Teknik Survey Dan Analisa Data

10
 TEKNIK SURVEY DAN ANALISA DATA SUMBERDAYA MANGROVE 1  Onrizal Lektor pada Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl Tri Dharma Ujung No. 1 Kampus USU Medan 20155 Phone: +62-81314769742; Fax. +62-61-8201920. Email: [email protected]; [email protected] Apa itu Mangrove? Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan  bahasa Inggris  grove (Macnae, 1968). Dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang- surut maupun untuk individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Dalam bahasa Portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu jenis tumbuhan, sedangkan kata mangal  untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut. Macnae (1968) menggunakan kata mangrove untuk jenis pohon-  pohon atau semak belukar yang tumbuh diantara pasang surut air laut, dan kata mangal digunakan bila berhubungan dengan komunitas hutan. Richards (1975) menggunakan kata mangrove untuk kelompok ekologi jenis tumbuhan yang mendiami lahan pasang surut dan untuk komunitas tumbuhan yang terdiri atas jenis tersebut. FAO (1982) merekomendasikan kata mangrove sebaiknya digunakan baik untuk individu jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah  pasang surut. Aksornkoae (1993) menyatakan bahwa mangrove merupakan tumbuhan halofit yang hidup di sepanjang areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai daerah mendekati ketinggian rata-rata air laut yang tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis. Hutan mangrove menurut Snedaker (1978) adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa  pantai dengan reaksi tanah an-aerob. Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Kehutanan No. 60/Kpts/Dj/I/1978, yang dimaksud dengan hutan mangrove adalah tipe hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, yaitu tergenang air laut pada waktu pasang dan  bebas dari genangan pada waktu surut. Dengan demikian secara ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai (Gambar 1) yang tergenang pasang dan bebas dari genangan pada saat surut (Gambar 2) yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Selanjutnya, ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungannya di dalam suatu habitat mangrove. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, dan hutan payau. Selain itu, oleh masyarakat Indonesia dan negara 1  Disampaikan pada Pelatihan Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan untuk Petugas/Penyuluh Kehutanan tahun 2008 yang diselenggrakan oleh Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah II  bekerjasama dengan Japa n International Cooperation Agency (JICA) di Tanjung Pinang Propins i Kepulauan Riau pada tanggal 14-18 Maret 2008

Transcript of Teknik Survey Dan Analisa Data

Page 1: Teknik Survey Dan Analisa Data

5/9/2018 Teknik Survey Dan Analisa Data - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survey-dan-analisa-data 1/10

 

TEKNIK SURVEY DAN ANALISA DATA

SUMBERDAYA MANGROVE1 

Onrizal

Lektor pada Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera UtaraJl Tri Dharma Ujung No. 1 Kampus USU Medan 20155

Phone: +62-81314769742; Fax. +62-61-8201920.

Email: [email protected]; [email protected]

Apa itu Mangrove?

Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan

  bahasa Inggris grove (Macnae, 1968). Dalam bahasa Inggris kata mangrove 

digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-

surut maupun untuk individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas

tersebut. Dalam bahasa Portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakanindividu jenis tumbuhan, sedangkan kata mangal  untuk menyatakan komunitas

tumbuhan tersebut. Macnae (1968) menggunakan kata mangrove untuk jenis pohon-

  pohon atau semak belukar yang tumbuh diantara pasang surut air laut, dan kata

mangal digunakan bila berhubungan dengan komunitas hutan. Richards (1975)

menggunakan kata mangrove untuk kelompok ekologi jenis tumbuhan yang

mendiami lahan pasang surut dan untuk komunitas tumbuhan yang terdiri atas jenis

tersebut. FAO (1982) merekomendasikan kata mangrove sebaiknya digunakan baik 

untuk individu jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah

 pasang surut. Aksornkoae (1993) menyatakan bahwa mangrove merupakan tumbuhan

halofit yang hidup di sepanjang areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi

sampai daerah mendekati ketinggian rata-rata air laut yang tumbuh di daerah tropisdan sub-tropis.

