Terapi Hormon Untuk Netralisasi
description
Transcript of Terapi Hormon Untuk Netralisasi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “TERAPI HORMON UNTUK NETRALISASI”.
Makalah ini berisikan tentang informasi tentang hormon-hormon atau yang lebih
khususnya membahas tentang hormon yang dapat digunakan untuk netralisasi dalam tubuh.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua mengenai hormon.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Bandung, 13 Juli 2011
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………………………….
I.2 Tujuan …………………………………………………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sistem Endokrin dan Hormon ……………………………………………………………………
II.2 Fungsi Hormon …………………………………………………………………………………………..
II.3 Macam-macam Hormon …………………………………………………………………………….
BAB III PEMBAHASAN
III.1 Terapi Sulih Hormon dan Netralisasi …………………………………………………………
III.1.1 Terapi Sulih Hormon ………………………………………………………………………….
III.1.2 Penggunaan Terapi Sulih Hormon & Efek Yang Ditimbulkannya ………
III.2 Hormon untuk Netralisasi ………………………………………………………………………….
III.2.1 Hormon PMSG …………………………………………………………………………………..
III.2.2 Hormon Insulin ………………………………………………………………………………….
III.2.2.1 Reaksi insulin terhadap metabolisme tubuh …………………………………
III.2.3 Hormon Estrogen ……………………………………………………………………………….
III.2.3.1 Jenis-jenis Estrogen ………………………………………………………………………
III.3 Mekanisme Kerja Hormon ………………………………………………………………………
III.3.1 Hormon Insulin ………………………………………………………………………………….
III.3.1.1 Mekanisme Kerja ………………………………………………………………………….
III.3.1.2 Mekanisme Timbulnya Diabetes Melitus ………………………………………
III.3.1.3 Peran Insulin …………………………………………………………………………………
III.3.2 Hormon Estrogen ……………………………………………………………………………….
III.3.2.1 Hubungan Estrogen dan Menopouse …………………………………………….
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………….
IV.2 Saran ………………………………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………………………
i
ii
3
3
4
5
5
5
6
8
8
8
10
13
13
13
14
16
16
17
17
17
18
18
19
20
21
21
22
23
2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Hormon (dari bahasa Yunani, όρμή: horman - "yang menggerakkan") adalah
pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel. Semua organisme multiselular,
termasuk tumbuhan memproduksi hormon.
Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target.
Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu
pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan menerima
sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan memengaruhi ekspresi genetik sel atau
mengubah aktivitas protein selular, termasuk di antaranya adalah perangsangan atau
penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau
penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru
(misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas
dan menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan
pelepasan hormon lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua
organisme multiselular.
Faktor regulasi adalah senyawa kimia yang mengontrol produksi sejumlah hormon
yang memiliki fungsi penting bagi tubuh. Senyawa tersebut dikirim ke lobus anterior
kelenjar pituitari oleh hipotalamus. Terdapat 2 faktor regulasi, yaitu faktor pelepas
(releasing factor) yang menyebabkan kelenjar pituitari mensekresikan hormon tertentu
dan faktor penghambat (inhibiting factor) yang dapat menghentikan sekresi hormon
tersebut.
3
I.2 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Tujuan Pembuatan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yang didapat yaitu untuk
mengetahui bagaimana kerja berbagai macam hormon yang ada di dalam tubuh kita
terutama kerja homon yang berperan umtuk netralisasi tubuh. Sehingga hasil dari
pembuatan makalah ini dapat menjadi informasi yang sangat bermanfaat bagi
pembacanya.
2. Tujuan Untuk Penulis
Bagi penulis sendiri tujuan dari melakukan atau melaksanakan pembuatan
makalah yaitu untuk mengetahui berbagai macam informasi tentang hormon da
untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah farmasi yang di berikan. Sehingga
dapat menjadi ilmu dan pengetahuan lebih dari apa yang sudah didapat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sistem Endokrin dan Hormon
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar
sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-
hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan
untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh.
Banyak organ yang melepaskan hormon atau zat yang mirip hormon, tetapi biasanya
tidak disebut sebagai bagian dari sistem endokrin. Beberapa organ ini menghasilkan zat-zat
yang hanya beraksi di tempat pelepasannya, sedangkan yang lainnya tidak melepaskan
produknya ke dalam aliran darah. Contohnya, otak menghasilkan berbagai hormon yang
efeknya terutama terbatas pada sistem saraf.
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau
organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Sebagian besar hormon merupakan
protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya
merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol.
Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat luas.
Hormon terikat kepada reseptor di permukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara hormon
dan reseptor akan mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi sel.
II.2 Fungsi Hormon
Hormon mengendalikan fungsi dari organ secara keseluruhan:
Mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan, perkembangbiakan dan ciri-ciri
seksual
Mempengaruhi cara tubuh dalam menggunakan dan menyimpan energi
Mengendalikan volume cairan dan kadar air dan garam di dalam darah.
