TINJAUAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP PRODUK E...
Transcript of TINJAUAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP PRODUK E...
TINJAUAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP PRODUK E-MONEY BANK
SYARIAH MANDIRI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh:
ARIS RUSDIYANTO
NIM: 1113046000003
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
iv
ABSTRAK
Aris Rusdiyanto. NIM 1113046000003. TINJAUAN PRINSIP SYARIAH
TERHADAP PRODUK E-MONEY BANK SYARIAH MANDIRI. Program Studi
Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1438 H/2017 M. X + 70 halaman + 4 halaman lampiran.
Dalam permasalahan skripsi ini adalah bagaimana tinjauan prinsip syariah
terhadap produk E-Money yang dimiliki Bank Syariah Mandiri terhadap
mekanisme operasional yang mencakup aspek transaksi, mekanisme, akad dan
manajerial dari produk ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produk E-
Money Bank Syariah Mandiri dari perspektif syariah menggunakan tolak ukur dari
fiqh muamalah yang telah tertuang dalam kitab klasik fiqh muamalah, fatwa DSN-
MUI, dan regulasi perundang-undangan terkait.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah dengan jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Dengan menggunakan metode analisis isi (content analysis)
dan menggunakan wawancara, observasi terlibat, studi studi dokumentasi sebagai
teknik pengumpulan datanya
Hasil kesimpulan dari penulisan skripsi ini adalah dari tinjuan prinsip
syariah terdapat permasalahan syariah pada aspek akad, hal ini dikarenakan produk
ini tidak memiliki nomenklatur akad dalam operasional produk yang menimbukan
ketidakjelasan (gharar), serta dari aspek transaksi karena bank tidak melakukan
pembatasan atau kontrol terhadap barang yang dijual oleh merchant yang
bekerjasama dengan bank sehingga dikhawatirkan dapat digunakan untuk membeli
barang-barang non halal.
Kata kunci : E-Money, Prinsip Syariah, Bank Syariah Mandiri
Pembimbing : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H.
Daftar Pustaka : Tahun 1995 s.d. Tahun 2017
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ....................................................... ii LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iii ABSTRAK ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................7 C. Batasan dan Rumusan Kajian .......................................................8 D. Tujuan dan Manfaat Kajian ...........................................................8
E. Review Studi Terdahulu ................................................................9 F. Metode Penelitian ........................................................................16
G. Kerangka Teori dan Konseptual...................................................20 H. Pedoman Penulisan ......................................................................23 I. Sistematika Penulisan...................................................................23
BAB II LANDASAN TEORI
A. Uang Elektronik ..........................................................................25 B. Akad-Akad Pada Uang Elektronik ...............................................29 C. Prinsip Syariah Umum dalam Bidang Muamalah........................37
BAB III GAMBARAN UMUM PRODUK E-MONEY BANK SYARIAH
MANDIRI A. Pengertian ....................................................................................45 B. Sejarah dan Tujuan Pembuatan Produk .......................................45
C. Jenis Produk E-Money Bank Syariah Mandiri Dalam Perspektif Tipe Uang Elektronik ..................................................................47
D. Mekanisme Dan Alur Produk.......................................................49 E. Keuntungan Bagi Bank Syariah Mandiri .....................................55
BAB IV ANALISIS KESESUAIAN PRODUK DENGAN ASPEK
SYARIAH
A. Analisis Akad Dalam Produk .......................................................57
B. Analisis Manajerial Produk ..........................................................62
C. Analisis Transaksi Produk............................................................64
viii
D. Analisis Alur/Mekanisme Produk ................................................66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................68
B. Saran ............................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................71
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
Gambar 3.1 Skema Penerbitan Kartu E-Money Bank Syariah Mandiri .......31
Gambar 3.2 Alur Pengisian Ulang via Counter Bank Syariah Mandiri.........51
Gambar 3.3 Alur Pengisisan Ulang via ATM Bank Mandiri ........................52
Gambar 3.4 Mekanisme Pembayaran ............................................................54
x
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
Tabel 1.1 Tabel Perkembangan Uang Elektronik yang Beredar.........................2
Tabel 1.2 Ringkasan Penelitian Sebelumnya ....................................................10
Tabel 2.1 Kesamaan Karakteristik Akad Sharf dengan Uang Elektronik.........32
Tabel 4.1 Perbandingan Karakteristik Sharf dan Karakteristik E-Money Bank
Syariah Mandiri.................................................................................58
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir ini, perkembangan sistem pembayaran
yang berbasis teknologi telah mengubah secara signifikan arsitektur sistem
pembayaran konvensional yang mengandalkan fisik uang sebagai instrumen
pembayaran. Meski fisik uang sampai saat ini masih banyak digunakan
masyarakat dunia sebagai alat pembayaran, namun sejalan dengan
perkembangan teknologi sistem pembayaran yang pesat, pola pembayaran
tunai (cash) secara berangsur beralih menuju pembayaran non tunai (non-
cash). 1
Bank Indonesia pun mendorong gerakan less cash society (LCS) atau
penggunaan uang elektronik sebagai pengganti pembayaran tunai di Indonesia.
Walaupun Data BI menyebutkan penguna e-money terkonsentrasi di kota-kota
besar di pulau Jawa, Sumatera dan sebagian Sulawesi serta pemakaiannya
masih sekitar sektor transportasi, seperti toll, pompa bensin, parkir dan
transaksi di mini market, namun pengguna Uang Elektronik semakin
meningkat dari tahun ke tahun.2
1 R. Maulana Ibrahim, Paper Seminar Internasional Toward a Less Cash Society in
Indonesia, (Jakarta: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, 2006), h. 12 2 Diakses dari http://www.telkom.co.id/telkom-gandeng-bank-sumut-jalin-kerjasama-
dalam-layanan-co-branding-uang-elektronik-t-money.html pada 27 September 2016
2
Tabel 1.1
Tabel Perkembangan Uang Elektronik yang Beredar
Sumber: Publikasi Tahunan Bank Indonesia3
Berdasarkan statistik yang dipublikasikan Bank Indonesia pada Juli 2016,
perkembangan Uang Elektronik di Indonesia berkembang pesat dari mulai
perkembangannya pada tahun 2009. Tercatat dari tahun 2009, produk uang
elektronik yang beredar meningkat sebesar 1355% atau 13,5x lipat sampai dengan
bulan Juli 2016. Hal ini menunjukkan bahwa produk ini semakin diminati oleh
masyarakat di Indonesia yang semakin berbasis kepada teknologi informasi dalam
dunia keuangan.
Transaksi Uang Elektronik pun semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Tercatat dalam statistik Bank Indonesia, transaksi uang elektronik telah meningkat
dari 17.436.631 transaksi pada tahun 2009 menjadi 535.579.528 transaksi pada
3 Diakses dari http://www.bi.go.id/id/statistik/sistempembayaran/uangelektronik/Contents
/Jumlah%20Uang%20Elekt ronik.aspx pada 16 September 2016
3,016,272 7,914,018
14,299,726 21,869,946
36,225,373 35,738,233 34,314,795 40,875,095
-
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
35,000,000
40,000,000
45,000,000
Tahun2009
Tahun2010
Tahun2011
Tahun2012
Tahun2013
Tahun2014
Tahun2015
Tahun2016 (Juli)
JUMLAH UANG ELEKTRONIK YANG BEREDAR
3
tahun 2015 atau meningkat 3071%. Sedangkan nilai transaksi Uang Elektronik
(dalam rupiah) meningkat dari 519.213.000.000 pada tahun 2009 menjadi
5.283.018.000.000 pada tahun 2015 atau nilai transaksi menggunakan Uang
Elektronik telah meningkat sebesar 1017% atau lebih dari 10x lipat4.
Hal ini membuktikan bahwa produk Uang Elektronik merupakan sesuatu
yang dipandang sangat penting bagi masyarakat Indonesia saat ini. Beberapa
kebijakan pemerintah, Bank Indonesia, maupun perusahaan jasa transportasi
Indonesia ikut menggalakkan penggunaan uang elekronik ini. Kebijakan Bank
Indonesia yang menggalakkan produk Uang Elektronik ini adalah Peraturan Bank
Indonesia (PBI) Nomer 11 Tahun 2009 tentang Uang Elektronik dan Surat Edaran
Bank Indonesia (SEBI) tahun 2009 tentang Uang Elektronik (electronic money).
Beberapa kebijakan jasa transportasi umum yang familiar adalah
Transjakarta dan KRL Commuter Line yang dapat menggunakan Uang Elektronik.
Bahkan pada moda transportasi Transjakarta, seluruh koridor wajib menggunakan
Uang Elektronik dan tidak boleh lagi menggunakan uang tunai, hal ini ikut
menambah jumlah pengguna dari produk uang elektronik ini5. Sektor jasa lain juga
menuntut untuk menggunakan uang elektronik agar bisa mendapatkan pelayanan
yang terbaik, seperti pembayaran Jalan Tol, pembayaran di SPBU, Minimarket dan
lain-lain. Hal ini untuk mempermudah bertransaksi dalam segi waktu transaksinya
4 Diakses dari http://www.bi.go.id/id/statistik/sistem-pembayaran/uang-elektronik/
contents/transaksi.aspx pada 16 September 2016 5 Diakses dari http://transjakarta.co.id/produk-dan-layanan/info-tiket/ pada 27 September
2016
4
yang sangat singkat, tidak perlu lagi menyiapkan uang kembalian, hingga
mempermudah pengelola merchant untuk mengawasi uang yang masuk.
Ada beberapa masalah kesyariahan jika produk tersebut dikelola oleh
perbankan konvensional maupun institusi keuangan non syariah lain. Seperti
permasalahan dana float atau dana yang berasal dari pembelian fisik kartu maupun
saldo yang tersisa dalam kartu selama belum terpakai dapat dimanfaatkan oleh
perbankan konvensional untuk mengembangkan bisnisnya6. Walaupun dalam Surat
Edaran Bank Indonesia (SEBI) tentang uang elektronik disebutkan bahwa penerbit
tidak dapat menggunakan dana float tersebut untuk kepentingan diluar kewajiban
penerbit dengan pengguna dan merchant, namun pada saat bank umum
konvensional bertindak sebagai tempat penyimpanan dana float tersebut, dana float
tersebut yang khususnya bersumber dari sisa saldo yang tidak dapat ditransaksikan
(under limit) dapat digunakan untuk keperluan bisnisnya yang notabene berjalan
dengan prinsip ribawi yang bertentangan dengan prinsip syariah. Setelah itu, uang
elektronik ini dapat digunakan untuk keperluan non syariah. Pembelian minuman
keras dan akses ketempat hiburan terlarang menggunakan produk uang elektronik
ini dapat menjadi permasalahan syariah tambahan dimana produk ini digunakan
pada keperluan yang tidak sesuai syariah.
Seperti pada pembelian beralkohol menggunakan GO-JEK Credit. Dalam
mekanisme pembayaran GO-JEK Credit, GO-JEK Credit dikategorikan sebagai e-
money berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
6 Badrus Soleh, Paper Hasil Kajian E-Money dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Lingkar
Studi Ekonomi Islam, 2016), h. 5-6
5
penggunaan GO-JEK Credit harus tunduk pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku7. Pada ketentuan umum menggunakan aplikasi nomer 29 dan 30,
GO-JEK Credit dapat digunakan untuk membeli minuman beralkohol.
Oleh karena itu dari sekian banyak pengguna dan kemudahan bertransaksi
menggunakan uang elektronik tersebut, masyarakat yang peduli akan keuangan
syariah khawatir akan produk tersebut karena produk Uang Elektronik dikuasai
oleh perbankan konvensional maupun institusi keuangan lain yang tidak berjalan
sesuai prinsip syariah. Sampai dengan bulan September 2016 hanya ada 2 produk
dari perbankan syariah yang mengeluarkan produk Uang Elektronik. Kedua produk
tersebut adalah produk E-Money dari Bank Syariah Mandiri yang telah dirilis tahun
2014, dan Tapcash dari Bank BNI Syariah yang baru dirilis pada bulan Agustus
2016 lalu8.
Kehadiran kedua produk lembaga keuangan syariah tersebut diharapkan
dapat bersaing dalam pasar Uang Elektronik yang sedang berkembang pesat di
Indonesia. Namun peluncuran produk tersebut malah diharapkan untuk memperluas
pangsa pasar bisnis dari bank penerbitnya yang merupakan bank konvensional.9
Produk uang elektronik tersebut merupakan kerjasama (co-branding) dengan
produk yang sama yang dikeluarkan oleh bank penerbitnya. Perluasan pangsa pasar
bisnis dari bank penerbitnya yang merupakan bank konvensional menimbulkan
pertanyaan besar, apakah produk ini bersinggungan dengan manajemen bank
7 Diakses dari http://www.go-car.co.id/terms pada 31 Oktober 2016 8 Diakses dari http://www.bnisyariah.co.id/bni-syariah-hadirkan-tapcash-edisi-khusus-di-
keuangan-syariah-fair-aceh pada 16 September 2016 9 Diakses dari http://www.indotelko.com/kanal?c=&it=bank-mandiri-perluas-segmen-e-
money pada 16 September 2016
6
induknya. Jika ia berarti terdapat permasalahan syariah lain karena pada dasarnya
pengelolaan keuangan syariah haruslah terpisah dengan keuangan konvensional.
