Tipologi Kitab Hadis Al-Majami (Sahih Al-Bukhari dan Muslim)
-
Upload
abuazzam-syukrillah -
Category
Documents
-
view
190 -
download
18
description
Transcript of Tipologi Kitab Hadis Al-Majami (Sahih Al-Bukhari dan Muslim)
-
0
KITAB HADIS AL-JAWA
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kedudukan hadis begitu penting dan tinggi sebagai sumber hukum dan
referensi tertinggi kedua setelah al-Quran dalam sistem hukum Islam (al-Tashri>
al-Isla>mi>).1 Bersama Al-Quran, hadis telah menjadi teks sentral dalam peradaban
Islam bukan hanya dalam tataran normatif-teoritis namun juga
terimplementasikan dalam konsensus, dialektika keilmuan dan praktek
keberagaman umat Islam seluruh dunia sepanjang sejarahnya.
Oleh karena itu, para intelektual muslim di bidang hadis sangat perhatian
terhadap dokumentasi dan penulisan hadis. Aktivitas al-riwa>yah dan al-dira>yah
hadis serta produknya dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu pertama, periode
Taqyi>d; kira-kira semenjak zaman Rasulullah hingga ke akhir abad pertama
hijrah. Kedua, periode Tadwi>n; kira-kira dari awal abad kedua sampai
pertengahan abad itu.Ketiga, periode Tas}ni>f; kira-kira dari pertengahan abad
kedua hingga seterusnya.
Periode Taqyi>d adalah periode ketika hadis dicatat dalam buku-buku kecil
(s}ah}i>fah; booklet) oleh para Sahabat dan Tabiin. Jumlah risalah dan catatan kecil
mengenai hadis mencapai ratusan jumlahnya. Periode Tadwi>n, dimulai dengan
perintah Umar bin Abd al-Aziz (w. 101 H) yang menjadi khalifah saat itu untuk
mengumpulkan dan mencatatkan hadis-hadis Rasulullah SAW. Kebanyakan buku
dalam periode ini belum diberi nama dan belum disusun berdasarkan bab-bab
tertentu. Adapun periode Tas}ni>f ditandai dengan munculnya buku-buku hadis
yang mempunyai nama sendiri dan disusun berdasarkan bab-bab tertentu.
Contohnya al-Muwa>t}t}a susunan Imam Malik bin Anas (w. 179 H), al-Musnad
oleh Dawud al-Tayalisi (w. 203 H), al-Mus}anaf oleh Abd al-Razzaq (w. 211 H),
1Mayoritas ulama sepakat bahwa kedudukan (manzilah) sunnah dalam adillah ash-sharyyah
menempati posisi kedua setelah Al-Quran karena (1) al-Quran bersifat qat}iy al-thubu>t, sementara sunnah bersifat z}anniyah al-thubu>t, sehingga yang qat}iy diutamakan daripada yang z}anny, (2) karena sunnah berfungsi sebagai baya>>n bagi Al-Quran, sementara kedudukan penjelas (al-baya>n) adalah ta>bi (pengikut) bagi yang dijelaskan (al-mubayyan), (3) secara normatif, Rasulullah SAW secara taqri>ry menetapkan hal tersebut dalam hadis Muadz tatkala diutus ke Yaman. Lihat Wahbah al-Zuhaily, al-Waji>z fi Us}u>l al-Fiqh (Damaskus : Dar al-Fikr, Cet. 1, 1419 H), 37-38
-
2
termasuk al-Ja>mi al-S{{ah}i>h} oleh Imam Bukhari (w. 256 H), al-Ja>mi al-S{{ah}i>h}
karya Imam Muslim (w. 261 H) dan Al-Ja>mi oleh Al-Tirmidzi (w. 279 H).2
Selanjutnya, Abab ke-3 H (200-300 H) inilah yang menjadi kurun yang paling
cemerlang dalam sejarah pengumpulan dan kodifikasi Sunnah, penelitian dan
kritik hadis serta penyaringan/seleksi periwayatannya. Pada abab ini muncul para
pakar dan ulama besar di bidang hadis, kritik hadis dan lahir produk-produk
keilmuan yang unggul berupa al-kutub al-sittah dan lainnya yang hampir
menghimpun seluruh hadis-hadis yang tha>bit yang menjadi referensi utama bagi
para ulama di bidang keilmuan Islam lainnya.3 Gerakan intelektual yang massif
di bidang penulisan kitab-kitab hadis di era tas}ni>f ini membuahkan produk
berupa puluhan bahkan ratusan kitab-kitab sunnah berupa sunan, al-mus}annafa>t,
al-jawa>mi, al-masa>nid, kitab-kitab tafsir, kitab al-Magha>zi>dan siyar, maupun
berbentuk juz-juz khusus yang mencantumkan hadis-hadis dalam bab-bab
tentang tema-tema tertentu.4
Dalam makalah ini akan dibahas secara spesifik tentang tipologi kitab-
kitab hadis yang termasuk dalam al-jawa>mi. Pembahasan dimulai dari definisi,
contoh, tingkat validitas hadis-hadisnya,hingga karakteristik metodologinya.
2Ugi Suharto, Peranan Tulisan Dalam Periwayatan Hadith (Majalah Islamia, Thn. I No. 2/Juni-
Agustus, 2004), 82-84 3Muhammad Muhammad Abu Syuhbah dan Abd al-Ghany, Difa an al-Sunnah wa Radd Syubh
al-Mushtariqi>n wa al-Kita>b al-Muas{iri>n- wa yali>hi al-Radd ala Man Yunkir Hujjiyyah al-Sunnah (Kairo: Maktabah al-Sunnah, cet. 1, 1989 M), 26 4 Ugi, Peranan.., 83-84
-
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Al-Jawa>mi
1. Secara Etimologis
Al-Jawa>mi adalah bentuk plural dari kata al-ja>mi (). 5Jim-mim-ain
dalam struktur kata jamaa bermakna mengumpulkan sesuatu dari kondisi
terpecah atau terpisah, yajmauhu jaman artinya mengumpulkannya hingga
terhimpun.6Al-Ja>mi adalah antonim dari kata al-mutafarriq (sesuatu yang
terpecah belah, berserakan).7Ja>mi berarti mencakup (comprehensive), meluas
(extensive), melebar (broad), umum (general), menyeluruh (universal);
mengumpulkan (collector), menggabungkan (compiler of a book); memadukan
(compositor).8
2. Secara Terminologis
Merujukpendapatmuhadithi>n,al-Jawa>midapat didefinisikan sebagai
berikut;
Seluruh kitab hadis yang terdapat di dalamnya hadis dalam berbagai jenis
tema yang dibutuhkan baik dalam masalah akidah, hukum (ah{ka>m), al-raqa> iq, etika makan, (petunjuk saat) perjalanan jauh (safar), (petunjuk saat) mukim, (hadis-hadis) yang berkaitan dengan sejarah (al-ta>rikh wa al-siyar) dan sebagainya.9
5 Ibrahim Mustafa, et al. Mujam al-Wasi>t}. Juz 1(Kairo: Da>r al-Dawah, tth), 135
6 Abu al-Hasan Ali bin Isma>il al-Mursy. Al-Muhkam wa al-Muh}i>t} al-Az}am. Vol. 1, ed. Abd al-
H{ami>d Hindawy (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, cet. 1, 1421 H/2000 M), 347 7 Al-Fairuz a>ba>dy. Al-Qa>mu>s al-Muhi>t}. ed. Muhammad Nuaim al-Arqusu>sy (Beirut: Muassasah
al-Risalah, cet. 2, 1426 H/2005 M), 710 8 Hans, Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic (London: Goerge Allen & Unwin Ltd.,
1970), 990 9 Muhammad S{iddi>q al-Minsha>wy. Qa>mu>s Must}alah{a>t al-Hadi>th al-Nabawy. (al-Qa>hirah: Da>r al-
Fad{i>lah, tth), 49. Al-Katta>ny, Abu Abd Allah Muhammad bin Abi al-Faidh. Al-Risa>lah al-
-
4
Dalam ungkapan yang hampir sama, definisial-Jawa>miadalah:
, , , : ,
. , , , , Kitab yang tersusun atas bab-bab yang mencakup hadis-hadis dalam
seluruh tema atau topik agama dan bab-babnya. Jumlah bab pokok ada
delapan yaitu akidah, hukum, sejarah (siyar), adab, tafsir, al-fitan, perihal kiamat, al-mana>qib.10 \\
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kitab-kitab hadis yang
disusun menggunakan tipe al-jawa>mi adalah kitab yang menghimpun hadis
hadis dalam berbagai aspek masalah keagamaan, bukan hanya terbatas pada
bidang fikih saja sebagaimana kitab-kitab muwa>t}t}a, mus}annaf dan sunan.
Menurut Sayyid Abd al-Majid al-Ghaury, kitab-kitab hadis al-jawa>mi tidak jauh
berbeda dengan kitab-kitab hadis sunan. Perbedaannya adalah pada umumnya
kitab-kitab sunan tidak mencantumkan bab-bab hadis tentang akidah, al-fitan
dan al-mana>qib.11
Sebelum dikompilasikan dalam satu himpunan kitab hadis, masing-
masing delapan tema yang terdapat dalam kitab hadis bertipe al-jawa>mi tersebut
terpisah-pisah dalam satu kitab tersendiri. Misalnya dalam masalah akidah, Ibnu
Khuzaimah menulis kitab hadis al-Tauhid, dalam masalah hukum fikih ada
sunan Abu Da>wud, Ibn Ma>jah, Al-Nasai, dll. Dalam masalah al-Raqa>iq, Imam
Ahmad menyusun Kitab Al-Zuhd. Dalam masalah Adab, Imam Bukhari menulis
Kitab al-Adab al-Mufrad. Untuk hadis-hadis tafsir, terdapat kitab yang ditulis
oleh Ibnu Mardawaih dan Ibn Jari>r. Dalam masalah al-safar wa al-qiya>m, Al-
Mustat}rafah li baya>n mashhu>r Kutub al-Sunnah al-Musharrafah. Ed. Muhammad al-Muntas}ir al-Zamzamy(Beirut: Da>r al-Bashair al-Islamiyah, cet. 6, 1421 H/2000 M), 42, Abd al-Rahma>n bin
Ibrahi>m al-Khumaisy. Mujam Ulu>m al-H{adi>th al-Nabawy (Jeddah: Da>r al-Andalus al-Khadra>, tth), 83 10
Nu>r al-Di>n Itr, Manh}aj al-Naqd fi Ulu>m al-H{adith (Damaskus : Dar al-Fikr, Cet. 3, 1418 H/1997 M), 198-199 11
Sayyid Abd al-Majid al-Ghaury, Al-Wajiz fi Tarif Kutub al-Hadi>th (Beirut: Da>r Ibn Kathi>r, cet. 1, 1430 H/2009 M), 19
-
5
Tirmidhi menulis Kitab al-Shama>il. Tentang al-Fitan ditulis oleh Nuai>m bin
Hamma>d, dll.12
Dalam beberapa kitab, istilah al-jawa>mi digunakan untuk pengertian
yang lain yaitu untuk kitab-kitab yang dimaksudkan oleh penulisnya untuk
menghimpun (mengkompilasikan) hadis-hadis Nabi secara mutlak atau tanpa
batasan kriteria tertentu seperti kitab al-Ja>mi al-Kabi>r dan al-Ja>mi al-S}aghir
yang disusun oleh Al-Suyu>t}i, atau kitab-kitab yang menghimpun hadis-hadis dari
kumpulan kitab hadis tertentu misalnya al-Ja>mi al-Us}u>l karya Ibn al-Athi>r yang
mengkompilasikan kutub al-hadi>th al-sittah dan Ja>mi al-al-Masa>ni>d karya Ibn
Kathi>r yang menghimpun hadis-hadis dalam kitab hadis yang sepuluh (kutub al-
hadi>th al-Asharah).13 Padahal, klasifikasi yang tepat untuk tipologi kitab-kitab
tersebut adalah al-maja>mi. Kitab tipe al-maja>mi tersebut tidak memiliki atau
mencantumkan jalur sanad periwayatan persatuan hadis yang tersendiri atau
orisinil dari penulis kitabnya, akan tetapi bersifat copy-paste dari kitab-kitab
hadis lain seperti kitab-kitab al-jawa>mi dan al-sunan. Demikian pula, pokok-
pokok bahasan dan babnya mengikuti kitab-kitab hadis rujukannya.
