TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id
Transcript of TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pinus
Pinus adalah salah satu jenis kayu khas tropis yang bernilai komersial cukup
baik di pasaran. Pinus terdiri dari banyak jenis yang berbeda-beda, tetapi, hanya
ada dua jenis yang banyak beredar di pasaran sebab kedua jenis pinus ini memang
banyak dikenal memiliki kualitas paling baik diantara jenis-jenis lainnya yakni
pinus radiate dan Pinus merkusii. Baik jenis pinus radiate merkusii, keduanya
adalah jenis pinus yang sangat populer di Indonesia sebab kedua jenis pinus
tersebut merupakan jenis pinus yang banyak digunakan oleh industri-industri
perkayuan atau individu (masyarakat umum) sebagai aneka kayu untuk membuat
aneka macam furniture indoor ataupun jenis
Pohon Pinus merkusiibesar dapat menjadi, batang lurus, silindris. Tegakan
tua mencapai 45 m, diameter 140 cm. Tajuk pohon muda berbentuk piramid,
setelah lebih tua lebih rata dan tersebar. Kulit pohon muda abu-abu, sesudah tua
berwarna gelap, alur dalam (dapat berbeda pada strain-strain tertentu). Terdapat 2
jarum dalam satu ikatan atau lebih berdasarkan jenisnya, panjang daun 16-25 cm.
Pohon berumah satu, bunga berkelamin tunggal, bunga jantan dan betina terdapat
dalam satu pohon berumah satu (monoceous). Bunga jantan berbentuk strobili,
panjang 2-4 cm, terutama di bagian bawah tajuk. Strobili betina banyak terdapat
di sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan (Anonymous, 2014).
5
2.2 Klasifikasi Pinus
Klasifikasi tanaman pinus adalah sebutandari sekelompok tumbuhan yang
semuanya tergabung dalam marga pinus. Pinus kebanyakan bersifat Monoceous
(berumah satu), yaitu dalam satu tumbuhan terdapat organ jantan dan betina
namun terpisah, meskipun beberapa spesies bersifat setengah berumah dua (Sub-
diceous).Adapun klasifikasi tanman pinus adalah sebagai berikut, kingdom:
plantae (tumbuhan), subkingdom: Tracheobionata (tumbuhan pembuluh), super
divisi: Spermatophyta (menghasilkan biji), kelas: pinopsida, ordo: pinales, family:
pinaceae, genus: pinus, dan spesies: Pinus merkusii(Anonymous, 2014a).
2.2.1 Ciri Umum Kayu Pinus
Pinus memiliki ciri khas yaitu memiliki batang utama silindris, lurus dalam
tegakan rapat serta memiliki alur yang dalam, cabang-cabang membentuk putaran
yang teratur, tinggi bebas, cabang bisa mencapai 10-25 meter, memiliki bentuk
daun jarum dengan jumlah dua helai yang dapat bertahan lebih dari 2 tanuh
dengan tepi daun bergigi halus, bunga berbentuk stobili jantan dan betina.
Daun merupakan bagian dari tajuk pohon yang mungkin terjadinya proses
fotosintesis, respirasi dan transpirasi. Daun pinus berbentuk seperti jarum tersusun
dalam
berkas-berkas yang masing-masing atas dua helai. Tajuk pinus berwarna
hijau muda dengan bentuk limas pada waktu muda dan kemudian melebar setelah
dewasa. Tajuk yang besar dan baik memungkinkan produksi getah yang tinggi.
Untuk memberikan kebebasan bagi perkembangan tajuk, dapat diusahakan
6
dengan jarak tanam yang lebar dengan cara melakukan penjarangan untuk
memberikan ruang yang cukup bagi pertmbuhan (Anonymous, 2014b)
Pinus merkusii dapat tumbuh pada ketinggian antara 200-2000 meter di
permukaan lau dan tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi, tetapi
untuk memperoleh pertumbuhan yang baik diperlukan ketinggian diatas 400-1500
meter di atas permukaan laut. Untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik, pinus
membutuhkan antara lain:
1. Tanah yang cukup kesuburannya, walaupun unsur hara yang diperlukan
pinus relatif rendah dibandingkan dengan jenis pohon berdaun lebar.