Hutan mangrove menurut Snedaker (1978) adalah kelompok jenis tumbuhan

yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi

istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa

  pantai dengan reaksi tanah an-aerob. Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat

Jenderal Kehutanan No. 60/Kpts/Dj/I/1978, yang dimaksud dengan hutan mangrove

adalah tipe hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang

dipengaruhi pasang surut air laut, yaitu tergenang air laut pada waktu pasang dan

 bebas dari genangan pada waktu surut.

Dengan demikian secara ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai

suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang

terlindung, laguna, muara sungai (Gambar 1) yang tergenang pasang dan bebas dari

genangan pada saat surut (Gambar 2) yang komunitas tumbuhannya bertoleransi

terhadap garam. Selanjutnya, ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang

terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor 

lingkungannya di dalam suatu habitat mangrove.

Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland,

vloedbosschen, dan hutan payau. Selain itu, oleh masyarakat Indonesia dan negara

1 Disampaikan pada Pelatihan Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan untuk Petugas/Penyuluh

Kehutanan tahun 2008 yang diselenggrakan oleh Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah II bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) di Tanjung Pinang PropinsiKepulauan Riau pada tanggal 14-18 Maret 2008

Page 2: Teknik Survey Dan Analisa Data

5/9/2018 Teknik Survey Dan Analisa Data - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survey-dan-analisa-data 2/10

 

Pelatihan Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan untuk Petugas/Penyuluh Kehutanan di Tanjung Pinang, 14-18 Maret 2008 

Onrizal. 2008. Teknik survey dan analisa data sumberdaya mangrove  2

Asia Tenggara lainnya dengan rumpun bahasa Melayu, hutan magrove sering disebut

dengan hutan bakau. Namun demikian, penggunaan istilah hutan bakau untuk sebutan

hutan mangrove sebenarnya kurang tepat dan rancu, karena bakau hanyalah sebutan

dari marga  Rhizophora, sementara hutan mangrove disusun dan ditumbuhi oleh

  banyak marga dan jenis tumbuhan lainnya. Dengan demikian, penggunaan istilah

hutan mangrove hanya tepat manakala hutan tersebut hanya disusun oleh jenis-jenisdari marga  Rhizophora, sedangkan apabila hutan tersebut juga disusun bersamaan

dengan jenis dari marga yang lain, maka istilah tersebut tidak tepat lagi digunakan.

Ruang Lingkup Sumberdaya Mangrove

Sumberdaya mangrove secara keseluruhan mencakup ekosistem mangrove yang

menurut Saenger et al. (1983) terdiri atas 4 komponen yang kemudian ditambahkan 2

komponen lagi oleh Onrizal dan Kusmana (2005), sehingga menjadi 6 komponen.

Komponen sumberdaya mangrove tersebut adalah:

(1)  satu atau lebih jenis pohon dan semak belukar yang hidupnya terbatas di habitat

mangrove (exclusive mangrove), dan secara alami tidak tumbuh di habitat selainmangrove

(2)    jenis-jenis tumbuhan yang hidupnya di habitat mangrove, namun secara alami

 juga dapat hidup di habitat selain mangrove (non-exclusive mangrove),

(3)    biota yang berasosiasi dengan mangrove (biota darat dan laut, lumut kerak,

cendawan, ganggang, bakteri dan lain-lain) baik yang hidupnya menetap,

sementara, sekali-sekali, biasa ditemukan, kebetulan maupun khusus hidup di

habitat mangrove,

(4)    proses-proses alamiah yang berperan dalam mempertahankan ekosistem

mangrove baik yang berada di daerah bervegatasi maupun di luarnya,

(5)  daratan terbuka atau hamparan lumpur yang berada antara batas hutan

sebenarnya dengan laut, dan(6)  masyarakat yang hidupnya bergantung dan bertempat tinggal pada lahan

mangrove.

