakterologis
maupun kemampuan dan batas-batasnya, latar belakang lingkungan yang
mendasari dan mempengaruhi lingkungannya.
3. Charles H. Cooley
Sosiolog Amerika ini menganalisis komunikasi bayi dan menyetujui teori
Preyer bahwa itu membutuhkan beberapa bulan untuk menumbuhkan perbedaan
antara diri sendiri dan objek luar. Cooley lebih menekankan peranan interaksi
dalam teorinya. Menurutnya Konsep Diri (self concept) seseorang berkembang
melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang kemudian disebut looking-
glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut :
1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang
paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang
di berbagai lomba.
2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.
6
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak
membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain
selalu memuji dia, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa
muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. Misalnya, gurunya selalu
mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu
memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum
tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila
dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini
bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh informasi dari orang lain
bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.
3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul
perasaan bangga dan penuh percaya diri.
Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang
akan berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan apa penilaian orang
terhadapnya. Jika seorang anak dicap "nakal", maka ada kemungkinan ia akan
memainkan peran sebagai "anak nakal" sesuai dengan penilaian orang
terhadapnya, walaupun penilaian itu belum tentu kebenarannya. Ada beberapa
istilah penting dalam pemikiran Cooley yaitu :
1. Looking-glass self
Individu dan masyaraakat saling berhubungan secara organis. Manusia lahir
dengan perasaan diri tidak jelas dan belum terbentuk. Pertumbuhan dan
perkembangan diri perasaan diri merupakan hasil dari proses komunikasi
interpersonal dalam suatu lingkungan sosial.
2. Kelompok Primer
Perasaan-diri seseorang juga sering ditarik ke pelbagai kelompok di mana
dia menjadi bagiannya. Dalam kondisi seperti itu, mungkin cara berpikir
atau berbicara tentang “keluarga saya”, “klub saya” atau “tetangga saya”
akan diganti dengan “keluarga kami” atau “tetangga kami”. Seperti
dikemukakan oleh Cooley, “diri kelompok” atau “we” tidak lain adalah “I”
yang mencakupi orang lain. Dengan kata lain, orang tersebut telah
7
mengidentifikasi dirinya dengan kelompok tertentu dan berbicara atas
kemauan bersama, pandangan, pelayanan, atau yang lain-lainnya menurut
“we” dan “us”. Perasaan “we”, pengalaman antara kesatuan diri dan orang
lain, mula-mula muncul dalam konteks kelompok primer. Cooley
menggambarkan kelompok primer sebagai berikut :
Kelompok primer = kelompok yang ditandai oleh persatuan dan kerja sama
tatap muka yang bersifat intim
3. Dari Institusi Sosial ke Masyarakat Demokratis
“Suatu institusi hanyalah suatu tahap dari pikiran orang banyak(publik
mind) yang bersifat mapan dan tegas, dia tidak berbeda dalam sifat dan
pokoknya dari pandangan umum, meskipun yang sering kelihatan adalah
bahwa dia memiliki suatu eksistensi tertentu dan bersifat independen,
apalagi kita melihat sifat permanennya dan apalagi kita melihat kebiasaan-
kebiasaan serta simbol-simbol di mana institusi itu berselubung”.
Analisis Cooley mengenai pertumbuhan sosial individu yang mengacu pada
perasaan diri, sebenarnya mengacu pada gagasan William James tentang
“konsep diri-sosial”. Konsep diri di sini dipahami cara seseorang melihat dirinya
melalui mata orang lain. Konsep ini kemudian diintrodusir oleh Cooley sebagai
looking-glass self. Perkembangan konsep diri berkembang melalui interaksi
dengan orang lain (looking glass self) analogi antara pembentukan diri
seseorang dengan perilaku orang yang sedang bercermin.
Analoginya adalah sebuah cermin memantulkan apa yang didepannya ---
Seseorang memantulkan apa yang dirasakannya sebagai tanggapan masyarakat
terhadapnya. Misal : seorang siswa mendapat nilai jelek pada ujian kimianya,
iapun merasa bahwa gurunya menganggapnya bodoh maka ia kurang dihargai
oleh gurunya. Maka ia-pun menjadi pemurung (perasaan seseorang mengenai
penilaian orang lai terhadap dirinya menentukan penilaian mengenai diri sendiri-
diri seseorang mencerminkan persepsinya terhadap penilaian orang lain bagi
dirimya)
8
4. Karl Ludwig Buhler (1879-1963)
Buhler lahir dekat Heidleberg dengan topik utama tentang disertasinya
mengenai persepsi warna. Buhler merupakan seorang psikolog perkembangan
dan seorang pelopor Gestalt Psikologi. Pada waktu itu tiga pilar kepentingan
intelektualnya jelas didirikan - bahasa, psikologi perkembangan dan teori
Gestalt. Istrinya bernama Charlotte Malachowski, mereka mempunyai dua anak,
seorang putra dan seorang putri, keduanya sukses menjadi profesional. Baik Karl
dan Charlotte Buhler mengejar studi penting dan mendasar dengan banyak rekan
dan mahasiswa, termasuk beberapa pengunjung dari luar negeri seperti Tolman
dari Amerika. Pekerjaan mereka termasuk Landmark ilmiah utama seperti
Charlotte Buhler buku "Dari Kelahiran hingga kedewasaan: Sebuah Garis Besar
Pengembangan Psikologi Anak" yang diterbitkan pada tahun 1935.