B. Karakteristik Kitab Hadis al-Jawa>mi
Kitab-kitab yang disusun menggunakan tipe al-jawa>mi mempunyai
karakteristik sendiri yang berbeda dengan tipe-tipe yang lain. Karakteristik tipe
penyusunan kitab al-jawa>miantara lain sebagai berikut: (1) Penyusunan kitab
topikal berdasarkan bab-bab fiqh; (2) Penyusunan bab-babnya dilakukan secara
sistematis; (3) Kebanyakan hadis-hadisnya marfu>;(4) Kualitas hadis-hadisnya
kebanyakan sahih; (5) Memuat hadis-hadis berbagai macam masalah agama
seperti akidah, hukum, perbudakan, tata cara makan dan minum, berpergian dan
tinggal di rumah, tafsir, sejarah, perilaku hidup, pekerti baik dan buruk.14
Kitab-kitab hadis yang disusun dan dikodifikasi menggunakan tipe kitab
al-jawa>mi jumlahnya relatif banyak, di antaranya adalah:
12
S{ubhi Al-S{a>lih, Ulum al-Hadith wa Musthalahuhu-Ardhun wa Dirasatun (Beirut: Dar al-Ilm al-Malayin, cet. 15, 1984 M), dalam foot note hal 122-123 13
Lihat Abu Ya>sir Muhammad bin Mat}r An al-Sunnah al-Nabawiyah; Nashatuhu wa tat}awwuruhu min al-Qarn al-Awwal ila> Nihayah al-Qarn al-Ta>si al-Hijry (Riyadh: Da>r al-Hijrah, cet. 1, 1417 H/1996 M), 248. 14
Idri. Studi Hadis (Jakarta: Kencana Prenada Media grup,Cet. Ke-2, 2013), 121
-
6
1. Kitab karya Muhammad ibn Isma>i>l al-Bukha>ry (w. 256 H) yang
berjudul al-Ja>mi al-S{ah}i>h al-Musnad al-Mukhtas}ar min Umu>r Rasul
Allah S}alla Allah alayh wa Sallam wa Sunanih wa Ayya>mih atau
yang lebih popular dengan nama Kitab al-Ja>mi al-S{ah}i>h atau S{ah{i>h
al-Bukha>ry.
2. Kitab al-Ja>mi al-S{ah{i>h karya Muslim ibn Hajja>j al-Qushairy al-
Naisabury (w. 261 H)
3. Kitab al-Ja>mi al-S{ah}i>h karya Abu I Muhammad ibn I al-
Tirmidzi (w. 279 H)
4. Kitab al-Ja>mi karya Mamar ibn Rashi>d al-Azdy al-Bas}ry (w. 153 H).
5. Kitab al-Ja>mi karya Sufyan al-Thawry (w. 161 H)
6. Kitab al-Ja>mi karya Sufyan ibn Uyainah (w. 198 H).15
Dalam pembahasan di makalah ini akan diulas tiga kitab tipe al-
jawa>miyang paling popular hingga era kontemporer dewasa yaitu: (1) Al-Ja>mi
al-S{ah}i>h karya Imam al-Bukhari, (2) Al-Ja>mi al-S{ah}i>h karya Imam Muslim, dan
(3) Al-Ja>mi karya Imam al-Tirmidzi yang popular dengan sebutan Sunan al-
Tirmidzi karena perhatian khususnya terhadap hadis-hadis hukum.16
C. Profil Ringkas Penulis dan Kitab bertipe al-Jawa>mi :
1. Kitab Al-Ja>mi al-S{ah}i>h karya Imam al-Bukhari
a. Profil Penulis
Penulis kitab Al-Ja>mi al-S{ah}i>h atau Sahih al-Bukhari bernamalengkap
adalah Abu Abd Allah Muhammad bin Isma>i >l bin Ibra>hi>m bin Al-Mughi>rah bin
Bardizbah al-Ju>fy (194-256 H).17Imam Bukhari lahir pada hari Jumat setelah
sholat Jumat tanggal 13 Syawwal 194 H.18
15
Ibid, 121, Sayyid Abd al-Majid al-Ghaury, Al-Wajiz.., 19-20 16Itr, Manhaj al-Naqd..., 199 17
Al-Dhahaby, Siyar Ala>m al-Nubala>, Vol.12 (Beirut : Muassasah al-Risa>lah, cet. 9, 1413 H/1993M), 392. Adapun tentang nisbat kepada al-Bukhari karena beliau berasal dari negeri yang
bernama Bukhara, kota terbesar di wilayah Transaxonia-wilayah di seberang sungai Jeihun- yang
sekarang masuk wilayah Uzbekistan di Asia Tengah. Lihat Al-Husaini Abd al-Majid Hasyim, al-
-
7
Jumlah guru al-Bukhari sangatlah banyak, lebih dari seribu orang guru.
Daftar panjang guru-guru al-Bukhari dapat ditemukan dalam catatan biografi
beliau dalam berbagai kitab tarikh dan rijal hadis.Al-Mizzi dalam Kitab Tahzi>b
al-Kama>l berusaha untuk menghimpun nama-namanya dan menyusunnya secara
alfabetis.19
Menurut penelitian Ibnu Hajar terhadap 1080 yang menjadi guru al-
Bukhari semuanya adalah periwayat hadis.20
Dari 1080 orang gurunya tersebut,
al-Bukhari menyeleksi hadis mereka dan hanya mencantumkan hadis dari 289
orang di antara mereka dalam Kitab al-Ja>mi al-S{ah}i>h-nya.
Adapun murid-Murid Imam Bukhari yang menjadi tokoh ulama hadis
yaitu; (1) Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi (w. 279 H), Seorang al-Ima>m
al-Hafiz} dalam ilmu hadis. Penulis banyak kitab di antaranya Jami At-Tirmidzy
atau terkenal dengan Sunan At-Tirmidzi. (2) Abu Hatim Ar-Razy (w. 277 H),
Seorang tokoh di Imam para al-hafiz{} dan sangat thiqah. Pakar di Bidang jarh wa
tadil(kritik perawi) dan ilal hadis. (3) Imam Muslim (w. 261 H). Imam para
hafidz, penulis Kitab al-Ja>mi al-S{ah{i>h} yang terkenal dengan Sahih Muslim.
Al-Bukhari meninggalkan sekitar 20 karya dalam bidang hadis, ilmu
hadis, ilmu rijalul hadis dan bidang keilmuan yang lainnya.Di antara karya al-
Bukhari yaitu: (1) Al-Ja>mi al-S{ah}i>h}, (2) al-Adab al-Mufrad, (3) Al-Mutalaf wa
al-Mukhtalaf, (4) al-Ta>rikh al-Kabi>r, dll.21
b. Nama Kitab Al-Ja>mi al-S{ah}i>h
Sahih al-Bukhari, inilah nama ringkas yang popular baik di kalangan
ulama maupun di tengah masyarakat umum. Terkadang disebut al-Ja>mi al-
S{ah{i>h}. Tentang nama lengkap kitab ini, terdapat perbedaan penyebutan.
Imam al-Bukhary> : Muh}addithan wa Faqi>han (Kairo: Mashr al-Arabiyah li al-Nasyr wa al-Tauzi, t.th.), 23 18
Al-Dhahaby, Siyar Ala>m, 12/393. Ibnu Kathir, Al-Bida>yah wa al-Nihayah, ed. Abdullah bin Abdul Muhsin al-Turky (Kairo: Da>r Hijrah, cet. 1, 1417 H/1997 M), 14/527. Ibnu Hajar, Taghli>q al-Tali>q, ed. Said Abdurrahman al-Qazuqy (Beirut: al-Maktab al-Islamy dan Dar Ummar, cet. 1, 1405 H), 5/385 19
Abu al-Hajjaj bin Abdurrahman al-Mizzy, Tahdhi>b al-Kama>l, Vol. 24, ed. Basyar Awwad Maruf (Beirut: Muassasah al-Risalah, cet. 2, 1403 H/1983 M) , 431-434 20
Ibnu Hajar, Hadyu al-Sa>ry Muqaddimah Fath} al-Ba>ry, ed. Syaikh Abd al-Qadir Syaibah al-Hamd (Riyadh: Maktabah al-Malik Fahd al-Wat{oniyyah, cet. 1, 1421 H/ 2001 M), 503, Ibnu
Hajar, Taghliq al-Taliq, Vol. 5, 391 21
Ibid., Vol. 2, 1314
-
8
Setidaknya ada tiga versi nama yang beredar di kalangan ulama: (1) Al-Ja>mi al-
Musnad al-S{ah}i>h} al-Mukhtas}ar min Umu>r Rasu>lillah S{allallahu alaihi wa sallam
wa Sunanihi wa Ayya>mihi.22 Kedua, Al-Musnad al-Ja>mi al-S{ah}i>h} al-Mukhtas}ar
min Umu>r Rasu>lillah Shollallahu alaihi wa sallam wa Sunanihi wa
Ayya>mihi.23(3) Al-Ja>mi Al-S{ah}i>h} al-Musnad min H{adi>th Rasu>lillah wa Sunanihi
wa Ayya>mihi.24Al-Shari>f Ha>tim bin Arif al-Auny menginformasikan bahwa
Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah (1418 H) yang telah meneliti dan membahas
dalam satu jilid khusus yang berjudul Tah}qi>q ismay al-S{ah}i>h}ain wa ism Jami> al-
Tirmidhi> menyimpulkan bahwa nama yang tepat adalah Al-Ja>mi al-Musnad al-
S{ah}i>h} al-Mukhtas}ar min Umu>r Rasu>lillah S{allallahu alaihi wa sallam wa
Sunanihi wa Ayya>mihi. Al-Auny menyepakati kesimpulan tersebut.25
Ada indikasi makna (dila>lah) penting yang terkadung di balik penamaan
tersebut oleh Imam al-Bukhari, sebagai berikut:26Al-Ja>mi, maksudnya kitab
tersebut menghimpun hukum-hukum (al-Ahkam) dan keutamaan berbagai
amalan (al-fadhoil), peristiwa sejarah atau kisah-kisah masa lalu dan akan
datang, masalah adab, ar-raqa>iq, dan tafsir. al-S{ah}i>h}, maksudnya kitab tersebut
menghindari masuknya hadis-hadis dhoif, sebagaimana riwayat yang sahih dari
Imam Bukhari yang menyatakan: Saya tidak memasukkan suatu hadis dalam
kitab saya Al-Jami kecuali hadis itu sahih. Al-Musna>d, maksudnya objek utama
takhrij hadis-hadis dalam kitab tersebut adalah hadis-hadis yang
muttashilsanadnya melalui shahabat kepada Rasulullah SAW baik berupa
perkataan, perbuatan maupun taqri>r Nabi SAW. Adapun, jika ada dalam kitab
tersebut yang di luar itu, maka hanya pelengkap (taban) dan paparan penjelas
(ard{an), bukan materi pokok (as}lan) dan tujuan. Penyebutannya merupakan
bukti penguat (istishha>d) dan informasi tambahan (istina>s) agar kitab tersebut
mampu menghimpun aspek-aspek substantif Islam. Al-Mukhtas}ar, menunjukkan
22
Ibnu S{ala>h. Ulum al-Hadis.., 22, Muhammad Muhammad Abu Syaibah, Fi Rih}>ab al-Sunnah al-Kutub al-S}ih}ah al-Sittah (Kairo: Silsilah al-Buhuth al-Islamiyah li al-Azhar, 1415 H/1995 M), 75, 23
Siddiq Hasan Al-Qonujy, Al-Hitthah fi Dzikri as-Sihhah as-Sittah, ed. Ali Hasan al-,aby (Beirut: Dar al-Jail, tt.), 294 24
Ibnu Hajar, Hadyu al-Sa>ry Muqaddimah Fath} al-Ba>ry.., 10 25
Al-Sharif Hatim Arif alAuny, al-Unwa>n al-S{ahih li al-Kitab : Tarifuhu wa Ahamiyyatuhu wa Wasa>il Marifatihi wa Ihka>mihi Amthilah li al-Akht}a fih (Makkah al-Mukarramah: Dar Alam al-Fawa>id, 1419 H), 50 26
Ibid., 50-51, Khalil Ibrahim Mulakhatar, Maka>nah S{ah}i>h}ain (Kairo: al-Mathbaah al-Arabiyah al-Hadithah, cet. 1, 1402 H), 43
-
9
maksud Imam Bukhari yang tidak meniatkan untuk menghimpun semua hadis-
hadis sahih yang diketahuinya dalam kitab tersebut.27
c. Latar Belakang Penulisan Sahih Bukhari
Menurut penelusuran Ibnu Hajar terhadap riwayat-riwayat terkait, ada
tiga hal yang menjadi sebab penyusunan Sahih Bukhari,28
yaitu:
1) Kekurangpuasan terhadap metode penulisan kitab-kitab hadis yang ada pra-
Imam Bukhari. Imam Bukhari menemukan kitab-kitab hadis yang disusun
sebelum masa beliau baru bersifat menghimpun dan mengoleksi hadis dengan
mencampuradukkan berbagai kualitas hadis tanpa dijelaskan kesahihan dan
kedhoifannya. Metode semacam ini kurang tepat untuk konsumsi publik.
Beliau tergerak minatnya untuk menghimpun hadis-hadis sahih saja yang
tidak diragukan kesahihannya dalam satu kitab.
2) Saran dari guru al-Bukhari, Amirul mukminin fi al-hadis wa al-Fiqh Ishaq bin
Ibrahim al-Handzaly, yang dikenal dengan nama Ibnu Rahawaih. Imam
Bukhari bercerita: Ketika kami berada dalam majlis Ishaq bin Rahawaih,
beliau berkata: Alangkah baiknya, seandainya kalian menghimpun satu kitab
yang ringkas untuk riwayat yang sahih dari sunah Rasulullah SAW. Maka,
terbetiklah niat itu dalam hatiku dan aku pun mulai mengumpulkan hadis
sahih untuk menyusunnya.
