Tinjauan Pustaka Kemandirian Lansia

14
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Pustaka II.1.1 Lansia II.1.1.1 Definisi Lansia Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Hurlock, 1999). II.1.1.2 Batasan - Batasan Lansia (Siti Bandiyah, 2009) Batasan lansia menurut WHO meliputi : § Usia pertengahan (Middle age) antara 45 - 59 tahun § Usia lanjut (Elderly) antara 60 - 74 tahun § Usia lanjut tua (Old) antara 75 – 90 tahun § Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun Menurut Depkes RI batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu : § Pertengahan umur usia lanjut/ virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45 – 54 tahun § Usia lanjut dini/ prasenium yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55 – 64 tahun § Usia lanjut/ senium usia 65 tahun keatas § Usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun

description

kemandirian

Transcript of Tinjauan Pustaka Kemandirian Lansia

Page 1: Tinjauan Pustaka Kemandirian Lansia

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Tinjauan Pustaka

II.1.1 Lansia

II.1.1.1 Definisi Lansia

Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup

seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari

periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang

penuh manfaat (Hurlock, 1999).

II.1.1.2 Batasan - Batasan Lansia (Siti Bandiyah, 2009)

Batasan lansia menurut WHO meliputi :

§ Usia pertengahan (Middle age) antara 45 - 59 tahun

§ Usia lanjut (Elderly) antara 60 - 74 tahun

§ Usia lanjut tua (Old) antara 75 – 90 tahun

§ Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

Menurut Depkes RI batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu :

§ Pertengahan umur usia lanjut/ virilitas yaitu masa persiapan usia

lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa

antara 45 – 54 tahun

§ Usia lanjut dini/ prasenium yaitu kelompok yang mulai memasuki

usia lanjut antara 55 – 64 tahun

§ Usia lanjut/ senium usia 65 tahun keatas

§ Usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih

dari 70 tahun

Page 2: Tinjauan Pustaka Kemandirian Lansia

Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang

menyebutkan lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.

(Hardywinoto & Toni Setiabudhi. 2005)

II.1.1.3 Teori-Teori Penuaan

Terdapat banyak teori tentang penuaan yaitu teori biologis dan teori

kejiwaan sosial. Teori-teori biologis terdiri dari teori sintesis protein, teori

keracunan oksigen, teori sistem imun, teori radikal bebas, teori rantai silang, teori

reaksi dari kekebalan sendiri dan lain-lain. Teori-teori kejiwaan sosial terdiri dari

teori pengunduran diri, teori aktivitas, teori subkultur, dan teori kepribadian

berlanjut. (Siti Bandiyah, 2009)

II.1.1.3.1 Teori Biologis

Teori seluler. Teori ini menyatakan bahwa kemampuan sel yang hanya

dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel tubuh

diprogram untuk membelah sekitar 50 kali. Bila sebuah sel pada lansia dilepas

dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi jumlah sel yang

akan membelah akan terlihat sedikit (Watson, 2003). Pembelahan sel lebih

lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, justru

kemampuan sel akan menurun sesuai dengan bertambahnya usia (Boedhi

Darmojo & Nugroho, 2000; Watson, 2003).

Sedangkan pada sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan jantung, sel

pada jaringan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut

dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko

mengalami penuaan dan memiliki kemampuan yang rendah untuk tumbuh dan

memperbaiki diri dan sel dalam tubuh seseorang ternyata cenderung

mengalami kerusakan dan akhirnya sel akan mati karena sel tidak dapat

membelah lagi (Watson, 2003).

II.1.1.3.2 Teori Kejiwaan Sosial

Page 3: Tinjauan Pustaka Kemandirian Lansia

Teori pengunduran diri. Teori ini menyatakan bahwa saat lanjut usia

terjadi pengunduran diri yang mengakibatkan penurunan interaksi antara

lanjut usia dengan lingkungan sosialnya (Suriadi, 2009).