Gambar 1. Variasi kondisi pantai tempat tumbuh mangrove

Page 3: Teknik Survey Dan Analisa Data

5/9/2018 Teknik Survey Dan Analisa Data - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survey-dan-analisa-data 3/10

 

Pelatihan Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan untuk Petugas/Penyuluh Kehutanan di Tanjung Pinang, 14-18 Maret 2008 

Onrizal. 2008. Teknik survey dan analisa data sumberdaya mangrove  3

 (a) (b)

Gambar 2. Profil hutan mangrove yang (a) tergenang air saat pasang dan (b) terbebas

dari genangan saat surut (Foto Onrizal; hutan mangrove di Teluk Bintuni,

Papua, November 1996)

Survey Sumberdaya Hutan

Survey atau inventarisasi sumberdaya hutan dimaksudkan untuk mengetahui

kekayaan yang terkandung di dalam suatu kawasan hutan, baik secara kualitatif 

maupun kuantitatif. Selanjutnya cakupan atau ruang lingkup kegiatan survey sangat

tergantung pada tujuan survey yang ingin dicapai.

Dalam sistem pengelolaan hutan modern, survey sumberdaya hutan tidak hanya

  berkepentingan dengan hutan dan kawasannya. Masalah-masalah di luar hutan dan

kawasan hutan mempunyai arti yang tidak kalah pentingnya sehingga juga harus

dikumpulkan secara cermat dengan persiapan yang memadai. Tergantung pada tujuan

survey/inventarisasi hutan, maka kecermatan pencatatan masing-masing informasi

tersebut akan berbeda-beda. Informasi yang dianggap penting tentu saja diperlukan

data yang lebih akurat dibandingkan dengan informasi lain yang mempunyai

kedudukan kurang penting dalam survey hutan (Simon, 1996). Oleh karena itu,

tingkat kecermatan informasi yang dicatat dalam survey sumberdaya hutan ditentukan

oleh tujuan survey yang diinginkan. Sebagai contoh atau ilustrasi, tingkat kepentingan

informasi/datadalam kaitannya dengan tujuan survey sumberdaya hutan disajikan

 pada Tabel 1.

Mengingat hutan yang dijadikan objek mencakup areal yang luas, maka

 pengumpulan data di lapangan umumnya dilakukan dengan satuan contoh ( sampling 

unit ). Misalnya, dalam analisis vegetasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan

oleh seorang surveyor agar survey vegetasi yang dilakukan dapat memberikandata/informasi yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal-hal tersebut adalah

  bentuk, ukuran, jumlah satuan contoh yang akan dipilih, cara meletakkan satuan

contoh, obyek yang akan diamati, parameter vegetasi yang akan diukur, dan akhirnya

teknik analisis vegetasi yang akan digunakan. Terkait hal ini dianjurkan untuk 

membaca buku Metode Survey Vegetasi yang ditulis Kusmana (1997), buku Metode

Inventore Hutan oleh Simon (1996) atau buku lain terkait teknik sampling

(pengambilan contoh) pada sumberdaya hutan.

Page 4: Teknik Survey Dan Analisa Data

5/9/2018 Teknik Survey Dan Analisa Data - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survey-dan-analisa-data 4/10

 

Pelatihan Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan untuk Petugas/Penyuluh Kehutanan di Tanjung Pinang, 14-18 Maret 2008 

Onrizal. 2008. Teknik survey dan analisa data sumberdaya mangrove  4

Tabel 1. Penekanan relatif elemen-elemen yang diperlukan dalam survey sumberdaya

hutan (sumber: Husch,1971 dalam Simon, 1996)

Informasi/data tentang:

Areal Hutan

Tujuan Survey

   L  u  a  s

   T  o  p  o  -

  g  r  a   f   i

   P  e  m   i  -

   l   i   k  a  n

   T  r  a  n  s  -

  p  o  r   t  a  s   i

   T  a   k  s   i  r  a

  n

  v  o   l  u  m  e

   T  a   k  s   i  r  a

  n

  r   i  a  p

   E   t  a   t

   S  o  s   i  a   l

   E   k  o  n  o  m

   i

Survey hutan nasional 2 2 2 2 2 2 2 2

Untuk menyusun rencana

karya

1 2 2 2 1 1 1 2

Untuk survey pengenalan 2 3 3 2/3 2/3 3 3 2

Untuk menyusun

 pembalakan

2 1 3 1 1 3 3 3

Untuk rencana industri

kehutanan

2 2 1 1 1 1 1 2

Untuk menaksir nilai

tegakan

1 2 3 1 1 3 3 3

Untuk studi tata guna

lahan

1 1 1 1 1 2 3 1

Untuk rencana rekreasi 2 2 1 1 3 3 3 1

Untuk studi watershed  1 1 2 2 2 2 2 1

Keterangan: 1 = sangat penting, diperlukan informasi yang akuran dan rinci; 2 =

informasi secara umum; 3 = tidak penting (dapat dihilangkan)

Teknik Survey dan Analisis Data Sumberdaya Mangrove

Teknik survey yang disajikan dalam tulisan ini ditujukan untuk mendapatkandata dasar kekayaan sumberdaya mangrove, khususnya komponen flora (tumbuhan)

dan fauna (satwa) mangrove. Survey flora dilakukan dengan teknik analisis vegetasi,

sedangkan survey fauna dilakukan dengan invetarisasi satwa, khususnya satwa berupa

 burung, primata dan herbivora besar.

Analisis vegetasi

Analisis vegetasi hutan mangrove dalam kegiatan pelatihan dilakukan dengan

metoda kombinasi antara metoda jalur dan metoda garis berpetak (Gambar 3) yang

diletakkan tegak lurus garis pantai menuju daratan dengan lebar 10 m dan panjangnya

tergantung kondisi lapangan (jarak hutan mangrove di tepi pantai dengan perbatasan

hutan mangrove dengan daratan di belakang hutan mangrove). Di dalam metoda inirisalah pohon dilakukan dengan metoda jalur dan permudaan dengan metoda garis

 berpetak (Kusmana, 1997).

Ukuran permudaan yang digunakan dalam kegiatan analisis vegetasi hutan

mangrove adalah sebagai berikut:(a) Semai : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang dari

1,5 m.

(b) Pancang : Permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang

dari 10 cm.

(c) Pohon : Pohon berdiameter 10 cm atau lebih.

(e) Tumbuhan bawah : Tumbuhan selain permudaan pohon, misal rumput, herba dan semak 

 belukar.

Page 5: Teknik Survey Dan Analisa Data

5/9/2018 Teknik Survey Dan Analisa Data - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survey-dan-analisa-data 5/10

 

Pelatihan Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan untuk Petugas/Penyuluh Kehutanan di Tanjung Pinang, 14-18 Maret 2008 

Onrizal. 2008. Teknik survey dan analisa data sumberdaya mangrove  5

 

Gambar 3. Desain kombinasi metoda jalur dan metoda garis berpetak 

Selanjutnya ukuran sub-petak untuk setiap tingkat permudaan adalah sebagai

 berikut:

(a)  Semai dan tumbuhan bawah : 2 x 2 m.(b)  Pancang : 5 x 5 m.

(c)  Pohon : 10 x 10 m.

Alat dan bahan utama yang dibutuhkan dalam analisis vegetasi terutama adalah

GPS, kompas, parang, meteran (besar dan kecil), phiband, haga hypsometer, buku

  pengenalan jenis, peta lokasi dan tally sheet  (contoh tally sheet  vegetasi pada

Lampiran 1-3). Selain itu juga dibutuhkan alat dan bahan untuk material herbarium,

seperti gunting ranting, plastik besar, sasak, kertas koran, dan alkohol 70%. Material

herbarium dibutuhkan sebagai bukti dan untuk identifikasi bila jenis tersebut belum

 bisa dikenal secara tepat di lapangan.