2. Tanah yang tidak terlalu asam (PH 4,5-5,5).
3. Temperatur udara berkisar antara 18º-30ºC.
4. Bulan basah yang panjang (5-6 bulan) dan diselingi dengan bulan
kering yang pendek (3-4 bulan).
Menurut Samingan (1980) sifat-sifat kayu pinus adalah kayunya ringan
sedang berat jenis antara 0,46-0,70 bagian yang mendukung resin 0,95 kelas kuat
SII-III dan kelas awet kayu gubal 6-8 cm berwarna putih kekuning-kuningan,
kayu teras berwarna lebih tua, coklat atau kemerahan, kekerasan daya kembang
susut dan retak sedang, sifat pengerjaan lebih mudah patah tetapi agak sulit
digergaji. Batang umumnya berbentuk bulat dan lurus kulit berwarna coklat tua,
kasar, berakar dalam menyerpih dalam kepingan panjang.
Getah pinus, pohon pinus memiliki kayu gubal yang di dalamnya terdapat
sel-sel yang merupakan gudang dan persediaan bahan lainnya untuk diubah
menjadi persenyawaan baru dalam pembentukan selkayu dan getah. kayu gubal
7
merupakan pabrik getah, semakin tipin kayu gubal berarti semakin kecil getahnya,
sehingga getah yang dihasilkan berkurang. Secara garis besar, faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap getah pinus antara lain:
1. Faktor dalam (internal) antara lain jenis pohon, diameter dan kesehatan
pohon.
2. Faktor luar (eksternal) antara lain jarak tanam, cuaca dan kesuburan
tanah.
3. Faktor perlakuan (manusia) antara lain, bentuk luka sadapan, arah
(letak) luka sadapan dan upaya stimulasi.
2.2.2 Manfaat dan Keguanaan Pinus
Pohon pinus (tusam)merupakan salah satu jenis tanaman yang potensial
dibudayakan untuk dibudidayakan dengan berbagai manfaat sebagai berikut:
1. Batangnya dapat disadap karena mengandung getah dan getah ini dapat
diproses untuk menghasilkan gondorukem dan terpentin. Gondorukem
dimanfaatkan lagi untuk bahan pembentukan sabun resin dan cat,
sedangkan terpentin biasanya digunakan untuk industry parfum, obat-
obatan dan desinfetktan (Siregar, 2005).
2. Hasil kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan kontruksi bangunan,
bahan pembuatan korek api, dan kertas serat rajang.
3. Bagaimana kulitnya dapat dijadikan sebagai bahan bakar, dan abunya
dapat dijadikan sebagai bahan campuran pembuatan pupuk karena
mengandung kalium.
8
4. Pinus sering ditanam untuk rehabilitasi dan reboisasi lahan, karena
pohon conifer ini tumbuh pada Etnobotani kerucut pinus (strobilus)
oleh pengrajin dapat dijadikan sebagai kerajinan tangan seperti
aksesoris (gantungan kunci) dan sebagai hiasan rumah.
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Pinus
Seperti sifat pohon pada umumnya pertumbuhan pohon pinus juga
dipengaruhi dengan adanya kombinasi faktor lingkungan yang seimbang dan
menguntungkan. Apabila faktor lingkungan tidak seimbang dengan faktor lainnya,
faktor tersebut dapat menekan pertumbuhan tanaman. Faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman pinus misalnya yaitu temperatur
udara, intensitas cahaya matahari,unsur hara, air, tunjangan mekanis dan
kelembaban udara yang cukup untuk berlangsungnya proses fotosintesis secara
optimum, proses fotosintesis tersebut memproduksi karbohidrat yang cukup bagi
pertumbuhan tanaman pinus ( Harun, 1983). Kualitas cahaya pada wilayah tropis
ditentukan oleh musim dan kelerengan sedangkan kualitas ditentukan oleh
panjang gelombang yang diterima oleh tanaman.