Teori kegiatan. Teori ini menyatakan bahwa pada saat seseorang

menginjak usia lanjut, maka mereka tetap mempunyai kebutuhan dan

keinginan yang sama seperti pada masa-masa sebelumnya. Mereka tidak ingin

mengundurkan diri dari lingkungan sosialnya. Lansia yang aktif

melaksanakan peranan-peranannya di masyarakat akan mencapai usia lanjut

yang optimal.

Teori kepribadian berlanjut. Teori ini menyatakan bahwa perubahan

yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian

yang dimiliki lansia tersebut (Kuntjoro, 2002).

II.1.1.4 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Adapun beberapa faktor yang dihadapi lansia yang sangat mempengaruhi

kesehatan jiwa mereka adalah perubahan kondisi fisik, perubahan fungsi dan

potensi seksual, perubahan aspek psikososial, perubahan yang berkaitan dengan

pekerjaan, dan perubahan peran sosial di masyarakat.

II.1.1.4.1 Perubahan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia, umumnya mulai dihinggapi

adanya kondisi fisik yang bersifat patologis. Misalnya, tenaga berkurang, kulit

makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, berkurangnya fungsi

indra pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul

gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia misalnya badan

menjadi bungkuk, pendengaran berkurang, penglihatan kabur, sehingga

menimbulkan keterasingan.

II.1.1.4.2 Perubahan Fungsi dan Potensi Seksual

Page 4: Tinjauan Pustaka Kemandirian Lansia

Perubahan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali

berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti gangguan jantung,

gangguan metabolisme, vaginitis, baru selesai operasi (prostatektomi),

kekurangan gizi (karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan

sangat kurang), penggunaan obat-obatan tertentu (antihipertensi, golongan

steroid, tranquilizer), dan faktor psikologis yang menyertai lansia seperti rasa

malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia, sikap keluarga dan

masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya,

kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya,

pasangan hidup telah meninggal dunia, dan disfungsi seksual karena

perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas,

depresi, pikun, dan sebagainya.

II.1.1.4.3 Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami

penurunan fungsi kognitif dan fungsi psikomotor. Fungsi kognitif meliputi

proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian, dan lain-lain

sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat.

Sementara fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan

dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat

bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

II.1.1.4.4 Perubahan dalam peran sosial di masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak

fisik, dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan

kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran

sangat berkurang, penglihatan kabur, dan sebagainya sehingga sering

menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu

mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih

sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Jika keterasingan terjadi

akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-

Page 5: Tinjauan Pustaka Kemandirian Lansia

kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung

diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek bila

ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil. (A. Diana, 2010)

Perubahan-perubahan tersebut di atas akan menimbulkan

ketakutan-ketakutan pada lansia yang meliputi : (Siti Bandiyah, 2009)

§ Ketergantungan fisik dan ekonomi

§ Sakit-sakit kronis (hipertensi, berkurangnya pendengaran, arthritis,

penyakit jantung, dll)

§ Kesepian

§ Kebosanan yang disebabkan rasa tidak diperlukan

II.1.2 Kemandirian

Menurut Gracinia (2004), kemandirian adalah kemampuan untuk dapat

menjalani kehidupan tanpa adanya ketergantungan kepada orang lain. Dapat

melakukan kegiatan sehari-hari, mengambil keputusan, serta mengatasi masalah.

Definisi lain menurut Sulistyorini dkk (2006), kemandirian dapat diartikan

sebagai suatu kemampuan untuk memikirkan, merasakan, serta melakukan sesuatu

sendiri atau tidak tergantung pada orang lain. (Ira Puspitawati, 2008)

Ditambahkan oleh Schaefer (dalam Yuniati, 2003), kemandirian adalah suatu

kemampuan untuk mengontrol tindakan sendiri, bebas dari kontrol orang lain, dapat

mengatur diri sendiri dan mampu mengarahkan perasaan tanpa pengaruh dari orang

lain. Sedangkan menurut Lammon, Frank & Avery (dalam Handayani, 2004),

kemandirian adalah suatu sikap mampu mengambil suatu keputusan sendiri tanpa

harus mendapat bimbingan dari lain.

