Terbit 2 bulan sekali Volume 11 Nomor 4. Agustus...
Transcript of Terbit 2 bulan sekali Volume 11 Nomor 4. Agustus...
Volume 11 Nomor 4. Agustus 2016 Terbit 2 bulan sekali
Pengenalan Sekolah Lapang Iklim (SLI)
ISSN 1907 - 8773
Kondisi perubahan iklim yang dinamis sekarang ini berdampak pada sektor perta-
nian, ditandai dengan kejadian iklim ekstrim yang sering terjadi di Indonesia. Ke-
jadian iklim ekstrim ini mengakibatkan petani kesulitan dalam pelaksaanaan usaha
tani meliputi, penentuan waktu dan pola tanam, varietas serta penanganan OPT.
Kejadian iklim ekstrim yang paling terlihat yaitu adanya kejadian kekeringan yang
berkepanjangan diakibatkan curah hujan yang rendah atau adanya kejadian banjir.
Salah satu upaya untuk menanggulangi dampak iklim ekstrim adalah dengan
melaksanakan Sekolah Lapang Iklim (SLI). Menurut Pedoman Umum Sekolah La-
pang Iklim Direktorat Pengelolaan Air, Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan Dan
Air, Departemen Pertanian 2010 Sekolah Lapang Iklim adalah Sekolah lapang yang
dilaksanakan di alam terbuka dengan memberdayakan petani agar mampu mem-
baca kondisi iklim serta kearifan lokal untuk melaksanakan budidaya pertanian spe-
sifik lokasi agar dapat meminimalisir penurunan produksi akibat dampak fenomena
iklim (banjir dan kekeringan).
Melalui SLI para petani maupun penyuluh diharapkan mampu mengaplikasi-
kan informasi prakiraan iklim dan mampu melakukan adaptasi dalam pengelolaan
usaha tani mereka apabila terjadi banjir, kekeringan maupun bencana lainnya.
Gambar 1. Suasana diskusi dengan Petani
2
Sekolah Lapang Iklim (SLI) bisa dikatakan juga sebagai suatu sosialisasi pe-
mahaman informasi iklim pada tingkat petani, penyuluh atau pemangku kepentin-
gan yang terkait. Tujuan SLI adalah a) meningkatkan pengetahuan petani tentang
iklim b) membantu petani mengamati unsur iklim dan menggunakannya dalam
rangka mendukung usaha tani dan c) membantu petani menerjemahkan informasi
prakiraan iklim untuk strategi.
Gambar 2. Mempelajari peralatan yang berkaitan dengan Iklim
3
Kurikulum Sekolah Lapang Iklim disusun sedemikian rupa dan dilaksanakan dalam
1 (satu) musim tanam, contoh kurikulum Sekolah Lapang Iklim menurut Pedum Se-
kolah Lapang Iklim Direktorat Pengelolaan Air, Direktorat Jenderal Pengelolaan La-
han Dan Air, Departemen Pertanian 2010, yaitu :
1. Evaluasi Hasil Pengamatan di Lapangan
Peserta diharapkan mengamati kondisi lapangan (pertanaman)selama sem-
inggu dan mendiskusikan hasilnya pada saatpertemuan berikutnya.
2. Dinamika Kelompok
Untuk meningkatkan Kerjasama, Komunikasi, Kepemimpinan dan Kreativi-
tas antara para petani, peserta dalam suatu kelompok.
3. Pengenalan unsur cuaca dan iklim
Pengamatan cuaca, yang diamati : Cuaca Sesaat, Tekanan
Udara,Tempreratur udara, Kelembaban Udara, Angin, Pera-
wanan,Presipitasi, Radiasi Matahari, Visibilitas.
4. Pengenalan Ekosistem
Pengamatan lapangan sangat membantu peserta untuk lebihmengenal
ekosistem yang dihadapinya, sehingga mereka akanlebih mudah mengeta-
hui permasalahan yang terjadi dan upayaapa yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut.