Oleh karena itu masih terdapat keragu-raguan (syubhat) dalam masalah ini.
Dalam peluncuran produk uang elektronik True Money yang dikeluarkan
oleh PT Witami Tunai Mandiri, Ketua Umum MUI KH Makruf Amin mengatakan
bahwa produk True Money yang dikeluarkan oleh PT Witami Tunai Mandiri telah
bersertifikasi Syariah, dan satu-satunya yang bersertifikasi syariah10. Namun, Ketua
Umum MUI tersebut juga menyinggung bahwa produk Co-Branding uang
elektronik yang dikeluarkan oleh bank syariah yaitu produk E-Money BSM dan
Tapcash BNI Syariah belum sesuai syariah karena belum pernah ada audit tentang
kedua produk tersebut.11 Hal ini tentunya menimbulkan pertanyaan untuk kedua
produk lembaga keuangan syariah tersebut yang notabene telah memiliki Dewan
Pengawas Syariah (DPS) dalam masalah kepatuhan terhadap kesyariahannya. Hal
ini menjadi menarik karena produk uang elektronik ini belum terdapat fatwa DSN-
MUI yang membahasnya secara baku melainkan hanya fatwa umum yang
mengenai akadnya, sehingga baik perbankan maupun pihak DSN-MUI memiliki
kesimpangsiuran masalah implementasinya.
Seiring dengan ketidakjelasan aspek kesyariahan dari produk tersebut, dan
selisih paham antara bank syariah penerbit dengan MUI, membuat implementasi
uang elektronik yang telah dikeluarkan oleh perbankan syariah nasional tersebut
10 Diakses dari http://www.merdeka.com/teknologi/mui-truemoney-uang-elektronik-satu-
satunya-bersertifikat-syariah.html pada 16 September 2016 11 Diakses dari http://m.inilah.com/news/detail/2284131/uang-elektronik-bsm-dan-bni-
syariah-belum-syariah pada 16 september 2016
7
perlu mendapat kajian syariah, baik dari sisi konsep akad, skema transaksi,
pencampuran dana, maupun prinsip-prinsip syariah yang harus diutamakan dalam
transaksi uang elektronik, sehingga dapat memberikan kejelasan mengenai aspek
kesyariahan produk tersebut agar dapat menjadi produk yang unggul dalam inovasi
keuangan syariah yang dibutuhkan masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama
Islam dan membutuhkan produk keuangan syariah yang baik.
Oleh karena itu, penulis berusaha untuk membahas kajian tersebut dengan
membahas tema tentang “TINJAUAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP
PRODUK E-MONEY BANK SYARIAH MANDIRI”.
B. Identifikasi Masalah
Sebelum peneliti merumuskan masalah penelitian, hendaknya terlebih dahulu
peneliti melakukan identifikasi permasalahan yang terkait sekitar judul yang
diajukan, antara lain:
1. Bagaimana perkembangan uang elektronik di Indonesia?
2. Apa penyebab DSN-MUI tidak memberikan sertifikasi syariah terhadap
produk uang elekronik Bank Syariah Mandiri?
3. Mengapa tidak ada fatwa khusus terkait uang elektronik yang dikeluarkan
DSN-MUI?
4. Bagaimana konsep dari produk E-Money Bank Syariah Mandiri?
5. Dapatkah bank konvensional dan bank syariah menjalankan suatu bisnis
bersamaan menurut syariah?
6. Apakah ada permasalahan syariah dalam konsep produk E-Money Bank
Syariah Mandiri?
8
C. Batasan dan Rumusan Kajian
Untuk menjaga agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari
pembahasan yang menyimpang dari tujuan penulisan, maka skripsi ini perlu
dibatasi. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
diambil rumusan kajian sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dari produk E-Money Bank Syariah Mandiri?
2. Apakah ada permasalahan syariah dalam konsep produk E-Money Bank
Syariah Mandiri?
D. Tujuan dan Manfaat Kajian
1. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme produk E-Money Bank
Syariah Mandiri berjalan
b. Untuk mengetahui apakah produk tersebut memiliki permasalahan
menurut prinsip syariah
2. Manfaat Kajian
a. Manfaat Akademis
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif
bagi para akademisi baik penulis maupun akademisi selanjutnya, agar
dapat menjadi acuan di bidang pengembangan jasa keuangan syariah
maupun sebagai bahan acuan dalam pengembangan penelitian
selanjutnya tentang aspek kesyariahan bagi pengembangan produk-
produk jasa keuangan syariah.
b. Bagi Praktisi
9
Hasil pembahasan ini diharapkan dapat memberikan
sumbangsih pemikiran dalam pengimplementasian produk,
pengembangan produk, maupun optimalisasi produk yang tetap
memperhatikan prinsip syariah.
c. Bagi Masyarakat
Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
kepada masyarakat terkait unsur-unsur yang harus dipenuhi suatu
produk dapat dikatakan syariah, serta sebagai bahan referensi
masyarakat untuk dapat memilih produk keuangan.
E. Review Studi Terdahulu
Penulis berusaha mencari, membaca dan mempelajari penelitian terdahulu yang
terkait dengan materi penelitian yang akan penulis ambil untuk dapat menjadi
acuan, untuk membandingkan, maupun menyempurnakan penelitian terdahulu.
Dalam beberapa literatur yang penulis dapatkan yang ada kaitannya dengan
penulisan kajian ini yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.2
Ringkasan Penelitian Sebelumnya
1. Judul Skripsi Konsep Uang Elektronik Dan Peluang Implementasinya
Pada Perbankan Syariah (Studi Kritis Pada Peraturan
Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 Tentang Uang
Elektronik)
10
Identitas Asep Saiful Bahri, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum, 2010
Kesimpulan Uang elektronik sebagaimana dimaksud dalam PBI Nomor
11/12/PBI/2009 tentang uang elektronik pada prinsipnya
sudah dapat diimplementasikan dalam perbankan syariah,
jenis akad yang dapat diimplementasikan dalam produk
tersebut menurut akad fiqh muamalah adalah menggunakan
akad Sharf sebagai akad utama, dan akad ijarah serta
wakalah sebagai akad pendukung dalam hubungannya
dengan pedagang maupun pemegang kartu, prinsip-prinsip
syariah yang harus ditetapkan dalam uang elektronik adalah
tidak boleh mengandung masysir, riba, tidak mendorong
israf (pengeluaran berlebihan), dan tidak digunakan untuk
transaksi objek haram dan maksiat.
Pembeda Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah
pada penelitian ini tidak menjelaskan secara spesifik studi
kasus dalam suatu perusahaan melainkan hanya
menjelaskan kaidah umum jika uang elektronik diterapkan
dalam perbankan syariah, sedangkan penelitian penulis
membahas secara spesifik uang elektronik dalam suatu
produk yang dikeluarkan pada suatu perbankan syariah yang
ditinjau berdasarkan fiqh muamalahnya
11
2 Judul Skripsi Tinjauan Fiqih Muamalah Terhadap Uang Digital
Bitcoin Dengan Studi pada DSN-MUI dan Perusahaan
Artabit
Identitas Nur Lailatus Sholihah, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum, 2014
Kesimpulan Dari tinjauan fiqih muamalat melalui studi pada DSN-MUI
menyatakan bahwa transaksi penukaran uang berbasis
bitcoin belum dapat dikatakan sebagai transaksi pertukaran
uang yang sah dalam Islam. Karena tidak ada benda yang
dapat merepresentasikan uang tersebut. walaupun ini jenis
transaksi spot, tetap belum dinyatakan sah juga menurut
Islam, karena tidak ada legalitas dari pemerintah, tidak
memenuhi persyaratan sebagai mata uang baik dalam
ekonomi konvensional maupun Islam, kaidah fiqh, serta
rentan akan penipuan
Perbedaan Penelitian ini membahas masalah uang elekronik yang
berbentuk digital secara menyeluruh tanpa ada benda yang
dapat merepresentasikan uang tersebut yang dikeluarkan
pada suatu perusahaan yang belum mendapatkan legalitas
dari pemerintah yang berbeda dengan penelitian penulis,
sedangkan penelitian penulis membahas masalah uang
elektronik yang telah mempunyai landasan hukum yang
jelas yang dikeluarkan dari perbankan yang jelas yang
12
berbentuk uang elektronik yang dapat dibuat dengan
menukarkan uang fisik terlebih dahulu barulah menjadi
uang yang berbentuk elektronik
3 Judul Skripsi Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat
Nasabah Bank Syariah Mandiri Terhadap Penggunaan
E-Money
Identitas Imam Anendro, Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016
Kesimpulan Dari hasil uji regresi menjelaskan bahwa secara simultan
terdapat pengaruh signifikan antara variabel persepsi
kemudahan penggunaan, persepsi kemanfaatan, harga, fitur
layanan dan promosi terhadap minat nasabah Bank Syariah
Mandiri KC Yogyakarta dalam menggunakan e-money.
Pembeda Pada skripsi ini menitikberatkan penelitian pada masalah
faktor-faktor yang mempengaruhi minat nasabah bank
syariah mandiri terhadap penggunaan e-money. Sedangkan
penelitian penulis membahas masalah tinjauan syariah pada
produk tersebut
4 Judul Skripsi Analisis Co-Branding Pada Produk Dakta Card
Kerjasama Bank Syariah Mandiri Dan PT Nada
Komunikasi Utama (Radio Dakta FM) Bekasi
Identitas Inayatullah, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Jakarta, 2012
13
Kesimpulan Segala bentuk keuntungan yang diperoleh dari kerjasama
co-branding Dakta Card antara bank syariah mandiri dengan
PT Radio Nada Komunikasi Utama baik dalam bentuk value
maupun brand equity adalah diperbolehkan dan tidak
dilarang selama ada aqad dan perjanjian di awal dan adanya
keikhlasan dan kerelaan. Hal tersebut berdasarkan pada QS.
An-Nisa: 29 dan QS. Al-Baqarah: 198. Co-Branding antara
PT Radio Nada Komunikasi Utama dan Bank Syariah
Mandiri berpengaruh terhadap penggunaan Dakta Card. Hal
ini dapat dilihat pada tujuan pengguna memiliki Dakta Card
untuk membantu pemberdayaan ekonomi umat yaitu sebesar
40% (1402 orang), tidak hanya memanfaatkan Dakta Card
sebagai ATM, Kartu diskon, serta Kartu Anggota Rekan
Dakta saja.
Pembeda Pada skripsi ini berfokus pada analisis kerjasama BSM
dengan Radio Dakta pada produk co-branding kartu Dakta
Card yang dapat berfungsi sebagai kartu anggota dakta
maupun dapat digunakan sebagai kartu ATM Bank Syariah
Mandiri dalam aspek pemasaran maupun prinsip
syariahnya. Sedangkan penelitian penulis berfokus pada
tinjauan prinsip syariah dalam produk E-Money yang
merupakan co-branding dari Bank Mandiri Konvensional.
14
5 Judul Pengaruh Transaksi Pembayaran Menggunakan
Kliring, Rtgs, Kartu Kredit, Atm/Debet Dan Uang
Elektronik (E-money) Terhadap Permintaan Uang
Kartal Di Indonesia
Identitas Danang Priyo Aji Wicaksono, Mahasiswa Fakultas
Ekonomi Dan Binis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012
Kesimpulan Transaksi pembayaran menggunakan kliring terhadap
permintaan uang kartal di Indonesia tidak berpengaruh
signifikan dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Transaksi pembayaran menggunakan RTGS terhadap
permintaan uang kartal di Indonesia tidak berpengaruh
dalam jangka pendek, tapi berpengaruh dalam jangka
panjang. Transaksi pembayaran menggunakan kartu kredit
terhadap permintaan uang kartal di Indonesia berpengaruh
dalam jangka pendek dan jangka panjang. Transaksi
pembayaran menggunakan ATM/debet terhadap permintaan
uang kartal di Indonesia berpengaruh dalam jangka pendek
dan jangka panjang. Transaksi pembayaran menggunakan
uang elektronik (e-money) terhadap permintaan uang kartal
di Indonesia tidak berpengaruh dalam jangka pendek
15
Pembeda Studi ini memfokuskan penelitian pada pengaruh transaksi
lewat kliring, RTGS, ATM/Debet, dan Uang elektronik (e-
money) terhadap permintaan uang kartal Indonesia. Metode
yang digunakan adalah kuantitatif berdasarkan pada data
publikasi Bank Indonesia. Sedangkan penelitian penulis
berfokus pada masalah aspek kesyariahan dari suatu produk
uang elektronik yang menggunakan data lapangan.
