TINJAUAN PUSTAKA Pengertian - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4996/6/Karsinah BAB...
Transcript of TINJAUAN PUSTAKA Pengertian - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4996/6/Karsinah BAB...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb (hemoglobin) darah atau
hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila
Hb < 14 g/dl dan Ht < 41% pada pria, Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada wanita
(Mansjoer, 2001).
Anemia adalah kekurangan sel darah merah yang dapat disebabkan oleh
kehilangan darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel
darah merah (Guyton, 1997).
Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi,
abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah, atau keduanya
(Corwin, 2009).
Anemia secara fungsional dapat didefinisikan sebagai penurunan jumlah
massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya
untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer
(penurunan oxygen carrying capacity) (Sudoyo, 2006).
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa anemia adalah
suatu keadaan dimana kadar Hb dalam tubuh di bawah batas normal karena
dipengaruhi oleh berbagai hal yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah.
6
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi darah
(dedepatologicklinik.jpg)
(cancer.umn.edu)
Gambar 1.1 sel darah
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Bagian-bagian darah menurut Syaifuddin (1997) meliputi :
a. Air : 91%
b. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan
fibrinogen)
c. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam
fosfat, magnesium, kalsium dan zat besi)
d. Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin,
kolesterol, dan asam amino)
Darah terdiri dari 2 bagian yaitu :
a. Sel-sel darah ada 3 macam, yaitu :
1) Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel,
berdiameter 8 mikron, tebalnya 2 mikron dan ditengah tebalnya 1
mikron. Eritrosit mengandung hemoglobin, yang memberinya
warna merah.
2) Leukosit (sel darah putih)
Leukosit dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Granulosit adalah leukosit yang didalam sitoplasmanya
memiliki butir-butir kasar (granula). Jenisnya adalah eosinofil,
basofil, dan netrofil.
b) Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki
granula, jenisnya adalah limfosit (sel T dan sel B) dan monosit.
c) Trombosit/platelet (sel pembeku darah)
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
b. Plasma darah
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan
fibrinogen. Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut
serum darah.
2. Fisiologi darah
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh.
Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat
sisa metabolisme dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun
yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-
hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya
oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada
darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory
protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan
tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem
peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh
darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung
menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa
karbondioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh darah aorta.
Darah mengedarkan oksigen melalui pembuluh darah pulmonalis, lalu
dibawa lagi ke jantung melalui vena pulmonalis. Darah juga mengangkut
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
bahan-bahan sisa metabolisme obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati
untuk dibuang sebagai urine.
Komponen darah manusia terdiri dari dua komponen :
1. Korpuskular adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah eritrosit,
leukosit, dan trombosit.
a. Eritrosit (sel darah merah)
Sel ini berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel,
berdiameter 7-8 mikrometer. Eritrosit mengandung hemoglobin,
yang memberinya warna merah. Hemoglobin (Hb) adalah protein
kompleks terdiri atas protein, globin, dan pigmen hem (besi). Jadi
besi penting untuk Hb. Besi ditimbun di jaringan sebagai ferritin
dan hemosiderin. Eritrosit dibentuk di sumsum tulang merah, dari
proeritroblas, kemudian normoblas. Keduanya masih memiliki inti.
Normoblas kehilangan intinya dan masuk peredaran darah sebagai
eritrosit dewasa (Tambayong, 2001).
Fungsi utama sel darah merah adalah untuk mentransfer
hemoglobin, yang selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan. Sel darah merah merupakan cakram biconkav yang
mempunyai garis tengah rata-rata sekitar 8 mikron, tebalnya 2
mikron dan di tengahnya mempunyai tebal 1 mikron atau kurang,
bentuk sel normal adalah suatu ”kantong” yang dapat berubah
menjadi hampir semua bentuk karena sel normal mempunyai
membran, dan akibatnya tidak merobek sel seperti yang akan
terjadi pada sel-sel lainnya. Pada laki-laki normal, jumlah rata-rata
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
sel darah merah permili liter kubik adalah 5.200.000 dan pada
wanita normal 4.700.000. Jumlah hemoglobin dalam sel dan
transforoksigen, bila hematokrit (prosentase darah yang berupa sel
darah merah norma) darah mengandung rata-rata 15 gram
hemoglobin. Tiap gram hemoglobin mampu mengikat kira-kira
1.39 ml oksigen. Oleh karena itu, pada orang normal lebih dari 20
ml oksigen dapat diangkut dalam ikatan dengan hemoglobin dalam
tiap-tiap 100 ml darah. Faktor utama yang dapat merangsang
produksi sel-sel darah merah adalah hormon di dalam sirkulasi
yang disebut sebagai eritropoetin, yang merupakan suatu
glikoprotein. Pada orang normal 90 sampai 95 persen dari seluruh
eritropoietin di bentuk di dalam ginjal. Namun sampai sekarang
belum pasti di bagian ginjal yang mana. Jumlah yang dapat
diekstraksikan dari bagian korteks ginjal ternyata jauh lebih banyak
dari pada yang bagian medula (Guyton, 1997).
