Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas
Transcript of Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas
TEKNOLOGI FORMULASI
RANSUM UNGGAS
Muhammad Daud
Zulfan
SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS
2018
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang keras memperbanyak, memfotocopy sebagian atau seluruh isi buku
ini, serta memperjual belikannya tanpa mendapat izin tertulis dari penerbit.
Diterbitkan oleh Syiah Kuala University Press Darussalam –Banda Aceh,
23111
Judul Buku : Teknologi Formulasi Ransum Unggas
Penulis
Penerbit
Telp
Cetakan
ISBN
: Muhammad Daud dan Zulfan
: Syiah Kuala University Press
: (0651) 801222
: Pertama, 2018
: 978-602-5679-94-0Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunianya sehingga, penulisan Buku Ajar ini
telah dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam
semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW Utusan
Allah pembawa risalah-Nya dan yang mengajarkan ilmu
dan hikmah kepada seluruh umat manusia. Penulis
bersyukur atas selesainya buku ini, semoga menambah
khazanah ilmu pengetahuan dibidang ilmu peternakan,
sehingga menjadi kontribusi yang bermanfaat bagi
perkembangan industri peternakan di Indonesia. Judul
buku ini adalah Teknologi Formulasi Ransum Unggas.
Buku ini dibuat sebagai salah satu landasan ilmiah dalam
bidang industri pakan ternak unggas serta sebagai
pedoman dalam proses belajar mengajar Mata Kuliah
“Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas”,
dimana didalamnya membahas tentang bahan baku pakan
dan teknik formulasi ransum ternak unggas.
Buku Ajar ini bertujuan untuk membantu
mahasiwa Program Studi Peternakan dalam memahami
materi pada mata kuliah Teknologi Formulasi dan
Produksi Ransum Unggas, yang merupakan mata kuliah
wajib yang disajikan pada Semester 5, dengan beban 3 sks,
yang terdiri dari 2 sks tatap muka dan 1 sks praktikum.
Penulisan buku ini berdasarkan studi pustaka yang
diuraikan dalam beberapa bagian antara lain: pengenalan
bahan pakan ternak, pengolahan bahan pakan unggas,
kandungan nutrien bahan pakan unggas, kebutuhan
nutrien ternak unggas, tahapan formulasi ransum unggas,
iii
teknik formulasi ransum unggas dan aneka formulasi
ransum unggas.
Kami menyadari masih terdapat kekurangan
dalam buku ini untuk itu kritik dan saran terhadap
penyempurnaan buku ini sangat diharapkan. Semoga
buku ini dapat memberi maanfaat bagi mahasiswa
Program Studi Peternakan khususnya dan bagi semua
pihak pembaca.
Banda Aceh, November 2018
Penulis
iv
DAFTAR ISI
PRAKAT ................................................................................... iiiDAFTAR ISI ................................................................................ i
BAGIAN 1. PENGENALAN BAHAN PAKAN UNGGAS ....... 1
BAB I. Pengertian bahan pakan ........................................ 3
BAB II. Pemilihan bahan pakan ........................................ 8
BAB III. Klasifikasi bahan pakan ................................... 17
BAB IV. Jenis bahan pakan untuk ternak unggas .... 21
BAGIAN 2. PENGOLAHAN BAHAN PAKAN UNGGAS ... 54
BAB I. Pengeringan bahan pakan ................................... 56
BAB II. Penggilingan bahan pakan ................................ 67
BAB III. Penyimpanan bahan pakan ............................ 72
BAB IV. Penimbangan dan pengadukan bahan
pakan ........................................................................ 75
BAGIAN 3. KANDUNGAN NUTRIEN BAHAN PAKAN ... 79
BAB I. Kadar air bahan pakan .......................................... 83
BAB II. Kadar bahan kering dan abu bahan pakan 85
BAB III. Kadar protein kasar bahan pakan ................. 87
BAB IV. Kadar lemak kasar bahan pakan .................... 92
BAB V. Kadar serat kasar bahan pakan ....................... 95
BAB VI. Kandungan energi bahan pakan ................... 97
BAGIAN 4. KEBUTUHAN NUTRIEN PADA UNGGAS .. 101
BAB I. Kebutuhan energi pada unggas ...................... 103
BAB II. Kebutuhan protein pada unggas .................. 107
v
BAB III. Kebutuhan vitamin pada unggas ............... 117
BAB IV. Kebutuhan mineral pada unggas .............. 126
BAB V. Kebutuhan air pada unggas .......................... 132
BAGIAN 5. TAHAPAN FORMULASI RANSUM UNGGAS
................................................................................................... 135
BAB I. Menentukan jenis ransum unggas ................ 137
BAB II. Memasukkan standar kebutuhan nutrien 139
BAB III. Mimilih bahan pakan dan komposisi
nutrisi .................................................................... 143
BAB IV. Memasukkan harga bahan pakan ............... 148
BAB V. Batasan penggunaan bahan pakan ............. 153
BAB VI. Melakukan formulasi ransum ...................... 156
BAGIAN 6. TEKNIK FORMULASI RANSUM UNGGAS 158
BAB I. Metode coba-coba (Trial and Error ) .......... 160
BAB II. Metode segi empat (Square pearson
method) ................................................................ 168
BAB III. Computer Method ........................................... 173
BAGIAN 7. ANEKA FORMULASI RANSUM UNGGAS 180
BAB I. Formulasi ransum ayam petelur ................... 182
BAB II. Formulasi ransum ayam pedaging ............. 191
BAB III. Formulasi ransum itik petelur .................... 194
BAB IV. Formulasi ransum itik pedaging ................ 199
BAB V. Formulasi ransum puyuh ............................... 203
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 207
vi
Bagian 1
Pengenalan Bahan Pakan Unggas
1
Persoalan pakan masih menjadi salah satu isu
pokok dalam kegiatan usaha ternak, khususnya ternak
unggas. Hal ini terutama karena pakan merupakan
komponen yang signifikan dalam struktur biaya produksi
ternak unggas. Selain faktor biaya, kandungan dan
komposisi gizi pakan juga akan berpengaruh langsung
terhadap kesehatan ternak. Kesehatan ternak secara
langsung juga akan mempengaruhi produktivitas dan
kualitas hasil peternakan. Ketergantungan pada
komponen pakan impor perlu dikurangi agar biaya pakan
dapat ditekan. Oleh sebab itu perlu diintensifkan upaya
eksplorasi bahan baku pakan lokal dengan kandungan gizi
yang baik, tersedia dalam jumlah yang memadai, dan
terjangkau harganya oleh peternak lokal/domestik.
Upaya-upaya untuk peningkatan produksi ternak harus
berbasiskan sumberdaya lokal, artinya segala potensi dan
sumberdaya yang kita miliki harus lebih dioptimalkan.