F. Metode Penelitian
Dalam rangka mendukung kajian ini, untuk mempelajari suatu masalah dan
menemukan prinsip-prinsip umum dengan menggunakan metode yang obyektif,12
untuk mengungkap fenomena dan menjawab rumusan masalah yang telah diuraikan
maka penulis akan menguraikan metodologi penelitian yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini yaitu:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif dengan
menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan
suatu gejala data-data dan informasi yang berdasarkan fakta yang diperoleh
di lapangan.13 Memaparkan data-data yang di dapat di lapangan kemudian
12 Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Remaja
Rusdakarya, 1995), h. 55 13 Irawan Soehartono, Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1995) cet.
Ke-1 h. 35
16
menganalisisnya lewat kajian kepustakaan untuk memaparkan kesimpulan
dari temuan.
Prosedur penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis dari obyek pengamatan tanpa menggunakan angka-angka. Dengan
metode ini penulis mengumpulkan dan memaparkan data yang diperoleh
dengan melakukan penelitian lapangan (Field Research)
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan empiris, yaitu subyek kajian
dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan14. Hasil dari
pengamatan di analisis melalui literatur fiqh muamalah terkait dengan
penelitian yang penulis lakukan.
3. Sumber Data
Secara garis besar data dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer diambil dengan melakukan observasi terlibat dan
wawancara dengan pengurus di kantor pusat PT Bank Syariah Mandiri
yang bertanggung jawab pada produk BSM E-Money.
b. Data Sekunder didapatkan dari berbagai literatur maupun berbagai
informasi yang terkait dengan penelitian yang penulis lakukan melalui
buku, majalah, jurnal, surat kabar, artikel, media internet maupun data-
data yang dikeluarkan oleh PT Bank Syariah Mandiri Tbk.
14 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Grafindo, 2004), Cet Keenam
Belas, h. 76
17
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, kajian ini
dilakukan dengan cara:
a. Riset Kepustakaan, riset ini dimaksudkan untuk mendapatkan acuan
teori dalam melengkapi data yang ada. Dengan cara membaca buku-
buku, mempelajari literature dan catatan, yang sesuai dengan masalah
yang dibahas, agar yang diperoleh benar-benar memiliki landasan teori
dan acuan yang jelas.
b. Riset lapangan, ini dimaksudkan untuk mendapatkan data primer
penelitian sebagai teknik pengumpulan data utama dalam hasil
penelitian kelak yaitu dengan melakukan observasi terlibat dengan cara
menjadi pengguna produk uang elektronik tersebut dan melakukan
transaksi langsung sebagaimana yang dilakukan masyarakat serta
melakukan wawancara dengan pejabat yang berwenang untuk
memperoleh data yang benar-benar akurat dapat dipertanggung-
jawabkan kebenarannya.
c. Studi Dokumentasi yakni mencari data-data pendukung mengenai hal-
hal atau variabel yang telah dipublikasi baik oleh perusahaan terkait
maupun sumber lain yaitu berupa catatan, transkrip, buku, laporan
tahunan perusahaan, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda, dan
sebagainya.
5. Metode Analisa Data
18
Dalam mengolah dan menganalisa data, penulis menggunakan metode
content analysis (analisis isi). Content Analysis is a research technique for
making replicable and valid inferences from texts (or other meaningful
matter) to the context of their use15, yang berarti analisis konten adalah
teknik riset untuk membuat kesimpulan valid yang dapat ditiru dari teks
(atau hal-hal yang berarti lainnya) kepada konteks penggunaannya. Hal ini
berarti analisis konten adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-
inferensi yang dapat ditiru (replicable)16. Pada dasarnya merupakan suatu
teknik sistematik untuk menganalisis isi pesan, atau suatu alat untuk
mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari
komunikator yang dipilih17.
6. Teknik Pengolahan Data
Setelah penulis memperoleh data, selanjutnya diadakan penganalisaan
sekaligus sebagai pembahasan. Data yang diperoleh baik dari studi
kepustakaan maupun dari penelitian lapangan dianalisis secara deskriptif-
kualitatif. Analisis deskriptif-kualitatif adalah metode analis data yang
mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian
lapangan menurut kualitas dan kebenarannya, kemudian dihubungkan
dengan teori–teori, asas–asas, dan kaidah–kaidah hukum yang diperoleh
15 Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introduction to Its Methodology , 2nd Ed.
(London: Sage Publication, 2004), h. 18 16 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004),
h.173 17 Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan,
h.126
19
dari studi kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang
dirumuskan.18
G. Kerangka Teori dan Konseptual
1. Kerangka Teori
Untuk memudahkan penulis ada beberapa yang harus penulis jelaskan
mengenai prinsip syariah, Uang Elektronik, dan Produk E-Money Bank
Syariah Mandiri.
a. Prinsip Syariah
Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan muamalah
(interaksi sesama manusia) yang mendorong kepada hal-hal kebaikan
(ma’ruf) dan mencegah dari hal-hal buruk yang diharamkan oleh
syariah (munkar). Sedangkan menurut UU No 21 Tahun 2008 tentang
perbankan syariah prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam
kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga
yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
Secara umum prinsip syariah terbagi menjadi 2 yaitu prinsip syariah
dalam hal ibadah dan prinsip syariah dalam bidang muamalah (interaksi
antara manusia). Prinsip syariah dalam bidang muamalah adalah:
18 Sedermayati & Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung: CV. Mandar Maju,
2002) h.23
20
Maksud prinsip ini adalah bahwa dalam setiap muamalah dan transaksi,
pada dasarnya boleh, seperti jual beli, sewa menyewa, gadai, kerja
sama (mudharabah dan Musyarakah), perwakilan, dan lain-lain.
Kecuali yang tegas-tegas diharamkan seperti mengakibatkan
kemudaratan, tipuan, judi, dan riba.19
b. Uang Elektronik
Uang Elektronik adalah alat pembayaran yang diterbitkan atas dasar
nilai uang yang disetor dahulu oleh pemegang kepada penerbit, yang
tersimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip,
dan nilai uang tersebut bukan merupakan simpanan serta digunakan
sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan
penerbit uang elektronik tersebut.
c. Produk E-Money BSM adalah kartu prabayar berbasis smart card yang
diterbitkan oleh Bank Mandiri bekerjasama dengan BSM.20 Sedangkan
dalam media informasi lain, kartu BSM e-Money adalah kartu prabayar
multifungsi yang diterbitkan oleh Bank Mandiri bekerjasama dengan
Bank Syariah Mandiri sebagai pengganti uang tunai untuk transaksi
pembayaran di merchant yang telah bekerjasama.21 Pada dasarnya
19 A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fiqih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-Masalah yang Praktis, (Jakarta: Kencana, 2006), Ed.1, cet.1. h. 128-137 20 Diakses dari https://www.syariahmandiri.co.id/category/layanan-24-jam/bsm-e-money/
pada 17 September 2016 21 Buku Panduan E-Money Bank Syariah Mandiri, Pengertian Kartu BSM e-Money, h.1
21
operasional E-Money Bank Syariah Mandiri berjalan sesuai dengan
Peraturan Bank Indonesia tentang Uang Elektronik, namun karena
produk keuangan ini dikeluarkan oleh lembaga keuangan syariah, tentu
saja menuntut kehati-hatian agar tidak bersentuhan dengan hal-hal yang
diharamkan syariah, seperti riba, gharar, dan maysir baik pada
produknya, maupun mekanismenya.
2. Kerangka Konseptual
Uang Elekronik
BSM E-Money
Tinjauan Prinsip Syariah
menurut Fiqh muamalat
Transaksi Akad Mekanisme Pengelolaan / Manajerial
Studi Literatur Fiqh Muamalat
Adakah permasalahan prinsip
syariah dalam produk?
Ya Tidak
22
H. Pedoman Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan
Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, Univesitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, tahun 2012 ”.
I. Sistematika Penulisan
Penulisan disusun secara sistematis menjadi lima bab yang terdiri dari sub-sub
bab dengan rincian sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, review studi terdahulu, metode
penelitian, kerangka teori dan konseptual, pedoman dan sistematika
penulisan.
2. Bab II Tinjauan Teoritis
Pembahasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan konsep uang
elektronik, menyangkut definisi uang elektronik, manfaat uang elektronik,
bentuk uang elektronik, perbedaan uang elektronik dengan alat pembayaran
menggunakan kartu lainnya, akad-akad fiqh muamalah yang mungkin
diterapkan dalam uang elektronik dan prinsip syariah umum yang berkaitan
dengan aktivitas muamalah
3. Bab III Gambaran tentang Produk E-Money Bank Syariah Mandiri
Bab ini menguraikan tentang obyek penelitian secara komprehensif
diantaranya, pengertian produk, sejarah dan tujuan terciptanya produk E-
Money BSM, jenis produk sesuai dengan PBI dan SEBI tentang uang
23
elektronik, sistem operasional, mekanisme, dan alur transaksi serta
keuntungan yang di dapat Bank Syariah Mandiri dari produk ini.
4. Bab IV Analisis Kesesuaian Produk dengan Aspek Syariah
Bab ini menganalisis secara rinci temuan-temuan lapangan untuk dapat
mengidentifikasi kesesuaian praktik produk tersebut dengan aspek syariah.
Diantaranya adalah analisis akad produk, analisis manajerial, analisis
transaksi dan analisis alur/mekanisme produk.
5. Bab V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan kajian dan saran
24
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Uang Elektonik
1. Definisi Uang Elektronik
Bank for International Settlement (BIS) dalam salah satu
publikasinya pada bulan Oktober 1996 mendefinisikan uang elektronik
sebagai stored-value or prepaid products in which a record of the funds or
value available to a consumer is stored on an electronic device in the
consumer’s possession.1
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 11/12/PBI/2009 Tentang
Uang Elekronik, Uang Elektronik adalah alat pembayaran yang diterbitkan
atas dasar nilai uang yang disetor dahulu oleh pemegang kepada penerbit,
yang tersimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau
chip, dan nilai uang tersebut bukan merupakan simpanan serta digunakan
sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan
penerbit uang elektronik tersebut.
2. Manfaat Uang Elektonik
Dalam perkembangan dunia teknologi yang semakin canggih uang
elektronik semakin dibutuhkan oleh masyarakat. Terdapat beberapa
manfaat dari penggunaan uang elektonik diantaranya adalah:
1 Bank For International Settelments, Implications For Central Bank Of The Development Of
Electronic Money, (Basel: BIS, 1996), h. 1
25
a. Penggunaan dalam pembayaran sangat mudah, cukup tempelkan kartu
maupun transaksi secara mobile untuk bertransaksi tanpa repot akan
uang kembalian
b. Dapat meminimalkan penggunaan uang kertas sehingga memimalisir
kerusakan fisik uang yang beredar, meminimalisir peredaran uang
palsu, dan menimalisir resiko pencurian.
c. Sangat baik untuk pembayaran massal yang bernilai kecil namun
frekuensinya tinggi seperti pembayaran jalan tol, parkir, transportasi
dll.
3. Bentuk Uang Elektronik
a. Berdasarkan media penyimpanannya, saat ini Uang Elektronik
dibedakan atas dua jenis yaitu2:
1) Uang Elektronik yang Nilai Uang Elektroniknya selain dicatat
pada media elektronik yang dikelola oleh Penerbit juga dicatat
pada media elektronik yang dikelola oleh Pemegang. Media
elektronik yang dikelola oleh Pemegang dapat berupa chip yang
tersimpan pada kartu, stiker, atau harddisk yang terdapat pada
personal computer milik Pemegang. Dengan sistem pencatatan
seperti ini, maka transaksi pembayaran dengan menggunakan
Uang Elektronik dapat dilakukan secara off-line dengan
mengurangi secara langsung Nilai Uang
2 Penjelasan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009, Tentang Uang Elektronik,
h. 1-2
26
2) Uang Elektronik yang Nilai Uang Elektroniknya hanya dicatat
pada media elektronik yang dikelola oleh Penerbit. Dalam hal ini
Pemegang diberi hak akses oleh Penerbit terhadap penggunaan
Nilai Uang Elektronik tersebut. Dengan sistem pencatatan seperti
ini, maka transaksi pembayaran dengan menggunakan Uang
Elektronik ini hanya dapat dilakukan secara on-line dimana Nilai
Uang Elektronik yang tercatat pada media elektronik yang
dikelola Penerbit akan berkurang secara langsung
b. Berdasarkan Masa Berlaku Media Uang Elektronik
Berdasarkan masa berlaku medianya, uang elektronik dibedakan
kedalam dua bentuk:
1) Reloadable
Uang elektronik dengan bentuk reloadable adalah uang
elektronik yang dapat di lakukan pengisian ulang, dengan kata
lain, apabila masa berlakunya sudah habis dan atau nilai uang
elektroniknya sudah habis terpakai, maka media uang elektronik
tersebut dapat digunakan kembali untuk di lakukan pengisian
ulang
2) Disposable
Uang elektronik dengan bentuk disposable adalah uang
elektronik yang tidak dapat diisi ulang, apabila masa berlakunya
sudah habis dan/atau nilai uang elektroniknya sudah habis
27
terpakai, maka media uang elektronik tersebut tidak dapat
digunakan kembali untuk dilakukan pengisian ulang
c. Berdasarkan Jangkauan Penggunaannya
Berdasarkan hal tersebut, uang elektronik dibedakan menjadi:
1) Single Purpose
Single-purpose adalah uang elektronik yang digunakan untuk
melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari satu
jenis transaksi ekonomi, misalnya uang elektronik yang hanya
dapat digunakan untuk pembayaran tol atau uang elektronik yang
hanya dapat digunakan untuk pembayaran transportasi umum3.
