TIROID-OFTALMOPATI
Click here to load reader
-
Upload
amin-kamaril-wahyudi-arrdian -
Category
Documents
-
view
216 -
download
1
Transcript of TIROID-OFTALMOPATI
TIROID OFTALMOPATI
I. PENDAHULUANIstilah penyakit Graves menggambarkan kombinasi hipertiroidisme
dengan tanda mata. Pasien dengan kelainan mata penyakit Graves tetapi tanpa
bukti klinis hipertiroidisme dinyatakan mengidap penyakit Graves oftalmik.
Pasien mungkin memperlihatkan miksedema pratibia dan jari-jari gada, apabila
timbul bersamaan dengan tanda-tanda mata, kelainannya disebut akropaki
(acrophacy) tiroid.
II. DEFINISITiroid oftalmopati (Graves thyroid-associated atau dysthyroid
orbitopathy) adalah suatu kelainan inflamasi autoimun yang menyerang jaringan
orbital dan periorbital mata, dengan karakteristik retraksi kelopak mata atas,
edema, eritem, konjungtivitis, dan penonjolan mata (proptosis).
III. EPIDEMIOLOGIDari berbagai macam penelitian berpendapat bahwa tiroid oftalmopati
mengenai wanita 2,5-6 kali lebih sering daripada pria tetapi kasus berat lebih
sering dijumpai pada pria. Tiroid oftalmopati mengenai penderita dengan usia 30-
50 tahun dan kasus berat lebih sering dijumpai pada pasien dengan usia di atas 50
tahun.
IV. PATOGENESISAutoantibodi menyerang fibroblast pada otot mata, dan fibroblast tersebut
dapat berubah menjadi sel-sel lemak (adiposit). Sel-sel lemak dan pembesaran
otot dan menjadi radang. Vena-vena terjepit, dan tidak dapat mengalirkan cairan,
menyebabkan edema.
Gambaran utama adalah distensi nyata otot-otot okular akibat
pengendapan mukopolisakarida. Mukopolisakarida bersifat sangat higroskopik
sehingga meningkatkan kandungan air didalam orbita.
1
Sekarang diperkirakan terdapat dua komponen patogenik pada penyakit
Graves:
1. Kompleks imun tiroglobulin-antitiroglobulin berikatan dengan otot-otot
ekstraokular dan menimbulkan miositis
2. Zat-zat penyebab eksoftalmos bekerja dengan imunoglonulin oftalmik
untuk menyingkirkan thyroid stimulating hormone dari membran retro-
orbita, yang menyebabkan peningkatan lemak retro-orbita.
V. GAMBARAN KLINISTanda mata penyakit Graves mencakup retraksi palpebra, pembengkakan
palpebra dan konjungtiva, eksoftalmos dan oftalmoplegia. Pasien datang dengan
keluhan nonspesifik misalnya mata kering, rasa tidak enak, atau mata menonjol.(1,2)
The American Thyroid Association membuat penentuan derajat tanda
okular berdasarkan peningkatan keparahan
Kelas Tanda
0
1
2
3
4
5
6
Tidak ada gejala atau tanda
Hanya tanda, yang mencakup retraksi kelopak mata atas, dengan atau tanpa lid
lag, atau proptosis sampai 22 mm. Tidak ada gejala
Keterlibatan jaringan lunak
Proptosis > 22 mm
Keterlibatan otot ekstraokuler
Keterlibatan kornea
Kehilangan penglihatan akibat keterlibatan saraf optikus
Retraksi kelopak mata patognomonik untuk penyakit tiroid, terutama
apabila berkaitan dengan eksoftalmos. Mungkin unilateral atau bilateral dan
mengenai kelopak mata atas dan bawah. Kelainan ini sering disertai oleh miopati
2
restriktif, yang mula-mula mengenai rektus inferior dan menimbulkan gangguan
elevasi mata.
Patogenesis retraksi kelopak mata bermacam-macam, antara lain:
1. Hiperstimulasi sistem saraf simpatis
2. Infiltrasi peradangan langsung pada otot levator
3. Miopati restriktif otot rektus inferior dapat menimbulkan retraksi kelopak
mata akibat peningkatan stimulasi levator sewaktu mata mencoba melihat
ke atas.