Untuk menyusun formulasi ransum ternak unggas
dibutuhkan berbagai macam bahan baku yang terdiri dari
bahan nabati dan hewani. Bahan baku pakan tersebut
dapat dibagi berdasarkan kandungan nutrisi dominannya,
yaitu sebagai sumber protein, energi, mineral dan vitamin.
Bahan pakan yang digunakan untuk menyusun formulasi
ransum sebaiknya tidak bersaing dengan kebutuhan
manusia, tersedia secara terus menerus dan berkualitas
baik.
2
BAB I
Pengertian Bahan Pakan
Bahan pakan adalah bahan hasil pertanian,
perikanan, peternakan, atau bahan lain serta yang layak
dipergunakan sebagai pakan, baik yang telah diolah
maupun yang belum diolah. Bahan pakan termasuk juga
bahan-bahan hasil samping (by product) pertanian,
perikanan peternakan atau bahan pakan lainnya yang
layak dipergunakan sebagai pakan baik yang telah diolah
maupun yang belum diolah; asal hewan. Bahan yang
berasal dari ternak ruminansia, non ruminansia, unggas,
dan/ atau ikan baik yang diolah maupun yang belum
diolah;. asal tumbuhan. Bahan yang berasal dari
tumbuhan baik yang diolah maupun yang belum diolah.
Bahan pakan adalah bahan hasil pertanian,
perikanan, peternakan, atau bahan lainnya yang layak
dipergunakan sebagai pakan, baik yang telah diolah
maupun yang belum diolah. Bahan pakan ternak unggas
adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak
unggas baik yang berupa bahan organik maupun
anorganik yang sebagian atau semuanya dapat dicerna
tanpa mengganggu kesehatan ternak. Bahan pakan terdiri
dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang
terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak, serat
kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, sedang bahan
anorganik seperti calsium, phospor, magnesium, kalium,
3
BAB II
Pemilihan Bahan Pakan
Pemilihan atau pengadaan bahan baku pakan, baik
kontinuitas, ketersediaanya, maupun harga dan kualitas
bahan baku sangat penting bagi perkembangan suatu
industri pakan. Dalam pengadaan bahan baku untuk
pabrik pakan, maka ada beberapa hal yang harus
diperhatikan diantaranya:
1. Melakukan pemesanan sesuai dengan proyeksi
produksi
2. Melakukan proses Material Requrement Planning
(MRP)
3. Melakukan MoU dengan para pemasok
4. Memeriksa kualitas dan kuantitas bahan
5. Mengelola penyimpanan bahan baku sesuai dengan
standar kualitas
6. Mapping pasar
7. Pengadaan stok berdasarkan produksi dan pasar
Pemilihan dan penerimaan bahan baku pakan
ternak merupakan salah satu aktivitas penting dalam
produksi pakan ternak. Strategi untuk dapat melakukan
pemesanan bahan baku pakan ternak unggas diperlukan
pengetahuan tentang faktor-faktor yang perlu
8
BAB III
Klasifikasi Bahan Pakan
Berdasarkan kandungan nutrisinya, bahan pakan
ternak unggas bisa diklasifikasikan menjadi beberapa
kelas, yaitu: bahan pakan sebagai sumber energi, bahan
baku pakan sebagai sumber protein (nabati dan hewani),
bahan pakan sebagai sumber mineral, serta bahan pakan
tambahan dan pelengkap (feed additive dan feed
suplement).
A. Bahan Pakan Sumber Energi Bahan pakan unggas sumber energi mempunyai
kandungan protein kurang dari 20 persen dan serat kasar
kurang dari 18 persen. Contoh bahan pakan unggas
sumber energi adalah : biji-bijian dan butir-butiran,
limbah penggilingan, buah-buahan, akar-akaran dan
umbi-umbian. Contoh bahan pakan biji-bijian dan butir-
butiran adalah jagung, sorghum, dan gandum. Contoh
limbah penggilingan antara lain adalah dedak, dan menir.
Contoh buah-buahan adalah pisang, apel dan lain-lain.
Contoh akar-akaran dan umbi-umbian adalah singkong,
ketela rambat dan lain-lain.
Bahan pakan dapat dikatakan sebagai sumber
energi bila pada bahan pakan itu unsur nutrisi terbesar
17
BAB IV
Jenis Bahan Pakan
Untuk Ternak Unggas
Jenis bahan pakan yang umum digunakan sebagai
bahan pakan dalam formulasi ransum ternak unggas
adalah sebagai berikut:
1. Padi
Tujuan utama padi ditanam adalah untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Padi yang kualitasnya
tidak memenuhi syarat untuk konsumsi manusia, dapat
digunakan untuk pakan ternak unggas. Sebagai bahan
pakan ternak, padi dapat diberikan dalam bentuk gabah
atau beras. Tentu kedua bentuk tersebut mempunyai nilai
nutrisi yang sangat berbeda. Gabah dapat diberikan
kepada ayam semua umur, kecuali anak ayam yang masih
sangat muda. Gabah mengandung 40% serat kasar dan 11-
18% silika yang merupakan 25% dari berat gabah.
2. Jagung
Jagung merupakan bahan pakan ternak yang baik
untuk semua jenis ternak terutama untuk jenis ternak
21
Bagian 2
Pengolahan
Bahan Pakan
Unggas
54
Pengolahan bahan pakan sangat penting dilakukan
terutama bahan pakan yang non konvensional. Umumnya
bahan pakan yang akan digunakan dalam formulasi
ransum unggas harus diolah dulu karena berbagai hal
seperti tingkat kelayakan untuk dikonsumsi yang masih
rendah, kandungan anti nutrisi yang masih tinggi, dan
kondisi bahan pakan yang perlu ditingkatkan
palatabilitasnya. Kelayakan untuk dikonsumsi yang masih
rendah umumnya karena mengandung berbagai
komponen yang mengurangi konsumsi seperti kandungan
serat kasar yang tinggi, bentuk pakan yang belum layak
untuk diberikan ke ternak. Untuk itu maka pengolahan
bahan pakan menjadi unsur yang penting dalam proses
pembuatan bahan pakan sanagt penting dilakukan.
Beberapa cara pengolahan seperti pengolahan secara
fisik, kimiawi dan biologis.
Umumnya cara fisik dilakukan dengan cara
menjadikan bahan pakan menjadi lebih halus baik dengan
pemanasan, pengeringan, pembekuan, maupun mekanis
seperti penggilingan, penumbukan, pemarutan ataupun
penggerusan. Bahan pakan dengan kandungan air tinggi
diperlukan pengeringan ataupun pemanasan terlebih
dahulu sebelum diperlakukan secara mekanis.
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi kadar air dan mikroba pembusuk tidak dapat
hidup sehingga bahan pakan menjadi awet dan tahan
lama.
