TESIS HUBUNGAN STIMULASI PIJAT BAYI TERHADAP...
Transcript of TESIS HUBUNGAN STIMULASI PIJAT BAYI TERHADAP...
1
TESIS
HUBUNGAN STIMULASI PIJAT BAYI TERHADAP
PERTUMBUHAN USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS
PATINGALLOANG MAKASSAR 2017
(THE RELATIONSHIP OF STIMULATION INFANT MASSAGE ON INFAT
GROWTH AGE 6-12 MOUNTH PATTINGALLOANG MAKASSAR 2017)
YUSDA SEMAN MY
P4400213050
PROGRAM MAGISTER KEBIDANAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
2
TESIS
HUBUNGAN STIMULASI PIJAT BAYI TERHADAP PERTUMBUHAN
USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS PATINGALLOANG
MAKASSAR 2017
Program Studi
Magister Kebidanan
Disusun dan diajukan oleh
YUSDA SEMAN MY
3
4
5
6
7
8
9
10
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sentuhan merupakan salah satu jenis stimulasi. Hal ini dikemukakan
oleh Widyastuti dan Widyani (2008) dimana jenis-jenis stimulasi dapat berupa
stimulasi visual, pendengaran, kinetik dan sentuhan.Stimulasi sentuhan yang
selama ini diberikan masyarakat kepada anaknya adalah dengan sentuhan
atau pijat. Dewasa ini, para ahli telah dapat membuktikan secara ilmiah
tentang apa yang telah lama dikenal manusia, yaitu terapi sentuh dan pijat
pada bayi mempunyai banyak manfaat terhadap perubahan fisiologis bayi
apalagi dilakukan sendiri oleh ibu bayi/orang tua. Ibu adalah orang tua paling
dekat dengan bayi, dimana pijatan ibu kepada bayinya adalah sapuan lembut
pengikat jalinan kasih sayang. Kulit ibu adalah kulit yang paling awal dikenali
oleh bayi (Aminati, 2013).
Pengaruh positif pijat atau sentuhan pada proses tumbuh kembang
bayi dan anak telah lama dikenal oleh manusia. Pijat bayi bisa dimulai
setelah bayi dilahirkan, pada saat itu bayi yang masih merah ini tidak boleh
dipijat seperti pada balita. Sentuhan dan pijatan pada bayi dilakukan dengan
pelan dan lembut sehingga bayi merasa nyaman dan membuat nafsu makan
menjadi besar (Gatot, 2005).
12
Masa bayi merupakan tahapan dimana pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat cepat, dimulai dari bayi itu lahir hingga nanti
berusia satu tahun. Usia perkembangan bayi terbagi menjadi dua yaitu,
neonatus dari lahir hingga berusia 28 hari dan bayi dari 29 hari hingga 12
bulan (World Health Organization, 2013; Depkes, 2009). Sedangkan menurut
Roesli (2013) yang dikatakan bayi adalah anak dengan usia 0 sampai 12
bulan. Masa bayi dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan
kepribadian karena merupakan periode di mana dasar-dasar dari awal
kehidupannya (Yusuf, 2006).
Masa bayi dikatakan sebagai golden age atau masa keemasan
karena pada masa ini perkembangan otak berlangsung. Otak bayi
mempunyai sifat plastisitas yaitu kemampuan susunan syaraf untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan atau kerusakan yang disebabkan
oleh faktor eksternal dan internal, penyesuaian kemampuan syaraf untuk
regenerasi (Zero to Three, 2012). Bayi-bayi memiliki kesempatan untuk
tumbuh dan berkembang dengan optimal pada masa keemasan diawal
kehidupan mereka (Potter & Perry, 2005). Apapun informasi yang diberikan
akan berdampak bagi si anak di kemudian hari (US Department of Health and
Human Service, 2009).
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan bayi diantaranya adalah keturunan dan lingkungan. Faktor
keturunan (genetik) ini berhubungan dengan gen yang diberikan dari seorang
13
ayah dan ibu kepada anaknya. Faktor lingkungan (environment) terdiri dari
lingkungan biologis, fisik, sosial dan psikologis. Pertumbuhan dan
perkembangan merupakan hasil interaksi dari dua faktor tersebut yang
mempengaruhi kualitas proses pertumbuhan dan perkembangan seorang
anak (Chamidah, 2009). Faktor lain yang dapat mempengaruhi
perkembangan yaitu nilai Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiratio
(APGAR) ketika lahir, dan pemberian Air Susu Ibu ( ASI) Ekslusif (Primadi &
Alam, 2009). Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang
berkesinambungan, bersifat kontinu dan pertumbuhan merupakan bagian
dari proses perkembangan (Wong, 2009; Potter & Perry, 2005). Pertumbuhan
yang meliputi perubahan tinggi badan, berat badan, gigi, struktur tulang, dan
karakteristik seksual. Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif. Sedangkan
perkembangan seperti perkembangan motorik, sensorik, kognitif dan
psikososial bersifat kualitatif (Potter & Perry, 2005).
Sentuhan dan pijatan yang diberikan ibu adalah bentuk komunikasi
yang dapat membangun kedekatan ibu dengan bayi dengan menggabungkan
kontak mata, senyuman, ekspresi wajah. Jika stimulasi sering diberikan,maka
hubungan kasih sayang ibu dan bayi secara timbal balik akan semakin kuat
(Dewi,2010). Jumlah bayi di Indonesia 4.372.600 jiwa dari 21.805.008 balita
atau 20,05% (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Menurut data dari Dinas
Kesehatan Sulawesi Selatan Pada tahun 2013, cakupan pelayanan
kesehatan bayi di Kota Makassar yaitu sebesar 96,67 %. Di Puskesmas
14
Patingalloang pada tahun 2013 sampai September 2014 tercatat bayi dari
378 balita yang ada (Puskesmas Patingalloang, 2014). Sebagian besar ibu
yang telah melahirkan tidak tahu manfaat dan cara memijat bayinya.
Penyebabnya karena tidak tahu manfaat dan cara melakukannya, dan juga
takut terjadi masalah dengan bayinya jika salah memijat (Jenny, 2006).
Manfaat dari pijat bayi mekanisme dasarnya (fisiologi), yang terjadi
antara lain karena Beta endorphin mempengaruhi mekanisme pertumbuhan,
aktivitas nervus vagus mempengaruhi mekanisme penyerapan makanan,
aktivitas nervus vagus meningkatkan volume ASI, produksi serotonin
meningkatkan daya tahan tubuh dan pemijatan dapat mengubah gelombang
pada otak (Roesli, 2013). Penelitian terkait dengan pijat bayi antara lain,
penelitian oleh Jin Jing et al (2007) mendapatkan hasil bahwa pada bayi yang
diberikan perlakuan pijat bayi dan latihan gerak, pertumbuhan dan
perkembangan lebih cepat dibandingkan dengan bayi yang tidak diberikan
pijat dan latihan gerak.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VI/ 2002
tentang registrasi dan praktek bidan menyebutkan bahwa bidan berwenang
memantau tumbuh kembang bayi melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh
kembang. Salah satu bentuk stimulasi yang selama ini dilakukan masyarakat
adalah dengan pijat bayi (Prasetyo 2009).
Menurut Roesli (2001) pijat bayi adalah terapi sentuh tertua yang
dikenal manusia yang paling populer. Pijat bayi telah lama dilakukan hampir
15
di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dan diwariskan secara turun
temurun. Sentuhan dan pijat pada bayi setelah kelahiran dapat memberikan
jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan
perasaan aman pada bayi. Laporan tertua tentang seni pijat untuk
pengobatan tercatat di Papyrus Ebers, yaitu catatan kedokteran zaman mesir
kuno, Ayur-Veda buku kedokteran tertua di India (sekitar 1800 sebelum
Masehi) yang menuliskan tentang pijat, diet dan olahraga sebagai cara
penyembuhan utama masa itu. Sekitar 5000 tahun yang lalu para dokter di
Cina dari Dinasti Tang juga meyakini bahwa pijat adalah salah satu 4 teknik
pengobatan penting (Roesli, 2001).
Menurut Sari (2004) dalam Prasetyo (2009) di Indonesia pelaksanaan
pijat bayi di masyarakat desa masih banyak dilakukan oleh dukun bayi.
Selama ini pemijatan tidak hanya dilakukan bila bayi sehat, tetapi juga pada
bayi sakit atau rewel dan sudah menjadi rutinitas perawatan bayi setelah
lahir. Pijat bayi merupakan usaha yang positif untuk memperoleh kondisi
optimal pada masa bayi tersebut karena merangsang semua kerja sistem
sensorik dan motorik. Manfaat dari pijat bayi adalah dapat meningkatkan
berat badan, meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh,
meningkatkan konsentrasi, membuat bayi tidur lebih lelap, membina ikatan
kasih sayang antara ibu dan anak, dan meningkatkan produksi ASI.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, para
pakar telah membuktikan bahwa terapi sentuh dan pijat menghasilkan
16
perubahan psikologi yang menguntungkan berupa peningkatan pertumbuhan,
peningkatan daya tahan tubuh, dan kecerdasan emosi yang lebih baik
(Roesli, 2001 ). Ilmu kesehatan modern telah membuktikan secara ilmiah
bahwa terapi sentuh dan pijat pada bayi mempunyai banyak manfaat
terutama bila dilakukan sendiri oleh orang tua bayi.
Didapatkan hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Inal dan Yildiz
(2012) bahwa bayi sehat lahir cukup bulan yang mendapatkan tindakan pijat
bayi perkembangan mental – motor lebih signifikan dibandingkan dengan
kelompok yang tidak mendapatkan tindakan. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Merineherta (2009) mendapatkan hasil ada pengaruh pijat
bayi terhadap peningkatan berat badan bayi usia 3-6 bulan, yaitu terdapat
perbedaan peningkatan yang signifikan pada bayi yang dilakukan pemijatan
jauh lebih baik dari pada bayi yang tidak dilakukan pemijatan. Dari
keseluruhan penelitian yang ada, menyimpulkan bahwa pijat bayi merupakan
salah satu cara membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak
serta sebagai bounding attachment antara ibu dan anak (Moszkowski &
Stack, 2007).
Fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini masih banyak di
temukannya anak-anak yang mengalami keterlambatan pada pertumbuhan
dan perkembangan-nya (Widodo & Herawati, 2008). Fenomena ini terjadi
karena banyak orang tua yang kurang memahami akan pentingnya proses
serta tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada anak mereka. Kondisi
17
ini dapat dilihat, seperti seorang ibu yang tidak mengajak bayinya berbicara
ketika sedang melakukan perawatan ataupun tidak memberikan latihan-
latihan gerak pada kaki dan tangan bayi. Sehingga mereka kurang
memberikan dan melakukan stimulasi sejak dini pada anak mereka (Hurlock,
2002).
