TEKNIK PENANGKARAN DAN AKTIVITAS HARIAN JALAK BALI ... · Populasi jalak bali di alam banyak ......
Transcript of TEKNIK PENANGKARAN DAN AKTIVITAS HARIAN JALAK BALI ... · Populasi jalak bali di alam banyak ......
TEKNIK PENANGKARAN DAN AKTIVITAS HARIAN JALAK BALI (Leucopsar rotschildii Stresemann 1912)
DI PENANGKARAN UD ANUGRAH, KEDIRI JAWA TIMUR
ADITYA SAIFUL AZIS
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
TEKNIK PENANGKARAN DAN AKTIVITAS HARIAN JALAK BALI (Leucopsar rotschildii Stresemann 1912)
DI PENANGKARAN UD ANUGRAH, KEDIRI JAWA TIMUR
ADITYA SAIFUL AZIS
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
RINGKASAN
ADITYA SAIFUL AZIS. Teknik Penangkaran dan Aktivitas Harian Jalak
Bali (Leucopsar rotschildii Stresemann 1912) di Penangkaran UD. Anugrah,
Kediri Jawa Timur. Dibimbing oleh BURHANUDDIN MASY’UD dan
ERNA SUZANNA.
Jalak bali (Leucopsar rotschildii Stresemann 1912) merupakan satwa yang sangat populer di kalangan masyarakat. Populasi jalak bali di alam banyak
dilakukan perburuan sehingga populasi di habitat aslinya menurun. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pelestarian yaitu melalui penangkaran. Salah satu aspek penting dalam menangkarkan jalak bali adalah mengetahui aktivitasnya dengan
mengetahui aktivitasnya maka kesehatan, pola makan dan perkembangbiakan dapat dipantau.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari teknik penangkaran, mengidentifikasi ukuran keberhasilan penangkaran dan mengamati aktivitas harian jalak bali. Penelitian dilakukan di Penangkaran UD Anugrah yang berlokasi di Kediri, Jawa Timur pada bulan Juni-Juli 2012. Alat yang digunakan antara lain kamera digital, alat tulis, tallysheet, panduan wawancara, stopwatch, termometer dry and wet serta jalak bali dan pengelola Penangkaran UD Anugrah sebagai objek penelitian. Teknik penangkaran dianalisis secara deskriptif, ukuran keberhasilan penangkaran dan aktivitas harian dianalisis secara kuantitatif.
Jenis kandang yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah terdiri dari kandang pembesaran, kandang kawin, kandang soliter dan inkubator. Fasilitas
dalam kandang antara lain tempat bertengger, tempat makan dan minum. Kegiatan perawatan kandang dilakukan setiap hari dan penyemprotan cairan desinfektan
setiap satu bulan sekali. Jenis penyakit yang pernah diderita jalak bali adalah diare. Kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran UD Anugrah dapat dikategorikan berhasil, dengan tingkat perkembangbiakan induk jalak bali bernilai
tinggi (65%), daya tetas telur sedang (50%) dan angka kematian rendah (25%). Secara sosial juga dinyatakan berhasil dengan melibatkan masyarakat sekitar
sebagai keeper dan penyedia pakan. Terdapat 19 aktivitas yang dilakukan oleh jalak bali di Penangkaran UD Anugrah. Jenis aktivitas yang dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin pada jalak bali adalah aktivitas bertelur yang
hanya dilakukan oleh individu betina.
Kata kunci : Aktivitas harian, jalak bali, penangkaran.
SUMMARY
ADITYA SAIFUL AZIS. Captive Breeding Technique and Daily Activities of
Bali Starling (Leucopsar rotschildii Stresemann 1922) in UD Anugrah, Kediri
East Java. Under Supervision of BURHANUDDIN MASY’UD and ERNA
SUZANNA
Bali starling (Leucopsar rotschildii Stresemann 1922) is a popular species among people. Population of bali starling in the natural habitat had decreased due
of hunting activities. It is necessary to the preservation through captive breeding. One important aspect is knowing bali starling activities, knowing activities from bali starling can monitoring health, diet and breeding.
This research was aimed to study captivie breeding techniques, identify measures of success and observe the daily activities of the bali starling. The
research was conducted in UD Anugrah located in Kediri East Java on June-July 2012. Instrument used include digital camera, stationery, tally sheet, interview guide, stopwatch, dry and wet thermometer and object of the research was bali
starling and manager from UD Anugrah. The data of captive breeding techniques was analyzed descriptive, measures of success from UD Anugrah and daily
activities were quantitative analysis. The kind of cage in UD Anugrah consisted of display cage, reproduction
cage, solitary cage and incubator. Facilities provided in the cage were among
other perch place and places to eat and drink. The cage was regularly cleaned once a day and sprayed with disinfectant once a month. Types of disease that had bali starling in UD Anugrah was diarrhea. Activity of captive breeding from UD
Anugrah can be categorized success were reproduction level high (65%), moderate egg hatching rate (50%) and low mortality (25%). Socially also declared
a success by involving the local community as a keeper and feed providers. There are 19 activities performed by bali starling in UD Anugrah. Type of activity that can be used to distinguish the sex of bali starling was nesting activity performed
by female individual.
Keywords: Bali starling, captive breeding, daily activities
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Teknik
Penangkaran dan Aktivitas Harian Jalak Bali (Leucpsar rotschildii
Stresemann 1912) di Penangkaran UD Anugrah, Kediri Jawa Timur” adalah
benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan
belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga
manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2013
Aditya Saiful Azis
E34080100
Judul Skripsi : Teknik Penangkaran dan Aktivitas Harian Jalak Bali
(Leucopsar rotschildii Stresemann 1922) di Penangkaran UD
Anugrah Kediri Jawa Timur
Nama : Aditya Saiful Azis
NIM : E34080100
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS.
NIP. 19581121 198603 1 003
Mengetahui
Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS.
NIP. 195809 15 198403 1 003
Tanggal lulus :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridhoNya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: ”Teknik Penangkaran dan
Aktivitas Harian Jalak Bali (Leucopsar rotschildii Streseman 1912) di
Penangkaran UD. Anugrah, Kediri Jawa Timur”, disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
Karya ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan dan kerjasama dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir.
Burhanuddin Masyud, M.S. dan Dr. drh. Erna Suzanna, M. Sc. selaku dosen
pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada pengelola
Penangkaran UD. Anugrah. Tak lupa pula ucapan terima kasih penulis ucapkan
kepada seluruh keluarga dan sahabat atas dukungan, do’a dan kasih sayangnya.
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai informasi bagi
upaya pengembangan penangkaran jalak bali khususnya di penangkaran UD.
Anugrah. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
Bogor, Januari 2013
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sidoarjo, Jawa Timur pada tanggal
29 Mei 1990. Penulis adalah anak pertama dari empat
bersaudara yang terlahir dari kedua orang tua bernama Ir.
Tatok Subiantoro, M.Si. (ayah) dan Dra. Emmy
Trisnaningsih (ibu). Penulis memulai pendidikan formal
di Sekolah Dasar Pengadilan 5 Bogor tahun 1996-2002,
dilanjutkan dengan Sekolah Menengah Pertama di
SLTPIT Ummul Quro lulus tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas di SMA
Plus Bina Bangsa Sejahtera lulus tahun 2008. Penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor dengan Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) dan diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan.
Penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan selama diperkuliahan seperti
Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
(HIMAKOVA) sebagai pengurus bidang Kelompok Pemerhati Mamalia (KPM-
Tarsius) tahun 2010-2011. Penulis juga mengikuti berbagai macam Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) seperti UKM Basket pada tahun 2008-2010 dan UKM
Capoeira pada tahun 2008-2009.
Penulis mempunyai pengalaman lapang meliputi Eksplorasi Flora dan
Fauna Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Gunung Burangrang Purwakarta
(2010), Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Papandayan-Sancang
Timur (2010), Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung
Walat Sukabumi, Jawa Barat (2011) serta Praktek Kerja Profesi (PKLP) di Taman
Nasional Baluran, Jawa Timur (2012). Sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Institut Pertanian Bogor, penulis
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Teknik Penangkaran dan Aktivitas Harian
Jalak Bali (Leucopsar rotschildii Stresemann 1912) di Penangkaran UD Anugrah,
Kediri Jawa Timur” di bimbing oleh Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS. dan Dr.
drh. Erna Suzanna, M.Sc.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat,
hidayah dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Selama penyusunan
skripsi ini penulis telah banyak dibantu oleh berbagai pihak, baik secara moril
maupun materil. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak dan mama tercinta yaitu Bapak Ir. Tatok Subiantoro, M.Si. dan Ibu
Dra. Emmy Trisnaningsih serta adik-adikku Fadjar Ahmad Hanafi, Widya
Lestari dan Karina Puspa Ayu Wulandari yang senantiasa memberikan
kasih sayang, doa, semangat dan dukungan sampai pada saat ini.
2. Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS. dan Dr. drh. Erna Suzanna, M.Sc.
selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, ilmu, saran, semangat serta nasehatnya dalam
proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
3. Resti Meilani, S.Hut. M.Si. selaku moderator dalam seminar, Dr. Ir. Siti
Badriyah Rushayati, M.Si. selaku ketua sidang komprehensif dan Dr. Ir.