Memacu reproduksi
Mengatur tingkah laku
5
Beberapa hormon hanya mempengaruhi 1 atau 2 organ, sedangkan hormon yang
lainnya mempengaruhi seluruh tubuh. Misalnya, TSH dihasilkan oleh kelenjar hipofisa dan
hanya mempengaruhi kelenjar tiroid. Sedangkan hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar
tiroid, tetapi hormon ini mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Insulin dihasilkan oleh sel-
sel pulau pankreas dan mempengaruhi metabolisme gula, protein serta lemak di seluruh
tubuh.
II.3 Macam – macam Hormon
Ada beberapa macam hormon utama, yaitu :
1. Aldosteron, yaitu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal yang berfungsi
untuk membantu mengatur keseimbangan garam & air dengan cara menahan garam
& air serta membuang kalium.
2. Hormon antidiuretik (vasopresin) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa, yang
memiliki fungsi menyebabkan ginjal menahan air, dan bersama dengan aldosteron,
membantu mengendalikan tekanan darah.
3. Kortikosteroid, yaitu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal, yang memiliki
efek yg luas di seluruh tubuh, terutama sebagai:
Anti peradangan Mempertahankan kadar gula darah, tekanan darah & kekuatan otot Membantu mengendalikan keseimbangan garam & air
4. Hormon Kortikotropin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa, yaitu untuk
mengendalikan pembentukan & pelepasan hormon oleh korteks adrenal.
5. Hormon Eritroprotein, yaitu hormone yang dihasilkan oleh ginjal, yang berfungsi
sebagai perangsang pembentukan sel darah merah.
6. Estrogen, adalah hormon yang dihasilkan oleh indung telur dan berperan dalam
mengendalikan perkembangan ciri seksual & sistem reproduksi wanita.
7. Glukagon, adalah hormon yang dihasilkan oleh pancreas dan berfungsi untuk
meningkatkan kadar gula darah.
6
8. Hormon pertumbuhan, yaitu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa dan
berfungsi untuk mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan serta
meningkatkan pembentukan protein.
9. Hormon insulin dihasilkan oleh pancreas yang berfungsi :
Menurunkan kadar gula darah Mempengaruhi metabolisme glukosa, protein & lemak di seluruh tubuh
10. LH (luteinizing hormone) FSH (follicle-stimulating hormone), yang dihasilkan oleh
kelenjar hipofisa , yang berfungsi :
Mengendalikan fungsi reproduksi (pembentukan sperma & sementum, pematangan sel telur, siklus menstruasi Mengendalikan ciri seksual pria & wanita (penyebaran rambut, pembentukan otot,
tekstur & ketebalan kulit, suara dan bahkan mungkin sifat kepribadian)
7
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Terapi Sulih Hormon dan Netralisasi
III.1.1 Terapi Sulih Hormon
Manakala usia merangkak senja, katakanlah sejak umur 50 tahun, jam biologis
lambat laun melemah detaknya, seolah-olah merupakan sinyal bahwa tingkat kesuburan
mulai menurun. Pada perempuan produksi dua jenis hormon paling berpengaruh dalam
proses reproduksi, yaitu estrogen dan progesteron, secara perlahan tapi pasti mulai
berkurang. Itulah pertanda menopause menjelang.
Menopause atau menopause (karena usia lanjut), sesuatu yang tidak asing bagi
kaum perempuan, tidak jarang menimbulkan perasaan tidak menentu, takut, dan bingung.
Demikian meresahkannya bayangan itu, barangkali sampai muncul perasaan, menopause
janganlah terjadi, kalau mungkin.
Hasil Penelitian di Amerika mengeluarkan suatu data yang berisi tentang klarifikasi
keuntungan dan resiko terapi sulih hormon (TSH) setelah menopause. Hasil penelitian
menemukan bahwa TSH secara nyata dapat mengurangi resiko kematian, kendatipun
demikian hal tersebut baru akan akan muncul setelah 3 tahun menghentikan TSH.
Keuntungan terbesarnya baru akan terasa setelah satu dekade pemakaian, dimana wanita
pengguna TSH 37% lebih rendah tinggkat resiko kematiannya dibandingkan dengan wanita
yang tidak menggunakan TSH, resiko kematian itu umumnya karena penyakit jantung.
Meskipun wanita mengadapi peningkatan 43 persen resiko kanker payudara setelah
sepuluh tahun atau lebih, TSH masih berasosiasi dengan penurunan keseluruhan angka
kematian dari 20 persen. Penelitian menunjukkan bahwa TSH melindungi wanita dari
beberapa penyakit lainnya, menyangsikan kecenderungan dokter merekomendasikan ini
ke semua wanita yang memasuki masa menopause. Wanita dengan satu atau banyak
faktor resiko untuk penyakit jantung, seperti sejarah keluarga atau kegemukan,lebih bayak
keuntungannya, tetapi untuk yang dengan resiko kanker tinggi dan resiko penyakit jantung
rendah, keuntungan mungkinnya tidak sebanding dengan beratnya lebih resiko.
8
Terapi hormon menjadi terlihat menakutkan bagi perempuan, khususnya perempuan
paruh baya yang memasuki usia menopause. Padahal harapan hidup perempuan terus
meningkat dibanding harapan hidup laki-laki.
