Theisme Dan Atheisme

17

Click here to load reader

description

THEOLOGY

Transcript of Theisme Dan Atheisme

Page 1: Theisme Dan Atheisme

A. PENGANTAR

Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah berdasarkan pada sebab

akibat. Tidak mungkin alam semesta ini ada, tanpa ada sang pencipta. Kebenaran

hakiki mengenai agama dan Tuhan yang dianut umat manusia, adalah hak

manusia untuk memilih agama yang akan ia anut, sebagaimana firman Tuhan :

“ Bagimu agamamu dan bagiku agamaku…”

Akan tetapi, atheisme bukanlah suatu agama atau aliran kepercayaan, meski

sekiranya ada diantara mereka yang berinisiatif untuk menjadikan atheisme

sebagai suatu kepercayaan yang sah layaknya sebuah agama, walau tanpa dogma.

Alasan mereka yang demikian adalah berdasarkan pada pemahaman mereka yang

menganut atheisme kuat atau secara teoritis yang sama sekali tidak mengetahui

ilmu ketuhanan, namun mereka menganggap tuhan tidak ada karena tidak bisa

dibuktikan baik secara sains atau sejarah.

Pembuktian atau pemikiran mengenai keberadaan dan mewujudkan tuhan

adalah sikap yang salah, karena hakikatnya ilmu pengetahuan manusia adalah

dalam hal dimensi ruang dan waktu, sedangkan tuhan tidak berada dalam dimensi

ruang dan waktu.

Alam semesta ini adalah merupakan dimensi ruang yang mempunyai waktu,

waktu pasti mempunyai awal dan akhir, sedangkan tuhan tidak berawal dan tidak

berakhir.

Konsep pemikiran atheisme sangat mengundang setiap pemeluk agama atau

kepercayaan untuk membantah setiap pemikiran yang timbul dari kalangan

penganut atheisme. Agama adalah tempat untuk menenangkan hati manusia atas

segala pertanyaan yang timbul dalam kehidupan, karena agama menjawab setiap

pertanyaan atau permasalahan dalam kehidupan baik itu melalui sains atau ilmu

pengetahuan atau norma agama

Page 2: Theisme Dan Atheisme

Dalam makalah ini mengenai atheisme, terdapat kaitan antara ilmu

pengetahuan dan agama. Meski banyak kalangan yang menentang baik dari

kalangan atheis atau non muslim lainnya. Bagi agama islam, ilmu pengetahuan

adalah bagian dari agama. Perintah dan atau wahyu yang pertama kali

disampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW adalah “Bacalah” yang

terdapat dalam surat al-alaq.

Semoga uraian ini dapat memberi manfaat kepada kita semua. Aamiin…

Penulis

Dani Kusmayadi

2

Page 3: Theisme Dan Atheisme

B. THEISME DAN ATHEISME

Atheisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak memercayai

keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap theisme. Dalam

pengertian yang paling luas, atheisme adalah ketiadaan kepercayaan pada

keberadaan dewa atau Tuhan.

Istilah ateisme berasal dari Bahasa Yunani ἄθεος (átheos), yang secara

peyoratif digunakan untuk merujuk pada siapapun yang kepercayaannya

bertentangan dengan agama/kepercayaan yang sudah mapan di lingkungannya.

Ateisme pertama kali digunakan untuk merujuk pada "kepercayaan tersendiri"

pada akhir abad ke-18 di Eropa, utamanya merujuk pada ketidakpercayaan pada

Tuhan monoteis. Pada abad ke-20, globalisasi memperluas definisi istilah ini

untuk merujuk pada "ketidakpercayaan pada semua tuhan/dewa", walaupun

adalah masih umum untuk merujuk ateisme sebagai "ketidakpercayaan pada

Tuhan (monoteis)". Akhir-akhir ini, terdapat suatu desakan di dalam kelompok

filosofi tertentu untuk mendefinisikan ulang ateisme sebagai "ketiadaan

kepercayaan pada dewa/dewi", daripada ateisme sebagai kepercayaan itu sendiri.

Definisi ini sangat populer di antara komunitas ateis, walaupun penggunaannya

masih sangat terbatas.

