TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG INFEKSI … · waktunya dengan perbuatan – perbuatan baik...
Transcript of TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG INFEKSI … · waktunya dengan perbuatan – perbuatan baik...
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG INFEKSI
LUKA PERINEUM DI RSU ASSALAM GEMOLONG
SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Uji Ujian Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh:
CHRIS VALENTINE AYU OCTAVIANI
NIM B09.070
PROGAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG INFEKSI
LUKA PERINEUM DI RSU ASSALAM GEMOLONG
SRAGEN
Diajukan Oleh :
CHRIS VALENTINE AYU OCTAVIANI
NIM : B09070
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal 28 Juni 2012
iii
HALAMAN PENGESAHAN
TINGAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG INFEKSI LUKA
PERINEUM DI RSU ASSALAM GEMOLONG
SRAGEN
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Oleh :
CHRIS VALENTINE AYU OCTAVIANI
NIM: B09070
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Program D III Kebidanan
Pada Tanggal Juli 2012
iv
CURICULUM VITAE
Nama : Chris Valentine Ayu Octaviani
Tempat / Tanggal Lahir : Ngawi, 24 Oktober 1991
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Banyumeneng Rt. 01/Rw. 02, Pucangan, Ngrambe,
Ngawi.
Riwayat pendidikan
1. SDN Pucangan I LULUS TAHUN 2001
2. SMP N I Ngrambe LULUS TAHUN 2004
3. SMA N I Ngrambe LULUS TAHUN 2009
4. Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Foto 3×4
v
MOTTO
· Sesungguhya, sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah
SWT, Tuhan semesta alam (Q.S. Al.An’aam : 162)
· Semua manusia berada dalam keadaan merugi apabila dia tidak mengisi
waktunya dengan perbuatan – perbuatan baik (Q.S. Al’Ashr)
· Aku adalah orang yang belum selesai dan aku menyelesaikan lewat anugerah
– anugerah yang Tuhan berikan untukku (W.S. Rendra)
· Banyak orang gagal karena tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan
sukses ketika menyerah (Thomas Alpha Edison)
· Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba karena
didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil (Mario Teguh)
PERSEMBAHAN
· ALLAH SWT yang senantiasa melindungi dan selalu
memberikan kemudahan dan kemudahan dalam setiap
langkah ku.
· Papah dan ibu tercinta yang selalu mencukupi
kebutuhanku dengan usaha yang tak pernah mengenal
kata lelah dan senantiasa memberikan aku do’a, kasih
saying, semangat dan kepercayaan. I love you
vi
· Seluruh dosen dan staf STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA, terutama dosen akbid terima kasih
atas bimbingan selama ini.
· Kakakku (Mas Dian, Mbak Nana, Mbak Cory dan
Mas Antok), adekku (Panji Bima) serta keponakanku
(Ardhi dan Calista) yang senantiasa memberikan do’a,
inspirasi serta semangat.
· Mas Iwan yang selalu membantu, mendewasakanku,
memberikan dukungan, do’a serta sabar dan setia
menungguku.
· Temen-temenku kost Trisakti 1 (Dayinta, Agnes,
Krisha, Tika, Arum, Ola, Isni, Agustina).
· Temen-temen seperjuangan yang selalu berjalan
bersama.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbal’alamin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
tentang Infeksi Luka Perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat ujian akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT selaku Ketua Prodi Diploma III Kebidanan
STIKes Kusuma Husada.
3. Ibu Ambarsari, S.ST selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan
teori dan metode penelitian dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu dr. Wiwiek Irawati, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Umum Assalam
Gemolong Sragen yang telah memberikan izin dalam pengambilan data awal.
5. Seluruh Dosen Prodi Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
v
6. Seluruh ibu nifas di RSU Assalam Gemolong Sragen yang telah bersedia
memjadi responden penelitian.
7. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan berupa doa dan kasih
sayang kepada saya.
8. Teman-teman angkatan 2009 Prodi Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, untuk itu penulis sangat mengharapkan
masukan-masukan dari semua pihak yang berupa masukan dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
ix
STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012
Chris Valentine Ayu Octaviani
B09 070
“TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG INFEKSI LUKA
PERINEUM DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN”
xv + 54 halaman + 5 tabel + 2 gambar + 13 lampiran
ABSTRAK
Latar Belakang : Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia, Angka Kematian Ibu
(AKI) masih cukup tinggi 228/100.000 kelahiran hidup tahun 2007, sedangkan target
MDGs pada tahun 2015, AKI dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran
hidup (Dinkes, 2011). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan
(28%), eklamsi (24%), infeksi (11%), partus lama (5%), abortus (5%) (SDKI, 2007).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSU Assalam Gemolong Sragen dengan
menggunakan 5 pertanyaan diperoleh data yaitu dari 10 ibu nifas, 3 ibu nifas yang
mengetahui tentang infeksi masa nifas dan 7 ibu nifas kurang mengetahui tentang
infeksi masa nifas.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi
luka perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen.
Metode Penelitian : Jenis Penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini
dilaksanakan di RSU Assalam Gemolong Sragen pada bulan 29 mei – 20 juni 2012
dengan sampel yaitu ibu nifas sebanyak 36 orang menggunakan teknik pengambilan
sampel total sampling. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner tertutup sedangkan
teknik analisis data dengan menggunakan analisis univariat.
Hasil Penelitian : Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu Nifas tentang infeksi luka perineum di
RSU Assalam Gemolong Sragen dapat dikategorikan pengetahuan baik terdapat sebanyak 8
responden (22,2%), pengetahuan cukup tentang infeksi luka perineum sebanyak 22 responden
(61,1%) dan pengetahuan kurang tentang infeksi luka perineum sebanyak 6 responden (16,7%). Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum di RSU
Assalam Gemolong Sragen adalah cukup.
Kata kunci : Pengetahuan, Nifas, Infeksi Luka Perineum.
