TEKNIK PENCIPTAAN MAKE UP DAN KOSTUM PADA TOKOH PROFESOR NASKAH “PELAJARAN” KARYA EUGENE...
-
Upload
alim-sumarno -
Category
Documents
-
view
175 -
download
8
description
Transcript of TEKNIK PENCIPTAAN MAKE UP DAN KOSTUM PADA TOKOH PROFESOR NASKAH “PELAJARAN” KARYA EUGENE...
TEKNIK PENCIPTAAN MAKE UP DAN KOSTUM PADA TOKOH PROFESOR NASKAH “PELAJARAN” KARYA EUGENE IONESCO
SUTRADARA JIHAN KUSUMA WARDHANI
Nama : Dahlia WahyuniNama Pembimbing : Autar Abdillah, Sn., M.Si.
Abstrak
Menciptakan sebuah karya Make Up dan Kostum merupakan hal yang sangat penting untuk kita lestarikan dalam berproses. Penciptaan adalah rancangan dari hasil eksplorasi berdasarkan imajinasi dan proses praktek dalam bentuk Make Up dan Kostum. Make up adalah merancang sesuatu pada wajah untuk memperjelas atau menambahkan karakter seorang pemain di atas pentas. Kostum adalah pakaian atau busana yang indah dan istimewa, sehingga make up dan kostum sangatlah penting untuk membangun keperluan sang pemain dan menghidupkan sebuah permainan di atas pentas dengan karakter yang dimainkan.
Teknik penciptaan Make up yang digunakan adalah make up three-d (3 dimensi) dimana make up lebih fokus pada special efek yang timbul. Make up three-d (3 dimensi) ini adalah salah satu bagian dari jenis make up fantasi.
Tenik penciptaan make up dan kostum pada naskah “pelajaran” karya Eugene Ionesco adalah Teknik penciptaan Make up three-d (3 dimensi), yakni 1. Menggunakan make up three d atau 3 dimensi fantasi; 2. Mengetahui anatomi bentuk wajah sang actor; 3. Mengenali bahan dan alat make up yang digunkan; 4. Adanya pemilihan alat dan bahan yaitu: larex, tissue, kapas, lem bulu mata, cetakan latex yang tebuat dari gypsum dan malan; 5. Adanya proses eksplorasi dengan pelatihan satu bulan sekali, karena bahan pada make up three d adalah mengandung bahan kimia yang berbahaya terhadap kulit yang sensitive; 6. Menggambar sket wajah actor; 7. Proses penempelan latex pada kulit wajah dengan bentuk yang sudah ada, sesuai dengan perannya; 8. Menggunakan foundation dengan warna yang sesuai kulit actor; 9. Bedak padat dan tabur dengan menggunakan kuas finishing untuk meratakan bedak; 10. Eye shadow sesuai warna yang diinginkan, tergantung pada kebutuhan; 11. Pola pembuatan bentuk garis alis yang menggunakan pensil alis dengan warna hitam; 12. Menbutuhkan waktu yang sangat panjang.
Teknik penciptaan kostum pada naskah “pelajaran” karya Eugene Ionesco adalah 1. Mengenali bahan dan kain yang dibutuhkan; 2. Mengenali anatomi bentuk tubuh sang aktor; 3. Adanya tahapan eksplorasi dengan bentuk dan model kostum yang digunakan; 4. Menggambar desain kostum yang diinginkan.
Hal yang perlu diperhitungkan dalam make up three d atau 3 dimensi dan kostum yaitu jarak antara penonton yang ditonton dan intensitas penyinaran lampu, dengan memperhitungkan daerah pandang penonton yang mempunyai jarak antara 4 sampai 6 meter maka mempengaruhi tebal tipisnya make up.
Kata kunci: Teknik Penciptaan, Make up, Kostum, Tokoh Profesor.