55
BAB I
Pengeringan
Bahan Pakan
Pengeringan merupakan metode pengawetan
dengan cara pengurangan kadar air dari bahan pakan
sehingga daya simpan dapat diperpanjang. Perpanjangan
daya simpan terjadi karena aktivitas mikroorganisme dan
enzim menurun sebagai akibat jumlah air yang
dibutuhkan untuk aktivitasnya tidak cukup. Proses
pengeringan bukan merupakan proses sterilisasi. Bahan
baku pakan yang sudah dikeringkan harus dijaga supaya
kadar airnya tetap rendah. Proses pengeringan dapat
dilakukan dengan penjemuran dan penggunaan alat
pengering.
Tujuan pengeringan adalah untuk pengawetan
bahan pakan, mengurangi volume dan berat produk:
transportasi dan penyimpanan serta penganekaragaman
produk seperti breakfast dan cereal. Prinsip pengeringan :
Pengeringan terdiri dari pindah panas dan difusi air
(pindah massa) dan perubahan cairan (atau padatan pada
freeze drying) menjadi uap memerlukan panas laten
produk.
Pengeringan pada intinya adalah mengeluarkan
kandungan air di dalam bahan pakan menjadi kurang dari
56
BAB II
Penggilingan
Bahan Pakan
Penggilingan bahan pakan merupakan proses
pengecilan ukuran dengan gaya mekanis menjadi
beberapa fraksi ukuran yang lebih kecil. Penggilingan
bahan pakan bertujuan merubah bahan pakan yang
berpartikel besar menjadi lebih kecil hingga bentuk
tepung. Penggilingan bahan baku pakan dilakukan jika
bahan baku pakan yang akan digunakan berbentuk
butiran. Penggilingan bahan akan menyebabkan
permukaan partikelnya semakin luas. Mesin penghancur/
penggiling merupakan suatu sarana penunjang yang
sangat dibutuhkan dalam proses pengolahan bahan
pakan. Alat penggilingan yang digunakan untuk
menggiling bahan pakan menjadi berbentuk tepung dari
serealia terdiri dari alat penghancur dan penggilas
(grinder, disk miil dan hammer mill). Hasil penggilingan
kemudian diayak untuk memisahkan bagian kulit dan
serat-seratnya. Hasil gilingan diayak dan pengayakan
bertingkat untuk mendapat berbagai tingkat hasil giling.
Bahan pakan yang dapat dihaluskan diantaranya biji-
bijian seperti: jagung dan sorgum, hasil ikutan seperti: bungkil
kedelai, bungkil kacang tanah, onggok, hasil dari hewani
seperti: limbah ikan, kepala udang dan kulit kerang, hijauan
seperti rumput kering, jerami kering, dan lain sebagainya.
67
BAB III
Penyimpanan
Bahan Pakan
Penyimpanan bahan baku pakan dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara. Cara-cara penyimpanan ini
disesuaikan dengan jenis dan spesifikasi bahan pakan
untuk mempermudah proses penyimpanan dan
pembongkaran kembali bahan yang disimpan. Beberapa
cara penyimpanan tersebut antara lain, penyimpanan di
dalam gudang dengan kemasan, penyimpanan di dalam
gudang dalam bentuk curah di lantai gudang,
penyimpanan dalam bentuk curah di dalam tangki dan
penyimpanan dalam bentuk curah di dalam silo, dan cara
penyimpanan lainnya.
Penyimpanan dalam bentuk kemasan di dalam
gudang: bahan pakan disimpan di dalam gudang dalam
bentuk kemasan. Sebelum disimpan di dalam gudang,
bahan pakan terlebih dahulu harus di kemas di dalam
karung. Jenis karung yang digunakan dapat berupa karung
plastik maupun karung goni, atau kombinasi diantara
keduanya. Untuk bahan pakan tertentu bahkan ada yang
dikemas dalam kantong yang terbuat dari kertas.
A. Penyimpanan dalam bentuk curah di dalam gudang:
72
BAB IV
Penimbangan dan
Pengadukan Bahan Pakan
Penimbangan bahan pakan merupakan langkah
awal dari proses pembuatan pakan. Akurasi dan ketelitian
dalam penimbangan sangat diperlukan. Jenis timbangan
yang diperlukan yaitu timbangan analytik dan timbangan
kasar. Timbangan analytik digunakan untuk menimbang
bahan imbuhan seperti mineral, vitamin, premix dan lain-
lain yang pemakaiannya dalam jumlah yang sedikit.
Sedangkan timbangan kasar digunakan untuk menimbang
bahan pakan dalam jumlah besar.
Sebelum melakukan pengadukan atau
pencampuran semua bahan baku pakan yang akan
digunakan dalam formulasi ransum ternak unggas, maka
masing-masing bahan baku pakan tersebut harus
ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan susunan jumlah
dan persentase pengggunaan bahan pakan dalam
formulasi ransum ternak unggas. Untuk menimbang
bahan baku pakan dapat menggunakan alat timbangan
analytik dan timbangan kasar atau timbangan
beras/timbangan sejenisnya. Setelah ditimbang bahan-
75
Bagian 3
Kandungan Nutrien Bahan Pakan
79
Untuk menyusun suatu formulasi ransum ternak
unggas, terlebih dahulu perlu diketahui kandungan gizi
pada berbagai jenis bahan baku pakan ternak yang akan
dipakai. Hal ini sangat penting agar formulasi ransum
ternak unggas yang disusun sesuai dengan kebutuhan
hidup ternak baik energinya, proteinnya maupun vitamin
dan mineralnya. Secara umum bahan baku pakan yang
harganya mahal adalah bahan pakan sumber protein
dalam arti kandungan protein dalam bahan pakan
tersebut tinggi antara 20% ke atas. Selain protein, energi,
dan mineral, ternak juga membutuhkan vitamin. Bahan
pakan sumber vitamin yaitu minyak ikan, premix,
multivitamin dan sayuran hijau dengan penggunaan
sebanyak 0,5-2% dari total ransum.
Pakan yang dipersiapkan secara komersial
menurut aturan yang berlaku harus mempunyai label
yang berisi bahan yang di pakai dan bergaransi komposisi
kimia bahan apakn yang digunakan. Komposisi kimia pada
label karung pakan harus menunjukan persentase
minimum dari protein kasar dan lemak, serta persentase
maksimum dari kandungan serat kasar dan abu. Beberapa
label juga berisi kandungan maksimum garam, dan
minimum kalsium (Ca) dan phospor (P). Komponen zat
makanan yang terkandung pada suatu bahan pakan dapat
diketahui melalui proses analisis proksimat atau Weende
dapat mengetahui enam komponen zat gizi, yaitu (1) air,
(2) abu, (3) protein kasar (PK), (4) lemak kasar, (5) serat
kasar (SK), dan (6) Bahan Ekstrak Tiada Nitrogen (BETN).