Kepustakaan : 25 literatur (2002 – 2011)
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
CURICULUM VITAE ................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan ................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
E. Keaslian Penelitian ................................................................. 5
F. Sistematika Penulisan………………………………………. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ........................................................................ 8
1. Pengetahaun ........................................................................ 8
2. Nifas …………………………………………………... ..... 16
xi
3. Luka Robekan Perineum ...................................................... 21
4. Infeksi Perineum…………………………………………… 27
5. Pengobatan Infeksi Perineum ............................................... 32
B. Kerangka Teori ..................................................................... 34
C. Kerangka Konsep ................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................. 36
B. Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………….. 36
C. Populasi, Sampel dan Teknik pengambilan Sampling ........... 37
D. Alat / Instrumen Penelitian ..................................................... 38
E. Teknik Pengumpula Data ....................................................... 42
F. Variabel Penelitian ................................................................. 42
G. Definisi Operasional ............................................................... 43
H. Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 43
I. Etika Penelitian ....................................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ..................................... 48
B. Hasil Penelitian ....................................................................... 49
C. Pembahasan ............................................................................ 50
D. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 52
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................... 53
B. Saran ...................................................................................... 54
xii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Involusio uteri ................................................................................ 18
Tabel 3.1 Kisi – kisi Pertanyaan Kuesioner ................................................... 39
Tabel 3.2 Definisi Operasional ...................................................................... 44
Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi ............................................................. 50
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Tingkat Pengetahuan ................................................................... 50
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori penelitian .......................................................... 31
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 32
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Pengambilan Data Awal
Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 Persetujuan Sebagai Responden
Lampiran 4 Kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Infeksi Luka
Perineum
Lampiran 5 Kunci Jawaban Kuesiner
Lampiran 6 Surat Ijin Uji Validasi
Lampiran 7 Surat Balasan Uji Validitas
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 9 Jadwal Penelitian
Lampiran 10 Surat Ijin Penggunaan Lahan Penelitian
Lampiran 11 Surat Balasan dari Lahan Penelitian
Lampiran 12 Hasil Analisis Data
Lampiran 13 Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan suatu Negara ditentukan oleh beberapa indikator,
salah satunya adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Menurut Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007), angka Kematian Ibu (AKI)
masih cukup tinggi 228/100.000 kelahiran hidup, sedangkan target MDGs
pada tahun 2015, AKI dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup (Dinkes, 2011). Penyebab langsung kematian ibu di
Indonesia adalah perdarahan (28%), eklamsi (24%), infeksi (11%), partus
lama (5%), abortus (5%) (SDKI, 2007).
Masa nifas dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika organ-
organ reproduksi pulih seperti keadaan sebelum hamil. Infeksi nifas adalah
infeksi pada traktus genitalis setelah persalinan (Saifuddin, 2002).
Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman
pathogen ke dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi masa nifas
(Saleha, 2009).
Persalinan spontan sering terjadi robekan perineum yang merupakan
luka dengan pinggir yang tidak teratur. Hal ini akan menghambat
penyembuhan sesudah luka dijahit (Wiknjosastro, 2006).
Fase penyembuhan akan tergantung pada beberapa faktor termasuk
ukuran dan tempat luka, kondisi fisiologis umum pasien dan cara
2
perawatan luka perineum yang tepat. Laserasi atau episiotomi yang
terinfeksi akan tampak kemerahan dan bengkak
(Wheeler, 2004).
Perawatan perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi
perineum yang terkena lokhea dan lembab akan sangat menunjang
perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi
pada perineum. Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada
saluran kandung kencing ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat
pada munculnya komplikasi infeksi kandung kencing maupun infeksi pada
jalan lahir. Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan
terjadinya kematian ibu post partum mengingat kondisi ibu post partum
masih lemah (Suwiyoga, (2004) dalam Sujiyatini, dkk (2010)).
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan dan Dewi (2011),
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) karena perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan, sehingga apabila pengetahuan ibu nifas
tentang perawatan luka perineum rendah kemungkinan terjadinya infeksi
akan lebih besar karena kesalahan dalam perawataan luka perineum.
Menurut data yang diperoleh dari Rekam Medik di RSU Assalam
Gemolong Sragen rata-rata jumlah ibu nifas tiap bulannya sekitar 35
orang, sedangkan data ibu nifas selama 1 tahun dari bulan Januari sampai
dengan bulan Desember 2010 terdapat 934 orang, dari ibu nifas tersebut
3
yang melahirkan dengan tindakan operasi caesar sebanyak 482 orang
(52%) dan ibu yang melahirkan tanpa tindakan sebanyak 452 orang (48%),
dari data keseluruhan ibu nifas diatas terdapat 19 orang (2%) ibu yang
mengalami infeksi nifas, antara lain yang mengalami infeksi
tromboplebitis 10 orang (1,1%), infeksi luka abdominal 5 orang (0,5%),
infeksi septicemia 2 orang (0,2%), infeksi payudara 1 orang (0,1%),
infeksi luka perineum 1 orang (0,1%)
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSU Assalam
Gemolong Sragen dengan menggunakan 5 pertanyaan diperoleh data yaitu
dari 10 ibu nifas, 3 ibu nifas yang mengetahui tentang infeksi masa nifas
dan 7 ibu nifas kurang mengetahui tentang infeksi masa nifas.
Berdasarkan masalah diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil
judul Karya Tulis Ilmiah yaitu “TINGKAT PENGETAHUAN IBU
NIFAS TENTANG INFEKSI LUKA PERINEUM DI RSU ASSALAM
GEMOLONG SRAGEN”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas
maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Tingkat
Pengetahuan Ibu Nifas tentang Infeksi Luka Perineum di RSU Assalam
Gemolong Sragen?”.
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka
perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahuai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka
perineum pada tingkat baik.
b. Mengetahuai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka
perineum pada tingkat cukup.
c. Mengetahuai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka
perineum pada tingkat kurang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan
Menambah informasi mengenai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang
infeksi luka perineum untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi diri sendiri
Meningkatkan wawasan mengenai tingkat pengetahuan ibu nifas
tentang infeksi luka perineum.
3. Bagi Institusi
a. Lahan.
Mambahan referensi bagi rumah sakit tentang peningkatan kualitas
RSU Assalam Gemolong Sragen.
5
b. Pendidikan.
Menambah sumber bacaan atau untuk meningkatkan kualitas
pendidikan kebidanan khususnya pada ibu nifas tentang infeksi
luka perineum.
E. Keaslian Penelitian
Dari penelusuran pustaka, peneliti menemukan penelitian yang
serupa dengan penelitian yang akan dilakukan diantaranya :
1. Dwi Rahayu (2006) dengan judul “Pengetahuan Ibu Nifas tentang
Infeksi Luka Jahitan Perineum di UPTD RSD Kota Surakarta”.
Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kuantitatif menggunakan
pendekatan cross sectional. Hasil penelitian dalam kategori baik
sejumlah 56%, kategori cukup baik 32,35% dan kategori kurang baik
sejumlah 11,77%, sedangkan berdasarkan umur responden rata – rata
21 – 23 tahun berjumlah 26,47% dengan tingkat pengetahuan baik
66,67%, pendidikan responden mayoritas adalah SLTA berjumlah
50% dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 60%, pekerjaan
responden ibu rumah tangga berjumlah 61,7% dengan katagori baik
sebanyak 52,36% dan didapatkan pengetahuan ibu nifas tentang
infeksi luka jahitan perineum di UPTD RSD Kota Surakarta adalah
baik
2. Tri Makarti (2006) dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
tentang Tanda Bahaya Ibu Nifas”. Penelitian ini menggunakan
6
sampling jenuh. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas
di RSUD Kota Surakarta. Teknik pengumpulan data dengan
wawancara. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu nifas
tentang infeksi nifas mayoritas katagori cukup yaitu 17 responden
(68%), mayoritas usia responden antara 21-24 tahun ada 8 responden
(32%), sebagian responden berpendidikan SMA 14 responden (56%),
kehamilan yang pertama ada 15 responden (60%), serta responden
bekerja sebagai IRT ada 12 responden (48%).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
perbedaan judul, waktu, tempat, responden, teknik pengumpulan data,
dan hasil penelitian.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri atas lima bab yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan gambaran tentang Proposal Karya
Tulis Ilmiah, latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tinjauan teori yang meliputi: Pengetahuan
mencakup pengertian, fungsi, sumber, faktor yang
mempengaruhi, proses adopsi perilaku, cara memperoleh; Nifas
7
yang mencakup pengertian, tujuan asuhan masa nifas, perubahan
fisiologis pada ibu nifas, tahap masa nifas; Luka robekan
perineum yang mencakup robekan perineum, derajat robekan
perineum, penanganan, perawatan luka perineum; Infeksi
perineum yang mencakup pengertian, cara terjadinya infeksi,
penyebeb infeksi, tanda dan gejala, factor yang mempengaruhi;
Pengobatan luka perineum yang mencakup cara pengobatan luka
perineum; Kerangka teori dan Kerangka konsep.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metodologi yang akan digunakan dalam
penelitian, jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi,
sampel dan teknik pengambilan sampel, alat atau instrumen
penelitian penelitian, teknik atau metode pengumpulan data,
variabel penelitian, definisi operasional, pengolahan dan analisis
data dan etika penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi gambaran umum tempat penelitian, hasil
penelitian, pembahasan, keterbatasan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan dan Dewi (2010),
pengetahuan merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu.
Pengindraan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan
perasa dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai
menghasilkan pengetahuan manusia diperoleh intensitas perhatian
persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.
b. Fungsi Pengetahuan
Mendorong manusia untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran,
dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur
pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang
diketahui oleh individu akan disusun, ditata, atau diubah
sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu konsisten (Azwar, 2007).
9
c. Sumber Pengetahuan
Menurut Nur Salam (2003), sumber pengetahuan, terdiri dari :
1) Empirisme
Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dengan jalan
observasi atau dengan penginderaan.
2) Rasionalisme
Pengetahuan diperoleh dari pikiran (akal budi) manusia,
sehingga mampu mengetahui kebenaran.
3) Intusionisme
Secara etiomologi istilah intuisi berarti lagsung melihat. Intuisi
dapat dipergunakan sehingga kita mengetahui diri kita,
karakter, perasaan, dan motif orang lain serta kita mengetahui,
mengalami hakikat sebenarnya tentang waktu, gerak, dan aspek
yang mendasar dalam jagat raya.
4) Wahyu Allah
Pengetahuan disampaikan oleh Allah S.W.T kepada manusia
lewat para nabi yang diutusnya.
d. Faktor yang Mempengaruhi pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2011) faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu:
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
10
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi.
2) Pekerjaan
Pekerjaaan berhubungan dengan sosial ekonomi seseorang dan
sosial ekonomi seseorang berpengaruh kepada pengetahuan.
3) Informasi/media masa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayaan orang.
4) Usia
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Usia mempengaruhi terhadap daya
tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia
akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
11
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik.
5) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
6) Sosial budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga
akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
e. Proses Adopsi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan dan Dewi (2011)
proses adopsi perilaku.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior)
karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
12
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan, sebelum orang mengadopsi
perilaku baru berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses
berurutan yakni:
1) Awarrnes (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulant (objek).
2) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh
perhatian dan tertarik pada stimulus.
3) Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan
mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus
tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden lebih baik
lagi.
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan dan Dewi (2011)
pengetahuan yang mencakup domain kognitif mempunyai enam
tingkatan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartika sebagai mengingatkan suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang diterima.
13
2) Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dimana dapat mengintreprestasikan secara benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi terus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang
dipelajari.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi
atau suatu objek kedalam komponen – komponen tetapi masih
didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya
satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis )
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan
untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian – bagian di
dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
14
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri dan menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
f. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan dan Dewi (2011) cara
memperoleh pengetahuan.
1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan.
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum dikemukakan
metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan
logis :
a) Coba – coba salah ( Trial And Eror )
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba-coba
salah ini dilakukan dengan mengunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu
tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai
masalah tersebut dapat dipecahkan.
15
b) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan-
pimpinan masyarakat baik formal maupun informal, ahli
agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang
lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh
orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih
dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan
fakta empiris maupun penalaran sendiri.
c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi di masa lalu.
2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah yang atau lebih
popular atau disebut metodelogi penelitian. Cara ini mula-mula
dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian
dikembangkan oleh Deobold Van Devan. Akhirnya lahirlah
suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita
kenal dengan penelitian ilmiah.
16
2. Nifas
a. Pengertian Nifas
1) Nifas adalah periode setelah melahirkan sampai pulihnya organ
reproduksi seperti keadaan normal sebelum hamil, yang
lamanya ± 6 minggu (6-8 minggu)
(Kurniawati dan Mirzanie, 2009).
2) Nifas yaitu dimulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih
kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan
(Wiknjosastro, 2008).
b. Tujuan asuhan masa nifas.
Semua kegiatan mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah
dan diadakan evaluasi dan penilaian. Tujuan dari perawatan nifas
ini adalah:
1) Memulihkan kesehatan umum penderita, dengan:
a) Menyediakan makanan sesuai kebutuhan.
b) Mengatasi anemia.
c) Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan
sterilisasi.
d) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot
untuk memperlancar peredaran darah.
2) Mempertahankan kesehatan psikologis.
3) Mencegah infeksi dan komplikasi.
17
4) Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI).
5) Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri
sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik.
(Bahiyatun, 2009).
c. Tahap Masa Nifas
Menurut Suherni dkk (2009), tahapan masa nifas dibagi 3 tahap
yaitu :
1) Puerpurium dini yaitu masa kepulihan, yakni saat-saat ibu
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerpurium intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh dari
organ-organ genetalia, kira-kira antara 6-8 minggu.
3) Remote puerpurium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau
persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa cepat bila kondisi sehat prima,
atau bisa juga berminggu-minggu, bulan, bahkan tahunan, bila ada
gangguan-gangguan kesehatan lainnya.
d. Perubahan Fisiologi pada Ibu Nifas
1) Involusio
Dalam masa nifas,alat-alat genetalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam
keseluruhanya disebut involusio (Wiknjosastro, 2008).
18
Tabel.2.1
Involusio uteri
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat
Uterus
Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan Pusat Simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Wiknjosastro (2008).
2) Involusio tempat plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak
tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-
2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta
sekitar 6 minggu (Sujiyatini dkk, 2010).
3) Rasa nyeri atau mules-mules (After Pains) disebabkan
kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca
persalinan. Perasaan mules ini lebih terasa bila sedang
menyusui. Perasaan sakit pun timbul bila masih terdapat sisa-
sisa selaput ketuban, sisa-sisa plasenta, atau gumpalan darah
didalam kavum uteri (Wiknjosastro, 2008).
4) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama nifas. Lochea
mengalami perubahan karena proses involusio. Lochea
mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme
19
berkembang lebih cepat daripada kondisi asam pada vagina
normal, baunya amis (anyir), meskipun tidak terlalu menyengat
dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita
(Pusdiknakes, 2003).
Menurut Sujiyatini dkk (2010) Jenis Lochea, yaitu :
a) Lochea Rubra (Cruenta)
Keluar pada hari pertama sampai hari ketiga, berwarna
merah kehitaman. Terdiri dari darah segar bercampur sisa-
sisa selaput ketuban, sel desidua, vernik caseosa, rambut
lanugo dan mekoneum.
b) Lochea Sanguinolenta
Terjadi pada hari ketiga sampai hari ketujuh, berwarna
merah kuning. Sisa darah bercampur lendir.
c) Lochea Serosa
Terjadi pada hari ketujuh sampai hari keempatbelas,
berwarna kekuningan/kecoklatan. Lebih sedikit darah dan
lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan
laserasi plasenta.
d) Lochea Alba
Terjadi pada hari keempat belas ke atas, berwarna putih.
Mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan serabut
mati.
20
Sedangkan lochea patologi ada 2, yaitu:
a) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau.
b) Lochiostasis
Lokia tidak lancar keluarnya.
5) Servik
Bentuk servik agak mengaga seperti corong, disebabkan oleh
karena korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi
sedangkan servik tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah
pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk
seperti cincin. Warna servik sendiri menjadi merah kehitam-
hitaman karena penuh pembuluh darah (Wiknjosastro, 2008).
6) Endometrium
Tempat implantasi plasenta akan timbul thrombosis,
degenerasi, dan nekrosis. Pada hari pertama endometrium yang
kira-kira setebal 2-5 cm itu mempunyai permukaan yang kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin, setelah 3 hari
permukaan endometrium akan rata akibat lepasnya sel-sel dari
bagian yang mengalami degenerasi (Wiknjosastro, 2008).
7) Ligamen – ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir,
berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak
21
jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang
pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah
melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang
alat genetalia menjadi agak kendor (Sujiyatinidkk, 2010).
8) Perubahan pada vulva, vagina dan perineum.
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva
dan vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan rugea dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol.
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak
maju. Pada post natal hari ke-5 perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum melahirkan (Sujiyatini dkk, 2010).
3. Luka robekan perineum
a. Robekan perineum
Robekan perineum bisa terjadi secara spontan maupun robekan
melalui tindakan episiotomi. Episiotomi merupakan satu upaya
untuk mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir
22
lunak dan mengendalikan robekan perineum untuk mempermudah
menjahit (manuaba, 2009).
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama
dan tidak jarang juga terjadi pada persalinan berikutnya. Robekan
ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan
sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat.
Menurut Wiknjosastro (2002), pada proses persalinan sering terjadi
ruptur perineum yang disebabkan antara lain :
1) Kepala janin lahir terlalu cepat
2) Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
3) Riwayat jahitan pada perineum
4) Pada persalinan dengan distosia bahu
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus
pubis lebih kecil dari biasanya sehingga kepala janin terpaksa lahir
lebih kebelakang, kepala janin melewati pintu bawah panggul
dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia
suboksipito-bregmatika, atau anak yang dilahirkan dengan
pembedahan vaginal.
23
b. Tingkat / derajat robekan perineum
Menurut Saifuddin (2002), robekan perineum dibagi atas empat
tingkat/ derajat antara lain :
1) Derajat I
Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau
tanpa mengenai kulit perineum.
2) Derajat II
Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei
transversalis, tetapi tidak mengenai otot spingter ani.
3) Derajat III
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot spingter ani.
4) Derajat IV
Robekan mengenai perineum sampai dengan ototsfingter ani dan
mukosa rektum.
c. Penanganan
Robekan perineum yang melebihi robekan tingkat I harus dijahit.
Hal ini dapat dilakukan sebelum plasenta lahir, tetapi apabila ada
kemungkinan plasenta harus dikeluarkan secara manual, lebih baik
tindakan itu ditunda sampai plasenta lahir. Penderita berbaring
dalam posisi lithotomi, dilakukan pembersihan luka dengan cairan
antiseptik dan luas robekan ditentukan dengan seksama. Adapun
penanganan penjahitan perineum berdasarkan derajatnya seperti
dibawah ini :
24
1) Derajat I
Penjahitan tidak diperlukan jika tidak ada perdarahan dan jika
luka teraposissi secara alamiah.
2) Derajat II
Jahit dengan menggunakan teknik-teknik. Pada robekan
perineum derajat II setelah diberi anesthesi lokal otot-otot
diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan
jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum
ditutup dengan mengikutsertakan jaringan-jaringan dibawahnya.
3) Derajat III
Menjahit robekan perineum derajat III harus dilakukan dengan
teliti, mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit,
kemudian fasia per-rektal ditutup dan muskulus sphingter ani
eksternum yang dijahit. Selanjutnya dilakukan penutupan
robekan seperti diuraikan untuk robekan perineum derajat II.
Untuk mendapat hasil baik terapi pada robekan perineum total,
perlu diadakan penanganan pasca pembedahan yang sempurna.
Penderita diberi makanan yang tidak mengandung selulosa dan
mulai hari kedua diberi paraffinum liquidum sesendok makan
dua kali sehari dan jika perlu pada hari keenam di beri klisma
minyak.
25
4) Derajat IV
Perbaikan segera dengan benang yang dapat diserap perlu
dilakukan. Robekan derajat ketiga dan keempat membutuhkan
perhatian khusus supaya wanita dapat mempertahankan
kontinensia fekal. Apabila wanita tidak merasa nyeri, ini akan
membantu proses penyembuhan dan hal ini dapat dibantu
dengan memastikan feses wanita lunak selama beberapa hari.
Dalam beberapa kasus, obat antimikroba dapat digunakan
(Wiknjosatro, 2008).
Menurut Pogi (2008), kewenangan bidan dalam penjahitan
luka ruptur perineum hanya pada derajat satu dan dua,
sedangkan untuk derajat ketiga atau keempat sebaiknya bidan
melakukan kolaborasi atau rujukan ke rumah sakit, karena
ruptur ini memerlukan teknik dan prosedur khusus.
d. Perawatan Luka Peineum
1) Pengertian
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk
menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus
pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai
dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum
hamil (Sujiyatini dkk, 2010).
26
2) Tujuan Perawatan Luka Perineum
Menurut Sijiyatini dkk (2010), tujuan perawatan luka perineum:
a) Mencegah terjadinya infeksi pada organ-organ reproduksi
yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme melalui
vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan
bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut) serta
kontaminasi rektum.
b) Meningkatkan kenyamanan ibu nifas dengan menjaga
kebersihannya dan meningkatkan penyembuhan.