2) Multi Purpose
Multi-purpose adalah uang elektronik yang digunakan untuk
melakukan berbagai pembayaran atas kewajiban pemegang kartu
terhadap berbagai hal yang dilakukannya. Contohnya yaitu suatu
uang elektronik yang dapat digunakan dalam beberapa jenis
transaksi seperti penggunaan uang elektronik untuk pembayaran
tol, dapat juga digunakan untuk membayar telepon, jasa
transportasi, pembayaran pada minimarket dan lain-lain cukup
menggunakan satu kartu.
d. Berdasarkan Pencatatan Data Identitas Pemegang, Uang Elektronik
dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
3 Veithal Rivai, Dkk, Bank And Financial Institution Management, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001), h. 1367
28
1) Uang Elektronik yang data identitas Pemegangnya terdaftar dan
tercatat pada Penerbit (registered); dan
2) Uang Elektronik yang data identitas Pemegangnya tidak terdaftar
dan tidak tercatat pada Penerbit (unregistered).
B. Akad-Akad Pada Uang Elektronik
Lafal akad berasal dari bahasa arab yaitu al-‘aqd yang secara etimologi
berarti perikatan, perjanjian, dan permufakatan4. Secara terminologi, Akad
Syariah adalah perjanjian atau kontrak tertulis antara para pihak yang memuat
hak dan kewajiban masing-masing pihak yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah. Terdapat beberapa akad yang berhubungan dengan mekanisme
uang elektronik. Diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Akad Jual Beli (al-ba’y)
Akad jual beli adalah akad tukar menukar harta dengan harta lain
melalui tata cara yang telah ditentukan oleh syariat. Dalam Fatwa DSN
MUI NO: 82/DSN-MUI/VIII/2011, Akad jual beli juga didefinisikan
sebagai pertukaran harta dengan harta yang menjadi sebab
berpindahnya kepemilikan obyek jual beli.
Akad jual beli dalam kegiatan uang elektronik terjadi ketika nilai
uang elektronik (wahdat al-illiktruniyat) yang tersimpan dalam media
penyimpanan, baik berupa server atau chip yang dimiliki oleh penerbit
4 Azharuddin Lathif, Kontrak Bisnis Syariah, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 26
29
dijual kepada calon pemegang dengan sejumlah uang senilai uang yang
tersimpan dalam media uang elektronik5.
2. Akad Wadiah
Akad wadiah adalah akad yang berupa penitipan barang/harta
kepada orang lain yang dapat dipercaya untuk memelihara dan
menjaganya. Wadiah dalam uang elektronik terjadi ketika calon
pemegang uang elektronik menyerahkan sejumlah uang kepada
Penerbit dengan maksud menitipkan dan selanjutnya sejumlah uang
tersebut dikonversikan menjadi sebuah nilai uang elektronik senilai
uang yang diserahkan. Selanjutnya Penerbit wajib memelihara dan
menjaga sejumlah uang tersebut dan menyerahkannya kepada
pemegang saat diminta atau diambil atau untuk pembayaran kepada
pedagang (Merchant). Apabila menggunakan akad wadiah, maka harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Bersifat titipan
2) Titipan bisa diambil/ditarik/digunakan kapan saja
3) Penerbit dapat menginvestasikan uang titipan dengan terlebih dahulu
meminta izin kepada Pemegang
4) Dalam hal uang titipan digunakan penerbit dan mengalami resiko
kerugian, maka penerbit bertanggungjawab secara penuh
5 Kajian Bersama Uang Elektronik Ditinjau Dari Kesesuaian Prinsip-Prinsip Syariah, (Jakarta:
Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional, 2016), h. 61
30
5) Otoritas dapat menjamin atau tidak menjamin dana pemegang uang
elektronik yang dititipkan di Penerbit
3. Akad Sharf
a. Pengertian
Secara bahasa sharf berarti tambahan, penukaran,
penghindaran atau transaksi jual beli6. Secara istilah, sharf adalah
bentuk jual beli naqdain baik sejenis maupun tidak yaitu jual beli
emas dengan emas, perak dengan perak, atau emas dengan perak dan
baik telah berbentuk perhiasan maupun mata uang. Jadi sharf dalam
istilah fiqh muamalah kontemporer adalah transaksi jual beli mata
uang baik antar mata uang sejenis maupun antar mata uang berlainan
jenis7.
Akad sharf dapat dianalogikan (Qiyas) dengan uang elektronik
karena terdapat beberapa kesamaan karakteristiknya. Beberapa
kesamaan dan kondisi itu diantaranya:
Tabel 2.1
Kesamaan Karakteristik Akad Sharf dengan Uang Elektronik
No Karakteristik Sharf Karakteristik Uang Elektonik
1 Serah terima sebelum
berpisah
Pada uang elektronik
pemegang kartu membeli fisik
uang elektronik maupun
6 Sutan Remy Sjahdiyni, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan
Indonesia (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999), h. 87 7 Fatwa DSN-MUI No 28/DSN-MUI/III/2002 Tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf). h. 1
31
mengisi saldonya dengan cara
menyerahkan uang dan
menerima fisik kartu yang
telah terisi ulang secara
langsung tanpa berpisah
terlebih dahulu
2 Adanya kesamaan ukuran
(At-tamatsul)
Pada pengisian uang
elekronik, jumlah uang yang
disetorkan untuk mengisi
ulang saldo sama dengan
jumlah saldo yang terisi
3 Terbebas dari khiyar syarat Dalam transaksi uang
elektronik tidak terdapat
Khiyar Syarat, pada saat
transaksi dilakukan, ketika
masing-masing pihak telah
menunaikan kewajiban dan
mendapatkan haknya, maka
transaksi telah selesai.
4 Dilakukan secara kontan (at-
taqabuth)
Pada uang elekronik,
pembelian kartu, pengisian
saldo, maupun pembayaran
kepada merchant dilakukan
32
secara tunai tanpa adanya
penundaan pembayaran
Dalam fatwa DSN-MUI nomor 28 tahun 2002 tentang akad sharf,
hanya dihalalkan melalui mekanisme spot atau penyerahaan uang dengan
uang dilakukan secara tunai, sedangkan mekanisme forward, swap dan
option tidak diperbolehkan menurut syariah. Uang bukanlah obyek yang
bisa diperdagangkan untuk dapat menghasilkan keuntungan. Oleh karena
itu, jika uang dipertukarkan dengan uang pula yang merupakan bagian
dari industri keuangan, maka perintah Islam dalam perdagangan barang
ribawi diterapkan, yaitu harus dalam jumlah yang sama dan diserahkan
pada saat itu juga.8
4. Akad Ijarah
Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005, Tentang
Akad Penghimpunan Dan Penyaluran Dana Bagi Bank Yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Ijarah,
akad ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau
upah mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa atau imbalan jasa. Menurut fatwa DSN MUI No: 09/DSN-
MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah, Akad ijarah yaitu akad
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu
8 Mohd Noor Omar, dkk, “E-Money in Malaysia: Shariah and Economic Analysis”, Working
Paper In Islamic Economic And Finance, No. 1224 (Juli 2012), h.6.
33
dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri.
Pada konteks uang elektronik, Akad Ijarah digunakan dalam hal
terdapat transaksi sewa menyewa atas perlengkapan/peralatan dan atau
terdapat pelayanan jasa dalam penyelenggaraan uang elektronik. Akad
ijarah juga dapat dipakai dalam pembayaran upah menyangkut biaya
registrasi maupun kepesertaan merchant (pedagang) kepada penerbit,
maupun biaya isi ulang uang elektronik di luar nominal pengisian saldo
utama. Apabila menggunakan akad ijarah harus memenuhi tentuan
dalam fatwa sebagai berikut:
1. Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.
2. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan
dalam kontrak.
3. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak
diharamkan).
4. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk
menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan
sengketa.
5. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka
waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.
6. Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah
kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat
dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah
dalam Ijarah.
34
5. Akad Wakalah
Secara bahasa wakaalah adalah melindungi. Menurut ulama
Mazhab Syafi’i mengatakan bahwa wakaalah adalah penyerahan
kewenangan terhadap sesuatu yang boleh dilakukan sendiri dan bisa
diwakilkan kepada orang lain, untuk dilakukan oleh wakil tersebut
selama pemilik kewenangan asli masih hidup9. Menurut Fatwa DSN
MUI No. 10 tahun 2000, akad wakalah yaitu pelimpahan kekuasaan oleh
suatu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakili.
Akad Wakalah digunakan dalam hal penerbit bekerjasama
dengan pihak lain sebagai agen penerbit (Co-Branding) dan/atau terdapat
bentuk perwakilan lain dalam transaksi uang elektronik. Akad wakalah
juga diterapkan dalam pembayaran kepada merchant (pedagang) dimana
penerbit dapat mewakili pemegang kartu dalam membayar transaksinya
maupun sebaliknya tergantung pada jenis uang elekronik yang
diterbitkan. Apabila menggunakan akad ini maka harus memenuhi
ketentuan berikut:
1) Ijab Qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad) perwakilan ini
2) Bersifat mengikat dan tidak dapat dibatalkan sepihak
3) Orang yang mewakilkan (muwakkil) adalah pemilik sah dari sesuatu
yang diwakilkan
9 Mughnil Al-Muhtaaj, Vol. II, H. 217, Dalam Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu,
penerjemah Abdul hayyie Al-Kaffaani dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2011), Cet. X, Jilid 5, H. 590-
591
35
4) Muwakkil harus orang mukallaf atau anak mumayyiz
5) Orang yang mewakili (wakil) harus cakap hukum, dapat
mengerjakan tugasnya, dan amanah dalam bertugas
6) Hal-hal yang diwakilkan harus diketahui dengan jelas oleh orang
yang mewakili, tidak bertentangan dengan syariah Islam, dan dapat
diwakilkan menurut syariah Islam
6. Akad Qardh
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI NO: 19/DSN-
MUI/IV/2001, Akad Qardh yakni suatu akad pinjaman kepada nasabah
dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang
diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan
nasabah. Akad Qardh dapat digunakan dalam hubungan hukum antara
penerbit dengan memegang uang elektonik. Apabila menggunakan akad
Qard, maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Bersifat hutang-piutang
2) Penerbit dapat menggunakan (menginvestasikan) uang hutang dari
Pemegang Uang Elektronik
3) Penerbit dapat mengembalikan jumlah pokok piutang Pemegang
Uang Elektronik kapan saja sesuai kesepakatan
4) Ototitas boleh membatasi penerbit dalam penggunakaan dana hutang
dalam pertimbangan maslahah.
36
C. Prinsip Syariah Umum dalam Bidang Muamalah
Prinsip syariah pada dasarnya terbagi menjadi 2, yaitu kaidah prinsip
syariah dalam bidang ibadah, maupun prinsip syariah dalam bidang
muamalah. Prinsip syariah muamalah merupakan suatu prinsip hukum
Islam dalam kegiatan muamalah (interaksi sesama manusia) yang didasari
pada Al-Quran dan As-Sunnah. Menurut UU No 21 Tahun 2008 tentang
perbankan syariah, prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam
kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang
memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Secara
umum, prinsip syariah dalam bidang muamalah mengikuti kaidah fiqh
berikut ini:
Kaidah fiqh ini memiliki arti “Pada dasarnya dalam (segala) kegiatan
muamalah (interaksi sesama manusia) adalah diperbolehkan kecuali
terdapat dalil yang mengharamkannya”
Dalam kegiatan muamalah dalam konteks ekonomi, terdapat
larangan-larangan yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits yang
membatasi kegiatan ekonomi. Semua yang terlarang dalam Al-Quran dan
Hadits semata-mata untuk melindungi manusia dari hal-hal yang
merugikan. Suatu perilaku individu muslim dalam setiap aktivitas ekonomi
syariahnya harus sesuai dengan tuntutan syariat Islam dalam rangka
37
mewujudkan dan menjaga maqashid syariah (agama, jiwa, akal, nasab dan
harta)10.