Seluruh individu tumbuhan mangrove pada setiap sub-petak tingkat

  pertumbuhan diidentifikasi, dihitung jumlahnya, dan khusus untuk tingkat pohondiukur diamater pohon, tinggi bebas cabang dan tinggi total pohon. Diameter pohon

yang diukur adalah diamater batang pada ketinggian 1,3 m dari atas permukaan tanah

atau 10 cm di atas banir (untuk pohon-pohon dari marga  Bruguiera) atau akar tunjang

(untuk pohon-pohon dari marga Rhizophora) apabila banir atau akar tunjang tertinggi

terletak pada ketinggian 1,3 m atau lebih. Diamater pohon ini dikenal dengan  DBH  

(diamater at breast height ). Untuk keperluan identifikasi jenis, diambil material

herbarium setiap jenis, berupa setangkai daun berbunga dan atau berbunga.

Perhitungan besarnya nilai kuantitif parameter vegetasi, khususnya dalam

 penentuan indeks nilai penting, dilakukan dengan formula berikut ini:a.  Kerapatan suatu jenis (K) (ind/ha)

contoh petak  Luas

 jenis suatuindividu K  ∑=  

 b.  Kerapatan relatif suatu jenis (KR) (%)

%100 x jenis seluruh K 

 jenis suatu K  KR =  

c.  Frekuensi suatu jenis (F)

∑∑

−=

contoh petak  subSeluruh

 jenis suatuditemukan petak Sub F   

d.  Frekuensi relatif suatu jenis (FR) (%)

%100 x jenis seluruh F 

 jenis suatu F  FR =  

 Arah rintis 

10 m

2 m

5 m

   1   0  m

 

Page 6: Teknik Survey Dan Analisa Data

5/9/2018 Teknik Survey Dan Analisa Data - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survey-dan-analisa-data 6/10

 

Pelatihan Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan untuk Petugas/Penyuluh Kehutanan di Tanjung Pinang, 14-18 Maret 2008 

Onrizal. 2008. Teknik survey dan analisa data sumberdaya mangrove  6

e. Dominansi suatu jenis (D) (m2/ha). D hanya dihitung untuk tingkat pohon.

contoh petak  Luas

 jenis suatudasar bidang  Luas D =  

f. Dominansi relatif suatu jenis (DR) (%)

%100 x jenis seluruh D

 jenis suatu D

 DR =  

g. Indeks Nilai Penting (INP) (%)

g.1. Untuk tingkat pohon adalah INP = KR + FR + DR 

g.2. Untuk tingkat semai, pancang dan tumbuhan bawah adalah INP = KR + FR 

Luas bidang dasar ( LBD) suatu pohon yang digunakan dalam menghitung

dominansi jenis didapatkan dengan rumus:

22

*4

1* D

contoh petak  subSeluruh

 R LBD π  

π  

=−

=∑

 

dimana  R adalah jari-jari lingkaran dari diameter batang;  D adalah  DBH . LBD yang

didapatkan kemudian dikonversi menjadi m2.Selanjutnya potensi suatu pohon yang dinyatakan dengan volume pohon (m3)

didapatkan dengan rumus

 f Tbc LBDV  **=  

dimana Tbc adalah tinggi bebas cabang pohon,  f adalah angka bentuk pohon, yakni

sekitar 0,7-0,8. LBD yang digunakan dengan satuan m2.

Indeks keanekaragaman Shannon (Shannon’s index) (Ludwig & Reynold, 1988)

digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis di setiap tingkat pertumbuhan

dengan rumus sebagai berikut:

 H ’ = – ∑ ( pi ln pi); dengan pi = (ni / n)

dimana H ’ adalah indeks keanekaragaman Shannon, ni adalah jumlah individu suatu  jenis ke– i dalam petak ukur (PU), dan n adalah total jumlah individu dalam PU.

Barbour et al. (1987) menyatakan bahwa nilai H’ berkisar antara 0 – 7 dengan kriteria

(a) 0 – 2 tergolong rendah, (b) 2 – 3 tergolong sedang, dan (c) 3 atau lebih yang

tergolong tinggi.