3) Cara Membersihkan Luka Perineum
Menurut Sujiyatini dkk (2010), cara membersihkan luka
perineum adalah sebagai berikut :
a) Menyiapkan alat dan bahan seperti sabun, air hangat,
baskom, handuk bersih dan pembalut nifas baru dan
antiseptik.
b) Mencuci tangan di kran atau air yang mengalir dengan sabun,
sebelum membersihkan daerah perineum.
c) Melepas pembalut yang kotor dan penuh dari depan ke
belakang.
d) Menyemprotkan atau cuci dengan betadin bagian perineum
dari arah depan ke belakang.
e) Mengeringkan dengan waslap atau handuk dari depan ke
belakang.
27
f) Memasang pembalut dari arah depan ke belakang, posisikan
dengan baik sehingga tidak bergeser.
g) Setelah selesai, merapikan alat-alat yang digunakan pada
tempatnya, mencuci tangan sampai bersih.
h) Mencatat, jika ada perubahan-perubahan perineum,
khususnya tanda infeksi.
i) Melakukan tidur dengan ketinggian sudut bantal tidak boleh
lebih dari 30 derajat.
4. Infeksi Perineum
a. Pengertian
Infeksi nifas adalah infeksi pada traktus genitalis setelah persalinan
(Saifuddin, 2002).
Infeksi nifas adalah infeksi pada traktus genitalia setelah
persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta
(Saleha, 2009).
Infeksi luka perineum adalah ifeksi yang disertai dengan
pembengkakan dan perubahan warna pada luka perineum
(sujiyatini dkk, 2010).
b. Cara terjadinya infeksi
Menurut Wiknjosastro (2008), cara terjadinya infeksi melalui:
1) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan
pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang
sudah ada dalam vagina ke dalam uterus.
28
2) Droplet infection yaitu sarung tangan atau alat alat terkena
kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan
dokter atau pembantu-pembantunya.
3) Dalam rumah sakit biasanya banyak kuman – kuman pathogen
berasal dari penderita – penderita dengan berbagai jenis infeksi.
4) Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi
penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
5) Infeksi intrapartum gejala - gejala dapat terlihat pada waktu
berlangsunganya persalinan, biasanya terjadi pada partus lama,
air ketuban sudah pecah, beberapa kali dilakukan pemeriksa.
c. Penyebab infeksi karena bakteri
1) Streptococcus haemoliticus aerobicus
Merupakan penyebab infeksi yang berat, khususnya golongan
A. Infeksi ini biasanya eksogen atau berasal dari penderita lain,
alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain.
2) Staphylococcus aureus
Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun
kadang – kadang menjadi sebab infeksi umum. Stafilokokus
banyak ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan
orang–orang yang nampaknya sehat.
3) Esherichia coli
Kuman ini umumya berasal dari kandung kencing atau rectum
dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva,
29
dan endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari
infeksi traktus urinarius.
4) Clostridium welchiii
Infeksi dengan kuman ini, yang barsifat anerobik jarang
ditemukan, akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering
terjadi pada abortus kriminalis (Wiknjosastro, 2008).
d. Tanda dan gejala infeksi perineum
Menurut Sujiyatini dkk (2010), tanda dan gejala infeksi perineum
adalah :
1) Infeksi lokal
a) Pembengkakan luka episiotomi.
b) Terjadi pernanahan.
c) Perubahan warna lokal.
d) Pengeluara lokia bercampur nanah.
e) Mobilisasi terbatas karena nyeri.
f) Temperature badan dapat meningkat.
2) Infeksi general
a) Tampak sakit dan lemah.
b) Temperature meningkat diatas 39°C.
c) Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.
d) Pernafasan dapat meningkat dan terasa sesak.
e) Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.
f) Terjadi gangguan involusi uterus.
30
g) Lokia, berbau, bernanah dan kotor.
e. Faktor yang Mempengaruhi Kesembuhan Luka
Menurut Sujiyatini dkk (2010) faktor yang mempengaruhi
kesembuhan luka, yaitu :
1) Faktor - Faktor Eksternal :
a) Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang perawatan pasca persalinan sangat
menentukan lama penyembuhan luka perineum. Apabila
pengetahuan ibu kurang, terlebih masalah kebersihan maka
penyembuhan lukapun akan berlangsung lama.
b) Sarana prasarana
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana prasarana
dalam perawatan perineum akan sangat mempengaruhi
penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam
menyediakan antiseptik.
c) Penanganan petugas
Pada saat persalinan, pembersihannya harus dilakukan
dengan tepat oleh penanganan petugas kesehatan, hal ini
merupakan salah satu penyebab yang dapat menentukan
lama penyembuhan luka perineum.
31
d) Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi
terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena
penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.
e) Budaya dan keyakinan
Misalnya kebiasaan makan telur, ikan dan daging ayam,
akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat
mempengaruhi penyembuhan luka.
f) Keturunan
Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan
dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik
yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi
insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glokosa
darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori.
2) Faktor - Faktor Internal :
a) Usia
Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari
pada orang tua. Orang yang sudah lanjut usianya tidak dapat
mentolerir stress seperti trauma jaringan atau infeksi.
b) Cara perawatan
Perawatan yang tidak benar menyebabkan infeksi dan
memperlambat penyembuhan. Karena perawatan yang kasar
dan salah dapat mengakibatkan kapiler darah baru rusak dan
32
mengalami perdarahan. Kemungkinan terjadinya infeksi
karena perawatan yang tidak benar dapat meningkat dengan
adanya benda mati dan benda asing. Jika luka dirawat
dengan baik maka kesembuhannya juga akan lebih cepat.
c) Personal hygiene
Personal hygiene (kebersihan diri) dapat memperlambat
penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya benda
asing seperti debu dan kuman. Adanya benda asing,
pengelupasan jaringan yang luas akan memperlambat
penyembuhan dan kekuatan regangan luka menjadi tetap
rendah. Luka yang kotor harus dicuci bersih. Bila luka
kotor, maka penyembuhan sulit terjadi. Kalaupun sembuh
akan memberikan hasil yang buruk.
d) Aktivitas berat dan berlebihan
Menghambat perapatan tepi luka. Mengganggu
penyembuhan yang diinginkan.
e) Infeksi
Infeksi menyebabkan peningkatan inflamasi dan nekrosis
yang menghambat penyembuhan luka.
5. Pengobatan Infeksi Perineum
Menurut Sujiyatini dkk (2010), cara pengobatan perineum, yaitu :
selulitis dan fasritis nekrotikon
a. Jika terdapat pus atau cairan buka dan drain luka tersebut
33
b. Angkat kulit nekrotik dan jahitan subkutis dan lakukan
debridement, jangan angkat jahitan fasia.
c. Jika infeksi hanya superficial dan tidak meliputi jaringan dalam,
pantau akan timbulnya abses dan berikan antibiotika.
1) Ampisilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari
2) Ditambah metronidazol 400 mg per oral 3 kali sehari selama 5
hari
d. Jika infeksi cukup dalam, meliputi otot, menimbulkan nekrotik
(fasritis nekrotikon), berikan kombinasi antibiotika sampai pasien
bebas panas 48 jam.
1) Penisilin 6 sebanyak 2 juta unit I.V setiap 6 jam
2) Ditambah gentamisin 5mg/kg BB I.V setiap 24 jam
3) Ditambah metronidazol 500 mg I.V setiap 8 jam.
e. Jika sudah bebas demam 48 jam diberikan
1) Ampisilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari
2) Ditambah metronidazol 400 mg per oral 8 kali sehari selama 5
hari
Catatan: fasiitis nekrotikan membutuhkan debridement dan
jahitan situasi. Lakukan jahitan reparasi 2-4 minggu kemudian,
bila luka sudah bersih.
3) Jika infeksi parah pada fasiitis nekrotikan, rawat pasien untuk
kompres 2 kali sehari.
34
Jika terdapat abses tanpa selulitis:
a. Jika terdapat pus atau cairan buka dan drain luka tersebut
b. Angkat kulit nekrotik dan jahitan subkutis dan buat jahitan situasi,
jangan mengangkat jahitan fasia.
c. Kompres luka dan anjurkan ibu menjaga kebersihan.
B. KERANGKA TEORI
Sumber: Wawan dan Dewi (2011).
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Faktor – faktor yang
mempengaruhi pengetahuan
yaitu :
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
c. Informasi/ media
d. Usia
e. Lingkungan
f. Sosial Budaya
Pengetahuan Ibu Nifas Infeksi Luka
Perineum
35
C. KERANGKA KONSEP
Ketetangan
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Tingkat
pengetahuan ibu
nifas tentang
infeksi luka
perineum
Baik
Cukup
Kurang
Faktor – faktor yang
mempengaruhi pengetahuan
yaitu :
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
c. Informasi/ media
d. Usia
e. Lingkungan
f. Sosial Budaya
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu suatu
metode penelitian yang digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan
gambaran yang akurat dari seluruh karakteristik yang diteliti
(Suyanto dan Salamah, 2008).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi.
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di RSU Assalam Gemolong Sragen.
2. Waktu.
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Mei - 20 Juni 2012.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Menurut (Notoatmodjo, 2005) populasi adalah keseluruhan obyek
penelitian atau obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini populasi yang
diambil adalah semua ibu nifas yang ada di RSU Assalam Gemolong
Sragen dengan jumlah 36 orang.
37
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Danim dan Darwis (2003), sampel adalah sub unit populasi
survey atau populasi survey itu sendiri, yang oleh peneliti dipandang
mewakili populasi target. Sampel pada penelitian ini yaitu semua ibu nifas
di RSU Assalam Gemolong Sragen dengan jumlah 36 orang.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Notoatmodjo (2005), teknik pengambilan sampel
merupakan cara atau teknik-teknik tertentu yang digunakan dalam
mengambil sampel penelitian hingga sampel tersebut sedapat mungkin
mewakili populasinya.
Penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu semua
populasi dijadikan sampel semua atau bisa juga penelitian populasi
(Hidayat, 2007).
D. Instrumen Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2005), alat/instrument adalah alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini alat yang
digunakan adalah kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan atau peryataan tertulis
yang dibaca dan dijawab oleh responden penelitian
(Danim dan Darwis, 2003).
38
Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup yaitu sejumlah
pertanyaaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dengan menyediakan jawaban sehingga responden
tinggal memilih (Notoatmodjo, 2005).
Kuesioner digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu, yang
menggunakan pilihan jawaban “Benar” atau “Salah”. Kuesioner ini
menggunakan pernyataan favorable (pernyataan positif), apabila responden
menjawab “Benar” pada jawaban yang benar, maka mendapat skor 1 dan jika
menjawab “salah” mendapat skor 0 dan pernyataan unfavorable (pernyataan
negetif), apabila responden menjawab “Salah” pada jawaban yang salah,
maka mendapatkan skor 1 dan jika menjawab “benar” mendapatkan skor 0
yaitu pernyataan yang jawabanya ada yang benar dan ada yang jawabannya
salah.
Instrument ini ada 30 soal tentang infeksi nifas, infeksi perineum, cara
terjadinya infeksi, penyebab infeksi, tanda dan gejala infeksi, faktor yang
mempengaruhi kesembuhan luka, tujuan perawatan luka, perawatan luka
perineum. Sebelum kuesioner digunakan akan dilakukan uji validitas dan
reliabilitas.
39
Tabel 3.1
Kisi – kisi Kuesioner
Variabel
Penelitian
Indikator No Item Jumlah
Item
Vaforabel Unfavorable
Pengetahu
an ibu
tentang
infeksi
luka
perineum
a. Infeksi nifas
b. Infeksi perineum
c. Cara terjadinya
infeksi
d. Penyebab infeksi
e. Tanda dan gejala
infeksi
f. Faktor yang
mempengaruhi
kesembuhan luka
g. Tujuan perawatan
luka
h. Perawatan luka
perineum
1
3
7
6, 8, 12,
14, 29
17, 30
20
19, 22,
24, 27
2
5, 9, 26
4
10, 11, 13,
15
16, 18, 28
21, 23, 25
2
1
3
2
9
5
1
7
Jumlah Item 15 15 30
1. Uji Validitas
Menurut Suyanto dan Salamah (2008), validitas (kesahihan) alat
pengumpulan data (instrusmen) sangat diperlukan sebelum digunakan
dalam penelitian. Uji validitas untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut
valid, valid artinya ketepatan mengukur, atau alat ukur tersebut tepat untuk
mengukur sebuah variabel yang akan diukur Instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur
(Riwidikdo,2009).
40
Menurut Riwidikdo (2009) salah satu cara uji validitas yaitu dengan
melakukan uji coba pada responden minimal dilakukan terhadap 30 orang
(Riwidikdo, 2009).
Untuk menguji validitas maka dilakukan dengan menghitung
korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan skor total, dengan
menggunakan rumus Pearson’s Product Moment :
rxy =})Y(YN.}{)X(XN.{
Y)(X)(XY)N(2222 å åå å
å åå--
-
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi Product Moment
N : jumlah responden
X : skor pertanyaaan
Y : skor total pertanyaaan
Parameter dari hasil uji rxy adalah besarnya koefisien korelasi
Pearson’s Product Moment, antara 0,0 sampai 1. Dikatakan valid bila
besarnya rxy hitung lebih besar dari rxy tabel. Atau secara lebih mudah bila
koefisien korelasinya lebih besar (>) dari 0,50 (Riwidikdo, 2010).