80
BAB I
Kadar Air
Bahan Pakan
Kadar air mempunyai pengaruh terhadap hampir
semua karakteristik bahan baku seperti bentuk, tekstur,
warna dan rasa. Kadar air dalam jumlah yang bervariasi
dapat menjadi suatu masalah bagi bahan baku. Kadar air
bahan baku pakan yang tinggi dapat mendukung
pertumbuhhan jamur yang menghasilkan beberapa jenis
mixotoksin, sehingga dapat mempengaruhi lama
penyimpanan.
Bahan pakan yang tinggi kadar airnya mudah
berjamur atau busuk sehingga bisa menyebabkan
keracunan pada unggas yang mengkonsumsinya. Oleh
sebab itu bahan pakan yang dijual dipasaran perlu
dikontrol kadar airnya. Pengontrolan kadar air bahan
pakan tersebut menuntut metode analisis yang serba
cepat dan mudah, meskipun ketepatan analisis mungkin
sedikit dikorbankan. Moisture tester atau lampu inftra
merah dapat digunakan untuk menguji kadar air bahan
pakan secara cepat. Penting tidaknya kandungan air
diketahui bergantung pada jenis bahan pakan dan jumlah
83
BAB II
Kadar Bahan Kering dan Abu
Bahan Pakan
Kadar bahan kering (BK) bahan pakan dihitung
sebagai selisih antara 100% dengan % air. Sebagian dari
BK tersebut mengandung zat-zat anorganik (mineral).
Dalam analisis proksimat, kadar mineral ditentukan
dengan membakar contoh bahan pakan pada suhu 500-
600 oC. Dalam suhu yang demikian tinggi, semua bahan
organik (BO) terbakar dan akhirnya teruapkan. Abu sisa
pembakaran itu dianggap sebagai mineral bahan pakan.
Selisih antara BK denagn mineral adalah BO. Kadar abu
kurang bermanfaat praktis terutama kandungan abu dari
hijauan. Abu hijauan banyak dipengaruhi oleh umur
tanaman, mayoritas abunya terdiri dari silika yang tidak
mempunyai nilai gizi bagi hewan. Kadar abu dari bahan
pakan hewani seperti tepung daging bertulang atau
tepung tulang lebih berarti karena dapat digunakan untuk
menaksir kandungan Ca dan P nya.
Kadar mineral yang ditentukan secara demikian,
tidak menggambarkan mineral-mineral apasaja yang
terdapat dalam bahan pakan. Juga pembakaran itu
pengabuan secara kering (dry ashing) yang demikian itu,
85
BAB III
Kadar Protein Kasar
Bahan Pakan
Umumnya pakan ternak sebagai sumber protein
ini sangat sulit didapat. Ada saja faktor pembatas
penggunaannya sebagai sumber protein. Misalnya,
tepung bulu ayam kandungan protein kasarnya tinggi dan
dapat mencapai 75%. Akan tetapi, karena nilai cerna
proteinnya rendah yang disebabkan oleh adanya proses
keratinisasi pada bulu ayam tersebut, menyebabkan
pakan limbah ini masih jarang digunakan sebagai sumber
protein pengganti tepung ikan yang harganya mahal.
Klasifikasi bahan pakan sebagai sumber protein
adalah: (1) kandungan protein kasarnya harus di atas
20%, (2) kandungan serat kasarnya di bawah 18%, dan
(3) nilai cerna bahan tersebut di atas 75%. Berdasarkan
kriteria tersebut, sangat sulit untuk mendapatkan pakan
limbah sumber protein yang umumnya mempunyai
kecernaan rendah serta mengandung serat kasar yang
tinggi. Namun demikian, produk fermentasi dari pakan
limbah tersebut akan dapat mengatasi semua hal tersebut
di atas.
87
BAB IV
Kadar Lemak Kasar
Bahan Pakan
Dalam analisis proksimat kadar lemak bahan
makanan ditentukan dengan jalan mengekstraksikan
bahan makanan itu dalam pelarut organik. Contoh bahan
amkanan dibebaskan dulu dari air dengan
memeanaskanaya dalam oven pada suhu 105 0C.
Kemudian lemak diekstraksikan dengan petroleum ether
atau diethyl ether. Setelah ekstraksi selesai, ether
diuapkan hingga lemak makanan kering, lalu bobot lemak
bahan makanan ditimbang.
Lemak adalah kelompok senyawa heterogen yang
masih berkaitan, baik secara aktual maupun potensial
dengan asam lemak. Lipid mempunyai sifat umum yang
relatif tidak larut dalam air dan larut dalam pelarut non
polar seperti eter, kloroform dan benzena. Sebagian besar
lemak dalam pakan adalah lemak netral (trigliserida),
sedangkan selebihnya adalah fosfolipid dan kolesterol.
92
BAB V
Kadar Serat Kasar
Bahan Pakan
Serat kasar adalah bagian dari bahan pangan yang
tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam analisis proksimat makanan atau sisa
bahan pangan yang telah mengalami proses pemanasan
dengan asam kuat dan basa kuat selama 30 menit di
laboratorium. Serat kasar merupakan bagian dari
karbohidrat yang dapat dimanfaatkan oleh unggas dalam
jumlah yang sangat kecil, sehingga kandungannya dalam
ransum perlu dibatasi. Serat kasar terdiri dari selulosa,
hemiselulosa dan lignin, merupakan zat pakan yang
hampir tidak dapat dimanfaatkan oleh unggas dengan
nilai energi rendah, sehingga dapat menurunkan nilai
energi metabolis ransum (Tilman dkk., 1991).
Serat kasar yang dapat dicerna ayam rata-rata
hanya sebesar 5-10% dari serat kasar ransum. Kandungan
serat kasar maksimum yang direkomendasikan dalam
95
BAB VI
Kandungan Energi
Bahan Pakan
Energi bahan pakan umumnya dapat dibedakan
menjadi empat, yaitu energi bruto (GE), energi dicerna
(DE), energi termetabolis (ME), dan energi netto (NE).
Energi kotor (gross energy, GE) adalah sejumlah panas
yang dilepaskan oleh satu unit bobot bahan kering pakan
bila dioksidasi sempurna. Energi kotor bahan pakan
ditentukan dengan jalan membakar contoh bahan pakan
dalam bom kalorimeter. Kandungan GE biasanya
dinyatakan dalam satuan Mkal GE/kg BK. Tidak semua GE
bahan pakan dapat dicerna, sebagian akan dikeluarkan
bersama feses.
Energi kotor dalam feses disebut sebagai fecal
energy (FE). Energi feses ini selain berasal dari pakan
yang tidak dicerna juga berasal dari saluran pencernaan
yang berupa mukosa, enzim dan bakteri. Energi tercerna
(digestible energy, DE) adalah berapa banyak GE yang
dapat dicerna dengan cara mengurangi GE bahan pakan
dengan GE feses (FE). Satuan DE adalah Mkal DE/kg BK.