Penulis melakukan pembatasan bahasan agar tidak terlalu umum dan
lebih fokus. Transaksi pada kegiatan muamalah dikatakan halal setidaknya
jika tidak memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Maysir (Judi)
Maysir atau qimar secara harfiah bermakna judi. Secara teknis
adalah setiap permainan yang didalamnya disyaratkan adanya sesuatu
(berupa materi) yang diambil dari pihak yang kalah untuk pihak yang
menang11. Dalam peraturan bank Indonesia No 7/46/PBI/2005, maysir
adalah transaksi yang mengandung perjudian, untung-untungan atau
spekulatif yang tinggi. Untuk bisa dikategorikan sebagai judi harus ada
3 unsur yang dipenuhi:
a. Adanya taruhan harta atau materi yang berasal dari kedua pihak
yang berjudi.
b. Adanya suatu permainan yang digunakan untuk menentukan
pemenang dan yang kalah.
10 Nur Rianto Al Arif & Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan Ekonomi
Islam Dan Ekonomi Konvensional (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), h. 43 11 Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, (Solo: Era Adicitra Intermedia, 2011), h.
108
38
c. Pihak yang menang mengambil harta (sebagian atau seluruhnya)
yang menjadi taruhan, sedangkan pihak yang kalah kehilangan
hartanya.
Dalam konteks ekonomi, maysir atau judi juga berarti spekulasi,
maupun untung-untungan. Dalam Al-Quran larangan Maysir (judi)
terdapat pada Surah Al-Maidah ayat 90.
2. Riba
Riba secara bahasa berarti tambahan (ziyadah). Dalam istilah syara riba
didefinisikan sebagai tambahan pada barang-barang tertentu12. Riba
diharamkan dalam Al-Quran, hadits maupun Ijma. Di zaman Nabi
SAW, pengharaman riba dilakukan secara berangsur-angsur meliputi 4
tahap. Diantaranya adalah surat Ar-Ruum ayat 39, lalu tahap berikutnya
surat An-Nisa ayat 160-161, tahap berikutnya surat Ali-Imran ayat 130,
dan tahap akhir yaitu surat Al-Baqarah ayat 275-279:
... بوا م ٱلر ٱلبيع وحر ....وأحل ٱلل
Artinya: .... Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba...
(QS. Al-Baqarah (2): 275)
Menurut jumhur ulama, riba ada dua macam yaitu riba fadhl, dan
riba nasiah13. Para fuqaha Hanafiyah mengartikan riba fadhl sebagai
12 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam wa adillatuhu, Penerjemah Abdul hayyie Al-Kaffaani dkk
(Jakarta: Gema Insani, 2011), Cet. X, Jilid 5, h. 307 13 Al-Badaa’i vol. V, h.. 274; Bidaayatul Mujtahid, vol. II, h. 129; Haasyiyah ad-daasuuqii,
Vol. III, h. 47; al-mughni vol IV, h. 1; I’laamul muwaqqi’iin, vol. I, H. 135 dalam Wahbah Az-
Zuhaili, Fiqh Islam wa adillatuhu, Penerjemah Abdul hayyie Al-Kaffaani dkk (Jakarta: Gema
Insani, 2011), Cet. X, Jilid 5, h. 308-311
39
tambahan pada harta dalam akad jual beli sesuai ukuran syariat (yaitu
takaran dan timbangan) jika barang yang ditukar sama14. Riba fadhl juga
didefinisikan sebagai jual beli barang ribawi dengan barang ribawi
serupa dengan tambahan pada salah satunya. Sedangkan riba nasiah
adalah Riba yang muncul karena adanya penangguhan penyerahan
barang ribawi yang ditukarkan dengan barang ribawi sejenis sehingga
karena penangguhan tersebut menimbulkan tambahan/perubahan.
3. Gharar
Gharar menurut bahasa berarti Al-Khathru (bahaya atau risiko)15.
Menurut terminologi, bay’ al-gharar adalah setiap akad jual beli yang
mengandung risiko atau bahaya kepada salah satu pihak sehingga
berpotensi mendatangkan kerugian finansial. Hal ini dikarenakan
adanya keraguan dalam obyek yang akad tersebut karena
ketidakjelasannya.
Para ulama dalam mendefinisikan gharar tersebut setidaknya dalam
tiga makna, yaitu:16
a. Gharar berhubungan dengan ketidakjelasan (jahalah) barang yang
diperjualbelikan
b. Gharar berhubungan dengan adanya keragu-raguan
14 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam wa adillatuhu, Penerjemah Abdul Hayyie Al-Kaffaani dkk
(Jakarta: Gema Insani, 2011), Cet. X, Jilid 5, h. 308-309 15 Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2015), h. 101 16 Yasin Ahmad Ibrahim, Nazhariyyah Al-Gharar Fi Syariah Al-Islamiyyah (dirasah
muqaranah), h.71
40
c. Gharar berhubungan dengan sesuatu yang tersembunyi akibatnya.
Pada dasarnya gharar ini merupakan hal yang harus dihindari dalam
jual beli maupun bermuamalah pada umumnya karena menimbulkan
ketidakjelasan antara satu pihak yang tidak mengetahui apa yang
tersembunyi baik obyek, maupun akibatnya.
4. Haram
Diantara syarat sahnya jual beli menurut para ulama adalah harta
yang perjualbelikan berupa harta yang bisa dimanfaatkan menurut
syara17. Selain itu, harta yang diperjualbelikan tidak boleh merupakan
barang yang haram yang dilarang secara syara untuk diperjualbelikan.
Transaksi atau obyek barang yang haram dibedakan menjadi 2 yaitu
haram lidzalitihi (haram karena zatnya) dan haram lighairihi (haram
karena sebab lain)
a. Haram Lidzaliti
Haram lidzatihi adalah obyek akad yang haram karena
zatnya berdiri sendiri tanpa sebab lain. Hal ini karena obyek barang
tersebut dilarang secara tegas dalam Al-Quran. Contohnya adalah
jual beli bangkai (kecuali ikan dan makhluk hidup dilautan), jual beli
arak/minuman keras, jual beli darah, jual beli babi dan lain lain.
b. Haram Lighairihi
17 Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2015), h. 146
41
Haram lighairihi adalah jual beli yang dilarang yang
mafsadatnya (kerusakannya) tidak berdiri sendiri, melainkan karena
sebab yang lainnya18. Contohnya jual beli di dalam masjid, jual beli
Kitab Al-Quran kepada orang kafir dan lain lain
Haram yang dimaksudkan adalah dalam metode pembayaran
yang digunakan oleh lembaga keuangan syariah, jangan sampai
dapat memfasilitasi pembelian barang-barang yang terlarang secara
syariat tersebut.
5. Tadlis
Tadlis adalah penipuan yang terjadi karena ketimpangan
informasi tentang barang yang diperjualbelikan19. Hal ini juga
terlarang dalam syariat karena dapat merugikan suatu pihak. Tadlis
dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:
a. Tadlis Kuantitas
Yaitu penipuan karena menjual barang dengan kuantitas sedikit
dengan harga harang kuantitas banyak.
b. Tadlis Kualitas
Yaitu menyembunyikan cacat atau kualitas barang yang buruk
yang tidak sesuai dengan apa yang disepakati oleh penjual dan
pembeli.
18 Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2015), h. 195 19 M Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan Ekonomi
Islam Dan Ekonomi Konvensional, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), h. 286
42
c. Tadlis Harga
Yaitu menjual barang lebih tinggi atau lebih rendah dari harga
pasar karena ketidaktahuan pembeli atau penjual, dalam istilah fiqh
disebut ghaban
d. Tadlis waktu penyerahan
Yaitu penipuan yang dilakukan dengan menawarkan waktu
penyerahan yang cepat namun penjual tidak dapat
melaksanakannya pada waktunya
43
BAB III
GAMBARAN UMUM PRODUK E-MONEY BANK SYARIAH MANDIRI
A. Pengertian
Produk ini dinamakan Kartu BSM E-Money. Dari situs website resminya,
Kartu BSM E-Money didefinisikan yaitu kartu prabayar berbasis smart card yang
diterbitkan oleh Bank Mandiri bekerjasama dengan BSM1. Sedangkan dalam buku
panduan produk disebutkan bahwa, kartu BSM e-Money adalah kartu prabayar
multifungsi yang diterbitkan oleh Bank Mandiri bekerjasama dengan Bank Syariah
Mandiri sebagai pengganti uang tunai untuk transaksi pembayaran di merchant
yang telah bekerjasama2. Kartu E-Money Bank Syariah Mandiri adalah kartu yang
dibuat hasil kerjasama co-branding dengan bank mandiri sehingga penggunaan
kartu ini dapat digunakan di semua merchant yang telah bekerjasama dengan bank
Mandiri atau berlogo E-Money.
B. Sejarah dan Tujuan Pembuatan Produk
Sejak awalnya, produk ini dibuat untuk mensinergikan pemasaran produk
E-Money yang ada di Bank Mandiri dengan cara menggandeng Bank Syariah
Mandiri untuk dapat memperluas pemasaran dari segmen yang berbeda. Bank
Mandiri mulai menggandeng Bank Syariah Mandiri untuk memulai pemasaran
1 Diakses dari https://www.syariahmandiri.co.id/category/layanan-24-jam/bsm-e-money/
pada 17 September 2016 2 Buku Panduan E-Money Bank Syariah Mandiri, Pengertian Kartu BSM e-Money, h.1
44
pemasaran kartu e-money mulai pada tanggal 2 November 2014 yang bertepatan
dengan ulang tahun Bank Syariah Mandiri.
Ada beberapa tujuan dari peluncuran produk co-branding ini, diantaranya yaitu:3
1. Meningkatkan integrasi usaha antara Bank Mandiri dengan Bank Syariah
Mandiri dalam penetrasi pasar kartu prabayar E-Money
2. Meningkatkan potensi cross-selling antar bank
3. Memperluas segmentasi pasar Bank Mandiri
4. Meningkatkan layanan dan kenyamanan nasabah dalam bertransaksi
5. Memberikan fee base income (FBI) bagi kedua bank
Selain tujuan di atas, terdapat beberapa manfaat lain yang bisa didapatkan Bank
Syariah Mandiri diantaranya:
1. Akuisisi dan preferensi nasabah Bank Syariah Mandiri dalam bertransaksi
tanpa tunai
2. Meningkatkan Corporate Image Bank Syariah Mandiri sebagai Bank
Syariah yang berteknologi tinggi
3. Bank Syariah Mandiri menjadi dikenal mendukung Gerakan Nasional Non
Tunai (GNNT) oleh Bank Indonesia
4. Bank Syariah Mandiri dikenal pula mendukung dan berperan aktif dalam
Financial Inclution dalam Less Cash Society Dedicated.
3 Angga Anton, Paper Presentasi Produk Electronic Banking , (Jakarta: Electronic Banking
Group Bank Syariah Mandiri, 2017), h. 8
45
C. Jenis Produk E-Money Bank Syariah Mandiri Dalam Perpektif Tipe Uang
Elektronik4
A. Berdasarkan Media Penyimpanannya
Berdasarkan media penyimpanannya, E-Money Bank Syariah Mandiri
dikategorikan berjenis Uang Elektronik yang Nilai Uang Elektroniknya
selain dicatat pada media elektronik yang dikelola oleh Penerbit juga
dicatat pada media elektronik yang dikelola oleh Pemegang. Media
elektronik yang dikelola oleh Pemegang berupa chip yang tersimpan pada
kartu, stiker, atau harddisk yang terdapat pada personal computer milik
Pemegang. Dengan sistem pencatatan seperti ini, maka transaksi
pembayaran dengan menggunakan Uang Elektronik E-Money Bank Syariah
Mandiri dapat dilakukan secara off-line dengan mengurangi secara langsung
Nilai Uang. Produk E-Money bank syariah mandiri berbentuk sebuah kartu,
dimana kartu tersebut menjadi underlying transaction antara nasabah
dengan merchant yang memunculkan kewajiban pembayaran bagi penerbit
kepada merchant.
B. Berdasarkan Masa Berlaku Media Uang Elektronik
Berdasarkan Masa Berlaku Media Uang Elektronik, maka produk kartu e-
money bank syariah mandiri berjenis Reloadable yaitu uang elektronik yang
dapat dilakukan pengisian ulang. Dengan kata lain, apabila masa berlakunya
sudah habis dan atau nilai uang elektroniknya sudah habis terpakai, maka
4 Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/8/PBI/2014, Tentang Perubahan Atas Peraturan
Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektronik (Electronic Money), h. 5
46
media uang elektronik tersebut dapat digunakan kembali untuk dilakukan
pengisian ulang.