Pendahuluan/Latar Belakang
Make up dan kostum merupakan hal yang pokok didalam artistik dan menjadi satu-
kesatuan pada sebuah pertunjukan seni. Menjadi seorang penata make up dan kostum harus
mengetahui anatomi bentuk wajah seorang pemain karena wajah merupakan anggota tubuh
ketika pertama kali disaksikan penonton. Anatomi wajah merupakan bagian-bagian bentuk, sifat
dan karakter seorang pemain, untuk mengetahui bagian luar dan dalam seseorang.
Penulis disini akan menciptakan teknik make up dan kostum berdasarkan bentuk anatomi
wajah dan tubuh seorang pemain. Jadi dalam karya seni pertunjukan teater nantinya penulis akan
menciptakan serta merancang bagaimana teknik penciptaan make up dan kostum pada tokoh
profesor dalam sebuah pertunjukan teater absurd dengan naskah “pelajaran” karya Eugene
Ionesco Sutradara Jihan Kusuma. Naskah tersebut adalah salah satu yang penulis terapkan dalam
sebuah karya penciptaan make up dan kostum, yang dibuat pada tahun 1950 dan dipentaskan
pada tahun 1951.
Alasanya pada naskah “pelajaran” ini menunjukkan sebuah pementasan yang jarang di
pentaskan dan bentuk make up juga jarang digunakan bahkan belum ada khusnya di jawa timur
itu sendiri naskah ini juga menunjukan gejala bahwa bahasa mulai kehilangan arti sebagai alat
komunikasi, bahkan mungkin komunikasi antar manusia sulit diselenggarakan (Bakdi Soemanto,
2001: 188). Berdasarkan pandangan penulis bila membandingkan dengan kebutuhan teater yang
dimanfaatkan di dalam Negeri tersebut, karena pendidikan teater di dalam Negeri melihat bahwa
teater adalah sesuatu yang tidak begitu penting untuk dipelajari dan masih dilengserkan bahkan
ditiadakan, seakan-akan hanya menjadi kegiatan pendidikan tambahan saja, misalnya ekskul
(ekstra kurikuler dan komunitas). Begitu juga dengan peran penata make up dan kostum,
perempuan pada saat ini yang sudah kehilangan proses ekplorasi melalui imajinasinya dalam
proses penggarapan teater untuk merias wajah dengan sedemikian rupa, seakan-akan keadaan
tersebut yang terjadi disebabkan karena tidak ada komunikasi dalam proses pembelajaran Artistik
yang mencakup beberapa bagian didalamnya, seperti tata lampu, tata rias dan busana, setting,
hand properti dan properti, musik, sebagaian masyarakat pecinta seni khusnya seni teater tersebut
menganggap bahwa artistik tidak terlalu penting, bahkan artistik dianggap sebagai pelengkap
saja. Ungkapan di atas penulis jadikan spirit untuk mengeksplorasi berbagai macam metode demi
mewujudkan penciptaan serta merancang make up dan kostum dalam pementasan yang sesuai
dengan keinginan penulis. Adapun keinginan penghadiran dalam sebuah pertunjukan tersebut
menciptakan bentuk make up three-d (3 dimensi)) yang dimana make up tersebut lebih fokus
pada special efek yang timbul, make up three-d (3 dimensi) ini adalah salah satu bagian dari jenis
make up fantasi yang lahir dari proses imajinasi berdasarkan metode yang memilki simbol dan
makna, misalnya; Professor menggunakan make up three-d (3 dimensi) dan kostum dengan
simbol Ilmu Pengetahuan, Pembantu make up three-d (3 dimensi) dan kostum dengan simbol
Media (senjatata) yang mengarah pada kejahatan, dan Murid make up three-d (3 dimensi) dan
kostum dengan simbol Korban Ilmu Pengetahuan (Masyarakat dan Bendera Negara).