Kemandirian atau sering juga disebut dengan berdiri diatas kaki sendiri,

merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung pada orang lain serta

bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya(a). Kemandirian dalam konteks

individu yaitu memiliki aspek yang lebih luas dari sekedar aspek fisik. Aspek-aspek

kemandirian menurut Havinghurst, yaitu : (Eka Puspita Sari, 2005)

§ Aspek Emosi

Page 6: Tinjauan Pustaka Kemandirian Lansia

Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak

tergantungnya kebutuhan emosi dari orangtua.

§ Aspek Ekonomi

Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak

tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orangtua.

§ Aspek Intelektual

Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah

yang dihadapi.

§ Aspek Sosial

Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan

orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.

Fungsi kemandirian pada lansia mengandung pengertian yaitu kemampuan

yang dimiliki oleh lansia untuk tidak tergantung pada orang lain dalam melakukan

aktivitasnya, semua dilakukan sendiri dengan keputusan sendiri dalam rangka

memenuhi kebutuhannya (Alimul,2004)

Pengkajian status fungsional adalah pengukuran kemampuan seseorang

untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Penentuan

kemandirian fungsional dapat mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan

seseorang.

Pasien lanjut usia harus diperiksa tentang kemampuan mereka untuk

mempertahankan kemandirian dan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan derajat kompetensi fungsional dalam perilaku sehari-hari

adalah suatu pertimbangan penting dalam menyusun rencana terapi untuk pasien

lanjut usia. (Kaplan & Sadock, 1997)

Lansia mengalami penurunan fungsi fisik, mental, dan sosial

yang memberikan kontribusi terhadap meningkatnya ketergantungan lansia pada

orang lain. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi perubahan peran

keluarga dalam merawat lansia. Kemandirian lansia sangat diperlukan untuk

memenuhi Aktivitas Kehiduan Sehari-hari (AKS) dan menjaga agar tetap

produktif. (Angga Ardianto, 2009)

Page 7: Tinjauan Pustaka Kemandirian Lansia

Kehilangan kemandirian dan meningkatnya ketergantungan pada orang

lanjut usia tidak selalu karena menurunnya kemampuan fisik maupun mental, tetapi

juga karena lingkungan sosial yang menerimanya sebagai hal yang wajar dan

membangun ketidak mampuan dengan selalu menawarkan bantuan meski tidak

diinginkan dan dibutuhkan (Baltes, 1995). Keinginan untuk mandiri merupakan

faktor utama dari kemandirian, yaitu keinginan untuk melakukan segala sesuatu

tanpa bantuan orang lain. (Fitriyana Fauziah, 2010)

Pengukuran tingkat kemandirian dalam ADL (Activitty of daily living)

dipergunakan suatu skala ”rating scale” yang didasarkan pada ketampilan fungsi

biologis, yang memerlukan bekerjanya sistem syaraf dan anggota gerak dari lansia

tersebut. (Hardywinoto & Toni Setiabudhi. 2005)

Kemandirian diukur dengan indeks Barthel. Penilaian didasarkan pada

tingkat bantuan orang lain dalam meningkatkan aktivitas fungsional. Pengukuran

meliputi kemampuan makan, berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan

sebaliknya, kebersihan diri, menyisir, mencuci muka, menggosok gigi, dll. (Siti

Yulian 2009)

Dari beberapa definisi kemandirian di atas dapat disimpulkan bahwa

kemandirian adalah suatu kemampuan untuk mengontrol tindakan sendiri, dapat

mengatur diri sendiri, mampu mengambil keputusan sendiri tanpa harus mendapat

bimbingan dari orang lain dan mampu mengarahkan perasaan tanpa pengaruh dari

orang lain.

II.1.3 Kualitas Hidup Lansia

II.1.3.1 Definisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang merujuk pada emosional,

sosial dan kesejahteraan fisik seseorang, juga kemampuan mereka untuk berfungsi

dalam kehidupan sehari-hari (Donald, 2001).

