TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN...
Transcript of TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN...
i
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN
PASCA IMUNISASI (KIPI) DI POSYANDU KANTHIL
DESA JEMBANGAN PLUPUH SRAGEN
TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
Mega Sunyi Septiana
NIM. B11.152
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Desa Jembangan Plupuh Sragen Tahun 2014”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir
sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa ada bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, karya tulis ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Agnes Sri Harti,M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Retno Wulandari,S.ST, selaku Ka. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
3. Kartika Dian Listyaningsih,S.ST., M.Sc, selaku Dosen Pembimbing yang
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. Bapak Suradi, selaku Kepala Desa Jembangan, Plupuh, Sragen, yang telah
bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data.
5. Semua teman-teman seangkatan yang telah memberikan suport dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah.
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga
karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Mei 2014
Penulis
v
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, 14 Mei 2014
Mega Sunyi Septiana
B11. 152
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN
PASCA IMUNISASI (KIPI) DI POSYANDU KANTHIL
DESA JEMBANGAN, PLUPUH, SRAGEN
TAHUN 2014
xiii + 43 halaman + 18 lampiran + 8 tabel + 2 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang: Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat
efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Gerakan pemberian
imunisasi secara berkala, telah menurunkan jumlah kematian akibat campak dari
871.000 kematian pada tahun 1999 dan menjadi 340.000 kematian pada tahun
2004. Seiring dengan cakupan imunisasi yang tinggi maka penggunaan vaksin
juga meningkat dan akibatnya kejadian yang berhubungan dengan imunisasi juga
meningkat. KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam
masa 1 bulan setelah imunisasi. Berdasarkan hasil studi pendahulan yang
dilakukan pada tanggal 13 November 2013 di Posyandu Kanthil desa Jembangan,
Plupuh, Sragen terdapat 33 ibu yang mempunyai bayi. Dengan metode wawancara
yang dilakukan pada 3 (9,09%) ibu yang memiliki bayi ke posyandu menyatakan
bahwa anaknya setelah diimunisasi mengalami demam dan ibu sangat
mengkhawatirkan dengan keadaan tersebut.
Tujuan : Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan pasca
iminisasi di posyandu kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014.
Metode Penelitian : Jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini
dilakukan di posyandu kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen pada bulan April
2014. Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 26 ibu yang mempunyai anak
umur kurang dari 12 bulan dengan teknik sampling jenuh yaitu menggunakan
semua sampling. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup.
Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal dan analisis data
menggunakan analisis univariat.
Hasil Penelitian: Tingkat pengetahuan responden pada kategori baik sebanyak 5
responden (19,2%), kategori cukup sebanyak 17 responden (65,4%), kategori
kurang sebanyak 4 responden (15,4%).
Kesimpulan : Tingkat Pengetahuan Ibu tentang kejadian ikutan pasca imunisasi
di posyandu kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen mayoritas pada tingkat
pengetahuan cukup yaitu sebanyak 17 responden (65,4%).
Kata Kunci :Tingkat Pengetahuan, Ibu, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Kepustakaan : 18 literatur ( tahun 2006 – 2013)
vi
MOTTO
v Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu (QS Al-Baqarah ayat 185)
v Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya yang
berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang yang kafir
(QS Yusuf ayat 87)
v Barangsiapa mempertimbangkan keselamatan dalam tindakannya,maka
tenanglah batinnya.
v Biarkan jalan itu panjang, kita akan merintisnya perlahan-lahan.
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, Karya Tulis Ilmiah
ini penulis persembahan kepada :
1. Kakek, Nenek, Bapak, Ibu dan Adik tercinta terima
kasih atas cinta kasihnya, doa restu, pengorbanan,
dukungan, kebahagiaan dan kepercayaan yang luar
biasa untukku.
2. Seseorang yang setia menemaniku terima kasih
atas semangat, doa, kepercayaan, perhatian, cinta
dan kasih sayangnya selama 2 tahun ini
( Sulis Efendi).
3. Sahabat karibku Aldila Hawa C.T., Ika Wulandari,
Astri Maharani, Ria Astri, Nunik Rindawati
terimakasih selalu menemaniku, menghiburku
dengan canda tawa kalian disaat aku mulai rapuh.
4. Teman seperjuangan angkatan 2011 dan almamater
tercinta Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
vii
CURICULUM VITAE
BIODATA
Nama : Mega Sunyi Septiana
Tempat / Tanggal Lahir : Sragen,1 September 1992
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pelem Rt 8, Jembangan, Plupuh, Sragen.