Konsep Garap
Fokus Karya
Berdasarkan fenomena yang terjadi diatas dengan tema Ilmu Pengetahuan, akhirnya
penulis lebih memfokuskan pada karya seni pertunjukan, bagaimana bentuk pertunjukan teater
absurd pada naskah “Pelajaran” karya Eugene Ionesco Sutradara Jihan Kusuma Wardhani pada
bagian make up dan kostum. Fokus karya yang penulis terapkan yaitu, Bagaimana teknik
penciptaan make up dan kostum pada tokoh profesor naskah “Pelajaran” karya Eugene Ionesco
Sutradara Jihan Kusuma Wardhani dalam sebuah pertunjukan, sehingga make up dan kostum
yang digunakan terlihat sempurna, nyata, dan berbeda dengan make up yang ada pada
pertunjukan lainnya.
Sumber Garapan
Pada penciptaan make up dan kostum penulis melakukan pendekatan pada kajian buku-
buku absurd, make up, kostum, observasi, imajinasi, proses, pencarian jenis make up dan kostum
pada film-film zombie, kartun, badut, tokoh-tokoh profesor dan lain-lain. Hal demikian
dilakukan dengan tahapan pembelajaran melalui proses dan pencarian untuk mencari informasi
masalah make up dan kostum di ISI jogja dan berkunjung pada orang-orang penata make up dan
kostum yang profesional dengan mencari refrensi dokumentasi berupa foto dan praktek.
Tipe / Jenis Karya
Jenis karya pada make up dan kostum yaitu make up three-d (3 dimensi), karakter dan
fantasi yang mengarah pada spesial efek yang timbul, dengan bentuk pertunjukan teater absurd
yang melebih-lebihkan, adanya simbol dan makna yang akan disampaikan pada make up dan
kostum yang digunakan salah satu aktor yaitu profesor dimana aktor tersebut adalah sebagai
aktor utama. Penedekatan make up dan kostum penulis lakukan pada era 1950-an yang diciptakan
oleh sutradara dan penata yaitu pada zaman perang dunia II, nazi, dan masa kini sesuai dengan
imajinasi dan kebutuhan penata make up dan kostum.
Metode Penciptaan
Rangsang Awal
Artistik dalam sebuah konsep pertunjukan sangat berperan penting, namun penata artistik
sering diidentikkan atau sering disebut sebagai tukang. Terutama di Surabaya penata artistik
masih dianggap sebelah mata atau sering disamakan dengan seniman seni rupa. Sudah diketahui
oleh umum bahwa seni panggung atau seni rupa panggung telah berdiri sendiri. Alasan itulah
yang mendasari penulis untuk memilih teknik penciptaan make up dan kostum pada aktor
profesor sebagai bahan penelitian. Tujuannya agar seni panggung, khususnya make up dan
kostum semakin berkembang pesat dan memiliki peran sebagaimana mestinya.
Naskah“PELAJARAN”Karya Eugene Ionesco
Art DirectorMempelajari Naskah, Diskusi Dengan Sutradara, Diskusi Dengan Tim Artistik (Make Up dan Kostum)
Make UpData VisualData VerbalMempelajariAnatomi BentukWajah Sang AktorMenggambarWajah(Sket Wajah)MempersiapkanPeralatan danBahan Make UpDesain Make Up dari Setiap Tokoh
KostumData VisualData VerbalMempelajari Anatomi bentukTubuh Sang AktorMenggambarWajah (Sket Wajah)Mempersiapkan Peralata dan Bahan KostumDesain Kostum
Naskah “pelajaran” ini pada dasarnya memang membuat cuplikan kegiatan proses belajar
mengajar seorang murid perempuan dan seorang profesor, adapun sistem pembelajaran tersebut
dalam bentuk privat. Murid perempuan yang akan menempuh ujian doktoral dalam bidang umum
datang untuk belajar ke rumah seorang Profesor yang dianggapnya menguasai semua bidang ilmu
pengetahuan dan mampu membantunya untuk mengikuti ujian doktoralnya. Saat proses belajar
mengajar tersebut penonton akan menyaksikan suatu proses belajar mengajar fiksional yang
diangkat dari peristiwa faktasional yang dijadikan sebagai simbol dari kehidupan manusia yang
mempelajari ilmu pengetahuan dari segi make up dan kostum.