Omo Rusdiana, M.Sc. selaku dosen penguji pada sidang komprehensif.
4. Pihak pengelola Penangkaran UD Anugrah atas ketersediaannya
memberikan segala informasi kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian ini.
5. Angga Prayana, S.Hut. dan Belinda Dwi Yunanti, S.Hut. yang telah
memberikan masukan dalam skripsi ini.
6. Ade Rahma Hidayati, S.Hut. yang telah bersedia sebagai tim sukses dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Para sahabat yang telah menemani penulis selama masa kuliah: Gagan
Hangga Wijaya, S.Hut., Robinson dan Setiawan.
8. Keluarga besar KSHE 45 atas segala kebersamaan, kekompakan dan
pengalaman yang telah dilalui.
9. Ayu Novita Sari atas segala perhatian, semangat, saran dan kritikan
kepada penulis selama masa kuliah di KSHE.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................... 2
1.3 Manfaat ......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi ................................................................................... 4
2.2 Morfologi .................................................................................... 4
2.3 Reproduksi ................................. ................................................. 6
2.4 Habitat dan penyebaran ................................................................ 6
2.5 Populasi ....................................................................................... 7
2.6 Teknik penangkaran ..................................................................... 8
2.7 Aktivitas harian ............................................................................ 9
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 11
3.2 Alat dan bahan .............................................................................. 11
3.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data .......................................... 11
3.4 Analisis Data ................................................................................ 17
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah dan Tujuan ...................................................................... 20
4.2 Letak Penangkaran ....................................................................... 20
4.3 Kondisi Biologi ............................................................................ 20
4.4 Struktur Organisasi ....................................................................... 21
4.5 Aksesibilitas ................................................................................. 21
iv
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Teknik Penangkaran ..................................................................... 22
5.2 Ukuran Keberhasilan dalam Kegiatan Penangkaran Jalak Bali
di Penangkaran UD Anugrah ....................................................... 46
5.3 Aktivitas Harian ........................................................................... 48
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 64
6.2 Saran ............................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 65
LAMPIRAN .................................................................................................. 69
v
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Ciri-ciri morfologi yang membedakan jantan dan betina .................... 5
2. Perbedaan antara penangkaran dalam rangka budidaya dan
konservasi ............................................................................................. 8
3. Jenis data dan metode pengambilan data ............................................. 17
4. Beberapa jenis burung yang ditangkarkan di Penangkaran
UD. Anugrah ....................................................................................... 21
5. Populasi jalak bali tahun 2012 berdasarkan kelas umur ..................... 23
6. Jenis, ukuran, konstruksi dan unit kandang jalak bali di Penangkaran
UD. Anugrah ....................................................................................... 25
7. Sarana kandang jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ................... 28
8. Persentase jumlah pakan jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ..... 34
9. Jenis dan jumlah pakan yang diberikan per pasang jalak bali di
penangkaran ........................................................................................ 35
10. Kandungan gizi pakan jalak bali yang berada di Penangkaran
UD. Anugrah ....................................................................................... 36
11. Riwayat penyakit yang pernah diderita jalak bali di Penangkaran
MBOF ................................................................................................. 38
12. Ciri-ciri morfologi jalak bali jantan dan jalak bali betina di
Penangkaran UD. Anugrah ................................................................. 40
13. Persentase dan kriteria tingkat daya tetas telur, perkembangbiakan
dan angka kematian jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ............ 46
14. Perbedaan karakteristik aktivitas harian antara jalak bali jantan dan
jalak bali betina berdasarkan hasil uji X2 ............................................ 50
vi
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Sepasang jalak bali jantan dan betina................................................... 5
2. Pihak TNBB menukarkan jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah .... 23
3. Kandang pembesaran di Penangkaran UD. Anugrah ........................... 26
4. Kandang kawin di Penangkaran UD. Anugrah ................................... 26
5. Kandang soliter di Penangkaran UD. Anugrah .................................... 27
6. Inkubator di Penangkaran UD. Anugrah ............................................. 28
7. (a) Tempat pakan dan tempat minum .................................................. 29
(b) Tempat mandi ................................................................................ 29
8. Kotak sarang di Penangkaran UD. Anugrah ....................................... 29
9. Kegiatan perawatan kandang di Penangkaran UD. Anugrah .............. 30
10. Suhu udara kandang di Penangkaran UD. Anugrah ............................ 31
11. Kelembaban udara kandang di Penangkaran UD. Anugrah ................ 31
12. (a) Pakan utama di Penangkaran UD. Anugrah .................................. 33
(b) Pakan tambahan di Penangkaran UD. Anugrah ............................. 33
13. Obat-obatan dan multivitamin jalak bali di Penangkaran
UD. Anugrah ....................................................................................... 39
14. Jalak bali jantan dan jalak bali betina ................................................. 41
15. Piyik jalak bali di inkubator Penangkaran UD. Anugrah .................... 43
16. (a) Cincin pada jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah .................... 45
(b) Sertifikat penjualan jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ........ 45
17. Persentase aktivitas harian jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah .. 49
18. Aktivitas bersuara jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ............... 51
19. Aktivitas bergeser jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ............... 53
20. Aktivitas menelisik bulu jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ..... 54
21. Aktivitas terbang jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ................. 55
22. Aktivitas diam jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ..................... 56
23. Aktivitas makan jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah .................. 57
24. Aktivitas minum jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ................. 58
25. Aktivitas mandi jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah ................... 59
26. Aktivitas saling mendekat antar jalak bali di Penangkaran
UD. Anugrah ....................................................................................... 61
vii
27. Aktivitas saling menelisik tubuh jalak bali di Penangkaran
UD. Anugrah ....................................................................................... 62
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Panduan wawancara faktor-faktor penentu keberhasilan
dalam kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran
UD. Anugrah ........................................................................................ 70
2. Panduan wawancara dengan pengelola UD. Anugrah ......................... 71
3. Suhu dan kelembaban udara di Penangkaran UD. Anugrah ................ 73
4. Lama waktu aktivitas harian jalak bali jantan ...................................... 74
5. Lama waktu aktivitas harian jalak bali betina ..................................... 75
6. Hasil perhitungan uji khi kuadrat aktivitas melompat pada jalak bali
terhadap jenis kelamin ......................................................................... 76
7. Perhitungan persentase daya tetas telur, perkembangbiakan
induk dan angka kematian piyik di Penangkaran UD. Anugrah ......... 77
8. Keputusan Kepala Balai Besar KSDA Alam Jawa Timur mengenai
pemberian izin kepada Penangkaran UD. Anugrah sebagai
pengumpul/pengedar jalak bali ........................................................... 78
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jalak bali (Leucopsar rotschildii) atau juga dikenal oleh masyarakat lokal
dengan nama curik bali merupakan burung yang berasal dari suku sturnidae. Jalak
bali merupakan burung yang sangat populer di kalangan masyarakat karena
keindahan bentuk fisik yang dimilikinya, seperti memiliki tubuh putih, bingkai
mata berwarna biru cemerlang, dan sentuhan hitam di ujung sayap dan bulu ekor.
Peningkatan jumlah penduduk yang semakin pesat mengakibatkan berkurangnya
populasi jalak bali di habitat alaminya. Menurut Kurniasih (1997), penyebab
utama menurunnya populasi jalak bali adalah terganggu keseimbangan
lingkungan yang disebabkan antara lain oleh perburuan liar, penurunan kualitas
lingkungan hidup dan kebakaran hutan. Berdasarkan data yang didapatkan oleh
Gunawan (2010), tahun 1910 diperkirakan populasi jalak bali sekitar 300-900
ekor hidup di alam liar tetapi pada tahun 1990 akibat penangkapan secara liar,
jumlahnya berkurang hingga tersisa 15 ekor. Pengendali Ekosistem Hutan (PEH)
Bali Barat menambahkan, data terakhir populasi jalak bali pada tahun 2006 hanya
ditemukan enam ekor (Taman Nasional Bali Barat 2009).
Dalam menjaga kelestarian sekaligus memulihkan populasi jalak bali,
perlu dilakukan upaya pelestarian. Salah satu bentuk upaya pelestarian jalak bali
adalah dengan kegiatan penangkaran. Menurut Alikodra (2010), prinsip
penangkaran adalah pemeliharaan dan perkembangbiakan sejumlah satwaliar
yang sampai pada batas-batas tertentu dapat diambil dari alam, tetapi untuk
selanjutnya, pengembangannya hanya diperkenankan diambil dari keturunan-
keturunan yang berhasil dari penangkaran.
Salah satu penangkar di Indonesia yang berhasil memperbanyak jalak bali
di daerah Jawa Timur, khususnya di wilayah Kediri, adalah Penangkaran Usaha
Dagang (UD) Anugrah yang dimiliki oleh Suhono Nyoto Sardjono. Penangkaran
ini dibentuk atas dasar kekhawatiran terhadap populasi jalak bali yang mengalami
penurunan dengan berupaya melindungi dan memanfaatkan jalak bali secara
lestari. Adapun kegiatan penangkaran yang dilakukan diantaranya adalah
2
mengatur pakan, kesehatan, lingkungan, serta kebutuhan lain dari satwa yang
ditangkarkan agar satwa tersebut dapat berkembangbiak dengan baik.