Pengujian validitas dilakukan dengan data sebanyak 30 responden
di RSD Kota Surakarta pada taraf signifikansi 0,05. Perhitungan dilakukan
dengan menggunakan program SPSS for Windows 13.0. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa dari 30 pertanyaan kuesioner terdapat 4 nomor yang
tidak valid yaitu pertanyaan nomor 2, 15, 18 dan 23. Dengan demikian
keempat pertanyaan tidak digunakan dalam kuesioner.
41
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk melihat apakah instrumen yang
telah disusun handal bila digunakan, maka perlu dilakukan uji reliabilitas
(Suyanto dan Salamah, 2008). Reabilitas adalah hal yang dapat dipercaya.
Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian harus memiliki tingkat
konsistensi dan kemantapan. (Riwidikdo, 2010).
Banyaknya rumus uji yang dapat digunakan dalam uji reabilitas alat ukur,
namun dalam penelitian ini menggunakan penguji reabilitas dengan SPSS.
Menurut Djemari (2003) dalam Riwidikdo (2009) kuesinoner atau angket
dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7.
Rumus Alpha Cronbach :
ri = ( ) ÷
÷ø
öççè
æ-÷÷
ø
öççè
æ
-å
2
t
2
b1
1k
k
s
s
Keterangan:
ri : reliabilitas instrument
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
å 2
bs : jumlah varians butir
2
ts : varians total
(Riwidikdo, 2010)
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS for
Windows 13.0 diperoleh nilai alpha sebesar 0,840. Oleh karena nilai alpha
> 0,7 maka disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel.
42
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut (Riwidikdo, 2010) pengumpulan data pada penelitian ini
diperoleh melalui:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil secara langsung oleh peneliti, yaitu
berupa jawaban pernyataan dari responden yang dituangkan dalam
kuesioner pada saat penelitian.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data penunjang yang diperoleh dari lingkungan
penelitian yaitu data hasil dokumentasi dari hasil kegiatan selama
penelitian, seperti dokumen dari Rekam Medik yaitu data jumlah ibu nifas
di RSU Assalam Gemolong Sragen selama 1 tahun dari bulan Januari
sampai Desember 2010.
F. Variabel Penelitian
Menurut Suyanto dan Salamah (2008), variabel penelitian adalah ciri
atau ukuran yang melekat pada obyek penelitian baik bersifat fisik (nyata)
atau psikis (tidak nyata). Pengertian lain menyebutkan variabel adalah sesuatu
yang digunakan sebagai ciri-ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki oleh satuan
penelitian dari sebuah teori, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan sebagainya.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu tingkat
pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum.
43
G. Definisi Operasional
Menurut Hidayat (2007) definisi operasional adalah mendefinisikan
secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara
cermat terhadap suatu obyek atau fenomena.
Tabel 3.2
Definisi operasional
Variabel Definisi
Operasional
Alat ukur Skala Kategori
Tingkat
Pengetahuan
ibu nifas
tentang
infeksi luka
perinium
Segala sesuatu
yang diketahui ibu
nifas tentang
infeksi luka
perinium yaitu
infeksi nifas,
infeksi perineum,
cara terjadinya
infeksi, penyebab
infeksi, tanda dan
gejala infeksi,
faktor yang
mempengaruhi
kesembuhan luka,
tujuan perawatan
luka, perawatan
luka perineum.
Kuesioner Ordinal Baik
(x) > mean + 1SD
Cukup
Mean – 1SD ≤ x ≤
mean + 1SD
Kurang
(x) < mean – 1SD
Riwidikdo (2010).
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Cara Pengolahan Data
a. Editing
44
Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan (Hidayat, 2007).
b. Coding
Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri
atas beberapa kategori (Hidayat, 2007).
c. Skoring
Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil
observasi sehingga setiap jawaban responden atau hasil observasi
dapat diberikan skor
(Suyanto dan Salamah, 2008).
d. Entering.
Memasukkan data yang telah diskor kedalam komputer seperti ke
dalam spread sheet program Exel atau ke dalam program SPSS
(Statistical Product and Service Solutions) (Suyanto dan Salamah, 2008).
2. Analisis Data
Analisis data merupakan proses penataan secara sistematis atas
transkrip wawancara, data hasil observasi, data dari daftar isian, dan materi
lain untuk selanjutnya diberi makna, baik secara tunggal maupun simultan,
dan disajikan sebagai temuan penelitian (Danim dan Darwis, 2003).
Analisis data yang sering disebut uji hipotesis dapat dilakukan untuk
menjawab atau membuktikan diterima atau ditolak hipotesa yang telah
ditegakkan (Suyanto dan Salamah, 2008).
45
Variabel yang dianalisis secara univariat yaitu tingkat pengetahuan
ibu tentang infeksi luka perineum.
Menurut riwidikdo (2010), untuk membuat tiga kategori yaitu baik,
cukup, kurang maka menggunakan parameter:
1) Baik, bila nilai responden (x) > mean + 1SD
2) Cukup, bila nilai responden mean – 1SD ≤ x ≤ mean + 1SD
3) Kurang, bila nilai responden (x) < mean – 1SD
Untuk mencari rata-rata (mean) diperoleh dengan rumus:
n
x
x
n
i
iå= 1:
Keterangan:
xᵢ : nilai dari data
n : jumlah data
Sedangkan untuk mencari SD (Simpangan Deviasi) menggunakan:
1
)(1
1
1
2
-
-=
åå =
=
n
n
x
x
SD
n
in
i
i
Menurut Riwidikdo (2010), untuk mengkategorikan data interval
dalam beberapa kategori, dapat menjadi 3 kategori atau 4 kategori.
Prosentase ini sering digunakan dalam analisis deskriptif tingkat
46
pengetahuan dengan rumus untuk memperoleh skor prosentasenya adalah
sebagai berikut:
P = x 100%
Keterangan :
P : skor prosentase
n : skor yang diperoleh responden
N : total skor maksimum yang seharusnya diperoleh
I. Etika Penelitian
Riset dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan
dan saling mendukung. Beberapa faktor pendukung tersebut agar riset dapat
terlaksana antara lain seperti dana dan adanya obyek penelitian serta
memperhatikan hak azazi manusia (Suyanto dan Salaman, 2008).
Menurut Hidayat (2009), etika penelitian atau pengumpulan data dalam
penelitian ini meliputi :
1. Informed consent
Pemberian informed consent ini bertujuan agar responden mengerti
maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika
responden bersedia, maka harus menandatangani lembar persetujuan dan
jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati
keputusan tersebut.
2. Anonymity (tanpa nama)
47
Bentuk penulisan kuesioner dengan tidak perlu mencantumkan nama
pada lembar pengumpulan data, hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam
hasil penelitian.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSU Assalam Gemolong. Rumah sakit
RSU Assalam Gemolong berdiri pada tahun 2003 dengan nama Rumah Sakit
Ibu dan Anak (RSIA) Assalam yang beralamat di Desa Ngembat Padas
Gemolong Sragen Jawa Tengah.