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri 1 Jembangan Lulus tahun 2006
2. SMP Negeri 1 Plupuh Lulus tahun 2009
3. SMA Negeri 5 Surakarta Lulus tahun 2011
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2011
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
CURICULUM VITAE ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR TABEL......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 4
E. Keaslian Penelitian ............................................................... 5
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ....................................................................... 8
1. Pengetahuan .................................................................. 8
a. Pengertian ............................................................. 8
b. Tingkat pengetahuan ............................................. 8
ix
c. Cara memperoleh pengetahuan .............................. 10
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi ........................ 12
e. Kriteria tingkat pengetahuan .................................. 14
2. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) ....................... 14
a. Pengertian .............................................................. 14
b. Penyebab ................................................................ 16
c. Angka Kejadian ..................................................... 19
d. Gejala Klinis ......................................................... 19
e. Kelompo Resiko..................................................... 20
B. Kerangka Teori ...................................................................... 23
C. Kerangka Konsep Penelitian ................................................. 24
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................ 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 25
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ............ 26
D. Variabel Penelitian ................................................................ 27
E. Definisi Operasional .............................................................. 27
F. Instrumen Penelitian .............................................................. 28
G. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 31
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data .................................. 32
I. Etika Penelitian...................................................................... 34
J. Jadwal Penelitian ................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... 36
x
B. Hasil Penelitian ...................................................................... 36
C. Pembahasan ............................................................................ 40
D. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 42
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................ 43
B. Saran ....................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.Kerangka Teori ........................................................................... 23
Gambar 2.2.Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 24
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Gejala Klinis ................................................................................. 19
Tabel 3.1. Definisi Operasional ..................................................................... 27
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner....................................................................... 28
Tabel 4.1. Karakteristik Responden berdasarkan umur ................................. 37
Tabel 4.2. Karakteristik Responden berdasarkan pendidikan ........................ 37
Tabel 4.3. Karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan .......................... 38
Tabel 4.4. Mean dan Standar Deviasi ............................................................ 38
Tabel 4.5. Tingkat Pengetahuan ibu tentang KIPI di desa Jembangan,
Plupuh, Sragen Tahun 2014 ............................................................. 39
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Ijin Permohonan Uji Coba Instrumen
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Uji Coba Instrumen
Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 7. Surat Balasan Ijin Penelitian
Lampiran 8. Surat Permohonan Responden
Lampiran 9. Persetujuan menjadi Responden
Lampiran 10. Kuesioner Uji Validitas
Lampiran 11. Kunci Jawaban Kuesioner Uji Validitas
Lampiran 12. Kuesioner Penelitian
Lampiran 13. Kunci Jawaban Kuesioner Penelitian
Lampiran 14. Data Tabulasi Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 15. Hasil Uji Validitas
Lampiran 16. Hasil uji Reliabilitas
Lampiran 17. Data Tabulasi Hasil Penelitian
Lampiran 18. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Program imunisasi nasional dikenal sebagai Pengembangan Program
Imunisasi (PPI) dilaksanakan di Indonesia sejak 1997. Program PPI
merupakan program pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai
komitmen internasional yaitu universal child immunization (UCI) pada akhir
1982. UCI bertujuan untuk eradikasi polio (ERAPO), eliminasi tetanus
maternal dan neonatal (maternal and neonatal tetanus elimination - MNTE),
reduksi campak (RECAM), peningkatan mutu pelayanan imunisasi,
menetapkan standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices),
keamanan pengolahan limbah tajam (safe waste disposal management). UCI
secara nasional dicapai pada tahun 1990 (Ranuh dkk, 2011).
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif
dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi,
berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B,
poliomelitis, dan campak dapat dicegah (Dewi, 2010). Imunisasi telah diakui
oleh dunia secara global telah berhasil menurunkan berbagai infeksi, seperti
difteria, batuk rejan, tetanus, campak, hepatitis B, meningitis, dan pneumonia
yang disebabkan oleh Haemophillus influenzae tipe B (Hib). Gerakan
pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan jumlah kematian
2
akibat campak dari 871.000 kematian pada tahun 1999 dan menjadi 340.000
kematian pada tahun 2004 (Marmi dan Rahardjo, 2012).
Pada tahun 2011, dalam program imunisasi nasional terdapat tujuh
antigen yaitu hepatitis B, polio oral (OPV), BCG, difteri, tetanus, pertusis,
dan campak. Ketujuh tersebut tercakup dalam enam jenis vaksin, yaitu vaksin
hepatitis B, OPV, BCG, vaksin kombinasi DPT, campak dan vaksin dT
(difteri dewasa). Program imunisasi nasional terdiri dari imunisasi yang harus
diselesaikan sebelum usia satu tahun, sedangkan imunisasi pada anak sekolah
dasar yang dikemas dalam BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah). Besar
cakupan imunisasi dalam program imunisasi nasional merupakan parameter
kesehatan nasional, disemua jenis imunisasi harus mencapai lebih dari 80%
(Ranuh dkk, 2011).
Seiring dengan cakupan imunisasi yang tinggi maka penggunaan vaksin
juga meningkat dan akibatnya kejadian yang berhubungan dengan imunisasi
juga meningkat. Dalam menghadapi hal tesebut penting diketahui apakah
kejadian tersebut berhubungan dengan vaksin yang diberikan ataukah secara
kebetulan (Ranuh dkk, 2011).
Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan kejadian
ikutan pasca imunisasi (KIPI) (KN PP KIPI), Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi
dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada keadaan tertentu lama
pengamatan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dapat mencapai masa 42
hari (arthritis kronik pasca vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari (infeksi
3
virus campak vaccine-strain pada pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi
campak, dan polio paralitik serta infeksi virus polio vaccine-strain pada
resipien non imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi
polio) (Proverati dan Andhini, 2010).
Berdasarkan hasil studi pendahulan yang dilakukan pada tanggal
13 November 2013 di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen
terdapat 33 ibu yang mempunyai balita. Dengan metode wawancara yang
dilakukan pada 3 (9,09%) ibu yang memiliki bayi ke posyandu menyatakan
bahwa anaknya setelah diimunisasi mengalami demam dan ibu sangat
mengkhawatirkan dengan keadaan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (KIPI) di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh,
Sragen”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka peneliti
membuat rumusan masalah sebagai berikut ”Bagaimana tingkat pengetahuan
ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Posyandu Kanthil desa
Jembangan, Plupuh, Sragen ?”.