Keberhasilan dalam meningkatkan populasi jalak bali di UD Anugrah dipengaruhi
oleh teknik-teknik penangkaran yang dimilikinya. Oleh sebab itu, dibutuhkan
pengetahuan mengenai teknik penangkaran yang merupakan salah satu kunci yang
memegang peranan penting dalam usaha pelestarian populasi jalak bali.
Salah satu aspek penting dalam menangkarkan jalak bali adalah
mengetahui perilakunya. Menurut Pandanwati (2009), fungsi tingkah laku dalam
hewan adalah bentuk penyesuaian diri terhadap beberapa perubahan keadaan yang
ditimbulkan dari luar maupun dari dalam. Dengan mengetahui dan memahami
perilaku jalak bali di penangkaran, maka kesehatan, pola makan, kebersihan serta
perkembangbiakan jalak bali dapat dipantau.
Berdasarkan informasi yang ada, peneliti yang telah mendokumentasikan
penelitian mengenai jalak bali yang berada di penangkaran diantaranya adalah
Thompson dan Brown (2001), Dimitra (2011), dan Yunanti (2012). Oleh karena
itu, dari penelitian ini diharapkan selain dapat memperkaya informasi mengenai
pelestarian populasi jalak bali di penangkaran, juga menghasilkan informasi
mengenai aktivitas harian jalak bali sehingga dapat membantu upaya konservasi
ex situ dalam melestarikan jalak bali.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mempelajari teknik penangkaran jalak bali (Leucopsar rotschildii) di
Penangkaran UD Anugrah.
2. Mengidentifikasi ukuran keberhasilan dalam kegiatan penangkaran
jalak bali (Leucopsar rotschildii) di Penangkaran UD Anugrah.
3. Mengamati aktivitas harian jalak bali (Leucopsar rotschildii) di
Penangkaran UD Anugrah.
3
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai tambahan informasi bagi pengelola penangkaran UD Anugrah
dalam menangkarkan jalak bali.
2. Sebagai pedoman bagi penangkar jalak bali di Indonesia dalam
pengembangan populasi jalak bali.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi
Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik
putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling,
white mynah, Bali mynah, Bali starling, dan Rotschild’s mynah (Mas’ud 2010).
Menurut Stresemann (1912) diacu dalam Kurniasih (1997) klasifikasi jalak bali
adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Bangsa : Passeriformes
Famili : Sturnidae
Genus : Leucopsar
Jenis : Leucopsar rotschildi Steresemann, 1912.
2.2 Morfologi
Menurut Gepak (1986) diacu dalam Thohari et al. (1991) dan Mas’ud
(2010), ciri-ciri morfologis jalak bali adalah sebagai berikut:
1. Bulunya 90% berwarna putih bersih, pada ujung bulu sayap dan bulu
ekornya ditemukan warna hitam lebarnya 25 mm.
2. Pelupuk matanya berwarna biru tua mengelilingi bola mata, paruh
runcing dengan panjang 2–3 cm, di bagian ujungnya berwarna kuning
kecoklatan, rahangnya berwarna abu-abu kehitaman.
3. Burung jantan bentuknya lebih indah, mempunyai jambul di kepalanya
dengan beberapa helai bulu berwarna putih bersih.
4. Panjang dari ujung paruh sampai ujung ekor kurang lebih 25 cm,
panjang paruh 3 cm, panjang kepala 5 cm, panjang leher 2 cm, panjang
sayap 13 cm, panjang ekor 6 cm, dengan warna kehitaman di ujungnya
sepanjang 2 cm dan panjang kaki (tidak termasuk paha) 4 cm.
5
5. Berat badan 107,75 gram, jumlah bulu sayap 11-12 helai dan jumlah
bulu ekor 17-18 helai.
Menurut Mas’ud (2010), jalak bali termasuk jenis burung monomorfik,
artinya secara morfologis (bentuk luar tubuh) antara jantan dan betina relatif sulit
dibedakan, karena keduanya memiliki pola warna bulu, bentuk dan ukuran tubuh
yang relatif sama meskipun ukuran tubuh jantan relatif lebih besar daripada
betina. Selain itu, menurut Kuroda (1933) dalam Kurniasih (1997), tubuh jantan
lebih besar dan memiliki bulu-bulu jambul yang panjang dan rahang sebelah
atasnya lebih tebal dari yang betina. Jalak bali memiliki telur yang berukuran
kecil seperti telur burung puyuh dan berbentuk bulat panjang serta berwarna biru
kehijauan. Keterangan singkat yang menerangkan perbedaan ciri morfologi jalak
bali jantan dan jalak bali betina dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1.
Tabel 1 Ciri-ciri morfologi yang membedakan jalak bali jantan dan betina No. Ciri morfologi Jantan Betina 1 Kepala Lebih besar,
bentuknya panjang Lebih kecil, bentuknya cenderung bulat
2 Jambul Lebih panjang dan hampir menyerupai kuncir
Relatif pendek dan datar
3 Daerah sekitar mata Warna lebih gelap, permukaannya tampak lebih kasar
Warna lebih terang, permukaannya tampak lebih halus
4 Ukuran tubuh Tampak lebih besar dan gagah
Tampak lebih ramping
Sumber : Mas’ud (2010)
Gambar 1 Sepasang jalak bali jantan dan betina (Sumber: Hendry 2012).
6
2.3 Reproduksi
Menurut Alikodra (1987) dan Mas’ud (2010), jalak bali merupakan satwa
monogamus, yaitu hanya memiliki satu pasangan dalam satu musim kawin,
sehingga sex rasionya adalah 1:1 dan umur mulai proses perkawinan 7-9 bulan
dengan jumlah telur maksimum sebanyak 3 butir. Menurut Thompson dan Brown
(2001), jalak bali melakukan proses perkawinan di alam pada umur dua tahun
serta masa produktif jalak bali dalam menghasilkan keturunan untuk jantan
sampai umur 17 tahun dan untuk betina sampai umur 12 tahun.
Menurut Alikodra (1987), perkawinan jalak bali di alam terjadi pada bulan
September-Desember, sedangkan menurut Kurniasih (1997) perkawinan jalak bali
terjadi pada bulan Januari-Maret. Hal ini berdasarkan ditemukannya jalak bali
dengan sayap dan ekor yang belum sempurna pada bulan Juni. Perkawinan jalak
bali di dalam penangkaran terjadi sepanjang tahun. Biasanya jalak bali yang telah
bertelur dan menetaskan anaknya selama 14 hari akan bertelur kembali setelah
anaknya berusia sekitar 4-5 minggu atau jarak waktu bertelur sekitar dua bulan
(Mas’ud 2010).
2.4 Habitat dan Penyebaran
Habitat satwaliar dapat dikatakan sebagai tempat hidup satwaliar. Pada
prinsipnya, satwaliar memerlukan tempat-tempat yang digunakan untuk mencari
makan, berlindung, beristirahat dan berkembangbiak (Hernowo et al. 1991).
Habitat yang mempunyai kualitas yang tinggi nilainya diharapkan akan
menghasilkan kehidupan satwaliar yang berkualitas tinggi (Alikodra 2010).
Menurut Alikodra (1987) dan Balen et al. (2000), jalak bali menyukai
habitat hutan mangrove, hutan rawa, hutan musim dataran rendah dan daerah
savana. Penyebaran jalak bali secara alami hanya terdapat di Taman Nasional Bali
Barat (TNBB) (Thohari et al. 1991). Selain itu, menurut Alikodra (1987),
penyebaran jalak bali terdapat di daerah Tegal Bunder, Lampu Merah, Batu
Gondang, Prapat Agung, Batu Licin, dan Teluk Brumbun.
7
2.5 Populasi
Populasi jalak bali di habitat alaminya yaitu di Taman Nasional Bali Barat
mengalami penurunan. Menurut Thompson dan Brown (2001), diketahui pada
tahun 1984 jumlah jalak bali diperkirakan 125-180 ekor. Pada tahun 1988 jumlah
jalak bali sekitar 37 ekor dan 12-18 ekor pada tahun 1990. Pada tahun 1998
didapatkan 10-14 ekor serta diperkirakan semuanya adalah jantan. Data terakhir
yang dikumpulkan oleh PEH Bali Barat pada tahun 2006 hanya ditemukan 6 ekor
(Taman Nasional Bali Barat 2009).
2.6 Teknik Penangkaran
Menurut Thohari et al. (2011) dan Garsetiasih dan Takandjandji (2007),
penangkaran adalah suatu kegiatan untuk mengembangbiakan satwaliar yang
bertujuan untuk memperbanyak populasi agar menghindari kepunahan dengan
tetap mempertahankan kemurnian genetik sehingga kelestarian dan keberadaan
jenis satwa dapat dipertahankan di habitat alaminya serta dalam rangka
memanfaatkan satwaliar secara optimal. Hal ini diperkuat oleh pendapat Alikodra
(2010), prinsip penangkaran adalah pemeliharaan dan perkembangbiakan
sejumlah satwaliar yang sampai pada batas-batas tertentu dapat diambil dari alam,
tetapi untuk selanjutnya, pengembangannya hanya diperkenankan diambil dari
keturunan-keturunan yang berhasil dari penangkaran.
