TINJAUAN TEORITIS KONSEP KELUARGA 1. Keluarga adalah...
Transcript of TINJAUAN TEORITIS KONSEP KELUARGA 1. Keluarga adalah...
10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih indifidu yang tergabung karena
ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan
pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian
dari keluarga (friedman, 1998).
Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat
penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah
pendidikan kepada individu dimulai dan dari keluarga inilah akan tercipta
tatanan masyrakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu
kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga. Keluarga adalah
sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi,2008).
Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama melalui ikatan perkawinan, dan kedekatan emosi yang masing –
masing mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ester,2007).
Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa keluarga
adalah suatu unit terkecil yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
11
tinggal di satu tempat atau rumah, saling berinteraksi satu sama lain,
mempunyai peran masing-masing dan mempertahankan suatu kebudayaan.
2. Struktur Keluarga
Menurut Effendy (1998) struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,
diantaranya adalah :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu di susun
melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu di susun
melalui jalur garis ibu.
c. Matri local : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga keluarga istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
keluarga suami.
e. Keluaraga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
3. Tipe dan Bentuk Keluarga
a. Keluarga Inti ( Nuclear Family ), adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak – anak
12
b. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti di tambah
dengan sanak saudara, misalnya : nenek, kakek, keponakan, sepupu,
paman, dan sebagainya.
c. Keluarga Berantai ( Serial Family ) adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
d. Keluarga Duda atau Janda ( single family), adalah keluarga yang
terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (composite), adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga Kabitis (cohabitation), adalah dua orang yang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
4. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat di jalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis: Untuk meneruskan keturunan, Memelihara dan
membesarkan anak, Memenuhi kebutuhan gizi keluarga, Memelihara
dan merawat anggota keluarga.
b. Fungsi Psikologis: Memberikan kasih sayang dan rasa aman,
Memberikan perhatian diantara anggota keluarga, Membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga, Memberikan identitas
keluarga.
13
c. Fungsi Sosialisai : Membina sosialisasi pada anak, Membentuk
norma- norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak,
Meneruskan nilai – nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi : Mencari sumber - sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, Pengaturan penggunaan penghasilan
keluarga untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga di masa
yang akan datang, misalnya pendidikan anak- anak , jaminan hari tua
dan sebagai nya.
e. Fungsi Pendidikan : Menyekolahkan anak untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan, dan membentuk prilaku anak sesuai
dengan bakat, minat yang dimilikinya, Mempersiapkan anak untuk
kehidupan semasa yang akan datang dalam memenuhi perannya
sebagai orang dewasa, Mendidik anak sesuai dengan tingkat – tingkat
nya.
5. Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : (Friedman, 1998)
1) Mengenal masalah kesehatan.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
3) Memberi perawatn pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
5) Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat.
(Murwani, 2007)
14
B. KONSEP TUMBUH KEMBANG BALITA
Tahap pertumbuhan dan perkembangan setiap bayi tidak ada yang sama
persis. Oleh karena itu, tidak mungkin memprediksi secara tepat bagaimana
perilaku bayi dalam setiap tahap kehidupannya. Tetapi ada kecenderungan
umum yang terjadi, tabel di bawah ini hanya dijadikan patokan dasar untuk
melihat tahap pertumbuhan dan perkembangan balita (Rini,2008).
1. Perkembangan
Perkembangan adalah hal-hal yang lebih berkaitan dengan fungsi-
fungsi organ tubuh seperti kepandaian/intelegensia, emosi, perilaku dan
panca indera (Rini,2008).
Perkembangan seorang anak secara umum digambarkan dalam
periode-periode. Salah satunya adalah periode Bawah Lima Tahun atau
sering disingkat sebagai Balita merupakan salah satu periode usia manusia
setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua
sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu
usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena
pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
bagi perkembangan selanjutnya. Perkembangan yang optimal sangat
dipengaruhi oleh peranan lingkungan dan interaksi antara anak dan orang
15
tua/orang dewasa lainnya. Interaksi sosial diusahakan sesuai dengan
kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan, bahkan sejak bayi
dalam kandungan (Rini,2008).
2. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran tubuh. Tumbuh
berkaitan dengan fisik, yaitu hal-hal yang dapat dilihat dengan mata, yang
tampak dan dapat diukur, antara lain : tinggi badan, berat badan dan
lingkar kepala (Rini,2008).
Pertumbuhan fisik Pertambahan berat badan menurun, terutama
diawal balita. Hal ini terjadi karena balita memnggunakan banyak energi
untuk bergerak.