Di Indonesia, angka harapan hidup perempuan melonjak dari 40 tahun pada tahun
1930 menjadi 67 tahun pada tahun 1998, sedang laki-laki dari 38 tahun menjadi 63 tahun
dalam kurun waktu sama. Sementara perkiraan umur rata-rata usia menopause di
Indonesia adalah 48 tahun.
Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka semakin banyak pula perempuan
yang mengalami menopause dengan berbagai keluhannya. Gejala yang ditimbulkan bisa
berupa perdarahan yang tidak biasa, berdebar-debar, rasa gerah dan keringat malam (hot
flushes) hingga radang vagina (vaginitis atrophia), nyeri bila berhubungan seksual dan
infeksi saluran kemih. Bahkan dapat meningkatkan risiko pengeroposan tulang
(osteoporosis), penyakit jantung, serta kemungkinan menderita Alzheimer. Biang gejala-
gejala ini adalah penurunan hormon estrogen pada masa menopause. Menurut para ahli
hormon penurunan mencapai 20 persen dibandingkan dengan pada waktu sebelum
menopaus.
Terapi Sulih Hormon (TSH) adalah perawatan medis yang menghilangkan gejala-
gejala pada wanita selama dan setelah menopause. Menopause adalah berhentinya masa
haid pada wanita sehingga kemampuan untuk bereproduksi sudah tiadak ada, hal ini
ditandai dengan perubahan hormonal yang nyata pada tubuhnya. Hal ini juga
menyebabkan menurunnya jumlah hormon estrogen, dimana hormon ini merupakan
hormon yang berhunbungan dengan sistem reproduksi, yang menyebabkan wanita
merasakan gejala tak enak, termasuk panas pada wajah, vaginal kekeringan, sifat lekas
marah, dan depresi. TSH secara parsial mengembalikan keseimbangan estrogen di tubuh
wanita untuk mengurangi atau mengeliminasi gejala ini. THS dapat meringankan
penderitaan tidak hanya pada wanita dewasa yang mengalami menopause alami, tetapi
juga di wanita muda yang mungkin mengalami menopause prematur untuk alasan medis,
seperti kanker atau sebab kelainan ovarium yang berhenti menghasilkan estrogen.
Sebagai tambahan dalam mengurangi gejala asosiasi dengan menopause, TSH
memiliki banyak keuntunga dan bahkan proteksi dari penyakit tertentu, termasuk
osteoporosis, penyakit jantung, dan stroke. Studi medis yang sedang berjalan telah
9
menunjukkanbahwa menggunakan TSH, dalam jangka panjang itu tidak selalu berguna,
dan dalam beberapa peristiwa ini mungkin sebenarnya menaikkan resiko kanker, serangan
jantung, dan penyakit lain.
III.1.2 Penggunaan Terapi Sulih Hormon & Efek Yang Ditimbulkannya
Dimulai dengan pubertas dan berikut tiga atau empat dasawarsa, tubuh wanita
mengalami siklus hormonal teratur, hal ini memungkinkan wanita dapat hamil dan
melahirkan anak. Estrogen dan hormon lainnya, progesterone, dikeluarkan oleh ovarium
selama ovulasi, sebulan proses di mana telur dilepaskan dari ovarium dan dipersiapkan
untuk fertilization dengan sperma. Estrogen memiliki peranan dalam hal ini sementara
progesterone mempengaruhi lapisan permukaan jaringan vagina dan rahim, membuat
kondisi yang banyak baik bagi ovum untuk dibuahi. Jika kehamilan tidak terjadi, bagian dari
endometrium (bahan pelapis uterus) akan meluruh melalui vagina selama haid. Sebagai
tambahan terhadap peranan dalam reproduksi, estrogen beredar di aliran darah,
mempengaruhi bagian-bagian lain dari tubuh, termasuk otak, pembuluh darah, tulang, dan
sel-sel lemak.
Pada menopause, yang dialami oleh wanita pada usia 40-an atau awal 50-an,
secara berangsur-angsur ovarie berhenti menghasilkan estrogen, menyebabkan penurunan
tingkat estrogen di dalam darah. Setelah lewat beberapa tahun, estrogen ini tidak lagi
diproduksi yang menyebabkan berbagai, perubahan dalam organ tubuh termasuk vagina,
rahim, kandung kemih, saluran kemih, payudara, tulang, hati, pembuluh darah, dan otak.
Pada beberapa wanita, perubahan ini memicu efek samping tak enak. Gejala yang
biasa berasosiasi dengan menopause termasuk flush. Tahap ini bisa terjadi beberapa
menit, bahkan secara mendadak akan terasa sangat panas di muka dan bagian tubuh atas,
beserta keringat yang bercucuran.
Palpasi pada jantung dan perasaan lemas dapat juga terjadi. Flashe diakibatkan oleh
hilangnya estrogen pada sistem signaling hormon dari otak yang dikenal sebagai
hypothalamu, yang terletak di daerah sistem pengatur suhu tubuh.