Penulis Perancis abad ke-18, Baron d'Holbach adalah salah seorang

pertama yang menyebut dirinya ateis. Dalam buku Système de la Nature (1770), ia

melukiskan jagad raya dalam pengertian materialisme filsafat, determinisme yang

sempit, dan ateisme. Buku ini dan bukunya Common Sense (1772) dikutuk oleh

Parlemen Paris, dan salinan-salinannya dibakar di depan umum.

Pada tahun 1772, Baron d'Holbach mengatakan bahwa "Semua anak-anak

dilahirkan sebagai ateis, karena mereka tidak tahu akan Tuhan". George H. Smith

(1979) juga menyugestikan bahwa: "Orang yang tidak kenal dengan teisme adalah

ateis karena ia tidak percaya pada tuhan. Kategori ini juga akan memasukkan anak

3

Page 4: Theisme Dan Atheisme

dengan kapasitas konseptual untuk mengerti isu-isu yang terlibat, tapi masih tidak

sadar akan isu-isu tersebut (sebagai ateis). Fakta bahwa anak ini tidak percaya

pada tuhan membuatnya pantas disebut ateis”. Smith menciptakan istilah ateisme

implisit untuk merujuk pada "ketiadaan kepercayaan teistik tanpa penolakan yang

secara sadar dilakukan" dan ateisme eksplisit untuk merujuk pada definisi

ketidakpercayaan yang dilakukan secara sadar.

Penganut atheis yang lainnya adalah seperti Nietzsche, istilah "Tuhan"

juga merujuk pada segala sesuatu yang dianggap mutlak kebenarannya.

Sedangkan Nietzsche berpendapat tiada "Kebenaran Mutlak"; yang ada hanyalah

"Kesalahan yang tak-terbantahkan". Karenanya, dia berkata, "Tuhan telah mati".

"Kesalahan yang tak-terbantahkan" dengan "Kebenaran yang-tak terbantahkan"

tidaklah memiliki perbedaan yang signifikan. Sekiranya pemikiran Nietszhe ini

dimanfaatkan untuk melanjutkan proses pencairan Tuhan, maka Tuhan itu suatu

eksistensi yang tak terbantahkan. Dengan demikian eksistensi absolut, mutlak dan

tak terbantahkan itu sama saja. Jadi, persoalan umat manusia dalam proses

pencairan Tuhan tiada lain proses penentuan peletakan dirinya kepada (segala)

sesuatu yang diterimanya sebagai 'tak terbantahkan', atau mutlak, atau absolut.

Selain itu, ada pula Walaupun demikian, para ateis seperti Sam Harris

berargumen bahwa kebergantungan agama Barat pada otoritas Yang Di Atas

berkontribusi pada otoritarianisme dan dogmatisme. Sebenarnya pula,

fundamentalisme agama dan agama ekstrinsik (agama dipeluk karena ia lebih

menguntungkan) berkorelasi dengan otoritarianise, dogmatisme, dan prasangka.

Argumen ini, bersama dengan kejadian-kejadian historis seperti Perang Salib,

Inkuisisi, dan penghukuman tukang sihir, sering digunakan oleh para ateis yang

antiagama untuk membenarkan pandangan mereka.

Theisme merupakan lawan pengertian dari atheism, setiap insan yang

memeluk suatu agama atau kepercayaan merupakan penganut theism. Ada tiga

agama yang dianut oleh banyak penganut theisme yang merupakan tiga agama

besar dunia atau yang disebut sebagai agama samawi, yaitu islam, Kristen dan

4

Page 5: Theisme Dan Atheisme

yahudi. Agama samawi disebut juga sebagai agama Abrahamaik, atau agama yang

berasal dari Nabi Ibrahim.

Allah, sebutan bagi Tuhan dalam bahasa Arab. Biasanya dipakai oleh umat

Islam. Dalam agama Islam, Tuhan memiliki 99 nama suci.

Yehowa atau Yahweh, salah satu istilah yang dipakai Alkitab. Istilah ini

berasal dari istilah berbahasa Ibrani tetragrammaton YHVH (יהוה). Nama ini tidak

pernah dilafalkan karena dianggap sangat suci, maka cara pengucapan YHVH

yang benar tidaklah diketahui. Biasanya yang dilafalkan adalah Adonai yang

berarti Tuan.