Keterlambatan perkembangan anak dirasakan oleh orang tua ketika
seharusnya anak usia 2 – 3 tahun yang seharusnya sudah mulai berbicara,
namun hingga saat usia anak semakin bertambah melebihi dari usia untuk
seorang anak dapat berbicara, hingga waktunya terlewati anak belum dapat
berbicara seperti anak–anak lainnya, orang tua baru merasakan
kekhawatiran dan menyadari bahwa anaknya mengalami keterlambatan pada
pertumbuhan & perkembangannya (Widodo & Herawati, 2008; Hurlock,
2002).
Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, peneliti sangat
tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam dan lanjut terkait mengenai
Pengaruh stimulasi pijat bayi terhadap tumbuh kembang bayi di Puskesmas
Patingalloang Makassar.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penuis merumuskan
masalah penelitian “ Bagaimana hubungan Stimulasi Pijat Bayi Terhadap
18
pertumbuhan Bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Patingalloang Makassar
Tahun 2017? ”
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka
penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah-masalah yang ada,
diantaranya untuk:
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya hubungan pijat bayi terhadap pertumbuhan
bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Patingalloang Makassar tahun
2017.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik bayi bayi berdasarkan usia bayi.
2. Mengidentifikasi pertumbuhan bayi saat awal penelitian sebelum
diberikan tindakan dan pemantauan selanjutnya.
3. Mengidentifikasi pertumbuhan bayi sesudah diberikan perlakuan
pijat
1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Bagi Institusi Akademik
Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan informasi ilmiah
mengenai pengaruh pijat bayi terhadap pertumbuhan bayi dan
dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa.
19
1.3.2 Bagi Peneliti
Diharapkan peneliti dapat menambah pengalaman dan wawasan
serta dapat menerapkan ilmu yang di peroleh Universitas
Hasanuddin program Pasca Sarjana Magister Kebidanan
1.3.3 Bagi Masyarakat
Sebagai masukan untuk menambah pengetahuan masyarakat
tentang manfaat pemijatan pada bayi.
20
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Pijat Bayi
1. Pengertian Pijat Bayi
Sentuhan adalah hal yang paling mendasar bagi kehidupan dalam
kehidupan manusia semenjak dilahirkan. Pada awal bulan–bulan pertama
kehidupan bayi sentuhan lebih sering digunakan (Cheng, Volk & Marini,
2011). Sentuhan merupakan bagian dalam dari perawatan pada bayi
untuk membantu dalam kematangan dari fisik bayi dan hubungan emosi
antara orang tua dan bayi (Underdown, Barlow & Stewart-Brown, 2010).
Sentuhan adalah suatu bentuk dari stimulus bagi bayi yang
merupakan bagian dari pengalaman awal dalam beberapa tahun pertama
kehidupan yang akan membantuya dalam pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya (NYU Langone Medical Center, 2010).
Sentuhan pada bayi dapat berupa sentuhan aktif atau pasif.
Sentuhan pasif dapat dilakukan saat orang tua melakukan perawatan
seperti mengganti popok, kangoro mother care, memberikan susu dan
berupa sentuhan minimal lainnya. Sentuhan pasif atau metodologis
berupa pemijatan yang dilakukan oleh orang tua pada bayinya sebagai
cara menstimulasi rangsangan yang diberikan yang biasa disebut baby
massage atau pijat bayi (Leonard, 2008).
21
Pijat bayi merupakan cara memberikan stimulasi berupa sentuhan
dengan cara pemijatan (Lee HK, 2006). Pijat bayi merupakan praktek
yang sudah ada sejak dahulu di sebagian besar belahan dunia, seperti
Asia, Afrika, Amerika dan Eropa yang dilakukan secara tradisional dan
diturunkan secara turun-temurun pada generasi berikutnya. Pada awal
abad ke-20 banyak folk practices seperti pijat bayi yang terlewatkan
dalam kemajuan ilmu pengetahuan. Namun sekarang ini, banyak peneliti
modern yang melakukan penelitian kembali terhadap folk practices yang
digabungkan dengan kaidah-kaidah ilmu yang ada sekarang (Lappin &
Kretschmer, 2005). Pijat bayi adalah salah satu “folk practices” yang saat
ini sangat banyak dieksplorasi oleh para ilmuan, dokter, ahli fisiologi,
spesialis perkembangan anak dan para pendidik kesehatan yang ada
(Schafidi et al dalam Lappin & Kretschmer, 2005).
Pijat bayi telah menjadi bagian dalam perawatan umum sehari-hari
yang dilakukan oleh orang tua ataupun pengasuh bayi. Selain sebagai
bagian dari perawatan umum sehari-hari pijat bayi juga merupakan cara
sederhana dalam berkomunikasi antara orang tua dan bayi yang
menciptakan kontak mata langsung sehingga menjadikan rasa hubungan
fisik dan emosional yang kuat antar keduanya karena dapat
mencerminkan perasaan masing–masing (Gurol & Polat, 2012; Cheng,
Volk & Marini, 2011; Underdown, Barlow & Stewart-Brown, 2010).
22
Pijat bayi dilakukan dengan cara sederhana yang mudah untuk
dipelajari dan dilakukanya, hanya memerlukan sedikit perlengkapan dan
kita tidak perlu mengeluarkan uang lebih kecuali waktu yang kita
butuhkan. Pijat bayi dapat dilakukan sendiri di rumah saat luang oleh
orang tua, pengasuh bayi, maupun kakek dan nenek si bayi (Moszkowski
& Stack, 2007; Heath & Bainbridge, 2004).
Pijat bayi adalah terapi sentuh tertua dan terpopuler yang dikenal
manuasia. Pijat bayi telah lama dilakukan hampir seluruh dunia termasuk
di indonesia dan diwariskan secara turun temurun. Yang disebut bayi
adalah anak yang berumur 0 – 12 bulan.
Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan pijat bayi
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang tua ataupun pengasuh
bayi sebagai tindakan menstimulasi bayi dan otot-ototnya untuk lebih
berkembang dengan cara sentuhan dan pijatan-pijatan lembut pada tubuh
bayi.
2. Manfaat Pijat Bayi
Pijat bayi memberikan manfaat sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan relaksasi (Field, Diego, Medina, Delgado & Hernandez,
2011). Dari berbagai literature review yang ada, pijat bayi dapat
membantu pertam-bahan panjang badan dan berat badan bayi serta
memberikan manfaat stimulasi untuk kematangan motorik kasar, motorik
halus, sosial adaptif dan meningkatkan kuantitas tidur seorang bayi (Inal&
23
Yildiz, 2012; Jin Jing et al, 2007). Pada penelitian yang dilakukan Nuryanti
(2012) pijat bayi dapat memberikan manfaat menurunkan angka frekuensi
sakit pada bayi usia 1-3 bulan.
Menurut Lorenz, Moyse dan Surguy (2005) manfaat dari pijat bayi
antara lain:
a. Physical health
Para peneliti menemukan bahwa pijat dapat memiliki dampak
yang baik pada kenaikan berat badan bayi premature. Pada bayi yang
sehat dan cukup bulan saat lahir ketika diberikan pijatan, tidurnya
lebih nyenyak dan jatuh tertidur lebih cepat. Bayi yang nyenyak
tidurnya dapat membantu bayi senantiasa sehat.
b. Psychological development
Perkembangan psikologis, terutama kognitif dapat ditingkatkan
dengan stimulus yang diberikan saat pijat bayi dilakukan. Para peneliti
menyimpulkan bahwa respon bayi meningkat melalui pijat bayi
dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan pijat bayi.
c. Benefit for parents
Ibu yang melakukan pemijatan pada bayi mereka lebih banyak
merasakan kesenangan pada diri mereka saat melakukannya,
mereka juga merasakan psikologis mereka lebih baik dibandingkan
mereka yang tidak melakukan pemijatan. Ayah juga merasakan
24
hubungan kedekatan mereka dengan bayi mereka jauh lebih kuat
dibandingkan dengan yang tidak melakukan pemijatan.
d. Developing parenting skills
Para orang tua yang berpartisipasi dalam kelompok pijat bayi
mereka dapat saling bertukar informasi pengalaman mereka saat
melakukan perawatan pada bayi terutama bagi orangtua baru dapat
memberikan tambahan wawasan orang tua dalam melakukan
perawatan pada bayinya.
Manfaat pijat bayi bagi ibu yaitu, menjadikan ibu semakin dekat
hubungan batinnya dengan sang anak, membuat ibu merasa rileks dan
merasakan stresnya berkurang, ibu lebih memiliki waktu yang banyak
untuk berkomunikasi dengan bayinya dan dapat memperbanyak produksi
ASI (Air Susu Ibu). Sedangkan manfaat pijat bayi bagi bayi itu sendiri
seperti, bayi akan merasakan kenyamanan setelah mendapatkan pijat
bayi sehingga dapat tidur lebih nyaman, bayi menjadi tidak mudah stres,
pencernaannya tidak mudah terganggu, membantu perkembangan mental
bayi, dan meningkatkan kekuatan otot serta sirkulasi darah pada bayi
(Suririnah, 2009).
Pijat bayi memberikan begitu banyak manfaat untuk bayi dan
orangtua. Pemberian pijat bayi sedini mungkin akan memberikan manfaat
yang lebih banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Subakti &
Rizki, 2008). Setelah orangtua mengetahui manfaat dari pijat bayi adahal
25
yang harus diperhatikan oleh orangtua untuk melakukan pijat bayi, seperti
waktu dan semua persiapan untuk melakukan pemijatan pada bayi
(Suririnah, 2009).
3. Hal yang Diperhatikan Ketika Pemberian Pijat Bayi
Pada bayi usia 0 – 1 bulan disarankan hanya diberi gerakan
usapan halus dan sebelum tali pusat lepas sebaiknya tidak dipijat
didaerah perut. Bayi dengan usia 1 – 3 bulan sudah dapat diberikan
gerakan pijat, namun pijatan halus dengan tekanan ringan. Setelah bayi
berusia 3 bulan ke atas bayi sudah dapat diberikan pijat bayi dengan
tekanan yang lebih (Roesli, 2013).
Pijat bayi dapat dilakukan pada pagi hari saat orangtua serta bayi
akan memulai hari baru dan pada sore hari ataupun malam hari sebelum
bayi tidur dengan pemberian pijatan akan membuat bayi merasa rileks
dan nyaman sehingga dapat tidur dengan nyenyak. Selain itu menurut
Roesli (2013) ada hal – hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan
pemijatan, seperti:
a) Bayi tidak baru saja selesai makan ataupun dalam kondisi lapar.
b) Tangan pemijat bersih, tidak berkuku panjang dan menggunakan
perhiasan.
c) Ruangan untuk saat melakukan pemijatan tidaklah harus khusus
cukup diupayakan ruangan hangat tidak terlalu dingin dan sirkulasi
udara berjalan dengan lancar.
26
d) Siapkan waktu kurang lebih 15 menit untuk orang tua ataupun
pengasuh bayi untuk memberikan pijatan pada bayi. Orang tua
ataupun pengasuh harus dalam kondisi yang sehat dan nyaman tidak
dalam kondisi yang stres ketika melakukan pemijatan, karena akan
berdampak juga pada bayi yang diberikan pijatan.
e) Baringkan bayi pada permukaan yang rata, lembut dan bersih.
f) Siapkan handuk bayi, popok dan baju ganti untuk bayi.