Pinus merkusii tergolong jenis yang membutuhkan cahaya sinar matahari
secara penuh (jenis heliophytes) dalam proses pertumbuhannya berkurangnya
intensitas dan pendeknya waktu cahaya matahari yang diterima dapat
menghambat pertumbuhan pohon, karena kegiatan fotosintesa menjadi menurun.
2.3.1 Klasifikasi Agrogorestri Berdasarkan Komponen Penyusunnya
King (1978) dalam Affandi (2002), menyebutkan beberapa klasifikasi
agrogorestri berdasarkan komponen penyusunnya, seperti :
9
a. Agrisilviculture, yaitu penggunaan lahan secara sadar dan dengan
pertimbangan yang masak untuk memproduksi sekaligus hasil - hasil
pertanian dan kehutanan.
b. Sylvopastoral systems, yaitu sistem pegelolaan lahan hutan untuk
menghasilkan kayu dan untuk memelihara ternak.
c. Agrosylvo-pastoral systems, yaitu sistem pengelolaan lahan hutan untuk
memprodusi hasil pertanian dan kehutanan secara bersamaan, dan sekaligus
untuk memelihara hewan ternak.
d. Multipurpose forest tree production systems, yaitu sistem pengelolaan dan
penanaman berbagai jenis kayu, yang tidak hanya untuk hasil kayunya.
Akan tetapi juga daun-daunan dan buah-buahan yang dapat digunakan
sebagai bahan makanan manusia ataupun pakan ternak.
2.3.2 Sistem Agroforestri
Nair (1987) membedakan antara sistem agroforestri dan teknologi
agroforestri. Sistem agroforestri mencakup bentuk-bentuk agroforestri yang
banyak diselenggarakan di suatu daerah, dengan suatu cara pemanfaatan lahan
yang sudah umum dilakukan di daerah tersebut. Istilah teknologi agroforestri
adalah inovasi yang berasal dari hasil penelitian, dan digunakan dengan hasil
yang baik dalam mengelola sistem-sistem agroforestri yang telah diselenggarakan.
Menurut De Forestradan Michon. (2000), agroforestri dapat
dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan
sistem agroforestri kompleks.
10
a. Sistem Tumpangsari Sederhana: Pepohonan dan tanaman pangan.
Sistem agroforestri sederhana adalah perpaduan-perpaduan konvensional
yang yang terdiri atas sejumlah unsur kecil, menggambarkan apa yang kini
di kenal sebagai skema agroforestri klasik. Dari sudut penelitian dan
presepsi berbagai lembaga yang menangani agroforstri, tanpaknya sistem
agroforestri sederhana ini menjadi perhatian utama. Biasanya perhatian
terhadap perpaduan tanaman itu menyempitmenjadi satu unsur pohon yang
memiliki peran ekonomi penting ( seperti kelapa, karet, cengkeh dan jati)
atau yang memiliki peran ekologi (seperti dadap dan petai cina), dan sebuah
unsur tanaman musima (misalnya padi, jagung, sayur-mayur dan
rerumputan), atau jenis tanaman lain seperti pisang, kopi dan coklat juga
memiliki nilai ekonomi. Bentuk sistem agroforestri sederhana yang paling
banyak di bahas adalah tumpangsari. Sistem ini di kembangkan dalam
program perhutanan sosial perum perhutani. Sistem-sistem agroforestri
sederhana juga menjadi ciri umum pada pertanian komersil: kopi sejak dulu
dikelilingi dengan tanaman dadap, yang menyediakan naungan bagi kopi
dan kayu bakar bagi petani. Agroforestri sederhanma juga bisa dijumpai
pada pertanian tradisional. Sering kali perpaduan ini mencerminkan
intensifikasi sitem produksi yang berkaitan dengan adanya kendala alam,
seperti perpaduan kelapa dan sawah di tanah rawa di pantai Sumatra.
Perpaduan semacam ini juga banyak ditemui di daerah berpenduduk padat,
seperti pohon-pohon randu yang di tanam di pematang-pematang sawah di
Jawa Tengah sejak berabad-abad lalu.
11
b. Sistem Tumpangsari Kompleks.