b. Leukosit (sel darah putih)
Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000
sel/cc darah. Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk fagosit
(pemakan) bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh.
Peningkatan jumlah leukosit merupakan petunjuk adanya infeksi
misalnya radang paru-paru. Leukopenia berkurangnya jumlah
leukosit sampai dibawah 6000 sel/cc darah. Leukositosis
bertambahnya jumlah leukosit melebihi normal (di atas 9000 sel/cc
darah).
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Faktor fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai
benda asing atau kuman jauh di luar pembuluh darah. Kemampuan
leukosit untuk menembus dinding pembuluh darah (kapiler) untuk
mencapai daerah tertentu disebut diapedesis. Gerakan leukosit
mirip dengan amoeba disebut gerak amuboid.
Granulosit adalah leukosit yang didalam sitoplasmanya
memiliki butir-butir kasar (granula). Jenisnya adalah eosinofil,
basofil, dan netrofil.
Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak
memiliki granula, jenisnya adalah limfosit dan monosit.
- Eosinofil mengandung granula berwarna merah (warna eosin)
disebut juga asidofil berfungsi pada reaksi alergi (terutama
infeksi cacing).
- Basofil mengandung granula berwarna biru (warna basa)
berfungsi pada reaksi alergi.
- Netrofil ada 2 jenis sel yaitu netrofil batang dan netrofil
segmen disebut juga sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho
Nuclear) berfungsi sebagai fagosit.
- Limfosit (ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B) keduanya
berfungsi untuk menyelenggarakan imunitas (kekebalan tubuh).
Sel T adalah imunitas seluler dan sel B adalah imunitas
humoral.
- Monosit merupakan leukosit dengan ukuran paling besar.
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
c. Trombosit (keping darah)
Disebut juga sel darah pembeku, jumlah sel pada orang
dewasa sekitar 200.000 – 500.000 sel/cc. Didalam trombosit
terdapat banyak sekali faktor pembeku (hemostasis) antara lain
adalah faktor VIII (anti haemophilic factor), jika seseorang secara
genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut, maka
orang tersebut menderita hemofili.
Proses pembekuan darah yaitu jika trombosit menyentuh
permukaan yang kasar akan pecah dan mengeluarkan enzim
trombokinase (tromboplastin).
Pada masa embrio sel-sel darah dibuat di limpa dan hati
(extra medullarry haemopoesis) setelah embrio sudah cukup usia ,
fungsi itu diambil alih oleh sumsung tulang.
d. Plasma darah
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin,
dan fibrinogen, cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen
disebut serum darah. Protein dalam serum inilah yang berfungsi
sebagai antibodi terhadap adanya benda asing (antigen).
Zat antibodi adalah senyawa gama yang disebut globulin.
Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksimya
bermacam-macam.
- Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen disebut
presipitin.
- Antibodi yang dapat menguraikan antigen adalah lisin.
- Antibodi yang dapat menawarkan racun adalah antitoksin.
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
C. Etiologi
1. Anemia mikrositik hipokrom
a. Anemia defisiensi besi
Adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe
sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.
Disebabkan karena :
- Diet yang tidak mencukupi
- Absorbsi yang menurun
- Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan/lantasi
- Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, dan donor darah
- Hemoglobinuaria
- Penyimpanan besi yang kurang seperti pada hemosiderosis paru
b. Anemia penyakit kronik
Adalah anemia yang disebabkan oleh berbagai panyakit
infeksi-infeksi kronik (seperti abses, empisema dan lain-lain) dan
neoplasma (seperti limfoma, nekrosis jaringan)
2. Anemia makrositik
a. Defisiensi vitamin B12/pernisiosa
- Absorbsi vit B12 menurun
b. Defisiensi asam folat
- Gangguan metabolisme asam folat
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
3. Anemia karena perdarahan
Karena adanya pengeluaran darah yang sedikit-sedikit/cukup banyak
yang baik diketahui/tidak.