Menurut Thohari et al. (2011), sistem penangkaran mengacu pada prinsip
pengelolaan habitat, yaitu secara intensif dan ekstensif. Pada pengelolaan intensif,
campur tangan manusia sangat tinggi dan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga
dan pengelolaan umumnya relatif tinggi. Sebaliknya pada pengelolaan ekstensif,
manusia hanya mengatur beberapa aspek habitat dan kebutuhan hidup satwa dan
biaya yang dikeluarkan untuk tenaga dan pengelolaan umumnya relatif rendah.
Menangkarkan jalak bali merupakan salah satu bentuk kegiatan yang harus
dilakukan untuk menanggulangi punahnya jalak bali di alam. Penangkaran jalak
bali memiliki peranan penting dalam pembiakan spesies jalak bali yang
populasinya menuju ke arah kepunahan dan merupakan kegiatan konservasi yang
dilakukan secara ex-situ (Dimitra 2011).
8
Berdasarkan tujuannya, Helvort (1986) diacu dalam Alikodra (2010)
membagi penangkaran menjadi penangkaran untuk budidaya dan penangkaran
untuk konservasi. Perbedaan antara penangkaran budidaya dengan penangkaran
konservasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Perbedaan antara penangkaran dalam rangka budidaya dan konservasi Aspek Penangkaran Budidaya Penangkaran konservasi
Objek 1. Beberapa individu dan ciri-cirinya 2. Ras 3. Jumlah populasi total terbatas dan
sangat kecil
1. Sesuatu populasi dan ciri-cirinya 2. Jenis dan/ atau anak jenis 3. Jumlah individu total sangat besar
Sasaran 1. Domestikasi 2. Perubahan dalam arti menciptakan
ras 3. Komersial 4. Terkurung untuk selama-lamanya
1. Release (pelepasliaran) 2. Tidak merubah jenis
3. Non-komersial 4. Pengembalian kepada alam aslinya
Manfaat 1. Memenuhi kebutuhan material 2. Memenuhi kebutuhan batin dan
sosial
1. Mempertahankan stabilitas ekosistem
2. Mempertahankan atau meningktakan lagi nilai-nilai alam
Jangka waktu 1. Pendek (1-250 tahun) 1. Panjang sampai selama-lamanya (500 tahun ke atas)
Metode 1. Perkembangan dalam arti tingkat produksi
2. Menerapkan teknik canggih (inseminasi, transplantasi embrio, artisial, dan pembelahan embrio)
3. Meningkatkan jumlah pasangan yang mau kawin
4. Penentuan pasangan ditentukan oleh ciri-ciri betina dan jantan
1. Perkembangan populasi ditentukan oleh hukum-hukum genetika dan keadaan alam
2. Mempertahankan sex ratio
3. Jaga keturunan tidak didominasi
4. Penentuan pasangan secara acak
Sumber : Alikodra (2010)
Menurut Mas’ud (2010), dalam menangkarkan jalak bali diperlukan
lingkungan tempat penangkaran yang harus cocok secara teknis biologis serta
harus nyaman dan aman dari berbagai faktor pengganggu termasuk dari gangguan
aktivitas manusia dan terhindar dari kemungkinan banjir atau tergenangnya air
pada waktu musim hujan. Selain itu, perlu diperhatikan dalam beberapa sarana
dan prasarana, seperti kandang atau sangkar beserta sarana pendukungnya. Faktor
penting lain yang harus diperhatikan adalah makanan, karena makanan merupakan
unsur penting bahkan sebagai faktor pembatas bagi usaha penangkaran. Pakan
jalak bali yang berada di penangkaran diantaranya adalah kroto, ulat hongkong,
jangkrik, dan telur semut. Selain makanan alami, seperti buah-buahan, juga dapat
diberikan pakan buatan baik dalam bentuk butiran atau tepung yang banyak dijual
9
di pasar. Faktor kesehatan juga merupakan salah satu penentu keberhasilan
penangkaran jalak bali. Oleh karena itu, perawatan kesehatan dan pemantauan
penyakit harus dilakukan secara baik dan teratur. Menurut Yunanti (2012), jenis
penyakit yang sering diderita oleh jalak bali di penangkaran adalah katarak, flu,
sakit mata dan cacar pada kaki.
Dalam usaha penangkaran, pengembangbiakan jalak bali harus diawali
dengan ketepatan dalam memilih bibit. Bibit yang dipilih harus sehat, tidak cacat,
bersuara lantang dan bagus serta jelas asal-usulnya. Keberhasilan suatu
penangkaran mengembangbiakan pasangan jalak yang ditangkarkan harus diikuti
dengan keberhasilan merawat dan membesarkan anak. Masa perawatan anak oleh
induk paling cepat berkisar antara 12-16 hari dan pemisahan anak lebih baik
dilakukan lebih awal agar mencegah kematian anak akibat dipatuk oleh induknya
(Mas’ud 2010).
2.7 Aktivitas Harian
Perilaku satwa adalah respon atau ekspresi satwa karena adanya
rangsangan yang mempengaruhinya (Pandanwati 2009). Menurut Alikodra (1990)
diacu dalam Pandanwati (2009), fungsi utama tingkah laku adalah untuk
memungkinkan satwa menyesuaikan diri terhadap beberapa perubahan keadaan,
baik dari luar maupun dari dalam.
Menurut Alikodra (1987) dan Kurniasih (1997), di habitat alaminya jalak
bali termasuk jenis burung yang suka terbang secara berombongan, pada musim
kawin yang berlangsung antara bulan September-Desember mereka terbang secara
berpasangan sambil mencari makan. Satwa ini membuat sarang di dalam lubang-
lubang pohon pada ketinggian 2,5-7 m dari tanah. Jalak bali mempunyai aktivitas
harian yang sama, yaitu setelah matahari terbit yaitu pada pukul 05.00-05.30
WITA mereka mulai terbang secara berkelompok menuju tempat makan/minum,
dan mereka kembali menuju tempat tidur sebelum matahari terbenam yaitu pada
pukul 14.30 WITA. Kegiatan harian ini akan berhenti sama sekali pada pukul
18.45 WITA. Radius pergerakan hariannya bervariasi dari 3-10 km tergantung
pada keadaan lingkungannya.
10
Meskipun di alam jalak bali merupakan burung yang paling liar namun
aktivitas yang dilakukannya selalu diiringi komunikasi suara antar pasangan-
pasangan yang ada. Jalak bali merupakan burung yang menyukai kebersihan.
Satwa ini suka bermain air untuk membersihkan badannya. Setelah itu, mereka
mengeringkan tubuhnya dengan cara mengigit-gigit bulunya satu persatu.
Pengeringan bulu ini dilakukan dengan berjemur sinar matahari dan bertengger di
ranting-ranting pohon. Bulu-bulunya akan mengering dan kembali mengkilap
bahkan semakin bercahaya (Kurniasih 1997).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Penangkaran UD Anugrah Kediri, Jawa
Timur. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Juni-Juli 2012.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya, kamera
digital, alat tulis, tallysheet, panduan wawancara, meteran, stopwatch,
termometer suhu, termometer dry and wet dan timbangan serta jalak bali dan
pengelola Penangkaran UD Anugrah sebagai objek penelitian.
3.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis data Data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder yang mencakup
tiga data utama yaitu teknik penangkaran, aktivitas harian serta ukuran
keberhasilan dalam kegiatan penangkaran.
3.3.1.1 Data primer
Data primer menurut Hendri (2009) adalah informasi yang dikumpulkan
terutama untuk tujuan penelitian yang sedang dilakukan. Data primer yang
dikumpulkan terdiri dari:
a. Teknik penangkaran
Data teknik penangkaran yang dibutuhkan antara lain:
1. Aspek perkandangan meliputi: jenis kandang, jumlah kandang, fungsi
kandang, bahan bangunan kandang, ukuran kandang, suhu dan
kelembaban kandang, sarana kandang serta perawatan kandang.
2. Aspek pakan meliputi: jenis, sumber, jumlah pakan, cara pemberian
pakan, waktu pemberian pakan dan tempat penyimpanan pakan.
3. Pemeliharaan kesehatan meliputi: jenis penyakit yang sering dialami
oleh jalak bali, cara pencegahan dan pengobatan.
12
4. Teknik pengembangbiakan meliputi: pemilihan bibit, penentuan jenis
kelamin, pengaturan kawin (nisbah kelamin, jumlah telur per musim,
dan tahapan penetasan telur) dan pembesaran piyik.
5. Teknik adaptasi meliputi: lamanya proses adaptasi dan perlakuan
dalam proses adaptasi.
6. Manajemen pemanfaatan hasil meliputi: cara mempersiapkan jalak bali
untuk dijual dan proses penjualannya.
b. Ukuran keberhasilan dalam kegiatan penangkaran jalak bali di
Penangkaran UD. Anugrah
Data yang dibutuhkan dalam menentukan ukuran keberhasilan dalam
kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran UD Anugrah diantaranya adalah
faktor biologis satwa dan faktor sosial
1. Menurut Yunanti (2012), faktor biologis satwa merupakan hal-hal
yang berkaitan dengan keadaan reproduksi satwa, meliputi:
a) Tingkat perkembangbiakan induk betina
b) Tingkat daya tetas telur
c) Tingkat angka kematian
2. Faktor sosial merupakan manfaat yang didapatkan masyarakat sekitar
penangkaran dari Penangkaran UD Anugrah.
c. Aktivitas harian
Data yang dibutuhkan dalam aktivitas harian diantaranya adalah aktivitas
event, aktivitas state dan aktivitas sosial (Martin dan Bateson 1993; Prayana 2012;
Sawitri dan Takandjandji 2010; Takandjandji dan Mite 2008; Takandjandji et
al.2010).