97
BAB I
Kebutuhan Energi
pada Unggas
Di dalam tubuh ternak unggas, energi yang masuk
melalui makanan yang dikonsumsi mempunyai beberapa
fungsi, yaitu (1) membantu kelangsungan berbagai proses
fisiologis dan biologis, seperti kerja atau pergerakan,
pernafasan, peredaran darah, mempertahankan suhu
tubuh, pencernaan, penyerapan nutrisi, dan ekskresi; (2)
untuk memproduksi daging, telur, bulu, dan tenaga; dan
(3) untuk proses reproduksi.
Metode untuk menentukan kebutuhan energi pada
ternak yang hidup bebas adalah dengan melakukan
pengukuran keseimbangan energi yang meliputi
pengukuran energi termetabolis (EM) dengan percobaan
pakan dan pengukuran perubahan komposisi tubuh. Pada
ternak unggas, prosedur yang dilakukan adalah dengan
mengorbankan contoh jaringan ternak yang mewakili
pada awal/permulaan percobaan untuk menentukan
kadar lemak, protein, dan energi tubuh. Segera setelah itu
pemberian perlakuan pakan dilakukan. Pada akhir
perlakuan, ternak dipotong dan jaringan tubuh ternak
dianalisis kandungan protein, lemak, dan energinya untuk
mengetahui perubahan zat-zat tersebut selama
percobaan.
103
BAB II
Kebutuhan Protein
Pada Unggas
Protein berasal dari kata "proteios" yang berarti
"pertama" atau "kepentingan primer". Protein merupakan
senyawa organik yang sebagian besar unsurnya terdiri
atas karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur dan fosfor.
Ciri khusus protein adalah adanya kandungan nitrogen.
Berdasarkan bentuknya, protein dapat diklasifikasikan
dalam tiga bagian, yaitu protein berbentuk bulat, serat
dan gabungan ke duanya. Kebutuhan protein untuk
masing-masing jenis unggas berbeda-beda. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kebutuhan unggas akan protein
antara lain suhu lingkungan, umur, spesies/bangsa/strain,
kandungan asam amino, kecernaan. Unggas mempunyai
suhu tubuh antara 39 - 41oC yang lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu tubuh ternak lain sehingga
memerlukan energi pemeliharaan yang lebih banyak.
Semakin meningkat suhu lingkungan menyebabkan
unggas memerlukan energi yang lebih sedikit, tetapi
107
BAB III
Kebutuhan Vitamin
Pada Unggas
Vitamin merupakan sejumlah persenyawaan organik
yang secara umum tidak ada hubungan atau kesamaan kimiawi
satu sama lain. Vitamin merupakan komponen dari bahan
makanan tetapi bukan karbohidrat, lemak, protein dan air, dan
terdapat dalam jumlah sedikit. Vitamin tersebut harus tersedia
dalam pakan karena tidak dapat disintesis oleh ternak dan
esensial untuk perkembangan jaringan normal dan untuk
kesehatan, pertumbuhan dan hidup pokok karena tubuh tidak
dapat mensintesis sendiri, kecuali beberapa vitamin seperti
vitamin C pada ayam dan vitamin B kompleks pada ruminansia.
Vitamin sangat diperlukan untuk reaksi-reaksi spesifik
dalam sel tubuh hewan. Zat ini penting untuk fungsi jaringan
tubuh secara normal, untuk kesehatan, pemeliharaan dan
pertumbuhan jaringan. Vitamin berperan sebagai koenzim atau
katalisator hayati, yaitu berperan sebagai mediator dalam
sintesis atau degradasi suatu zat tanpa ikut menyusun zat yang
disintesis atau dipecah tadi. Apabila vitamin tidak terdapat
dalam pakan atau tidak dapat diabsorpsi akan mengakibatkan
penyakit defisiensi yang khas atau sindrom yang dapat
diperbaiki dengan pemberian vitamin itu sendiri. Gejala-gejala
117
BAB IV
Kebutuhan Mineral
Pada Unggas
Mineral merupakan salah satu zat nutrisi yang
sangat esensial untuk kehidupan unggas. Berdasarkan
jumlah kebutuhan dan keberadaan dalam tubuh unggas,
mineral dibedakan atas dua kelompok yaitu makro
mineral dan mikro mineral. Makro mineral terdiri dari
phosphor, kalsium, magnesium, sodium, potasium, klor,
dan sulfur. Mikro mineral terdiri dari besi, seng, mangan,
tembaga, kobalt, iodine, selenium dan kromium. Mineral
merupakan unsur nutrisi yang sangat penting di dalam
penyusunan kerangka tubuh, bagian dari berbagai cairan
dan sistem tubuh, untuk pertumbuhan tulang,
pembentukan kulit telur, dan fungsi fisiologis lainnya yang
membutuhkan mineral. Mineral yang dibutuhkan dalam
jumlah besar atau makro mineral atau mineral utama oleh
ternak unggas adalah kalsium, fosfor, sodium, potasium,
126
BAB V
Kebutuhan Air
Pada Unggas
Hampir 55-75% tubuh ternak terdiri atas air. Air
merupakan medium yang sangat cocok untuk mengangkut
zat makanan dan zat sisa metabolisme dari dan ke seluruh
tubuh. Daya larut dan kekuatan ionisasinya yang tinggi
menyebabkan air sangat mudah dalam reaksi sel. Air
dapat menjalankan berbagai fungsi yang sangat vital dan
merupakan prasyarat untuk dapat berlangsungnya
berbagai proses kehidupan dalam tubuh sebagai berikut:
1. Air sebagai komponen darah dan cairan limpa yang
merupakan bagian yang paling vital dalam proses
kehidupan;
2. Air sebagai pengatur suhu tubuh,
3. Air sebagai bahan pengangkut zat makanan dalam
proses pertukaran zat dalam tubuh/metabolisme, dan
4. Air sebagai pelembut bahan makanan sehingga lebih
mudah dicerna.
Kebutuhan air pada ternak untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dapat dipenuhi dengan tiga cara,
132
Bagian 5
Tahapan Formulasi Ransum Unggas
135
Tahapan penyusun formulasi ransum unggas dapat
dilakukan dengan menerapkan program optimalisasi.
Yaitu pemakaian bahan baku yang optimal dengan harga
serendah-rendahnya, namun mampu memenuhi
kebutuhan nilai nutrisi yang dibutuhkan ternak unggas.
Langkah-langkah dalam membuat formulasi ransum,
pertama kita harus menentukan persentase pembatasan
formulasi ransum yaitu batasan maksimal dan minimal
suatu bahan baku pakan dapat digunakan (dilihat dari
kandungan nutrisi dan zat antinutrisi yang mungkin ada).
Jika tidak dilakukan pembatasan, resiko kelebihan dan
kekurangan nutrisi akan berdampak pada tidak
tercapainya efisiensi ransum. Pembatasan harga juga
perlu diperhitungkan.