16
Pertumbuhan Balita (BB,PB,LK)
UMUR BERAT BADAN
PANJANG BADAN
LINGKAR KEPALA
( Kg) ( Cm) ( Cm)
1 Bulan 3.0 – 4.3 49.8 – 54.6 33 – 39
2 Bulan 3.6 – 5.2 52.8 – 58.1 35 – 41
3 Bulan 4.2 – 6.0 55.5 – 61.1 37 – 43
4 Bulan 4.7 – 6.7 57.8 – 63.7 38 – 44
5 Bulan 5.3 – 7.3 59.8 – 65.9 39 – 45
6 Bulan 5.8 – 7.8 61.6 – 67.8 40 – 46
7 Bulan 6.2 – 8.3 63.2 – 69.5 40.5 – 46.5
8 Bulan 6.6 – 8.8 64.6 – 71.0 41.5 – 47.5
9 Bulan 7.0 – 9.2 66.0 – 72.3 42 – 48
10 Bulan 7.3 – 9.5 67.2 – 73.6 42.5 – 48.5
11 Bulan 7.6 – 9.9 68.5 – 74.9 43 – 49
12 Bulan 7.8 – 10.2 69.6 – 76.1 43.5 – 49.5
15 Bulan 8.4 – 10.9 72.9 – 79.4 44 – 50
1½ Tahun 8.9 – 11.5 75.9 – 82.4 44.5 – 50.5
2 Tahun 9.9 – 12.3 79.2 – 85.6 45 – 51
2½ Tahun 10.8 – 13.5 83.7 – 90.4 45.5 – 52.5
3 Tahun 11.7 – 14.6 87.8 – 94.9 46 – 53
3½ Tahun 12.5 – 15.7 91.5 – 99.1 46.5 – 53.3
4 Tahun 13.2 – 16.7 96.4 – 102.9 47 – 53.8
4½ Tahun 13.8 – 17.7 99.7 – 106.6 47.5 – 53.8
5 Tahun 14.5 – 18.7 102.7 – 109.9 47.8 – 54
Tabel 2.1
(kayyisa,2009).
17
C. KONSEP MALNUTRISI
1. Pengertian Malnutrisi
Gizi (Natrision) adalah suatu proses organisme menggunakan
makanan yang di konsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi,
transportasi. Penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energy
(Nyoman,2001).
Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami
gangguan dalam penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan
dan aktivitas. Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan
makanan maupun adanya gangguan terhadap absorbsi, pencernaan dan
penggunaan zat gizi dalam tubuh (Rahajeng, 2009).
Kurang energy protein (KEP) adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energy dan protein dalam makanan
sehari-hari sehingga memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) (Depkes RI,
1997).
Kurang energy protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi akibat
konsumsi pangan tidak cukup mengandung energy dan protein serta
karena gangguan kesehatan (Depkes RI, 1999).
Kurang gizi protein (KEP) adalah keadaan dimana kurang gizi
yang di sebabkan rendah nya konsumsi energy dan protein dalam makanan
18
sehari-hari yang tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG) (Manjoer
Arif,2000).
Dari berbagai macam pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
malnutrisi kurang energi protein adalah suatu keadaan di mana tubuh
mengalami gangguan dalam penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan,
perkembangan dan aktivitas akibat konsumsi pangan tidak cukup
mengandung energy dan protein serta karena gangguan kesehatan.
2. Etiologi
Kurang gizi pada anak, bisa terjadi di usia Balita (Bawah Lima
Tahun). “Pedoman untuk mengetahui anak kurang gizi adalah dengan
melihat berat dan tinggi badan yang kurang dari normal”. Jika tinggi badan
anak tidak terus bertambah atau kurang dari normal, itu menandakan
bahwa kurang gizi pada anak tersebut sudah berlangsung lama.
Menjelaskan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang gizi
pada anak.
Pertama, jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat ikut
mempengruhi. Dengan demikian, perhatian ibu untuk kakak sudah tersita
dengan keberadaan adiknya, sehingga kakak cenderung tidak terurus dan
tidak diperhatikan makanannya. Oleh karena itu akhirnya kakak menjadi
kurang gizi. “Balita itu konsumen pasif, belum bisa mengurus dirinya
sendiri, terutama untuk makan”.
Kedua, anak yang mulai bisa berjalan mudah terkena infeksi atau
juga tertular oleh penyakit-penyakit lain.
19
ketiga adalah karena lingkungan yang kurang bersih, sehingga anak
mudah sakit-sakitan. Karena sakit-sakitan tersebut, anak menjadi kurang
gizi.
Keempat, kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu mengenai
gizi. “Kurang gizi yang murni adalah karena makanan,” Ibu harus dapat
memberikan makanan yang kandungan gizinya cukup.
Kelima, kondisi sosial ekonomi keluarga yang sulit. Faktor ini
cukup banyak mempengaruhi, karena jika anak sudah jarang makan, maka
otomatis mereka akan kekurangan gizi.
Keenam, selain karena makanan, anak kurang gizi bisa juga karena
adanya penyakit bawaan yang memaksa anak harus dirawat. Misalnya
penyakit jantung dan paru-paru bawaan (Siswono, 2001).
3. Patofisiologi
Penyakit malnutrisi dengan kekurangan energi protein atau tidak
mencukupinya makanan bagi tubuh sering kali dikenal dengan marasmus
dan kwarsiokor. Kwarsiokor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan protein baik dari segi kualitas maupun kwantitasnya.
Kekurangan protein dalam makanan akan mengakibatkan kekurangan
asam amino essensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan
metabolisme terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan sel, makin
berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan berkurangnya
produksi albumin oleh hati. Kulit akan tampak bersisik dan kering karena
depigmentasi. Anak dapat mengalami gangguan pada mata karena
20
kekurangan vitamin A. Kekurangan mineral khusunya besi, kalsium dang
zheng. Edema yang terjadi karena hipoproteinemia yang mana cairan akan
berpindah dari intra vaskuler compartemen ke rongga interstisial yang
kemudian menimbulkan ansietas. Gangguan gastrointestinal seperti adanya
perlemakan pada hati dan atropi pada sel acini pankreas.
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
kalori dan protein. Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan
terutama lapisan subkutan dan badan tampak kurus seperti orang tua. Pada
marasmus metabolisme lemak kurang terganggu dari pada kwarsiokor
sehingga kekurangan vitamin biasanya minimal atau tidak ada. Pada
marasmus tidak ditemukan edema akibat dari hipoalbuminemia atau
retensi sodium. Pemenuhan kebutuhan dalam tubuh masih dapat ditemui
dengan adanya cadangan protein sebagai sumber energi (Yuliani, 2006).