Page 8: Tinjauan Pustaka Kemandirian Lansia

Kualitas hidup merupakan persepsi individu dari posisi mereka dalam

hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan

berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka.

Selain itu, kualitas hidup merupakan indikator penting untuk menilai keberhasilan

intervensi pelayanan kesehatan, baik dari segi pencegahan maupun pengobatan

(Suharmiati, 2003). Domain kualitas hidup tidak hanya mencakup domain fisik

saja, namun juga mencakup kinerja dalam memainkan peran sosial, keadaan

emosional, fungsi-fungsi intelektual dan kognitif serta perasaan sehat dan

kepuasan hidup (Croog dan Levine, 1998). (Diana A., 2010)

World Health Organization Quality Of Life atau WHOQOL

mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di

masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan

tujuan, harapan, standar, dan juga perhatian. Selain itu, kualitas hidup dapat

diartikan sebagai derajat dimana seseorang menikmati hidupnya. (Anton

Purwanto, 2008). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ahmad Munir

(2010) bahwa keadaan fisik, psikologi, lingkungan tinggal banyak mempengaruhi

kualitas hidup.

Menurut Neugarten, kualitas hidup adalah ukuran kebahagian dan

mempunyai lima aspek, yaitu: merasa senang dengan aktivitas yang dilakukan

sehari-hari, menganggap hidupnya penuh arti dan menerima dengan tulus kondisi

hidupnya, merasa telah berhasil mencapai cita-cita atau sebagian besar hidupnya,

mempunyai citra diri yang positif, mempunyai sikap hidup yang optimistic dan

suasana hati yang bahagia. (Fitriyana Fauziah, 2010)

Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto, kualitas

hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin

terjadi dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki kesempatan dan

keterbatasan dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan.

Sedangkan kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman

dari kepuasan dan kepemilikan atau prestasi. (A. Diana, 2010)

Kualitas hidup dalam hal ini merupakan suatu konsep yang sangat luas

yang dipengaruhi oleh : (Curtis, 2000) :

Page 9: Tinjauan Pustaka Kemandirian Lansia

§ Kondisi fisik individu

§ Psikologis

§ Tingkat kemandirian

§ Hubungan individu dengan lingkungan

II.1.3.2 Komponen Kualitas Hidup

Menurut Trobojevic, kualitas hidup dikembangkan untuk memberikan

suatu pengukuran komponen dan determinan kesehatan dan kesejahteraan.

Pengukuran kualitas hidup ini penting berhubungan dengan prioritas kesehatan

sepanjang atau semasa hidup yang tidak hanya membutuhkan pengobatan tetapi

juga kualitas dari kelangsungan hidup.

Menurut McDowell dan Newell (1996), penyakit kronis akan

mempengaruhi kualitas hidup lansia. Kualitas hidup dapat disimpulkan menjadi

dua komponen yaitu kesehatan fisik dan kesehatan mental, untuk mengkaji kulitas

hidup tersebut maka didapat 26 pertanyaan tentang kemampuan pasien yang

dibagi menjadi delapan subvariabel yaitu:

§ Fungsi fisik terdiri dari beberapa pernyataan yaitu aktifitas yang

memerlukan energi, aktivitas yang ringan, mengangkat dan membawa

barang yang ringan, menaiki beberapa anak tangga, menaiki satu anak

tangga, membungkuk, berjalan beberapa gang, berjalan satu gang dan mandi

atau memakai baju sendiri.

§ Keterbatasan peran fisik terdiri dari pernyataan penggunaan waktu yang

singkat, penyelesaian pekerjaan yang tidak tepat waktu, terbatas pada

beberapa pekerjaan dan mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan.

§ Nyeri pada tubuh terdiri dari pernyataan seberapa besar rasa nyeri pada

tubuh dan seberapa besar nyeri mengganggu aktifitas.

§ Persepsi kesehatan secara umum terdiri dari pernyataan bagaimana kondisi

kesehatan saat ini dan satu tahun yang lalu, mudah terserang sakit, sama

sehatnya dengan orang lain, ke sehatan yang buruk dan kesehatan yang

sangat baik.