Selama melakukan pemijatan orang tua melakukan kontak mata
dengan bayi dengan penuh kasih sayang, bernyanyilah ataupun memutarkan
lagu–lagu yang tenang dan lembut untuk menciptakan suasanan yang
nyaman untuk orang tua dan bayi. Pemijatan dapatdilakukan menggunakan
baby lotion atau minyak kelapa yang lembut untuk bayi. Tidak disarankan
untuk pemberian pijatan setelah bayi selesai makan, membangunkan bayi
yang tertidur khusus untuk pijat, memijat saat kondisi bayi sedang tidak sehat
dan memaksakan pemberian pijatan pada bayi saat bayi tidak mau dipijat
(Roesli, 2013).
4. Cara Pijat Bayi
Pijat bayi mempunyai banyak keuntungan, antara lain mengurangi
kebiasaan menangis, menaikkan berat badan, membuat bayi mudah tidur,
27
melatih eye contact dengan Ibu, mengurangi level stres hormon bayi, juga
membantu bayi untuk buang air besar.
Pilih waktu pemi jatan saat Anda santai dan tidak tergesa-gesa dan
tidak akan terputus di tengah jalan. Jangan memijat bayi sebelum atau
setelah makan, atau ketika bayi sakit . Jangan membangunkan bayi
untuk dipijat.
Siapkan perlengkapan pijat seperti minyak untuk memijat dari baby oil,
minyak telon atau minyak nabati lainnya, alas, popok bersih dan
pakaian ganti. Minyak aroma terapi untuk orang dewasa mungkin tidak
cocok untuk bayi.
Lepas gelang, cincin dan potong kuku-kuku jari Anda yang panjang
agar tidak menyakiti kulit bayi Anda yang lembut tanpa sengaja.
Gelar alas atau handuk lembut di atas permukaan yang datar dan
lepas kan pakai an bayi. Anda juga dapat meletakkan bayi di
pangkuan Anda. Letakkan bayi dengan posisi telentang saat Anda
memijat bagian depan bayi Anda, lalu tengkurap saat memijat bagian
belakang.
Gosokkan hanya sekitar setengah sendok teh minyak pada telapak
tangan Anda untuk memudahkan pijatan tangan Anda meluncur di
tubuh bayi. Anda dapat menambahkan lebih banyak minyak di tubuh
bayi kemudian sesuai kebutuhan.
28
Pijat bayi dengan lembut namun tegas dengan telapak tangan atau
jari. Pijatlah dengan ringan secara melingkar di dada dan perut, pijat
kedua bahu, turun ke bawah di lengan dan kaki lalu kembali ke atas
pada bagian punggung. Bayi baru lahir dapat menikmati hanya dua
sampai lima menit pijatan, sementara bayi berusia lebih dari dua bulan
dapat menikmati lebih lama.
Jangan terlalu banyak memberikan tekanan pada tubuh bayi yang
rapuh dan hindari daerah tulang belakang.
Tenangkan bayi agar tidak bergerak saat dipijat dengan berbicara atau
bernyanyi.
Kontak mata dengan bayi membuatnya merasa mendapatkan
perhatian penuh dari Anda.
Berhenti memijat secara mendadak dapat membuat bayi waspada.
Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan pelan-pelan
dan lembut saat akan menghentikan pijatan.
Janganmenggunakan minyak di kepala atau wajah. Jaga agar mi nyak
tidak terkena jemari bayi karena mereka cenderung menempatkan jari
di mulut atau mata, sehingga dapat menyebabkan iritasi.
Selubungi bayi dengan handuk bersih dan hangat setelah dipijat dan
peluklah dia.
Hindari ruam, luka atau daerah di mana bayi mendapat suntikan
vaksinasinya ataumungkin karena sakit.
29
Anda dapat terus memijat bayi Anda sampai dia berusia tiga atau
empat tahun, karena manfaat pi jat yang baik sangat banyak.
5. Patofisiologi pijat bayi
Sentuhan dan pandangan mata orang tua dan bayi mampu
mengalirkan kekuatan jalinan kasih sayang diantara keduanya yang
merupakan dasar komunikasi untuk memupuk cinta secara timbale balik,
mengurangi kecemasan, meningkatkan kemampuan fisik serta rasa percaya
diri. Adapun patofisiologi bayi berdasarkan Manfaat Pijat Bayi adalah :
a. Membuat Bayi Semakin Tenang
Umumnya bayi yang mendapatkan pijatan secara teratur akan lebih
rileks dan tenang. Dengan sirkulasi darah dan oksigen yang lancar dan
otomatis membuat imunitas tubuh bayi lebih baik. Bukan hanya secara
fisik, pijat bayi juga sangat mempengaruhi emosional, karena aktivitas
pijat akan menjalin bonding antara anak dan orang tua. Unsur utama pijat
bayi adalah sentuhan (touch), bukan tekanan (pressure). Oleh sebab itu
selain oleh trapis spesialis, pijat bayi sangat baik dilakukan oleh ibu dan
ayah. (Putri, Alissa: 2009)
b. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi
Berdasarkan penelitian T. Field & Scafidi dari universitas Miami,
AS. Terapi pijat memberikan efek positif secara fisik, antara lain kenaikan
30
berat badan bayi dan peningkatan produksi air susu ibu (ASI). Telah
diamati perubahan berat badan 20 bayi premature setelah mendapat
pijatan secara teratur. Bayi mengalami kenaikan berat badan 20 - 47%
per hari setelah dipijat 3 x 15 menit selama 10 hari. Sedangkan, bayi
berusia 1 – 3 bulan yang dipijat 15 menit dua kali seminggu selama enam
minggu mengalami kenaikan berat badan lebih tinggi dari kelompok bayi
yang tidak dipijat.
Ini disebabkan bayi yang dipijat mengalami peningkatan kadar
enzim penyerapan dan insulin sehingga penyerapan terhadap sari
makanan pun menjadi lebih baik. Alhasil bayi menjadi cepat lapar dank
arena itu lebih sering menyusu sehingga meningkatkan produksi ASI.
(Putri, Alissa: 2009)
c. Meningkatkan efektivitas istirahat (Tidur) bayi
Bayi yang otot-ototnya distimulus atau pemijatan aman dan
nyaman dan mengantuk. Kebanyakan bayi tidur dengan yang lama
begitu pemijatan usai dilakukan kepadanya. Selain lama, bayi Nampak
tertidur lelap dan tidak rewel seperti sebelumnya. Hal ini menunjukkan
bahwa bayi merasa tenang setelah dipijat. Ibu-ibu selalu merasa senang
bila melihat bayinya tertidur lelap. Kebanyakan untuk alasan inilah
mereka lakukan pemijatan bayi.
Namun, dalam situasi lain dimana tidur lelap bayi ini terjadi
berbagai kemungkinan. Pertama, bayi tertidur bukan karena nyaman
31
dipijat tetapi sebaliknya, ia marasa kehabisan energy setelah “melawan”
perlakuan pemijatan yang sebenarnya tidak diinginkan. Biasanya hal ini
terjadi karena pemijatan dilakukan dengan paksaan. Kedua, tidur bayi
yang terlalu lama dan sulit dibangunkan dapat mengganggu jadwal
pemberian ASI. Pemberian ASI tetap harus cukup dan tidak boleh
terlambat (Anggraini dan Subakti:2009).
d. Meningkatkan konsentrasi bayi
Pemijatan dapat memperlancar peredaran darah yang mengalir
keseluruh tubuh manusia, termasuk keotaknya, terutama untuk
memperlancar sirkulasi dan peredaran oksigen. Ketika suplai oksigen
untuk bayi tidak lancar maka fungsi otak untuk berfikir dan konsentrasi
akan terganggu. Semakin baik aliran darah ke otak, semakin
berkecukupan kebutuhan oksigen ke otak secara cukup membuat
konsentrasi dan kesiagaan bayi semakin membaik.
Pemijitan juga mengefektifkan istirahat (tidur) bayi. Ketika bayi
istirahat atau tidur dengan efektif maka saat bangun akan menjadi bugar.
Kebugaran ini juga menjadi faktor yang mendukung konsentrasi dan
kerja otak si bayi (Putri,Alisa : 2009).
e. Meningkatkan daya tahan tubuh
Meningkatkan aktifitas neurotransmitter serotonin ini akan
meningkatkan kapasitas sel reseptor yang mengikat glucocorticoid
(adrenalin). Proses ini menyebabkan terjadinya penurun kadar hormogen
32
adrenalin (Hormon stres), dan selanjutnya akan meningkatkan daya
tahan tubuh (Putri,Alissa : 2009).
6. Tekhnik Pijatan
a. Kaki
Gambar 2. 1 Pijat bagian kaki
bagian ini merupakan bagian yang terbaik untuk memulai pijatan, karena
merupakan bagian yang paling tidak sensitif diantara bagian tubuh bayi
yang lain. Colek sedikit minyak, mulai pijat dengan kedua tangan Anda
secara perlahan, mulai dari daerah paha, terus ke bawah. Buatlah pijatan
secara bergantian antara tangan kanan dan kiri Anda. Gerakan pijatan
harus selembut mungkin, meniru gerakan memerah susu. Pindah ke kaki
yang sebelahnya lagi danlakukan pijatan yang sama.
33
b. Telapak Kaki
Gambar 2. 2 Pijat telapak kaki
Ambil salah satu telapak kakinya dan secara lembut putarlah beberapa
kali ke arah kiri, lalu ulangi lagi ke arah kanan. Setalah itu, pijat lah
punggung telapak kakinya mulai dari arah mata kaki ke arah jari-jari kaki.
Pindah ke telapak kaki satunya dan ulangi seperti itu.
c. Tumit
Gambar 2.3 Pijat Tumit
Gunakan ibu jari Anda untuk memijat dengan membentuk lingkaran pada
tumit bayi Anda
34
d. Jari Kaki
Gambar 2. 4 Pijat jari kaki
Bagian ini adalah penutup dari pijatan bagian kaki bayi. Peganglah jari
mungilnya satu per satu menggunakan ibu jari dan telunjuk Anda,
kemudian secara lembut tariklah searah dengan jarinya sehi ngga jari-jari
Anda terlepas di ujung jari kaki bayi. Lakukan untuk kesepuluh jari
kakinya.
e. Memijat bagian perut bayi
Gambar 2.5 Pijat bagian perut
35
Pijat perut bayi dari atas ke arah bawah. Lakukan pijatan di mulai dari
bagian kiri atas kemudian ke bawah, lalu geser pijatan kesebelah kanan.