Gejala lainnya menopause yang mempengaruhi wanita meliputi perubahan pada
bahan pelapis dan elastisitas vagina. Vagina mungkin mengerut dan menjadi cenderung
10
akan kekeringan, mendorong ke arah sakit selama hubungan seksual. Sejumlah perubahan
perasaan emosional dan kejiwaan terjadi selama menopause tersebut, pada beberapa
wanita biasa berakibat hilangnya siklus tidur, hilangnya libido, sebagian kehilangan ingatan
dan depresi.
Penurunan tingkat estrogen pada wanita menopause merupakan hal yang menarik
bagi dokter dan pasien selama bertahun-tahun. Estrogen sintesis telah dikembangkan sejak
1920 samapi pertengahan 1930 yang bertujuan untuk menghilnagkan gejala-gejala
menopause. Pada pertengahan tahun 1960 buku ‘feminin forever’ menggunakan estrogen
buatan sebagai cara untuk tetap menjadi awet muda dan cantik. Penggunaan TSH
mengurangi secara drastic hubungan diantara penggunaan dari estrogen buatan dan resiko
tinggi kanker endometrial di tahun 1970.
Penggunaan TSH secara bertahap meningkat sejak tanuh bila riset jangka panjang
menunjukkan efek protektif TSH melawan osteoporosis dan penyakit jantung.
Memperbaiki waktu pemulihan dan sistem penghantaran pada tubuh menjadikan
penggunaan TSH meningkat di USA. Mengurangi resiko kanker endometrial, dokter jauh
lebih mungkin memberi dosis lebih rendah estrogen dan dikombinasi dengan
progesterone.
Selanjutnya, banyak perbedaan formulasi dan dosis yang sekarang diizinkan dokter
ke tiap pasien lebih baik agar TSH dapat berjalan optimal. Meskipun kita ketahui lebih
banyak TSH pada hari ini masih diliputi oleh kontroversi anatara resiko dan
keuntungannya.
Bagi wanita yang menggunakan TSH sering terjadi peningkatan resiko kanker
endometrial dan kanker payudara sehubungan dengan penggunaan estrogen, terkhusus
untuk memperpanjang waktu penggunaan, akan menimbulkan efek samping seperti mual,
pendarahan tak dapat diramalkan, bloating, dan fluktuasi keadaan pikiran. Suatu alasan
bagi yang mengguankan TSH menyatakan bahwa hal itu tidak hanya meringankan gejala
menopause tapi juga mengurangi resiko osteoporosis, penyakit jantung dan alzheimer.
Penyakit tersebut lebih banyak resikonya dibandingkan dengan kanker pada sehat wanita
di masa postmenopausal. Sampai lebih banyak informasi efek tentang TSH hubungannya
dengan penyakit, setiap wanita harus membantu dokternya, menimbang resiko dan
11
keuntungan-keuntungan penggunaannya. Bagaimanapun penggunaan TSH pada wanita
tergantung pada banyak faktor, termasuk bagaimana dia melihat resiko dan keuntungan-
keuntungan TSH dibandingkan dengan potensi resiko yang akan dihadapinya serta
berbagai macam penyakit yang kemungkinan timbul selama pengobatan.
Diakhir 1960 dan awal 1970, ketika terapi estrogen pertama kali meluas diberi
kepada wanita menopause, dokter memperingatkan akan adanya kemungkinan
bertambahnya kasus kanker endometrium. Peresepan untuk estrogen kemudian menjadi
sangat menurun, sampai ditemukannya metode untuk menggabungkan progesterone
dengan estrogen. Progesterone sebagai bagian dari siklus mentruasi secara alami
menetralkan efek estrogen di endometrium.
Bagi wanita yang memilih terapi ini, TSH digunakan dalam pola yang berbeda
dengan hanya menggunakan estrogen saja, biasanya itu digunakan bagi waniya yang telah
melakukan histerektomi ( pemindahan berkenaan dengan pembedahan rahim dan
ovarium). Bermacam-macam jenis dan takaran estrogen dapat diberikan dalam wujud pil
harian atau pil. Penggunaan yang umum berupa pil estrogen konjugasi yang dicampur air
kencing kuda yang hamil. Estrogen juga dapat diberikan sebagai patch transdermal yang
ditancapkan dikulit dan diganti setiap beberapa hari; patch ini berfungsi untuk terus
mengeluarkan estrogen ke aliran darah.
Saat ini dokter biasa menetapkan jenis TSH yang merupakan kombinasi estrogen dan
progesterone sintetis, yang dikenal sebagai progestin. Kedua hormon mungkin
pemberiannya dalam tahapan-tahapan tertentu, dengan memberikan estrogen setiap hari
dan ditambahkan progestin pada selama 12 hari dalam sebulan. Estrogen dan progestin
juga biasa diberikan dalam wujud pil gabungan yang diminun setiap hari. Kira-kira 90
persen wanita dengan rahim yang utuh kembali mengalami menstruasi selama terapi n
gabungan estrogen dan progestin. Inilah yang juga menjadi alasan wanita menggunakan
TSH.