Terdapat tiga faktor utama yang merupakan
problem dalam penyusunan formulasi ransum yang akan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas pakan. Ke tiga hal
tersebut adalah harga bahan makanan penyusun ransum
unggas, ketersediaan bahan makanan untuk pakan unggas
di daerah peternakan tersebut dan kandungan zat-zat
makanan bahan pakan unggas. Harga bahan pakan
merupakan pertimbangan utama dalam menyusun
ransum unggas. Harga bahan pakan unggas bervariasi
bergantung pada beberapa hal, antara lain jenis bahan
pakan, kebijakan pemerintah dalam bidang pakan ternak,
impor bahan pakan, kondisi panen dan tingkat
ketersediaan bahan pakan tersebut pada suatu daerah.
136
BAB I
Menentukan Jenis
Ransum Unggas
Penentuan jenis ransum unggas yang akan
diformulasikan sangat penting diperhatikan, hal ini
menyangkut dengan kesesuaian dan kebutuhan nutrisi
berdasarkan jenis ternak unggas (ayam petelur, ayam
pedaging, itik petelur, itik pedaging, puyuh dan lain
sejenisnya), jenis kelamin, umur, bobot badan, dan jenis
produksi (pedaging, petelur, pre-layer dan lain
sebagainya).
Pakan merupakan biaya terbesar dalam
pemeliharaan ternak unggas (ayam maupun itik),
biasanya berkisar 60-75% dari total biaya produksi. Oleh
karena itu, sebagai salah satu dari 3 sendi usaha
peternakan (bibit – pakan – manajemen), faktor pakan
perlu mendapatkan perhatian khusus. Pilihan bibit unggas
yang baik, artinya dihasilkan dari induk dan pejantan
pilihan yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan bobot
badan yang tinggi akan menghasilkan keturunan yang
memiliki potensi pertumbuhan yang cepat. Bibit yang baik
mesti dipelihara dengan manajemen yang baik pula
137
BAB II
Memasukkan Standar
Kebutuhan Nutrien
Dalam memformulasikan ransum unggas salah
satu hal yang sangat penting diperhatikan adalah tentang
standar kebutuhan nutrien untuk unggas tersebut.
Sebagai acuan standar kebutuhan nutrien unggas dapat
mengacu kepada standar pakan yang diterbitkan oleh SNI.
Standar tersebut telah dibahas dan disepakati secara
konsensus nasional dihadiri oleh Tim Komisi Pakan,
wakil-wakil dari lembaga penelitian, perguruan tinggi,
pelaku usaha dan instansi terkait lainnya sebagai upaya
untuk meningkatkan jaminan mutu (quality assurance)
dan yang akan mempengaruhi kinerja ternak unggas.
Pada umumnya ternak unggas membutuhkan
asupan gizi yang baik bagi pertumbuhannya. Zat gizi atau
nutrien tersebut bisa berupa sumber protein, karbohidrat,
lemak, vitamin dan mineral dalam pakan yang
dikonsumsinya atau yang dapat disintesis dalam
tubuhnya sendiri. Pakan merupakan semua bahan yang
dapat dimakan ternak, dicerna, diserap, dan dapat
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhannya.
139
BAB III
Mimilih Bahan Pakan
dan Komposisi Nutrisi
Sebelum menyusun formulasi ransum unggas
selalu harus memperhatikan faktor utama yang akan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas pakan tersebut
yaitu pemilihan bahan pakan penyusun ransum ternak
unggas tersebut, disamping itu juga harus memperhatikan
ketersediaan bahan pakan untuk pakan unggas di daerah
peternakan tersebut dan kandungan zat-zat makanan
bahan pakan unggas serta kebutuhan zat makanan unggas.
Salah satu kelemahan penyusunan formulasi
ransum unggas selama ini adalah kurang mengoptimalkan
potensi bahan pakan lokal. Umumnya sebagian bahan
pakan terutama sumber protein masih impor seperti
bungkil kacang kedelai dan tepung ikan. Akibatnya harga
bahan pakan tersebut relatif mahal. Alasan yang umum
dipakai untuk pembenaran impor adalah belum adanya
bahan pakan tersebut di daerah lokal dan/atau
standardisasi kualitas bahan pakan impor yang relatif
stabil. Sementara potensi bahan pakan lokal sampai saat
ini belum tergarap dengan baik. Bungkil kacang kedelai
memang kurang terdapat di daerah lokal karena jarang
143
BAB IV
Memasukkan Harga
Bahan Pakan
Harga bahan penyusun formulasi ransum unggas
merupakan pertimbangan utama bagi peternak untuk
menyusun pakan. Semakin murah harga suatu bahan
makanan maka akan semakin menarik bagi peternak.
Harga bahan pakan unggas bervariasi bergantung pada
beberapa hal, antara lain kebijakan pemerintah dalam
bidang makanan ternak, impor bahan makanan dan
tingkat ketersediaan bahan pakan tersebut pada suatu
daerah. Kebijakan pemerintah selama ini kurang
memprioritaskan dunia peternakan termasuk kebijakan
tentang harga pakan ternak. Sehingga harga pakan tidak
pernah stabil pada suatu imbangan harga tertentu.
Berbeda dengan harga pangan yang diusahakan oleh
pemerintah untuk selalu stabil pada harga tertentu.
Harga bahan pakan penyusun formulasi ransum
unggas secara ekonomis sangat mempengaruhi harga
pakan tersebut. Umumnya bahan pakan sumber energi
seperti jagung, sorghum dan padi-padian lainnya berharga
murah kecuali minyak. Harga minyak mahal karena murni
sebagai sumber energi tanpa ada sumber zat makanan
148
BAB V
Batasan Penggunaan
Bahan Pakan
Pembatasan penggunaan bahan pakan
dimaksudkan agar kita dapat membatasi bahan pakan
tertentu yang mungkin harganya mahal atau karena bahan
pakan tersebut memiliki anti nutrisi sehingga dibatasi
penggunaannya jangan lebih dari jumlah tertentu.
Pembatasan juga diperlukan untuk memberikan
kesempatan menggunakan berbagai bahan pakan yang
lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan nutrien.
Pembatasan terutama digunakan bila menginginkan
ransum yang dihasilkan murah harganya dengan
kandungan zat makanan sesuai kebutuhan unggas.
Kenapa penggunaan bahan pakan perlu dibatasi?
Alasannya adalah jika dipakai terlalu banyak akan
berpengaruh negatif terhadap ternak. Pengaruh negatif
tersebut bisa disebabkan oleh karena mengandung zat
anti-nutrisi. Misalnya kedelai mentah kaya akan anti-
tripsin sehingga menghambat pencernaan protein. Oleh
karena itu, perlu perlakuan sebelum diberikan pada
ternak unggas misalnya dengan penyangraian selama 20-
30 menit. Tetapi, penyangraian tidak hanya memerlukan
153
BAB VI
Melakukan Formulasi Ransum
Untuk menyusun formulasi ransum unggas yang
baik diperlukan beberapa pengetahuan seperti:
pengetahuan tentang bahan pakan (kandungan gizi,
adanya faktor pembatas atau anti nutrisi, faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas bahan pakan, dan lainnya),
kebutuhan gizi ternak sesuai dengan umur fisiologis atau
tingkat produksi, teknik menghitung dan (komputasi)
serta teknik yang berhubungan dengan pencampuran dan
pembentukan pakan.