Kerangka Berpikir dapat digambarkan sebagai Berikut:
Pengaplikasian Terhadap Pementasan
Make up: Melaksanakan make up sesuai desain
Kostum: Melaksanakan kostum sesuai desain dan kebutuhan pementasan.
Konsep Penciptaan
Penentuan Judul dan Sinopsis
Judul dalam kamus bahasa indonesia, kata "ciptaan" kemampuan pikiran untuk
mengadakan sesuatu yang baru, angan-angan berdasarkan imajinasi, “mencipta” memutuskan
pikiran atau kemampuan pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru; angan-angan dan impian
yang kreatif diperlukan fantasi, “menciptakan” menjadikan sesuatu yang baru dan belum pernah ada,
sedangkan “penciptaan” adalah proses, cara, perbuatan menciptakan. Make up dan kostum sering
juga dikenal dengan penataan tata rias dan busana yang dikenakan oleh seorang pemain (aktor) di
atas pentas. Make berarti membuat dan Up berarti muncul. Make up adalah membuat sesuatu
pada wajah dengan mengubah anatomi bentuk wajah yang asli, tujuannya untuk memunculkan
karakter tokoh lebih jelas. Kostum adalah busana atau pakaian yang istimewa. biasanya kostum
dikenakan pada saat tertentu saja dan mempengaruhi identitas (sosial dan kultur) sang pemain (N.
Riantiarno, 2003; 72-73).
Sinopsis dalam naskah “Pelajaran” ini adalah ”Berhati-hatilah menggunakan bahasa, agar
bahasa tidak mengantarkanmu kepada binatang buas. Salah satu dari anggapan kasar rakyat,
jangan di kacaukan dengan pengalaman paradoks, suatu omong kosong, salah satu dari ke
isengan kodrat manusian ialah Naluri, sederhana sekali bukan satu kata yang mempermainkan
kita disisni”.
Teknik
Tata Rias (Make Up) Pendekatan Teknik Make Up Dari Segi Fungsi:
a. Menyempurnakan penampilan wajah. Penyempurnaan wajah dilakukan pada pemain
yang secara fisik telah sesuai dengan tokoh yang dimainkan pada pertunjukan
“pelajaran”.
b. Menggambarkan karakter tokoh. Make up berfungsi melukiskan watak tokoh dengan
mengubah anatomi bentuk wajah pemeran menyangkut aspek umur, ras, anatomi
bentuk wajah, dan tubuh.
c. Memberi efek gerak dan timbul pada ekspresi pemain. Make up berfungsi menegaskan
garis-garis yang timbul pada wajah sang pemain dengan karakter yang dibutuhkan,
sehingga saat berekspresi muncul efek gerak dan timbol yang tegas dan dapat
ditangkap serta dimengerti oleh penonton.
d. Menghadirkan garis wajah sesuai dengan tokoh. Fungsi garis tidak sekedar
menegaskan, tetapi juga menambahkan sehingga terbentuk tampilan yang berbeda
dari wajah asli pemain.
e. Menambah aspek dramatik. Make up bisa memberikan efek dramatik dari peristiwa-
peristiwa yang terjadi dengan menciptakan efek tertentu sesuai dengan kebutuhan.
Pendekatan Teknik Make Up Dari Segi Jenis
a. Make Up korektif
b. Make Up karakter
c. Make Up fantasi bagian dari Make Up dimensi
Hal tersebut merupakan suatu bentuk make up yang bersifat menyempurnakan (koreksi).
Make up ini menyembunyikan kekurangan-kekurangan yang ada pada wajah dan menonjolkan
hah-hal yang menarik dari wajah. Kenali kekurangan dan kelebihan wajah, kenali karakter tokoh
dengan baik, koreksi wajah pemain sesuai karakter tokoh, perhatikan jarak pemain dengan
penonton, kuasai bahan kosmetik dan peralatan melalui anatomi bentuk wajah.