12
III.2 Hormon untuk Netralisasi
III.2.1 Hormon PMSG
PMSG pertama kali ditemukan pada tahun 1930 oleh Cole dan Hart. Cort dan Hart
menemukan bahwa pada darah kuda antara hari ke-40 sampai hari ke-140 dari masa
kebuntingan mengandung hormon gonadotrofik dalam jumlah besar. Tidak seperti hormon
yang terdapat pada wanita hamil, yang di bentuk oleh jaringan plasenta, maka gonadrofin
kuda bunting diduga dibentuk oleh mangkuk-mangkuk endometrium uterus yang sedang
bunting. Dan bila gonadotrofin ditemukan dalam air seni manusia dalam konsentrasi yang
tinggi, maka PMSG ini hampir seluruhnya ditemukan dalam darah. PMSG tetap berada
dalam aliran darah, tidak hanya pada kuda betina yang sedang hamil, tetapi juga pada
hewan-hewan yang disuntik dengan PMSG (Nalbandov, 1990).
PMSG merupakan alat yang berguna untuk penelitian endokrin. Secara komersial
hormon ini mudah didapatkan, Hormon ini dapat disediakan dengan kondisi laboratorium
yang biasa, yaitu dengan mengambil darah kuda betina pada tahap kebuntingan yang
tepat. Hormon ini mudah distandarisasi, suatu kulitas yang sangat berharga untuk tujuan
pengobatan atau penelitian. Hormon ini terutama menyebabkan pertumbuhan folikel
apabila diberikan secara subkutan, dan menyebabkan ovulasi apabila disuntikan secara
subkutan yang kemudian diikuti dengan suntikan intravena. Karena hormon ini memiliki
aktivitas FSH yang tinggi, maka seringkali mengakibatkan siste dan bukan folikel, terutama
bila dosisnya besar dan suntikannya diperpanjang (Nalbandov, 1990).
Suntikan hormon PMSG segera sebelum partus menyebabkan pertumbuhan yang
mencolok, ovulasi dan bahkan pembentukan sistem yang menunjukkan ovarium mampu
mengadakan tanggapan terhadap stimulasi hormon.
III.2.2 Hormon Insulin
Hormon insulin diproduksi oleh kalenjar pankreas. Dalam kalenjar
pankreasmengandung kurang lebih 100.000 pulau Langerhans dan setiap pulau
mengandung 100 sel beta.
13
Oleh sel beta-lah hormon insulin diproduksi,
dimana sel beta dapat diibaratkan sebagai anak kunci
yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke
dalam sel. Untuk kemudian di dalam sel, glukosa
tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga energi.
Jika hormon insulin tidak ada, maka glukosa tak
dapat masuk ke sel dengan akibat glukosa akan tetap
berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadar
glukosa di dalam darah meningkat.
Sebaliknya, disamping sel beta, terdapat juga
sel alfa yang memiliki fungsi memproduksi glukagon
yang bekerja sebaliknya dari hormon insulin, yakni
meningkatkan kadar glukosa darah.
Dalam keadaan seperti ini badan acapkali menjadi lemah karena tidak adanya
sumber energi didalam sel. Hal inilah yang paling rentan terjadi pada diabetes melitus tipe
1.
III.2.2.1 Reaksi insulin terhadap metabolisme tubuh
Reaksi insulin terhadap metabolisme dalam tubuh manusia terhadap karbohidrat,
lipid dan protein adalah :
a. Metabolisme karbohidrat
Efek insulin atas metabolisme karbohidrat segera setelah banyak karbohidrat, glukosa
yang diabsorbsi kedalam darah menyebabkan sekresi insulin yang cepat.
Sebaliknya insulin menyebabkan ambilan, penyimpanan dan penggunaan glukosa yang
cepat oleh hampir semua jaringan tubuh, tetapi terutama oleh liper, otot dan jaringan
lemak.
Mekanisme insulin menyebabkan ambilan dan penyimpanan glukosa didalam hati,
meliputi beberapa langkah :
14
Insulin yang menghambat fasforilase enzim yang menyebabkan glukogen hati
dipecah menjadi glukosa.
Insulin meningkatkan ambilan glukosa dari darah sel-sel hati, ini terjadi dengan
meningkatkan aktivitas enzim glukokinase, yaitu enzim yang menyebabkan
fasfarilase awal glukosa setelah berdifusi kedalam sel-sel hati, karena glukosa yang
telah terfasforilase tidak dapat berdifusi kembali melalui membrane sel.
Insulin juga meningkatkan aktivitas enzim yang meningkatkan sintesa glikagon.
b. Metabolisme lemak
Dalam metabolisme lemak insulin meningkatkan sintesa asam lemak, ini terjadi didalam
sel hati dan kemudian asam lemak di transper keadifosa dan disimpan, sedangkan
sebagian kecil disintesa didalam sel lemak itu sendiri, sedangkan factor yang
menyebabkan peningkatan sintesa asam lemak didalam hati meliputi :
Insulin menghambat kerja lipase yang sensitive hormone, karena ia merupakan
enzim yang menyebabkan hidrolisis trigliserida didalam sel lemak sehingga
pelepasan sel lemak kedalam yang bersinkronisasi terhambat.