Memijat perut bayi ,mampu membantu dalam menyingkirkan gas dan juga
masalah pencernaan pada bayi seperti sembelit.
f. Pijat bagian punggung bayi
Gambar 2.6 Pijat bagian punggung
Pijat merupakan aktivitas yang baik untuk bayi karena akan membuat
mereka rileks untuk tidur dengan nyenyak. Jadi, pijat bagian belakang
bayi dengan gerakan maju mundur di sepanjang punggungnya mulai dari
bagian pantat hingga leher bayi dan buat gerakan pijat secara melingkar.
g. Pijat bagian dada
Gambar 2.7 Pijat bagian dada
36
Buat gerakan ke atas hingga ke bawah leher kemudian ke samping kiri-
kanan di bagian atas tulang selangka dengan membentuk gambar
jantung, setelah itu kembali lagi ke ulu hati. Gerakan diagonal di bagian
dada bayi (membentuk huruf X) dari arah kiri ke kanan.
h. Lengan
Gambar 2.8 Pijat bagian lengan
Ambil salah satu lengannya dan lakukan gerakan seperti yang Anda
lakukan terhadap kakinya – gerakan seperti memerah susu, mulai dari
ketiaknya, terus hingga ke pergelangan tangan. Kemudian pegang
telapak tangannya, dan putar-putar secara perlahan beberapa kali, ke
arah kanan dan kiri. Pindah ke lengan satunya lagi dan lakukan hal yang
sama. (Red.Newsletter Tradkom)
37
i. Pijat bagian muka
Gambar 2. 9 Pijat bagian muka
Letakkan ibu jari diantara alis mata si bayi. Pijat dengan ibu jari secara
lembut pada alus dan juga di bagian atas kelopak mata bayi. Pijat mulai
dari pertengahan alis turun ke bagian bawah melalui bagian samping
lipatan hidungnya.
B. Pertumbuhan Bayi
1. Bayi
1. Pengertian Bayi
Allvanialista I, (2013), mengatakan bahwa tahapan
pertumbuhan pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan
usia 0-28 hari dan masa pasca neonatus dengan usia 29 hari-12
bulan. Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena
bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan
sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh, dan pada
38
pasca neonatus bayi akan mengalami pertumbuhan yang sangat
cepat.
Depkes RI (2010), Bayi adalah seorang makhluk hidup yang
belum lama lahir. Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai
umur 1 tahun, namun tidak ada batasan yang pasti.Pada masa ini
manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap
kematian.Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal
(kematian di 27 hari pertama hidup), dan post-natal (setelah 27 hari).
2) Tahapan Bayi
Menurut Soetjiningsih (2014), bayi adalah usia 0 bulan hingga
1 tahun, dengan pembagian sebagai berikut:
1) Masa neonatal, yaitu usia (0 – 28 hari) masa neonatal dini, yaitu
usia (0 – 7 hari) dan masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari.
2) Masa pasca neonatal, yaitu usia 29 hari – 1 tahun.
2. Pertumbuhan
a. Pengertian Tumbuh
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam
ukuran, besar, jumlah, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun
individu.Pertumbuhan.(Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3).
Pengertian Secara Etimologis dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pertumbuhan berasal dari kata tumbuhyang berarti tambah
39
besar atau sempurna. Pengertian Secara TermitologisPertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada
anak yang sehat dalam perjalanan waktutertentu. (jurnal pertumbuhan
dan perkembangan nomor, 1 mei 2013: 1-6)
Menurut Soetjiningsih (2014), pertumbuhan (growth) adalah
perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah,
ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu.
Gambar 2.10 :Pertumbuhan pada anak
(Jurnal pertumbuhan dan perkembangan, 2013)
Tabel 2. Daftar penambahan berat badan
No Umur Berat Badan
1 Bayi baru lahir Rata – rata antara 300 gr s/d 350 gr
2 Minggu I Berat badan turun s/d 10% dari berat
badan lahir (merupakan keadaan
40
fisiologi)
3 Akhir minggu I s/d hari
ke 10 – 14
Berat badan sepertri berat badan lahir
4 Triwulan I Kenaikan berat badan 150 – 250 gr/
minggu
5 Triwulan II Kenaikan berat badan 500 – 600 gr/
bulan
6 Triwulan III Kenaikan berat badan 300 – 450 gr/
bulan
7 Triwulan IV Kenaikan berat badan 250 – 350 gr/
bulan
8 5 bulan 2 x berat badan lahir
9 1 tahun 3 x berat badan lahir
10 2 – 2,5 tahun 4 x berat badan lahir
(Sumber : Setiawan, 2014)
41
Tabel 2. Pertumbuhan selama masa bayi usia 0- 9bulan
Usia
(bulan)
Fisik
1 Penambahan BB 150 – 210 gram setiap minggu selamam 6
pertama, penambahan BB
2 Refleks merangkak hilang
3 Refleks primitif menghilng
4 Mulai merangkak
5 Memulai tanda pertumbuhan gigi dab BB laahir menjadi dua
kali lipat
6 Penambahan BB 90 -150 gram setiap minggu selama 6 bulan
berikutrnya dan penambahan TB 1,25 cm setiap bulan selama
6 bulan berikutnya
Sumber : Soedjinigsih, 2014
3. Penilaian Pertumbuhan Pada bayi
a. Penilaian Tumbuh
Menurut Setiawan (2012), terdapat beberapa cara yang
dapat digunakan untuk mendeteksi tumbuh kembang anak,
diantaranya dengan pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
42
1) Pengukuran antropometri
Pengukuran antropometri ini meliputi pengukuran berat
badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala dan lingkar
lengan atas. Dalam pengukuran antropometri terdapat 2 cara
dalam pengukuran, yaitu pengukuran berdasarkan usia dan
pengukuran tidak berdasarkan usia.Pengukuran berdasarkan
usia misalnya berat badan berdasarkan usia, tinggi badan
berdasarkan usia, dan lain-lain. Pengukuran tidak berdasarkan
berdasarkan usia misalnya pengukuran berat badan
berdasarkan tinggi badan, lingkar lengan atas berdasarkan
tinggi badan, dan lain-lain.
2) Pengukuran Berat Badan
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai
peningkatan atau penuruan semua jaringan yang ada pada
tubuh, misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh dan cairan
tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau
tumbuh kembang anak.Penilaian berat badan berdasarkan
tinggi badan menurut WHO yaitumenggunakan Z-skor untuk
meneliti dan memantau pertumbuhan.
1. 1 SD unit (1 Z-skor) kurang lebih sama dengan 11 % dari
medan BB/U
2. 1 SD unit (1 Z-skor) kira – kira 10 % dari median BB/TB
43
3. 1 SD unit (1 Z-skor) kira – kira 5 % dari median TB/U
Pengukuran berat badan menggunakan alat ukur timbangan bayi
Alat ini digunakan baik untuk mengukur berat badan bayi,
3) Pengukuran Tinggi Badan
Pengukuran ini digunakan untuk menilai status
perbaikan gizi.Pengukuran ini dapat dilakukan dengan sangat
mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak (Setiawan (2012).
Nama pengukur panjang badan adalah panjang bayi
kayu dengan merek onemed yang sudah terstandar yang
digunakan di puskesmas.
1. Cara mengukur dengan posisi berbaring
a) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang
b) Bayi dibaringkan terelentang pada alas yang datar
c) Kepala bayi menempel pada pembatas angka nol
d) Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap
menempel pada pembatas angka nol (pembatas kepala)
e) Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan
kanan menekan batas kaki ke telapak kaki agar memyentuh
Rumus perhitungan Z-Skor adalah :
Z – Skor = Nilai Individu Subyek – Nilai Median Buku Rujukan
Nilai Simpang Buku Rujukan
44
ujung pembatas yang menunjukkan angka dalam satuan
centimeter.
f) Petugas 2 membaca angka di tepi di luar pengukur.
(http://onemedhealthcare.com)
Gambar 2.12. Pengukur Panjang badan
4) Pengukuran Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala ini digunakan sebagai salah
satu parameter untuk menilai pertumbuhan otak.Dengan
penilaian ini, dapat dideteksi secara dini apabila terjadi
pertumbuhan otak mengecil yang abnormal (mikrosefali) yang
dapat mengakibatkan adanya retardasi mental atau
pertumbuhan otak membesar (makrosafali) kelainan ini disebut
yang abnormal (volume kepala meningkat) yang dapat
disebabkan oleh penyumbatan pada aliran cairan
45
serebrospinalis. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara
menggunakan kurva lingkar (Setiawan (2012).
Pengukuran lingkar kepala paling bermanfaat pada 6
bulan pertama sampai 2 tahun, karena pada periode inilah
pertumbuhan otak berlangsung dengan pesat. Namun lingkar
kepala yang abnormal baik kecil mauun besar bisa disebabkan
oleh faktor genetic (keturunan) dan bawaan bayi. pada 6 bulan
pertama kehidupan lingkar kepala berkisar antara 34 – 44 cm,
sedangkan pada umur 1 tahun seitar 47 cm, 2 tahun 49 cm dn
dewasa 54 cm.
Intpretasi hasil lingkar kepala dalam (cm) dapat berupa :
1. < 34 cm : Mikrosefali
2. 34 -44 cm : Normal
3. > 44 cm : Makrosefali
Tujuan untuk menilai pertumbuhan anak melalui perkembangan
lingkar kepala.
1. Alat :
a) Grafik ligkar kepala menurut NCHS
b) Kertas milieter
c) Tinta berwarna /spidol
46
d) Meteran
2. Cara pengukuran
a) Tentukan usia anak
b) Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis)
atau supra orbita bagian anterior menuju oksiput pada
bagian posterior
c) Masukan hasil pengukuran lingkar kepala berdasarkan
usia ke dalam grafik.
Gambar 2.13. Lingkar kepala bayi
5) Pengukuran Lingkar Lengan Atas
Penilaian ini digunakan untuk menilai jaringan lemak
dan otot, namun penilaian ini tidak banyak berpengaruh pada
keadaan jaringan tubuh apabila di bandingkan dengan berat
badan.Pengkuran lingkar lengan atas ini mudah, murah, alat
bisa dibuat sendiri dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Alat yang
47
digunakan biasanya adalah pita ikur elastis,. Penggunaan
lingkar lengan atas lebh tepat untuk mengidentifikasi anak
dengan gangguan gizi/ pertumbuhan fisik yang berat.
Interpretasi hasil lingkar lengan atas (LLA) dalam (cm) dapat
berupa :
1. <12,5 cm : gizi buruk
2. 12,5 – 13,5 cm : gizi kurang
3. > 13 ,5 cm : gizi baik
4. Bila umur tidak diketahui, maka status gizi dinilai dengan
indeks LLA/TB :<75% = gizi buruk, 75 – 80% = gizi kurang,
80 – 85 = borderline, dan >85% = gizi baik (normal).
Tujuan Untuk menilai pertubuhan anak melalui pengukuran
lingkar lengan atas
1. Alat
a) Buku rujukan NCHS
b) Kertas millimeter
c) Tinta warna/spidol
d) Meteran
2. Cara pengukuran
a) Tentukan usia anak
b) Tentukan lokasi lengan yang diukur.