Tata Busana (Kostum)
Pendekatan Teknik Kostum Dari Segi Fungsi:
a Menggambarkan karakter tokoh. Perbedaan karakter dalam kostum dapat
ditampilkan melalui model, bentuk, warna, motif, dan garis yang diciptakan.
b Memberikan ruang gerak pemain. Pemain memiliki bentuk dan karakteristik yang
berbeda dan membutuhkan bentuk dan gaya kostum yang berbeda.
c Memberikan efek dramatik. Gerak pemain akan lebih ekspresif dan dramatik dengan
adanya kostum.
d Memberikan pewarnaan berdasarkan teori dengan makna dan simbol.
(Eko Santoso, 2008: 311).
Pendekatan teknik penataan kostum dari segi tipe kostum:
Kostum Historis, yaitu corak kostum yang spesifik untuk periode-periode berdasar
sejarah dari kejadian lakon. Misalnya kostum pada jaman Napoleon, kostum pada jaman Gajah
Mada (Majapahit) agak berbeda dengan jaman Mataram.dalam hal ini penulis membawa pada era
perang dunia II, nazi dan masa kini (Adhy Asmara, 1979: 108).
Proses Penciptaan Make up dan Kostum
Eksplorasi dan Kerja Studio
Setelah menganalisa naskah, dan melakukan diskusi dengan sutradara maka seorang
penata make up dan kostum melakukan sebuah pendekatan atau eksplorasi untuk kemudian
masuk pada wilayah penggarapan. Adapun eksplorasi yang penulis lakukan, sebagai berikut:
Tata Make up
Proses eksplorasi dari segi make up dilakukan dengan membiasakan para aktor untuk
menggunakan make up sesuai dengan tokoh, misalnya: pada tokoh profesor yang merupakan
seorang psikopat dengan umur 150 tahun maka dia membiasakan untuk menggukan bentuk
wajah yang mengeriput dengan rambut yang berantakan dan berdiri tegak. Selama proses dalam
tahapan imajinasi dan ekplorasi make up berdasarkan teori dan pengetahuan:
Salah satu contoh step-step cara pembuatan Make Up Three-d
Pada Tokoh Profesor yang diperankan oleh Rocy Marciano
a. Bahan dan cetakan latex yang dibutuhkan
Make Up Profesor
Gambar 2.Make up Profesor sebelum, sketsa
(Dok. Penulis, 2013)
Tokoh profesor merupakan salah satu simbol dari otak pikiran manusia menuju
ilmu pengetahuan, dilihat dari bentuk visual kostum dan make upnya, jadi adanya
perubahan dan pembenahan dari evaluasi tahap I menuju tahao evaluasi tahap dua.
1 Tahap Pertama : Membersihkan wajah dengan pembersih
Segarkan wajah dengan penyegar yang dituangkan pada kapas dan di
bilas dengan tissu basah.
2 Kedua : Proses menempelkan cetakan latex yang sudah jadi pada bagian wajah yang
perlu adanya penambahan dalam karakter sang tokoh, dengan cara
menempelkan dengan lem bulu mata lalu tempelakan kapas pada bagian yang
ingin di tambahkan misalnya pada hidung kemudian lapisi dengan tissu
kering, bentuk kapas dengan tissu hingga menyerupai bentuk dahi pipi dan
hidung aslinya.
3. Memakaikan alas bedak dengan saput bedak yang dibasahi, campurkan dengan alas
bedak lalu usapkan dengan cara ditepuk-tepukkan pada wajah hingga merata.
Pemakaian bedak tabur dengan cara ditepuk-tepukkan juga pada wajah
4. Mengaplikasikan eye shadow bubuk warna yang ditentukan pada kelopak mata.
Menggunakan pensil mata warna hitam untuk membuat cekungan pada sudut luar
kelopak mata dengan ditarik lurus ke sudut alis. Ratakan dengan kuas eye shadow.
5. Mengkombinasikan eye shadow warna coklat diatas cekungan sudut luar kelopak mata.
Memoleskan eye shadow warna diatas eye shadow warna coklat lurus menuju sudut alis
agar warna lebih menyatu dengan warna yang sudah di tentukan dan dipadukan dengan
warna biru, merah dan coklat.