Tritunggal Mahasuci atau Mahakudus, yang artinya adalah Bapa, Putra,

dan Roh Kudus, terutama dipakai dalam Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks.

Konsep ini dipakai sejak Konsili Nicea pada tahun 325 M. Kata "Tritunggal"

sendiri tidak ada di Alkitab. Di dalam Ulangan 6:4 ditulis Tuhan itu Esa. Keesaan

ini pada bahasa aslinya (ekhad) adalah "kesatuan dari berbagai satuan".

Dari ketiga agama samawi, menolak faham atheisme. Alasan utama

penolakan terhadap paham atheis adalah keyakinan yang teguh terhadap

keyakinan mereka berdasarkan ajaran yang diterima dari nenek moyang atau

berdasarkan pada pengetahuan yang kuat terhadap agamanya.

Secara filsafat, prestasi dalam pencarian Tuhan biasanya berujung pada

penemuan eksistensi Tuhan saja, dan tidak sampai pada substansi tentang Tuhan.

Dalam istilah filsafat eksistensi Tuhan itu dikenal sebagai absolut, berbeda

(distinct) dan unik. Absolut artinya keberadaannya mutlak bukannya relatif. Hal

ini dapat dipahami, bahwa pernyataan semua kebenaran itu relatif itu tidak benar.

Kalau semua itu relatif, bagaimana kita bisa mengetahui bahwa sesuatu itu relatif.

Padahal yang relatif itu menjadi satu-satunya eksistensi realitas. Ibarat warna yang

ada di seluruh jagat ini hanya putih, bagaimana kita bisa tahu putih padahal tidak

ada pembanding selain putih. Dengan demikian tidak bisa disangkal adanya

kebenaran itu relatif, dan secara konsisten tidak bisa disangkal pula adanya

kebenaran mutlak itu. Dengan kemutlakannya, ia tidak akan ada yang menyamai

5

Page 6: Theisme Dan Atheisme

atau diperbandingkan dengan yang lain (distinct). Kalau Tuhan dapat

diperbandingkan tentu tidak mutlak lagi atau menjadi relatif. Karena tidak dapat

diperbandingkan maka tuhan bersifat unik, dan hanya ada dia satu-satunya. Kalau

ada yang lain, berarti dia tidak lagi mutlak.

Dengan kemutlakannya, Tuhan tentunya tidak terikat oleh tempat dan

waktu. Baginya tidak dipengaruhi yang dulu atau yang akan datang. Tuhan tidak

memerlukan tempat, sehingga pertanyaan tentang dimana Tuhan hanya akan

membatasi kekuasaannya. Maka baginya tidak ada kapan lahir atau kapan mati.

Manusia dalam mencari Tuhan dengan bekal kemampuan penggunaan

akalnya dapat mencapai tingkat eksistensinya. Kemungkinan sejauh ini,

kemutlakan Tuhan menyebabkan manusia yang relatif itu tidak dapat menjangkau

substansi Tuhan. Dengan demikian informasi tentang substansi Tuhan itu apa,

tentunya berasal dari Sang Mutlak atau Tuhan itu sendiri.

Di dunia ini banyak agama yang mengklaim sebagai pembawa pesan

Tuhan. Bahkan ada agama yang dibuat manusia (yang relatif) termasuk

pembuatan substansi Tuhan itu tentu. Karena banyaknya nama dan ajaran agama

yang bervariasi tidak mungkin semuanya benar. Kalau substansi mutlak ini

bervariasi, maka hal itu bertentangan dengan eksistensinya yang unik. Untuk

menemukan informasi tentang substansi yang mutlak, yang unik dan yang distinct

itu dapat menggunakan uji autentistas sumber informasinya. Terutama terkait

dengan informasi Tuhan dalam memperkenalkan dirinya kepada manusia apakah

mencerminkan eksistensinya itu.