Sistem agroforestri komplek atau singkatanya agroforest, adalah sistem-
sistem, yang terdidri dari sejumlah besar unsur pepohonan, perdu, tanaman
musiman dan atau rumput. Penampakan fisik dan dinamika di dalamnya
mirip dengan ekosistem hutan alam primer maupun sekunder. Sistem
agroforestri kompleks bukanlah hutan-hutan yang tertata lambat laun
melalui transformasi ekosistem secara alami, melainkan merupakan kebun-
kebun yang ditanam melalui proses perladangan. Kebun-kebun agroforest
dibangun pada lahan-lahan yang sebelumnya dibabati, kemudian ditanami
dan diperkaya. Dalam kondisi terbatasnya lahan karena ledakan jumlah
penduduk dan perluasan konsesi penebangan hutan, transmigrasi, dan hutan
tanaman industri: lahan yang masih tersisa kebanyakan sudah berupa
agroforest.
2.3.3 Peranan Tumpangsari terhadap Aspek Sosial Ekonomi
Permasalahan sosial ekonomi masyarakat desa hutan adalah mengenai
etika mereka dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya hutan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi, baik masyarakat yang tinggal di
dalam hutan maupun sekitar hutan. Etika tersebut menjamin kelestarian hutan dan
menjamin agar manusia yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan juga
memanfaatkannya, guna menunjang dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Pemanfaatan hutan harus didasarkan pada pemikiran bahwa hutan merupakan
sumber keuntungan (devisa negara) dan merupakan sumber kehidupan manusia,
12
khususnya yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan (Soetrisno,1992
dalam Mulyono, 1998)
Menurut Zakaria (1994) bahwa dalam pengelolaannya, hutan memberikan
kontribusi yang sangat besar dalam sistem ekonomi rumah tangga petani, antara
lain:
a. Kontribusi ekologis, yaitu mengembalikan fungsi hutan dalam sistem
teknologi petani menyangkut fungsi tata air dan fungsi ekologis lainnya.
b. Kontribusi ekonomis.
1). Teknologi pertanian, khususnya berkaitan dengan sumberdaya hutan
sebagai sumber material yang dibutuhkan dalam teknolgi pertanian
rumah tangga masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan.
2). Sebagai sumber material untuk berbagai kebutuhan rumah tangga pada
umumnya (misalnya untuk pembuatan peralatan rumah tangga dan
sumber energi)
3). Sebagai sumber makanan pelengkap dan alternative pada saat tertentu.
4). Sebagai tempat penghasil komoditi ekonomis diluar pertaniann.
Berkaitan dengan kontribusi ekonomi, agroforestri yang merupakan salah
satu pola pengelolaan hutan yang mempunyai fungsi ekonomi yang penting bagi
masyarakat setempat. Andayani (1992) menyatakan bahwa kegiatan pengelolaan
hutan merupakan kegiatan yang cukup besar dan membutuhkan waktu yang cukup
lama, sehingga dengan pola agroforestri dapat membuka lapangan kerja yang baru
bagi masyarakat, itu artinya dapat mengurangi tingkat pengangguran yangsemakin
13
meningkat. Tumpangsari juga merupakan salah satu sumber pendapatan utama
bagi masyarakat setempat.
2.3.4 Kelebihan sistem Tumpangsari
Chundawat dan Gautam (1993) dalam Lahjie (2002), sistem agroforestri
memiliki beberapa kelebihan/keuntungan antara lain adalah:
a. Dengan modal dan biaya tenaga kerja yang rendah bisa mempertahankan
dan meningkatkan produktifitas lahan melalui siklus unsur hara dan
perlindungan tanah.
b. Meningkatkan nilai out put pada suatu areal lahan tertentu melalui
penanaman campuran pohon dan spesies lainnya berdasarkan ruang atau
urutan waktu.
c. Diversifikasi kisaran out put dari suatu areal dengan tujuan untuk
meningkatkan swasembada dan mengurangi resiko hilangnya pendapatan
karena pengaruh cuaca buruk, pengaruh biologi atau pasar pada suatu jenis
tanaman tertentu.
d. Mendistribusikan kebutuhan input tenaga kerja secara lebih merata
berdasarkan musiman, dengan demikian mengurangi pengaruh musim
pemupukan pekerjaan dan musim kurang pekerjaan dalam karakteristik
kegiatan pertanian tropis.
e. Menyediakan penerapan produktif untuk lahan, tenaga kerja atau modal
yang belum dimanfaatkan.
f. Menciptakan persediaan modal untuk memenuhi biaya-biaya yang tidak
tentu atau kemungkinan-kemungkinan yang tidak terduga.