1. Aktivitas event merupakan aktivitas yang dilakukan dalam waktu yang
singkat dengan batasan waktu kurang dari satu menit, meliputi:
a) Melompat adalah aktivitas yang dilakukan dengan berpindah
tempat dengan cara melompat.
b) Bersuara adalah aktivitas mengeluarkan suara.
c) Membuang kotoran adalah aktivitas membuang hasil metabolism
baik dalam bentuk padat ataupun dalam bentuk cair.
13
d) Berjalan adalah aktivitas yang dilakukan dengan berpindah tempat
pada bagian bawah kandang menggunakan kaki.
e) Bergeser adalah aktivitas yang dilakukan dengan berpindah tempat
pada tempat bertengger dengan cara bergeser.
f) Menelisik bulu adalah aktivitas membersihkan tubuh menggunakan
kaki atau paruh.
g) Membersihkan paruh adalah aktivitas yang dilakukan dengan
menggesek-gesekkan paruh di tempat bertengger.
h) Terbang adalah aktivitas yang dilakukan dengan berpindah tempat
dengan cara terbang.
i) Membangun sarang adalah aktivitas yang dilakukan dengan
menata sarang di dalam kotak sarang dengan menggunakan paruh.
2. Aktivitas state merupakan aktivitas yang dilakukan dalam waktu yang
lama dengan batasan waktu lebih dari satu menit, meliputi:
a) Diam adalah aktivitas yang dilakukan dengan posisi diam
sedangkan kedua mata memperhatikan setiap gerakan benda di luar
kandang.
b) Makan adalah aktivitas yang dilakukan dengan cara mengambil
dan menghancurkan makanan menggunakan paruh atau lidah.
c) Minum adalah aktivitas yang dilakukan dengan cara mencelupkan
paruh ke dalam air lalu menengadahkan paruh.
d) Mandi adalah aktivitas yang dilakukan dengan cara mencelupkan
diri ke dalam air.
e) Membawa bahan sarang adalah aktivitas yang dilakukan dengan
membawa bahan sarang dengan paruh.
f) Mengerami telur adalah aktivitas yang dilakukan dengan cara
mengeram telur yang dikeluarkan induk jalak bali betina yang
terdapat di kotak sarang.
g) Bertelur adalah aktivitas yang hanya dilakukan betina dengan cara
mengeluarkan telur dari kloaka.
3. Aktivitas sosial merupakan aktivitas diantara individu jalak bali, yang
meliputi:
14
a) Saling menelisik tubuh adalah aktivitas yang dilakukan terhadap
individu lain menggunakan paruh dengan cara mengelus, pura-pura
mengigit dan mengendus.
b) Saling mendekati adalah aktivitas yang dilakukan terhadap
individu lain dengan cara berdekatan pada saat bertengger.
c) Kawin adalah aktivitas yang dilakukan ketika jantan menaiki tubuh
betina.
3.3.1.2 Data sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang bagi data primer. Data yang
dikumpulkan dalam data sekunder adalah kondisi umum Penangkaran UD
Anugrah.
3.3.2 Metode pengumpulan data
3.3.2.1 Studi pustaka Studi pustaka merupakan suatu metode pengumpulan data berupa laporan-
laporan studi terdahulu, paper atau makalah, serta data sekunder yang dibutuhkan
dalam mendisain riset, serta menganalisis hasil studi (Sinaga 2008). Studi pustaka
yang diperlukan mengenai teknik pemeliharaan jalak bali dan aktivitas jalak bali.
3.3.2.2 Observasi lapang
Observasi lapang adalah pengamatan yang langsung dilakukan di lapangan
untuk memperoleh hasil yang sebenarnya (Hendri 2009). Observasi lapang yang
dilakukan adalah dengan pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan. Hal
ini dilakukan untuk memperoleh gambaran nyata di lapangan mengenai teknik
penangkaran jalak bali, ukuran bentuk, suhu dan kelembaban kandang, aktivitas
harian jalak bali serta ukuran keberhasilan dalam kegiatan penangkaran jalak bali
di Penangkaran UD Anugrah.
a. Teknik penangkaran
Teknik penangkaran meliputi pengamatan langsung terhadap teknik yang
terdapat di Penangkaran UD Anugrah serta pengukuran terhadap ukuran, suhu dan
kelembaban kandang.
1. Pengamatan langsung meliputi:
a. Aspek perkandangan meliputi: jenis kandang, jumlah kandang,
fungsi kandang, bahan bangunan kandang, peralatan dan
perlengkapan kandang serta perawatan kandang.
15
b. Aspek pakan meliputi: jenis, sumber, jumlah pakan, cara
pemberian pakan, waktu pemberian pakan, frekuensi pemberian
pakan dan tempat penyimpanan.
c. Aspek kesehatan meliputi: jenis penyakit yang sering dialami oleh
jalak bali, cara pencegahan dan pengobatan.
d. Aspek pengembangbiakan meliputi: pemilihan bibit, penentuan
jenis kelamin, pengaturan kawin (nisbah kelamin, jumlah telur per
musim, dan tahapan penetasan telur) dam pembesaran piyik.
e. Aspek adaptasi meliputi: lamanya proses adaptasi dan perlakuan
dalam proses adaptasi.
f. Aspek manajemen pemanfaatan hasil meliputi: cara
mempersiapkan jalak bali untuk dijual dan proses penjualannya.
2. Pengukuran langsung yang dilakukan antara lain:
a. Pengukuran terhadap setiap jenis kandang dilakukan dengan
pengukuran terhadap tinggi (m), panjang (m), dan lebar (m)
dengan menggunakan meteran.
b. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer
suhu dan pengukuran terhadap kelembaban dilakukan dengan
menggunakan termometer dry-wet.
3. Mengikuti kegiatan pengelolaan yang terdapat di penangkaran UD
Anugrah yang meliputi perawatan kandang, waktu pemberian pakan,
cara pemberian pakan dan mengamati kegiatan pengelola terhadap
pengelolaan penangkaran.
b. Ukuran keberhasilan dalam kegiatan penangkaran jalak bali di
Penangkaran UD. Anugrah
Pengamatan mengenai ukuran keberhasilan dalam kegiatan penangkaran
jalak bali di Penangkaran UD Anugrah dilakukan dengan cara wawancara kepada
pengelola dan wawancara kepada masyarakat sekitar Penangkaran UD Anugrah
serta menelaah dokumen-dokumen yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah.
Pada faktor biologis satwa dilakukan pengamatan terhadap data-data mengenai
dokumen yang berhubungan dengan faktor biologis tersebut. Pada faktor sosial
dilakukan wawancara kepada pengelola Penangkaran UD Anugrah dan kepada
16
masyarakat sekitar penangkaran. Selain mendapatkan informasi mengenai ukuran
keberhasilan dalam kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran UD Anugrah,
wawancara yang dilakukan kepada pengelola Penangkaran UD Anugrah juga
mendapatkan informasi mengenai kondisi umum Penangkaran UD Anugrah,
teknik pemeliharaan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah dan aktivitas harian
jalak bali yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah. Aspek yang diwawancarai
dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Wawancara dilaksanakan secara
mendalam, langsung dan terbuka. Wawancara kepada masyarakat sekitar
mengambil enam responden yang mempunyai batasan sebagai berikut:
a) Empat kepala keluarga yang berada di depan, belakang, kiri dan kanan
yang bersebelahan langsung dengan Penangkaran UD Anugrah.
b) Tokoh masyarakat yang berada di sekitar Penangkaran UD Anugrah
yaitu ketua RT 2 dan ketua RW 1.
c. Aktivitas harian
Pengamatan mengenai aktivitas harian jalak bali dilakukan dengan
menggunakan metode focal animal sampling, yaitu metode pengamatan dilakukan
dengan mengamati satwa tertentu yang menjadi fokus pengamatan sehingga
pengambilan data terfokus pada satu individu yang diamati dengan waktu yang
sudah ditentukan dan mencatat secara rinci semua gerakan yang terjadi (Martin
dan Bateson 1993). Pengamatan dilakukan terhadap dua individu yang mewakili
jenis kelamin jantan dan jenis kelamin betina. Pengamatan setiap dua individu
dilakukan selama 12 jam mulai dari pukul 06.00 – 18.00 WIB atau sama dengan
720 menit. Pengamatan dilakukan selama 10 hari dengan masing-masing jenis
kelamin dilakukan pengulangan sebanyak lima kali.
Untuk lebih mempermudah dalam memahami jenis data dan metode
pengumpulan data, dapat dilihat pada Tabel 3.
17
Tabel 3 Jenis data dan metode pengambilan data
Data yang diambil Jenis data Metode pengumpulan data
Primer Sekunder Studi pustaka
Observasi lapang Wawancara
I Teknik penangkaran
Aspek perkandangan
v v v
Aspek pakan v v v v v Aspek kesehatan v v v v v Aspek
pengembangbiakan v v v v v
II Ukuran Keberhasilan dalam Kegiatan Penangkaran Jalak Bali di Penangkaran UD. Anugrah
v v v
III Aktivitas harian v v v v
3.4 Analisis Data
Analisis data mengenai penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan
kuantitatif.