Untuk mengetahui nilai kekayaan digunakan indeks kekayaan jenis Menhinick 

(Menhinick’s index) (Ludwig & Reynold, 1988) dengan rumus sebagai berikut:

 R = S / √ n 

dimana R adalah indeks kekayaan Menhinick, S adalah jumlah jenis dalam PU, dan nadalah total individu seluruh jenis dalam PU.

Untuk mengetahui kemerataan jenis, marga atau suku pohon, indeks kemerataan

(evenness index) (Ludwig & Reynold, 1988) dapat digunakan dengan rumus sebagai berikut:

 E = H ‘ / ln (S )

dimana  E  adalah indeks kemerataan untuk jenis, marga atau suku, dan S  adalah

 jumlah jenis, marga atau suku yang dijumpai dalam PU.

Dalam rangka untuk mengetahui gambaran struktur hutan di lokasi penelitian,

dibuat distribusi pohon secara horizontal (sebaran horizontal) dan secara vertikal

(statifikasi) yang secara berturut–turut didasarkan klas diamater (selang 5 cm) dan

klas tinggi pohon (selang 1 m).

Page 7: Teknik Survey Dan Analisa Data

5/9/2018 Teknik Survey Dan Analisa Data - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survey-dan-analisa-data 7/10

 

Pelatihan Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan untuk Petugas/Penyuluh Kehutanan di Tanjung Pinang, 14-18 Maret 2008 

Onrizal. 2008. Teknik survey dan analisa data sumberdaya mangrove  7

Inventarisasi satwa

Pengamatan mamalia dan burung dilakukan dengan metoda line transect  

(Gambar 4) dengan panjang jalur minimal 2 km sebanyak 2 jalur dan observasi secara

acak (random walk ) pada daerah sekitarnya. Metoda line transect  dapat digunakan

untuk sensus berbagai jenis satwaliar, seperi burung (Bibby, 1992), primata dan

herbivora besar (Alikodra, 1993). Alat dan bahan utama yang dibutuhkan dalaminventarisasi satwa antara lain adalah GPS, meteran besar, peta, teropong dan buku

  pengenalan satwa (burung, primata, herbivora besar), dan tally sheet  (contoh tally

 sheet inventarisasi satwa pada Lampiran 4).

Pengamatan transek sebaiknya dilakukan pada pagi hingga siang hari (pkl.

06.00-13.00) dan pengamatan secara acak (random) dilakukan setelah pengamatan

transek selesai. Semua jenis hewan yang dijumpai secara langsung maupun indikasi

keberadaannya dicatat dalam buku catatan lapangan. Data yang dicatat dalam

 pengamatan transek ini antara lain waktu perjumpaan, lokasi perjumpaan, nama jenis,

  jarak pengamat dengan satwa (D), sudut, jumlah satwa yang ditemui (Z), jarak 

 perpendikular (Y), sebaran kelompok dan aktivitas dari satwa. Disamping itu, dicatat

  pula indikasi keberadaan satwa berupa kotoran (faeces), jejak, cakaran, sarang dansuara, yang merupakan metode pengamatan tidak langsung.

Gambar 4. Disain sederhana metoda line transect untuk pengamatan satwaliar.

Perhitungan populasi satwaliar pada petak ukur dilakukan dengan rumus sebagai

 berikut:

Y  X 

 Z  A P 

**2

*= atau

 D X 

 Z  A P 

**2

*=  

 Z 

 Dn Dn Dn D ii

)*(...)*()*(2211

+++=  

 Z 

Y nY nY nY  ii )*(...)*()*( 2211 +++=  

Keterangan:

P = populasi

A = luas wilayah yang disensus

X = panjang transek 

D = jarak pencatat dengan satwa

Y = jarak terpendek satwa dengan transek ( perpendicular distance)

ni = jumlah satwa yang terlihatZ = jumlah total satwa liar yang dijumpai

Keterangan: = posisi pencatat; = posisi satwa

D1  Y1

D2 Y2

Di Yi Garis transek 

Page 8: Teknik Survey Dan Analisa Data

5/9/2018 Teknik Survey Dan Analisa Data - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survey-dan-analisa-data 8/10

 

Pelatihan Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan untuk Petugas/Penyuluh Kehutanan di Tanjung Pinang, 14-18 Maret 2008 

Onrizal. 2008. Teknik survey dan analisa data sumberdaya mangrove  8

Untuk mengetahui keanekaragaman jenis satwaliar, digunakan indeks

keanekaragaman Shannon (Shannon’s index), seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya.