4. Anemia hemolitik
a. Intrinsik
- Kelainan membran seperti sferositosis hereditis, hemoglobinuria
makturnal pamosimal.
- Kelainan glikolisis
- Kelainan enzim, seperti defisiensi glukosa -6 fosfat dehidrogenase
(GEDP)
b. Ektrinsik
- Gangguan sistem imun
- Infeksi
- Luka bakar
5. Animia aplastik
Penyebabnya bisa kongenital (jarang), idiopatik (kemungkinan
autoimun) LES, kemoterapi, radioterapi, toksin seperti berzen, foluen,
insektisid. Obat-obatan seperti kloramfenikol, sulfenomid analgesik, anti
epileptik (hidantoin), pasca hepatisis (Masjoer, 2001).
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Pembagian anemia menurut Mansjoer (2001), antara lain :
1. Anemia mikrositik
a. Anemia defisiensi besi
Anemia yang disebabkan oleh kekurangan intake zat
besi/absorbsi zat besi yang menurun yang dibutuhkan untuk
diproduksi hemoglobin dalam sel darah merah.
b. Anemia penyakit kronik
Anemia yang disebabkan karena penyakit kronik/penyakit
infeksi. Anemia ini dikenal dengan nama sidereponik anemia
endothelial siderosis.
2. Anemia makrositik/megaloblastik
Anemia ini adalah sekelompok anemia yang ditandai oleh
adanya eritroblas yang besar terjadi akibat gangguan maturasi inti sel
tersebut, sel tersebut dinamakan megaloblas (Sarwono, 2001).
Anemia ini dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Defisiensi vitamin B12/pernisiosa
Adalah kekurangan vitamin B12 yang bisa disebabkan oleh
faktor intrinsik.
b. Defisiensi asam folat
Adalah anemia kekurangan asam folat terutama terdapat
dalam daging, susu dan daun-daunan yang hijau.
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
3. Anemia karena perdarahan, terbagi atas :
a. Perdarahan akut
Timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak,
terjadinya penurunan kadar HB baru terjadi beberapa hari
kemudian.
b. Perdarahan kronik
Perdarahan yang timbul sedikit-sedikit sehingga tidak
diketahui pasien.
4. Anemia Hemolitik
Terjadi karena penurunan sel darah merah (normal 120 hari)
baik sementera atau terus menerus. Salah satu jenis anemia ini adalah
anemia hemolitik autoimun (Auto Imun Hemolitik Anemia/ALHA)
dimana auto antibodi IgG dibentuk terkait pada membran sel darah
merah (SDM).
5. Anemia Aplastik
Terjadi karena ketidakseimbangan sumsum tulang untuk
membentuk sel-sel darah.
D. Patofisiologi
Sel darah merah (eritrosit) tidak memiliki inti sel, mitokondria, atau
ribosom. Sel darah merah tidak dapat bereproduksi atau melakukan fosforilasi
oksidatif sel atau sintesis protein. Sel darah merah mengandung protein
hemoglobin, yang mengangkut sebagian besar oksigen dari paru ke sel-sel
diseluruh tubuh. Hemoglobin menempati sebagian besar ruang intrasel
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
eritrosit. Sel darah merah diproduksi di dalam sumsum tulang yang berespon
terhadap faktor pertumbuhan hemopoietik, terutama eritropoietin, dan
memerlukan zat besi, asam folat serta vitamin B12 untuk melakukan sintesis.