Insulin meningkatkan transper kedalam sel-sel lemak dan jalan yang sama seperti ia
meningkatkan transport glukosa kedalam sel-sel otot. Sehingga bila insulin tak
tersedia untuk meninggalkan masukan glukosa kedalam sel-sel lemak, maka
penyimpanan sangat terhambat.
c. Metabolisme protein
Selama beberapa jam setelah makan bila tersedia zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan
didalam darah yang bersirkulasi, tak hanya karbohidrat dan lemak, tetapi protein juga
disimpan didalam jaringan. Beberapa fakta yang diketahui adalah :
Insulin menyebabkan transport aktif banyak asam amino kedalam sel-sel, jadi insulin
bersama hormone pertumbuhan mempunyai kesanggupan meningkatkan ambilan
asam amino kedalam sel-sel.
Insulin langsung mempengaruhi ribosom untuk meningkatkan translasi messenger
RNA. Jadi pembentukan protein baru.
Dalam jangka lebih lama insulin juga meningkatkan kecepatan transkipsi DNA
didalam nucleolus sel, jadi meningkatkan jumlah RNA.
15
Insulin juga menghambat katabolisme protein, jadi menurunkan kecepayan
pelepasan asam anino dari sel-sel terutama sel otot.
Didalam sel hati, jumlah besar insulin menekan kecepatan glukoneogenesis dengan
menurunkan aktivitas enzim yang meningkatkan glukoneogenesis. Karena zat yang
terbanyak digunakan untuk sintesis glukosa dengan proses glukoneogenesis adalah
asam amino plasma, maka supresi glukoneogenesis itu menghemat asam amino.
III.2.3 Hormon Estrogen
Estrogen adalah sebuah kumpulan hormon-hormon yang memainkan peranan
penting dalam pembangunan seksual normal dan reproduktif pada wanita. Mereka juga
dipanggil hormon-hormon seks. Ovari wanita menghasilkan kebanyakan hormon estrogen,
walaupun kelenjar-kelenjar adrenal turut mengeluarkan sejumlah kecil hormon.
Sebagai tambahan kepada mengatur kitaran haid, estrogen menjejaskan
saluran reproduktif, saluran kencing, hati dan urat darah, tulang-tulang, buah dada, kulit,
rambut, membran berlendir, otot-otot pelvik dan otak. Ciri-ciri seksual yang sekunder,
seperti pubis dan bulu ketiak juga mula membiak apabila tahap-tahap estrogen meningkat.
Banyak sistem organ, termasuk sistem musculoskeletal dan kardiovaskular, dan otak
terjejas oleh estrogen.
Estrogen digunakan sebagai sebahagian dari beberapa oral kontraseptif, dalam
terapi penggantian estrogen wanita lepas menopause, dan dalam terapi hormon untuk
wanita transeksual. Seperti mana semua hormon steroid, estrogen bersedia tersebar
merentasi membran sel, di dalam sel, mereka berinteraksi dengan penerima-penerima
estrogen.
III.2.3.1 Jenis-jenis Estrogen
Tiga jenis estrogen utama yang terdapat secara alami dalam tubuh wanita adalah
estradiol, estriol, dan estron. Sejak menarche sampai menopause, estrogen utama adalah
17β-estradiol. Di dalam tubuh, ketiga jenis estrogen tersebut dibuat dari androgen dengan
bantuan enzim. Estradiol dibuat dari testosteron, sedangkan estron dibuat dari
androstenadion. Estron bersifat lebih lemah daripada estradiol, dan pada wanita
16
pascamenopause estron ditemukan lebih banyak daripada estradiol. Berbagai zat alami
mahupun buatan telah ditemukan memiliki aktiviti bersifat mirip estrogen.
Zat buatan yang bersifat seperti estrogen disebut xenoestrogen, sedangkan bahan
alami dari tumbuhan yang memiliki aktiviti seperti estrogen disebut fitoestrogen. Estrogen
digunakan sebagai bahan pil kontrasepsi dan juga terapi bagi wanita menopause.
III.3 Mekanisme Kerja Hormon
III.3.1 Hormon Insulin
III.3.1.1 Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja insulin dimulai dengan berikatnya insulin dengan reseptor
glikoprotein yang spesifik pada permukaan sel sasaran. Reseptor ini terdiri dari 2 subunit
yaitu:
a. Subunit α yang besar dengan BM 130.000 yang meluas ekstraseluler terlibat pada
peningkatan molekul insulin.
b. Subunit β yang lebih kecil dengan BM 90.000yang dominan di dalam sitoplasma
mengandung suatu kinase yang akan teraktivasi pada pengikatan insulin dengan akibat
fosforilasi terhadap subunit β itu sendiri (autofosforilasi).