3) Ilham dari Rasulullah SAW dalam mimpi al-Bukhari. Imam Bukhari berkata:
Saya mimpi bertemu Rasulullah SAW, seakan saya berdiri di hadapan
beliau. Saat itu di tanganku ada kipas yang aku kibaskankan untuk
melindungi beliau. Aku bertanya kepada beberapa ahli takwil mimpi, dan
dikatakan kepadaku: Kamu akan membela beliau dari kedustaan (atas nama
beliau). Hal inilah yang mendorongku untuk menulis al-Ja>mi al-Sah}i>h.
Ketiga sebab ini, tidaklah saling bertentangan. Namun, ketiganya menjadi
faktor yang saling menguatkan motivasi imam Bukhari untuk memulai proyek
penulisan kitab al-Ja>mi al-Shoh}i>h -nya.
27
Khalil Ibrahim Mulakhatar, Makanah S{ah}i>h}ain, 34 28
Ibn Hajar, Al-Hadyu, 311-312
-
10
d. Proses Penulisan dan Publikasi Periwayatan
Imam Bukhari mulai menulis Kitab al-Ja>mi al-Shoh}i>h saat beliau berada
di Masjidil Haram. Beliau melanjutkan dan melengkapi hadis-hadisnya hingga
selesai penulisan kitab tersebut selama 16 tahun di berbagai tempat yang dilalui
dan disinggahinya.29
Al-Bukhari berupaya memilih dan menyaring sanad dan
matan hadis-hadis dari hafalan dan catatannya. Al-Bukhari berkata: Saya
cantumkan hadis-hadis dalam kitab iniyaitu al-Ja>mi al-S{ah{i>h}(sebagai
seleksi) dari sekitar 600.000 hadis.30
Kitab itu menjadi hujjah31 antara diriku
dengan Allah.32
Imam al-Bukhari menyelenggarakan forum-forum ilmiah untuk
mendiktekan (imla) hadis-hadis dalam Kitab al-Ja>mi al-Shoh}i>h.Muridnya, Al-
Farbary, menyebutkan bahwa ada 90.000 orang yang mempelajari langsung
dengan mendengar (sima) periwayatan dari al-Bukhari, dan orang terakhir yang
meriwayatkan secarasima di Baghdad adalah al-Qodhi Husain al-Mahamily.33
e. Metodologi Kitabal-Ja>mi al-Shoh}i>h
1) Kodifikasi hadis yang digunakan oleh al-Bukhari dalam penyusunan kitab
sahihnya berbentuk fomat dan sistematika fiqh, istinba>t} al-ahka>m serta
29
Terdapat perbedaan riwayatan tentang tempat penulisan as-sahih ini, namun dapat
dikompromikan, Khalil Ibrahim Mulakhatar, Makanah S{ah}i>h}ain, 36-38. Lihat Ibnu Hajar, Hadyu as-Sa>ry, Vol. 2, 479. Ibnu Hajar, Taghliq al-Taliq, Vol. 5, 418 30
Ada yang heran dengan angka 600.000 hadis ini dan meragukan pernyataan al-Bukhari dengan
logika; Kalau benar jumlah hadis demikian, berarti Nabi adalah orang yang banyak berkata-kata; Bantahan terhadap kesalahpahaman terhadap maksud al-Bukhari, bahwa maksud al-
Bukhari adalah (1) cara perhitungan hadis. Jumlah yang banyak tersebut mencakup keseluruhan
hadis baik yang berulang (mukarrar) sanadnya, satu hadis yang diriwayatkan dengan dua jalur
dihitung sebagai dua hadis. (2) hadis yang dimaksud bukan hanya hadis marfu kepada Nabi SAW
tetapi juga hadis mauquf dan maqt}u berupa athar shahabat dan tabiin.(3). Hadis Nabi bukan hanya berbentuk perkataan, tapi juga berbuatan dan taqri>r (persetujuan) Nabi SAW. Demikian juga mencakup seluruh peristiwa dan aktivitas kehidupan Nabi dan Shahabat.Yang dimaksud
dengan 600.000 hadis di sinisuatu angka yang besaradalah dihitung bersama semua versi
sanad periwayatan hadis-hadis yang memiliki matan yang sama atau serupa. Misalnya hadis:
man yuri>d Allahu bihi khairan yufaqqihu fi al-din, diriwayatkan dari beberapa shahabat, maka masing-masing sanad dihitung sebagai hadis yang berbeda. Demikian pula variasi di tingkat
thabaqoh selanjutnya. (lihat Abu Amr Uthma>n Ibn S{ala>h, Ulu>m al-Hadi>th (Muqaddimah Ibn Al-S{ala>h), ed. Nuruddin Itr (Beirut: Dar al-Fikr, cet. 3, 1418 H), 20-21 31
Hujjah adalah jawaban ketika ditanyakan landasan setiap amal perbuatan pada Yaumul Mizan
nanti.. Sebagaimana ayat wala taqfu ma laisa laka bihi ilmun..Setiap perkataan dan perbuatan hendaklah dilandasi dengan ilmu. Imam Bukhari menulis bab al-ilmu qabla al-qaul wal-amal. Ilmu syariat landasannya adalah Al-Quran dan Al-Hadis. 32
Ibnu Hajar, Hadyu al-Sa>ry.. , 9 33
Al-Dhahaby, Siyar Ala>m, Vol. 12, 433
-
11
istidla>l bi al-aha>di>th. Cara yang sama juga digunakan oleh Imam Malik dalam
penyusunan al-Muwat{t{a, akan tetapi al-Bukhari menggunakannya dalam
skala yang lebih luas, mencakup sekian banyak tema dan bab-bab
pembahasan yang cukup terperinci. Format yang digunakan al-Bukhari ini
berbeda dengan format yang digunakan oleh Muslim bin al-Hajjaj dalam
Sahihnya atau al-Tirmidzi dalam Sunan-nya juga imam hadis lainnya. Imam
Muslim dan al-Tirmidzi berkonsentrasi pada format dan teknik periwayatan
dan eksplorasi sanad hadis serta fawaid al-hadithiyah.34qowaid al-hadithiyah.
Penekanan pada elaborasi dan ekplorasi fiqh al-hadis tersebut tercantum
dalam perincian bab dan tarajim al-abwab dalam al-Ja>mi al-Sah}i>h.
2) Al-Bukhari menggunakan metode seleksi (al-Intiqa>) dan merangkum dan
meringkas (al-Ikhtis{a>r)35 dengan cara menyeleksi hadis-hadis yang akan
dicantumkannya dalam al-Ja>mi al-Sah}i>h . Dari 100 ribu hadis shahih yang
dihafalnya,36
Al-Bukhari hanya mencantumkan sebanyak 9082 hadis.37
Dengan demikian hadis sahih yang tidak tercantum dalam sahih al-Bukhari
lebih banyak karena maksud al-Bukhari bukan untuk menjadikan kitab
sebagai ensiklopedi hadis yang menghimpun seluruh hadis sahih. Dengan
demikian kritikan al-Da>raqut{ny dan ulama lain terhadap al-Bukhari yang
tidak memasukkan hadis sahih tertentu dalam al-Jami al-Sahih padahal
sesuai syarat al-Bukhari adalah kritikan yang tidak tepat.38
34
Nu>r al-Di>n Itr, Al-Imam al-Tirmidzi wa al-Muwazanah baina Ja>miihi wa al-S}ahihain (ttp: al-Lajnah al-talif wa al-tarjamah wa al-nasyr, cet. 1, 1390 H/1970 M), 26 35
Ya>sir al-Shama>ly, Al-Wa>d}ih fi Mana>hij al-Muhaddithi>n(Amma>n: Da>r wa maktabah al-Ha>mid, cet. 3, 1427 H), 48 36
Ibid., 49. Ada sebagian orang yang salah paham dengan angka hadis sahih yang demikian besar
yang dihafal oleh al-Bukhari karena seluruh hadis yang terdapat seluruh kitab hadis tidak akan
mencapai angka 100.000 hadis. Menurut al-Iraqy, kemungkinan maksud al-Bukhari adalah
keseluruhan hadis-hadis yang mencakup hadis yang sanadnya diulang-ulang dalam berbagai
variasi sanad dan matan, juga hadis-hadis mauquf (sanadnya hanya sampai kepada Sahabat Nabi
SAW). LihatAl-Suyut}y,Tadrib al-Rawy fi Syarh Taqrib al-Nawawy. Ed. Muhammad Aiman bin Abdullah Al-Shibrawy (Kairo: Da>r al-Ha>dith, 1431 H/2010 M), 74 37
Sayyid Abd al-Majid al-Ghaury. Al-Wajiz fi Tarif Kutub, 10. Hadis-hadis tersebut dapat ditemukan dalam kitab-kitab hadis yang lain. Kitab-Kitab al-mustadrakat dan mustakrajaat
adalah kitab-kitab yang menghimpun hadis-hadis terkait dengan Kitab Sahih al-Bukhari secara
sanad maupun matan. 38
Yaitu dalam Kitab al-Daraquthny yang berjudul al-Ilzamat yang kemudian dicetak bersama al-Tatabu. Lihat Al-Da>ruqut}ny, Al-Ilzamat wa At-Tatabu, Ed. Muqbil bin Hadi al-Wadiy (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah. Cet. 2. 1405 H/1985 M)
-
12
3) Sahih Bukhari dianggap sebagai karya pertama yang memuat hadits sahih
saja.Menurut Al-Hafiz} Ibn Hajar: Mereka menetapkan demikian karena
bertaklid terhadap Al-Hamawiy. Sesudah saya hitung baik-baik dengan
cermat bahwa jumlah hadits al-Bukhari beserta yang berulang-ulang, selain
dari hadits mu`allaq dan muta>bi` ada 7397 buah hadits dan yang tidak
berulang-ulang ada 2602 buah. Jumlah yang mu`allaq ada 1341 buah.Jumlah
yang mutabi` ada 344 buah.Jumlah seluruhnya 9082 hadits.Dalam hitungan ini
belum termasuk hadits-hadits mauquf dan hadits-hadits maqthu`. Al-Bukhari
membagi kitabnya kedalam 97 kitab dan 4550 bab.39
4) Kitab al-Jami disusun dalam sistematika kitab-kitab dan bab-bab. Dimulai
dengan Kitab BudI al-Wahyi, kemudian Kitab al-Iman, Kitab al-Ilmu, Kitab
al-Thoharoh, dan seterusnya sampai Kitab al-Tauhid. Semuanya terdiri dari
97 kitab yang kemudian diperinci dalam bab-bab yang disertai penyebutan
sejumlah hadis. Susunan bab-bab dan penamaannya menunjukkan istinba>t}
fiqhiyyah, penggalianbutir-butir penting pelajaran dan hikmah dari hadis
yang tercantum dalam masing-masing bab. Dalam keterangan bab-bab juga
disebutkan ayat-ayat Al-Quran untuk menjelaskan keterkaitan hukum dan
penafsirannya. Al-Bukhari bukan hanya fokus pada pencantuman hadis,
namun memperkaya kandungan kitabnya dengan pelajaran-pelajaran fikih dan
untaian hikmah dan tafsir ayat dengan penjudulan dan beragam kutipan
dalam tara>jim al-abwa>b. Dengan demikian, kitab tersebut bukan hanya
berkualitas dari aspek riwa>yah (dokumentasi) namun juga berkualitas dari
aspek dira>yah (analisa).
5) Pada umumnya dalam pencantuman hadis di setiap bab, Al-Bukhari mulai
dari penyebutan hadis yang paling sahih.40
Sebagaimana hal ini umumnya
dilakukan oleh ahli hadis yang menyusun kitab hadis dalam sistematika fiqih.
Al-Bukhari mendahulukan hadis yang paling penting terkait dengan judul
bab, dan memiliki korelasi yang jelas dan kandungan petunjuk dalam matan
hadisnya yang saling melengkapi.
39
Menurut Hasbi ash Shiddieqy bab-nya berjumlah 3521. Pokok-Pokok Ilmu Diroyah Hadis, jilid I (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), 208-211 40Ali Nayef BiqaI,Mana>hij al-Muhaddithin al-A s}s}ah(Beirut: Da>r al-Basha>ir al-Isla>miyah, cet. 2, 1430 H), 117
-
13
6) Ada perhatian terhadap aspek ulu>w al-isna>d yaitu isnad yang tinggi karena
rangkaian perawinya yang muttas}il dengan jumlah perawi perantara yang
sedikit sehingga jarak periwayatan antara mukharrij dengan Nabi SAW
sangat dekat. Aspek uluw al-isna>dini adalah hal yang penting menurut ahli
hadis karena berpengaruh kepada kekuatan validitas sanad. Jumlah perawi
perantara sampainya hadis yang sedikit berarti lebih menjamin terbebasnya
hadis dari masalah yang menrusak kesahihannya.41
Kelebihan Al-Bukhari
adalah menggabungkan aspek uluw al-isna>d dengan kebersihan sanad dan
matannya dari catat. Dalam sanad hadis sah}i>h al-Bukhari, Jarak terdekat
antara Imam al-Bukhari dengan Rasulullah diperantarai oleh tiga perawi.