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (KIPI) di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh,
Sragen pada tingkat baik.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (KIPI) di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh,
Sragen pada tingkat cukup.
c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (KIPI) di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh,
Sragen pada tingkat kurang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan
Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi.
2. Bagi Peneliti
Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan
pengalaman nyata dalam penelitian.
5
3. Bagi institusi
a. Pendidikan
Dapat menambah referensi tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
serta sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
b. Posyandu
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi ibu tentang
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
E. Keaslian Penelitian
1. Sari (2013), “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Reaksi Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu desa Doyong
Kecamatan Miri Kabupaten Sragen”. Jenis penelitian ini adalah diskriptif
kuantitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian sejumlah 30
responden. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling.
Analisa data yang digunakan adalah univariat dengan distribusi frekuensi.
Dengan hasil 16 responden (54%) memiliki pengetahuan yang cukup,
sedangkan 12 responden (40%) berpengetahuan baik, 2 responden (6%)
yang berpengetahuan kurang baik dan tidak ada responden yang
mempunyai pengetahuan tidak baik 0%.
2. Elviani (2012), “Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan kejadian ikutan
pasca imunisasi (KIPI) dengan Pemberian Imunisasi Lanjutan di Wilayah
Kerja Puskesmas Simpang Teritit Kecamatan Wih Pesam Kabupaten
Bener Meriah Tahun 2012”. Jenis penelitian ini adalah diskriptif
6
kuantitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian sejumlah 97
responden. Teknik pengambilan sampel adalah Random Sampling. Analisa
data yang digunakan adalah analisis statistic inferensial. Dengan hasil ada
hubungan pendidikan, pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar
lanjutan dengan nilai P=0,000; sementara, Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) tidak ada hubungan Terhadap Pemberian Imunisasi
Dasar Lanjutan dengan nilai P = 0,722.
Perbedaan pada penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya
terletak pada tempat, subjek, metode pengambilan sampel, variabel, dan
waktu.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui secara menyeluruh karya tulis ilmiah ini penulis
menguraikan sistematika penulisan Bab I sampai Bab V yang saling
berhubungan. Adapun gambaran sistematikanya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Bab ini berisi uraian teori tentang pengetahuan yang meliputi
pengertian, tingkat pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan,
faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, kriteria tingkat
7
pengetahuan, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang terdiri
dari pengertian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), penyebab
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), angka kejadian Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), gejala klinis Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI), kelompok resiko, kerangka teori dan kerangka
konsep.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi
dan waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pemgambilan
sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, metode pengolahan data dan
analisa data, etika penelitian serta jadwal penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian,
hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan
penelitian.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian dan
saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tau dan ini setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indra pada manusia yaitu penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tau dari manusia yang
sekedar menjawab petanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia,
apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
b. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,
tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
9
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,
dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartiakan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
10
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria yang telah ada.
c. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan dapat diperoleh dengan
beberapa cara, diantaranya :
1) Cara tradisional
Cara kuno atau tradisional ini dipakai untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah atau metode
penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan
pengetahuan pada periode ini antara lain :
a) Cara coba-salah (Trial and error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut
tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain. Apabila
11
kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan
kemunkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba
kemungkinan yang keempat dan seterusnya, sampai masalah
tersebut terpecahkan.
b) Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan.
c) Cara kekuasaan atau otoritas
Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh
agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya
mempunyai mekanisme yang sama didalam penemuan
pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat
yang dikemukakan oleh orang yang mempunya otoritas, tanpa
terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik
berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.
Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat
tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah
sudah benar.
d) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman
itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
12
e) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah
mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya.
2) Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodelogi penelitian
(research methodology).
d. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2012), faktor yang mempengaruhi
pengetahuan meliputi:
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-
hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip
Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam
memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan
13
(Nursalam, 2003). Pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi.
b) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),
pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
c) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia
adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998)
semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam dalam berfikir dan bekerja.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003)
lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
14
e. Kriteria tingkat pengetahuan
Menurut Riwidikdo (2013), pengetahuan seseorang dapat
dikategorikan dalam beberapa kategori, yaitu :
1) Baik, bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD
2) Cukup, bila nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
3) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
2. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
a. Pengertian
Menurut Departemen Kesehatan (2005), Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang
terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi, yang diduga ada
hubungannya dengan pemberian imunisasi.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1) Related programme atau hal – hal berkaitan dengan kegiatan
imunisasi, misalnya timbul bengkak bahkan abses pada bekas
suntikan vaksin. Biasanya karena jarum tidak steril. Contoh
lain adalah kelenjar limfe misalnya di daerah ketiak, atau lipat
paha membengkak dan terasa sedikit nyeri. Ini akibat aktivitas
sistem kekebalan tubuh yang menerima vaksin tersebut.
2) Reaction related to properties of vaccine atau reaksi terhadap
sifat – sifat yang dimiliki oleh vaksin yang bersangkutan.
Misalnya saja reaksi terhadap bahan campuran vaksin. Reaksi
15
ini biasanya berupa pembengkakan, kemerahan, demam
(misalnya terhadap vaksin campak, biasanya akan normal
kembali dalam satu hari).