RSU Assalam Gemolong dalam upaya memberikan pelayanan
kesehatan berkualitas kepada masyarakat, maka RSIA Assalam pada akhir
tahun 2008 berbenah untuk mengembangkan statusnya menjadi Rumah Sakit
Umum (RSU). Pada tanggal 15 Juni 2011 status badan hukum RSU Assalam
berpindah dari KOPINKES ASSALAM menjadi PT. Wahyu Isma Putra untuk
menyelenggarakan Rumah Sakit Umum (RSU) Assalam selama 5 tahun.
RSU Assalam melaksanakan pelayanan yaitu Pelayanan Medik Rawat
Jalan, pelayanan Medik Rawat Inap terdiri dari bangsal umum / Anak terdiri
dari Kamar VIP kelas I, II, III dan Ruang Isolasi, Bangsal Kebidanan dan
Kandungan, Kamar bayi (Perinatologi), kamar bersalin dan kamar operasi.
Pelayanan medik terdiri dari Laboratorium, Radiologi, Instalasi Farmasi
(Apotik) dan Pemeriksaan EKG.
49
B. Hasil Penelitian
Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Infeksi Luka Perineum di RSU
Assalam Gemolong Sragen
Tabel. 4.1 Mean dan Standar Deviasi
Variabel Mean Standar Deviasi
Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang
Infeksi Luka Perineum di RSU Assalam
Gemolong Sragen
17,9
3,7
Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean+1 SD
(x) > 17,9 + 1 . 3,7 = x > 21,6
Jadi Pengetahuan baik jika nilai responden > > 21,6
Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
17,9 – 1 . 3,7 ≤ x ≤ 17,9 + 1 . 3,7 = x ≤ 14,2 – ≤ 21,6
Jadi Pengetahuan cukup jika nilai responden ≤ 14,2 – ≤ 21,6
Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean–1 SD
(x) < 17,9 – 1 . 3,7 = x < 14,2
Jadi Pengetahuan kurang jika nilai responden < 14,2.
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Infeksi Luka Perineum
di RSU Assalam Gemolong Sragen
No Pengetahuan Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
9
20
7
25,0
55,6
19,4
Total 36 100
50
Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka
perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen dapat dikategorikan
pengetahuan baik sebanyak 9 responden (25%), pengetahuan cukup
sebanyak 20 responden (55,6%) dan pengetahuan kurang sebanyak
7 responden (19,4%), jadi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi
luka perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen kebanyakan
pengetahuan cukup yaitu sebanyak 20 responden (55,6%).
C. PEMBAHASAN
Menurut Notoatmodjo (2003), dalam Wawan dan Dewi (2010),
pengetahuan merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengetahuan ibu
nifas tentang infeksi luka perineum sangat berpengaruh terhadap proses
kesembuhan luka.
Menurut Azwar (2007), fungsi pengetahuan yaitu mendorong manusia
untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan
pengalamannya. Sesuai dengan fungsi pengetahuan yaitu mendorongan untuk
tahu tentang infeksi luka perineum.
Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai tingkat pengetahuan
ibu nifas tentang infeksi luka perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen
dapat dikategorikan pengetahuan baik terdapat sebanyak 9 responden (25%),
pengetahuan cukup sebanyak 20 responden (55,6%) dan pengetahuan kurang
sebanyak 7 responden (19,4%). Responden yang berpengetahuan baik sudah
dapat menjawab pertanyaan - pertanyaan yang diberikan dengan baik
51
kemudian responden yang berpengetahuan cukup sebagian besar responden
kurang mengetahui tanda dan gejala infeksi, penyebab dari infeksi dan cara
perawatan luka perineum.
Tanda dan gejala infeksi menurut Sujiyatini dkk (2010) Infeksi lokal
yaitu terjadi pembengkakan luka, terjadi pernanahan, perubahan warna lokal,
pengeluara lochea bercampur nanah, mobilisasi terbatas karena nyeri,
temperatur tubuh meningkat. Infeksi umum yaaitu tampak sakit dan lemah,
temperature meningkat diatas 39°C, tekanan darah dapat menurun dan nadi
meningkat, pernafasan dapat meningkat dan terasa sesak, gelisah, kesadaran
menurun dan sampai koma, terjadi gangguan involusi uterus, lochea, berbau,
bernanah dan kotor. Penyebab infeksi karena bakteri adalah Streptococcus
haemoliticus aerobicus, Staphylococcus aureus, Esherichia coli, Clostridium
welchiii.
Cara perawatan luka menurut Sujiyatini dkk (2010) yaitu siapkan alat-
alat cuci seperti sabun yang lembut, air, baskom, waslap, kasa dan pembalut
wanita yang bersih, cuci tangan di kran atau air yang mengalir dengan sabun,
lepas pembalut yang kotor dari depan ke belakang, semprotkan atau cuci
dengan betadin bagian perineum dari arah depan ke belakang, keringkan
dengan waslap atau handuk dari depan ke belakang, setelah selesai, rapikan
alat-alat yang digunakan pada tempatnya, cuci tangan sampai bersih, catat,
jika ada perubahan-perubahan perineum, khususnya tanda infeksi, lakukan
tidur dengan ketinggian sudut bantal tidak boleh lebih dari 30 derajat.
52
Dari pembahasan diatas diketahui bahwa pengetahuan ibu nifas
tentang infeksi luka perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen cukup.
D. Keterbatasan Penelitian
1. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil
penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi
luka perineum saja dan faktor-faktor yang mempengaruhi yang tidak
diteliti. Penelitian ini akan berbeda hasil jika faktor yang mempengaruhi
diteliti.
2. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup
sehingga responden hanya bisa menjawab ya atau tidak serta jawaban
responden belum bisa untuk mengukur pengetahuan secara mendalam.
53
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini mengambil judul Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang
Infeksi Luka Perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen. Responden dalam
penelitian ini adalah semua ibu nifas di RSU Assalam Gemolong Sragen
berjumlah 36 responden. Berdasarkan penelitian dari 36 responden tersebut
didapatkan hasil:
1. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Infeksi Luka Perineum di RSU
Assalam Gemolong Sragen pengetahuan baik sebanyak 9 responden
(25%).
2. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Infeksi Luka Perineum di RSU
Assalam Gemolong Sragen pengetahuan cukup sebanyak 20 responden
(55,6%).
3. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Infeksi Luka Perineum di RSU
Assalam Gemolong Sragen pengetahuan kurang sebanyak 7 responden
(19,4%).
54
B. Saran
1. Bagi ilmu pengetahuan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi mengenai
tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum untuk
penelitian selanjutnya.
2. Bagi diri sendiri
Diharapkan hasil peneiltian ini dapat meningkatkan wawasan mengenai
tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum.
3. Bagi Institusi
a. Lahan (RSU Assalam).
Diharapkan hasil penelitian ini dapat mambahan referensi bagi rumah
sakit tentang peningkatan kualitas RSU Assalam Gemolong Sragen.
b. Pendidikan.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah sumber bacaan atau
untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada
ibu nifas tentang infeksi luka perineum.