Inilah yang disebut thula>thiya>t al-Bukha>ri. Menurut penelitian Ibnu Hajar,
ada lebih dari 20 hadis dalam sah}i>h al-Bukhari dalam catatan Ibnu Hajar.42
Berikut data perbandingan thula>thiya>t dalam beberapa Kitab Hadis:43
No Nama Kitab Jumlah Keterangan
1 Musnad Ahmad 332 Paling banyak karena berada
di level syaikh
2 Sahih al-Bukhari 22 -
3 Sahih Muslim Tidak ada -
4 Sunan Abu Dawud Tidak ada
Tidak ada
-
5 Sunan At-Tirmidzi 1 Yaitu Dari Ismail bin Musa
al-Fazsariyy dari Umar bin
Syakir dari Anas bin Malik
6 Sunan An-Nasai Tidak ada -
7 Sunan Ibnu Majah 5 Dari jalur Jubairah bin al-
Mughallis dari Katsir bin
Sulaim dari Anas bin Malik
8 Sunan ad-Darimy 15 -
41Nuruddin Itr,Manhaj al-Naqd, 358 42
Ibnu Hajar, Fath al-Bary, Tahqiq Abdul Qadir Hamd, Vol. 1, 243 43
Lihat Nuruddin Itr dalam Disertasinya Muwazanah baina al-Tirmidzi wa as-Sahihain, 16 dan penelusuran penulis dengan bantuan al-Maktabah al-Syamilah.
-
14
Contoh Thula>thiya>t al-Bukhari: Kitab al-Ilmi Bab man Kadzaba ala
al-Nabi SAW, hadis no. 108.44
Al-Bukhari berkata: Telah menceritakan kepada kami Makky bin
Ibrahim, dia berkata, telah menceritakan kepada kami Yazid bin
Ubaidillah dari Salamah, dia berkata; Saya mendengar Nabi SAW bersabda: Barangsiapa yang mengatakan sesuatu atas namaku padahal aku tidak pernah mengucapkannya, maka hendaklah dia
menyiapkan tempat duduknya dalam neraka.
Walaupun demikian, ada juga sanad terpanjang dalam sah}i>h al-Bukhari yaitu
hadis nomor 7135 dalam Kitab al-Fitan Bab Yajuj wa Majuj.45 Hadis ini
terdiri dari sembilan (9) perawi perantara atau disebut tusa>iy.
7) Perhatian al-Bukhari untuk meriwayatkan hadis dari jalur asah{h{ual-asa>nid wa
al-t}uru>q (sanad yang terbaik tingkat kesahihannya). Contohnya riwayat dari
Abu al-Zinad dari Abdurrahman bin hurmuz al-Araj dari Abu Hurairah,
sekitar 134 hadis, Muhammad Syihab Al-Zuhry dari Said bin Musayyib dari
Abu Hurairah, sekitar 65 hadis, Abdurrozzaq dari Mamar bin Rasyid dari
Hammam bin Munabbih dari Abu Hurairah RA, sekirar 47 hadis. Sanad ini
istimewa karena mereka adalah para perawi pemilik catatan
hadis.46
Muhammad bin Syihab al-Zuhry dari Salim bin Abdillah dari
Bapaknya (Ibnu Umar RA), sekitar 136 hadis.
8) Beragam cara penyajian hadis oleh Al-Bukhari seperti menyebut hadis secara
lengkap sanad dan matannya, menyebut matan tanpa sanad, memotong sanad
dan hanya menyebut fulan an (dari) Rasulullah atau menyebut hadis secara
muallaq baik untuk tujuan menjadikannya sebagai argumen (hujjah) untuk
44
Muhammad bin Isma>il al-Bukhari, Al-Ja>mi Al-Musnad al-S{ahi>h. Vol. 1 (Beirut: Dar T{uruq al-Najah, cet. 1, 1422 H), 33 Kitab al-Ilmi Bab man Kadzaba ala al-Nabi SAW, hadis nomor 109. Dalam makalah ini, Kitab tersebut kadang ditulis Sahih al-Bukhari atau al-Ja>mi al-S{ahi>h. 45
Al-Bukhari, al-Jami al-Sah}i>h, Tahqiq Abdul Qodir al-Hamd, Juz 4, 327 46
Lihat Ugi Suharto. Peranan Tulisan.., 74-84
-
15
tarjamah bab, atau mengisyaratkan adanya illah dalam hadis itu atau
memang hadis itu telah dicantumkan di tempat lain sebelumnya.
9) Jenis hadis dalam Kitab Sahih al-Bukhari. Menurut penelitian Ibnu Hajar,
hadis-hadis yang terdapat dalam al-Ja>mi al-S{ah{i>h} ada dapat diklasifikasikan
menjadi tiga (3) macam menurut penempatan dan fungsinya; Pertama, hadis
al-ushul (hadis pokok/utama) yaitu hadis-hadis yang dicantumkan dengan
sanad yang lengkap (musnad) dari al-Bukhari sampai marfu> kepada
Rasulullah SAW menggunakan ungkapan (s}ighah) haddatsana> atau yang
setara. Hadis semacam ini kualitasnya sahih dan sesuai syarat sahihnya yang
sejalan dengan penamaan kitabnya al-Ja>mi al-S{ah{i>h}. Kedua, hadis-hadis
sebagai tara>jim hadis-hadis yang tidak termasuk dalam syarat sahih al-
Bukhari walaupun kualitasnya layak untuk dijadikan hujjah. Hadis semacam
ini dicantumkan dalam bentuk pengungkapan yang berbeda dengan kelompok
pertama. Hadis semacam ini dicantumkan dalam bentuk muallaqa>t.
Termasuk juga dalam konteks ini adalah hadis-hadis yang hanya dipakai
dalam bentukkutipan secara lafadz maupun makna untuk penjudulan bab-bab.
Ketiga, hadis-hadis yang diposisikan sebagai muta>baat baik al-Muta>baatal-
musnadah (hadis-hadis penguat yang dicantumkan dengan sanad yang
lengkap (musnad) dan sampai kepada Rasulullah SAW (marfu>)) maupun
muta>baat ghair al-musnadah.47 jumlah hadis al-muta>baat sebanyak 344
hadis.48
47
Ibn Hajar, Hadyu al-Sa>ry..., 6 48
Sayyid Abdul Majid al-Ghaury. Al-Waji>z fi Tarif Kutub al-Hadith.., 10
-
16
Gbr. Contoh jenis-jenis hadis dalam Sah}i>h al-Bukhari. 49
10) Kecenderungan dan perhatian al-Bukhari dalam penyusunan al-jami al-Sahih
kepada aspek fiqh al-hadis, dapat dibuktikan dari empat realitas dalam
kitabnya yaitu (1) Tarajim al-Abwab, (2) al-Taliq, (4) al-Tikra>r, (4) al-
Ikhtishar wa taqthi al-hadith al-wahid.
11) Tarjamah dalam konteks sahih al-Bukhari adalah kalimat atau pernyataan
pembuka yang disebutkan oleh al-Bukhari sebelum mencantumkan hadis-
hadis yang musnad di dalam setiap bab dari kitab Sahihnya. Termasuk
didalamnya adalah teks berupa hadis hadis-hadis marfu> atau mauquf atau
maqthu.50Contohnya :51
Tarjamah al-Bukhari merupakan manifestasi fiqh al-Bukhari terhadap
berbagai persoalan syariah dengan istid}la>l-nya dengan menggunakan ayat Al-
Quran, hadis, maupun atha>r. Secara umum, korelasi (kesesuaian)
49Muhammad bin Isma>il al-Bukhari, S}ahih al-Bukhari.., Vol. 4, 22 50
Abdul Azi>z Ahmad al-Ja>sim. Al-Wazi>z ila ma> fi> Tara>jim al-Bukhari min H>{adith. (Majalah Jamiah al-Malik Suud, ed. 17, al-Ulum al-Tarbiyah wa al-Dirasah al-Islamiyah (1), 1425 H/2004 M), 432 51Muhammad bin Isma>il al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Vol. 8, 30
Judul Bab
Hadis Tarjamah al-bab
Hadis
al-Ushul
Hadis Mutabi
-
17
antaratarjamahal-Ba>b dengan hadis-hadis yang tercantum ada dua macam: (a)
korelasi eksplisit, yaitu korelasi antara maksud tarjamah dengan tekstual
hadis yang tercantum cukup jelas dan dapat langsung dipahami, baik secara
lafadz dan makna atau makna saja. (b). korelasi implisit, yaitu korelasi yang
cukup samar antara maksud tarjamah dengan tekstual hadis yang tercantum,
baik secara lafadz dan makna, kecuali setelah analisa dan penelitian yang
mendalam.Bentuk-bentuk tarjamah dalam Sahih al-Bukhari yaitu: (1)
Tarjamah dengan teks hadis, meliputi (a) tarjamah persis dengan teks hadis
yang tercantum, (b) tarjamah dengan teks hadis lain yang disebutkannya di
tempat lain dalam Sahihnya, (c) tarjamah dengan teks hadis sahih tetapi
tidak sesuai syaratnya, (d) tarjamah dengan hadis dhoif, (2) tarjamah dengan
makna hadis, meliputi: tarjamah dengan makna hadis yang di-tarjamah-kan,
tarjamah dengan makna hadis yang tercantum dalam bagian lain dari
Sahihnya, tarjamah dengan makna hadis sahih yang tidak sesuai syaratnya.
(3) Tarjamah dengan atha>r yang marfu> dan mauquf . Bervariasinya kualitas
hadis-hadis yang tercantum sebagai tarjamahbab. Menurut penelitian Shidiq
Hasan Khan, variasinya antara lain: (1) hadis marfu> tetapi tidak sesuai syarat
al-Bukhari, pencantumannya hanya sebagai syahid atas syaratnya. (2)
tarjamah dengan hadis marfu> yang tidak sesuai syaratnya untuk tujuan
istinbath dari kandungan hadis yang akan dicantumkan baik yang bersifat
eksplisit maupun implisit. (3) tarjamahnya adalah ungkapan dari pendapat
madzhab ulama sebelumnya, tanpa memastikan sikap tarjih-nya atas
pendapat tersebut, (4) tarjamah dengan masalah yang di-ikhtilaf-kan
disebabkan teks hadis yang beragam. Al-Bukhari mencantumkan hadis-hadis
yang mukhtalaf terkait tema tersebut agar dapat dijadikan referensi kajian
bagi orang yang meneliti masalah tersebut.52
12) Pengulangan (tikra>r) penyebutan hadis. Dalam Sahih al-Bukhari terdapat
3275 hadis yang diulang.53
Banyaknya pengulangan ini karena adanya
tambahan informasi baik sanad maupun matan yang terkandung dalam hadis
52
Siddiq Hasan Al-Qanujy, Al-Hitthah.., 302-306 53
Perhitungan Ibnu Salah yang disepakati Imam al-Nawawi bahwa dalam Sahih al-Bukhari
terdapat 7275 hadis termasuk yang diulang (mukarrar) dan jika tanpa menghitung yang diulang
sebanyak 4000 hadis. Lihat Al-Suyuthi. Tadrib al-Rawy fi Syarh Taqrib al-Nawawy... , 77
-
18
yang diulang. Bahkan kandungan informasi tambahan yang berbeda dalam
matan hadis yang berulang tersebut seperti kedudukan hadis tersendiri
sehingga sulit untuk diabaikan.54
Hal ini sejalan dengan metode al-Imam al-
Bukhari sangat memprioritaskan eksplorasi dan elaborasi kandungan hukum
dan hikmah (fiqih hadis) dari suatu matan hadis dalam perincian berbagai
sub-sub judul yang ada dengan menggunakan metode istidlal.55 Manfaat lain
dari pengulangan pencantuman hadis ini antara lain penjelasan adanya
beberapa shahabat yang meriwayatkan hadis yang sama, atau memaparkan
beberapa variasi s}ighahtahammul wal ada seperti satu jalur sanad
menggunakan lafadz ananah sedangkan yang lain dengan s}ighah sima
(seperti haddatsana, samitu, dll). Jika pengulangan sanad untuk matan
yang sama mulai dari level sahabat berarti menaikkan status hadis tersebut
dari sifat ghari>b56. Di samping itu penyebutan hadis secara tikra>r adalah
untuk menginformasikan adanya perbedaan riwayat hadis bersangkutan
antara statusnya maushul atau mursal munqathi, marfu> atau mauquf. Al-
Bukhari mentarjih dan berhujah dengan sanad hadis yang musnad maushul
dan marfu> tetapi menyebutkan sanad lain dari hadis tersebut sesudahnya
yang berstatus mursal, munqathi atau mauquf untuk mengindikasikan
adanya perbedaan riwayat hadis tersebut. Dengan demikian, kritik sebagian
ulama atas keberadaan hadis dengan sanad mursal, munqathi atau mauquf
tersebut tidak berpengaruh kepada kualitas kesahihan hadisnya.57
13) Al-Bukhari menggunakan tahwil al-asanid yaitu mencantunmkan cabang
sanad tertentu yang akan bertemu pada satu perawi tertentu di atasnya
sampai akhir sanad. Tahwil al-isnad ini dilambangkan dengan huruf ().