3) Coincidental atau koinsidensi. Koinsidensi adalah dua kejadian
secara bersama tanpa adanya hubungan satu sama lain. Ketika
anak menerima imunisasi, sebenarnya dia sudah dalam keadaan
masa perjalanan penyakit yang sama atau penyakit lain (masa
tunas) yang tidak ada hubungannya dengan vaksin yang
bersangkutan. Misalnya saja, anak sedang dalam perjalanan
mau sakit batuk pilek atau diare bahkan seringkali penyakit
akut yang lebih serius disertai demam.
Pada umumnya reaksi terhadap obat dan vaksin dapat
merupakan reaksi simpang (adverse events), atau kejadian lain yang
bukan terjadi akibat efek langsung vaksin. Reaksi simpang vaksin
antara lain dapat berupa efek farmakologi, efek samping (side-effects),
interaksi obat, intoleransi, reaksi idoisinkrasi, dan reaksi alergi yang
umumnya secara klinis sulit dibedakan.
Efek farmakologi, efek samping, serta reaksi idiosinkrasi
umumnya terjadi karena potensi vaksin sendiri, sedangkan reaksi alergi
merupakan kepekaan seseorang terhadap unsur vaksin dengan latar
belakang genetik. Reaksi alergi dapat terjadi terhadap protein telur
(vaksin campak, gondong, influenza, dan demam kuning), antibiotik,
16
bahan preservatif (neomisin, merkuri), atau unsur lain yang terkandung
dalam vaksin (Ranuh dkk, 2011).
Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat
terjadi karena kesalahan teknik pembuatan, pengadaan dan distribusi
serta penyimpanan vaksin, kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan
imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul secara kebetulan.
Sesuai telaah laporan KIPI oleh Vaccine Safety Committee, Institute of
Medicine (IOM) USA menyatakan bahwa sebagian besar Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) terjadi karena kebetulan saja. Kejadian
yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan
prosedur dan teknik pelaksanaan (pragmatic errors)
(Ranuh dkk, 2011).
b. Penyebab
KN PP KIPI membagi penyebab Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) menjadi lima kelompok faktor etiologi menurut
klasifikasi lapangan WHO Western Pacific (1999), yaitu:
1) Kesalahan program/teknik pelaksanaan (programmic errors)
Sebagian kasus Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
berhubungan dengan masalah program dan teknik pelaksanaan
imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan,
pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin. Kesalahan tersebut
dapat terjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi, misalnya:
a) Dosis antigen (terlalu banyak)
17
b) Lokasi dan cara menyuntik
c) Sterilisasi semprit dan jarum suntik
d) Jarum bekas pakai
e) Tindakan aseptik dan antiseptik
f) Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik
g) Penyimpanan vaksin
h) Pemakaian sisa vaksin
i) Jenis dan jumlah pelarut vaksin
j) Tidak memperhatikan petunjuk produsen
Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana perlu diperhatikan
apabila terdapat kecenderungan kasus Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) berulang pada petugas yang sama.
2) Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik
baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Reaksi suntikan langsung
misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan,
sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut,
pusing, mual, sampai sinkope.
3) Induksi vaksin (reaksi vaksin)
Gejala Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang disebabkan
induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu
karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya
18
ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat
seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian. Reaksi
simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam
petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai kontra indikasi,
indikasi khusus, perhatian khusus, atau berbagai tindakan dan
perhatian spesifik lainnya termasuk kemungkinan interaksi obat
atau vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi
dengan baik oleh pelaksana imunisasi.
4) Faktor kebetulan (koinsiden)
Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang timbul ini
terjadi secara kebetulan saja setelah diimunisasi. Indikator faktor
kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama
disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan
karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.
5) Penyebab tidak diketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat
dikelompokkan kedalam salah satu penyebab maka untuk
sementara dimasukkan kedalam kelompok ini sambil menunggu
informasi lebih lanjut. Biasanya dengan kelengkapan informasi
tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
19
c. Angka kejadian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang paling serius terjadi
pada anak adalah reaksi anafilaksis. Angka kejadian reaksi anafilaktoid
diperkirakan 2 dalam 100.000 dosis DPT, tetapi yang benar-benar
reaksi anafilaksis hanya 1-3 kasus diantara 1 juta dosis. Anak yang
lebih besar dan orang dewasa lebih banyak mengalami sinkope, segera
atau lambat. Episode hipotonik/hiporesponsif juga tidak jarang terjadi,
secara umum dapat terjadi 4-24 jam setelah imunisasi
(Marmi dan Rahardjo, 2012).
d. Gejala klinis Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Gejala klinis Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dapat
timbul secara cepat maupun lambat dan dapat dibagi menjadi gejala
lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya. Pada
umumnya makin cepat Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) terjadi
makin cepat gejalanya (Proverawati dan Andhini, 2010).
Tabel 2.1 Gejala Klinis
Reaksi Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (KIPI)
Gejala Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI)
Lokal Abses pada tempat suntikan
Limfadenitis
Reaksi lokal lain yang berat, misalnya
selulitis, BCG-it is
Sistem Saraf Pusat Kelumpuhan akut
Ensefalopati
Ensefalitis
Meningitis
Kejang
20
Lain-lain Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edema
Reaksi anafilaksis
Syok anafilaksis
Artralgia
Demam tinggi >38,5°C
Episode hipotensif-hiporesponsif
Osteomielitis
Menangis menjerit yang terus menerus (3
jam)
Sindrom syok septik
Sumber : Artikel Fakultas Kedokteran UNAIR (2006).