A. Eksoftalmos
Kelainan ini biasanya asimetrik dan mungkin unilateral, dan secara klinis
perlu dilakukan perkiraan resistensi terhadap retropulsi bola mata secara manual.
Peningkatan isi orbita yang menimbulkan eksoftalmos sebagian besar disebabkan
oleh peningkatan massa otot-otot okular.
B. Oftalmoplegia
Kelainan ini lebih sering dijumpai pada penyakit Graves oftalmik,
biasanya mengenai orang tua dan asimetrik. Keterbatasan elevasi adalah kelainan
yang paling sering dijumpai, terutama disebabkan oleh adhesi antara otot rektus
inferior dan oblikus inferior. Kelainan ini dapat dikonfirmasi dengan mengukur
tekanan intraokular sewaktu elevasi, di mana terjadi peningkatan tekanan
intraokular yang mengisyaratkan adanya pertautan. Sering terjadi pembatasan-
pembatasan gerakan mata pada semua posisi menetap. Pasien mengeluhkan
diplopia.
C. Kelainan Saraf Optikus dan Retina
Kompresi bola mata oleh isi orbita dapat menyebabkan peningkatan
tekanan intraokular dan strie retina atau koroid. Diskus optikus dapat
membengkak dan menyebabkan gangguan penglihatan akibat atrofi optikus.
Neuropati optikus yang berkaitan dengan penyakit Graves kadang-kadang terjadi
akibat penekanan dan iskemia saraf optikus sewaktu saraf ini menyeberangi orbita
yang tegang, terutama di apeks orbita.
3
D. Kelainan Kornea
Pada sebagian pasien, dapat ditemukan keratokonjungtivitis limbik
superior. Pada eksoftalmos yang parah, dapat terjadi pemajanan dan ulserasi
kornea.
E. Tanda Spesifik
1. Tanda dari Von Graef : Palpebra superior tak dapat mengikuti gerak bola
mata, bila penderita melihat ke bawah palpebra superior tertinggal dalam
pergerakannya.
2. Tanda dari Dalrymple : Sangat melebarnya fisura palpebra, sehingga mata
menjadi melotot.
3. Tanda dari Stellwag : Frekwensi kedipan berkurang dan tak teratur.
4. Tanda Mobius : Kekuatan kkonvergensi menurun.
5. Tanda dari Gifford : Timbulnya kesukaran untuk mengangkat palpebra
superior karena menjadi kaku.
VI. DIAGNOSISTiroid oftalmopati secara klinis di diagnosa dengan munculnya tanda dan
gejala pada daerah mata, tetapi uji antibodi yang positif (anti-tiroglobulin, anti-
mikrosomal, dan anti-tirotropin reseptor) dan kelainan kadar hormon-hormon
tiroid (T3, T4 dan TSH) membantu menegakkan diagnosa.
Pemeriksaan pencitraan dapat membantu menegakkan diagnosa, antara
lain:
1. CT Scan dan MRI
CT scan dan MRI memberikan gambaran yang sangat baik dari otot-otot
ekstraokular, perlekatan otot, lemak intrakonal, dan anatomi apeks orbital.
Pembesaran otot muncul dalam berbagai bentuk diantara perut otot, dan penebalan
biasanya lebih dari 4 mm. Penonjolan lemak intrakonal dapat menyebabkan
proptosis. Kedua pemeriksaan ini dapat mendiagnosa tiroid oftalmopati dengan
atau tanpa penekanan saraf optik.
4
2. Ultrasonografi Orbital
Pemeriksaan ini sangat baik untuk diagnosa tiroid oftalmopati, dan
kekhasan reflektivitas internal otot-otot ekstraokular dari sedang sampai tinggi,
sama halnya dengan pembesaran perut otot. Perlekatan dari otot ekstraokular
dapat digambarkan dengan mudah. Pasien dengan tiroid oftalmopati menunjukkan
peak-systolic rendah dan percepatan end-diastolic yang dapat dinilai dengan
pencitraan Doppler.