14
Tak bisa dipungkiri, enam poin yang disampaikan Chundawat dan Gautam
di atas sudah cukup meyakinkan bahwa sistem agroforestri layak untuk dipilih.
Meskipun demikian untuk lebih mengantisipasi segala kemungkinan perlu kiranya
diketahui pula kekurangan dan kelemahannya.
2.3.5 Manfaat Tumpangsari
Adanya berbagai jenis tanaman pohon-pohonan dan tanaman pertanian
yang ditanam bergilir atau secara bersama-sama akan diperoleh beberapa
keuntungan (Anonim, 2011), antara lain:
a. Keuntungan ekologis, yaitu penggunaan sumber daya alam lebih efisien.
b. Keuntungan ekonomis, yaitu jumlah produksi yang dicapai akan lebih
tinggi, kenaikan produksi kayu dan pengurangan biaya pemeliharaan
tegakan kayu.
c. Keuntungan sosial, yaitu memberikan kesempatan kerja sepanjang tahun,
menghasilkan panenan kayu pada musim paceklik pertanian serta produksi
yang diarahkan kepada keperluan sendiri atau pasar.
d. Keuntungan psikologis, yaitu perubahan yang relative kecil dengan cara
produksi dan lebih mudah diterima oleh masyarakat daripada teknik-teknik
yang berlandaskan sistem monokultur.
e. Keuntungan politis, yaitu sebagai alat untuk memberi pelayanan sosial yang
lebih baik dan kondisi yang lebih layak bagi petani.
2.4 Tumpangsari
Tumpangsari adalah aplikasi sistem agroforestry yang dibingkai dalam
program pembangunan hutan bersama masyarakat oleh instansi hutan terkait.
15
Secara definitif tumpangsari adalah suatu pembangunan sistem pembangunan
hutan tanaman yang mencampurkan tanaman ke hutanan dan tanaman pertanian.
Pada sistem ini petani (pesanggem) diberi ijin untuk tanaman semusim (palawija)
seperti ubi kayu, jagung dan lain-lain.
Terlepas dari tumpangsari sebagai proyek ataupun program reboisasi, tetapi
secara teknis penanaman tumpangsari menganut sistem agroforestry, yaitu
kombinasi tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian yang dilakukan secara
bersamaan ataupun bergiliran (Mahendra, 2009).
Fandeli (1985) mengatakan bahwa sistem tumpangsari adalah salah satu
sistem penanaman hutan secara buatan dimana tanaman palawija diizinkan untuk
ditanam di antara tanaman pokok (pohon).
2.4.1 Tahapan Pelaksanaan Tumpangsari
Pelaksanaan tumpangsari oleh Perhutani dilakukan beberapa tahap, antara
lain:
1. Tahap persiapan administrasi
Persiapan administrasi kegiatan penanaman dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kehutanan penerapan system tumpangsari dalam
reboisasi kawasan dilakukan dikantor. Dalam persiapan ini juga ditunjuk calon
mandor tanam serta pembagian lokasi oleh masing-masing petani penggarap.
Selanjutnya dilakukan perjanjian kontrakan para penggarap (pesanggem)
dengan pihak pengelolaan hutan untuk menerapkan sistem tumpangsari dalam
reboisasi.
16
2. Persiapan lahan untuk penanaman
a. Lahan yang akan ditanami harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan
pemasangan tanda batas area
b. Membersihkan sisa-sisa tegakan, semak, rumput, alang-alang serta
tumbuhan lain yang mengganggu. Bila dibuat terasering jika kondisi lahan
agak kering.
c. Pembuatan jalan pemeriksaan yang digunakan untuk pengawasan jalannya
reboisasi.
d. Pengelolaan tanah baik dengan cangkul maupun alat lainnya agar tanaman
pertanian dan kehutanan biar tumbuh degan baik.
e. Pemasangan ajir pada tempat-tempat tanaman pokok dan tanaman sela.