C. Berdasarkan Jangkauan Penggunaannya
Berdasarkan jangkauan penggunaannya, maka produk kartu e-money bank
syariah mandiri berjenis Multi-purpose yaitu uang elektronik yang
digunakan untuk melakukan berbagai pembayaran atas kewajiban
pemegang kartu terhadap berbagai hal yang dilakukannya. Produk E-money
Bank Syariah Mandiri dapat digunakan untuk melakukan pembayaran di
seluruh merchant yang telah bekerja sama dengan Bank Mandiri, seperti
untuk pembayaran tol, tiket Transjakarta, tiket Commuterline, pembayaran
parkir, belanja di Indomaret, Alfamart, Alfamidi, Lawson, Superindo dan
merchant-merchant lainnya yang berlogo E-Money.
D. Berdasarkan Data Identitas Pemegang
Berdasarkan data identitas pemegang, produk E-Money Bank Syariah
Mandiri dikategorikan yaitu Uang Elektronik yang data identitas
Pemegangnya tidak terdaftar dan tidak tercatat pada Penerbit
(unregistered). Hal ini dikarenakan produk kartu E-Money Bank Syariah
Mandiri ini dapat dimiliki oleh nasabah maupun non nasabah bank syariah
mandiri, dalam pembuatannya tidak dicetakkan buku tabungan, tidak
memerlukan tanda pengenal, tidak membutuhkan PIN dan tanda tangan
serta tidak dicatat dalam Customer Information File (CIF) bank
sebagaimana pembuatan tabungan maupun produk yang lain.
47
D. Mekanisme dan Alur Produk
Ada 3 mekanisme dalam produk ini yaitu mekanisme pembuatan dan
penerbitan kartu, mekanisme pengisian ulang (top-up), dan mekanisme pembayaran
yang menghubungkan nasabah, bank syariah mandiri, bank mandiri, dan pedagang
(merchant). Berikut akan dijelaskan mekanisme tersebut:5
1. Mekanisme Pembuatan dan Penerbitan Kartu
Produk ini baru akan dibuat jika Bank Syariah Mandiri meminta untuk
mencetakkan kartu tersebut kepada bank mandiri dalam jumlah yang masif.
Bank Syariah Mandiri memberikan desain kartu untuk dibuatkan oleh bank
mandiri dan Bank Syariah Mandiri pun membeli produk tersebut untuk
dijual kembali kepada nasabah dengan harga yang lebih. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat dari alur skema dibawah ini:
Gambar 3.1
Skema Penerbitan Kartu E-Money Bank Syariah Mandiri
Keterangan:
1. Bank Syariah Mandiri menerima permintaan pembuatan kartu E-
money dari Nasabah
5 Wawancara pribadi dengan Angga Anton Gunawan, Jakarta 30 Maret 2017
Bank Syariah
Mandiri Bank Mandiri Nasabah
4 3
1 2
48
2. Bank Syariah Mandiri meminta kepada Bank Mandiri untuk
menerbitkan kartu E-Money Bank Syariah Mandiri sejumlah
permintaan tertentu, sekaligus memberikan desain tampilan kartu
3. Bank Mandiri mencetakkan kartu yang telah dipesan BSM sesuai
dengan jumlah dan desainnya
4. Nasabah mendapatkan kartu E-Money Bank Syariah Mandiri
Skema diatas menerangkan secara fisik, alur pembuatan suatu kartu
E-Money yang berlogo Bank Syariah Mandiri. Karena kartu E-Money Bank
Syariah Mandiri adalah kartu kerjama (co-branding) Bank Syariah Mandiri
dengan Bank Mandiri, sehingga walaupun tampilannya tertera logo Bank
Syariah Mandiri namun pada bagian belakang kartu tetap dicantumkan logo
Bank Mandiri sebagai penerbitnya.
Alur diatas adalah alur pembuatan kartu yang dilakukan pada counter
Bank Syariah Mandiri. Pada alur tersebut, tidak semua cabang bank syariah
mandiri dapat memasarkannya. Hanya ada beberapa cabang bank syariah
mandiri yang ditunjuk menjadi titik penjualan (sales point) dari kartu
tersebut.
2. Mekanisme Pengisian Ulang (Top-up) Kartu
Berikut akan dijelaskan mekanisme top-up kartu E-Money baik secara fisik
maupun secara sistem. Dalam prakteknya, pengisian ulang kartu E-Money
Bank Syariah Mandiri dapat dilakukan melalui teller Bank Syariah Mandiri,
mesin Electronic Data Capture (EDC) Bank Mandiri, dan mesin ATM
49
Bank Mandiri. Pengisian ulang tidak dapat dilakukan menggunakan mesin
ATM Bank Syariah Mandiri, karena semua sistem kartu E-Money Bank
Syariah Mandiri menggunakan secara penuh infrastruktur dari Bank
Mandiri. Berikut akan dijabarkan mekanisme tersebut:
a. Pengisian ulang melalui counter Bank Syariah Mandiri
Gambar 3.2
Alur Pengisian Ulang via Counter Bank Syariah Mandiri
Keterangan:
1. Nasabah menyerahkan uang ke teller Bank Syariah Mandiri
2. Bank Syariah Mandiri mentransfer dana tersebut ke rekening giro
Bank Syariah Mandiri yang ditempatkan di Bank Mandiri
3. Bank Mandiri mengisi (top-up) kartu e-money
4. Bank Mandiri memberikan konfirmasi top-up berhasil kepada
Bank Syariah Mandiri
5. Bank Syariah Mandiri mencetak struk dan memberikannya kepada
nasabah
Nasabah Counter Bank
Syariah Mandiri
Bank Mandiri
1
2 3
4
5
50
b. Pengisian ulang melalui mesin EDC dan ATM Bank Mandiri
Gambar 3.3
Alur Pengisian Ulang via ATM Bank Mandiri
Keterangan:
1. Nasabah mendatangi ATM Mandiri atau mesin EDC Bank Mandiri
yang ada di beberapa gerai seperti gerai Alfamart, Indomaret, atau
counter Bank Mandiri
2. Mesin mentransfer dana nasabah tersebut ke dalam rekening giro
Bank Syariah Mandiri yang ditempatkan di Bank Mandiri
3. Bank Syariah Mandiri memberikan konfirmasi bahwa dana telah
masuk
4. Mesin ATM/EDC mengisi saldo kartu dan mencetak struk untuk
nasabah
Karena semua sistem dan infrastruktur kartu E-Money Bank
Syariah Mandiri ini masih menggunakan infrastruktur dari Bank Mandiri,
sehingga dalam mekanisme pengisian ulang ini nasabah dikenakan biaya
administrasi tambahan dalam setiap pengisian ulang kartu jika top up
dilakukan selain di counter teller Bank Syariah Mandiri. Hal ini
disebabkan adanya mekanisme transfer dana antar bank yang terjadi
apabila nasabah mengisi ulang kartu e-money tersebut.
Mesin
EDC/ATM Bank
Mandiri
Bank Syariah
Mandiri Nasabah
1 2
3 4
51
Biaya administrasi yang dikenakan kepada nasabah adalah sebesar
Rp 2000 jika menggunakan mesin ATM Bank Mandiri dan sebesar Rp
6500 jika pengisian ulang dilakukan via mesin EDC Bank Mandiri.
3. Mekanisme Pembayaran
Pada mekanisme pembayaran, ada beberapa pihak yang terhubung
satu sama lainnya dalam sebuah sistem informasi terkomputerisasi
Melalui mekanisme ini setiap pihak dapat bertransaksi secara cash less
dan dana akan keluar dan masuk secara otomatis ke dalam rekening.
Berikut adalah skema dari mekanisme pembayaran dalam produk ini:
Gambar 3.4
Mekanisme Pembayaran
Keterangan:
1. Nasabah melakukan pembayaran dengan menempelkan kartu ke
sensor pembaca transaksi di mesin EDC (Electronic Data Capture)
pedagang (merchant)
2. Mesin EDC Pedagang melakukan:
2 (a)
Nasabah
Bank Syariah
Mandiri Bank Mandiri
Pedagang
(merchant)
1
3
4
5 2 (b)
52
a. EDC Pedagang (merchant) memotong saldo/nilai yang terdapat
dalam kartu nasabah secara langsung dan singkat
b. Lalu EDC pedagang memberikan data transaksi secara otomatis
kepada bank mandiri untuk meminta pembayaran
3. Bank Mandiri mendebit rekening giro Bank Syariah Mandiri
4. Bank Syariah Mandiri memberikan dana sejumlah besaran nilai
transaksi
5. Bank Mandiri memberikan sejumlah dana berdasarkan transaksi
nasabah kepada pedagang
Mekanisme pembayaran dari nasabah kepada pedagang (merchant)
dilakukan dalam waktu yang sangat singkat dalam hitungan detik. Cara
pembayaran dalam metode kartu E-Money Bank Syariah Mandiri ini
menggunakan underlying transaction berupa media kartu.
E. Keuntungan Bagi Bank Syariah Mandiri
Selain keuntungan yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya, Bank
Syariah Mandiri juga memperoleh pendapatan berupa fee based income dari
penjualan kartu E-Money Bank Syariah Mandiri. Keuntungan berupa fee based
income berasal dari penjualan kembali produk tersebut kepada pemegang kartu dan
dari biaya administrasi yang dibebankan pada saat top-up.
Bank Syariah Mandiri membeli produk tersebut dari Bank Mandiri dengan
harga Rp 18.000 perkartu lalu dijual kembali dengan harga Rp 20.000 kepada
nasabah. Dengan itu, Bank Syariah Mandiri mendapatkan fee based income sebesar
53
Rp 2.000 setiap penjualan satu unit kartu E-Money Bank Syariah Mandiri.
Pendapatan dari biaya administrasi top-up didapatkan Bank Syariah Mandiri
sebesar Rp 6.500 jika dilakukan pada mesin EDC Bank Mandiri dan Rp 2000 jika
dilakukan pada mesin ATM Bank Mandiri.
Biaya ini dikenakan karena Bank Syariah Mandiri menggunakan
mekanisme transfer antar bank yaitu dari kartu Bank Syariah Mandiri ke rekening
Bank Mandiri. Pengisian ulang yang dilakukan via teller, mesin EDC bank Mandiri,
maupun mesin ATM bank Mandiri semuanya tetap dikenakan biaya administrasi
tambahan tersebut.
Bank Syariah Mandiri tidak mendapatkan keuntungan lain secara materiil
selain dari penjualan kartu dan biaya admin tersebut. Hal itu dikarenakan uang yang
telah disetor ke dalam bank melalui top-up bukan merupakan simpanan atau
tabungan sehingga tidak dapat digunakan oleh bank untuk diinvestasikan kembali
dan harus ditempatkan di bagian aset bank yang paling lancar karena harus
digunakan untuk keperluan pembayaran kepada merchant atas transaksi dari
pemegang kartu yang bersifat real time atau tanpa batas waktu. Selain itu Bank
Syariah Mandiri maupun Bank Mandiri juga tidak mendapatkan fee based income
dari transaksi yang terjadi antara pemegang kartu dengan merchant.6
6 Wawancara pribadi dengan Angga Anton Gunawan, Jakarta 30 Maret 2017
54
BAB IV
ANALISIS KESESUAIAN PRODUK DENGAN ASPEK SYARIAH
A. Analisis Akad dalam Produk
Pada umumnya setiap peluncuran produk dari Lembaga Keuangan Syariah
menggunakan terminologi atau nomenklatur akad syariah dalam syarat dan
ketentuan produk. Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
15/POJK.04/2015, Akad Syariah adalah perjanjian atau kontrak tertulis antara para
pihak yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah. Akad ini adalah suatu hal yang penting dalam
ilmu Ekonomi Islam karena akad inilah yang menjadi dasar berlakunya suatu
perjanjian. Akad juga menjadi pembeda mekanisme berjalannya produk
menggunakan suatu skema tertentu yang dikenal dalam dunia Ekonomi Islam.
Dalam Peraturan Bank Indonesia No: 7/46/PBI/2005 Tentang Akad Penghimpunan
Dan Penyaluran Dana Bagi Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah pada pasal 2 menyebutkan bahwa, dalam melaksanakan kegiatan
penghimpunan dan penyaluran dana Bank wajib membuat Akad sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini dan wajib ditegaskan jenis transaksi
syariah yang digunakan. Bahkan pada pasal 21 juga dijelaskan sanksi bagi bank jika
tidak melaksanakan ketentuan tersebut berupa teguran tertulis hingga penggantian
pengurus.
55
Dalam syarat dan ketentuan produk E-Money tidak tertera nomenklatur akad
syariah apapun. Nomenklatur akad juga tidak ditemukan dalam manual book yang
diberikan kepada pemegang dan juga tidak ditemukan nomenklatur akad syariah
dalam media informasi resmi lain seperti website, annual report, dan laporan Good
Corporate Governance (GCG) dari Bank Syariah Mandiri.
Penamaan akad memang tidak digunakan dalam produk ini, pihak manajerial
mengatakan bahwa produk ini hanyalah produk kerjasama (co-branding) dengan
Bank Mandiri. Bank Syariah Mandiri bukan merupakan penerbit maupun aqruirer.
Sehingga tidak ada penamaan atau jenis akad yang dikeluarkan, dan juga tidak
terdapat opini dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada produk ini.