5. Pengenalan Istilah dalam Prakiraan Musim
Membangun kemampuan peserta untuk menterjemahkan hasilprakiraan
BMG untuk menduga atau memprakirakan iklim.
6. Konsep Peluang (Prakiraan atau ramalan mengandung kesalahan)
Kondisi iklim pada satu musim ke musim yang sangat berfluktuasikarena
banyaknya faktor yang mempengaruhinya. Pada musim tertentu kemam-
puan meramal menjadi kurang baik karena faktoryang tidak diketahui dan
sulit diduga perilakunya. Pada musim lainkemampuan meramal menjadi
lebih baik karena ada dominasi faktor yang sudah dipahami perilakunya
seperti fenomena El-Ninodan La-Nina. El-Nino berkaitan dengan kejadian
kekeringan, La-Nina berkaitan dengan kejadian banjir.
4
7. Pengaruh cuaca dan iklim terhadap perkembangan OPT (Organisme Peng-
ganggu Tanaman) serta Pertumbuhan Tanaman.
Mempelajari pengaruh cuaca dan iklim terhadap perkembangan OPT
(Organisme Pengganggu Tanaman) untuk mempelajari carapencegahan
dan pengendalian hama. Mempelajari Pengaruh cuaca dan iklim terhadap
pertumbuhan danperkembangan tanaman untuk menilai penurunan pro-
duksi yang mungkin terjadi akibat dampak perubahan iklim.
8. Field Trip.
Kunjungan ke stasiun Klimatologi ditujukan untuk memperkenalkan lebih
jauh tentang jenis-jenis peralatan yangdigunakan untuk mengukur unsur
iklim.
9. Pengenalan Alat pengukur unsur cuaca/iklim dan cara kalibrasi data.
Alat pengukur unsur cuaca/iklim tidak bisa dibuat secarasembarangan
tetapi harus mengikuti pedoman bakusehingga tingkat ketelitian pengu-
kuran dapat diandalkan.
Kalibrasi merupakan kegiatan untuk menyesuaikan data hasilpengu-
kuran alat yang tidak memenuhi standar dengan datahasil pengukuran
alat yang standar.
10. Mengenal Proses pembentukan hujan.
Peserta diajak untuk mengenal unsur alam yang mempengaruhiproses
pembentukan hujan dan bagaimana pengaruh hutan dilingkungan mereka
dapat menahan air hujan untuk disimpan lebih banyak dalam tanah.
11. Memanfaatkan Informasi prakiraan musim dan Kearifan lokal untuk men-
gatur strategi penanaman.
Dalam menentukan budidaya atau teknologi penanamanyang akan dila-
kukan sebaiknya ikut mempertimbangkan hasil ramalan musim. Dengan
demikian kemungkinan kegagalan dapat dihindari atau dikurangi.
Bila diramalkan pada musim gadu El-Nino terjadi, makaresiko terkena
kekeringan akan tinggi. Kalau penanaman tetap dilakukan seperti
5
biasanya, khususnya pada daerahyang rentan, maka sebaiknya perlu
diperhatikan saat tanam,atau menggunakan varietas yang tahan kering
atau digantidengan komoditi non-padi yang kebutuhan airnya sedikit.
Bila diramalkan pada musim rendeng dengan curah hujantinggi (hujan
akan lebih tinggi dari normal), maka daerahyang biasa terkena banjir
sebaiknya perlu mengatur waktutanam sehingga ancaman banjir dapat
dihindari.
12. Mengenal ekologi tanah.
Mempelajari keseimbangan antara jumlah air yang diberikan ke lahan
(hujan dan irigasi) dan jumlah air yang hilang lewatpenguapan, run off dll
untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhantanaman serta potensi terjadinya
banjir.
13. Mempelajari Neraca air lahan untuk menentukan kebutuhan irigasi dan
menilai potensi kejadian banjir.