Pada saat sel darah merah hampir matang, sel akan dilepas keluar dari
sumsung tulang, dan mencapai fase matang di dalam aliran darah, dengan
masa hidup sekitar 120 hari. Selanjutnya, sel ini akan mengalami disintegrasi
dan mati. Sel-sel darah merah yang mati diganti sel-sel yang baru yang
dihasilkan dari sumsum tulang. Jika sel darah merah yang mati dalam jumlah
berlebih, sel darah merah yang belum matang akan dilepas dalam jumlah yang
lebih banyak dari normal, akibatnya meningkatkan kadar retikulosit yang
bersirkulasi yang dikenali sebagai salah satu jenis anemia. Anemia akibat
gangguan pembentukan sel darah merah terjadi jika jumlah besi tidak adekuat
atau tidak dapat diakses, atau kekurangan asam folat, vitamin B12, atau
globulin. Produksi sel darah merah juga dapat tidak mencukupi jika
mengalami penyakit sumsum tulang lainya. Defisiensi eritropoetin, yang dapat
terjadi pada gagal ginjal, juga dapat menyebabkan penurunan produksi sel
darah merah. Anemia akibat gangguan pembentukan sel darah merah
berukuran terlalu kecil (mikrositik) atau terlalu besar (makrositik), dan
kandungan hemoglobin yang secara abnormal rendah (hipokromik) (Corwin,
2009).
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misal berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek
sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal
atau akibat beberapa faktor di luar sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama
dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati
dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam
fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direflesikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang, kadar di atas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sklera). Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai kelainan
hemolitik, maka hemoglobin akan muncul pada plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (misal
apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100mg/dl), hemoglobin akan berdifusi
dalam glomerulus ginjal dan kedalam urine (hemoglobinuria). Jadi ada atau
tidak adanya hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan
informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada
pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui
sifat proses hemolitik tersebut. Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia
pada pasien tertentu disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
produksi sel darah merah yang tidak mencukupi, biasanya dapat diperoleh
dengan dasar hitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel
darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematanganya, seperti
terlihat pada biopsi, dan ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia (Smeltzer, 2002).
Anemia yang terkait dengan kehilangan darah dapat menjadi akut dan
kronis, anemia akut adalah mempunyai peredaran RBC dalam jumlah besar.
Pada orang dewasa dapat kehilangan darah sebanyak 500 ml (di luar jumlah
yang 6000 ml) tanpa berakibat yang seluas, tetapi bila kehilangan sebanyak
1000 ml atau lebih maka dapat menyebabkan konsentrasi akut. Macam
gejalanya tergantung pada hilangnya darah dan pada tingkat akibat
hypoxiannya (kurangnya oksigen pada jaringan), bila jumlah RBC-nya
menurun maka sedikit oksigen yang bisa dikirim ke jaringan. Kehilangan
volume darah sebanyak 30% atau lebih akan menimbulkan gejala seperti
diaphoresis, gelisah, tacycardia, tersengal-sengal dan shock.
Respon kompensasi tubuh terhadap hypoxia antara lain :
1. Tingkat out cardial dan pernafasan akan memperbanyak jumlah oksigen
yang dikirim ke jaringan.
2. Tingkatkan pelepasan oksigen oleh hemaglobin
3. Tambahkan volum plasma dengan cara pengeluarkan cairan dari jaringan
4. Distribusi ulang darah ke organ-organ vital
Vasokontriksi pengganti darah pada organ-organ vital adalah
bergantung yang bertanggung jawab terhadap beberapa tanda gejala anemia,
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
misalnya kepulatan/kedinginan, atau lembab berlebihan. Cerebral hypoxia
menimbulkan gejala gangguan mental mengantuk, sakit kepala, pusing, dan
finitus (telinga berdengung). Penyebab paling umum anemia kekurangan zat
besi terhadap kehilangan darah adalah merupakan anemia kronis ke dua, tubuh
memiliki daya adaptasi yang luar biasa dan dapat mengatur dengan sangat
baik terhadap pengurangan RBC dan Hb, dengan membentuk kondisi secara
perlahan. Seseorang bisa saja tidak menampakan gejala walaupun jumlah total
RBC-nya telah turun. Hampir separuh dari tingkat normal atau tingkat Hb-nya
di bawah 7 gram/ml, bila jumlah kehilangannya darah berlanjut secara
perlahan maka sumsum kurang tidak dapat mengimbangi dengan cara
meningkatkan produksi RBC-nya. Bila penyebab kehilangan darah kronis
tidak diketahui dan tidak segera ditanggulangi, maka lambat laun sumsum
tulang tidak dapat mengimbangi kehilangan tersebut, dan gejala anemia pun
akan segera muncul, akibat dari hipoksia chronis dapat juga terjadi gejala
gastrointestinal (anorexia, nausea, contipasi, atau diarhea, dan stomatitis)
(Long, 1996).
E. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer (2001) manifestasi klinis anemia sebagai berikut :
1. Anemia mikrositik hipokrom
a. Anemia defisiensi besi
- Perubahan kulit
- Mukosa yang progresif
- Lidah yang halus
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
b. Anemia penyakit kronik
- Penurunan hematokrit
- Penurunan kadar besi
2. Anemia makrositik
a. Defisiensi vit B12/penisiosa
- Anoreksia, diare, dispepsia, lidah yang licin, pucat dan agak ikterik
b. Defisiensi asam folat
- Neurologi
- Hilangnya daya ingat
- Gangguan kepribadian
3. Anemia karena perdarahan
a. Perdarahan akut
- Timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak
- Penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian
b. Perdarahan kronik
- Kadar Hb menurun
4. Anemia aplastik
- Tampak pucat
- Lemah
- Demam
- Purpura
- Perdarahan
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
5. Anemia hemolitik
- Hemolisis
- Ikterus
- Splenomegali
Berdasarkan manifestasi klinis di atas dapat ditarik kesimpulan
tanda dan gejala anemia secara umum.
a). Tanda-tanda
- Pucat
- Takikardia
- Tekanan nadi yang melebar dengan pulsasi kapiler
- Murhoemik, tanda-tanda jantung kongestif
- Perdarahan
- Penonjolan retina
- Demam ringan
- Gangguan fungsi ginjal ringan
b). Gejala
- Lesu, mudah lelah, dispnea
- Palpitasi, angina
- Sakit kepala, vertigo, kepala terasa ringan
- Gangguan penglihatan, perasaan mengantuk
- Anoreksia nausea, gangguan pencernaan
- Hilangnya lipidos
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Menurut Sudoyo (2006) tanda dan gejala umum anemia, yaitu :
a. Gejala umum anemia adalah rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga
mendenging (tinitus), mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin,
sesak nafas dan dispepsia, serta konjungtiva anemis.
b. Gejala khas masing-masing anemia, meliputi :
1. Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis
angularis, dan kuku sendok (koilonychia).
2. Anemia megaloblastik : glositis, gangguan neurologik pada
defisiensi vitamin B12.
3. Anemia hemolitik : ikterus, splenomegali, dan hepatomegali.
4. Anemia aplastik : perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
Menurut Mansjoer (2001) masing-masing jenis anemia memiliki
manifestasi klinik yang berbeda, yaitu sebagai berikut :
a. Anemia defisiensi besi
Perubahan kulit dan mukosa yang progresif, seperti lidah yang
halus, keilesis dan didapatkan tanda-tanda malnutrisi.
b. Anemia pada penyakit kronik
Yang sangat karakteristik adalah berkurangnya sideroblas dalam
sumsum tulang, sedangkan deposit besi dalam sistem retikulo
endotelial (Res) normal/bertambah, berat ringannya anemia
berbanding lurus dengan aktifitas penyakitnya.
c. Anemia pernisiosa dan anemia asam folat
Di dapatkan adanya anoreksia, diare, dispnea, lidah licin, pucat,
dan agak ikterik. Terjadi gangguan neurologis, biasanya dimulai
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
dengan parastesia, lalu gangguan keseimbangan dan pada kasus
yang berat terjadi perubahan fungsi cerebral, dimensia dan
perubahan neuropsikatrik lainnya.
d. Anemis hemolitik
Tanda-tanda hemolisis antara lain ikterus dan spenomegali.
e. Anemia aplastik
Paster tampak pucat, lemah, mungkin timbul demam, purpura dan
perdarahan.
F. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Menurut Doengoes (2000) pemeriksaan diagnostik untuk diagnosa
anemia antara lain :
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : Hemoglobin dan hematokrit menurun
2. Jumlah eritrosit : Menurun (A /aplastik), menurun berat
MCV (mean corpuskuler volum) dan MCH (mean corpuskuler
hemoglobin) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB/
defisiensi besi), peningkatan (AP) pansitopenia (aplastik).
3. Jumlah retikulosit : Bervariasi misal menurun (AP) meningkat (respon
sumsum tulang terkadang kehilangan darah (hemolisis).