6

Page 7: Theisme Dan Atheisme

C. BANTAHAN TERHADAP KAUM ATHEIS

Pada tahun 1772, Baron d'Holbach mengatakan bahwa "Semua anak-anak

dilahirkan sebagai ateis, karena mereka tidak tahu akan Tuhan". George H. Smith

(1979) juga menyugestikan bahwa: "Orang yang tidak kenal dengan teisme adalah

ateis karena ia tidak percaya pada tuhan. Kategori ini juga akan memasukkan anak

dengan kapasitas konseptual untuk mengerti isu-isu yang terlibat, tapi masih tidak

sadar akan isu-isu tersebut (sebagai ateis). Fakta bahwa anak ini tidak percaya

pada tuhan membuatnya pantas disebut ateis". Smith menciptakan istilah ateisme

implisit untuk merujuk pada "ketiadaan kepercayaan teistik tanpa penolakan yang

secara sadar dilakukan" dan ateisme eksplisit untuk merujuk pada definisi

ketidakpercayaan yang dilakukan secara sadar.

Dalam kebudayaan Barat, pandangan bahwa anak-anak dilahirkan sebagai

ateis merupakan pemikiran yang baru. Sebelum abad ke-18, keberadaan Tuhan

diterima secara sangat luas sedemikiannya keberadaan ateisme yang benar-benar

tidak percaya akan Tuhan itu dipertanyakan keberadaannya. Hal ini disebut

theistic innatism (pembawaan lahir teistik), yakni suatu nosi bahwa semua orang

percaya pada Tuhan dari lahir. Pandangan ini memiliki konotasi bahwa para ateis

hanyalah menyangkal diri sendiri. Terdapat pula sebuah posisi yang mengklaim

bahwa ateis akan dengan cepat percaya pada Tuhan pada saat krisis, bahwa ateis

percaya pada tuhan pada saat meninggal dunia, ataupun bahwa "tidak ada ateis

dalam lubang perlindungan perang (no atheists in foxholes)." Beberapa

pendukung pandangan ini mengklaim bahwa keuntungan antropologis agama

membuat manusia dapat mengatasi keadaan susah lebih baik. Beberapa ateis

menitikberatkan fakta bahwa terdapat banyak contoh yang membuktikan

sebaliknya, di antaranya contoh-contoh "ateis yang benar-benar berada di lubang

perlindungan perang".

Pandangan islam dalam hal ini adalah bahwa bayi adalah dalam keadaan

fitrah, dan menjadi tanggung jawab orang tua untuk mengarahkan bayinya menuju

jalan kebenaran. Bayi tidak memiliki dosa, dan adalah kehendak tuhan untuk

7

Page 8: Theisme Dan Atheisme

menjadikan bayi tanpa dibekali ilmu pengetahuan, dan agama memerintahkan

kedua orang tua untuk mendidiknya sesuai ajaran islam dan kelak ia mengucapkan

dua kalimat syahadat.

Pendapat lain yaitu dari David Hume, dalam bukunya Dialogues Concerning

Natural Religion (1779) dalam bentuk sederet pertanyaan: "Apakah [Tuhan]

berniat mencegah kejahatan, namun tidak dapat? maka apakah ia impoten.

Apakah ia dapat, namun tidak berniat? Maka apakah ia berhati dengki. Apakah ia

dapat dan berniat? maka darimanakah kejahatan?"

Jawaban untuk sederet pertanyaan tersebut diatas adalah, David Hume sangat

tidak mempunyai ilmu pengetahuan tentang agama, ia tidak mengetahui bahwa

telah terjadi dialog di surga antara tuhan dan penduduk surga, dimana iblis sangat

tidak menyetujui perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam setelah Adam

menguasai ilmu pengetahuan yang telah diajarkan Allah, meski sebelumnya iblis

telah menjadi guru bagi para malaikat. Sehingga dengan kesombongan iblis yang

tidak mau sujud dengan alasan penciptaan Adam adalah berasal dari tanah dan

tidak lebih baik dari api.

Kejadian apapun yang ada dibumi adalah merupakan kejadian berkelanjutan

dari peristiwa diusirnya iblis dari surga dan perjanjian Allah dengan iblis, yaitu

iblis akan menggoda manusia dari empat arah atau jalan yaitu kanan, kiri, depan

dan belakang untuk menemani iblis di neraka, sedangkan tuhan menyisakan dua

arah atau jalan tersisa agar selamat dari godaan setan, yaitu atas dan bawah,

dengan pengertian berdoa dan bersujud untuk mendapatkan keselamatan dunia

dan akhirat. Dan ini pula adalah merupakan jawaban untuk kaum atheis yang

meragukan adanya kasih sayang tuhan dengan kesengsaraan yang dialami

manusia.