Bahasa merupakan gejala tipis yang kita jumpai di kalangan masyarakat
manusia, juga di tengah kumpulan binatang. Jika bagian tertentu dari pusat
syaraf mencapai kematangan, maka bayi secara spontan akan mulai
mengeluarkan suara atau bunyi- bunyian. Pelahiran bunyi- bunyi tersebut
merupakan tanda adanya kesadaran pada bayi. Selanjutnya, bunyi- bunyi tadi
merupakan sinyal- sinyal guna menyatakan kehadiran diri dan keinginan sang
bayi. Bahasa menjadi alat untuk mengungkapkan pikiran dan maksud tertentu,
alat untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan untuk mengembangkan fungsi-
fungsi tanggapan, perasaan, fantasi, intelek dan kemauan. Bahasa merupakan
gejala tipis yang kita jumpai di kalangan masyarakat manusia, juga di tengah
kumpulan binatang. Jika bagian tertentu dari pusat syaraf mencapai kematangan,
maka bayi secara spontan akan mulai mengeluarkan suara atau bunyi- bunyian.
Pelahiran bunyi- bunyi tersebut merupakan tanda adanya kesadaran pada bayi.
Selanjutnya, bunyi- bunyi tadi merupakan sinyal- sinyal guna menyatakan
kehadiran diri dan keinginan sang bayi. Bahasa menjadi alat untuk
mengungkapkan pikiran dan maksud tertentu, alat untuk berkomunikasi dengan
orang lain, dan untuk mengembangkan fungsi- fungsi tanggapan, perasaan,
fantasi, intelek dan kemauan.
Menurut buhler ada tiga fungsi utama bahasa, yakni:9
1. Fungsi emotif (mengungkapkan perasaan pembicara)
2. fungsi referensial(memberi informasi yang mengacu pada sesuatu)
3. fungsi konatif(membuat pendengar melakukan sesuatu)
Menurut Karl Buhler(dalam kartono, 1990) terdapat tiga dorongan utama
dalam penggunaan bahasa, yaitu:
1. Kudgabe (pengumuman, maklumat, pembeitahuan) : ada dorongan yang
merangsang anak untuk memberitahukan isi kehidupan batiniahnya, yaitu
pikiran, kemauan, harapan, fantasi diri, dan lain- lain kepada orang lain.
2. Auslosung (pelepasan) : ada dorongan yang kuat pada anak untuk melepaskan
kata- kata dari kalimat sebagai hasil peniruan.
3. Darstellung (pengungkapan, penyampaian, pemaparan) : anak ingin
mengungkapkan keluar segala sesuatu yang menarik hati dan memikat
perhatiannya.
Teori Buhler cepat menjadi elemen-elemen dasar linguistik kita berpikir,
yang dianggap sebagai "bawaan" atau sebagai bagian dari warisan kuno.
Pernyataan dasar semiotik, komunikasi-teoretis dan prinsip-prinsip linguistiknya
merupakan perhatian seumur hidup dengan prinsip Gestalt manusia dan hewan
hidup.
Wettersten menjelaskan, Buhler pendekatan tidak cocok dengan paradigma
(program penelitian) dari kali dan di atas itu, kariernya adalah secara efektif
ditutup oleh pengambilalihan Nazi pada tahun 1938 sehingga Buhler, di puncak
kekuasaan (umur 58) berhenti untuk dapat melakukan atau mengarahkan
penelitian yang signifikan. Menurut Eschbach, Karl Buhler berupaya untuk
menemukan psikologi baru. Dimulai dengan pandangan bahwa dua paradigma
besar psikologi, Aristoteles dan Cartesian, gagal karena secara sistematis
merupakan asumsi palsu. Pertama berdasarkan gagasan-gagasan keagamaan
tentang jiwa, yang lain dengan asumsi bahwa manusia adalah mesin. Buhler
mengusulkan sejumlah prinsip-prinsip yang ia sebut "prinsip-prinsip kehidupan-
riset". Ini merumuskan program penelitian. Buhler menarik analogi lebih lanjut
dengan pasar, berbicara tentang keseimbangan antara penawaran dan permintaan
di psikologis.
10
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, J.W. (2004).Life Span Development, 9 th Edition. New York : Mc.
Graw Hill
Smith, Samuel, (1983). Ideas of the Great Psychologists. Cambridge: Barnes &
Noble Books
www.google.com : “Teori Frederich Wilhelm Froebel”
www.google.com : “Teori Wilhelm Preyer”
www.google.com : “Teori Charles H. Cooley”
www.google.com : “Teori Karl L. Buhler”
11