Tema Ronggeng

4
Sejak awal Ifa Isfansyah memang memutuskan “cinta” sebagai tema besar. Inilah yang menjadi tema besar untuk film Sang Penari. Berarti, “cinta” jugalah menjadi cara pembuat film untuk menafsir novel. Dengan demikan, menjadi tidak mengherankan jika kemudian unsur cinta lebih kental menjadi isi-an film Sang Penari. Namun di sisi lain, kita juga perlu ingat dan melihat lebih jauh lagi unsur-unsur lain dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Selain unsur cinta, novel tersebut juga memiliki unsur-unsur lain, seperti kemiskinan, kekeringan, sejarah sosial-politik Indonesia 1965, relativitas nilai-nilai kultural dan moral, modernitas, tradisionalitas dan unsur-unsur lain yang lebih kecil yang ikut menyatu dan memadatkan isi novel. Tema Tema yang terdapat dalam novel ini adalah kebudayaan. Sebuah budaya ronggeng yang dimiliki sebuah kampung bernama Dukuh Paruk. Dari kisah itu ada beberapa poin penting, yaitu keterbelakangan kampung Dukuh Paruk membuat Srintil yang tidak mengenyam pendidikan tidak bisa membedakan mana yang benar mana yang salah, seks yang liar dianggapnya menjadi ritus pemujaan kepada leluhurnya Ki Secamenggala atas bujukan Kartareja. Pendidikan dari kecil, Srintil sudah diharusnya berperilaku seperti layaknya “ronggeng” wajarlah ia menjadi seorang ronggeng. Namun karena situasi politik waktu itu, membuat Srintil tersadar karena pengalamannya sendiri, ia mencari kebenaran sendirian, ia mencoba merangkak dari gelap ke terang sendirian. Setelah ia menemukan kebenaran, malah penduduknya menganggapnya bodoh, salah

description

j

Transcript of Tema Ronggeng

Page 1: Tema Ronggeng

Sejak awal Ifa Isfansyah memang memutuskan “cinta” sebagai

tema besar. Inilah yang menjadi tema besar untuk film Sang

Penari. Berarti, “cinta” jugalah menjadi cara pembuat film untuk

menafsir novel. Dengan demikan, menjadi tidak mengherankan

jika kemudian unsur cinta lebih kental menjadi isi-an film Sang

Penari. Namun di sisi lain, kita juga perlu ingat dan melihat lebih

jauh lagi unsur-unsur lain dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk

karya Ahmad Tohari. Selain unsur cinta, novel tersebut juga

memiliki unsur-unsur lain, seperti kemiskinan, kekeringan,

sejarah sosial-politik Indonesia 1965, relativitas nilai-nilai kultural

dan moral, modernitas, tradisionalitas dan unsur-unsur lain yang

lebih kecil yang ikut menyatu dan memadatkan isi novel.

Tema

Tema yang terdapat dalam novel ini adalah kebudayaan.

Sebuah budaya ronggeng yang dimiliki sebuah kampung

bernama Dukuh Paruk.

Dari kisah itu ada beberapa poin penting, yaitu keterbelakangan kampung Dukuh Paruk membuat Srintil yang tidak mengenyam pendidikan tidak bisa membedakan mana yang benar mana yang salah, seks yang liar dianggapnya menjadi ritus pemujaan kepada leluhurnya Ki Secamenggala atas bujukan Kartareja. Pendidikan dari kecil, Srintil sudah diharusnya berperilaku seperti layaknya “ronggeng” wajarlah ia menjadi seorang ronggeng. Namun karena situasi politik waktu itu, membuat Srintil tersadar karena pengalamannya sendiri, ia mencari kebenaran sendirian, ia mencoba merangkak dari gelap ke terang sendirian. Setelah ia menemukan kebenaran, malah penduduknya menganggapnya bodoh, salah kaprah, apalagi pendatang yang munafik telah berperilaku busuk kepadanya. Hal itulah yang ingin disampaikan Ahmad Tohari. Keterbelakangan, ekonomi yang lumpuh dan kebodohan adalah penyakit masyarakat yang akan menhancurkan tata nilai norma kehidupan dalam sebuah masyarakat. Contoh kasus adalah profesi Srintil dan resikonya.Dari penataan bahasa, kata-kata yang digunakan Ahmad Tohari cukup konvensional, pilihan diksinya lezat untuk dipahami, mengalir ceritanya

Page 2: Tema Ronggeng

seperti sungai mengalir, apalagi penggambaran karakter Srintil dan tokoh-tokoh lainnya begitu hidup, seperti ada dalam kehidupan nyata yang mampu berinteraksi dengan pembaca. Pencitraan Srintil sebagai pemain ronggeng begitu nyata, dan hidup dalam buku ini. Hal yang menarik adalah kesan yang mendalam terhadap posisi dan nasib Srintil yang semua pembaca saya kira setuju, bahwa Srintil adalah orang yang berjuang untuk belajar menjadi baik. Dan ia berhasil. Meskipun dalam berubah ia menemukan banyak rintangan, khususnya lingkungan di mana ia tinggal. Ahmad Tohari menggambarkannya dengan detail, wataknya, alurnya, konflik yang tumbuh mengembang serta solusi-solusi yang saya kira menarik karena membuat penasaran pembaca. Selamat menikmati.

Citra masyarakat Jawa adalah gambaran tentang peran dalam

kehidupan sosial. Masyarakat Jawa dicitrakan sangat menjunjung

tinggi warisan leluhurnya. Mulai dari bahasa, kepercayaan, mitos

serta adat istiadatnya. Masyarakat Jawa terkenal akan sifat

sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar diserap dan

ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa.

Menengok ke bidang-bidang budaya Jawa spiritual, terutama yang

dilakukan oleh penghayatkepercayaan kejawen, sebenarnya ajarannya jelas tidak akan lepas dari persoalan etika kebijaksanaan Jawa. Apalagi ajaran mereka selalu diperoleh melalui penghayatan gaib, hingga di dalamnya terdapat petunjuk Tuhan yang dapat menjadi sumber etika kebijaksanaan Jawa yang lebih berharga.

Dalam budaya Jawa, keris melambangkan kejantanan. Oleh karena

itu, keris merupakan bagian dari busana tradisional pria. Keris

dapat juga menggantikan pria dalam situasi tertentu, misalnya pada

acara temu pengantin ketika pengantin pria berhalangan hadir.

Keris juga dianggap mempunyai kekuatan magis. Keris dipercaya

dapat membuat pemegangnya lebih berani, serta membuat musuh

Page 3: Tema Ronggeng

takut. Dalam kata lain, keris dapat mempengaruhi baik

pemegangnya maupun orang lain.

Kebudayaan keris ini mempunyai pengaruh yang kuat dalam novel

Ronggeng Dukuh Paruk, terutama ketika Srintil baru belajar

menjadi ronggeng. Keris merupakan suatu perlengkapan busana

ronggeng yang tidak dapat ditinggalkan; dipercaya bahwa

pemakaian keris yang benar akan membuat tariannya menjadi

semakin dahsyat. Ini disebabkan karena keris itu adalah pekasih,

dan dianggap mempunyai daya tarik seksual. Selain berbentuk

phallus, keris itu mempunyai enerji yang selalu digunakan oleh

ronggeng. Hal ini tampak pada kutipan berikut.