3.4.1 Teknik penangkaran
Data yang terkumpul dari aspek teknik penangkaran yang terdapat di
Penangkaran UD Anugrah dianalisis secara deskriptif, kemudian disajikan dalam
bentuk tabel, grafik dan gambar. Hasil tersebut kemudian diuraikan ke dalam
kalimat yang akan menjelaskan dan menyimpulkan hasil yang diperoleh dari
penelitian.
3.4.2 Ukuran keberhasilan dalam kegiatan penangkaran jalak bali di
Penangkaran UD Anugrah
Data tentang faktor-faktor keberhasilan usaha penangkaran dianalisis
dengan cara deskriptif, namun data mengenai faktor biologis satwa dianalisis
secara kuantitatif. Faktor biologis satwa dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
a) Persentase perkembangbiakan induk betina dapat menggunakan
rumus:
100%
18
Keterangan:
t : ∑ induk betina yang berkembangbiak
Tt : ∑ induk betina seluruhnya
b) Persentase daya tetas telur dapat dicari menggunakan rumus:
100%
Keterangan:
α : ∑ telur yang ditetaskan
β : ∑ total telur yang ada
c) Persentase angka kematian piyik digunakan rumus:
100%
Keterangan:
M : ∑ piyik yang mati pada kelas umur 1
Mt : ∑ total piyik seluruhnya
Ketiga data tersebut menggunakan kriteria nilai sebagai berikut:
0% - 30% : Rendah
31% - 60% : Sedang
61% - 100% : Tinggi
3.4.3 Aktivitas harian
Data yang sudah terkumpul dari aspek aktivitas harian jalak bali di
Penangkaran UD Anugrah dianalisis secara kuantitatif kemudian dianalisis secara
deskriptif dengan cara dibuat dalam bentuk gambar, tabel dan grafik. Hasil
tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam suatu kalimat yang dapat menjelaskan
dan menyimpulkan hasil penelitian. Untuk mengetahui waktu yang digunakan dari
suatu tingkah laku jalak bali dalam satu hari digunakan rumus.
Presentase waktu seluruh tingkah laku (%) = %
Keterangan:
A = waktu yang digunakan untuk suatu tingkah laku dalam satu hari
pengamatan
B = total waktu dalam satu hari (720 menit)
19
Pengujian terhadap hubungan antara parameter yang diukur dan diamati
menggunakan hipotesis sebagai berikut:
H0 = tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan aktivitas harian
jalak bali
H1 = ada hubungan antara jenis kelamin dengan aktivitas harian jalak
bali
Hipotesis tersebut kemudian diuji menggunakan uji X2 atau chi-kuadrat
(Walpole 1992), melalui rumus:
Keterangan:
Oi = nilai pengamatan aktivitas harian jalak bali
Ei = nilai harapan aktivitas harian jalak bali
Untuk mengetahui nilai harapan jalak bali, dapat dicari dengan
menggunakan rumus:
Pengambilan keputusan atau hipotesis yang diuji dengan uji chi-kuadrat
dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
Jika X2hitung > dari X2
tabel, maka tolak H0
Jika X2hitung ≤ dari X2
tabel, maka terima H0
Untuk mengetahui nilai pada X2 tabel, maka digunakan rumus:
1
Keterangan:
p = banyaknya ulangan
Selain itu, selang kepercayaan yang dipakai adalah 99% dengan X2 tabel
untuk α0,99:4 adalah 0,297.
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah dan Tujuan
4.1.1 Sejarah Penangkaran UD Anugrah merupakan penangkaran yang bergerak
dibidang penangkaran burung berkicau. Didirikan pada tahun 2008 oleh Suhono
Nyoto Sardjono. Perusahaan ini menangkarkan berbagai jenis burung baik burung
yang dilindungi ataupun tidak, diantaranya adalah jalak bali (Leucopsar
rothschildi), jalak putih (Sturnus melanoptera), cucak rowo (Pyconotus
zeylanicus), murai batu (Copsychus malabaricus) dan kepodang (Oriolus
chinensis). Perusahaan ini berdiri berdasarkan hobi pengelola dalam memelihara
burung, khususnya burung-burung berkicau dan burung jalak bali (Leucopsar
rothschildi). Pada tanggal 27 Juni 2008, penangkaran UD Anugrah mendapatkan
izin penangkaran berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal PHKA No.
75/IV/Set-3/2008 dan pada tanggal 20 Agustus 2009 mendapatkan Surat
Keputusan Perlindungan dan Pengawetan Alam dengan surat izin SK 99/IV-
8/PPA.0.0/09 sebagai pengedar.
4.1.2 Tujuan
Tujuan didirikannya penangkaran UD Anugrah adalah:
a) Untuk konservasi burung, baik yang dilindungi maupun yang tidak
dilindungi
b) Untuk ekonomi (komersial).
4.2 Letak Penangkaran
Penangkaran UD Anugrah terletak di Jl. Puncak Dsn. Purworejo RT 002
RW 001 Desa Kepung Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa
Timur.
4.3 Kondisi Biologi
Selain jalak bali, Penangkaran UD Anugrah juga menangkarkan jenis
burung yang lain. Untuk mengetahui beberapa jenis burung yang ditangkarkan
dapat dilihat pada tabel 4.
21
Tabel 4 Beberapa jenis burung yang ditangkarkan di Penangkaran UD Anugrah
No Nama Lokal Nama Ilmiah
1 Cucak rawa Pyconotus zeylanicus
2 Beo nias Gracula religiosa
3 Kakatua raja Probosciger atterimus
4 Merak hijau Pavo muticus
5 Murai batu Copsychus malabaricus
6 Kepodang Oriolus chinensis
7 Jalak suren Sturnus contra
8 Bayan sumba Eclectus roratus eornelia
9 Nuri kepala hitam Lorius lory
10 Anis merah Turdus citrinus
11 Kacer Copsychus saularis
4.4 Struktur Organisasi
Penangkaran UD Anugrah secara keseluruhan dipimpin oleh seorang
pemilik sekaligus penanggung jawab yang bernama Suhono Nyoto Sardjono.
Petugas kandang dan satwa yang dimiliki oleh Penangkaran UD Anugrah
berjumlah dua orang, yaitu Yanto dan Yoga.
4.5 Aksesibilitas
Penangkaran UD Anugrah terletak tidak jauh dari Kota Kediri. Lokasi ini
dapat dicapai dengan jarak sekitar 17 km dengan menempuh jarak sekitar 2 jam.
Selain itu, lokasi ini juga dapat dicapai dari Pare yang memiliki jarak sekitar 7
km.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Teknik Penangkaran
Secara umum terdapat beberapa aspek teknik manajemen penangkaran
satwa yang diketahui dapat menentukan keberhasilan penangkaran suatu jenis
satwa. Aspek teknis penangkaran tersebut adalah sejarah penangkaran jalak bali,
jumlah populasi jalak bali di penangkaran, aspek perkandangan, aspek pakan,
pemeliharaan kesehatan, teknik pengembangbiakan, teknik adaptasi dan
manajemen pemanfaatan hasil. Adapun penjelasan secara lengkap tentang praktek
pengelolaan setiap aspek teknis penangkaran jalak bali (Leucopsar rothschildii)
yang dilakukan oleh UD Anugrah berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
dengan pihak pengelola disajikan berikut ini.
5.1.1 Sejarah Penangkaran UD Anugrah
Penangkaran jalak bali yang berada di penangkaran UD Anugrah dimulai
pada tahun 2007. Pemilik penangkaran membuat penangkaran burung awalnya
hanya untuk dijadikan hiburan dan hobi. Pada awalnya jalak bali yang berada di
penangkaran UD Anugrah berjumlah dua pasang yaitu berasal dari UD Star Jaya
yang berasal dari Solo, Jawa Tengah dan UD Suara Abadi yang berasal dari
Nganjuk, Jawa Timur. Pengangkutan dari Solo dan Nganjuk menggunakan Surat
Angkut Tumbuhan Satwa Liar Dalam Negeri (SATS – DN) yang dikeluarkan oleh
Kementrian Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam (Dirjen PHKA).
Penangkaran UD Anugrah memiliki tujuan konservasi dan ekonomi. Pada
waktu pengamatan, pihak TNBB melakukan pertukaran jalak bali sebanyak 3
pasang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2. Pertukaran jalak bali
antara pihak TNBB dan pihak Penangkaran UD Anugrah bertujuan untuk
melakukan pertukaran genetik. Pertukaran genetik berfungsi untuk memelihara
perbedaan genetik yang mengurangi tingkat inbreeding. Menurut Thohari (1987),
penangkaran satwa liar yang menggunakan bibit dalam jumlah sedikit mempunyai
suatu konsekuensi kemungkinan terjadinya inbreeding, yaitu perkawinan antara
23
anggota keluarga dekat yang sebenarnya dapat membawa pengaruh jelek dalam
kualitas keturunannya.
Gambar 2 Pihak TNBB menukarkan jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah.