Menyusun formulasi ransum pada hakekatnya
sama dengan mencampur bahan-bahan pakan yang
dimiliki dengan perbandingan tertentu agar campuran
tersebut dapat memenuhi kebutuhan ternak untuk
berproduksi dengan baik. Ada berbagai cara yang dapat
ditempuh untuk mencapai ini. Semakin banyak jumlah
bahan yang akan digunakan dan kandungan gizi yang
harus dipertimbangkan, maka semakin rumit pula cara
untuk penyusunan ransum.
156
BAB II
Metode Segi Empat
(Square Pearson Method)
Sistem square pearson method atau metode segi
empat merupakan sistem pencampuran pakan dengan
memakai metode matematika secara sederhana dengan
satu nutrien sebagai pembatas seperti protein, energi
ataupun mineral. Square pearson method dapat diunkan
untuk menentkan kombinasi konsentrat dengan bahan
baku pakan sumber energi atau dengan beberapa sumber
yang lain.
Sistem ini mencoba mengurangkan dan
menambahkan komposisi zat-zat makanan yang
dicampurkan. Kelemahan sistem square pearson method
ini adalah tidak dapat menyusun bahan makanan dan
kebutuhan zat-zat makanan dalam jumlah banyak. Sebagai
contoh perhitungan dapat dikemukakan di bawah ini.
1. Contoh pertama
Menyusun ransum itik petelur dengan Protein
Kasar =15 %, bahan pakan yang tersedia adalah
168
BAB III
Computer Method
Seiring dengan kemajuan teknologi komputer,
proses penyusunan formulasi ransum unggas dapat
dilakukan dengan cepat, mudah dan hasilnya sangat
memuaskan. Dengan mudah dapat mensimulasi berbagai
jenis ransum dengan harga yang termurah. Saat ini telah
banyak beredar berbagai jenis perangkat lunak untuk
memudahkan proses penyusunan formulasi ransum
unggas diantaranya seperti program Mixit, Spartan, Brill,
Feed Live, Winfeed, UFFDA FeedMania dan banyak
lainnya. Namun tentunya semua itu memiliki kelebihan
dan kekurangannya masing-masing. Berikut ini diuraikan
salah satu contoh penggunaan program formulasi ransum
menggunakan program FeedMania versi 6.35.
Program FeedMania versi 6.35 merupakan salah
satu perangkat lunak yang digunakan untuk menyusun
ransum ternak. Program ini memiliki banyak kelebihan
dibandingkan dengan program-program sejenisnya.
Dapat digunakan untuk segala macam jenis ransum
unggas. Dalam penyusunan formulasi ransum, Feedmania
secara otomatis dapat menunjukkan jenis bahan pakan
mana yang hraus diubah jumlahnya bila susunan ransum
173
BAB I
Formulasi Ransum
Ayam Petelur
Formulasi ransum ayam petelur dapat disusun dari
berbagai bahan baku pakan lokal yang tersedia di sekitar
dan sebaiknya menggunakan bahan baku pakan yang
berserat kasar rendah dan berkualitas baik, sehingga
dapat menghasilkan suatu formulasi ransum ayam petelur
yang berkualitas dan terjangkau harganya. Dalam
menyusun formulasi ransum ayam petelur terlebih dahulu
perlu ditentukan jenis ransum yang akan disusun,
formulasi ransum ayam petelur dapat disusun
berdasarkan umur, bobot badan, dan jenis produksi.
Berikut ditampilkan beberapa contoh formulasi ransum
ayam petelur pada berbagai fase (starter, grower,
develover, pre-layer dan layer).
182
BAB II
Formulasi Ransum
Ayam Pedaging
Formulasi ransum ayam pedaging dapat disusun
dengan menggunakan bahan baku lokal, dan berserat
kasar rendah dan berkualitas tinggi. Formulasi ransum
ayam pedaging dapat juga diformula untuk menghasilkan
daging dengan rendah lemak, rendah kolesterol dan kaya
omega 3 dengan menggunakan teknik manipulasi
formulasi ransum yang berkualitas. Berikut ini beberapa
contoh formulasi ransum ayam pedaging pada berbagai
fase (starter, dan finisher).
191
Contoh 2.
Formulasi Ransum Ayam pedaging fase Finisher (umur 3-
5 minggu)
Bahan baku pakan Persentase penggunaan bahan baku pakan
Jagung 54 Dedak halus 7,0 Bungkil kedelai 13 Bungkil kelapa 8,0 Ampas sagu 2,5 CGM 4,0 Tepung ikan 8,0 CPO 2,0 DCP 0,5 CaCO3 0,5 Premik 0,5 Total 100 Komposisi Nutrien Energi Meatabolis (kkal/kg) 2918,4 Protein Kasar (%) 19,41 Serat Kasar (%) 4,17 Lemak Kasar (%) 5,01 Kalsium (%) 0,87 Fosfor tersedia (%) 0,49 Lisin (%) 0,96 Metionin (%) 0,41
193
BAB III
Formulasi Ransum
Itik Petelur
Dalam menyusun formulasi ransum itik petelur
ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya
adalah tentang keseimbangan kandungan nutrisi.
Kandungan nutrisi yang satu harus proposional dengan
nutrisi yang lain sebagai suatu kesatuan. Kekurangan atau
ketidaktepatan menyebabkan mesin biologis itu bekerja
tidak maksimal. Jika berlebih, zat makanan akan menjadi
beban fisiologis tubuh dan menjadi terbuang.
Untuk menyiapkan ransum pada itik petelur maka
ada beberapa pengetahuan yang harus dikuasai.
Pengetahuan itu adalah pengetahuan mengenai: a. Potensi
genetik itik petelur, b. Kebutuhan nutrien itik petelur, c.
Kandungan nutrien dari bahan pakan yang akan
digunakan, serta d. teknik penyusunan ransum. Berikut
ini beberapa contoh formulasi ransum itik petelur yang
diformulasikan menggunakan limbah ikan leubim pada
berbagai fase (starter, grower dan layer).