Reseptor insulin yang sudah terfosforilasi melakukan reaksi fosforilasi terhadap
substrat reseptor insulin (IRS-1). IRS-1 yang terfosforilasi akan terikat dengan domain SH2
pada sejumlah proteinyang terlibat langsung dalam pengantara berbagai efek insulin
yang berbeda. Dua jaringan sasaran insulin yang utama yaitu otot lurik dan jaringan
adiposa, serangkaian proses fosforilasi yang berawal dari daerah kinase teraktivasi
tersebut akan merangsang protein-protein intraseluler, termasuk Glukosa Transpoter 4
untuk berpindah ke permukaan sel. Jika proses ini berlangsung pada saat pemberian
makan, maka akan mempermudah transport zat-zat gizi ke dalam jaringan-jaringan
sasaran insulin tersebut. Kelainan reseptor insulin dalam jumlah, afinitas ataupun
keduanya akan berpengaruh terhadap kerja insulin. Down Regulation adalah fenomena
dimana jumlah ikatan reseptor insulin jadi berkurang sebagai respon terhadap kadar
17
insulin dalam sirkulasi yang meninggi kronik, contohnya pada keadaan adanya korsitol
dalam jumlah berlebihan. Sebaiknya jika kadar insulin rendah, maka ikatan reseptor akan
mengalami peningkatan. Kondisi ini terlihat pada keadaan latihan fisik dan puasa.
III.3.1.2 Mekanisme Timbulnya Diabetes Melitus
Mekanisme timbulnya penyakit kencing manis atau diabetes mellitus adalah sebagai
berikut: Pada kondisi normal, glukosa dalam tubuh yang berasal dari makanan, diserap ke
dalam alirandarah dan bergerak ke sel-sel di dalam tubuh. Glukosa tersebut kemudian
dimanfaatkan sebagaisumber energi. Pengubahan glukosa dalam darah menjadi energi
dilakukan oleh hormon insulinyang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon insulin
juga berfungsi untuk mengatur kadar glukosa dalam darah. Secara normal, glukosa akan
masuk ke sel-sel dan kelebihannya dibersihkan dari darah dalam waktu 2 jam . Namun
apabila insulin yang tersedia jumlahnya terbatas dan atau tidak bekerja dengan
normal,maka sel-sel di dalam tubuh tidak terbuka dan glukosa akan terkumpul dalam
darah. Kadar glukosa darah di atas 10 mmol per liter merupakan kondisi di atas ambang
serap ginjal. Apabila kadar glukosa dalam darah berlebihan, maka sebagian glukosa
kemudian dibuang bersama urin.Peristiwa terbuangnya glukosa bersama-sama urin
tersebut dikenal dengan istilah kencing manis.
III.3.1.3 Peran Insulin
Insulin telah lama digunakan untuk mengobati diabetes. Zaman dahulu, insulin
diekstraksi dari hewan, tetapi saat ini insulin telah dapat diproduksi secara massal melalui
rekayasa genetik. Teknik mutakhir, bakteri tertentu disisipi gennya sehingga dapat
memproduksi insulin manusia. Peran insulin di dalam tubuh sangat penting, antara lain
adalah mengatur kadar gula darah agar tetap dalam rentang nilai normal. Saat dan
setelah makan, karbohidrat yang kita konsumsi akan segera dipecah menjadi gula dan
masuk aliran darah dalam bentuk glukosa. Glukosa adalah senyawa siap pakai untuk
menghasilkan energi. Ketika keadaan normal, tingginya kadar glukosa setelah makan akan
direspon oleh kelenjar pankreas dengan memproduksi hormon insulin. Adanya insulin,
glukosa akan segera masuk ke dalam sel. Selain itu, dengan bantuan insulin, kadar
glukosa yang lebih dari kebutuhan akan disimpan di dalam hati (liver) dalam bentuk
18
glikogen. Jika kadar glukosa darah turun, misalnya saat puasa atau di antara dua waktu
makan, glikogen akan dipecah kembali menjadi glukosa untuk memenuhi kebutuhan
energi dalam tubuh seseorang. Ada dua macam kelainan yang disebabkan oleh gangguan
insulin. Pertama, kelainan pada pankreas sehingga insulin tidak dapat diproduksi.
Keadaan ini disebut penyakit diabetes tipe 1. Kedua, pankreas tetap dapat menghasilkan
insulin, tetapi jumlahnya tidak memadai, atau jumlah produksi insulin masih normal,
tetapi sel tubuh tidak dapat menggunakannya (resisten). Keadaan terakhir ini disebut
diabetes tipe 2. Diabetes tipe 1 maupun tipe 2, sama-sama mengakibatkan meningkatnya
kadar glukosa dalam darah. Jika keadaan ini berlangsung lama dan tidak diobati, akan
timbul berbagai komplikasi seperti kebutaan, kerusakan saraf, kerusakan ginjal, dan luka
yang tidak kunjung sembuh. Penderita diabetes tipe 1 biasanya mutlak membutuhkan
insulin. Berbeda halnya dengan diabetes tipe 2. Insulin baru diberikan jika obat-obatan
antidiabetes sudah tidak mempan lagi
III.3.2 Hormon Estrogen
Hormon steroid berdifusi melalui membran sel dan terikat dengan afinitas tinggi
pada reseptor protein sitoplasmik spesifik. Afinitas terhadap reseptor bervariasi dengan
estrogen spesifik aktivasi kompleks steroid-reseptor memasuki nukleus dan berinteraksi
dengan kromatin inti untuk memulai sintesa RNA hormon spesifik yang memerantarai
sejumlah fungsi fisiologis.