Jumlah hadis dalam Sahih al-Bukhari yang dicantumkan dalam bentuk tahwi>l
54
Sebagaimana keterangan murid al-Bukhari yaitu Imam Muslim tentang sebab adanya tikrar dalam Muqaddimah Sahih Muslim, 3. 55
Ibnu Hajar,Hadyu al-Sary, 17. Nur al-Din Itr. Al-Muwaza>nah, 78 dan 112 56
Hadis ahad yang di antara salah satu atau beberapa t}abaqa>t dari rangkaian sanad perawinya hanya diriwayatkan oleh satu orang perawi. 57
idem
-
19
al-isna>d sebanyak 184 hadis.58 Bandingkan dengan dalam Sahih Muslim yang
mencapai 1162 hadis dari keseluruhan hadis yang berjumlah 7388 hadis.59
14) Untuk informasi cabang-cabang variasi sanad dari suatu matan hadis, al-
Bukhari juga menggunakan huruf at}fwauw ( ) yang setara artinya dengan
kata sambung dan dalam ungkapan (s}ighah) al-tahammul wa al-
ada>(penerimaan dan penyampaian hadis) seperti : wa haddathana (sekitar 27
hadis), wa haddathany (sekitar 25 hadis), wa akhbarana (sekitar 6 hadis) wa
akhbarany (sekirat 35 hadis), wa samitu (sekitar 16 hadis), dll.60
15) Untuk menghindari adanya pengulangan penyebutan matan dari beberapa
sanad hadis yang difungsikan sebagai itibar dalam satu bab tertentu, al-
Bukhari menggunakan ungkapan atau . Ungkapan
mengisyaratkan adanya kesamaan atau kemiripan secara lafaz dari matan.
Jumlahnya sekitar 100-an hadis. Sementara ungkapan mengisyaratkan
adanya kesamaan secara makna dan jumlahnya sekitar 60-an hadis.61
16) Dibandingkan dengan Muslim bin al-Hajja>j, Al-Bukhari sedikit sekali
memberi keterangan tentang adanya perbedaan atau ragam lafal dari para
perawi yang disatukan penyebutan sanadnya. Imam Muslim sering
menginformasikan tentang siapa pemilik lafaz yang secara tekstual
dicantumkannya. Hal sama juga dilakukan oleh An-Nasai dan Imam al-
Tirmidzi dan Abu Dawud tetapi dalam jumlah yang relatif sedikit.
Ungkapan B M AD T N IM A
- - 18 23 - - 1
2 627 2 6 137 2 5
58
Hasil penelusuran dengan menggunakan al-Maktabah al-Sha>milah 59Jumlah hadis Muslim menurut penomoran Fuad Abdul Baqy. Lihat al-Waji>z fi Tari >f Kutub al-Hadi>th, 11 60
Penelusuran dengan bantuan Program al-Maktabah al-Sha>milah. Data jumlah hadis tersebut termasuk hadis dalam tara>jim al-abwa>b, al-us}ul maupun al-muta>baa>t. 61
Penelusuran dengan bantuan Program al-Maktabah al-Sha>milah
-
20
- 18 - - - - -
- 1 - - - - -
- 1 - - - - -
- 1 - - - - -
- 17 - - - - -
Dari data di atas dapat diketahui bahwa Imam Muslim adalah penulis kitab
hadis yang paling perhatian dengan teknik periwayatan sanad dan matan
hadis (al-s}inaah al-hadithiyah). Sementara Imam al-Bukhari tidak terlalu
fokus dari aspek ini, namun beliau unggul dari aspek al-istinba>t} al-
hadi>thiyyah dan istid}la>l fiqhiyyah. Menurut Nu>r al-Di>n Itr, al-Tirmidzi
termasuk ulama hadis yang mengikuti jejak Imam Muslim. Dari penelusuran
dengan al-Maktabah al-Sha>milah dapat diketahui bahwa selain data di atas,
ungkapan al-Tirmidzi dalam mengelaborasi informasi sanad dan matan yang
beragam maupun yang ghari>b antara lain la> narifu ha>dha> al-hadi>th ala> ha>dha>
al-lafz} illa> min ha>dha> al-wajh, atau la> narifu ala> dha>lika al-lafz}, atau
tafarrada fula>n ala> dha>lika al-lafz}.
17) Al-Bukhari cukup banyak meringkas sanad hadis dalam bentuk hadis
muallaq. Hadis muallaq yaitu hadis yang marfu> (sampai kepada Rasulullah
SAW) akan tetapi tidak disebutkan sanadnya yang bersambung secara
lengkap oleh al-Bukhari. Sebagiannya ada yang karena sudah disebutkan di
bagian lain dari kitabnya. Namun ada juga yang sama sekali tidak ditemukan
sanad lengkapnya dalam kitab Sahihnya.62
Jumlah hadis Muallaqa >t dalam
shahih al-Bukhari sebanyak 1341 hadis.63Di antaranya berupa mutabaat dan
62
Ibn Hajar, al-Nukat ala> Kita>b Ibn S{ala>h, Vol. 1, ed. DR. Rabi bin Hady Umair (Riyadh : Daral-Rayah, cet. 3, 1415 H/1994 M), 325 63
Bandingkan dengan Sahih Muslim yang hanya terdapat 12 hadis muallaq yaitu satu hadis yang
di-taliq tanpa di-washl-kannya di bagian lain, tetapi di-washl-kan oleh penyusun kitab hadis lain
-
21
penjelasan adanya ragam riwayat sebanyak 384 hadis.64
Al-Bukhari
melakukan tali>q untuk tujuan meringkas uraian sanad hadis dan menjauhi
adanya pengulangan (repetisi) karena mayoritas hadis-hadis muallaqa>t
tersebut telah disebutkan sanad lengkapnya (maus}ul) di tempat lain dalam
Kitab Sahihnya.65
Al-Bukhari mengindari repetisi kecuali untuk sesuatu yang
ada faidahnya. Apabila suatu matan mengandung berbagai kandungan
hukum, maka al-Bukhari mengulang penyebutannya dalam bab-bab terkait
baik secara lengkap ataupun mengutip sebagiannya. Apabila terjadi repetisi,
al-Bukhari menghindari penyebutan ulang sanad yang sama tapi beralih
kepada jalur sanad yang lain baik perubahan itu itu dari perawi t}abaqah
gurunya atau guru dari gurunya. Apabila dalam kondisi tertentu tidak ada
alternatif jalur sanad yang lain karena hadis tersebut hanya punya satu sanad
tetapi kandungan matannya mencakup beberapa petunjuk hukum sehingga
perlu ada pengulangan, maka al-Bukhari meringkas sanadnya ataupun
meringkas matannya (hanya menyebut matan yang berkaitan dengan bab).66
Hal inilah yang menyebabkan al-Bukhari melakukan taliq terhadap hadis
yang sanadnya maushul di bagian lain kitabnya. Adapun hadis yang tidak
disebutkan sanad lengkap bersambung (maus}ul) oleh al-Bukhari di tempat
lain dalam Sahihnya sebanyak 170 hadis.67
Ibnu Hajar al-Asqalany menyusun
kitab khusus yang menyebutkan sanad lengkap hadis-hadis tersebut dalam
kitabnya Taghliq al-Tali>q.
18) Dari aspek validitas (kesahihan)nya, Ibnu Hajar menyebutkan klasifikasinya:
(1) Hadis-hadis muallaqat dengan ungkapan (s}ighah) jazm (indikasi yang
tegas dan pasti) yang sahih sesuai dengan syarat al-Bukhari. Al-Bukhari
men-taliq hadis semacam ini, bisa jadi karena tidak langsung didengarnya
(as-sima) tetapi diperoleh dengan cara al-mudhakarah atau al-ija>zah (2)
Hadis-hadis muallaqa>t dengan ungkapan (s}ighah) jazm akan tetapi tidak
yaitu hadis dalam Kitab al-Haidh bab al-tayammum dari al-Laits bin Saad. Lihat Al-Suyut}i. Tadrib Ra>wy , 88-89 64
Ibid., 77. Bandingkan dengan jumlah muta>baa>t dan shawa>hid dalam Sahih Muslim sebanyak 1618. Lihat Sayyid Abdul Majid al-Ghaury. Al-Wajiz fi Tarif Kutub al-Hadi>th, 11 65
Ibn Hajar, Al-Nukat, Vol. 1, 325, Ali Nayef BiqaI, Mana>hij al-Muhaddithin al-As}s}ah, 125 66
Ibid., Vol. 1, 325 67
Al-Suyut}y. Tadrib al-Rawy... , 89.
-
22
sesuai syarat al-Bukhari. (3) Hadis-hadis muallaqa>t dengan ungkapan
(s}ighah) jazm dan nilainya dhaif karena sanadnya terputus (al-inqit}a), (4)
Hadis-hadis muallaqa>t dengan ungkapan (s}ighah) tamri>d} (indikasi yang tidak
tegas dan pasti), nilainya sahih tetapi tidak sesuai syarat al-Bukhari, (5)
Hadis-hadis muallaqa>t dengan ungkapan tamri>d}yang nilainya hasan, (6)
Hadis-hadis muallaqa>t dengan ungkapan (s}ighah) tamri>d} yang nilainya
dhoif. Hadis yang kualitasnya dhoif ini ada yang dhoif dengan penguat
(yunjabar) sehingga dapat naik ke level hasan, namun ada pula yang dhoif
tanpa penguat sehingga tidak dapat naik level. Al-Bukhari menyebutkan
hadis model terakhir ini dalam konteks kritik validitasnya dengan
mengisyaratkan secara eksplisit kedhoifannya.68 Menurut penelitian al-Hafiz}
Ibnu Hajar, jumlah hadis muallaq dengan sighat jazm yang berkualitas sahih
tetapi tidak memenuhi syarat al-Bukhari cukup banyak dalam Sahih al-
Bukhari. Sementara hadis muallaq dengan shighat tamrid} yang dipaparkan
dalam konteks dijadikan hujah, pendalilan dan bukti (ihtija>j dan istishha>d)
oleh al-Bukhari, maka hukumnya sahih atau hasan atau dhoif dengan
penguat. Adapun, hadis muallaqtamridh ini yang disebutkan dalam konteks
kritik dan penolakan (ar-radd) maka hadis tersebut dhoif menurut al-
Bukhari.69
2. Kitab Al-Ja>mi al-S{ahi>h atau Sahih Muslim
a. Nama Penulis
Penulisnya adalah seorang al-Ima>m, al-Ha>fiz}, kritikus hadis, Abu al-
Husain Muslim Ibn al-Hajja>j Ibn Muslim al-Qushairy al-Naisabuwry. Beliau lahir
tahun 204 H dan meninggal tahun 261 H.70
Beliau belajar hadis dengan melakukan rihlah untuk menemui banyak
guru sehingga beliau mencapai level tinggi ulama hadis dunia. Di antara guru-
guru penting dan terbanyak periwayatan hadisnya oleh Imam Muslim; Abu Bakar
68
Ibn Hajar, al-Nukat,Vol. 1, 325-326. Contoh-contoh hadis dalam al-Bukhari sesuai klasifikasi di atas dapat dilihat dalam Kitab tersebut 69
Ibid., 342 70
Abu Ya>sir Muhammad bin Mat}r A
-
23
Ibn Abi Shaibah (sebanyak 1450 hadis), Zuhair Ibn Harb Abu Khaithumah
(1281), Muhammad Ibn al-Muthanna (772 hadis), Yahya bin Yahya Ibn Bakr al-
Naisa>bu>ry (689 hadis), Qutaibah Ibn Sai>d (668 hadis).71Termasuk di antara
gurunya adalah Imam al-Bukhari. Adapun di antara murid-muridnya adalah
Muhammad bin Makhlad ibn Hafs} al-Dawry, Abu Awa>nah al-Isfara>iny dan
Muhammad bin I bin Su>rah al-Tirmidhi atau yang lebih dikenal dengan Imam
al-Tirmidhi.72
Banyak pengakuan ulama di masanya dan sesudah zamannya atas
integritas dan kapasitas keilmuan hadisnya. Di antaranya Ahmad bin Salamah
berkata: Saya melihat Abu Zurah dan Abu Ha>tim mengunggulkan Muslim bin
al-Hajja>j atas para ulama (mashaikh) di masa mereka.73 Muhammad bin Abd al-
Wahha>b al-Farra> berkata: Muslim bin al-Hajja>j adalah salah seorang ulama
dunia dan wadah ensiklopedi ilmu.74
b. Nama Kitab
Ulama berbeda pendapat dalam menyebutkan dan menetapkan nama
Kitab ini. Ada yang hanya menyebutkan al-Sahi>h saja tanpa atribut yang lain.