Page 10: Tinjauan Pustaka Kemandirian Lansia

§ Vitalitas terdiri dari pernyataan yang menggambarkan tentang bagaimana

pasien dalam melaksanakan aktifitasnya apakah penuh semangat memiliki

energi yang banyak, bosan dan lelah.

§ Fungsi sosial terdiri dari pernyataan seberapa besar masalah emosi

mengganggu aktifitas sosial dan mempengaruhi aktifitas sosial.

§ Keterbatasan peran emosional terdiri dari pernyataan apakah masalah

emosional mempengaruhi penggunaaan waktu yang singkat dalam pekerjaan

atau lebih lama lagi melakukan pekerjaan dan tidak berhati-hati

sebagaimana mestinya.

§ Kesehatan mental terdiri dari pernyataan apakah pasien sering gugup,

merasa tertekan, tenang, sedih dan periang.

Menurut Ventegodt, Merriek, Anderson (2003), kualitas hidup dalam hal

ini dapat dikelompokkan dalam tiga bagian yang berpusat pada suatu aspek hidup

yang baik, yaitu:

§ Kualitas hidup subjektif, yaitu bagaimana suatu hidup yang baik dirasakan

oleh masing-masing individu yang memilikinya. Masing-masing individu

secara personal mengevaluasi bagaimana mereka menggambarkan sesuatu

dan perasaan mereka

§ Kualitas hidup eksistensial, yaitu seberapa baik hidup seseorang merupakan

level yang dalam. Ini mengasumsikan bahwa individu memiliki suatu sifat

yang lebih dalam yang berhak untuk dihormati dan dimana individu dapat

hidup dalam keharmonisan.

§ Kualitas hidup objektif, yaitu bagaimana hidup seseorang dirasakan oleh

dunia luar. Kualitas hidup objektif dinyatakan dalam kemampuan seseorang

untuk beradaptasi pada nilai-nilai budaya dan menyatakan tentang

kehidupannya

Page 11: Tinjauan Pustaka Kemandirian Lansia

Ketiga aspek kualitas hidup ini keseluruhan dikelompokkan dengan

pernyataan yang relevan pada kualitas hidup yang dapat ditempatkan dalam

suatu spektrum dari subjektif ke objektif, elemen eksistensial berada

diantaranya :

§ Kesejahteraan

Kesejahteraan berhubungan dekat dengan bagaimana sesuatu berfungsi

dalam suatu dunia objektif dan dengan faktor eksternal hidup. Ketika kita

membicarakan tentang perasaan baik maka kesejahteraan merupakan

pemenuhan kebutuhan dan realisasi diri.

§ Kepuasan hidup

Menjadi puas berarti merasakan bahwa hidup yang seharusnya, ketika

pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan gairah hidup diperoleh

disekitarnya maka seseorang puas, kepuasaan adalah pernyataaan mental

yaitu keadaan kognitif.

§ Kebahagiaan

Menjadi bahagia bukan hanya menjadi menyenangkan dan hati puas, ini

merupakan perasaan yang spesial yang berharga dan sangat diinginkan

tetapi sulit di peroleh. Tidak banyak orang percaya bahwa kebahagiaan

diperoleh dari adaptasi terhadap budaya seseorang, kebahagiaan

diasosiasikan dengan domain-domain non rasional seperti cinta, ikatan erat

dengan sifat dasar tetapi bukan dengan uang, status kesehatan atau faktor-

faktor objektif lain.

§ Makna dalam hidup

Makna dalam hidup merupakan suatu konsep yang sangat penting dan

jarang digunakan. Pencarian makna hidup melibatkan suatu penerimaan dari

ketidak berartian dan keseangat berartian dari hidup dan suatu kewajiban

untuk mengarahkan diri seseorang membuat perbaikan apa yang tidak

berarti.