4. Manifestasi Klinik
a. Tanda dan gejala terjadinya kurang energy protein
1) Badan kurus di timbang pada KMS berada di bawah garis merah
atau pita kuning bagian bawah
2) Lemah lesu.
3) Selera makan kurang.
4) Gangguan pertumbuhan pada anak.
5) Ganguan kecerdasan kepada anak mudah terkena penyakit.
b. Kategori KEP berdasarkan kriteria KMS yang baru di bedakan
menjadi dua, yaitu :
21
1) KEP sedang – berat
Anak disebut masuk dalam kategori sedang –berat bila berat
badan kurang dari 70% baku rujukan BB/u WHO- NCHS, pada
KMS artinya sama dengan di bawah garis merah.
2) KEP ringan
Anak di sebut KEP ringan bila berat badan 70% sampai kurang
dari 80% baku rujukan BB/u WHO- NCHS.
Table kategori KEP menurut standar baku WHO-NCHS
Kategori Kriteria WHO-NCHS
Kriteria menurut KMS
KEP Ringan 70 - <80 % Pita warna kuning (antara pita warna hijau dan garis merah
KEP Sedang-berat < 70 % BGM Tabel 2.2
c. Cara mendeteksi KEP:
1) KEP dapat di deteksi dengan cara antropometri yaitu mengukur
BB dan umur yang di bandingkan dengan indeks BB/u baku
standar WHO-NCHS sebagai mana tercantum dalam KMS.
2) Badan kurus biala di timbang BB pada KMS berada di bawah
garis merah.
3) Lemah lesu dan cengeng.
4) Gangguan pertumbuhan badan kurang.
5) Selera makan kurang.
6) Gangguan perkembangan kecerdasan.
7) Sikap anak kurang tanggap.
22
d. Penyakit penyerta yang menyertai KEP yaitu :
1) Kwasiokor
Kwasiokor dapat di jumpai pada usia anak bayi yang masih
di sapih atau pada anak usia pra sekolah yang
merupakangolongan umur yang relatif memerlukan banyak
protein untuk tubuh. Gejala Kwasiokor :
a) Gejala yang terpenting adalah pertumbuhan yang terganggu
b) Gejala gastrointestinal
c) Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah
di cabut tanpa rasa sakit, rontok/ perubahan pada rambut.
d) Kulit penderita kering
Pengobatan Kwasiokor : Prinsisp Kwasiokor ialah
memberikan makanan yang mengandung banyak protein yang
bernilai hayati tinggi.
2) Marasmus
Gejala marasmus : Pertumbuhan kurang atau terhenti,
Anak, masih suka menangis, Konstipati diare, Lemak pipi
menghilang wajah penderita seperi wajah orang tua.
Komplikasi yang akan terjadi : Infeksi, Diare, Gangguan
keseimbangan elektrolit, Defisiensi vitamin A, Anemi.
Pencegahan: Pendidikan kesehatan, Rutin ke posyandu,
Program makanan tambahan, Pemberian zat besi, Pemberian
23
kapsul vitamin A dosis tinggi, Pemberian kapsul minyak
beryodium (Ngastiyah,2005).
5. Komplikasi
Bahaya komplikasi pada pasien malnutrisi energi protein sangat
mudah mendapat infeksi karena daya tubuhny rendah terutama system
kekebalan tubuh. Infeksi yang paling sering adalah bronkopneumonia dan
tuberculosis. adanya atrofilis usus menyebabkan penyerapan terganggu
mengakibatkan pasien sering diare. Melihat komplikasi tersebut sukar
untuk di cegah yang perlu di perhatikan adalah kebersihan mulut, kulit,
dan hipotermia (Ngastiyah,2005).
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan malnutrisi (tingkat ringan dan sedang) dilakukan
dengan memberikan makanan yang bergizi, menu yang seimbang,
mengandung karbohidrat dan protein dalam jumlah yang cukup. Selain itu,
perlu juga mengobati penyakit lain yang dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan pada anak (misalnya diare). Anak dengan keadaan malnutrisi
berat sering berada dalam keadaan darurat dan sebaiknya dibawa ke rumah
sakit untuk mendapat pengobatan (Riyadi,2009).
D. PROSES ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada Asuhan Keperawatan Keluarga
Dengan Malnutrisi kurang energi protein menurut (Friedman, 2008) antara
lain :
24
a. Identitas Data
Nama keluarga, alamat dan no telepon, komposisi keluarga, tipe
bentuk keluarga, latar belakang kebudayaan, identifikasi religi, status
kelas keluarga, dan aktifitas-aktifitas rekreasi atau aktifitas waktu
luang.
b. Tahap perkembangan dan riwayat keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini : Malnutrisi kurang
energi protein sering ditemukan pada keluarga dengan anggota
keluarganya baik anak atau pun yang dewasa.
2) Jangkauan pencapaian tahap perkembangan
3) Riwayat keluarga inti : Adanya anggota keluarga yang terkena
malnutrisi kurang energi protein (balita) mempunyai resiko
terhambatnya tumbuh kembang.
4) Riwayat keluarga asal dari kedua orang tua.
c. Data Lingkungan
1) Karakteristik rumah : Rumah yang kurang nyaman, serta sanitasi
yang kurang hygienis dapat mempengaruhi kebersihan makanan
dan minuman, Status rumah yang dihuni keluarga apakah rumah
sendiri atau menyewa dapat mempengaruhi keperdulian
keluarga dalam menjaga kebersihan.