6. Eye liner pensil pada mata bagian bawah Melukis alis sesuai dengankarakter tokoh
yang akan di perankan.
7. Memoleskan eye shadow coklat untuk membuat shading pada samping kanan-kiri
hidung. Memoleskan eye shadow warna putih pada tengah-tengah hidung untuk
membuat highlight agar hidung nampak lebih mancung.
8. Memoleskan blush on dibawah tulang pipi agar bentuk wajah nampak bulat.
9. Meratakan bedak padat pada wajah dengan cara ditepuk-tepukkan agar kulit nampak
lebih padat. Menggunakan kuas finishing untuk meratakan bedak.
10. Menggunakan lipstik warna merah untuk membuat garis bibir. Memoleskan lipstik
warna merah pada bibir
Tata kostum
Proses eksplorasi dari segi kostum dilakukan dengan membiasakan actor untuk
menggunakan kostum yang mendekati gambaran kostum yang hendak digunakan pada
pementasan. Misalnya pada tokoh profesor, pembantu dan murid dibiasakan menggunakan
kostum yang sesuai dengan karater tokoh dan simbol yang dilontarkan pada penonton maksud
simbol dari kostum tersebut adalah:
a. Profesor menggunakan kostum besar dengan perpaduan warna-warna putih
tulang, merah dan ungu muda yang dimana artinya adalah, kekuasaan,
penguasa, dengan arti warna-warna yang selaras, seperti warna putih tulang
dengan corak-carok merah yang menggambarkan otak manusia denangan
simbol Ilmu Pengetahuan, merah menggambarkan kekerasan, kekuasaan dan
lain-lain.
Gambar 3. Kostum Profesor
Sketsa, simbol dan hasil penciptaan
Bahan yang diperlukan yaitu:
1. Desain atau sket baju yang sudah jadi.
2. Siapkan peralatan pengukuran untuk mengukur panjang, lebar dan besar kecilnya
sang aktor.
3. Siapkan kain yang baik dan kain yang tidak panas, kain yang penulis gunakan yaitu
kain katun yang dingin dengan ukuran panjang dan lebar kain 3 meter.
4. Kain saten yang dingin dengan warna ungu
5. Kain tambahan sebagai accecories.
6. Sediakan peralatan untuk membuat topi sebagai accecories kostum, seperti: spon ati
yang berwarna putih dengan ukuran 4 mili tebal tipisnya spon, kain yang berwarna
orange dan biru.
7. Sedikan spon busa untuk membuat sepatu yang digunakan oleh sang tokoh profesor,
dengan ukuran 5 mili, dan sediakan cat warna dengan menggunakan pigment, kuas,
air prof, lem G, lem bakar (lem tembak), dan pilog dengan warna merah, putih sesuai
dengan simbol dan makna yang dinginkan.
8. Lalu buatlah cetakan sesuai ukuran dan bentuk yang di inginkan.
Deskripsi karya
Pada Make up dan kostum dalam suatu karya seni pertunujukan teater absurd berfungsi
untuk memperjelas dan menjadikan satu-kesatukan demi keutuhan dan kesempurnaan dalam
sebuah pertunjukan, hal tersebut merupakan sebuah karya seni pertunjukan teater absurd yang di
sajikan dengan adanya simbol kehidupan manusia yang sesungguhnya, melalui ilmu pengetahuan
dengan kata lain karya make up dan kostum lebih menekankan pada suasana, konflik kejadian
pada saat itu. Seperti pada make up dan kostum profesor menggunakan simbol ilmu pengetahuan,
pembantu menggukan media (senjata, bom, dan lain-lain) menuju pada kejahatan, murid
menggunakan simbol korban ilmu pengetaguan.