48
c) Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri, yaitu
pertengahan pangkal lengan dan siku.
d) Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan
bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dibandingkan
dengan lengan kanan sehingga ukurannya lebih stabil.
e) Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat
pengukuran.
f) Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang
tertera pada pita pengukur
g) Catat hasil pada KMS
49
D. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi konsep-konsep
serta variabel-variabel yang akan diukur (diteliti) (Notoadmodjo, 2010).
Keterangan :
: Varabel independen
: variabel dependen
Gambar 8. Kerangka konseptual penelitian’’
F. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada hubungan pijat bayi terhadap
pertumbuhan bayi di Puskesmas Patingalloang Makassar”.
Variabel independen
Pijat bayi
Variabel dependen
Pertumbuhan bayi
Variabel Perancu:
Lingkungan
Gizi
50
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Pijat bayi adalah suatu bentuk dari stimulus bagi bayi yang dilakukan
secara teratur , pengalaman awal dalam beberapa tahun pertama
kehidupan yang akan membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan
selanjutnya.
Kriteria objektif :
a. Tepat : Apabila bayi diberi pijat bayi sesuai protap
b. Tidak tepat : Apabila bayi diberikan pijat bayi tidak sesuai protap
Alat ukur : Obsevasi
Skala : Ordinal
2. Pertumbuhan adalah bertambahnya perubahan fisik pada bayi yang dapat
dilihat dari hasil pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan
lingkar lengan atas.
Hasil ukur Berat badan dan panjang badan
a. Gemuk : >SD
b. Normal : - 2 SD s/d - 2 SD
c. Kurus : < - 2 SD s/d – 3 SD
d. Kurus sekali : < - SD
Hasil ukur lingkar kepala
a. < 34 cm : Mikrosefali
b. 34 -44 cm : Normal
c. > 44 cm : Makrosefali
51
Hasil ukur lingkar lengan atas
a. <12,5 cm : gizi buruk
b. 12,5 – 13,5 cm : gizi kurang
c. > 13 ,5 cm : gizi baik
Alat Ukur : Timbangan bayi, pengukur panjang badan, Meteran,
dan pita lila
Skala : Rasio
52
BAB III
METODE PENELITAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk
menjawab rumusan masalah, pertanyaan penelitian dan mengantisipasi
kesulitan-kesulitan yang akan timbul selama proses penelitian
berlangsung(notoatmojo, 2010). Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan desain quasi eksperiment, yaitu memberikan perlakuan
atau intervensi pada kelompok eksperimen dan kemudian efek perlakuan
tersebut diukur dan dianalisa(polit & hungler, 2009.) Pendekatan penelitian ini
dengan non randomzed pre and post test with control grup design.
Dogunakan untuk mengetahui hubungan dari pijat bayi terhadap
pertumbuhan bayi sebelum diberi perlakuan (pre) dan sesudah diberi
perlakuan (post) selama 30 hari pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi yang kemudian akan dilihat hasil pengaruh dari perlakuan yang
didapatkan kedua kelompok tersebut.
Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Bagan. Bentuk Rancangan Penelitian
Q2 – Q2 = X1 Q4 – Q3 = X2 Q2 – Q4 = X3
Intervensi
pijat bayi Q2 Q1
Q4 Q3
53
Keterangan :
Q1 : Kelompok bayi saat awal penelitian pada kelompok intervensi
Q2 : Kelompok bayi saat akhir penelitian pada kelompok intervensi
Q3 : Kelompok bayi saat awal penelitian pada kelompok kontrol
Q4 : Kelompok bayi saat akhir penelitian pada kelompok kontrol
X1 : Perubahan pertumbuhan bayi dari awal penelitian hingga akhir
penelitian pada kelompok intervensi
X2 : Perubahan pertumbuhan bayi dari awal penelitian hingga akhir
penelitian pada kelompok kontrol
X3 : Perbedaan pertumbuhan pada akhir penelitian antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol.
Setelah data dikumpulkan maka data tersebut akan dianalisa
untuk mengetahui pengaruh yang ada antara variabel pemijatan
dengan variabel berat badan. Sehingga dalam pengambilan keputusan
yaitu jika nilai p > 0,05,maka H0 diterima dan jika P ≤ 0,05, maka H0
ditolak ( Sarwono, 2006 ).
Pengolahan data pertama dengan menggunakan uji statistik
Kolmogorv Smirnov test untuk mengetahui distribusi data tersebut,
kemudian langkah berikutnya digunakan paired t-test untuk
mengetahui pengaruh antarvariabel pada tiap kelompok dan terakhir
untuk mengetahui variabel antara kelompok perlakuan dengan
kelompok kontrol.
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
parametrik karena datanya interval dan ratio. Satu variabel,
hipotesisnya bersifat deskriptif, maka teknik analisis statistiknya ialah :
54
t-test satu sampel(Sarwono, 2006). Uji t-test digunakan untuk
membandingkan rata-rata 2 populasi dengandata yang berskala
interval.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 30 hari pada 26 Mei – 26 Juni 2017 di
Puskesmas Patingalloang Makassar. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena
peneliti melihat pada puskesmas tersebut terdapat pelayanan khusus untuk
pijat bayi dan keadaan pada pola asuh dan perawatan serta pemberian
stimulasi pada anak masih perlu perhatian yang diberikan orang tua kepada
anaknya. Dan orang tua masih ada yang mengerti berbagai cara
menstimulasi anaknya. Banyak pada ibu-ibu yang kurang mengetahui betapa
pentingnya stimulasi yang harus diberikan kepada anaknya selama masa-
masa pertumbuhan awal anak. Sehingga banyak anak yang mengalami
keterlambatan untuk berjalan dan berbicara.
C. Populasi Dan Teknik Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2002).
Menurut Nursalam (2008) populasi merupakan sekumpulan subjek dalam
satu wilayah generalisasi yang memiliki jumlah dan telah memenuhi kriteia
dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang
datang berkunjung di Puskesmas Patingalloang Makassar.
55
2. Sampel
Sampul adalah bagian dari jumlah populasi yang terjangkau/ memiliki
karakteristik pada populasi dan kemudian diambil sebagai subjek
penelitian dengan proses Sampling (Santoso, 2009). Sampel merupakan
bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa
memenuhi atau mewakili populasi. Pada penelitian ini sampelnya adalah
bayi yang berumur 6 – 12 bulan pada tanggal 26 Mei – 26 Juni 2017 yang
memenuhi kriteria inklusi sebanyak 24 bayi.
Sampling adalah pengambilan sampel penelitian dengan cara atau
teknik – teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin
mewakili populasinya. Penelitian ini menggunakan sampling non-
probability dengan metode purposive sampling yaitu teknik penetapan
sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sehingga sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
Dengan demikian peneliti mengambil sampel dari seluruh bayi yang
berkunjung di puskesmas patingalloang yang berusia 6 – 12 bulan. Untuk
menghindari kesalahan pada pemilihan sampel dan hasil penelitian sesuai
dengan tujuan penelitian, Peneliti menentukan kriteria inklusi dan esklusi
sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
1) Bayi yang berumur 6 – 12 bulan
56
2) Bayi lahir dengan cukup bulan
3) Orang tua dan keluarga bersedia mengukuti proses penelitian dari
awal hingga akhir penelitian
a. Kriteria eksklusi
1) Ibu dan bayi yang sakit yang memerlukan perawatan yang
mmengakibatkan penurunan berat badan.
2) Bayi dengan kelahiran berat badan lahir rendah
3) Bayi dengan kelainan kongenital yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan
4) Orang tua bayi tidak setuju jika bayinya dijadikan sampel.
D. Instrumen Pengumpulan Data
1. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan sebagai cara
untuk pengumpulan dan pengukuran data (Gulo, 2010). Penelitian ini
menggunakan lembar identitas bayi, meteran, timbangan dengan
gram(gr) yang sudah dikalibrasi. Meteran centimeter sebagai alat
pengukuran panjang bayi. Timbangan bayi yang sudah dikalibrasi
sebagai alat pengukuran berat badan bayi (Setiawan, 2010).
57
2. Alur penelitian
Gambar . Alur penelitian
E. Pengolahan data dan analisis Data
1. Pengolahan data
a. Editing
Tahap ini merupakan tahap awal untuk memperbaiki atau
menyeleksi data yang sudah terkumpul, tujuannnya adalah
mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam kuesioner
Alur Penelitian
Populasi : Seluruh bayi yang datang berkunjung ke puskesmas
Sampel : teknik total sampling
Pengukuran I, dan II BB, PB, LK, LLA
Pertumbuhan
Data
Analisis data
Penyajian Data
Kesimpulan dan
Saran
58
b. Coding
Dilakukan dengan memberi kode pada seluruh jawaban bayi
untuk memudahkan proses tabulasi data.
c. Entry
Data yang sudah diseleksi dimasukkan ke dalam komputer
untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut dengan menggunakan
program SPPS
d. Cleaning
Data yang sudah diperoleh seluruhnya dikumpulkan untuk
dilakukan pembersihan data yaitu mengecek data dan data yang
benar saja yang diambil sehingga tidak terdapat data yang meragukan
atau salah.
e. Tabulating
Tabulating adalah pekerjaan membuat tabel.Jawaban –
jawaban yang telah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam tabel.
2. Analisis data
Analisis data pada penelitian ini terdiri dari :
a) Analisa deskriptif (univariat)
Yaitu untuk menjelaskan karakteristik tiap variabel yang digunakan
dalam penelitian ini dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tentang
Bayi diberi Pijat sesuai dan tidak sesuai protap dan pertumbuhan.
59
b) Analisa analitik (bivariate)
Yaitu menggunakan uji Paired Samples T Test, dengan tingkat
kemaknaan yaitu α = 0,05 untuk mengetahui perbedaan bayi yng
mendapat pijat dan bayi tidak mendapat pijat pada tumbuh kembang
bayi. Data diolah dengan menggunakan program komputer.
F. Etika Penelitian
Penelitian yang dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
etik.Prinsip etik bertujuan untuk melindungi subjek penelitian. Hak – hak bayi
dilindungi dengan baik oleh peneliti dengan pertimbangan :
1. Right to self determination
Bayi mempunyai hak otonomi untuk berpartisipasi atau tidak dalam
penelitian.Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti yang berisi
prosedur penelitian, manfaat dan risikonya, bayi diberikan kesempatan
untuk memberikan persetujuan atau menolak berpartisipasi dalam
penelitian.Bayi dapat mengundurkan diri dari penelitian tanpa
konsekuensi apapun.
2. Right to privacy and dignity
Peneliti melindungi privasi dan martabat bayi. Selama penelitian
kerahasiaan akan tetap dijaga dengan baik oleh peneliti.
3. Right to anonymity and confidentiality
60
Data penelitian yang berasal dari bayi tidak disertai dengan
identitas bayi, tetapi cukup dengan kode bayi.Data yang diperoleh dari
hasil penelitian setiap bayi hanya diketahui oleh peneliti dan bayi yang
bersangkutan.Selama pengolahan data, analisis dan publikasi dari hasil
penelitian tidak dicantumkan identitas bayi.