Biasanya untuk membedakan, ajir diberi warna berbeda pada ujungnya.
3. Pengadaan benih oleh pihak Perhutani untuk ditanam para petani yang ikut
andil dalam kontrak penanaman system tumpangsari.
4. Pelaksanaan penanaman
a. Tanaman pokok dan tanaman sela ditanam terlebih dahulu pada ajir yang
telah ditetapkan jarak tanamnya.
b. Tanaman pertanian ditanam secara teratur diantara larikan tanaman hutan
dengan jarak 25cm di luar/larikan tanaman hutan dengan maksud agar
tanaman pertanian tidak mengganggu pertumbuhan tanaman hutan.
c. Seluruh pelaksanaan penanaman tanaman hutan dan tanaman pertanian
dilaksanakan oleh para petani penggarap dengan bimbingan dan
pengawasan petugas kehutanan.
17
5. Pemeliharaan tanaman
a. Jangka waktu kontrak para petani selama 29 bulan dan selama jangka
waktu itu para petani dapat melakukan tiga kali penanaman tanaman
pertanian.
b. Selama masa kontrak, para penggarap diwajibkan mengadakan
pemeliharaan tanaman hutan yang meliputi pekerjaan merumput
(menyiang) mendangir, menyulam, dan memangkas cabang, sehingga
pada akhir masa kontrak diperoleh tanaman hutan yang baik. (Perum
Perhutani, 1984 dalam Indriyanto 2008)
2.4.2 Klasifikasi Tanaman Pada Tumpangsari
Tumpangsari sebagai aplikasi sitemagroforestri memiliki karakteristrik
berupa klasifikasi tanaman dalam usaha penanaman kawasan hutan. Klasifikasi
tanaman ini berdasarkan tata letak tanaman dalam kawasan Konsekuensinya dari
masing-masing tanaman tersebut berbeda. Berikut ini berupa klasifikasi tanaman
yang dipakai dalam sistem tumpangsari:
1. Tanaman pokok yaitu tanaman utama yang dibudidayakan sesuai dengan
tujuan pengelolaan hutan. Biasanya tanaman pokok adalah tanaman yang
bernilai ekonomi tinggi memiliki pasar yang luas baik nasional maupun
international. Misalnya jati (Tectona grandis) untuk kayu pekakas, akasia
(Acasiamangium) untuk bahan baku pulp and paper, kayu putih
(Melaleuca leucadendron) untuk industri minyak kayu putih dan lain
sebagainya.
18
2. Tanaman pertanian (Palawija) yaitu tanaman yang ditanam diantara
larikan tanaman pokok. Tanaman palawija ini menjadi hak petani
(pesanggem selama masa 2 tahun. Setelah masa kontrak habis, petani tidak
boleh lagi menanam tanaman palawija dengan maksud memberikan ruang
tumbuh yang lebih optimal dan tidak mengganggu tanaman pokok
(pohon). Contoh tanaman palawija (pangan) antara lain: ketelapohon
(Manihotutilissima), ubi jalar (Ipomoea batatas), jagung (Zea mays) dan
lain sebagainya.
3. Tanaman sela yaitu tanaman yang ditanam berupa larikan diantara larikan
tanaman pokok. Fungsinya untuk konservasi tanah, penyedia unsur N dan
menghilangkan sifat monokultur. Bisa juga untuk mencegah serangan
hama dan penyakit seperti penanaman mimba. Syarat tanaman sela adalah
tahan bila dipangkas, perakaran dalam, mampu mengikat N, mempunyai
multi fungsi dan memiliki viabilitas tinggi. Misalnyakaliandraputih
(Calliandra tetragona). Gamal (Gliricidia sepium), Lamtoro (Leucaena
leococephala) dan lain-lain.