2) Karakteristik lingkungan, sekitar rumah dan lingkungan yang
lebih besar (tetangga dan masyarakat yang lebih luas : Tempat
25
tinggal yang sempit, padat, sanitasi yang tidak terjaga,
lingkungan dengan keluarga ekonomi menengah ke bawah).
3) Fasilitas dan pelayanan kesehatan : Tingkat ekonomi yang
rendah dapat mengakibatkan sulitnya pengobatan malnutrisi
kurang energi protein. Ketidak efektifannya dan keluarga dalam
mengunjungi pelayanan kesehatan yang ada.
4) Fasilitas transportasi : Transportasi merupakan sarana yang
penting dan sangat diperlukan agar penderita mendapatkan
pelayanan kesehatan dengan segera. Ketiadaan sarana
transportasi menjadikan masyarakat enggan berkunjung ke
pelayanan kesehatan sehingga kondisi akan semakin memburuk.
d. Struktur Keluarga
1) Struktur komunikasi : Berkomunikasi dan berinteraksi antar
sesama anggota keluarga merupakan tugas keluarga, dan dapat
menurunkan beban masalah.
2) Struktur kekuasaan : Kekuasaan dalam keluarga dipegang oleh
pemegang keputusan yang mempunyai hak dalam menentukan
masalah dan kebutuhan dalam mengatasi masalah kesehatan
diare dalam keluarga.
3) Struktur peran : Peran antar kelurga menggambarkan perilaku
interpersonal yang berhubungan dengan masalah kesehatan
dalam posisi dan situasi tertentu.
e. Nilai-nilai keluarga
26
Beban kasus keluarga sangat bergantung pada nilai kekuasaan dan
kebutuhan akan asuhan keperawatan keluarga.
f. Fungsi Keluarga
1) Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan yang
disebabkan oleh : Kurangnya pengetahuan keluarga tentang
malnutrisi kurang energi protein, anggapan bahwa penyakit
malnutrisi kurang energi protein adalah biasa yang bisa sembuh
dengan sendirinya.
2) Ketidak kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan serta
dalam mengambil tindakan yang tepat tentang malnutrisi kurang
energi protein berhubungan dengan :
a) Tidak memahami mengenai sifat berat dan meluasnya
masalah malnutrisi kurang energi protein.
b) Ketidak mampuan keluarga dalam memecahkan masalah
Karena kurangnya pengetahuan dan sumber daya keluarga
seperti : latar belakang pendidikan dan keuangan keluarga.
c) Ketidak mampuan keluarga memilih tindakan diantara
beberapa alternative perawatan dan pengobatan terhadap
malnutrisi kurang energi protein.
3) Ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota kelurga
yang sakit berhubungan dengan tidak mengetahui keadaan
malnutrisi kurang energi protein misal : sifat malnutrisi kurang
27
energi protein, penyebab malnutrisi kurang energi protein, dan
tanda gejala yang menyertai malnutrisi kurang energi protein.
g. Koping keluarga
Koping keluarga dipengaruhi oleh situasi emosional keluarga, sikap
dan pandangan hidup, hubungan kerja sama antara anggota keluarga
serta adanya support system dalam keluarga.
2. Diagnosa Keperawatan
Perumusan masalah dilakukan dengan menggunakan data yang
diperoleh dari pengkajian keluarga. Struktur diagnosis keperawatan.
Keluraga terdiri dari masalah (problem), penyebab (etiologi) dan
atau tanda atau gejala. Maslah adalah suatu pernyataan tidak terpenuhi
kebutuhan dasar manusia yang dialami keluarga atau anggota keluarga .
Penyebab adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah
dengan mengacu pada liam tugas keluarga yaitu mengenal masalah,
mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga,
memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan. Tanda/gejala adalah sekumpulan data objektif dan subjektif
yang diperoleh oleh perawat dari kelurga yang mendukung maslah dan
penyebab.
Diagnosis keperwatan keluarga merupakan respons keluarga
terhadap maslah kesehatan yang dialami, baik actual, risiko taupun
potensial, yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan secara mandiri
28
maupun kolektif yang terdiri dari maslah, etiologi, serta tanda dan
gejala(PES).
Diagnosis keperawatan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu
diagnosis keperwatan actual, risiko/risiko tinggi, dan potensial/wellness.
a. Diagnosis actual, menunjukan keadaan yang nyata dan sudah terjadi
pada sat pengkajian di keluarga.
b. Risiko/ risiko tinggi. Merupakan maslah yang belum terjadi pada
pengkajian. Namun dapat menjadi maslah actual bila tidak diulakukan
pencegahan dengan cepat.
c. Potensial/ Wellness. Merupakan proses pencapaian tingkat fungsi
yang lebih tinggi. Potensial juga merupakan suatu keadaan sejahtera
dari keluarga yang sudah mampu memenuhi kebutuhan kesehatan dan
mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat
ditingkatkan. Diagnosis Potensial dapat dirumuskan tanpa disertai
etiologi.