4. Right to fair treatment
Semua bayi mendapatkan intervensi yang sama pada saat
pengumpulan data penelitian.
5. Right to protection from discomfort and harm
Kenyamanan bayi dan risiko perlakuan yang diberikan selama
penelitian tetap dipertimbangkan dalam penelitian ini.Kenyamanan bayi
baik fisik, psikologis, dan sosial tetap dipertahankan.
BAB IV
61
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pengambilan data dilakukan di Puskesmas Pattingalloang tanggal 15
Mei – 15 Juni 2017 dengan jumlah bayi sebanyak 24 bayi. Pengumpulan
data dilakukan dengan data yang diperoleh dari KMS bayi yang ada d
Puskesmas Patingalloang. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis
mengunakan program SPSS. Selanjutnya, data hasil penelitian ditampilkan
dalam bentuk table disertai dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini Yaitu untuk menjelaskan karakteristik
tiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi tentang Bayi diberi Pijat sesuai dan tidak sesuai
protap dan pertumbuhan. Dari table 4.1 dapat dilihat, yaitu :
A. Usia Bayi
62
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Bayi di Puskesmas Patingalloang
No Usia (Bulan)
BB(gram) Normal
PB(cm) Normal
LK(cm) Normal
LLA(cm) Normal
F (n=24)
Persentase (%)
1 6 6000 –
7000
52,5 –
66,0 43 14,75 5 20,8
2 7 6500 –
7500
54,0 –
67,5 43,5 14,75 2 8,3
3 8 6800 –
8200
55,5 –
69,0 44 14,75 4 16,6
4 9 7300 –
8500
56,5 –
70,5 44,5 15,10 2 8,3
5 10 7600 –
9000
57,5 –
72,0 45 15,10 3 12,5
6 11 8000 –
9500
58,5 –
73,5 45,5 15,10 5 20,8
7 12 8200 –
9700
60,0 –
74,5 46 16,00 3 12,5
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa usia bayi dimulai 6 –
12 bulan dengan frekuensi tertinggi pada 6 bulan sebanyak 5
orang (20,8%), bayi usia 7 bulan sebanyak 2 orang (8,3%), bayi
usia 8 bulan sebanyak 4 orang (16,6%), bayi usia 9 bulan
sebanyak 2 orang (8,3%), bayi usia 10 bulan sebanyak 3 orang
(12,5%), bayi usia 11 bulan sebanyak 5 orang (20,8%), bayi usia 7
bulan sebanyak 3 orang (12,5%).
B. Berat Badan
63
Tabel 4.2 Berat Badan Bayi pada kelas intervensi dan kontrol di
Puskesmas Patingalloang
Kelompok Usia
(Bulan) BB Pre (gram)
BB Post (gram)
BB(gram) Normal
Selisih BB Pre & BB
Post
Intervensi (bayi diberi pijat
sesuai protap)
6 10 12 11 11 6 9 7 8
10 8 6
6600 7600 8500 8000 8100 6300 7300 6500 6800 7600 6900 6000
7000 8100 8900 8500 8500 6500 7650 6900 7200 8000 7300 6450
6000-7000 7600-9000 8200-9700 8000-9500 8000-9500 6000-7000 7300-8500 6500-7500 6800-8200 7600-9000 6800-8200 6000-7000
300 500 400 500 400 200 350 400 400 400 400 450
Kontrol (Bayi tidak
sesuai Protap)
6 6 7 8 8 9
10 11 11 11 12 12
6000 6500 6600 7000 7200 8000 7300 7800 8500 9000 9000 9200
6200 6750 7000 7300 7600 8300 7650 8200 8800 9250 9300 9400
6000-7000 6000-7000 6500-7500 6800-8200 6800-8200 7300-8500 7600-9000 8000-9500 8000-9500 8000-9500 8200-9700 8200-9700
200 250 400 300 400 300 350 400 300 250 300 200
C. Panjang Badan
64
Tabel 4.3 Panjang Badan Bayi pada kelas intervensi dan kontrol di
Puskesmas Patingalloang
Kelompok Usia
(Bulan) PB Pre
(cm) PB Post
(cm) PB(cm) Normal
Selisih PB Pre & PB
Post
Intervensi (bayi diberi pijat
sesuai protap)
6 10 12 11 11 6 9 7 8
10 8 6
50 55 65 60 60 49 57 56 54
58,5 53 48
52 57
67,5 63 63 51 59 59 56 60 56 51
52,5-66 57,5-72 60-74,5
58,5-73,5 58,5-73,5 52,5-66
56,5-70,5 54-67,5 55,5-69 57,5-72 55,5-69 52,5-66
2 2
2,5 3 3 2 2 3 2
1,5 3 3
Kontrol (Bayi tidak
sesuai Protap)
6 6 7 8 8 9
10 11 11 11 12 12
48 49 54 57 58 57 59 60 61
60,5 70 73
51 51
57,5 58 60 58
60,5 62,5 63 62 72 76
52,5-66 52,5-66 54-67,5 55,5-69 55,5-69
56,5-70,5 57,5-72
58,5-73,5 58,5-73,5 58,5-73,5 60-74,5 60-74,5
3 2
3,5 1 2 1
1,5 2,5 2 2 2 3
D. Lingkar Kepala
65
Tabel 4.4 Lingkar Kepala Bayi pada kelas intervensi dan kontrol di
Puskesmas Patingalloang
Kelompok Usia
(Bulan) LK Pre (cm)
LK Post (cm)
LK(cm) Normal
Selisih LK Pre & LK
Post
Intervensi (bayi diberi pijat
sesuai protap)
6 10 12 11 11 6 9 7 8
10 8 6
40 44 45 42 43
44,5 42 43
43,5 44 45 43
40 44
45,5 42,5 43
44,5 42
43,5 44
44,5 45,5 43
+ 0,5 cm tiap bulan
0 0
0,5 0,5 0 0 0
0,5 0,5 0,5 0,5 0
Kontrol (Bayi tidak
sesuai Protap)
6 6 7 8 8 9
10 11 11 11 12 12
43 40 43 44 44 44 44 45 43 43 45 45
43 40 43 44 44
44,5 44 45 43 43 45 45
+ 0,5 cm tiap bulan
0 0 0 0 0
0,5 0 0 0 0 0 0
E. Lingkar Lengan Atas
66
Tabel 4.5 Lingkar Lengan Atas Bayi pada kelas intervensi dan kontrol di
Puskesmas Patingalloang
Kelompok Usia
(Bulan) LLA Pre
(cm) LLA Post
(cm) LLA(cm) Normal
Selisih LLA Pre & LLA Post
Intervensi (bayi diberi pijat
sesuai protap)
6 10 12 11 11 6 9 7 8
10 8 6
14,5 15 16 15 15
14,6 15
14,7 14,5 15
14,5 14,4
14,5 16
16,5 15,2 16
14,6 15
14,7 14,5 15,2 14,8 14,4
14,75 15,10 16,00 15,10 15,10 14,75 15,10 14,75 14,75 15,10 14,75 14,75
0 1
0,5 0,2 1 0 0 0 0
0,2 0,3 0
Kontrol (Bayi tidak
sesuai Protap)
6 6 7 8 8 9
10 11 11 11 12 12
14,5 14
14,5 14
14,2 15 15 14 15 15
15,7 16
14,5 14
14,5 14
14,2 15 15 14 15 15
15,7 16
14,75 14,75 14,75 14,75 14,75 14,75 15,10 15,10 15,10 15,10 16,00 16,00
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara
variabel independent dengan variabel dependent, hubungan pijat bayi
terhadap pertumbuhan usia 6 - 12 bulan di puskesmas pattingalloang.
Pengujian kebenaran hipotesis dilakukan dengan melakukan
67
penghitungan rata-rata nilai pada pertumbuhan (berat badan, panjang
badan, Lingkar Kepala dan Lingkar lengan atas) serta perbedaan antara
kedua kelompok tersebut setelah intervensi dilakukan. Untuk
penghitungan statistik hubungan pijat bayi terhadap pertumbuhan bayi
dilakukan menggunakan chi-square (X2) untuk melihat hubungannya,
sedangkan penghitungan statistik perbandingan mean hasil pertumbuhan
berat badan, panjang badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas pada
kelompok yang berbeda menggunakan uji Paried Samples t-test. Uji
Paried Samples t-test dilakukan untuk mendapatkan nilai t, Pada kedua
uji statistik penghitungan tersebut dilakukan dengan tingkat kemaknaan
95% (α 0,05).
Setelah data dikumpulkan maka data tersebut akan dianalisa untuk
mengetahui pengaruh yang ada antara variabel pemijatan dengan
variabel berat badan. Sehingga dalam pengambilan keputusan yaitu jika
nilai p > 0,05,maka H0 diterima dan jika P ≤ 0,05, maka H0 ditolak (
Sarwono, 2006 ).
1) Analisis Hubungan Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Bayi
Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
a. Hubungan Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Berat Badan
Bayi
68
Analisis hubungan pijat bayi terhadap pertumbuhan berat badan
bayi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat
dilihatpada tabel berikut ini.
Tabel 4.6 Hubungan pertumbuhan Berat Badan Bayi Antara Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol di Puskesmas Patingalloang 2017
Kelompok N Mean Std..Dev t df Sig
Intervensi (bayi diberi pijat sesuai
protap)
12 391,67 82,11
2,370 11 0.02 Kontrol (Bayi tidak sesuai
Protap) 12 304,16 72,16
Dari tabel 4.6 diatas didapatkan hasil melalui penghitungan
statistik dengan Paried Sampels t-test untuk perbandingan berat
badan bayi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dilakukan untuk melihat nilai t hitung dan hasilnya menunjukkan nilai
t hitung = 2,370. t hitung digunakan dalam pencarian nilai hubungan
suatu perlakuan.
Hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh nilai Mean
kelompok kontrol sebesar 304,16 sedang pada kelompok intervensi
diperoleh Mean sebesar 391,67. Hal ini berarti bahwa rata-rata
subjek yang berada dalam kelompok intervensi (kelompok yang
diberi pijat sesuai protap) mengalami peningkatan lebih tinggi,
69
sementara pada rata-rata subjek yang berada dalam kelompok
kontrol lebih rendah.
Hasil analisis diperoleh nilai t hitung sebesar 2,370. Untuk
mengetahui apakah niali t hitung tersebut signifikan dengan selang
kepercayaan 95 % atau 0.05 harus dibandingkan dengan nilai pada
t tabel. Dan untuk melihat t tabel harus didasarkan pada (dk) atau
degree of freedom (df) yang besarnya adalah n-1, dalam kasus ini
berarti 12-1 = 11. Setelah dikonsultasikan pada tabel nilai t (dapat
diperoleh dibuku-buku metode penelitian) dengan df 11 dan selang
kepercayaan 95% diperoleh nilai t tabel sebesar 1,105.