194
BAB IV
Formulasi Ransum
Itik Pedaging
Secara alamiah ternak itik memiliki toleransi yang
lebih tinggi terhadap pakan yang mengandung serat
dibandingkan unggas lain. Ternak itik juga memiliki daya
adaptasi lebih baik terhadap lingkungan dan memiliki
ketahanan terhadap penyakit yang lebih baik, sehingga
dalam pemeliharaan itik tidak begitu perlu diberi obat-
obatan peningkat daya tahan tubuh atau vaksin dari
penyakit tertentu seperti gumboro atau ND. Selain itu
dengan tingginya toleransi terhadap serat kasar, memberi
peluang pada penggunaan bahan pakan yang berserat
kasar tinggi dan bernilai gizi cukup baik, serta mudah
didapat. Berikut ini beberapa contoh formulasi ransum
itik pedaging yang diformulasikan menggunakan tepung
keong mas pada berbagai fase (starter, dan finisher).
199
BAB V
Formulasi Ransum
Puyuh
Faktor yang berpengaruh besar terhadap
produktivitas puyuh, yaitu manajemen pemberian pakan
yang berperan penting dalam menetukan kualitas produk
ternak puyuh. Pakan yang digunakan apabila berkualitas
baik dan mencukupi kebutuhan nutrisi ternak puyuh
maka produksi yang dihasilkan juga akan berkualitas baik
namun salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian
khusus adalah mahalnya biaya pakan sumber protein
seperti bungkil kedelai dan tepung ikan, dengan demikian
pemanfaatan limbah yang dapat menggantikan bahan
pakan sumber protein menjadi sanagt penting dilakukan.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah dengan memanfaatkan limbah (by
product) dalam formulasi ransum ternak puyuh. Salah
satu limbah yang dapat digunakan adalah ampas sagu
dalam formulasi ransum puyuh. Berikut ini beberapa
contoh formulasi ransum puyuh yang diformulasikan
menggunakan ampas sagu pada berbagai fase (anak,
puyuh dara dan bertelur).
203
DAFTAR PUSTAKA
Adams, C. A., 2000. Enzim komponen penting dalam pakan
bebas antibiotika. Feed Mix Special. http
://www.alabio.cbn.net.
Amrullah, I.K., 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Penerbit
Lembaga Satu Gunung Budi KKP IPB Baranang
Siang. Bogor.
Annison, G. 1993. The role of wheat non starch
polysaccharides in broiler diets. Aust. J. Agric. Res.
44 : 405 – 422
Arifin, C.K. 2018. Kamus dan Rumus Peternakan dan
Kesehatan Hewan. Penerbit PT. Gallus Indonesia
Utama. Jakarta Selatan
Bidura, I.G. N. G., N. L. G. Sumardani, T. I. Putri, dan I. B. G.
Partama. 2008. Pengaruh pemberian ransum
terfermentasi terhadap pertambahan berat badan,
karkas, dan jumlah lemak abdomen pada itik Bali.
Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis Vol. 33
(4) : 274-281
Daud, M. 2018. The Effects of Leubiem Fish Waste
(Chanthidermis Maculatus) As Protein Source in
Rations on The Performance of Male Alabio Ducks.
Proceding Internasional Seminar Animal Industry.
28-30 Agustus 2018. IPB Convention Center-Bogor.
Daud, M. 2018. Feeding Local Fermentation To Production
and Carcass Percentage of Peking Duck. Proceding
International Seminar on Livestock Production and
Veterinary Technology. 16-17 October 2018,
Medan.
207
Daud, M., Fuadi, Z., Mulyadi. 2017. Performans dan
Persentase Karkas Ayam Ras Petelur Jantan Pada
Kepadatan Kandang yang Berbeda. Jurnal Agripet.
17(1):67-74.
Daud, M., Mulyadi., Fuadi, Z., 2016. Persentase karkas itik
peking yang diberi pakan dalam bentuk wafer
ransum komplit mengandung limbah kopi. Jurnal
Agripet. 16 (1): 62-68.
Daud M, W.G. Piliang, dan I.P. Kompiang. 2007. Persentase
dan kualitas karkas ayam pedaging yang diberi
probiotik dan prebiotik dalam ransum. JITV.
12(3):167174
Farrah Virginia. 2015. Kajian Pengeringan Gabah yang
Menggunakan Sistem Kendali Udara Lingkungan
dan Penjemuran. Departemen Teknik Mesin dan
Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor. Hal 42-44.
Hermana, W, D.M Suci. 2012. Pakan Ayam. Penerbit
Penebar Swadaya. Cimanggis Depok.
Khawaja T., S.H Khan and N.N Ansari. 2007. Effect of
different leevels of blood meal on broiler
performance during two phases of growth.
International Journal of Poltry Science. 6 (12): 860-
865.
McDonald, P., R.A Edward, J.F.D Greenhalgh, and C.A
Morgan. 1998. Animal Nutrition. Longman
Publishers.
NRC. l984. Nutrient Requirement of Poultry. National
Academy Press.Washington, D. C.
208
Titin, K. 2011. Potensi Tepung Darah Sebagai Sumber
Protein Pakan Ikan Alternatif. Prosiding Forum
Inovasi Teknologi Akuakultur. 1001-1008.
Setiowati S., E. Sudjarwo and A.A Hamiyanti. 2014. The
effect of blood meal addition in the feed to carcass
and giblet percentages of quail.
Scott, M. L., M. C. Neisheim and R. J. Young. l982. Nutrition of The Chickens. 2nd Ed. Publishing by : M. L. Scott and Assoc. Ithaca, New York.
209
Tentang Penulis
Muhammad Daud, lahir di
Padang Rasian, Aceh Selatan
pada Tanggal 11 April 1977.
Menempuh Pendidikan
Sarjana Peternakan (S1) tahun
1997 dan selesai tahun 2001,
Pendidikan Magister Ilmu
Ternak (S2) ditempuh sejak tahun 2002 selesai tahun
2005, dan Pendidikan Doktor Ilmu Ternak ditempuh sejak
tahun 2006 dan selesai tahun 2010 di Institut Pertanian
Bogor (IPB). Berbagai hasil penelitiannya sudah
dipublikasikan pada Jurnal dan Prosiding Nasional dan
International. Penulis merupakan staf pengajar di
Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Syiah Kuala, Banda Aceh. Buku Ajar Teknologi Formulasi
Ransum Unggas ini adalah karya pertamanya yang
diterbitkan oleh Unsyiah Press bersama tim penulis
Zulfan. Penulis dapat dikunjungi di alamat
210
Zulfan, lahir di Banda Aceh
pada Tanggal 7 Juni 1965.
Menempuh Pendidikan
Sarjana Produksi Ternak (S1)
tahun 1985 -1989, di Institut
Pertanian Bogor (IPB) dan
menyelesaikan Pendidikan
Magister bidang ilmu Poultry Science (S2) tahun 1995-
1996, di Clemson University, USA. Berbagai penelitian
sudah dilakukan dan hasil penelitiannya sudah
dipublikasikan pada Jurnal dan Prosiding Nasional dan
International. Penulis merupakan staf pengajar di
Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Syiah Kuala, Banda Aceh. Penulis dapat dikunjungi di
alamat [email protected].
211