Mengingat tidak ada satupun jenis vaksin yang aman tanpa efek
samping, maka apabila seorang anak telah mendapatkan imunisasi perlu
diobsevasi beberapa saat, sehingga dipastikan tidak terjadi Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) (reaksi cepat). Berapa lama observasi
sebenarnya sulit ditentukan, tetapi pada umumnya setelah pemberian
setiap jenis imunisasi harus dilakukan observasi selama 15 menit untuk
menghindarkan kerancuan maka gejala klinis yang dianggap sebagai
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dibatasi dalam jangka waktu
tertentu timbulnya gejala klinis (Proverawati dan Andhini, 2010).
e. Kelompok resiko
Menurut (Marmi dan Rahardjo, 2012), untuk mengurangi resiko
timbulnya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) maka harus
diperhatikan apakah resipien termasuk dalam kelompok resiko. Yang
dimaksud dengan kelompok resiko adalah:
1) Anak yang mendapat reaksi simpang pada imunisasi terdahulu
Hal ini harus segera dilaporkan kepada Pokja Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (KIPI) setempat dan KN PP Kejadian Ikutan Pasca
21
Imunisasi (KIPI) dengan mempergunakan formulir pelaporan yang
telah tersedia untuk penanganan segera
2) Bayi berat lahir rendah
Pada dasarnya jadwal imunisasi bayi kurang bulan sama dengan
bayi cukup bulan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi kurang bulan adalah:
a) Titer imunitas pasif melalui transmisi maternal lebih rendah
dari pada bayi cukup bulan
b) Apabila berat badan bayi sangat kecil (<1000 gram) imunisasi
ditunda dan diberikan setelah bayi mencapai berat 2000 gram
atau berumur 2 bulan; imunisasi hepatitis B diberikan pada
umur 2 bulan atau lebih kecuali bila ibu mengandung HbsA
c) Apabila bayi masih dirawat setelah umur 2 bulan, maka vaksin
polio yang diberikan adalah suntikan IPV bila vaksin tersedia,
sehingga tidak menyebabkan penyebaaran virus polio melalui
tinja.
3) Pasien imunokompromais
Keadaan imunokompromais dapat terjadi sebagai akibat penyakit
dasar atau sebagai akibat pengobatan imunosupresan (kemoterapi,
kortikosteroid jangka panjang). Jenis vaksin hidup merupakan
indikasi kontra untuk pasien imunokompromais dapat diberikan
IVP bila vaksin tersedia. Imunisasi tetap diberikan pada
pengobatan kortikosteroid dosis kecil dan pemberian dalam waktu
22
pendek. Tetapi imunisasi harus ditunda pada anak dengan
pengobatan kortikosteroid sistemik dosis 2 mg/kg berat badan/hari
atau prednison 20 mg/ kg berat badan/hari selama 14 hari.
Imunisasi dapat diberikan setelah 1 bulan pengobatan
kortikosteroid dihentikan atau 3 bulan setelah pemberian
kemoterapi selesai.
4) Pada resipien yang mendapatkan human immunoglobulin
Imunisasi virus hidup diberikan setelah 3 bulan pengobatan untuk
menghindarkan hambatan pembentukan respons imun.
23
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Modifikasi Notoatmodjo (2010) dan Sugiyono (2012 )
Tingkat pengetahuan :
1. Tahu (know)
2. Memehami (comprehention)
3. Analisis (analysis)
4. Aplikasi (application)
5. Sintesis (sinthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan :
Faktor Internal
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Umur
Faktor Eksternal
1. Faktor lingkungan
2. Sosial budaya
Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI)
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Gejala klinis
4. Kelompok resiko
24
C. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Modifikasi Notoatmodjo (2010) dan Sugiyono (2012)
Tingkat pengetahuan ibu
tentang Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI)
Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan :
Faktor Internal
4. Pendidikan
5. Pekerjaan
6. Umur
Faktor Eksternal
3. Faktor lingkungan
4. Sosial budaya
Cukup
Baik
Kurang
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu
suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau diskripsi suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2010).
Kuantitatif (data numerik) adalah data penelitian yang berupa bilangan atau
angka-angka (Sunyoto, 2011). Metode penelitian menggunakan pendekatan
cross sectional yaitu penelitian pada beberapa populasi yang diamati pada
waktu yang sama (Hidayat, 2007). Penelitian yang akan dilakukan
menggambarkan pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan pasca imunisasi
pada tingkat baik, cukup dan kurang.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat atau lokasi penelitian tersebut akan
dilakukan. Lokasi ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitan
tersebut (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu
Kanthil Desa Jembangan, Plupuh, Sragen.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu penelitian tersebut dilakukan
(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5, 6, 10,
11, dan 13 April 2014.
26
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi yang akan diteliti dalam penelitian
ini adalah ibu yang mempunyai anak berumur kurang dari 12 bulan di
Posyandu Kanthil Desa Jembangan, Plupuh, Sragen. Populasi pada bulan
April sebanyak 26 ibu.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2010). Menurut Arikunto (2006), apabila
populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua, tetapi jika populasi
lebih dari 100 dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Karena
jumlah populasi dalam penelian ini sebanyak 26 ibu, maka peneliti akan
mengambil sampel total sebanyak 26 ibu.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Hidayat (2007), teknik sampling merupakan suatu proses
seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada,
sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
sampling jenuh yaitu dengan mengambil semua anggota populasi
menjadi sampel.
27
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).
Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu tentang
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan
menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2007).