Dengan demikian hasil analisis diperoleh nilai t hitung 2,370 > 1,105
yang berarti ada pengaruh yang signifikan pijat bayi terhadap berat
badan bayi.
Dari hasil uji Paired Sampel t-Test diatas pada kelompok
kontrol sebanyak 24 bayi didapatkan nilai P = 0,020 > (α 0,05).
b. Hubungan Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Panjang Badan Bayi
Analisis hubungan pijat bayi terhadap pertumbuhan panjang badan
bayi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
70
Tabel 4.7 Pertumbuhan Panjang Badan Bayi Antara Kelompok
Intervensi dengan Kelompok Kontrol
Kelompok N Mean Std..Dev t df Sig
Intervensi (bayi diberi pijat sesuai
protap)
12 2,4167 0,55732
1.134 11 0.028 Kontrol (Bayi tidak sesuai
Protap) 12 2,1250 0,77239
Dari tabel 4.7 diatas didapatkan hasil melalui penghitungan
statistik dengan Paried Sampels t-test untuk perbandingan berat
badan bayi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dilakukan untuk melihat nilai t hitung dan hasilnya menunjukkan nilai
t hitung = 1.134. t hitung digunakan dalam pencarian nilai hubungan
suatu perlakuan.
Dari hasil uji Paired Sampel t-Test diatas pada kelompok
kontrol sebanyak 24 bayi didapatkan nilai P = 0,028 > (α 0,05).
Hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh nilai Mean
kelompok kontrol sebesar 2,1250 sedang pada kelompok intervensi
diperoleh Mean sebesar 2,4167. Hal ini berarti bahwa rata-rata
subjek yang berada dalam kelompok intervensi (kelompok yang
diberi pijat sesuai protap) mengalami peningkatan lebih tinggi,
sementara pada rata-rata subjek yang berada dalam kelompok
kontrol lebih rendah.
71
Hasil analisis diperoleh nilai t hitung sebesar 1,134. Untuk
mengetahui apakah niali t hitung tersebut signifikan dengan selang
kepercayaan 95 % atau 0.05 harus dibandingkan dengan nilai pada
t tabel. Dan untuk melihat t tabel harus didasarkan pada (dk) atau
degree of freedom (df) yang besarnya adalah n-1, dalam kasus ini
berarti 12-1 = 11. Setelah dikonsultasikan pada tabel nilai t (dapat
diperoleh dibuku-buku metode penelitian) dengan df 11 dan selang
kepercayaan 95% diperoleh nilai t tabel sebesar 1,105.
Dengan demikian hasil analisis diperoleh nilai t hitung 1,134 > 1,105
yang berarti ada pengaruh yang signifikan pijat bayi terhadap
Panjang badan bayi.
c. Hubungan Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Lingkar Kepala Bayi
Analisis hubungan pijat bayi terhadap pertumbuhan lingkar kepala
bayi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.8 Pertumbuhan Lingkar Kepala Bayi Antara Kelompok
Intervensi dengan Kelompok Kontrol
Kelompok N Mean Std..Dev t df Sig
Intervensi (bayi diberi pijat sesuai
protap)
12 0.2500 0.26112
2.159 11 0.034 Kontrol (Bayi tidak sesuai
Protap) 12 0.0417 0,14434
72
Dari tabel 4.8 diatas didapatkan hasil melalui penghitungan
statistik dengan Paried Sampels t-test untuk perbandingan berat
badan bayi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dilakukan untuk melihat nilai t hitung dan hasilnya menunjukkan nilai
t hitung = 2,159. t hitung digunakan dalam pencarian nilai hubungan
suatu perlakuan.
Dari hasil uji Paired Sampel t-Test diatas pada kelompok
kontrol sebanyak 24 bayi didapatkan nilai P = 0,038 < (α 0,05).
Hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh nilai Mean
kelompok kontrol sebesar 0,2500 sedang pada kelompok intervensi
diperoleh Mean sebesar 0,0147. Hal ini berarti bahwa rata-rata
subjek yang berada dalam kelompok intervensi (kelompok yang
diberi pijat sesuai protap) mengalami peningkatan lebih tinggi,
sementara pada rata-rata subjek yang berada dalam kelompok
kontrol lebih rendah.
Hasil analisis diperoleh nilai t hitung sebesar 2,159. Untuk
mengetahui apakah niali t hitung tersebut signifikan dengan selang
kepercayaan 95 % atau 0.05 harus dibandingkan dengan nilai pada
t tabel. Dan untuk melihat t tabel harus didasarkan pada (dk) atau
degree of freedom (df) yang besarnya adalah n-1, dalam kasus ini
berarti 12-1 = 11. Setelah dikonsultasikan pada tabel nilai t (dapat
73
diperoleh dibuku-buku metode penelitian) dengan df 11 dan selang
kepercayaan 95% diperoleh nilai t tabel sebesar 1,105.
Dengan demikian hasil analisis diperoleh nilai t hitung 2,159 >1,105
yang berarti ada pengaruh yang signifikan pijat bayi terhadap berat
badan bayi.
d. Hubungan Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Lingkar Lengan Atas
Bayi
Analisis hubungan pijat bayi terhadap pertumbuhan lingkar lengan
atas bayi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.9 Pertumbuhan Lingkar Kepala Bayi Antara Kelompok
Intervensi dengan Kelompok Kontrol
Kelompok N Mean Std..Dev T df Sig
Intervensi (bayi diberi pijat sesuai
protap)
12 0.2500 0.26112
2.159 11 0.034 Kontrol (Bayi tidak sesuai
Protap) 12 0.0417 0,14434
Dari tabel 4.9 diatas didapatkan hasil melalui penghitungan
statistik dengan Paried Sampels t-test untuk perbandingan berat
badan bayi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dilakukan untuk melihat nilai t hitung dan hasilnya menunjukkan nilai
74
t hitung = 2,159. t hitung digunakan dalam pencarian nilai hubungan
suatu perlakuan.
Dari hasil uji Paired Sampel t-Test diatas pada kelompok
kontrol sebanyak 24 bayi didapatkan nilai P = 0,034 < (α 0,05).
Hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh nilai Mean
kelompok kontrol sebesar 0,2500 sedang pada kelompok intervensi
diperoleh Mean sebesar 0,0147. Hal ini berarti bahwa rata-rata
subjek yang berada dalam kelompok intervensi (kelompok yang
diberi pijat sesuai protap) mengalami peningkatan lebih tinggi,
sementara pada rata-rata subjek yang berada dalam kelompok
kontrol lebih rendah.
Hasil analisis diperoleh nilai t hitung sebesar 2,159. Untuk
mengetahui apakah niali t hitung tersebut signifikan dengan selang
kepercayaan 95 % atau 0.05 harus dibandingkan dengan nilai pada
t tabel. Dan untuk melihat t tabel harus didasarkan pada (dk) atau
degree of freedom (df) yang besarnya adalah n-1, dalam kasus ini
berarti 12-1 = 11. Setelah dikonsultasikan pada tabel nilai t (dapat
diperoleh dibuku-buku metode penelitian) dengan df 11 dan selang
kepercayaan 95% diperoleh nilai t tabel sebesar 1,105.
Dengan demikian hasil analisis diperoleh nilai t hitung 2,159 >1,105
yang berarti ada pengaruh yang signifikan pijat bayi terhadap berat
badan bayi.
75
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan pembahasan serta interpretasinya,
mengenai adatidaknya perbandingan pertumbuhan bayi yang mendapatkan
perlakuan pijat bayi dengan yang tidak mendapatkan perlakuan pijat bayi
sesuai protap. Sehingga dapat diketahui hubungan pijat terhadap
pertumbuhan bayi usia 6- 12 bulan. Interprestasi hasil membahas terkait
kesenjanganataupun kesesuaian antara hasil penelitian yang dilakukan
dengan hasil penelitian terkait dan teori-teori yang mendasarinya.
Dalam bab ini juga dibahas tentang keterbatasan yang ada dalam
penelitian.
A. Pembahasan Univariat
1. Usia
Rerata usia bayi pada penelitian ini adalah 5 dan bayi terbanyak pada usia
6 bulan dan 12 Bulan. Rerata dan jumlah usia bayi terbanyak ini, sesuai
dengan ketentuan usia yang ditetapkan Kemenkes RI (2010) yang
dikatakan bayi usia 6 bulan adalah bayi yang berusia 6 bulan hingga 6
bulan 15 hari. Dalam pemeriksaan stimulasi deteksi dini tumbuh kembang
anak dilakukan penghitungan usia, jikausia anak lebih dari 16 hari
dibulatkan menjadi 1 bulan. Jadi bila bayi berusia 6 bulan 16 hari, dalam
penghitungan menjadi 7 bulan (Kemenkes RI, 2010). Dalam penelitian ini
76
diambillah bayi mulai dari usia 6 bulan hingga usia 6 bulan 15 hari, dengan
mempertimbangkan pembulatan usia lebih dari 16 hari menjadi 1 bulan
dan intervensi pijat bayi yang dilakukan selama 30 hari. Penelitian ini
melakukan pemberian pijat bayi dengan menggunakan teknik pijat bayi
untuk usia 3 bulan sampai dengan 3 tahun (Roesli, 2013).
Karena pada usia 6 bulan lingkar kepala bayi sudah mencapai 44 cm,
dimana didalamnya terdapat sel-sel otak yang ada akan memperkuat
hubungan antar syaraf yang telah terbentuk. Dari perkembangan otak itu
menyebabkan perkembangan kognitif pada bayi untuk dapat berkembang
lebih cepatdari bulan sebelumnya (Chamida, 2009).
B. Pembahasan Analisis Bivariat
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang hasil analisa hubungan pijat bayi
dengan pertumbuhan (berat badan, panjang badan, lingkar kepala dan
lingkar lengan atas) Secara lebih jelas akan dibahas sebagai berikut:
1. Hubungan Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Bayi Antara
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
a. Hubungan Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Berat Badan Bayi
Pada penelitian ini, diperoleh nilai Mean kelompok kontrol
sebesar 304,16 sedang pada kelompok intervensi diperoleh Mean
sebesar 391,67. Hal ini berarti bahwa rata-rata subjek yang berada
dalam kelompok intervensi (kelompok yang diberi pijat sesuai
77
protap) mengalami peningkatan lebih tinggi, sementara pada rata-
rata subjek yang berada dalam kelompok kontrol lebih rendah.
Dari hasil uji Paired Sampel t-Test diatas pada kelompok
kontrol sebanyak 24 bayi didapatkan nilai P = 0,020 < (α 0,05). Hasil
analisis diperoleh nilai t hitung sebesar 2,370. Untuk mengetahui
apakah niali t hitung tersebut signifikan dengan selang kepercayaan
95 % atau 0.05 harus dibandingkan dengan nilai pada t tabel. Dan
untuk melihat t tabel harus didasarkan pada (dk) atau degree of
freedom (df) yang besarnya adalah n-1, dalam kasus ini berarti 12-1
= 11. Setelah dikonsultasikan pada tabel nilai t (dapat diperoleh
dibuku-buku metode penelitian) dengan df 11 dan selang
kepercayaan 95% diperoleh nilai t tabel sebesar 1,105.