Pustaka

Aksornkoae, S. 1993. Ecology and management of mangrove. IUCN. Bangkok.Alikodra, H.S. 1993.   Pengelolaan satwaliar. Pusat Antar Universitas, Institut

Pertanian Bogor dan Lembaga Sumberdaya Informasi IPB. Bogor.

Bibby, C.J., N.D. Burgess, & D.A. Hill. 1992.   Bird census techniques. Academic

Press. London.

FAO. 1982. Management and utilization of mangrove in Asia and the Pacific. FAO

Environmental Paper No. 4. Rome.

Kusmana, C. 1997. Metode survey vegetasi. IPB Press. Bogor.

Ludwig, J.A., and J.F. Reynold. 1988. Statistical Ecology: a Primer on Methods and 

Computing . New York: John Wiley & Sons.

Macnae, W. 1968. A general account of fauna of the mangrove swamps of Inhaca

Island, Mocambique.  J. Ecol . 50 : 93 – 128.Onrizal & C. Kusmana. 2005.  Ekologi dan manajemen mangrove Indonesia. Buku

Ajar. Departemen Kehutanan FP USU. Medan.

Richards, P.W. 1975. The tropical rain forest . Cambridge Univ. Press. Cambridge.

Saenger, P. E.J. Hegerl, & J.D.S. Davie. 1983. Global status of mangrove ecosystems.

IUCN. Commision on Ecology Number 3.

Simon, H. 1996. Metoda inventore hutan. Aditya Media. Yogyakarta

Snedaker, S.C. 1978. Mangroves: their values and perpetuation. Nature and Resources

14: 6-13

Page 9: Teknik Survey Dan Analisa Data

5/9/2018 Teknik Survey Dan Analisa Data - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survey-dan-analisa-data 9/10

 

Pelatihan Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan untuk Petugas/Penyuluh Kehutanan di Tanjung Pinang, 14-18 Maret 2008 

Onrizal. 2008. Teknik survey dan analisa data sumberdaya mangrove  9

Lampiran 1. Tally sheet analisis vegetasi untuk tingkat pohon

  Nama Lokasi :

Posisi geografis : Altitude :

Awal transek : Awal : m dpl

Akhir transek : Akhir : m dpl

Ukuran transek : ..... m x ..... mUkuran petak : ..... m x ..... m

Surveyor :

Tanggal : No

S-PU Nama Jenis

Diameter 

(cm)

Tinggi Total

(m)

T.B Cabang

(m)Keterangan

Lampiran 2. Tally sheet analisis vegetasi untuk tingkat pancang

Ukuran petak : ..... m x ..... m

Surveyor :

Tanggal : No

S-PU

  Nama Jenis Jumlah Individu Keterangan

Lampiran 3. Tally sheet analisis vegetasi untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah

Ukuran petak : ..... m x ..... mSurveyor :

Tanggal : No

S-PU

  Nama Jenis Jumlah Individu Keterangan

Page 10: Teknik Survey Dan Analisa Data

5/9/2018 Teknik Survey Dan Analisa Data - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survey-dan-analisa-data 10/10

 

Pelatihan Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan untuk Petugas/Penyuluh Kehutanan di Tanjung Pinang, 14-18 Maret 2008 

Onrizal. 2008. Teknik survey dan analisa data sumberdaya mangrove  10

Lampiran 4. Tally sheet inventarisasi satwa

  Nama Lokasi :

Posisi geografis : Altitude :

Awal transek : Awal : m dpl

Akhir transek : Akhir : m dpl

Panjang transek (X) : ......... kmSurveyor :

Tanggal : No

S-PU Nama Jenis

Jumlah

Individu

D

(m)

Y

(m)Keterangan