Walaupun tidak terdapat nomenklatur akad dalam operasional, namun secara
garis besar operasional produk ini cenderung menggunakan akad sharf atau akad
tukar menukar mata uang sebagai akad utama. Selain akad sharf, produk ini juga di
dukung oleh akad lain yaitu akad jual beli biasa (al-bay’), dan akad Ijarah.
Akad Sharf dapat diidentifikasi dari produk ini karena secara keseluruhan
produk ini mirip dengan ketentuan dan jenis dari Akad Sharf ini sebagaimana yang
telah tertuang dalam Fatwa DSN MUI No. 28 tahun 2002 tentang Jual Beli Mata
Uang (Al-Sharf). Beberapa kesamaan dan kondisi karakteristik produk ini yaitu
sebagai berikut:
56
Tabel 4.1
Perbandingan Karakteristik Sharf dan Karakteristik E-Money BSM
No Karakteristik Sharf Karakteristik E-Money BSM
1 Adanya pertukaran mata
uang
Dalam Kartu E-Money BSM terjadi
pertukaran mata uang yang sejenis walaupun
dalam media yang berbeda. Mata uang rupiah
secara fisik berubah menjadi mata uang
rupiah secara digital. Perubahan hanya terjadi
dalam bentuk fisik uangnya, namun
nominalnya tetap sama meskipun dalam
media yang berbeda.
2 Serah terima sebelum
berpisah (Spot Transaction)
Pada Kartu E-Money BSM, pemegang kartu
membeli fisik uang elektronik maupun
mengisi saldonya dengan cara menyerahkan
uang dan menerima fisik kartu yang telah
terisi ulang secara langsung tanpa berpisah
terlebih dahulu
3 Adanya kesamaan ukuran
(At-tamatsul)
Pada pengisian Kartu E-Money BSM, jumlah
uang yang disetorkan untuk mengisi ulang
saldo sama dengan jumlah saldo yang terisi
4 Tidak ada spekulasi atau
untung-untungan (maysir)
Dalam transaksi Kartu E-Money BSM tidak
dimungkinkan adanya spekulasi. Hal ini
dikarenakan tidak ada salah satu pihak yang
57
akan diuntungkan atau dirugikan dengan
adanya transaksi pengisian atau pembuatan
produk ini, karena nilai yang terisi dalam
kartu sama dengan jumlah nilai yang disetor
dan tidak ada fluktuasi nilai saldo jika tidak
digunakan.
5 Dilakukan secara kontan (at-
taqabuth)
Pada Kartu E-Money BSM, pembelian kartu,
pengisian saldo, maupun pembayaran kepada
merchant dilakukan secara tunai tanpa
adanya penundaan pembayaran
Menurut analisa penulis, tidak ada yang dilanggar dalam ketentuan mengenai
Akad Sharf ini. Semua telah sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam fatwa
terkait.
Berikutnya adalah akad jual beli biasa (al-bay’). Rukun jual beli itu ada
empat, yaitu: (1) Akad (ijab qabul), (2) Orang-orang yang berakad (al-aqidain), (3)
Terdapat barang/obyek jual beli (ma’qud alaih), (4) Ada alat tukar pengganti
barang. Sedangkan syarat sahnya jual beli adalah para subyek yang berakad harus
berakal sehat, dewasa (baligh), dan atas kemauan sendiri atau tanpa paksaan.
Menurut Fatwa DSN MUI No. 82 tahun 2011, ketentuan mengenai perdagangan
(jual beli) adalah: (1) Barang harus halal dan tidak dilarang perundang-undangan,
(2) jenis, kualitas, kuantitas, dan harga barang yang diperdagangkan harus jelas, (3)
barang yang diperdagangkan harus sudah ada (wujud) dan dapat diserahterimakan
58
secara fisik, (4) penjual harus memiliki barang atau menjadi wakil dari pihak lain
yang memiliki barang, (5) penjual wajib menyerahkan barang yang dijual kepada
pembeli dengan tata cara dan waktu sesuai kesepakatan, (6) pembeli wajib
membayar barang yang dibeli kepada penjual dengan tatacara dan waktu sesuai
kesepakatan, (7) pembeli boleh menjual barang tersebut kepada selain penjual
sebelumnya hanya setelah terjadi qabdh haqiqi (penguasaan barang secara mutlak)
atau qabdh hukmi (penguasaan barang secara hukum) atas barang tersebut.
Dalam mekanisme pembelian Kartu E-Money BSM, telah terpenuhi rukun
dan syarat sahnya yaitu penerbit sebagai penjual (ba i’) dan pemegang sebagai
pembeli (musytari), obyek jual beli (ma’qud alaih) berupa fisik kartu E-Money, dan
alat tukarnya yaitu uang rupiah. Sedangkan dalam pembuatan kartunya, calon
pemegang kartu harus berakal sehat, dewasa, dan atas kemauan sendiri. Semua
ketentuan yang ada dalam fatwa tersebut juga tidak ada yang bertentangan dengan
jual beli fisik kartu E-Money BSM. Fisik kartunya adalah barang halal dan
diperbolehkan perundangan-undangan, jelas jenis, kualitas, kuantitas dan harga
barangnya, serta diserahterimakan langsung saat akad.
Namun penggunaan akad jual beli ini memiliki kelemahan konseptual, di
mana dalam konsep jual beli, barang yang telah di beli telah berpindah
kepemilikannya dari penjual ke pembeli yang mengakibatkan hilangnya kekuasaan
penjual terhadap barang tersebut.1 Dalam praktik Kartu E-Money BSM, ketika
pemegang telah membeli kartu tersebut tidak serta merta penerbit sebagai
1 Yasim Ulwah al-‘iqabi, Ala’ Azis al-Jabury, dan Naim Kadhim jabar, al-Nuqud al-
Iliktruniyyah wa dauruha fi al-Wafa’ bi al-Iltizamat al-ta’aqudiyah. Fakultas Hukum Universitas
Karbala Iran, h. 49
59
penjualnya terlepas hubungannya dengan barang tersebut, namun penerbit masih
memiliki kewajiban-kewajiban seperti penyelesaian transaksi dan tagihan kepada
pedagang (merchant). Ini menandakan dalam jual beli ini belum terjadi perpindahan
kepemilikan yang sempurna dan penerbit masih memiliki hubungan dengan obyek
tersebut.2
Berikutnya adalah akad Ijarah. Akad Ijarah (pengupahan) dapat
diidentifikasikan dalam produk ini yaitu dalam setiap transaksi yang mendatangkan
keuntungan berupa fee base income Bank Syariah Mandiri, diantaranya adalah pada
pengambilan biaya administrasi saat pengisian ulang (top up) kartu. Dalam
mekanisme ini, tidak ada yang dilanggar sebagaimana yang telah tertulis dalam
fatwa tentang ijarah pada bab 2. Obyek manfaatnya jelas dan tidak diharamkan,
manfaat dari jasanya dapat dinilai dan dilaksanakan dalam kontrak, manfaatnya
dapat dikenali dengan jelas dan spesifik serta sewa atau upah juga jelas diketahui
dan dibayarkan atas penggunaan manfaat berupa jasa.
B. Analisis Manajerial Produk
Walaupun produk ini hanyalah produk co-branding, namun manajerial
produk ini dilakukan secara terpisah. Bank Mandiri mempunyai divisi di bagian
Electronic Banking Group yang menanggani E-Money dan Bank Syariah Mandiri
juga mempunyai unit tersendiri yang menangani E-Money Bank Syariah Mandiri
yang bertugas sebagai agen penjual. Kedua unit ini mempunyai tugas dan fungsi
yang berbeda serta terpisah.
2 Kajian Bersama Uang Elektronik Ditinjau Dari Kesesuaian Prinsip-Prinsip Syariah,
(Jakarta: Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional, 2016), h. 62
60
Standar Prosedur Operasional (SPO) diantara kedua bank secara garis besar
adalah sama. Walaupun sama, namun diantaranya terdapat perbedaan. Perbedaan
itu terletak pada prosedur penerbitan kartu (issuing) untuk bank mandiri sedangkan
pada bank syariah mandiri prosedurnya adalah prosedur pemesanan kartu (request).
Dalam mengurusi dana float, Bank Syariah Mandiri menempatkan dananya
dalam produk Giro Bank Syariah Mandiri yang di simpan di Bank Mandiri.
Besarnya giro Bank Syariah Mandiri yang ada pada Bank Mandiri dapat bertambah
dan berkurang secara otomatis ketika terjadi settlement atas pembayaran dari
pemegang kartu kepada pedagang. Dana float yang berasal dari top-up kartu yang
tersimpan dalam Giro tidak dapat digunakan Bank Mandiri dan Bank Syariah
Mandiri untuk kepentingan bank, karena penggunaan dana float sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11 tahun 2009 dan telah
dirubah dalam PBI No. 16 tahun 2014 tentang Uang Elektronik pasal 17 ayat 3 point
b menyatakan bahwa penggunaan dana float hanya untuk memenuhi kewajiban
kepada Pemegang dan Pedagang, bukan untuk diinvestasikan dan dikembangkan,
selain itu nilai dana float ini bukan merupakan simpanan, dan harus digunakan
untuk kepentingan pembayaran antara pemegang kartu dengan pedagang secara
cepat dan tanpa batas waktu (real time).
Dana Float yang mengendap tidak diberikan bunga sehingga tidak terdapat
riba didalamnya, tidak dijamin LPS namun dapat diajukan pengembalian saldo
kartu (redemption) tanpa biaya administrasi tambahan. Dana Float ini juga tidak
bisa dijadikan alat untuk spekulasi (maysir) karena nominal yang terdapat dalam
61
kartu tidak dapat berfluktuasi sebagaimana yang biasa terjadi dalam jual beli valuta
asing.
C. Analisis Transaksi Produk
Produk ini memiliki batasan (limit) transaksi isi ulang kartu sebesar Rp.
20.000.000 dalam setiap bulan. Produk ini juga membatasi maksimum saldo yang
terdapat dalam kartu adalah sebesar Rp 1.000.000. Saldo yang belum terpakai tidak
dikenakan bunga/bonus dari bank.3
Secara umum, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mandiri tidak memberikan
batasan transaksi atas nilai barang yang ditransaksikan oleh pemegang kartu.
Berapapun besaran nilai transaksinya dapat dilakukan, asalkan tidak melebihi
maksimum pengisian ulang sebesar Rp 20.000.000 perbulan. Bank Syariah Mandiri
dan Bank Mandiri juga tidak memberikan batasan atas jenis barang yang
ditransaksikan antara pemegang kartu dengan pedagang (merchant). Selama
pedagang memiliki kerjasama dengan Bank Mandiri yang terlihat dengan adanya
logo E-Money Bank Mandiri dalam tokonya, maka setiap barang yang ada dalam
toko tersebut dapat ditransaksikan dengan pemegang kartu secara bebas dan tanpa
batas, termasuk juga membeli barang-barang yang dianggap non-halal secara Islam.
Bank tidak dapat membaca transaksi tersebut apa, seperti barangnya apa, jenis
barangnya apa dan lain-lain. Namun bank hanya bisa membaca transaksi tersebut
dimana. Sistem IT Merchant hanya terbatas membaca apakah transaksi ini
dilakukan pada pedagang yang telah bekerjasama dengan bank ataukah tidak. Jika
telah bekerjasama, maka transaksi tersebut dapat dilakukan dan jika pedagang
3 Buku Panduan E-Money Bank Syariah Mandiri, h. 13
62
tersebut belum bekerjasama maka transaksi tersebut tidak dapat dilakukan
menggunakan kartu E-Money.4
Hal tersebut memiliki permasalahan syariah karena Pemegang kartu dapat
bertransaksi atas barang yang tidak diperbolehkan dalam syariat Islam, seperti
minuman keras (khamr), daging babi (lahumul khinziiri), dan darah (al-dam) serta
bangkai (al-maytata) yang terdapat dalam Quran Surah An-Nahl ayat 115. Hal ini
juga bertentangan dengan Quran Surah Al-Baqarah ayat 254 yaitu dimana orang-
orang yang beriman diperintahkan untuk membelanjakan harta di jalan Allah atau
perintah untuk mengeluarkan harta untuk kepentingan yang diperbolehkan oleh
syariat Islam. Hal ini juga bertentangan perintah Allah yang ada pada surat Al-
Baqarah ayat 168 yaitu perintah untuk memakan makanan yang halal dan baik.
Secara regulasi, hal ini juga bertentangan dengan UU No. 33 Tahun 2014 tentang
Jaminan Produk Halal pada pasal 4 tentang kewajiban bertransaksi produk yang
bersertifikasi halal.