5.1.2 Populasi jalak bali di penangkaran
Populasi jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah sampai pada
bulan April tahun 2012 berjumlah 39 ekor yang meliputi kelas umur sebagai
berikut (Tabel 5).
Tabel 5 Populasi jalak bali tahun 2012 berdasarkan kelas umur Kelas umur Jumlah (ekor) Keterangan
0 – 1 tahun 15 Anakan
1 – 2 tahun 4 -
2 – 7 tahun 20 Indukan
Berdasarkan Tabel 5, populasi jalak bali paling banyak berada pada usia
indukan yaitu pada kelas umur 2 – 7 tahun, hal ini dikarenakan jalak bali yang
menjadi indukan, dipelihara dengan sangat baik dengan memperhatikan
kesehatannya. Hal ini yang membuat jalak bali yang menjadi indukan di
Penangkaran UD Anugrah mempunyai jumlah yang paling banyak. Selain itu,
indukan jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah juga diperhatikan
dari segi kualitasnya, sehingga mampu menghasilkan telur sebanyak 12 kali
dalam satu tahun atau dalam satu bulan mempunyai musim kawin sebanyak satu
kali dengan jumlah telur yang dihasilkan 2 – 4 telur. Pada kelas umur 0 – 1 tahun
berjumlah 15 ekor, hal ini dikarenakan jalak bali yang dapat hidup setelah
menetas hanya 1 – 2 ekor. Jalak bali yang berumur 1 – 2 tahun berjumlah paling
24
sedikit, yaitu hanya empat ekor, hal ini dikarenakan jalak bali yang berada di
Penangkaran UD Anugrah pada umur tiga bulan sudah mulai dijual oleh
pengelola penangkaran kepada konsumen. Penjualan jalak bali yang berumur tiga
bulan dilakukan karena menurut pengelola Penangkaran UD Anugrah, pada umur
tiga bulan jalak bali tersebut sudah bisa makan dengan sendiri.
5.1.3 Perkandangan
Di habitat aslinya, jalak bali sanggup mempertahankan hidupnya karena
ada empat faktor penunjang, yakni ketersediaan pakan, ketersediaan air, dapat
menghindarkan diri dari serangan musuh, dan tersedia sarang untuk membesarkan
anak burung. Keempat faktor tersebut sudah tercakup pada jalak bali yang
ditangkarkan di Penangkaran UD Anugrah. Jika di alam keempat faktor itu berada
di tempat terpisah, maka jalak bali yang ditangkarkan menemukan seluruhnya di
satu tempat. Penangkaran jalak bali sebagai upaya pengembangbiakan jenis di
luar habitat alaminya, membutuhkan suasana habitat buatan yang mirip dengan
habitat alaminya. Menurut Setio dan Takandjandji (2007), untuk mendapatkan
kondisi habitat seperti yang alami, terdapat beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan dalam memilih lokasi penangkaran burung, diantaranya:
a. Berada pada tempat yang bebas banjir pada musim hujan.
b. Jauh dari keramaian dan kebisingan.
c. Berada pada tempat yang mudah diawasi dan mudah dicapai.
d. Tidak terganggu oleh berbagai polusi (debu, asap, dan bau gas).
e. Tidak berada pada tempat yang lembab, becek atau tergenang air
karena akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
f. Di dalam kandang hendaknya ditanami pohon-pohon pelindung agar
terasa sejuk dan burung merasa seperti di habitat alaminya.
g. Terisolasi dari pengaruh binatang atau ternak lain.
h. Tersedianya sumber air yang cukup untuk minum dan mandi burung
serta untuk pembersihan kandang.
i. Mudah untuk mendapatkan pakan dan tidak bersaing dengan manusia.
Perkadangan meliputi segala aspek yang berhubungan dengan kandang
dan pengelolaannya. Aspek perkadangan yang harus diperhatikan, meliputi jenis
kandang, jumlah kandang, fungsi kandang, bahan bangunan kandang, ukuran
25
kandang, sarana kandang, perawatan kandang serta suhu dan kelembaban
kandang.
5.1.3.1 Jenis kandang, ukuran kandang, konstruksi kandang dan fungsi kandang Penangkaran jalak bali di Penangkaran UD Anugrah termasuk ke dalam
jenis penangkaran intensif. Jenis kandang jalak bali yang terdapat di UD Anugrah
terdapat 4 jenis kandang, yaitu kandang pembesaran, kandang kawin, kandang
soliter dan inkubator, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Jenis, ukuran, konstruksi dan unit kandang jalak bali di penangkaran UD Anugrah
No. Jenis kandang Ukuran kandang (p x l x t) Konstruksi kandang Unit
1. Kandang pembesaran 1,5 m x 2,5 m x 3m Kawat, kayu, batako dan
besi
1
2. Kandang kawin 1,5 m x 2 m x 3 m Kawat, kayu, batako dan
besi
8
3. Kandang soliter 50 cm x 40 cm x 35 cm Kayu dan besi 5
4. Inkubator 100 cm x 50 cm x 45 cm Seng dan papan 3
Kandang pembesaran yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah terdapat
delapan unit yang dibuat dengan sistem permanen dengan konstruksi kandang
yang terbuat dari kawat, kayu, batako dan besi. Kandang dengan sistem permanen
terdapat kelemahan yaitu kandang tersebut tidak dapat dipindah-pindahkan,
sehingga terkadang sedikit merugikan. Sebagai contohnya, apabila sangkar
pembesaran berada di luar ruangan, saat hujan datang sangkar tersebut terkena
curahan hujan (sekalipun sudah memiliki atap) dan burung di dalamnya tetap
berada di kandang tersebut dan tidak bisa dipindahkan yang mengakibatkan
burung tersebut dapat kedinginan. Ukuran kandang pembesaran yang terdapat di
Penangkaran UD Anugrah berukuran dengan panjang 1,5 m, lebar 2,5 m dan
tinggi 3 m. Kandang pembesaran berfungsi untuk membesarkan bibit-bibit jalak
bali yang berumur tiga bulan hingga menjadi jalak bali dewasa yang siap untuk
dijadikan indukan. Kandang pembesaran memiliki ukuran yang lebih luas jika
dibandingkan dengan kandang yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah.
Kandang yang lebih luas ini akan memberikan ruang gerak dan produktivitas yang
lebih layak bagi bibit jalak bali hingga kemudian bisa tumbuh menjadi jalak bali
26
dewasa. Berikut gambar kandang pembesaran yang terdapat di Penangkaran UD
Anugrah dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Kandang pembesaran di Penangkaran UD Anugrah.
Selain itu, fungsi kandang pembesaran yang terdapat di Penangkaran UD
Anugrah adalah untuk menampilkan jalak bali yang akan dijual kepada konsumen
serta untuk mendapatkan jalak bali yang mencari jodohnya secara alami yang
kemudian dipindahkan ke kandang kawin.
Kandang kawin yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah termasuk
kandang permanen yang berjumlah delapan unit. Kandang tersebut terbuat dari
kawat, kayu, batako dan besi dengan ukuran untuk panjang 1,5 m, lebar 2 m dan
tinggi 3 m. Kandang kawin yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah berfungsi
untuk menjodohkan indukan jantan dan indukan betina yang siap kawin. Berikut
gambar mengenai kandang kawin dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Kandang kawin di Penangkaran UD Anugrah.
27
Kandang soliter yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah berjumlah
lima unit, kandang tersebut terbuat dari rangka utama yaitu kayu dan besi hanya
sebagai gantungan. Kandang tersebut mempunyai ukuran panjang 50 cm, lebar 40
cm dan tinggi 35 cm. Menurut Forum Agri (2012), bentuk sangkar soliter yang
terdapat di Penangkaran UD Anugrah telah sesuai dengan yang disarankan,
berbentuk persegi empat, karena akan memberikan ruang gerak yang maksimal
bagi burung yang ada di dalamnya. Kandang soliter yang terdapat di Penangkaran
UD Anugrah berfungsi untuk membesarkan anakan jalak bali yang berumur satu
bulan hingga berumur tiga bulan serta kandang tersebut berfungsi untuk proses
adaptasi dari jalak bali yang baru didatangkan dari luar dan untuk proses
penghilangan dari stress dan penyakit. Berikut gambar kandang soliter yang dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Kandang soliter di Penangkaran UD Anugrah.
Inkubator yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah berjumlah tiga unit
dengan bahan konstruksi yang terbuat dari seng dan papan. Inkubator tersebut
berukuran dengan panjang 100 cm, lebar 50 cm dan tinggi 45 cm. Inkubator yang
berada di Penangkaran UD Anugrah berfungsi untuk membesarkan anakan jalak
bali yang berumur antara 3 – 7 hari sampai berumur satu bulan yang kemudian
dipindahkan ke kandang soliter. Berikut gambar inkubator yang berada di
Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada gambar 6.
28
Gambar 6 Inkubator di Penangkaran UD Anugrah.