3. Pencitraan Nuklir
Infiltrasi orbital dengan sel-sel mononuklaer pada tiroid oftalmopati dapat
diidentifikasikan oleh reseptor pencitraan dengan octreotide, sebuah analog
somatostatin teradiasi. Pasien dengan tiroid oftalmopati aktif menunjukkan
pengambilan octreotide yang tinggi dan merespon pengobatan lebih baik,
misalnya dengan kortikosteroid atau terapi radiasi. Pasien dengan kelainan inaktif,
tidak merespon pengobatan ini.
Pemeriksaan histologis memberikan gambaran:
1. Infiltrasi sel limfositik
2. Pembesaran fibroblas
3. Penumpukan mukopolisakarida
4. Edema interstisial
5. Peningkatan produksi kolagen
6. Fibrosis dengan perubahan degeneratif pada otot-otot mata.
VII. DIAGNOSIS BANDING1. Selulitis Orbital : infeksi yang serius dari jaringan mata dengan keluhan
demam,
proptosis, pergerakan mata terbatas, kelopak mata merah
dan
berair.
2. Selulitis Preseptal : inflamasi dan infeksi dari kelopak mata dan bagian kulit
5
disekitar mata dengan gejala mata berair, mata merah,
kotoran
mata, nyeri, injeksi konjungtiva dan demam.
VIII. PENATALAKSANAANA. Pengobatan Medis
1. Kontrol adekuat terhadap hipertiroidisme
2. Terapi untuk pemaparan kornea (karena penutupan palpebra tak adekuat
malam hari) harus dengan tetes mata metilselulosa sepanjang hari dan
salep kloramfenikol malam hari
3. Tetes mata guanetidin dapat menghasilkan perbaikan retraksi kelopak
temporer, yang mungkin berguna secara kosmetik
4. Prisma yang diselipkan pada kacamata penderita bisa membantu
mengoreksi setiap diplopia
5. Kasus-kasus parah dengan gejala hilangnya penglihatan, edema diskus,
atau ulserasi kornea yang harus diterapi segera dengan kortikosteroid dosis
tinggi (mis. Prednisolon 100-120 mg per hari) selama tiga sampai empat
hari dan kemudian dikurangi. Jika tidak ada perbaikan dalam beberapa
hari, maka harus dipertimbangkan dekompresi bedah dan radioterapi
orbita.
B. Pengobatan Bedah
Dekompresi orbita biasanya dilakukan dengan mengangkat dinding medial
dan inferior melalui pendekatan etmoidal. Dekompresi apeks orbita perlu
dilakukan agar hasil akhir baik. Dekompresi bedah orbita bertujuan
menghilangkan tekanan intraorbita.
Pembedahan pada otot-otot yang menggerakkan bola mata mungkin perlu
dilakukan untuk meluruskan pandangan pada penderita yang sudah lama
mengidap diplopia.
IX. KOMPLIKASIDengan tiroid eksoftalmos, dapat terjadi infeksi atau keterlibatan kornea.
6
X. PROGNOSISPrognosis umumnya baik. Kebanyakan pasien tidak memerlukan tindakan
pembedahan. Faktor-faktor resiko untuk tiroid oftalmopati yang progresif dan
berat yang membuat prognosis menjadi buruk antara lain:
1. Jenis kelamin laki-laki
2. Usia lebih dari 50 tahun
3. Onset gejala cepat dibawah 3 bulan
4. Merokok
5. Diabetes
6. Hipertiroidisme berat atau tidak terkontrol
7. Kemunculan miksedema pretibia
8. Kadar kolesterol tinggi (hiperlipidemia)
9. Penyakit pembuluh darah perifer.
7
Gambar 1. Gambar 2.
Ket.: Gambar 1.: Proptosis berat dan retraksi kelopak mata dari tiroid oftalmopati.
Pasien ini juga memiliki kerusakan saraf penglihatan dari tiroid
oftalmopati.
Gambar 2.: CT scan potongan axial dari orbital. Tampak pembesaran perut
otot
yang memisahkan perlekatan otot dari bola mata.