Penggunaan Terapi Estrogen :
- Untuk kontrasepsi
- Terapi hormon pasca menopouse.
- Osteoporosis
19
III.3.2.1 Hubungan Estrogen dan Menopouse
Pada wanita menopause terjadi penurunan sekresi hormon estrogen dan
progestin (terutama estrogen) sehingga mempengaruhi keadaan dari tubuh, karena estrogen
juga berperan dalam banyak hal seperti pada organ kardiovaskular, traktur urogenitalis,
tulang dan vasomotor. Sehingga menoupase akan berdampak pada organ tersebut sehingga
diperlukan juga “terapi penggati estrogen” pada wanita menopause.
Manfaat penggantian estrogen pasca menopouse :
Tidur : Estrogen mengurangi gangguan pasca menopause dalam hal tidur.
Kardiovaskular : Estrogen memberikan efek protektif terhadap penyakit
kardiovaskular, yang menyebabkan penurunan LDL dan peningkatan kadar HDL dalam
plasma.
Traktus urogenital : pengobatan estrogen membalikan atropi pasca menopause pada
vulva, vagina, uretra, dan trigonum kandung kemih.
Osteoporosis : estrogen menurunkan resorpsi tulang tetapi tidak mempunyai efek
pada pembentukan tulang.
Vasomotor : pengobatan estrogen menegakkan kembali feed back pada kontrol
hipotalamus sekresi norefineprin, yang menyebabkan berkurangnya ruam panas.
Farmakokinetik estrogen alamiah adalah mudah diabsorbsi melalui saluran
pencernaan, kulit dan membran mukosa. cepat diabsorbsi juga bila intra muscular.
Sebaliknya estrogen sintetik Misalnya etinil estradiol, mestranol mudah diabsorbsi setelah
peroral, kulit, membran mukosa. Metabolisme lebih lambat dibanding estrogen alami.
Disimpan dalam adiposa dan di lepaskan secara lambat. Efek lebih lama dan potensi lebih
tinggi dibanding estrogen alami.
20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Hormon artinya memacu atau menggiatkan atau merangsang. Dengan adanya
hormon dalam tubuh maka organ akan berfungsi menjadi lebih baik. Sedangkan terapi
hormon dalam makalah ini mempunyai arti menetralkan jumlah hormon yang ada di dalam
tubuh.
Terapi hormon memiliki banyak manfaat. Dalam hal ini mekanisme kerja hormon
menstabilkan hormon yang seharusnya diproduksi tetapi tidak diproduksi oleh seseorang.
Contoh hormon yang berfungsi sebagai netralisasi adalah hormon insulin dan hormon
estrogen.
Hormon insulin berfungsi untuk mengobati penyakit diabetes. Peran hormone insulin
dalam tubuh sangat penting, antara lain adalah mengatur kadar gula darah agar tetap
dalam rentang nilai normal. Ketika keadaan normal, tingginya kadar glukosa setelah makan
akan direspon oleh kelenjar pankreas dengan memproduksi hormon insulin. Adanya
insulin, glukosa akan segera masuk ke dalam sel. Selain itu, dengan bantuan insulin, kadar
glukosa yang lebih dari kebutuhan akan disimpan di dalam hati (liver) dalam bentuk
glikogen. Jika kadar glukosa darah turun, misalnya saat puasa atau di antara dua waktu
makan, glikogen akan dipecah kembali menjadi glukosa untuk memenuhi kebutuhan energi
dalam tubuh seseorang.
Hormon estrogen berfungsi untuk terapi hormon pasca menopause. Estrogen
digunakan sebagai sebahagian dari beberapa oral kontraseptif, dalam terapi penggantian
estrogen wanita lepas menopause, dan dalam terapi hormon untuk wanita transeksual.
Hormon PMSG ini terutama menyebabkan pertumbuhan folikel apabila diberikan
secara subkutan, dan menyebabkan ovulasi apabila disuntikan secara subkutan yang
kemudian diikuti dengan suntikan intravena. Karena hormon ini memiliki aktivitas FSH yang
tinggi, maka seringkali mengakibatkan siste dan bukan folikel, terutama bila dosisnya besar
dan suntikannya diperpanjang.
21
IV.2 SARAN
Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini adalah:
Ketahuilah hormon-hormon yang terdapat pada tubuh manusia dan fungsinya, untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Demikianlah makalah ini kami susun. Apabila
terdapat kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Dengan demikian kami ucapkan terima kasih.
22
DAFTAR PUSTAKA
“Hormone Replacement Therapy”. Microsoft Encarta 2008. Microsoft
Corporation. USA. Anonim. Terapi Sulih Hormon, Amankah.
www.sinarharapan. 18-02-20094.
Anonim. Sulih Hormon Plus & Minusnya. www. Kompas Cyber Media. 18-
02-202.
Brett.M.K. Chong. Y. 2001. Hormone Replacement Therapy. National
Center for Health Statistics. Maryland. USA.
Guyton. 1997.fisiologi kedokteran edisi 9.EGC.Jakarta
http://medicastore.com/penyakit/761/Hormon_&_Sistem_Endokrin.html
www.wikipedia.com
23