4. Pewarnaan SDM : Mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengidentifikasi tipe khusus anemia).
5. LED : Peningkatan kerusakan SDM atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup SDM : Berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal :
pada tipe anemia tertentu, SDM mempunyai waktu hidup lebih pendek,
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
7. Tes perapuhan eritrosit : Menurun (DB).
8. SDP : Jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
9. Jumlah trombosit : Menurun (aplastik), meningkat (DB) normal atau tinggi
(hemolitik)
10. Hemoglobin elektroforesis : Mengidentifikasi tipe struktur Hb.
11. Bilirubin serum (tak terkonjugasi) : Meningkat (AP Hemolitik)
12. Folat serum dan vitamin B12 : Membantu mendiagnosa anemia
sehubungan dengan diferensi masukan/absorbsi.
13. Besi serum : Tak ada (DB), tinggi (hemolitik).
14. TIBC serum : Meningkat (DB).
15. Feritin serum : Menurun (DB).
16. Masa perdarahan : Memanjang (aplastik).
17. LDH serum : Mungkin meningkat (AP).
18. Tes schilling : Penurunan ekskresi vitamin B12 urine (AP).
19. Gualak : Mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukan perdarahan akut/kronis (DB).
20. Analisa gaster : Penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP)
21. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan biopsi : Sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah ukuran dan bentuk membentuk membedakan tipe
anemia, misalnya : peningkatan megaloblas (AP) lemak sumsum dengan
penurunan sel darah (Aplastik).
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
22. Pemeriksaan endoskopik dan radiografik : Memeriksa sisi perdarahan
(perdarahan GI).
Sedangkan pemeriksaan penunjang menurut Soeparman (2001) di
dasarkan pada jenis anemia, yaitu :
a. Anemia aplastik
Pemeriksaan laboratorium :
1) Sel darah merah
2) Laju endapan darah
3) Sumsum tulang
b. Anemia hemolitik
Pemeriksaan laboratorium
1) Peningkatan jumlah retikulasi
2) Peningkatan kerapuhan sel darah merah
3) Pemendekan masa hidup eritrosit
4) Peningkatan bilirubin
c. Anemia megaloblastik
1) Anemia absorbsi vitamin B12
2) Endoscopi
d. Anemia defisiensi zat besi
1) Morfologi sel darah merah
2) Jumlah besi dalam serum dan ferritin dalam serum berkurang
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Anemia Mikrositik Hipokrom
1). Anemia Defisiensi Besi
Mengatasi penyebab pendarahan kronik, misalnya pada
ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai.
Pemberian preparat Fe :
a) Fero sulfat 3 x 3,25 mg secara oral dalam keadaan perut kosong,
dapat dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikkan bertahap
pada pasien yang tidak kuat dapat diberikan bersama makanan.
b) Fero Glukonat 3 x 200 mg secara oral sehabis makan. Bila
terdapat intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau
gangguan pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat
diberikan secara parenteral dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg
BB). Untuk tiap gram % penurun kadar Hb di bawah normal.
c) Iron Dextran mengandung Fe 50 mg/l, diberikan secara intra
muskular mula-mula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari
sampai dosis total sesuai perhitungan dapat pula diberikan
intravena, mula-mula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila
dalam 3-5 menit menimbulkan reaksi boleh diberikan 250-500
mg.
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
2) Anemia Penyakit Kronik
Terapi terutama ditunjukkan pada penyakit dasarnya. Pada
anemia yang mengancam nyawa, dapat diberikan transfusi darah
merah seperlunya. Pengobatan dengan suplementasi besi tidak
diindikasikan kecuali untuk mengatasi anemia pada artritis
rheumatoid. Pemberian kobalt dan eritropoetin dikatakan dapat
memperbaiki anemia pada penyakit kronik.
b. Anemia Makrositik
1) Defisiensi Vitamin B12/Pernisiosa
Pemberian Vitamin B12 1000 mg/hari IM selama 5-7 hari 1 x/bulan.
2) Defisiensi asam folat
Meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat dilakukan
pula dengan pemberian/suplementasi asam folat oral 1 mg/hari.
c. Anemia karena Perdarahan
1) Perdarahan Akut
a) Mengatasi perdarahan
b) Mengatasi renjatan dengan transfusi darah atau pemberian
cairan perinfus
2) Perdarahan Kronik
a) Mengobati sebab perdarahan
b) Pemberian preparat Fe
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
d. Anemia Hemolitik
Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan
penyebabnya. Bila karena reaksi toksik imunologik yang dapat
diberikan adalah kortikosteroid (prednison, prednisolon), kalau perlu
dilakukan splenektomi apabila keduanya tidak berhasil dapat diberikan
obat-obat glostatik, seperti klorobusil dan siklophosfamit.
e. Anemia Aplastik
Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan
dengan etiologi dari anemianya.