§ Gambaran biologis kualitas hidup

Page 12: Tinjauan Pustaka Kemandirian Lansia

Gambaran biologis kualitas hidup yaitu sistem informasi biologis dan

tingkat keseimbangan eksistensial dilihat dari segi ini kesehatan fisik

mencerminkan tingkat sistem informasi biologi seperti sel-sel dalam tubuh

membutuhkan informasi yang tepat untuk berfungsi secara benar dan untuk

menjaga kesehatan dan kebaikan tubuh. Kesadaran kita dan pengalaman

hidup juga terkondisi secara biologis. Pengalaman dimana hiup bermakana

atau tidak dapat dilihat sebagai kondisi dari suatu sistem informasi biologis.

Hubungan antara kualitas hidup dan penyakit diilustrasikan dengan baik dan

menggunakan suatu teori individual sebagai suatu sistem informasi biologis

§ Mencapai potensi hidup

Teori pencapaian potensi hidup merupakan suatu teori dari hubungan antara

sifat dasarnya. Titik permulaan biologis ini tidak mengurangi kekhususan

dari makhluk hidup tetapi hanya tingkat dimana ini merupakan teori umum

dari pertukaran informasi yang bermakna dalam sistem hidup dari sel ke

organisme sosial.

§ Pemenuhan kebutuhan

Kebutuhan dihubungkan dengan kualitas hidup dimana ketika kebutuhan

seseorang terpenuhi kualitas hidup tinggi. Kebutuhan merupakan suatu

ekspresi sifat dasar kita yang pada umumnya di miliki oleh makhluk hidup.

Pemenuhan kebutuhan dihubungkan pada aspek sifat dasar manusia.

Kebutuhan yang kita rasakan baik ketika kebutuhan kita sudah terpenuhi.

Informasi ini berada dalam suatu bentuk komplek yang dapat dikurangi

menjadi sederhana yakni kebutuhan aktual.

§ Faktor-faktor objektif

Aspek objektif dari kualitas hidup dihubungkan dengan faktor-faktor

eksternal hidup dan secara baik mudah di wujudkan. Hal tersebut mencakup

pendapatan, status perkawinan, status kesehatan dan jumlah hubungan

dengan orang lain. Kualitas hidup objektif sangat mencerminkan

kemampuan untuk beradaptasi pada budaya dimana kita tinggal.

Page 13: Tinjauan Pustaka Kemandirian Lansia

Secara umum pengkajian kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan yang

menggambarkan suatu usaha untuk menentukan bagian variabel-variabel dalam

domain kesehatan, berhubungan dengan domain khusus dari hidup yang telah

ditentukan untuk menjadi penting secara umum atau untuk orang yang memiliki

penyakit spesifik. Konseptualisasi kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan

menegaskan efek penyakit pada fisik, peran sosial, psikologi/emosional dan fungsi

kognitif. Gejala-gejala persepsi kesehatan dan keseluruhan kualitas hidup sering

tercakup dalam konsep kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan (American

Thoracic Society, 2004).

II.2 Kerangka Teori

Teori Penuaan Lansia (>60 th)

Teori Biologis Teori Kejiwaan Sosial

Terjadi perubahan-perubahan pada lansia

§ Kondisi fisik Tingkat Kemandirian

§ Fungsi dan potensi seksual Kondisi fisik individu

§ Aspek Psikososial Psikologis

Hubungan individu dengan lingkungan

Page 14: Tinjauan Pustaka Kemandirian Lansia

Kualitas Hidup pada Lansia

II.3 Kerangka Berpikir

Pengaruh tingkat kemandirian terhadap kualitas hidup lansia di Posbindu Lansia

Pergeri Depok RW 02. Berdasarkan variabel-variabel tersebut, kerangka berpikir

dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan

: Diteliti

: Tidak diteliti

II.4 Hipotesis

H1 : Ada perbedaan rerata kualitas hidup antar kelompok tingkat kemandirian

pada lansia di Posbindu Lansia Pergeri Depok RW 02

Tingkat kemandirianKualitas

Hidup Lansia

Kondisi fisik individu

Psikologis

Hubungan individudengan lingkungan