Seperti pendapat Ibn al-Nadi>m, Ibn Asa>kir, Ibn Kathi>r, al-Dhahaby, Ibn al-Jazry,
al-Ya>fiy, dll. Ada yang menyebutkan al-Ja>mi al-Sahi>h. Ada pula yang hanya
menyebut Kita>b Muslim seperti pernyataan Abu Aly al-Naisa>bu>ry dan riwayat
dari Ibn Atiyah Kitab Muslim Ibn al-Hajja>j al-Sahi>h, Kitab Muslim Ibn al-
Hajja>j al-Musnad. Sementara Nama yang populer di kalangan ulama adalah
Sahih Muslim. Ibn S{alah meriwayatkan pernyataan dari Imam Muslim sendiri
yang menyatakan:
. " "
71
Mus}addiq Ami>n At}iyyah al-Dawry, Riwayah S}ahi>h Muslim min T{ari>q Ibn Ma>ha>n Muqa>ranah bi Riwayah Ibn Sufya>n (Tesis, Kuliyah Tarbiyah Qism al-Hadi>th al-Nabawy al-Shari>f, Ja>miah
Takri>t, 2010 M), 18 72
Ibid., 26 73
Ahmad Fari>d, Min Ala>m al-Salaf, Vol. 2, 308 74
Ibid., 310
-
24
Saya menyusun Kitab al-Musnad al-S{ahi>h ini dari tiga ratus ribu hadis yang saya dengar (dari guru saya).75
Menurut al-Qanu>jy dan dalam riwayat kedua dari Ibnu Kathi>r, namanya
adalah S{ahi>h Muslim. Adapun menurut penelitian Mus}addiq Ami>n At}iyyah al-
Dawry, penamaan dengan Al-Musnad al-S{ahi>h al-Mukhtas{ar min al-Sunan dan
Al-Musnad al-S{ahi>h al-Mukhtas}ar min al-Sunan bi al-Naql al-Adl an al-Adl
an Rasul Allah S{alla> Allah Alaih wa Sallam adalah hal yang aneh. Dengan
demikian nama yang asli (orisinil) menurut Mus}addiq Ami>n At}iyyah al-Dawry
dan Muhammad Abd al-Rahma>n T{awa>libah adalah al-Musnad al-S{ahi>h dan
yang populer di masyarakat adalah S{ahi>h Muslim.76
c. Motivasi dan Proses Penulisannya
Ada dua faktor yang disebutkan sendiri oleh Imam Muslim bin al-
Hajja>jSebagaimana tersebut pengantar Kitab Sahih Muslim, yaitu:
1) Menjawab permintaan dari salah seorang muridnya.
2) Banyaknya kitab-kitab yang ditulis pada masa itu yang dipenuhi oleh
hadis-hadis yang lemah, munkar dan palsu sementara kitab-kitab itu
menyebar luas di tengah masyarakat umum.77
Imam Muslim menyusun Kitab Sahihnya tersebut selama lima belas (15) tahun
dengan menyeleksi dari 300 ribu hadis-hadis sahih yang dikumpulkan dan
dihafalnya.78
Kemudian Kitab tersebut disodorkan untuk dikoreksi dan
mendapatkan pengakuan dari ulama hadis di zamannya di antaranya Imam Abu
Zurah al-Ra>zy. Abu Zurah membantu mengoreksi dan menunjukkan beberapa
hadis yang terdapat illat-nya dan Imam Muslim kemudian membuangnya dari
Kitab Sahihnya.79Imam Muslim berkata tentang Kitabnya ini: Seandainya para
75Uthma>n Ibn Abd al-Rahma>n Ibn al-S{alah, S{iyanah S{ah{i>h Muslim Min al-Ikhla>l wa al-Ghalat} wa Hima>yatih min al-Isqa>t} wa al-Saqt}, ed. Muwaffiq Abd Allah Abd al-Qa>dir (Beirut: Da>r al-Gharb al-Islamy, cet. 2, 1408 H), 67 76Mus}addiq Ami>n At}iyyah al-Dawry, Riwayah S}ahi>h Muslim.., 34-35 77
Muslim bin al-Hajja>j al-Qushairy Al-Naisa>bu>ry, al-Musnad al-S{ahi>h al-Mukhtas}ar bi Naql al-Adl an al-Adl Ila> Rasul Allah S{alla> Allah Alaihi wa Sallam atau Sahih Muslim. Vol. 1. Ed.Muhammad Fuad Abd al-Ba>qy (Beirut: Dar Ihya> al-Turath al-Araby, tth), 7 78
Muhammad Muhammad Abu Syaibah, Fi Rih}>ab al-Sunnah, 109-110 79
Ibid., 111
-
25
ahli hadis mencatat hadis selama dua ratus tahun, maka porosnya adalah seputar
pada hadis-hadis dalam (Kitab) Musnad ini.80
d. Tingkatan Perawi Hadis dalam Sahih Muslim
Sebagaimana disebutkan sendiri oleh Imam Muslim, dalam Kitab Sahihnya
terdapat 3 jenis perawi, yaitu (1) Para perawi di level huffa>z} danmutqini>n yang
lurus dn kokoh ke-d}a>bit-annya dalam periwayatan hadis dan tanpa cacat dalam
periwayatan. (2) Para perawi dikenal dengan sifat jujur dalam periwayatan (s{idq)
namun berada di level menengah (di bawah level pertama) dalam kekuatan
hafalan dan ketepatan (itqa>n) riwayat, (3) Para perawi yang dinyatakan lemah
(d}uafa>) dan ditinggalkan hadisnya (matru>ki>n)dan mayoritas hadisnya
munka>r.81Secara eksplisit, Imam Muslim menyatakan bahwa beliau
mencantumkan hadis-hadis dari para perawi jenis pertama kemudian diikuti
dengan pencantuman para level kedua. Adapun perawi level atau jenis ketiga,
Imam Muslim menghindarinya.82
Jika diteliti lebih lanjut, perawi level kedua,
hadis-hadisnya dijadikan sebagai mutabaa>t dan shawa>hid oleh Imam Muslim.
Sementara ada sedikit hadis di level ketiga yang dicantumkan baik karena sanad
riwayatnya a>ly seperti perawi Suwaid bin Sai>d atau karena adanya riwayat-
riwayat lain dari para perawi thiqa>t yang menguatkan validitasnya.
e. Metodologi Penulisan
1) Hadis-hadis disusun secara sistematis dalam kitab-kitab dan pasal-pasal
tematis fikih (abwa>b fiqhiyyah). Akan tetapi, berbeda dengan kitab
jawa>mi yang lain, Kitab ini tidak menyertakan penetapan hukum
(istinbat}) dan pendapat-pendapat fikih. Demikian pula tidak
mencantumkan penjelasan ringkas (tarjamah) masing-masing bab yang
80Uthma>n Ibn Abd al-Rahma>n Ibn al-S{alah, S{iya>nah S{ah{i>h Muslim Min al-Ikhla>l wa al-Ghalat} wa Hima>yatih min al-Isqa>t} wa al-Saqt}, ed. Muwaffiq Abd Allah Abd al-Qa>dir (Beirut: Da>r al-Gharb al-Islamy, cet. 2, 1408 H), 67 81
Muslim bin al-Hajja>j al-Qushairy Al-Naisa>bu>ry, al-Musnad al-S{ahi>h al-Mukhtas}ar bi Naql al-Adl an al-Adl Ila> Rasul Allah S{alla> Allah Alaihi wa Sallam atau Sahih Muslim. Vol. 1. Ed.Muhammad Fuad Abd al-Ba>qy (Beirut: Dar Ihya> al-Turath al-Araby, tth), 4-5 82
Ibid., 5-6
-
26
terkait akidah dan juga tidak menakwilkannya.Dalam masing-masing bab,
pencantuman hadis dimulai dari hadis yang diriwayatkan perawi yang
paling thiqah dan mutqi>n kemudian hadis dari perawi di bawah level itu.
Muslim juga memperbanyak hadis-hadis mutabaa>t dan shawa>hid.83
2) Aspek teknik pencantuman sanad (s}inaah al-asa>ni>d).
a) Imam Muslim mengkombinasikan upaya peringkasan (Ikhtis}a>r)
dan penghimpunan seluas-luasnya (isti>a>b) terhadap riwayat-
riwayat terkait dengan tema bab. Hal ini dilakukan dengan (i)
menggunakan cara pengalihan sanad (tahwi>l al-sanad) dengan
kode huruf. Jumlah hadis yang tercantum tahwi>l sanad ini
sebanyak 1236 hadis. (ii) Menggambungkan penyebutan para
perawi yang menjadi gurunya (jam al-Shuyu>kh). Hal ini bila suatu
hadis didengar atau diterimanya melalui lebih dari satu orang
guru. Demikian pula untuk para guru dari gurunya pada level
perawi di atasnya (shaikh shaikhihi). (iii) Mengisyaratkan adanya
variasi sanad. Hal ini dengan cara menyebutkan suatu hadis
dengan sanad dan matan yang lengkap kemudian menyebutkan
berbagai variasi jalur sanad sampai titik temu percabangan sanad
dengan mengisyaratkan lanjutannya. Hal ini bila ada tambahan
informasi yang dianggap penting dalam riwayat tersebut seperti
perbedaan redaksi lambang periwayatan (siyagh al-a>da>).84Contoh:
: : :
83Mus}addiq Ami>n At}iyyah al-Dawry, Riwayah S}ahi>h Muslim.., 40 84
Amin Muhammad al-Qud}ah dan Sharf Mahmu>d al-Qud}ah, Manhaj al-Ima>m Muslim fi
S}ahi>hihi(MakalahKulliyah al-Shariah, Ja>miah al-Urduniyyah, t.th.), 13-14
-
27
.85 (iv) Mengisyaratkan adanya variasi pada matan. Seperti hadis
berikut:
: :"
: " 86 b) Metode dalam pengulangan hadis (al-Tikra>r). Jika hadis memiliki
tambahan informasi baik sanad maupun matan maka dilakukan
tikra>r agar tampilan variasi jalur sanad banyak (taaddud al-t}uruq)
dan mengindari masalah gharabah. Kebiasaan Imam Muslim
adalah menghindari pengulangan hadis di berbagai tempat. Beliau
hanya menyebutkan pengulangan riwayat pada satu tempat
tertentu dan tidak mengulangnya di tempat lain, walaupun
substansi makna berkaitan hukum fikih yang beragam.87
c) Membedakan antara ungkapan redaksi lambang periwayatan
tertentu (siyagh al-ada>). Yaitu antara haddathana>dan akhbarana.
Hal ini karena keduanya dianggap memiliki indikasi cara
tahammul yang berbeda. haddathana>melambangkan al-sama dan
akhbarana melambangkan al-ard. Hal ini disebutkan oleh Muslim
dalam hadis berikut:
: :
85
Muslim bin al-Hajja>j al-Qushairy,S}ahi>h Muslim. Vol. 1, 92 86
Ibid.,Vol. 2, 1071 87
Amin Muhammad al-Qud}ah dan Sharf Mahmu>d al-Qud}ah, Manhaj al-Ima>m Muslim, 13-14
-
82
: 88 :
.natam namutnacnep kinket kepsA )3
anerak ayngnalugnem nad danas rulaj-rulaj naktubeynem milsuM mamI
aynada naktaraysignem ,aguJ .natam iskader naadebrep aynada
milsuM mamI ,aynhotnoC .aynmalad id mukuh hadiaf nahabmat
:tukireb sidah malad natam isairav tapme tubeynem
: : :
- -
98
:
:
:
88
0361 ,3 .loV .milsuM h>iha}S ,yriahsuQ-la j>ajjaH-la nib milsuM98
5361 ,3 .loV,.dibI
-
29
: : :
:90
4) Aspek terkait hadis-hadis yang tidak bersambung sanadnya sampai
Rasulullah SAW (muttashil).
Pada prinsipnya Imam Muslim sangat menghindari adanya hadis-hadis
yang tidak bersambung sanadnya sampai Rasulullah SAW (muttashil),
seperti hadis-hadis muallaqa>t, mauqu>fa>t dan maqt}ua>t. Walaupun
demikian, terdapat juga hadis-hadis kategori tersebut dengan jumlah yang
sangat sedikit dalam Kitab Sahihnya. Menurut al-Ha>fiz} Abu Yala al-
Ghassa>ny, terdapat 14 hadis yang muallaq dalam Sahih Muslim. Di
antara contohnya, Imam Muslim berkata:
:
. :
91
Dalam hadis di atas ada pemotongan sanad sehingga terjadi muallaq
antara Imam Muslim (204 H-261 H) dengan al-Laith bin Saad (135 H-
199 H) dengan mengihilangkan seorang perawi yaitu Yahya bin Bukair
yang menjadi guru Imam Muslim.92
Adapun hadis-hadis yang berkategori mauqu>fa>t dan maqt}ua>t hanya
terdapat dalam pengantar (muqaddimah) Kitab Sahihnya. Contohnya:
90
Muslim bin al-Hajja>j al-Qushairy, S}ahi>h Muslim. Vol. 3, 1636 91
Muslim bin al-Hajja>j al-Qushairy, S}ahi>h Muslim. Vol. 1, 281 92
Amin Muhammad al-Qud}ah dan Sharf Mahmu>d al-Qud}ah, Manhaj al-Ima>m Muslim fi
S}ahi>hihi(MakalahKulliyah al-Shariah, Ja>miah al-Urduniyyah, t.th.), 13-14
-
30
: : :
93
Hadis di atas adalah hadis mauquf pada Sahabat Abdullah Ibn Masud.