Neraca air lahan menunjukkan keseimbangan antara jumlah airyang diberi-
kan ke suatu lahan (hujan dan irigasi) dan jumlah airyang hilang baik lewat
penguapan ataupun aliran permukaan danpengisian air tanah.
14. Analisa Usahatani Sederhana.
Menghitung secara sederhana keuntungan secara ekonomi dariaktifitas
usahatani yang dilakukan.
15. Penilaian ekonomi informasi prakiraan musim/iklim.
Kejadian iklim ekstrim selalu/seringkali menimbulkan kerugianyang besar
tanpa mampu mengatasinya. Kemampuan prakiraandan tingkat adopsi thd
hasil prakiraan masih rendah.
16. Mengenal Faktor Penyebab Banjir dan kekeringan.
Mengidentifikasi faktor penyebab banjir dan kekeringan diwilayahnya serta
peluang bencana itu terjadi.
16. Pengendalian masalah banjir & kekeringan.
6
Hal yang perlu dilakukan dalam mengatasi kejadian iklim ekstrim :
Kenali wilayah yang termasuk rawan pada saat hujan menyimpang dari
normal.
Temukan atau pelajari faktor-faktor dominan penyebab penyimpangan
iklim.
Cari sumber informasi iklim atau ramalan tentang kejadian iklim ekstrim
(BMG dan internet) dan catat nomor hotline-nya.
Identifikasi bentuk kegiatan operasional/ program antisipasi atau men-
gatasi kejadian iklim ekstrim. Seperti pembuatan embung, sumur
pompa, diversifikasi usahatani
16. Hari Lapang Petani.
Hari lapang petani merupakan media pertemuan antara petanipeserta SLI
dan petani yang belum mengikuti SLI dalam rangka memperkenalkan
kegiatan SLI yang sedang berlangsung. Kegiatan ini dilaksanakan di akhir
kegiatan. Pada hari lapang petani menunjukkan hasil proses kegiatan SLI
dan memberikan rekomendasi pola tanam dan jadwal tanam yang dihasil-
kan petani peserta SLI selama proses belajar
16. Evaluasi Belajar
Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan
kegiatan SLI
16. Pemberian Sertifikat
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilanpelaksanaan
kegiatan SLI. Peserta yang berhasil menyelesaikan SLI akan mendapatkan-
sertifikat sebagai bukti kelulusan/keikutsertaan.
7
Gambar 3. Suasana pembelajaran di dalam kelas
8
Catur Nengsusmoyo
Alamat Penyunting: Jl. Tentara Pelajar No 1A, Bogor 16111 Telp : (0251) 8312760 E-mail : [email protected] http://www.balitklimat.litbang.pertanian.go.id
Penanggung jawab : Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Redaktur : Haryono, Yeli Sarvina, Adang Hamdani Editor : Woro Estiningtyas, Fadhlullah Ramadhani, Hendri
Sosiawan, Le Istiqlal Amien Redaktur Pelaksana : Eko Prasetyo dan Tuti Muliani
Info Agroklimat dan Hidrologi memuat informasi aktual dan inovasi teknologi hasil-hasil penelitian bidang agroklimat, hidrologi, dan pengelolaan air
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Sekolah Lapang Iklim sendiri bersifat spesifik lokasi karena berkaitan dengan
keadaan dan kondisi di masing-masing daerah dan sesuai kebutuhan petani itu
sendiri (Catur Nengsusmoyo/[email protected])
Sumber:
Pedoman Umum Sekolah Lapang Iklim Direktorat Pengelolaan Air, Direktorat
Jenderal Pengelolaan Lahan Dan Air, Departemen Pertanian 2009
http://ustadzklimat.blogspot.co.id/2015/01/sekolah-lapang-iklim-bmkg-di-
indonesia.html diakses 26 April 2016.
http://news.okezone.com/read/2015/08/27/542/1203697/kepala-bmkg-sekolah-
lapang-iklim-perkuat-ketahanan-pangan