Berbagai teknik pengobatan dapat dilakukanm seperti :
1) Transfusi darah, sebaiknya diberikan packed red cell. Bila
diperlukan trombosit, berikan darah segar/platelet concencrate.
2) Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik, dan higiene yang baik
perlu untuk mencegah timbulnya infeksi.
3) Kortikosteroid dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan
akibat trombositopenia berat.
4) Androgen, seperti pluokrimesteron, testosteron, metandrostenolon
dan nondrolon. Efek samping yang mungkin terjadi virilisasi,
retensi air dan garam, perubahan hati dan amenore.
5) Imunosupresif, seperti siklosporin, globulin antitimosit. Champlin
dkk menyarankan penggunaannya pada pasien lebih dari 40 tahun
yang tidak dapat menjalani transplantasi sumsum tulang dan pada
pasien yang telah mendapat transfusi berulang.
6) Transplantasi sumsum tulang.
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
31
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
b. Fokus intervensi keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan sel
darah merah yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.
(Doengoes, 2000).
Tujuan : Menunjukan perfusi jaringan perifer adekuat
Kriteria hasil : - Tanda vital stabil
- Membran mukosa warna merah muda
- Pengisian kapiler baik
- Haluran urine baik
Intervensi :
a) Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit, membran
mukosa dan dasar kuku.
Rasional : Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan
perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan
intervensi.
b) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan
oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
c) Awasi upaya pernafasan dengan auskultasi bunyi nafas dan selidiki
keluhan nyeri dada, palpitasi.
Rasional : Dispnea, gemericik menunjukan GJK karena regangan
jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
d) Kaji untuk respon melambat, mudah terangsang, agitasi, bingung
gangguan memori.
Rasional : Dapat mengidentifikasi gangguan fungsi serebral
karena hipoksia atau defisiensi vitamina B12.
e) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh
hangat sesuai indikasi.
Rasional : vasokontriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi
perifer.
f) Kolaborasi :
1) Awasi pemeriksaan laboratorium, misal Hb/Ht.
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan
pengobatan/respons terhadap nyeri.
2) Berikan SDM darah lengkap/packed, produk darah sesuai indikasi,
awasi ketat untuk komplikasi tranfusi.
Rasional : Meningkatkan sel pembawa oksigen, memperbaiki
defisiensi untuk menurunkan risiko perdarahan.
3) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : Memaksimalkan transpor oksigen ke
jaringan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengirim) dan kebutuhan (Doengoes, 2000).
Tujuan gangguan intoleransi aktifitas dapat berkurang/hilang
KH : - Melaporkan peningkatan toleransi aktifitas
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
- Pemahaman tentang pembatasan terapeutik yang diperlukan
- Menunjukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi : misal
TTV dalam batas normal.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas/aktifitas (catat laporan
kelelahan/gangguan keseimbangan gaya berjalan kelemahan otot).
Rasional : Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
b. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
Rasional : Menunjukan perubahan neurologi karena defisiensi
vitamin B12.
c. Awasi TTV selama dan sesudah aktifitas.
Rasional : Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan
paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
d. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
Rasional : Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat
menyebabkan pusing, berdenyut, dan peningkatan
resiko cedera.
e. Berikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila
diindikasikan, batasi pengunjung.
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan
oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan
paru.
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
f. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila nyeri dada, nafas
pendek, kelemahan, atau pusing terjadi.
Rasional : Regangan atau stres kardiopulmonal berlebihan/stres
dapat menimbulkan dekompensasi/kegagalan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna/absorbsi nutrien yang diperlukan untuk
pembentukan SDM normal (Doengoes, 2000).
Tujuan : Gangguan nutrisi dapat berkurang/hilang
KH : - Tidak mengalami tanda malnutisi
- Menunjukan perilaku perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang
sesuai berat badan ideal.
- BB meningkat.
Intervensi :
a) Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai.
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan
intervensi.
b) Timbang berat badan tiap hari.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas
intervensi sendiri.
c) Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering/makan di antara waktu
makan.
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Rasional : Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
d) Observasi dan catat kejadian mual/muntah dan gejala lain yang
berhubungan.