" : :
"
: : :
Hadis di atas adalah hadis maqtu> pada Ta>bii>n bernama Muhammad bin
Siri>n.94
f. Perbandingan antara Sahih Muslim dengan Sahih Bukhari
Mayoritas ulama hadis menyepakati bahwa kitab yang paling sahih
setelah Al-Quran adalah sahih al-Bukhari dan Muslim. Sementara, di antara
kedua kitab sahih tersebut, sahih al-Bukhari paling unggul dan paling banyak
faidah ilmiyahnya.95
Adapun pendapat selain itu, seperti riwayat dari Imam as-
SyafiI yang menyatakan bahwa kitab yang paling sahih setelah Al-Quran adalah
al-Muwat}t}a Imam Malik, dijawab oleh Ibnu Sholah bahwa pendapat tersebut
disampaikan Imam al-Syafii karena Kitab sahih al-Bukhari dan Muslim belum
muncul (ditulis).96
Demikian pula, dari penelitian para ulama hadis bahwa Imam
Malik tidak bermaksud secara khusus mengumpulkan hadis-hadis sahih, karena
di dalamnya terdapat hadis-hadis mursal, munqathi bahkan balaghah (ungkapan-
ungkapan sastra).97
93
Muslim bin al-Hajja>j al-Qushairy, S}ahi>h Muslim. Vol. 1, 1 94
Ibid., 15 95
Ibn Sala>h,Ulu>m al-Hadi>th (Muqaddimah Ibn Al-S{ala>h), 18, Al-Suyuthi. Tadri>b al-Ra>wy fi Sharh Taqri>b al-Nawawy, ed. Abu Muadz Thoriq bin Aud } Allah bin Muhammad (Riyadh: Da>r al-Ashimah, 1423 H), 1/121 96
Ibn S{ala>h,Ulu>m al-Hadi>th (Muqaddimah Ibn Al-S{ala>h), 18 97
Ibid.
-
31
Menurut Nur al-di>n Itr; Imam Malik mencampur hadis dengan perkataan
shahabat dan tabiin dan mencantumkannya dalam bentuk (siyaq) yang sama.
Hadisnya tidak khusus untuk hadis marfu>. Adapun sahih al-Bukhari,
membedakan antara hadis marfu> dengan perkataan shahabat, dan tabiin dan
mencantumkannya ditempat khusus yaitu pada tarojim al-ba>b. Kitab sahih al-
Bukhari adalah kitab yang secara khusus menghimpun hadis-hadis sahih yang
marfu>. Sehingga pantas diunggulkan. Namun juga Itr juga setuju jika dikatakan
bahwa al-Muwat}t}a karya Imam malik adalah kitab sahih yang pertama kali
ada.98
Di samping itu, kalaupun dikatakan bahwa al-Muwat}t}a adalah kitab
sahih, maka sebagimana dijelaskan oleh Ibnu Hajar bahwa kitab al-Muwat}t}a
Imam Malik hanya diakui sahih terbatas dikalangan pengikut mazhabnya dan
sementara ulama yang berpendapat bolehnya berhujjah dengan hadis-hadis
mursal dan munqathi dan sebaigainya, bukan dinilai dari sisi persyaratan hadis
sahih.99
Walaupun dalam sahih al-Bukhari terdapat hadis-hadis munqathi, namun
hal itu berbeda dengan yang terdapat dalam al-Muwat}t}a. Yang terdapat dalam
al-Muwat}t}a, pada umumnya adalah hadis yang memang asli hadis itu demikian
didengar Imam Malik dari guru hadisnya dan baginya, hadis tersebut adalah
hujjah. Adapun adanya hadis munqathi dalam sahih al-Bukhari lantaran
disengaja dibuang sanadnya oleh al-Bukhari, baik dengan tujuan untuk
meringkas, karena telah disebutkan secara maushul di tempat lain dari kitabnya
atau dengan tujuan untuk mengindikasikan bahwa hadis itu tidak sesuai syarat
sahihnya dan membedakan jenis hadis itu dengan hadis lain yang sesuai
syaratnya sehingga jelas bagi yang meneliti bahwa hadis tersebut di luar konteks
batasan kitabnya yang menghimpun hadis sahih yang musnad. Pencamtuman
jenis hadis tersebut dalam sahih al-Bukhari mengandung faidah sebagai tanbi>h,
istishhas dan tafsir atas sebagian ayat-ayat al-Quran, dalam lain-lain.100
Di antara kalangan ulama hadis ada pula yang mengunggulkan sahih
Muslim di atas sahih Bukhari,seperti Abu Ali an-Naisaburi, guru Imam al- 98
Ibid. 99
Ibn Hajar, al-Nukat ala> Kita>b Ibn S{ala>h,Vol. 1, 277-278 100
Al-Suyut}y,Tadri>b al-Ra>wy, Vol. 1, 120
-
32
Hakim.101
Namun, pendapat ini bertentangan dengan pendapat jumhur ulama
hadis yang menetapkan bahwa Sahih al-Bukhari lebih unggul dibanding Sahih
Muslim.102
Keunggulan ini dapat dilihat dari beberapa aspek berikut:103
1. Keunggulan sebagai pioner/perintis. Kitab Sahih Bukhari adalah kitab hadis
pertama yang secara khusus menghimpun hadis-hadis sahih. Adapun sahih
Muslim, misalnya sebagai saingan terdekat sahih al-Bukhari baru muncul
kemudian, apalagi kitab-kitab hadis lain seperti kitab sunan dan musnad.
Bahkan, Al-Hafiz Abu al-Hasan al-Daruquthny berpendapat:Seandainya
bukan karena Imam Bukhari, maka tidak ada karya Imam Muslim.
Sesungguhnya Muslim merujuk Kitab Sahih al-Bukhari dan menjadikannya
sebagai mustakrajan dan menambah sejumlah hadis.104 Hal senada juga
dikatakan oleh al-Hakim.105
2. Keunggulan dari aspek standar persyaratan kesahihan. Bukhari memiliki
syarat yang lebih ketat dari Imam Muslim dari aspek ittishol sanad. Al-
Bukhari mensyaratkan thubut al-Talaqqi> antar perawi yang menjadi guru-
murid walaupun hanya sekali. Sementara Muslim mencukupkan adanya
kepastian muas{arahantarperawi. Dalam hal ini, Imam Bukhari lebih
ih{tiyat{(hati-hati) dan tathabbut (cermat dan teliti).
3. Keunggulan sebagai kitab hadis yang paling sedikit dikritik. Hadis-hadis
yang dikritik dalam sahih Bukhari lebih sedikit dibandingkan dalam kitab
Sahih Muslim. Dari 210 hadis yang dikritik oleh Al-Daraquthni, sebanyak 78
hadis khusus terdapat dalam Sahih al-Bukhari dan 100 hadis terdapat dalam
Sahih Muslim, sementara 32 hadis sama-sama terdapat dalam kedua kitab
tersebut. Itu pun, mayoritas hadis-hadis al-Bukhari yang dikritik terjawab
oleh Ibnu Hajar dalam Hadyu as-Sary dan Fath al-Bary.
4. Keunggulan dari tingkat kepercayaan terhadap para perawinya. Perawi hadis
yang dipermasalahkan dalam Sahih al-bukhari lebih sedikit dibandingkan
101
Ibn Sala>h,Ulu>m al-Hadi>th, 18-19 102
Al-Suyuthi.Tadri>b al-Ra>wy, Vol.1, 122, Saaduddin bin Muhammad al-Kiby. Muqaddimah al-Nawawi fi Ulu>m al-Hadi>th(Al-Maktab al-Islamy, Beirut, cet. 1, 1417 H/1997 M) , 12 103
Al-Suyuthi. Tadri>b al-Ra>wy.., Vol. 1, 122-dst, Khalil Ibrahim Mulakhatar, Makanah S{ah}i>h}ain..., 88-90, Ibnu Hajar, An-Nukat, Vol. 1, 283-189 104
Ibn Hajar. Hadyu al-Sa>ry, 14 105
Idem.
-
33
sahih Muslim. Riwayat perawi hadis yang bermasalah yang secara tersendiri
dipakai oleh al-Bukhari dan tidak dipakai oleh Muslim, lebih sedikit dikritik
dibandingkan sebaliknya pada sahih Muslim. Dari 435 perawi al-Bukhari
yang tidak ada periwayatannya dalam Sahih Muslim terdapat 80 orang
perawi yang dikritik atau sebanyak 18, 39 %, sementara dari 620 perawi
khusus perawi Muslim tanpa ada riwayatnya dalam Sahih al-Bukhari
terdapat 160 oarng perawi yang dkritik atau sebanyak 25, 81 %. 106
Mayoritas para perawi yang dikritik adalah guru-guru al-Bukhari sendiri yang
pernah dijumpainya, bermajelis dan berdiskusi dengannya, diketahui persis
keadaannya dan telah diteliti periwayatannya sehingga dapat diseleksi
hadisnya yang kuat dari periwayatannya yang waham (berdasar dugaan yang
berpotensi keliru).107
Al-Bukhari juga tidak terlalu banyak mencantumkan
hadis-hadis mereka. Hal ini berbeda dengan Imam Muslim.108
5. Keunggulan dari aspek kekayaan kandungan ilmunya. Sebagaimana
dinyatakan oleh An-Nawawi bahwa Sahih al-Bukhari adalah kitab yang
paling banyak memberikan faedah keilmuan mengingat didalamnya
terkandung penjelasan istinbath fiqih, dan intisari hikmah dan lain-lainnya.
6. Keunggulan pengakuan ulama hadis. Imam as-Suyuthi menegaskan bahwa
jumhur ulama hadis menetapkan bahwa Kitab yang paling sahih adalah sahih
al-Bukhari karena paling ketat dalam persyaratan ittis}a>l sanad dan paling
itqa>n dalam aspek perawi (rija>l) hadisnya. Imam Nawawi dan Ibnu Hajar
sebagaimana dikutip oleh Imam al-Suyuthi berpendapat bahwa ulama sepakat
untuk mengunggulkan al-Bukhari di atas Muslim dari aspek keluasan dan
kedalaman ilmu hadisnya. Imam Muslim adalah muridnya dan mengambil
ilmu hadis darinya serta memanfaatkan hal-hal positif dari kitab gurunya,
sahih al-Bukhari dan mengikuti jejaknya dalam metode penulisan kitab
hadis.109
Tentu saja, keunggulan-keunggulan di atas tidak bersifat mutlak untuk
setiap hadis dalam al-Bukhari atas Muslim.Namun, penilaian tersebut hanya
106
Ya>sir al-Shama>ly, Al-Wa>d}ih fi Mana>hij al-Muhaddithi>n, 58 107
Idem. 108
Idem.,60 109
Ibn Hajar, Hadyu as-Sary (Kairo : Dar al-Royyan, cet. 1), 514
-
34
bersifat global. Karenasebagaimana pendapat Az-Zarkasybahwa ada
beberapa hadis dalam sahih Muslim lebih sahih daripada dalam Kitab al-
Bukhari.110
Demikian pula, dari sisi sistematika dan metodologi penulisan riwayat
hadismenurutsebagian ulamaSahih Muslim lebih unggul dari Sahih al-
Bukhari.111
g. Syarat Sahih Al-Bukhari dan Muslim
Imam Bukhari diakui memakai standard tinggi dalam seleksi hadis
shohih yang dicantumkannya dalam kitab al-Ja>mi as-Sah}i>h.112 Namun
sayangnya, Imam Bukhari sendiri tidak menjelaskan tentang kriteria, standar
atau syarat kesahihan hadis-hadisnya baik dalam kitab al-Ja>mi as-Sah}i>h maupun
kitab-kitabnya yang lain.113 Di sisi lain, banyak kitab-kitab hadis dan takhrij
yang menggunakan istilah ala> shart} al-Bukhari. Padahal, rumusan istilah ini
masih merupakan sesuatu yang kontroversial. Apakah sebenarnya yang dimaksud
dengan ala shart} al-Bukhari tersebut? Jelas, istilah shart} al-Bukhari belumlah
dikenal sebelum zaman al-Bukhari, atau pada masa beliau sendiri, bahkan
beberapa waktu setelah zaman beliau.Abu Muadz Thariq bin Audhillah
berpendapat bahwa orang yang pertama kali memperkenalkan istilah ini adalah
Imam Al-Da>ruqut}ny (w. 385 H) dalam kitabnya Al-Ilzamat.114
Imam al-Hakim (w. 405 H) adalah ulama hadis yang mempopulerkan
istilah ala shart} al-Bukhari, ala shart} Muslim, ala shart} al-Bukhari wa Muslim,
110
lihat Al-Suyu>t}y. Tadri>b,Vol. 1, 172 111
Nu>r al-Di>n itr, Manh}aj al-Naqd.,257-258. Footnoot komentar DR. Itr dalam Ibnu S{ala>h,Ulu>m al-Hadith.., 19 112Sebagaimana disebutkan dalam berbagai kitab ulumul hadis. Yang menjelaskan tentang
peringkat kesahihan hadis. 113
Shams al-Di>n Muhammad bin Ahmad Al-Dhahaby. Siyar Ala>m Nubala>, Vol. 10 (Beirut: Muassasah ar-Risalah, cet. 9, 1413 H/1993 M), 96 114
Komentar atas Kitab Tadri>b al-Ra>wy, Vol. 1, 179, Dalam kitab tersebut, al-Da>ruqut}ny menyebutkan tentang adanya hadis-hadis yang sebenarnya sesuai dengan syarat al-Bukhari
maupun muslim tetapi tidak dikeluarkan oleh keduanya dalam kitab shohih masing-masing. Al-
Da>ruquthny juga mengkritisi hadis-hadis al-Bukhari dalam al-Jami As-S{ahih yang tidak sesuai dengan syarat tersebut karena adanya illat. Al-Da>ruquthny. Al-Ilzamat wa Tatabu, 56
-
35
atau ala shart}ihima .Istilah tersebut banyak dipakai dalam kitabnya Al-
Mustadrak ala al-S{ahi>hai>n.115 Para peneliti hadis cukup antusias untuk meneliti
dan merumuskan apa yang menjadi syarat Imam al-Bukhari. Metode yang
digunakan para ulama adalah metode induktif yaitu meneliti hadis-hadis al-
Shohih al-Jami untuk menentukan syarat shohihnya. Di antaranya pendapat Al-
Hazimy (w. 584 H). Al-Hazimi>menyusun Kitab Shurut} al-Aimmah dan
menyampaikan teorinya tentang syarat al-Bukhari dan Muslim. Menurut al-
Hazimy, syarat al-Bukhari adalah mencantumkan hadis-hadis yang ittishol sanad
oleh para perawi tsiqah yang mutqi>n (teliti dan cermat) dan multazim (berguru
dengan menyertainya dalam setiap keadaan) kepada orang yang diambil
periwayatan hadis itu dalam waktu yang lama. Terkadang juga menggunakan
periwayatan hadis dari perawi pada tingkatan yang lebih rendah dalam hal itqon
dan lebih singkat masa mulazamah-nya. Syarat perawi yang lebih rendah dari itu
dicantumkan oleh al-Bukhari hanya sebagai syawahid dan mutabaah.116 Menurut
al-Hazimy, target utama al-Bukhari dalam seleksi hadisnya adalah riwayat dari
para perawi terbaik dari level pertama dalam hal ke-thiqa>h-an, namun dalam
kondisi tertentu al-Bukhari menurunkan standar kriterianya. Bahkan, al-Bukhari
juga menampilkan hadis dari beberapa perawi yang dinilai ada unsur
kedhoifannya. Akan tetapi tidak sampai sangat dhoif yang tertolak semua
hadisnya. Apalagi, aspek ked}ai >fan sangat beragam dan para ulama berbeda
dalam menetapkan penyebabnya.117
Sementara, menurut Imam an-Nawawi (w. 676 H)118
berpendapat bahwa
yang dimaksud dengan syarat shohih al-Bukhari adalah rija>l al-isna>d yang
terdapat dalam kitab shohih-nya.Karena al-Bukhari tidak menjelaskan syarat
115
Lihat Muhammad bin Abdillah Al-Hakim an-Naisabury, al-Mustadrak ala Shohihain, Vol. 1, ed. Muqbil bin Hadi al-Wadiy (Kairo: Dar al-Haromain, Cet. 1, 1417 H/1997 M), 41.