3. Penetapan Prioritas Masalah
Dalam suatu keluarga, perawat dapat menemukan maslah lebih dari
satu diagnosis keperawatan keluarga. Oleh karena itu perawat perlu
menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan keluarga yang ada
dengan menggunakan skala proritas asuhan keperawatan keluarga( Bailon
dan Maglaya, 1978) Proritas maslah adalah penentuan prioritas urutan
masalah dalam merencanakan penyelesaian maslah keperawatan melalui
perhitungan skor. Skala ini memiliki empat kriteria, masing – masing
29
kriteria memiliki skor dan bobot yang berbeda disertai dengan pembenaran
atau alas an penentuan skala tersebut.
a. Kritera pertama : sifat masalah dengan skala actual (skor 3), risiko
(skor 2), dan wellness (skore 1) dengan bobot 1, pembenaran sesuai
dengan maslah yang sudah terjadi, akan terjadi atau kea rah
pencapaian tingkat fungsi yang lebih tinggi.
b. Kriteria kedua : Kemungkinan maslah dapat di ubah dengan skala
mudah (skor 2), sebagian (skor 1), dan tidak dapat (skor 0) dengan
bobot 2. Pembenaran di tunjang dengan data pengetahuan
(pengetahuan klien/keluarga, teknologi, dan tindakan untuk
menangani masalah yang ada), sumberdaya keluarga (dalam bentuk
fisik, keuangan, dan tenaga) sumber daya perawat (pengetahuan,
ketrampilan, dan waktu), dan sumber daya masyarakat (dalam bentuk
fasilitas, organisasi dalam masyrakat dan sokongan masyarakat).
c. Kriteria ketiga : Potensial masalah untuk di cegah dengan skala skor
tinggi (skor 3) cukup (skor 2), dan rendah (skor 1) dengan bobot 1.
Pembenaran di tunjang dengan data kepelikan dari masalah yang
berhubungan dengan penyakit atau masalah. Lamanya masalah (waktu
maslah itu ada), tindakan yang sedang dijalankan(tindakan yang tepat
dalam memperbaiki masalah), dan adanya kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah.
d. Kriteria keempat : Menonjolnya maslah dengan skala segera (skor 2),
tidak perlu segera (skor 1), dan tidak dirasakan (skor 0) dengan bobot
30
Pembenaran di tunjang dengan data persepsi keluraga dalam melihat
masalah yang ada, Untuk lebih jelasnya skala dalam menentukan
prioritas dapat dilihat dalam tabel 2.3
Tabel 2.3 skala untuk menentukan prioritas askep keluaraga
Setelah kita mampu menentukan skor dari tiap kriteria
kemudian kita lakukanperhitungan menggunakan rumus berikut untuk
menetapkan nilai masalah. skor dibagi angka tertinggi di kali bobot,
jumlahkan skornya. skor tertinggi merupakan prioritas diagnosis yang
akan kita tanggulangi lebih dahulu.
NO KRITERIA SKOR BOBOT PEMBENARAN 1 Sifat maslah
Skala: aktual Risiko Potensial/wellness
3 2 1
1
Masalah dapat di cegah karena keluarga mampu mencegah
2 Kemungkinan masalah dapat diubah Skala: mudah
sebagian tidak dapat
2 1 0
2
Masalah dapat diatasi sebagian karena keluarga mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah
3 Potensi masalah untuk dicegah Skala: tinggi
cukup rendah
3 2 1
1
Potensial di ubah tinggi karena disekitar lingkungan keluarga terdapat Posyandu
4 Menonjolnya masalah Skala: segera
Tidak perlu segera Tidak diraskan
2 1 0
1
Masalah segera ditangani dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan
31
4. Rencana Asuhan Keperawatan
Perencanaan adalah penyusunan rencana asuhan keperawatan yang
terdiri dari komponen tujuan umum, tujuan khusus, criteria, rencana
tindakan, dan standar untuk meyelesaikan masalah keperawatan keluarga
berdasarkan prioritas dan tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penyusunan
prioritas, menetapkan tujuan, identifikasi sumber daya keluarga, dan
menyeleksi intervensi keperawatan. Penetapan tujuan meliputi tujuan
umum dan khusus, serta dilengkapi dengan criteria dan standar.
Tujuan umum adalah bagian dari perencanaan yang meliputi
perumusan tujuan sampai penyelesaian masalah yang berorientasi pada
masalah keperawatan (problem). Tujuan khusus adalah bagian dari
perencanaan yang meliputi perumusan tujuan sampai pada penyelesaian
masalah yang berorientasi pada penyebab masalah (etiologi).
Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil
yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan
khusus yang ditetapkan. Kriteria adalah suatu hasil yang secara rasional
mampu dicapai keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga ataupun memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga. Standar adalah
tolok ukur pencapaian hasil intervensi keperawatan terhadap masalah
Skor X Bobot Skala tertinggi
= Nilai masalah
32
keperawatan atau kebutuhan kesehatan keluarga, apakah hasilnya telah
sesuai dengan kriteria yang diharapkan.
5. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tahap penyelesaian masalah keperawatan
keluarga berdasarkan perencanaan yang ditetapkan melalui prosedur
spesifik yang terdiri dari partisipasi aktif keluarga, penyuluhan kesehatan,
konseling, kontrak, manajemen kasus, kolaborasi, dan konsultasi.
Partisipasi aktif keluarga adalah suatu pendekatan esensial yang
dimasukkan dalam setiap strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
keluarga dengan melibatkan keluarga dalam memecahkan masalah,
mendiskusikan, serta memutuskan pendekatan yang paling tepat untuk
digunakan agar mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Penyuluhan kesehatan adalah proses belajar mengajar yang
dilakukan pada keluarga tentang pemeliharaan kesehatan / perawatan
dengan tujuan member dukungan terhadap perilaku sehat atau mengubah
perilaku yang tidak sehat.
Konseling adalah suatu bantuan interaktif yang diberikan perawat
sebagai konselor dan klien yang ditandai dengan komponen penerimaan,
empati, ketulusan, dan kesesuaian melalui berbagai teknik aktif / pasif
yang berfokus pada kebutuhan, masalah, atau perasaan klien yang
terganggu.