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Skala
Ukur
Hasil
Tingkat
pengetahuan ibu
tentang
Kejadian Ikutan
Pasca
Imunisasi(KIPI)
Kemampuan
/pengetahuan
ibu dalam
menjawab
kuesioner
tentang
Kejadian
Ikutan Pasca
Imunisasi
(KIPI)
Kuesioner Ordinal a. Baik, bila nilai
yang diproleh
(x) > mean +1
SD
b. Cukup, bila
nilai mean – 1
SD < x < mean
+ 1 SD
c. Kurang, bila
nilai responden
yang diperoleh
(x) < mean – 1
SD
28
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpukan data (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner adalah
sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang ia ketahui dan sudah
disediakan jawabannya (Arikunto, 2010). Alat yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang sudah disediakan jawabannya
sehingga responden tinggal memilih.
1. Kisi-kisi kuesioner
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner
No Indikator No. Kuesioner Jumlah
Favourable Un-favourable
1. Pengertian KIPI 1,3,8,11,17,21,23,24,
25,27
2,4,9,10,12,
22,28,29
18
2. Penyebab KIPI 5,6,7,13,26,30 6
3. Gejala klinis KIPI 14,15,16,19 18 5
4. Kelompok resiko 20 1
Jumlah total soal 30
Keterangan: angka yang bergaris bawah menyatakan pertanyaan tidak valid.
2. Cara penilaian
Jenis pernyataan dalam kuensioner tersebut ialah favourable (+)
yaitu pernyataan positif yang sesuai dengan teori, jika dijawab benar
mendapatkan skor 1, jika dijawab salah mendapatkan skor 0. Dan
pernyataan un-favourable (-) yaitu pernyataan negative yang tidak sesuai
dengan teori, jika dijawab salah maka mendapatkan skor 1, jika dijawab
benar mendapatkan skor 0. Pengisian kuisioner tersebut dengan memberi
tanda (√) pada jawaban yang dianggap benar.
29
Untuk mengetahui kuesioner untuk penelitian ini berkualitas, terlebih
dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap karakteristik sejenis di
luar lokasi penelitian. Uji validitas dilakukan di Posyandu Desa Jabung,
Plupuh, Sragen dengan 32 responden. Karena jumlah populasi terbatas, maka
seluruh populasi dimasukkan sebagai sample. Untuk penelitian deskriptif
pada manusia, jumlah samplenya di atas 30 subjek ( Sulistyaningsih, 2012).
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument. Sebuah instrument
dilakatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak
diukur (Arikunto, 2010). Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan
rumus product moment. Instrument dikatakan valid jika nilai p-value
< 0,05 dan < 0,01. Penghitungan uji validitas dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 17 for
windows dengan menggunakan taraf signifikan 5%. Dengan
menggunakan oleh data SPSS (Rumus Pearson Product Moment) adalah:
rxy=
Keterangan :
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien skorelasi product moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
30
Setelah dilakukan uji validitas di posyandu desa Jabung terhadap
32 ibu dengan jumlah 30 pernyataan didapatkan 27 pernyataan valid dan
3 pernyataan tidak valid yaitu no 24, no 29, dan no 30 kemudian ke tiga
soal tersebut tidak digunakan.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan bahwa kuesioner tersebut konsisten
apabila digunakan untuk mengukur gejala yang sama.
Pengujian reliabilitas instrument dilakukan secara eksternal maupun
internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest
(stability), yaitu dengan cara mengulang beberapa kali uji instrument.
Secara internal reliabilitas instrument dapat diuji dengan split half yaitu
dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument
sesuai dengan data yang dikumpulkan (Suyanto dan Salamah, 2008).
Instrumen dikatakan reliabel bila nilai reliabelitas seluruh instrumenya >
0,7 (Riwidikdo, 2010).
Untuk menguji reliabilitas instrument peneliti menggunakan
Alpha Chronbach dengan bantuan Komputer SPSS for windows
(Riwidikdo, 2010).
Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut :
r11 =
Keterangan :
r11 = Reliabilitas Instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
31
∑Si2 = Jumlah varian butir
Si2 = Varians Total
Setelah dilakukan uji coba instrumen didapatkan nilai Alpha
Chronbach sebesar 0,919, sehingga instrumen dikatakan reliable.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan data yang akan dilakukan dalam
penelitian Hidayat (2007). Cara pengumpulan data akan dilakukan dengan
cara memberikan lembar persetujuan (informed consent) dan membagikan
kuesioner pada ibu yang membawa anaknya datang ke Posyandu Kanthil desa
Jembangan, Plupuh, sragen, kemudian menjelaskan tentang cara
pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner dengan selesai dan
kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh
menurut Riwidikdo (2013), terdiri dari:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya
atau objek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi. Dalam
penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner pengetahuan
tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) oleh responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan tidak secara langsung dari
objek penelitian. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh melalui
dokumentasi dan interview kepada bidan desa.
32
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Menurut Arikunto (2010), setelah data terkumpul, maka langkah
yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data.
Proses pengolahan data ada 4 yaitu :
a. Editing
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil
jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan
kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap.
Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau
tidak sesuai dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap
tahap-tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam
pengolahan data selanjutnya.
c. Data Entry (Memasukkan Data)
Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau
kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
d. Tabulating
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari
jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian
dimasukkan ke dalam tabel.