Penggunaan istilah-istilah tersebut oleh al-Hakim dalam mengklaim tingkat keshohihan hadis-
hadis dalam al-Mustadrak banyak mengundang kritikan bahkan protes pedas dari ulama hadis
lain. Hal ini karena terbukti al-Hakim banyak mengklaim suatu hadis sebagai hadis sahih. Lihat
Ibid.,Vol1, 144. 116
Al-Suyu>t}y dalam Tadrib al-Ra>wy, Vol, 1, 175. Al-Hazimi memberi contoh lima tingkatan (t}abaqa>t) senioritas dan kapabilitas murid-murid al-Zuhri. Al-Bukhari memilih tingkatan tertinggi perawi al-Zuhri sebagai perawi sahih karena menghimpun kemampuan hafalan (hifz}), sifat itqon dan lamanya mulazamah (menyertai dan berguru) kpd al-Zuhri. 117
Al-Hazimy. Syurut al-Aimmah as-Sittah, 70-71 118
Pendapat al-Nawawi tentang syarat shohih al-Bukhari ini tidak dibahas oleh Muhibbin dalam
disertasinya.
-
36
shohihnya baik dalam kitab shohihnya maupun kitab lainnya.119
Konsep syarat
shohih al-Bukhari dengan hanya mengacu kepada perawi yang disebutkan oleh
al-Bukhari dalam kitab shohihnya, memiliki kelemahan. Secara aplikasi, dengan
perspektif semacam itu, al-Hakim dianggap tasa>hul dalam mengklaim kesahihan
suatu hadis sebagai ala syart{ asy-Syaikhani atau ala syarth al-Bukhari, dst.
3. Kitab Al-Ja>mi al-Tirmidhi
a. Nama Penulis
Muhammad ibn Isa> ibn Shuwrah Ibn Mu>sa> Ibn al-D{ah}h}a>k al-Sulamy al-
Turmudhy. Lahir di penghujung tahun 210 H. Sebagian pakar sejarah
menyatakan bahwa Beliau lahir dalam keadaan buta. Namun, yang tepat Beliau
ditimpa kebutaan pada usia tua setelah masa rihlah menuntut ilmu dan
pendokumentasian ilmunya. 120
Beliau berguru kepada Imam al-Bukhari bahkan mendapat pujian yang
tingi dari guunya tersebut: manfaat ilmu yang saya peroleh darimu lebh banyak
daripada apa yang kamu dapatkan dari saya. 121Beliau juga belajar kepada Imam
Muslim Ibn al-Hajja>j, akan tetapi hadis yang diriwayatkan dari Imam Muslim
hanya satu hadis saja, yaitu hadis:
Hitunglah munculnya hilal Bulan Shaban untuk Bulan Ramadhan122
Al-Tirmidhi juga berjumpa dengan Imam Abu Da>wud Sulaiman Ibn al-
Ashab al-Sijista>ny dan Abd al-Rahma>n al-Dara>my, Abu Zurah al-Ra>zy. Namun
yang paling besar pengaruhnya dan paling lama mula>zamah (belajar bersama)
gurunya adalah ami>r al-mumini>n fi al-hadi>th Muhammad Ibn Ismail al-
119
Al-Suyut}i, Tadrib 1/175 120
Ahmad Fari>d, Min Ala>m al-Salaf, vol. 2 (Iskandariyah: Da>r al-In, cet. 1, 1418 H), 363 121
Ibid., Vol. 2, 365 122Muhammad bin Ikir dan Muhammad Fua>d Abd al-Ba>qy (Mesir: Shirkah Maktabah wa Mat}baah Must}afa al-Halaby,
Cet. 2, 1395 H/1975 M), 62
-
37
Bukhary. Al-Tirmidhi bukan hanya belajar periwayatan dan ulu>m al-hadi>th-nya
namun juga fikih hadisnya.123
b. Nama Kitab
Ada beberapa nama yang dikenal oleh para ulama atas Kitab tersebut,
antara lain (1) S}ahih al-Tirmidhi. Sebagaimana yang dipakai oleh al-Khati>b al-
Baghdady, (2)Al-Ja>mi al-S{ahi>h. sebagaimana disebut oleh al-Ha>kim. Namun
kedua nama ini kurang tepat karena secara faktual, Imam al-Tirmidhi sendiri
mengakui bahwa di samping hadis-hadis sahih dan hasan, kitabnya
mencantumkan juga kualitas di bawah level itu. (3) al-Ja>mi al-Kabi>r,
sebagimana disebutkan oleh al-Kattany dalam Kitabnya al-Risalah al-
Mustat}rafah, namun nama ini juga jarang dikenal. (4) al-Sunan. Nama ini
cukup populer dan biasanya digandengkan dengan nama penulisnya menjadi
Sunan al-Tirmidhi untuk membedakan dengan kitab sunan yang lain.
Penamaan dengan sunan karena kitab tersebut meliputi hadis-hadis hukum yang
disusun dengan sistematika bab-bab fikih. (5) al-Ja>mi. inilah nama yang paling
populer dan paling banyak dipakai dengan menyertakan atribut nama penulisnya
menjadi al-Ja>mi al-Tirmidhi. Penamaan kitab tersebut dengan al-Ja>mi lebih
diterima oleh para ahli hadis karena hadis-hadisnya mencakup 8 tema besar
dalam kategori kitab al-jawa>mi.124
c. Posisi Kitab al-Ja>mi
Abu I> al-Tirmidhy berkata:
- )( : -
Saya menyusun kitab al-Jamidan saya sodorkan kepada para ulama negeri Hijaz, Iraq dan Khurasan, kemudian mereka menyepakati dan
merekomendasikanya. Barangsiapa yang dalam rumahnya memiliki
123
Nu>r al-Di>n Itr, al-Ima>m al-Tirmidhy wa al-Muwa>zanah Baina Ja>miih wa baina al-S{ahi>hai>n (T.tp: T{abaah al-Lajnah al-Tali>f wa al-Tarjamah wa Nashr, cet. 1, 1390 H/1970 M), 16-17 124Itr, Muwa>zanah, 58
-
38
kitab (al-Ja>mi) ini maka seakan-akan di dalam rumahnya ada Nabi yang sedang berbicara. 125
Al-Dhahaby mengakui bahwa dalam Kitab al-Ja>mi terdapat ilmu yang
bermanfaat dan faidah yang banyak dan menghimpun pokok-pokok permasalahan
agama. Bahkan kitab tersebut menjadi salah satu dari pondasi-pondasi Islam.
Akan tetapi, yang keberadaan sebagian hadis-hadis yang lemah bahkan palsu
mengotorinya. Kebanyakan hadis semaca ini terdapat dalam masalah fad{a>il.126
Menurutpenulis Kitab Kashf al-Z{unu>n bahwa Ktab al-Ja>mi al-Tirmidhi
merupakan kitab urutan ketiga dari al-kutub al-sittah. 127Namun, Imam al-
Dhahaby berpendapat bahwa level Kitab Ja>mi al-Tirmidhi lebih rendah
peringkatnya dibanding Kitab Sunan Abi Da>wud dan Nasa>I karena
mencantumkan hadis-hadis yang riwayatkan oleh al-Mas}lu>b dan al-Kalby dan
semisalnya.128
Sementara itu, jika dipahami dari pengkodean dalam Kitab
Tahdhi>b al-Kama>l, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, Taqri>b dan Tadkirah al-Huffa>z} bahwa
peringkat (rutba>h) Ja>mi al-Tirmidhi sesudah Kitab Sunan Abi Dawu>d, dan
sebelum Sunan Nasa>i.129
d. Keunggulan Kitab al-Ja>mi :
1. Dari aspek susunan yang baik dan tanpa pengulangan.
2. Dari aspek penyebutan mazhab-mazhab para ahli fikih dan segi istidla>l
dari setiap pendapat ulama mazhab.
3. Dari aspek penjelasan dan penilaian tentang hadis baik s}ahi>h, hasan,
d}ai>f, ghari>b, illat, dll
125
Ibn Hajar al-Asqala>ny, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, vol. 9 (India: Mat{baah Da>irah al-Maarif al-Niz}amiyah, ct. 1, 1326 H), 389 126
Al-Dhahaby, Tadhkirah al-Huffa>z{, vol. 2 (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah,cet. 1, 1419 H), 254 127
H{a>jy Khalifah, Kashf al-Z{unu>n An Usa>ma al-Kutub wa al-Funu>n, vol. 1 (Baghda>d: Maktabah al-Muthanna>, 1941 M), 559 128
Sham al-Di>n al-Dhahaby, Ta>rikh al-Isla>m wa wafiya>t al-Masha>hi>r wa al-Ala>m, vol. 3, ed. Basha>r Awwa>d Maru>f (t.t: Da>r al-Gharb al-Isla>my, cet. 1, 2003 M), 961 129
Abu> Ya>sir Muhammad Ibn Mat}r al-Zahra>ny, Tadwi>n al-Sunnah al-Nabawiyyah: Nashatuhu wa Tatawwuruhu min al-Qarn al-Awwal Ila> Niha>yah al-Qarn al-Ta>si al-Hijry (Riyadh: Da>r al-Hijrah, cet. 1, 1417 H), 138
-
39
4. Dari aspek penjelasan nama-nama perawi dan julukan (laqab) dan
panggilan (kunyah), dll yang bermanfaat dalam kaitannya dengan ilmu
rijal. Sementara di bagian akhir Kitab al-Ja>mi disebutkan Kitab Al-Ilal
yang juga cukup penting dan bermanfaat. 130
Karena itu dikatakan bahwa Kitab tersebut cukup menjadi pegangan bagi
mujtahid dan muqallid.Bahkan Abu Isma>i>l al-Harawy, Kitab tersebut lebih
bermanfaat daripada Kitab al-S{ahi>hai>n. Alasannya karena setiap orang bisa
mendapatkan faidah darinya, sementara kedua kitab Sahih tersebut hanya mampu
diraih oleh seorang alim yang luas ilmunya.131
Imam Al-Tirmidhy menegaskan bahwa semua hadis yang terdapat dalam
kitanya adalah hadis yang diamalkan (mamu>l bih). Sebagian ulama
mengambilnya (sebagai hujjah) kecuali dua hadis saja yaitu hadis Ibn Abbas yang
berbunyi ( `
).132Dan hadis (
).133
e. Metodologi Kitab al-Ja>mi :
1. Tersusun secara sistematis mengikuti pola pembahasan fiqih (abwa>b
fiqhiyyah)seperti Sunan Abi Da>wud. Dibuka dengan Ba>b al-T{aha>rah,
kemudian Al-S{alah dan seterusnya. Di bagian akhir ditutup dengan Ba>b
Tafsir al-Quran, al-Daawa>t dan al-Mana>qib.
2. Dalam masing-masing bab, disebutkan satu atau beberapa hadis terkait
dengan disertai penjelasan status kesahihannya. Terkadang ada
130
Al-Hittah fi Dhikry al-S{ihhah al-Sittah , 372 131Ali> bin S