Meskipun sebagai media atau alat pembayaran, uang elektronik itu bersifat
netral atau penggunaannya adalah sangat tergantung kepada pemiliknya, namun
ketika penggunaannya dapat dibatasi karena alasan syariah maka seharusnya hal
tersebut dapat dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagaimana Lembaga
Keuangan Syariah dapat membatasi (hudud) pihak yang bekerjasama dengan
pihaknya dengan cara memberikan persyaratan-persyaratan (dhawabith) bagi
pedagang (merchant) yang ingin bergabung.
4 Wawancara Pribadi dengan Angga Anton Gunawan, 30 Maret 2017
63
Hal ini yang menjadi kesimpulan dari kajian yang dilakukan antara Bank
Indonesia dan Dewan Syariah Nasional yaitu dasar hukum uang elektronik
seharusnya mengatur ketentuan dan batasan (dhawabith wa hudud) agar uang
elektronik berjalan berdasarkan prinsip syariah seperti tidak boleh menimbulkan
gharar, riba dan tadlis, serta tidak digunakan untuk transaksi obyek yang haram
dan maksiyat, dan tidak mendorong israf (pengeluaran yang berlebihan).5
Hal ini juga diperkuat sebagaimana yang terdapat dalam UU No. 21 tahun
2008 tentang Bank Syariah Pasal 2 bahwa kegiatan usaha perbankan syariah
dibatasi agar tidak memenuhi unsur riba, maisir, gharar, haram dan zhalim.
D. Analisis Alur/Mekanisme Produk
Alur transaksi sebagaimana yang telah dijabarkan dalam bab 3 berisi
mengenai skema pembuatan dan penerbitan kartu, skema pengisian ulang (top-up)
produk, dan skema pembayaran. Berikut akan dianalisis skema tersebut satu per
satu:
1. Skema Pembuatan dan Penerbitan Kartu
Dalam skema ini, Bank Syariah Mandiri yang merupakan mitra kerjasama
(co-branding) dari produk E-Money mendapatkan keuntungan sebesar
selisih harga beli dari penerbit dengan harga jual yang ditujukan kepada
nasabah sebesar Rp 2000. Keuntungan ini merupakan keuntungan yang
halal dan boleh dilakukan oleh siapapun karena tergolong ke dalam aktifitas
5 Kajian Bersama Uang Elektronik Ditinjau Dari Kesesuaian Prinsip-Prinsip Syariah,
(Jakarta: Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional, 2016), h. 78
64
jual beli sebagaimana yang telah termaktub dalam Surat Al-Baqarah ayat
275.
2. Skema Pengisian Ulang Kartu (top-up)
Dalam skema ini bank syariah mandiri mendapatkan fee based income yang
berasal dari biaya administrasi top-up yang dilakukan melalui mekanisme
transfer antar bank. Biaya ini tidak mengurangi nilai pokok yang disetor dari
pemegang kartu kepada bank sehingga tidak melanggar kaidah dalam akad
Sharf yaitu adanya kesamaan ukuran (at-tamatsul) antara uang yang disetor
untuk pengisian ulang dengan jumlah nominal saldo yang terisi. Penyetoran
dilakukan secara tunai dan nominal barang juga terisi atau telah diserah
terimakan sebelum berpisah majelis. Skema pengambilan biaya
administrasi ini juga tidak melanggar kaidah akad Ijarah karena biaya
administrasi terpisah dari nilai uang yang ditukarkan untuk keperluan isi
ulang kartu (top-up)
3. Skema Pembayaran
Dalam skema pembayaran ini dilakukan secara kontan dan sangat cepat.
Pembeli dan penjual mengeluarkan kewajibannya dan menerima haknya
secara langsung meskipun penyelesaian pembayarannya bagi pedagang
(merchant) dilakukan pada akhir hari melalui proses settlement oleh bank.
Tidak ada permasalahan syariah dalam mekanisme pembayaran ini.
65
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian menggunakan berbagai metode yang ada, maka
penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Produk E-Money Bank Syariah Mandiri merupakan uang elektronik yang
berjenis: Uang Elektronik yang Nilai Uang Elektroniknya selain dicatat
pada media elektronik yang dikelola oleh Penerbit juga dicatat pada
media elektronik yang dikelola oleh Pemegang (Berdasarkan Media
Penyimpanannya). Reloadable atau dapat diisi ulang berkali-kali (Berdasarkan
Masa Berlaku Media Uang Elektronik). Multi-purpose yaitu dapat digunakan
untuk melakukan berbagai pembayaran (Berdasarkan Jangkauan
Penggunaannya). Unregistered yaitu uang Elektronik yang data identitas
Pemegangnya tidak terdaftar dan tidak tercatat pada Penerbit (Berdasarkan
Data Identitas Pemegangnya).
Mekanisme Produk E-Money Bank Syariah Mandiri terdapat 3 mekanisme
yaitu mekanisme pembuatan dan penerbitan kartu yang hanya bisa dilakukan
di beberapa counter bank syariah mandiri, mekanisme pengisian ulang (top-
up) yang dapat dilakukan di counter bank syariah mandiri, di mesin EDC Bank
Mandiri, dan melalui ATM Mandiri, serta mekanisme pembayaran yang
menghubungkan pihak-pihak terkait.
66
2. Dari tinjauan prinsip syariah, terdapat permasalahan syariah pada aspek akad,
hal ini dikarenakan produk ini tidak memiliki nomenklatur akad dalam
operasional produk yang menimbukan ketidakjelasan (gharar) dalam kontrak
berdasarkan prinsip Akad Syariah, serta dari aspek transaksi karena bank tidak
melakukan pembatasan atau kontrol terhadap barang yang dijual oleh merchant
yang bekerjasama dengan bank sehingga dikhawatirkan dapat digunakan untuk
membeli barang-barang non halal.
Sedangkan pada Aspek Manajerial dan pada Aspek Alur Transaksi tidak
terdapat masalah kesyariahan, karena manajerial produk ini terpisah dari bank
penerbitnya yang merupakan bank konvensional, Bank Syariah Mandiri
menggunakan produk giro Bank Syariah Mandiri dalam menyimpan dana, dan
nominal yang terdapat dalam kartu tidak diberikan tambahan berupa bunga
bank (interest) serta dana yang tersimpan di Bank Mandiri dalam bentuk giro
tidak dapat dimanfaatkan Bank Mandiri untuk kepentingan bisnisnya.
B. SARAN
1. Bank Syariah Mandiri sebaiknya membuat suatu produk yang berjalan
menggunakan sistem yang manunggal (full fledge) untuk menghindari
aktivitas dengan bank konvensional yang dapat menguntungkan
berkembangnya bank ribawi tersebut
2. Jika belum dapat membuat produk sendiri, Bank Syariah Mandiri
sebaiknya menyempurnakan Standar Prosedur Operasional E-Money
dengan menggunakan nomenklatur Akad Syariah agar setiap pihak yang
67
terlibat mengetahui secara pasti dengan apakah mekanisme produk ini
berjalan
3. Bank syariah mandiri juga sebaiknya memperbaiki sistem komputerisasi
melalui pengenalan IT Merchant dan IT Goods serta pembuatan peraturan
tambahan pada produk ini agar dapat membatasi pembelian produk haram
yang menggunakan produk ini di kemudian hari.
68
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim, Atang dan Jaih Mubarok. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT
Remaja Rusdakarya, 1995.
Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: Gramata Publishing, 2005.
Al-‘Iqabi, Yasim Ulwah, dkk. al-Nuqud al-Iliktruniyyah wa dauruha fi al- Wafa’ bi al-Iltizamat al-ta’aqudiyah. Fakultas Hukum Universitas Karbala Iran
Arif, Nur Rianto Al & Euis Amalia. Teori Mikroekonomi: Suatu
Perbandingan Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2014
Arif, Nur Rianto Al. Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Solo: Era Adicitra Intermedia, 2011
Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam Wa Adillatuhu, penerjemah Abdul hayyie Al- Kaffaani dkk, Cet. X, Jilid 5. Jakarta: Gema Insani, 2011
Bank For International Settelments. Implications For Central Bank Of
The Development Of Electronic Money. (Basel: BIS), 1996.
Bank Indonesia. Paper Kajian Bersama Uang Elektronik Ditinjau Dari
Kesesuaian Prinsip-Prinsip Syariah, Jakarta: Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional, 2016
Bank Indonesia. “Statistik Sistem Pembayaran”. Diakses pada 16 September 2016 dari http://www.bi.go.id/id/statistik/sistempembayaran/uangelektronik/Con
tents/Jumlah%20Uang%20Elektronik.aspx
Bank Indonesia. “Statistik Sistem Pembayaran”. Diakses pada 16 September
dari http://www.bi.go.id/id/statistik/sistem-pembayaran/uang-elektronik/co ntents /transaksi.aspx
Buku Panduan E-Money Bank Syariah Mandiri. Jakarta: PT Bank Syariah
Mandiri. 2014.
Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004
BNI Syariah. “BNI Syariah Hadirkan TapCash Edisi Khusus di Keuangan Syariah
Fair Aceh”. Diakses pada 16 September 2016 dari
69
http://www.bnisyariah.co.id/bni-syariah-hadirkan-tapcash-edisi-khusus-di-
keuangan-syariah-fair-aceh
Djazuli, A. Kaidah-Kaidah Fiqih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam
Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Praktis, Ed. 1, cet.1. Jakarta: Kencana, 2006.
Go-Car. “Syarat dan Ketentuan”. Diakses pada 27 Mei 2017 dari
http://www.go-car.co.id/terms.
Gunawan, Angga Anton. Paper Presentasi Produk Electronic Banking. Jakarta:
Electronic Banking Group Bank Syariah Mandiri, 2017. Hidayat, Enang. Fiqih Jual Beli. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2015.
Ibrahim, R. Maulana. Paper Seminar Internasional Toward a Less Cash
Society in Indonesia. Jakarta: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, 2006.
IndoTelko. “Bank Mandiri Perluas Segmen e-Money”. Diakses pada 16 September 2016 dari http://www.indotelko.com/kanal?c=&it=bank-mandiri-perluas-
segmen-e-money. Inilah.com. “Uang Elektronik BSM dan BNI Syariah Belum Syariah”. Diakses
pada 16 September 2016 dari http://m.inilah.com/news/detail/2284131/uang-elektronik-bsm-dan-bni-
syariah-belum-syariah. Irawan, Soehartono, Penelitian Sosial, cet. Ke-1. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 1995.
Krippendorff, Klaus. Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, 2nd Ed. London: Sage Publication, 2004
Lathif, Azharuddin. Kontrak Bisnis Syariah. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
Merdeka.com. “MUI: TrueMoney, uang elektronik satu-satunya bersertifikat
syariah”. Diakses pada 16 September 2016 dari
http://www.merdeka.com/teknologi/mui-truemoney-uang-elektronik-satu-satunya-bersertifikat-syariah.html
Omar, Mohd Noor, dkk. “E-Money in Malaysia: Shariah and Economic
Analysis”, Working Paper In Islamic Economic And Finance, No. 1224,
2012.
70
.
Rivai, Veithal, dkk. Bank And Financial Institution Management, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2001.
Sedermayati dan Syarifudin Hidayat. Metodologi Penelitian. Bandung: CV.
Mandar Maju, 2002.
Serfianto, dkk. Untung Dengan Kartu Kredit, Kartu ATM-Debit, & Uang
Elektronik. Jakarta: Visi Media, 2012
Sjahdiyni, Sutan Remy, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999.
Soehartono, Irawan. Penelitian Sosial. Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1995.
Soleh, Badrus. Paper Hasil Kajian E-Money dalam Perspektif Islam. (Jakarta: Lingkar Studi Ekonomi Islam), 2016.
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grafindo, 2004.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan
Syariah Mandiri. “BSM E-Money”. Diakses pada 17 September 2016 dari https://www.syariahmandiri.co.id/category/layanan-24-jam/bsm-e-
money/ Telkom Indonesia. “Telkom Gandeng Bank Sumut Jalin Kerjasama Dalam
Layanan Co – Branding Uang Elektronik T-Money”. Diakses pada 27 September 2016 dari http://www.telkom.co.id/telkom-gandeng-bank-
sumut-jalin-kerjasama-dalam-layanan-co-branding-uang-elektronik-t-mon ey.html
Transjakarta. “Info Tiket”. Diakses pada 27 September 2016 dari http:// transjakarta .co.id/produk-dan-layanan/info-tiket/
Wawancara pribadi dengan Angga Anton Gunawan. Jakarta. 30 Maret 2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Aris Rusdiyanto
NIM : 1113046000003
Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta / 23 Maret 1995
Program Studi : Ekonomi Syariah
Alamat : Jl. Damai IV RT 006/009 Kelurahan Cipete Utara,
Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Alamat Domisili : Perumahan Taman Tridaya Indah Blok C10/7 Tambun
Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat
No HP : 0838-0724-4525
Nama Ayah : Djoko Rusmono
Nama Ibu : Dwi Daswanti
Alamat Orangtua : Perumahan Taman Tridaya Indah Blok C10/7 Tambun
Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat
No. HP. Orangtua : 0815-1465-8295 (ibu)