Kontrak adalah persetujuan kerja yang dibuat dua orang atau lebih
antara perawat dan keluarga dalam melaksanakan rangkaian perawatan
33
kesehatan keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi
sehingga keluarga terlibat dalam menyelesaikan masalah yang merupakan
tanggung jawabnya. Didalam kontrak juga dicantumkan tujuan yang
hendak dicapai dan tanggung jawab dari anggota-anggota yang terlibat.
Manajemen kasus adalah strategi dan proses pengambilan
keputusan klinis atau proses untuk penentuan, pengintegrasian, dan
pemantauan kebutuhan klien yang kompleks, yang meliputi partisipasi
aktif klien, orientasi holistic, oerientasi perawatan diri, koordinasi dan
penggunaan berbagai pelayanan kemanusiaan yang efisien.
Kolaborasi adalah perawatan yang diberikan oleh sejumlah tenaga
professional dalam bidang perawatan.kesehatan yang bekerja bersama
untuk meberikan perawatan yang komprehensif dan terintegrasi.
Konsultasi adalah kegiatan memberi nasihat atau pelayanan /
bantuan kepada keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan tertentu.
Pelaksanaan yang sudah disusun dilaksanakan dengan
memobilisasi sumber – sumber daya yang ada dikeluarga, masyarakat, dan
pemerintah setempat. Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup
hal dibawah ini.
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberi informasi,
mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, dan
mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
34
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi bila tidak melakukan
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga,
dan mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
c. Memberi kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan
alat fasilitas yang ada dirumah, dan mengawasi keluarga dalam
melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat yaitu dengan menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan oleh keluarga dan melakukan perubahan lingkungan
keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada dilingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan
fasilitas tersebut.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan menilai keefektifan intervensi yang telah
dilaksanakan. Evaluasi dilakukan bersama antara keluarga dan tenaga
kesehatan.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan pada keluarga berhubungan
dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
malnutrisi kurang energi protein.
35
2. Gangguan tumbuh kembang pada keluarga berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan malnutrisi kurang
energi protein.
3. Resiko infeksi sekunder pada anggota keluarga berhubungan dengan
ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan malnutrisi
kurang energi protein.
36
F. Rencana Asuhan Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Tujuan Rencana Keperawatan INTERVENSI Umum Khusus Kriteria Standar
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan pada keluarga berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan malnutrisi kurang energi protein.
Setelah dilakukan tindakan selama 3 hari diharapkan keluarga mampu melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga.
1. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 15 menit keluarga mampu mengenal masalah malnutrisi
a. Keluarga dapat
menyebutkan pengertian malnutrisi.
b. Keluarga dapat menyebutkan penyebab malnutrisi
c. Keluarga dapat
menyebutkan tanda dan gejala malnutrisi.
Respon Verbal
Respon verbal
Respon verbal
Respon verbal
Zat gizi adalah zat makanan yang di butuhkan oleh tubuh. arti kurang gizi atau malnutrisi adalah kekurangan zat-zat atau bahan makanan yang di butuhkan tubuh Penyebab malnutrisi 1. sosial ekonomi kurang 2. Cara penyapihan yang kurang tepat 3. Pemasukan gizi kurang baik dari segi
karbohidrat dan nutrisi 4. sering sakit tanda gejala 1. badan kurus 2. rambut tipis
warna kemerahan mudah di cabut 3. Tampak lemah dan pucat 4. Kulit kering 5. Bila di timbang pada kartu Menuju sehat (KMS) pita berada pada
pita kuning bawah
1. Berikan penkes
tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,dan komplikasi malnutrisi.
2. Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
3. Tanyakan kembali
tentang materi yang baru saja diberikan.
4. Berikan
reinforcement positif atas jawaban keluarga
37
d. Keluarga dapat menyebutkan komplikasi malanutrisi.
2. Setelah dilakukan pertemuan selama 1 x 15 menit keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah malnutrisi pada anggota keluarga.
3. Setelah dilakukan
pertemuan selama 1 x 20 menit keluarga mampu memberikan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami malnutrisi.
Respon verbal
Respon Afektif
Respon
Psikomotor
Akibat malnutrisi: 1. Mudah terkena penyakit 2. Gangguan pertumbuhan 3. Berkurang daya fikir (kecerdasan
berkurang) 4. Kwasiorkor (penyakit akibat
kekurangan protein)dan jika terus menerus akan menyebabkan marasmus.
Pemberian nutrisi yang tepat pada penderita malnutrisi kurang energy protein dapat membantu penyembuhan atau pemulihan kondisi balita secara bertahap. Penatalaksanaan malnutrisi (tingkat ringan dan sedang) dilakukan dengan memberikan makanan yang bergizi, menu yang seimbang, mengandung karbohidrat dan protein dalam jumlah yang cukup.
1. Diskusikan dan memotivasi keluarga dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah malnutrisi.
2. Jelaskan bahwa perawat siap membantu guna mempertimbangkan langkah perawatan/penanganan lebih lanjut.
3. Berikan reinforcement positif atas kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
1. Beri penkes dan
demonstrasikan pada keluarga cara perawatan pada anggota keluarga dengan malnutrisi
2. Berikan
38
4. Setelah dilakukan
pertemuan selama 1 x 15 menit keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah kesehatan balita dengan malnutrisi
Respon
Psikomotor
Malnutrisi sering terjadi pada balita yang biasanya berasal dari keluarga yang tidak mampu, dan endemik di Negara tropis termasuk Indonesia dan umumnya terdapat pada masyarakat dengan kebersihan kurang.oleh karena itu diperlukan modifikasi lingkungan yang tepat yaitu dengan menjaga kebersihan.
kesempatan pada keluarga untuk bertanya
3. Tanyakan kembali tentang materi yang baru saja diberikan.
4. Berikan reinforcement positif atas tindakan yang dilakukan keluarga.
1. Beri penkes dan
demonstrasikan pada keluarga cara menutup makanan menjaga sanitasi lingkungan yang benar dengan benar.
2. Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
3. Tanyakan kembali tentang materi yang baru saja diberikan.
4. Berikan reinforcement positif atas tindakan yang dilakukan keluarga.
39
5. Setelah dilakukan pertemuan selama 1 x 15 menit keluarga manpu memanfaatkan pelayanan kesehatan
Respon Verbal dan
Afektif
Puskesmas merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh keluarga dalam memeriksakan kesehatan
1. Jelaskan tentang Puskesmas dan Anjurkan keluarga untuk membawa balita yang mengalami malnutrisi ke Puskesmas yang ada di wilayahnya.
2. Diskusikan dengan keluarga kapan balita akan dibawa ke Puskesmas.
3. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
4. Tanyakan kembali tentang apa yang sudah dijelaskan tadi.
5. Beri reinforcement yang positif keluarga yang akan memanfaatkan pelayanan kesehatan.
2 Gangguan
tumbuh kembang pada keluarga berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga
Setelah dilakukan tindakan selama 3 hari diharapkan keluarga mampu melaksanakan 5 tugas keluarga.
1. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 15 menit keluarga mampu mengenal masalah gangguan tumbuh kembang akibat malnutrisi
Respon Verbal
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan bagi perkembangan selanjutnya.
1. Beri penkes tentang nutrisi dan Diskusikan dengan keluarga tentang gangguan tumbuh kembang balita..
2. Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
3. Tanyakan kembali tentang hal yang baru saja didiskusikan
40
dengan malnutrisi kurang energi protein.
2. Setelah dilakukan
pertemuan selama 1 x 15 menit keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah gangguan tumbuh kembang pada balita.
3. Setelah dilakukan
pertemuan selama 1 x 20 menit keluarga mampu memberikan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan tumbuh kembang.
Respon Afektif
Respon Psikomotor
Dengan memantau kondisi balita serta menstimulus tumbang balita makan gangguan tumbuh kembang tidak akan terjadi. Stimulasi yang dilakukan untu mengetahui sejauh mana tubang pada balita kita adalah dengan cara sebagai berikut. Menstimulus pada warna, kata sifat, guna benda, menghitung mainan, pakai baju, menyikat gigi, nama teman, gambar garis, lingkaran dan berdiri satu kaki.
4. Berikan reinforcement positif atas jawaban keluarga.
1. Diskusikan dan motivasi keluarga dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah gangguan tumbuh kembang.
2. Jelaskan bahwa perawat siap membantu guna mempertimbangkan langkah perawatan/penanganan lebih lanjut.
3. Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya
4. Berikan reinforcement positif atas kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
1. Beri penkes tentang tumbuh kembang balita dan stimulasi balita.
2. Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
3. Tanyakan kembali tentang materi yang baru saja diberikan.
41
4. Setelah dilakukan
pertemuan selama 1 x 15 menit keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah kesehatan pada keluarga yang mengalami gangguan tumbuh kembang.
5. Setelah dilakukan
pertemuan selama 1 x 15 menit keluarga manpu memanfaatkan pelayanan kesehatan
Respon Psikomotor
Respon Verbal dan Afektif
Lingkungan yang nyaman dan menarik akan membuat balita senang dan berkembang sesuai dengan umurnya. Puskesmas merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh keluarga dalam memeriksakan kesehatan
4. Berikan reinforcement positif atas tindakan yang dilakukan keluarga.
1. Beri penkes dan
demonstrasikan pada keluarga cara memodifikasi lingkungan yang benar.
2. Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
3. Tanyakan kembali tentang materi yang baru saja diberikan.
4. Berikan reinforcement positif atas tindakan yang dilakukan keluarga.
1. Jelaskan tentang Puskesmas dan Anjurkan keluarga untuk membawa balita yang mengalami malnutrisi ke Puskesmas yang ada di wilayahnya.
2. Diskusikan dengan keluarga kapan balita akan dibawa ke Puskesmas.
3. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
4. Tanyakan kembali
42
tentang apa yang sudah dijelaskan tadi.
5. Beri reinforcement yang positif keluarga yang akan memanfaatkan pelayanan kesehatan.
3 Resiko infeksi sekunder pada An. L, keluarga Tn. M berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan malnutrisi kurang energi protein
Setelah dilakukan tindakan selama 3 hari diharapkan keluarga mampu melaksanakan 5 tugas fungsi keluarga.
1. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 15 menit keluarga mampu mengenal masalah resiko infeksi sekunder pada balita yang mengalami malnutrisi a. Keluarga dapat
menyebutkan pengertian infeksi
Respon Verbal
Respon verbal
Kekurangan protein akan menganggu: - pertumbuhan badan, - sistem kekebalan, - kemampuan untuk memperbaiki kerusakan jaringan, - produksi enzim dan hormon. Salah satunya adalah infeksi dimana penurunan system kekebalan tubuh Infeksi adalah adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat pilang membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian.