Dengan demikian hasil analisis diperoleh nilai t hitung 2,730 > 1,105
yang berarti ada pengaruh yang signifikan pijat bayi terhadap berat
badan bayi.
Penelitian ini hampir senada dengan penelitian yang
dilakukanoleh Jin Jing, et al (2007) yang menyatakan pemberian
pijatan dan latihan gerak dapat meningkatkan secara
perkembangan fisik dan kecerdasan bayi mulai dari bayi lahir
hingga dengan bayi usia 6 bulandengan p=0,010 untuk index berat
badan. Hasil dari penelitian lainnya terkait hubungan pijat bayi
terhadap pertumbuhan (berat badan) pada bayi usia 6 bulan ini
78
senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Merineherta (2009)
yang menyatakan bahwa ada pengaruh pijat bayi terhadap
peningkatan berat badan bayi usia 3-6 bulan, yaitu terdapat
perbedaan yang signifikan pada bayi yang dilakukan pemijatan jauh
lebih baik dari bayi yang tidak dilakukan pemijatan dengan nilai
p<0,05. Namun perbedaan dari penelitian ini dengan yang dilakukan
Merineherta (2009) adalah waktu pengambilan pengukuran berat
badan yang dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu berat badan awal,
berat badan setelah 15 hari dan berat badan setelah 30 hari.Dari
penelitian lainnya yang dilakukan oleh Fitriani dan Nurhidayati
(2007) didapatkan hasil perhitungan menggunakan uji statistic chi
square menunjukkan bahwa pijat bayi mempunyai hubungan yang
signifikan dengan kenaikan nafsu makan, hal ini ditunjukkan oleh
nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (0,045 < 0,05). Kuatnya
hubungan ini menunjukkan bahwa jika bayi diberi pijatan secara
teratur maka akan meningkatkan nafsu makannya Sejalan dengan
pendapat Roesli (2013) yang menyatakan bahwa manfaat pijat bayi
dapat meningkatkan berat badan dan pertumbuhan,meningkatkan
daya tahan tubuh, meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat
bayi tidur lelap, membina ikatan kasih sayang orang tua dan anak
(bounding) dan meningkatkan produksi ASI.
79
Karena bayi mendapatkan pemijatan pada bagian abdomen
yang dimana pemijatan ini dapat memperlancar proses pencernaan
bayi. Pijatan yang diberikan pada bayi dilakukan dengan pelan dan
lembut, sehingga bayi merasa nyaman dan membuat nafsu makan
menjadi besar. Setelah pemijatan bayi akan merasa lapar dan haus
sehingga meningkatkan pemberian nutrisi oleh ibu (Merineherta,
2009).
Penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan
aktivitas Nervus Vagus menyebabkan bayi akan merasa cepat
lapar, sehingga bayi akan lebih sering menyusu pada ibunya
(Roesli, 2013). Bayi yang diberikan pijatan akan lebih rileks dan
beristirahat dengan efektif, sehingga pada saat bangun membawa
energi cukup untuk beraktifitas. Secara optimal bayi akan cepat
lapar sehingga nafsu makan meningkat. Peningkatan nafsu
makanan bayi akan meningkat, sehingga kenaikan berat badan
yang dialami bayi menjadi optimal dan bayi yang mendapatkan
perlakuan pijat bayi mengalami peningkatan berat badan yang lebih
signifikan dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan
perlakuan pijat bayi.
b. Hubungan Pijat Bayi dengan Pertumbuhan Panjang Badan Bayi
Pada penelitian ini, diperoleh nilai Mean kelompok kontrol
sebesar 2,1250 sedang pada kelompok intervensi diperoleh Mean
80
sebesar 2,4167. Hal ini berarti bahwa rata-rata subjek yang berada
dalam kelompok intervensi (kelompok yang diberi pijat sesuai
protap) mengalami peningkatan lebih tinggi, sementara pada rata-
rata subjek yang berada dalam kelompok kontrol lebih rendah.
Dari hasil uji Paired Sampel t-Test diatas pada kelompok
kontrol sebanyak 24 bayi didapatkan nilai P = 0,020 > (α 0,05). Hasil
analisis diperoleh nilai t hitung sebesar 1,134. Untuk mengetahui
apakah niali t hitung tersebut signifikan dengan selang kepercayaan
95 % atau 0.05 harus dibandingkan dengan nilai pada t tabel. Dan
untuk melihat t tabel harus didasarkan pada (dk) atau degree of
freedom (df) yang besarnya adalah n-1, dalam kasus ini berarti 12-1
= 11. Setelah dikonsultasikan pada tabel nilai t (dapat diperoleh
dibuku-buku metode penelitian) dengan df 11 dan selang
kepercayaan 95% diperoleh nilai t tabel sebesar 1,105.
Dengan demikian hasil analisis diperoleh nilai t hitung 1,134 > 1,105
yang berarti ada pengaruh yang signifikan pijat bayi terhadap
Panjang badan bayi.
Panjang badan bayi yang mendapatkan pijat bayi
penambahan panjang badannya sesuai dengan kurva pertumbuhan
National Center for Health Statistics (NCHS), yang mengalami
penambahan panjang badan sekitar 2,5 cm (1 inci) setiap bulan
selama 6 bulan pertama.
81
Penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh
Jin Jing, et al (2007) yang menyatakan pemberian pijatan dan
latihan gerak dapat meningkatkan secara perkembangan fisik dan
kecerdasan bayi mulai dari bayi lahir hingga dengan bayi usia 6
bulan, dengan p=0,019 pada hasil pertumbuhan panjang badan
kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Jin Jing, et al (2007) adalah waktu proses lama pengambilan data
yang lebih lama dan waktu pengambilan data yang berulang pada
penelitiannya.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Kristanto (2008) yang
mendapatkan hasil uji beda mean dengan t= 0,006 yang ditarik
kesimpulan terjadinya peningkatan tinggi badan yang signifikan
pada bayi yang diberikan terapi sentuhan berupa pijat bayi
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkannya. Perbedaan
penelitian ini dengan yang dilakukan oleh Kristanto adalah durasi
waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan 4 minggu dimana proses
pengukuran panjang badan dilakukan pada awal sebelum intervensi
dan sesudah 4 minggu setelah intervensi, sedangkan waktu
penelitian yang dilakukan oleh Kristanto adalah selama 6 minggu,
pengukuran panjang badan bayi setiap minggunya.
82
Pertumbuhan panjang badan terjadi karena perubahan tulang
rawan menjadi tulang keras. Dimana osteoblas dan osteoklas
berperan dalam proses pembentukan tulang, keduanya bekerja
secara bertolak belakang (osteoblas memicu pertumbuhan tulang,
sedangkan osteoklas menghambat pertumbuhan tulang) agar
tercapai proses pembentukan tulang yang seimbang. Pembentukan
tulang keras berasal dari tulang rawan (kartilago yang berasal dari
mesenkim). Kartilago memiliki rongga yang akan terisi oleh
osteoblas (sel-sel pembentuk tulang).
Osteoblas membentuk osteosit (sel-sel tulang). Setiap satuan
sel-se tulang akan melingkari pembuluh darah dan serabut saraf
membentuk sistem havers. Matriks akan mengeluarkan kapur dan
fosfor yang menyebabkan tulang menjadi keras. Sehingga
diharapkan pada awal pertumbuhan bayi osteoblas lebih banyak
terbentuk dari pada osteoklas.Osteoblas dan osteoklas dipengaruhi
oleh hormon pertumbuhan (growth hormon)
Hormon pertumbuhan (growth hormon) yang mempengaruhi
pertumbuhan tulang pada bayi dapat dirangsang melalui terapi pijat
bayi yang diberikan menyebabkan diskresikannya serotonin. Dalam
fisiologi pijat bayi disebutkan bahwa serotonin yang disekresikan
oleh sistem saraf dalam hipotalamus akan meningkatkan kecepatan
83
sekresi hormon pertumbuhan yang pada akhirnya akan
meningkatkan pertumbuhan bayi termasuk tulang (Rosalina, 2007).
Sebagaimana yang dijelaskan dalam buku pedoman pijat
bayi Roesli (2013) bahwa pengurangan sensasi taktil akan
meningkatkan pengeluaran suatu neurochemical beta-endhorphine.
Sehingga bila terjadi pengurangan sensasi taktil juga akan
mengurangi pembentukan hormon pertumbuhan, karena
menurunnya jumlah dan kepekaan dari aktivitas ODC (Ornithine
Decarboxylase) jaringan. Dimana ODC sebagai pemicu hormon
pertumbuhan sangat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan
yang tidak responsif terhadap hormon tertentu,melainkan hanya
merespon secara aktif terhadap stimulasi. Sehingga stimulasi
sentuhan ataupun pijat bayi sangat membantu peningkatan
responsif dari ODC.
Peneliti melihat perbedaan ini mungkin juga dapat
dikarenakan oleh faktor pemenuhan nutrisi. Nutrisi dapat
mempengaruhi pertumbuhan panjang badan bayi dan
mempengaruhi hormon pertumbuhan tersebut. Pertumbuhan
panjang badan dalam penelitian ini mungkin juga dapat dikarenakan
oleh faktor genetik dari kedua orangtua yang juga mempengaruhi
pertumbuhan pada panjang badan bayi.
84
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, disimpulkan
bahwa :
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa variabel pertumbuhan
berat badan, panjang badan Lingkar Kepala dan Lingkar lengan atas
membuktikan bahwa pijat bayi memiliki hubungan besar terhadap
peningkatan berat badan, panjang badan lingkar kepala dan lingkar
lengan atas.
B. Saran
1. Bagi Orang Tua
Disarankan untuk perlunya kesadaran orang tua terhadap permberian
stimulasi pijat bayi dan stimulasi tumbuh kembang lainnya. Diharapkan
orang tua aktif dalam memberikan stimulasi tumbuh kembang dengan pijat
bayi, serta memahami stimulasi apa saja yang sesuai usia bayi dan
perkembangan apa saja yang sesuai dengan usia bayinya agar bayi tidak
mengalami keterlambatan perkembangan yang berkepanjangan.
85
2. Bagi Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi petugas kesehatan
khususnya program KIA di Puskesmas, untuk pro aktif melakukan
pendeteksian dini tumbuh kembang anak, memberikan pengetahuan
tentang pijat bayi kepada orang tua bayi dan diharapkan dapat
memberikan pelatihan terkait pijat bayi serta pendeteksian dini tumbuh
kembang anak secara dasar kepada para kader posyandu sebagai
program tumbuh kembang anak.
4. Bagi Peneliti Lain
Disarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang faktor genetik dan
bawaan lahir dalam efek pemberian pijat bayi terhadap pertumbuhan
panjang badan pada bayi misalnya dengan melakukan pengecekan
riwayat lengkap bayi saat lahir dan genetika tinggi badankedua orang tua.
86
87
88
89
90
91