33
2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel
dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan
prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
Rumus mean yaitu:X = n
xx
Keterangan :
X : rata-rata ( mean )
x : Jumlah seluruh jawaban responden
n : Jumlah responden
Menurut Riwidikdo (2013), Simpangan baku (standard deviation) adalah
ukuran yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai
(data) terhadap rata-ratanya.
Rumus : SD = 1
)(1
2
1
1
( 1
11
n
xxn
i
Keterangan:
x : Nilai responden
n : Jumlah responden
Menurut Riwidikdo (2013), maka digunakan perhitungan sebagai berikut:
Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD
Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
34
Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
Adapun rumus untuk memperoleh skor prosentase menurut
Riwidikdo (2010), adalah
I. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2007), etika penelitian merupakan masalah yang
sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian berhubungan langsung
dengan manusia maka segi etika penelitian harus diperhatikan antara lain
sebagai berikut
1. Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Apabila responden bersedia, maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
35
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik ionformasi maupun masalah-
masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
J. Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan merupakan langkah-langkah kegiatan dari mulai
menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian,
beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut
(Notoatmodjo, 2010). Jadwal kegiatan penelitian terlampir.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Posyandu Kanthil desa Jembangan kecamatan
Plupuh, kabupaten Sragen. Posyandu yang dilakukan di desa Jembangan terdiri
dari Posyandu Kanthil 1 sampai Kanthil 5. Posyandu Kanthil 1 dilaksanakan di
dukuh Jembangan setiap tanggal 5, posyandu Kanthil 2 dilaksanakan di dukuh
Jengglong setiap tanggal 10, posyandu Kanthil 3 dilaksanakan di dukuh Duwet
setiap tanggal 11, posyandu Kanthil 4 dilaksanakan di dukuh Pelem setiap
tanggal 13 dan posyandu Kanthil 5 dilaksanakan di dukuh Wonorejo setiap
tanggal 6. Seperti posyandu pada umumnya, posyandu yang dilakukan di desa
Jembangan mempunyai program pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita.
Posyandu di desa Jembangan dipimpin oleh seorang bidan dan 20 kader.
Desa Jembangan terletak di jalan Mayor Ahmadi km 9 . Desa Jembangan
berbatasan dengan sungai Cemara di sebelah barat, dengan desa Wonosido
disebelah Selatan, dengan desa Tanon Sidokerto di sebelah timur dan dengan
desa Klampean di sebelah utara. Mayoritas penduduk desa Jembangan bermata
pencaharian sebagai petani dan swasta.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi di Desa Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014”
37
responden dalam penelitian ini terdiri dari 26 ibu yang mempunyai anak usia
kurang dari 12 bulan.
1. Karakteristik responden
Karakteristik responden dalam penelitian tentang kejadian ikutan pasca
imunisasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan umur
Jenis Jumlah Prosentase (%)
Umur 22-27 12 46
28-33 9 35
34-39 2 8
40-45 3 11
Total 26 100
Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 4.1 Umur responden dalam penelitian tentang
kejadian ikutan pasca imunisasi yaitu umur 22-27 th sebanyak 12 responden
(46 %), umur 28-33 th sebanyak 9 responden (35 %), umur 34-39 sebanyak 2
responden (8 %) dan umur 40-45 sebanyak 3 responden (11 %). Mayoritas
umur responden dalam penelitian ini yaitu pada umur 22-27 th sebanyak 12
responden (46 %).
Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan pendidikan
Pendidikan Jumlah Prosentase (%)
SD 4 15
SMP 14 54
SMA 8 31
Total 26 100
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 4.2 pendidikan responden dalam penelitian tentang
kejadian ikutan pasca imunisasi yaitu SD sebanyak 4 responden (15 %), SMP
38
sebanyak 14 responden (54 %), dan SMA sebanyak 8 responden (31 %).
Mayoritas pendidikan responden dalam penelitian ini yaitu berpendidikan
SMP sebanyak 14 responden (54 %).
Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Prosentasi (%)
IRT 12 46
SWASTA 14 54
Total 26 100
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 4.3 pekerjaan responden dalam penelitian tentang
kejadian ikutan pasca imunisasi yaitu IRT sebanyak 12 responden (46 %) dan
swasta sebanyak 14 responden (54 %). Mayoritas pekerjaan responden dalam
penelitian ini yaitu berpekerjaan swasta sebesar 14 responden (46 %).
2. Mean dan Standar Deviasi tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan
pasca imunisasi di desa Jembangan, Plupuh, Sragen
Tabel 4.4 Mean dan Standar Deviasi
Variabel Mean Standar Deviasi
Tingkat Pengetahuan Ibu
tentang Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi di Desa Jembangan,
Plupuh, Sragen
19,6 7
Berikut ini perhitungan kategori pengetahuan responden :
Baik : Bila nilai responden yang diperoleh x > mean + 1 SD
x > 19,6 + 1.7
x > 26,6
Jadi pengetahuan baik jika nilai responden > 26,6
39
Cukup : Bila nilai responden mean – 1 SD ≤ x ≤ mean +1 SD
19,6 – 1.7 ≤ x ≤ 19,6 + 1.7
12,6 ≤ x ≤ 26,6
Jadi pengetahuan cukup jika nilai responden 12,6 ≤ x ≤ 26,6
Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean ─ 1 SD
x < 19,6 – 1.7
x < 12,6
Jadi pengetahuan kurang jika nilai responden < 12,6
3. Pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Hasil penelitian tentang Pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan pasca
imunisasi dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini :
Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI) di desa Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014
No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
1 Baik 5 19,2
2 Cukup 17 65,4
3 Kurang 4 15,4
Total 26 100
Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dikategorikan tingkat pengetahuan
baik sebanyak 5 responden (19,2%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 17
responden (65,4%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 responden
(15,4%). Jadi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang kejadian ikutan pasca
imunisasi di posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen mayoritas
pada tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 17 responden (65,4%).