Kesimpulan
Tenik penciptaan make up dan kostum pada naskah “pelajaran” karya Eugene Ionesco
adalah
Teknik penciptaan Make up three-d (3 dimensi)
1. Menggunakan make up three d atau 3 dimensi fantasi.
2. Mengetahui anatomi bentuk wajah sang aktor.
3. Mengenali bahan dan alat make up yang digunkan
4. Adanya pemilihan alat dan bahan yaitu: larex, tissue, kapas, lem bulu mata, cetakan
latex yang tebuat dari gypsum dan malan.
5. Adanya proses eksplorasi dengan pelatihan satu bulan sekali, karena bahan pada make
up three d adalah mengandung bahan kimia yang berbahaya terhadap kulit yang
sensitif.
6. Menggambar sket wajah aktor.
7. Proses penempelan latex pada kulit wajah dengan bentuk yang sudah ada, sesuai
dengan perannya.
8. Menggunakan foundation dengan warna yang sesuai kulit aktor.
9. Bedak padat dan tabur dengan menggunakan kuas finishing untuk meratakan bedak.
10. Eye shadow sesuai warna yang diinginkan, tergantung pada kebutuhan.
11. Pola pembuatan bentuk garis alis yang menggunakan pensil alis dengan warna hitam.
12. Menbutuhkan waktu yang sangat panjang.
Teknik penciptaan kostum pada naskah “pelajaran” karya Eugene Ionesco adalah
1. Mengenali bahan dan kain yang dibutuhkan.
2. Mengenali anatomi bentuk tubuh sang actor.
3. Adanya tahapan eksplorasi dengan bentuk dan model kostum yang digunakan.
4. Menggambar desain kostum yang diinginkan.
Hal yang perlu diperhitungkan dalam make up three d atau 3 dimensi dan kostum yaitu
jarak antara penonton yang ditonton dan intensitas penyinaran lampu, dengan
memperhitungkan daerah pandang penonton yang mempunyai jarak antara 4 sampai 6
meter maka mempengaruhi tebal tipisnya make up.
Saran
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman banyak sekali jenis dan tipe hasil karya seni
pertunjukan pada kajian make up dan kostum, dengan demikaian penata menghadirkan jenis
make up dan kostum yang masih belum di angkat dalam sebuah hasil karya tersebut yang penulis
ciptakan adalah salah satu metode pembelajaran yang baru, sehingga memberikan motifasi dan
menjadikan penata make up dan kostum yang handal, profesioanal dan tidak di pandang sebelah
mata.
Maka dari itu penulis sarankan, belajarlah dari pengalaman dengan motifasi yang tinggi,
demi kemampuan yang ada pada diri sang seniman, berkaryalah demi menunjang kemampuan
yang dimiliki, agar mengasilkan karya yang bagus dan dijadikan contoh atau spirit dalam
masyarakat umum, khususnya di Jawa Timur.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi Hasan, DKK. 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Pusat Bahsa
Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka Jakarta.
Corson Richard. 1970, Stege Make Up, Three-Dimensional, Printed In The United States Of
America
Esslin, Martin terjemahan Abdul Mukhid. 2008, Teater Absurd. Terbitan Pustaka Banyumili
Mojokerto.
film, Yogyakarta: Multa Media Trening Center (MMTC).
Lee Baygan. 1982, Make Up for Theatre, film, and television, A & Black London Drama
Book Publishrs-New York.
Ny. Djen Moch. Soerjopranoto dan Ny. Titi Poerwosoenoe. 1984, Tata Rias Wajah Siang,
Sore, Malam, Panggung Dan Fantasi, Penerbit Karya Utama.
Padmodarmaya, Pramana. 1988, Tata Dan Teknik Pentas, Terbitan Balai Pustaka Jakarta.
Riantiarno. N, 2008. Kitab Teater Tanya Jawab, Penerbit: MU:3 Book.
Soemanto, Bakdi. 2001, Jagat Teater, terbitan Media Pressindo Yogyakarta.
Wasitaatmadja, Sjarif M. 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Penerbit Universitas
Indonesia.
Hasanuddin, WS. 2009, Drama Karya Dalam Dua Dimensi (Kajian Teori, Sejarah, dan
Analisis), Penerbit Angkasa Bandung.