Tema Ronggeng
-
Upload
devinamuljono -
Category
Documents
-
view
219 -
download
1
description
Transcript of Tema Ronggeng
Sejak awal Ifa Isfansyah memang memutuskan “cinta” sebagai
tema besar. Inilah yang menjadi tema besar untuk film Sang
Penari. Berarti, “cinta” jugalah menjadi cara pembuat film untuk
menafsir novel. Dengan demikan, menjadi tidak mengherankan
jika kemudian unsur cinta lebih kental menjadi isi-an film Sang
Penari. Namun di sisi lain, kita juga perlu ingat dan melihat lebih
jauh lagi unsur-unsur lain dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk
karya Ahmad Tohari. Selain unsur cinta, novel tersebut juga
memiliki unsur-unsur lain, seperti kemiskinan, kekeringan,
sejarah sosial-politik Indonesia 1965, relativitas nilai-nilai kultural
dan moral, modernitas, tradisionalitas dan unsur-unsur lain yang
lebih kecil yang ikut menyatu dan memadatkan isi novel.
Tema
Tema yang terdapat dalam novel ini adalah kebudayaan.
Sebuah budaya ronggeng yang dimiliki sebuah kampung
bernama Dukuh Paruk.
Dari kisah itu ada beberapa poin penting, yaitu keterbelakangan kampung Dukuh Paruk membuat Srintil yang tidak mengenyam pendidikan tidak bisa membedakan mana yang benar mana yang salah, seks yang liar dianggapnya menjadi ritus pemujaan kepada leluhurnya Ki Secamenggala atas bujukan Kartareja. Pendidikan dari kecil, Srintil sudah diharusnya berperilaku seperti layaknya “ronggeng” wajarlah ia menjadi seorang ronggeng. Namun karena situasi politik waktu itu, membuat Srintil tersadar karena pengalamannya sendiri, ia mencari kebenaran sendirian, ia mencoba merangkak dari gelap ke terang sendirian. Setelah ia menemukan kebenaran, malah penduduknya menganggapnya bodoh, salah kaprah, apalagi pendatang yang munafik telah berperilaku busuk kepadanya. Hal itulah yang ingin disampaikan Ahmad Tohari. Keterbelakangan, ekonomi yang lumpuh dan kebodohan adalah penyakit masyarakat yang akan menhancurkan tata nilai norma kehidupan dalam sebuah masyarakat. Contoh kasus adalah profesi Srintil dan resikonya.Dari penataan bahasa, kata-kata yang digunakan Ahmad Tohari cukup konvensional, pilihan diksinya lezat untuk dipahami, mengalir ceritanya
seperti sungai mengalir, apalagi penggambaran karakter Srintil dan tokoh-tokoh lainnya begitu hidup, seperti ada dalam kehidupan nyata yang mampu berinteraksi dengan pembaca. Pencitraan Srintil sebagai pemain ronggeng begitu nyata, dan hidup dalam buku ini. Hal yang menarik adalah kesan yang mendalam terhadap posisi dan nasib Srintil yang semua pembaca saya kira setuju, bahwa Srintil adalah orang yang berjuang untuk belajar menjadi baik. Dan ia berhasil. Meskipun dalam berubah ia menemukan banyak rintangan, khususnya lingkungan di mana ia tinggal. Ahmad Tohari menggambarkannya dengan detail, wataknya, alurnya, konflik yang tumbuh mengembang serta solusi-solusi yang saya kira menarik karena membuat penasaran pembaca. Selamat menikmati.
Citra masyarakat Jawa adalah gambaran tentang peran dalam
kehidupan sosial. Masyarakat Jawa dicitrakan sangat menjunjung
tinggi warisan leluhurnya. Mulai dari bahasa, kepercayaan, mitos
serta adat istiadatnya. Masyarakat Jawa terkenal akan sifat
sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar diserap dan
ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa.
Menengok ke bidang-bidang budaya Jawa spiritual, terutama yang
dilakukan oleh penghayatkepercayaan kejawen, sebenarnya ajarannya jelas tidak akan lepas dari persoalan etika kebijaksanaan Jawa. Apalagi ajaran mereka selalu diperoleh melalui penghayatan gaib, hingga di dalamnya terdapat petunjuk Tuhan yang dapat menjadi sumber etika kebijaksanaan Jawa yang lebih berharga.
Dalam budaya Jawa, keris melambangkan kejantanan. Oleh karena
itu, keris merupakan bagian dari busana tradisional pria. Keris
dapat juga menggantikan pria dalam situasi tertentu, misalnya pada
acara temu pengantin ketika pengantin pria berhalangan hadir.
Keris juga dianggap mempunyai kekuatan magis. Keris dipercaya
dapat membuat pemegangnya lebih berani, serta membuat musuh
takut. Dalam kata lain, keris dapat mempengaruhi baik
pemegangnya maupun orang lain.
Kebudayaan keris ini mempunyai pengaruh yang kuat dalam novel
Ronggeng Dukuh Paruk, terutama ketika Srintil baru belajar
menjadi ronggeng. Keris merupakan suatu perlengkapan busana
ronggeng yang tidak dapat ditinggalkan; dipercaya bahwa
pemakaian keris yang benar akan membuat tariannya menjadi
semakin dahsyat. Ini disebabkan karena keris itu adalah pekasih,
dan dianggap mempunyai daya tarik seksual. Selain berbentuk
phallus, keris itu mempunyai enerji yang selalu digunakan oleh
ronggeng. Hal ini tampak pada kutipan berikut.