Rasional : gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada
organ
e) Berikan dan bantu higiene mulut sesudah dan sebelum makan.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral,
menurunkan pertumbuhan bakteri.
f) Pantau pemeriksaan laboratorium Hb/Ht , BUN, albumin, protein,
transferin, besi serum.
Rasional : Meningkatkan efektifitas program pengobatan termasuk
sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan mobilitas,
perubahan sirkulasi dan neurologis, devisit nutrisi (Doengoes, 2000).
Tujuan : Gangguan integritas kulit teratasi
KH : - Dapat mempertahankan integritas kulit
- Mengidentifikasikan faktor resiko/perilaku untuk
mencegah udara edema
Intervensi :
a) Kaji integral kulit, catat pada perubahan turgor gangguan warna kulit,
hangat, lokal eritema, ekskorlasi, dan imobilisasi jaringan dapat
menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi.
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Rasional : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi nutrisi dan
imobilisasi.
b) Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila pasien
tidak bergerak atau ditempat tidur.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi kesemua aliran kulit, membatasi
iskemia jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
c) Anjurkan permukaan kulit kering dan batasi penggunaan sabun
Rasional : Untuk mencegah iritasi
d) Bantu untuk latihan rentang gerak pasif/aktif.
Rasional : Meningkarkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis.
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan masukan diit, perubahan
proses pencernaan, efek samping terapi obat (Doengoes, 2000).
Tujuan : Konstipasi dapat teratasi
Kriteria hasil : - Menunjukkan pola BAB normal
- Menunjukkan pola hidup yang berubah yang
diperlukan sebagai penyebab/faktor pemberat.
Intervensi :
a) Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
Rasional : Membantu mengidentifikasi penyebaran/faktor pemberat
danintervensi yang tepat.
b) Auskultasi bunyi usus
Rasional : Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan
menurun pada konstipasi.
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
c) Awasi masukan dan haluran dengan perhatian khusus pada
makanan/cairan.
Rasional : Dapat mengidentifikasi dehidrasi.
d) Hindarkan makanan yang mengandung gas.
Rasional : Menurunkan distres gastrik dan distensi abdomen.
e) Anjurkan makanan-makanan yang berserat.
Rasional : Memperlancar proses pencernaan.
f) Berikan pelembek feses, stimulan ringan, atau enema sesuai indikasi,
pantau keefektifan.
Rasional : Mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
g) Berikan obat antidiare.
Rasional : Menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
6. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan skunder
tifak adekuat, misal : penurunan hemoglobin leukopenia, atau penurunan
granulosit (respon inflamasi tertekan) (Doengoes, 2000).
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : - Dapat mengidentifikasi prilaku untuk mencegah
- Menurunkan resiko infeksi
- Meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase
purulent atau eritema dan demam.
Intervensi :
a) Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberian perawatan dan
pasien.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bakterial.
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
b) Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : Menurunkan risiko kolonosasi/infeksi bakteri.
c) Dorong perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan
nafas dalam.
Rasional : Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan
membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah
pneumonia.
d) Tingkatkan masukan cairan adekuat.
Rasional : Membantu dalam pengenceran sekret pernapasan unruk
mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan
tubuh.
e) Pantau/batasi pengunjung.
Rasional : Membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi.
f) Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardi dengan atau tanpa
demam.
Rasional : Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan
evaluasi/pengobatan.
g) Berikan antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : Digunakan secara propilaktik untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi lokal.
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi (Doengoes, 2000).
Tujuan : Kurang pengetahuan dapat teratasi
Kritesia hasil : - Menyatakan pemahaman terhadap proses penyakit
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
- Tampak mengerti
Intervensi :
a) Beri informasi tentang anemia spesifik.
Rasional : Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat
membuat pilihan yang tepat.
b) Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik.
Rasional : Ansietas/takut tentang ketidaktahuan meningkatkan
tingkat stres.
c) Jelaskan bahwa darah diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak
akan memperburuk anemia.
Rasional : Ini sering merupakan kekhawatiran yang tidak
diungkapkan yang dapat memperkuat ansietas pasien.
d) Dorong untuk menghentikan merokok (jika merokok).
Rasional : Menurunkan ketersediaan oksigen dan menyebabkan
vasokontriksi.
e) Instruksikan dan peragaan pemberian mandiri preparat besi oral.
Rasional : Penggantiaan besi biasanya waktu.
Asuhan Keperawatan pada..., Karsinah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010