1. Berikan penkes
tentang pengertian infeksi dan tujuan pencegahan infeksi
2. Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya
3. Tanyakan kembali tentang hal yang baru saja didiskusikan
4. Berikan reinforcement positif atas jawaban keluarga.
43
b. Keluarga dapat menyebutkan tujuan dari perawatan balita yang mengalami malnutrisi kurang energy protein
2. Setelah dilakukan
pertemuan selama 1 x 15 menit keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah resiko infeksi akibat malnutrisi kurang energy protein
3. Setelah dilakukan pertemuan selama 1 x 20 menit keluarga mampu memberikan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami malnutrisi kurang energy protein.
Respon verbal
Respon Afektif
Respon
Psikomotor
Tujuan pencegahan infeksi pada balita malnutrisi adalah agar kondisi balita yang mengalami malnutrisi tidak diperparah dengan terinfeksinya tubuh sehingga mengakibatkan balita mengalami sakit yang menyertai malnutrisi. Keputusan yang tepat untuk menghindari terjadinya infeksi adalah dengan memberikan nutrisi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh balita yang mengalami malnutrisi dan mengajarkan cara mencuci tangan. Tujuan diet : 1. Menanamkan kebiasaan makan yang
baik untuk memelihara tumbuh kembang anak.
2. Memberikan makanan sesuai kebutuhan untuk mengejar kekurangan
1. Diskusikan dan
memotivasi keluarga dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah resiko infeksi sekunder.
2. Jelaskan bahwa perawat siap membantu guna mempertimbangkan langkah perawatan/penanganan lebih lanjut.
3. Berikan reinforcement positif atas kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
1. Beri penkes dan
demonstrasikan pada keluarga cara menyusun menu gizi seimbang untuk balita dengan
44
berat badan dan panjang/tinggi badan. 3. Mencegah kerusakan jaringan lebih
lanjut dan meningkatkan daya tahan tubuh.
4. Mencegah terjadinya gizi buruk. Prinsip diet : 1. Tinggi energy, protein dan lemak serta
zat gizi mikro (Fe, Zn, Vitamin A, C, B Compleks)
2. Aneka ragam makanan mengacu pada gizi seimbangan.
3. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan umur dan selera anak.
4. Upayakan menggunakan bahan alami yang diolah sendiri.
5. Usahakan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan terus menyusui sampai anak berumur 2 tahun.
Bahan makanan yang diperolehkan 1. Semua sumber karbohidrat : nasi, nasi
tim, bubur, roti gandum, pasta, jagung, kentang, ubi, talas, sereal dan havermout.
2. Sumber protein : hewani dan nabati. 3. Semua jenis sayuran. 4. Buah-buahan atau sari buah sumber
vitamin A dan Vitamin C, seperti jeruk, apel, papaya, melon, jambu air, salak, semangka dan belimbing.
5. Susu penuh (full cream), yoghurt, susu kacang, keju, mayonnaise.
Cara mengatur diet : 1. Makan dalam porsi yang kecil dan
sering, dan bervariasi agar menarik minat untuk makan.
2. Diperlukan kesabaran untuk membujuk anak, agar makan. Misalnya sambil diajak bermain. Anak tidak boleh dipaksa.
malnutrisi yang benar.
2. Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
3. Tanyakan kembali tentang materi yang baru saja diberikan.
4. Berikan reinforcement positif atas tindakan yang dilakukan keluarga.
45
4. Setelah dilakukan pertemuan selama 1 x 15 menit keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah resiko infeksi sekunder akibat malnutrisi kurang energy protein.
Respon Psikomotor
3. Untuk balita, dapat diberikan makanan formula seperti tempe, formula ikan.
Cara memodifikasi lingkungan yang tepat untuk mengatasi masalah resiko infeksi sekunder adalah dengan mencuci tangan. Cara mencuci tangan yang benar adalah :
1. Gulung lengan baju sampai atas pergelangan tangan ,lepaskan cincin, jam tangan dan perhiasan tangan lain
2. Basahi tangan sampai sepertiga lengan dibawah air mengalir
3. Ambil sabun cair kira-kira 5 ml,ratakan pada tangan yang telah dibasahi
4. Gosok bagian telapak tangan dengan telapak tangan satunya lalu masukan jari-jari tangan kanan ke sela-sela jari-jari tangan kiri
5. Pindahkan telapak tangan kanan ke punggung tangan kiri gosokan, tanpa saling melepaskan lalu masukan jari-jari tangan kanan ke sela-sela tangan kiri. Lakukan pada tangan yang sama.
6. Lakukan penggosokan kuku-kuku 7. Bersihkan jempol tangan kanan
dengan menggegamnya dengan tangan kiri lalu diputar-putar, lakukan pada tangan yang satunya.
8. Kadang perlu menggosok garis telapak tangan
9. Bersihkan dengan air mengalir lalu keringkan.
1. Beri penkes dan demonstrasikan pada keluarga cara memodifikasi lingkungan agar infeksi sekunder balita tidak terjadi.
2. Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
3. Tanyakan kembali tentang materi yang baru saja diberikan.
4. Berikan reinforcement positif atas tindakan yang dilakukan keluarga.
46
5. Setelah dilakukan pertemuan selama 1 x 15 menit keluarga manpu memanfaatkan pelayanan kesehatan
Respon Verbal dan Afektif
Puskesmas merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh keluarga dalam memeriksakan kesehatan
1. Jelaskan tentang Puskesmas dan Anjurkan keluarga untuk membawa balita yang mengalami diare ke Puskesmas yang ada di wilayahnya.
2. Diskusikan dengan keluarga kapan balita akan dibawa ke Puskesmas.
3. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
4. Tanyakan kembali tentang apa yang sudah dijelaskan tadi.
5. Beri reinforcement yang positif keluarga yang akan memanfaatkan pelayanan kesehatan.