Kemalangan nasib, kemiskinan, bencana adalah merupakan kehendak Allah

untuk menguji keimanan manusia, atau sebagai azab bagi manusia di dunia yang

tidak pernah berdoa atau bersujud kepada Allah.

8

Page 9: Theisme Dan Atheisme

Pertanyaan dari semua penganut atheis yang merupakan pertanyaan kuat

mereka adalah:

“Bagaimana bentuk, fisik Tuhan (natur Tuhan ) ?”

Manusia berada di alam semesta. Alam semesta adalah kumpulan benda

ciptaan Tuhan yang berada dalam satu ruang besar yang bisa dipelajari oleh

manusia sebagaimana Adam, dan setiap benda di alam semesta mempunyai

ukuran atau dimensi ruang, setiap benda mempunyai massa, setiap benda ke satu

benda lainnya mempunyai jarak, dan dari jarak tempuh mempunyai waktu. Oleh

karena itu, alam semesta adalah dimensi ruang dan waktu yang diciptakan tuhan

untuk dipelajari manusia. Jadi, pertanyaan kaum atheis mengenai bentuk atau rupa

tuhan adalah bukan tugas manusia untuk mengetahuinya, karena tuhan berada

diluar dimensi ruang dan waktu.

Dan terdapat pernyataan dari kaum atheis seperti Stephen hawking yang

menyatakan bahwa alam semesta ini berjalan sesuai hukum alam dan sains, dan

tuhan tidak ikut campur didalamnya.

Allah SWT memberikan ilmu pengetahuan kepada Adam, iblis dan para

Malaikat. Sebelum alam ini diciptakan, terlebih dahulu Allah menetapkan

Sunnatullah atau banyak manusia yang tidak mengerti islam lebih mengenal

dengan sebutan hukum alam. Hukum alam yang merupakan bagian pengertian

dari sunnatullah adalah merupakan konsep sebab akibat dalam penciptaan alam

semesta. Oleh karena itu, alam semesta tidak lah berhenti penciptaannya sampai

disini, melainkan hingga berakhirnya waktu yang telah ditetapkan Allah, yaitu

kiamat.

Allah dengan kehendak-Nya, dapat menjadikan sesuatu hal diluar hukum alam

seperti membelah laut, tidur selama 300 tahun, mengeluarkan sapi dari batu,

menenggelamkan harta karun, dan peristiwa lain sebagai mukjizat dari para Nabi

dan Rasul.

9

Page 10: Theisme Dan Atheisme

D. KESIMPULAN

Allah itu ada, keraguan yang ada dihati kaum atheis adalah kurangnya ilmu

pengetahuan tentang islam dan merupakan kesalahan mereka sendiri yang tidak

mau bersujud dan berdoa kepada Allah, padahal telah jelas petunjuk Allah untuk

umat manusia.

Telah menjadi kewajiban bagi kita untuk berdakwah agar tidak ada manusia

yang tersesat karena kurangnya pengetahuan mereka mengenai agama, meski

telah banyak petunjuk bagi kita tentang kekuasaan tuhan.

Jika kita adalah sebagai orang tua, didiklah dan ajarkanlah anak-anak kita

tentang islam sehingga anak-anak kita selamat dari berbagai pemikiran tersesat,

naudzu billaahi min dzalik.

Memerangi pemikiran tersesat dari kaum atheis adalah merupakan petunjuk

dari Allah SWT agar kita mempelajari kembali ilmu ketuhanan, sehingga kita

tidak tersesat dari berbagai macam pikiran yang menyimpang dari kebenaran.

Semoga Allah SWT selalu memberikan petunjuk dan ridho-Nya kepada kita

semua. Aamiin…

10

Page 11: Theisme Dan Atheisme

KONSEP THEISME DAN ATHEISME

Penyusun :

Dani Kusmayadi 11225411201

FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

Jl. KH. Sholeh Iskandar Km. 2 Kedung Badak, Tanah Sareal, Bogor 16162

11

Page 12: Theisme Dan Atheisme

12