4. Tanaman pengisi yaitu tanaman yang ditanaman diareal kosong, diantara
tanaman pokok, biasanya dipilih jenis-jenis yang memiliki nilai ekonomis
tinggi. Sifat tanaman pengisi biasanya berlawanan dengan tanaman pokok
agar tidak terjadi kompetisi sumber daya. Syarat lain dari tanaman pengisi
adalah tidak menggugurkan daun, viabilitas tinggi, tahan pangkas, dan
juga tahan terhadap hama dan penyakit. Missalnya, sawokecik, jengkol
dan lain-lain.
19
5. Tanaman tepi yaitu tanaman yang ditanam dipinggir lahan. Berfungsi
sebagai pembatas lahan dengan areal lain baik dengan jalan, batas jurang
atau batas tanah milik orang lain. Syarat tanaman tepi adalah tajuknya
rendah, memiliki nilai artistic tinggi, tahan api dan selalu hijau. Contoh
tanaman tepi yang baik antara lain kaliandra bunga merah, secang, dan
sonokeling.
6. Tanaman pagar yaitu tanaman yang berupa larikan di tepi lahan dan
memiliki fungsi menjaga lahan dari ancaman ternak atau hewan lain yang
bisa merusak tanaman didalam kawasan. Salah satu ciri tanaman pagar
yang bisa digunakan adalah batangnya berduri seperti scang (Caesalphinia
sapan). Syarat lain dari tanaman pagar adalah tahan api dan tahan
kekeringan.
2.4.3 Kelebihan dan KekuranganTumpangsari
Menurut Lahjie (1990) keuntungan dan kerugian penerapan sistem
tumpangsari sebagai salah satu program reboisasi hutan dan lahan:
1. Kelebihan:
Regenerasi buatan terhadap hutan dapat dicapai dengan biaya murah,
masa pengangguran dapat teratasi, metode pembangunan hutan tanaman
dengan biaya rendah, dan juga dapat membantu pemanfaatan lahan secara
maksimal
20
2. Kekurangan:
Kehilangan kesuburan tanah dan terbukanya tumbuhan penutup tanah,
bahaya berjangkit penyakit hutan, serta dapat menjadikan tanah semakin
rentan terhadap erosi yang dipercepat (accelartion erosion)
2.4.4 Jenis-jenis Tanaman yang dijadikan Tumpangsari
1. Kopi
Kopi merupakan sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan
biji tanaman kopi. Kopi digolongkan dalam famili Rubiaceae dengan genus
Coffea. Secara umum kopi hanya memilik dua spesies yaitu Coffea arabica
dan Coffia Robusta(Anonymous, 2015).
Kopi digolongkan sebagai minuman psikostimulan yang akan
menyebabkan orang tetap terjaga, mengurangi kelelahan dan memberikan
efek fisiologis biologis berupa peningkatan energi (Anonymous, 2015b).
2. Cabai
Cabai merah besar(Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis
sayuran yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung
berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Sun,
Carol, Kok sonin,(2007) melaporkan canai mengandung antioksidan yang
berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Kandungan
terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung
lasparaginase dan capsaicin yang berperan sebagai zat antikanker
(Anonymous, 2015).
21
3. Jagung
Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering,
sawah dan pasang surut asalkan syarat tumbuh yang diperlukan terpenuhi.
Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain andosol, latosol, dan
grumosol. Tanah bertekstur lempung atau liat berdebu (latosol) merupakan
jenis tanah yang terbaik untuk pertumbuhan jagung. Tanaman jagung akan
tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, gembur dan kaya humus. Pada
tanah berpasir, tanaman jagung manis hibrida bisa tumbuh dengan baik
dengan syarat kandungan unsur hara tersedia dan mencukupi. Pada tanah
berat atau sangat berat, misalnya tanah grumosol, jagung manis hibrida
masih dapat tumbuh dengan baik dengan syarat tata air (drainase) dan tata
udara (aerasi) diperhatikan. Adapun tanah yang paling baik untuk ditanami
jagung manis hibrida adalah tanah lempung berdebu, lempung berpasir atau
lempung (Gembung 2007).