40
C. Pembahasan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan (knowledge) adalah hasil
tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what”. Pengetahuan
merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan
manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud
barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang
dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah
kejiwaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur responden dalam
penelitian ini yaitu pada umur 22-27 th sebanyak 12 responden (46 %).
Sedangkan mayoritas pendidikan responden dalam penelitian ini adalah
berpendidikan SMP sebanyak 14 responden (54 %) dan mayoritas pekerjaan
responden dalam penelitian ini adalah berpekerjaan swasta sebesar 14 responden
(46 %). Untuk hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan
pasca imunisasi pada kategori baik sebanyak 5 responden (19,2%), tingkat
pengetahuan cukup sebanyak 17 responden (65,4%) dan tingkat pengetahuan
kurang sebanyak 4 responden (15,4%). Berdasarkan analisis yang dilakukan
peneliti pada 27 kuesioner didapatkan nilai tertinggi pada pernyataan no 16 yaitu
tentang tanda gejala Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) sedangkan nilai
terendah pada pernyataan no 8 yaitu tentang pengertian Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI).
Hasil Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sari, S.C. (2013) dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
41
Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu
Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen” dengan hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang reaksi Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di desa Doyong kecamatan Miri kabupaten
Sragen cukup baik yaitu sebesar 16 responden (54%), Sedangkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Novitasari, Elviani (2012), dengan judul ”Hubungan
Pendidikan, Pengetahuan dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) terhadap
Pemberian Imunisasi Dasar Lanjutan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang
Teritit Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah” dengan hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan pengetahuan mempunyai hubungan
dengan pemberian Imunisasi Dasar lanjutan, sementara Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) tidak mempunyai hubungan dengan pemberian Imunisasi Dasar
lanjutan.
Menurut Wawan A (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan, dan
sosial budaya. Tingkat pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI) baik atau tinggi, maka angka kesakitan bayi akibat imunisasi akan
menurun juga .
Wawan A (2010), mengutip dari Hurlock, semakin cukup umur, tingkat
kematangan, dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari hasil penelitian usia responden mayoritas pada usia reproduksi
yaitu usia 22-27 tahun (45%).
42
D. Keterbatasan Penelitian
1. Keterbatasan penelitian dalam penelitian ini adalah variabel penelitian ini
merupakan variabel tunggal, sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat
pengetahuan.
2. Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner tertutup sehingga responden
hanya bisa menjawab benar atau salah, dan karakteristik responden yang
kurang bisa menggambarkan hasil penelitian.
43
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi di Desa Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun
2014”. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 26 responden sehingga
penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi di Desa
Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014 pada tingkat baik sebanyak 5
responden (19,2%).
2. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi di Desa
Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014 pada tingkat pengetahuan cukup
sebanyak 17 responden (65,4%).
3. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi di Desa
Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014 pada tingkat pengetahuan kurang
sebanyak 4 responden (15,4%).
B. Saran
1. Bagi ilmu pengetahuan
Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang kejadian ikutan
pasca imunisasi.
44
2. Bagi Peneliti
Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan
pengalaman nyata dalam penelitian serta dapat mengembangkan variabel
penelitian, dan pengumpulan datanya menggunakan kuesioner terbuka supaya
hasilnya lebih baik lagi.
3. Bagi institusi
a. Pendidikan
Dapat menambah referensi tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi serta
sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
b. Posyandu
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi ibu tentang
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
4. Bagi Responden
Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan dengan mencari informasi
tentang kejadian ikutan pasca imunisasi melalui penyuluhan dari tenaga
kesehatan dan media cetak yaitu dengan banyak membaca buku, majalah,
koran dan media elektronik seperti radio, televisi, internet.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi
V. Jakarta : Rineka Cipta.
__________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
Dewi, V.N.L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika.
Hidayat, A. 2007. MetodePenelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Marmi, Rahardjo, K. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Notoatmodjo, S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Novitasari, Elviani. 2012. Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (Kipi) Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar
Lanjutan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Teritit Kecamatan Wih
Pesam Kabupaten Bener Meriah. Jurnal Kesehatan STIKes U’budiyah
Banda Aceh. Mei 2012. STIKes U’budiyah Banda Aceh. Aceh.
Proverawati A.,Andhini C.S.D. 2010. Imunisasi dan Vaksin. Yogyakarta : Numed.
Ranuh, dkk. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Badan Penelitian
IDAI.
Riwidikdo, H. 2010. Statistika Kesehatan.Yogyakarta : Rohima Press.
____________. 2013. Statistika Kesehatan.Yogyakarta : Rohima Press.
Sari, S.C. 2013. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong
Kecamatan Miri Kabupaten Sragen. Jurnal kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta. Januari 2013. STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Surakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta Bandung.
Sulistyaningsih. 2012. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sunyoto, D. 2011. Analisis Data untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
medika.
Suyanto, Salamah U. 2008. Riset Kebidanan Metodologi & Aplikasi. Yogyakarta:
Mitra Cendika Press.
Wawan, A dan M, Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.