PULSATING EXOFTALMUS
I. DEFINISIPulsating eksoftalmus adalah eksoftalmus yang disertai pulsasi bola mata.
II. ETIOLOGI
8
Paling sering disebabkan oleh arterio venous aneurysma antara a. carotis
interna dan sinus cavernosus biasanya akibat trauma tembus, pukulan yang keras
atau jatuh di kepala yang menyebabkan kerusakan dasar tengkorak terutama os.
Sfenoid. Jarang disebabkan oleh karena degenerasi dinding pembuluh darah. Juga
dapat disebabkan oleh tumor vaskular. Penyakit ini jarang sembuh spontan,
biasanya disertai dengan gejala-gejala serebral dan perdarahan yang dapat
berakibat fatal
III.GEJALA KLINISDengan palpasi atau dengan pemeriksaan stetoskop akan teraba dan
terdengan gemuruh di mata, di dahi, dan di kepala yang sesuai dengan denyut
nadi. Terdapat edema di palpebra, konjungtiva dan juga di papil nervus II.
Pembuluh darah di palpebra, konjungtiva, dan retina melebar. Juga terdapat rasa
sakit. Penekanan terhadap arteri carotis komunis sisi yang sama akan
menyebabkan pulsasi dan suara gemuruh berkurang.
IV. PENATALAKSANAANSementara penekanan dengan jari atau dengan alat pada a. carotis comunis
pada sisi yang sama. Kemudian dilakukan pengikatan dari a. carotis comunis atau
vena oftalmika pada sisi yang sama.
PERIOSITIS ORBITA
I. DEFINISIPeriositis orbita adalah peradangandari periost tulang-tulang
orbita.terjadinya dapat akut atau kronik dapat terbatas pada margo orbita atau
9
lebih dalam. Pada perjalanan penyakitnya mungkin dapat terjadi penebalan
periost, pembentukan tulang, abses, timbulnya nekrosis atau karies tulang orbita.
II. ETIOLOGI1. Peradangan dari kulit atau sinus-sinus di sekitar mata.
2. Trauma yang disertai infeksi di orbita.
3. TBC terutama pada anak-anak. Biasanya mengenai margo orbita lateralis.
Pada tempat ini timbul benjolan berwarna merah tanpa rasa sakit yang
disebut cold abses. Perjalanan penyakinya menahun.
4. Lues stadium III pada dewasa. Biasanya mengenai margo orbita superior.
Perjalanan penyakitnya akut.
III.GEJALA KLINIKMengenai margo orbita
1. Terasa sakit terutama pada penekanan margo orbita.
2. Timbul benjolan yang sukar digerakkan dari dasarnya.
3. Palpebra dan konjungtiva bengkak.
4. Bila berat, keadaan umum dapat terganggu. Sering berakhir dengan
absorbsi total dari peradangan tersebut bila pengobatan diberikan segera
secara intensif. Jarang timbul abses yang dapat menyebabkan perforasi si
kulit.
Mengenai periost yang lebih dalam
1. Sakitnya lebih hebat disertai pembengkakan yang hebat dari palpebra dan
konjungtiva.
2. Terdapat eksoftalmus
3. Keadaan umum terganggu, dapat berakhir dengan absorbsi total atau
menyebabkan penebalan periost dan nekrosis tulang.
4. Jika terbentuk abses keadaan menjadi lebih buruk dan sukar dibedakan
dari selulitis orbita. Pus dapat menjalar ke depan tetapi lambat. Yang lebih
berbahaya jika pus masuk ke dalam tulang tengkorak sehingga dapat
menyebabkan meningitis atau abses otak.
10
IV. PENATALAKSANAANLocal diberikan kompres hangat. Pada yang supuratif dilakukan insisi
sepanjang margo orbita untuk mengeluarkan pusnya. Kemudian dimasukkan
tampon yodoform untuk mengeluarkan pusnya dari fistula dan tampon ini harus
diganti setiap hari sampai pus tidak keluar lagi. Bila ada karies dari tulang yang
nekrotik harus dikeluarkan dengan operasi.
11