5.1.3.2 Sarana kandang
Di dalam kandang harus dilengkapi dengan sarana seperti kayu untuk
tempat bertengger, tempat mandi, tempat makan serta tempat minum dan tempat
untuk bersarang. Berikut sarana kandang yang terdapat di penangkaran UD
Anugrah dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Sarana kandang jalak bali di Penangkaran UD Anugrah No Jenis kandang Sarana
1 Kandang pembesaran Kayu untuk tempat bertengger, tempat makan, tempat minum,
dan tempat mandi
2 Kandang kawin Kayu untuk tempat bertengger, tempat makan, tempat minum,
tempat mandi, tempat sarang, dan kamera Closed Circuit
Television (CCTV) serta daun pinus
3 Kandang soliter Tempat makan, tempat minum, lampu penerangan dan kayu
untuk tempat bertengger
4 Inkubator Sarang
Pada kandang pembesaran dan kandang kawin, tempat pakan dan tempat
minum terbuat dari plastik dan diletakkan menempel di dinding yang di
sampingnya terdapat pintu kecil seukuran tangan untuk memasukkan pakan dan
air minum. Penggunaan plastik untuk tempat makan dan tempat minum
dikarenakan apabila tempat pakan dan tempat minum tersebut jatuh, maka
kemungkinan kecil akan pecah. Untuk meletakkan pakan buah seperti pisang dan
pepaya, pengelola Penangkaran UD Anugrah memasang paku untuk
menempelkan buah-buah tersebut. Selain itu, untuk tempat mandi terbuat dari
semen dengan ukuran panjang 30 cm, lebar 40 cm dan tinggi 5 cm. Berikut
29
gambar tempat pakan, tempat minum serta tempat mandi yang berada di
Penangkaran UD Anugrah yang disajikan pada Gambar 7 (a) dan (b).
Gambar 7 (a) Tempat pakan dan tempat minum; (b) Tempat mandi.
Penggunaan kamera CCTV pada kandang kawin digunakan untuk
memantau indukan jalak bali, memantau telur jalak bali dan untuk membantu
dalam pengamanan. Selain itu, pada kandang kawin juga terdapat daun pinus yang
digunakan sebagai bahan penyusun sarang. Bahan tersebut dimasukkan ke kotak
sarang yang berada 2 meter dari lantai kadang dan sebagian lagi diletakkan di
lantai kandang di tempat yang kering. Berikut gambar kotak sarang yang terdapat
di Penangkaran UD Anugrah yang disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Kotak sarang di Penangkaran UD Anugrah.
Pada kandang soliter, tempat pakan dan minum digantung di dinding
kandang. Dalam pengelolaannya tempat pakan dan minum selalu dibersihkan
setiap hari agar selalu bersih dan tidak menjadi sumber penyakit yang dapat
30
membuat jalak bali tidak dapat berproduksi dengan baik. Di kandang soliter juga
terdapat lampu penerangan yang berfungsi untuk menghangatkan burung serta
untuk meminimalisir kehadiran hewan pemangsa seperti tikus yang biasanya
sering menyerang pada malam hari pada ruangan yang gelap (Forum Agri 2012).
Pada inkubator yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah menggunakan
inkubator yang otomatis dalam mengatur suhu yang terdapat di dalam inkubator
tersebut, sehingga tidak perlu menggunakan lampu penerangan yang digunakan
untuk menghangatkan anakan jalak bali yang baru dipindahkan dari induknya.
Sarang yang terbuat dari tumpukan daun pinus digunakan untuk menaruh piyik
jalak bali agar piyik tersebut menjadi nyaman.
5.1.3.2 Perawatan kandang
Kebersihan dalam kandang dan sekitarnya sangat membantu dalam
produktivitas jalak bali yang ditangkarkan oleh Penangkaran UD Anugrah.
Kandang yang tidak bersih akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
Kegiatan perawatan pada kandang dilakukan pada pagi hari dengan cara:
1. Mengganti air yang digunakan untuk mandi dan untuk minum.
2. Mengganti pakan yang tersisa dengan pakan yang baru.
3. Menyapu, menyikat dan menyemprot pada bagian kandang yang
terdapat kotoran yang melekat.
Selain perawatan harian, Penangkaran UD Anugrah juga melakukan
perawatan bulanan yaitu dengan cara menyemprot desinfektan pada kandang
dengan campuran obat kutu dan cairan antiseptik. Kegiatan perawatan kandang di
Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Kegiatan perawatan kandang di Penangkaran UD Anugrah.
31
5.1.3.3 Suhu dan kelembaban udara kandang
Berdasarkan hasil pengamatan, pengukuran suhu udara di kandang
penangkaran UD Anugrah berkisar antara 24°C – 29°C. Kondisi suhu udara di
kandang Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Suhu udara kandang di Penangkaran UD Anugrah.
Selain itu, kelembaban udara di kandang Penangkaran UD Anugrah
berkisar antara 85% - 92% yang dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Kelembaban udara kandang di Penangkaran UD Anugrah.
Berdasarkan hasil pengamatan di Penangkaran UD Anugrah, suhu dan
kelembaban kandang jalak bali hampir sama dengan keadaan jalak bali di habitat
alaminya, yaitu di TNBB dengan suhu yang berkisar antara 28°C – 33°C dengan
24 24 25 25 27 28 28 29 28 27 27 25
05
101520253035
6:00
7:00
8:00
9:00
10:0
011
:00
12:0
013
:00
14:0
015
:00
16:0
017
:00
Suhu
Waktu
Suhu
(0C)
85 85 85
92 92
85 85 85 85 85 85 85
8082848688909294
6:00
7:00
8:00
9:00
10:0
011
:00
12:0
013
:00
14:0
015
:00
16:0
017
:00
Kel
emba
ban
Waktu
Kelembaban
(%)
32
kelembaban udara 86% (Novianti 2011). Dengan demikian, kondisi iklim mikro
di Penangkaran UD Anugrah sangat mendukung untuk perkembangbiakan jalak
bali, sehingga sangat cocok sebagai lokasi untuk menangkarkan jalak bali. Selain
itu, ketika cuaca sangat panas pengelola Penangkaran UD Anugrah mengalirkan
air yang digunakan untuk menyiram lantai kandang sehingga membuat keadaan di
dalam kandang lebih sejuk dan air yang tergenang karena penyiraman tersebut
digunakan jalak bali untuk mandi.
5.1.4 Pakan
Pakan merupakan hal yang sangat vital untuk jalak bali. Hal yang perlu
diperhatikan adalah kecocokan antara pakan dengan jalak bali yang ditangkarkan.
Untuk itu, pemberian pakan pada jalak bali tidak boleh dilakukan sembarangan
karena berkaitan dengan keseimbangan unsur gizi yang dibutuhkan oleh tubuh
jalak bali untuk berproduksi secara optimal. Menurut Mas’ud (2010), didalam
pemilihan pakan untuk jalak yang dipelihara di penangkaran harus
memperhatikan faktor kebiasaan makan (food habit) setiap jenis jalak, yakni
sebagai pemakan buah, faktor penampakan bahan pakan, dan individu burung itu
sendiri.
Selain itu, dalam penyediaan pakan harus cukup untuk kebutuhan jalak
bali sehingga makanan yang diberikan berfungsi secara efektif dan efisien.
Kriteria pakan yang berkualitas diantaranya adalah mempunyai kandungan gizi
yang dibutuhkan oleh burung, makanan harus segar, tidak berjamur dan tidak
tengik, makanan mudah dikonsumsi dan mudah dicerna oleh burung serta
kandungan serat kasarnya tidak tinggi (Forum Agri 2012). Agar lebih jelas,
dibawah ini akan diterangkan mengenai jenis pakan, sumber pakan, jumlah pakan,
cara pemberian pakan, waktu pemberian pakan dan tempat penyimpanan pakan
serta kandungan gizi pakan.
5.1.4.1 Jenis pakan, sumber pakan dan tempat penyimpanan pakan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terdapat pakan utama dan
pakan tambahan yang diberikan oleh pengelola Penangkaran UD Anugrah kepada
jalak bali, pakan utama jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah
adalah voer BR 1 dan jangkrik, serta pakan tambahan yang diberikan kepada jalak
bali diantaranya adalah kroto, ulat hongkong dan cacing. Selain itu, terdapat
33
pakan tambahan alami yang berasal dari buah yang diberikan oleh Penangkaran
UD Anugrah kepada jalak bali diantaranya adalah pepaya dan pisang. Pemberian
air minum dilakukan di dua tempat yaitu di tempat besar yang digunakan jalak
bali untuk mandi dan minum serta di tempat plastik yang ditaruh dekat tempat
makanan yang digunakan khusus untuk minum.
Pakan yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah dinilai cukup bervariasi
dibandingkan dengan pakan yang diberikan di Penangkaran MBOF yaitu hanya
pisang, jangkrik, pur dan kroto (Yunanti 2012). Pakan yang bervariasi membuat
jalak bali di Penangkaran UD Anugrah tidak pernah bosan untuk memakan pakan
yang diberikan oleh pengelola. Untuk lebih mengetahui pakan yang diberikan
Penangkaran UD Anugrah pada jalak bali dapat dilihat pada Gambar 12 (a) dan
(b).
Gambar 12 (a) Pakan utama (voer dan jangkrik); (b) Pakan tambahan jalak bali (pisang, pepaya, cacing, ulat hongkong dan kroto) di Penangkaran UD Anugrah.
Pakan yang diberikan kepada jalak bali di Penangkaran UD Anugrah
didapatkan melalui informasi yang terdapat dalam buku panduan penangkaran
burung dan didapatkan melalui pengalaman menangkarkan burung. Di alam, jalak
bali dapat memperoleh pakan dari habitat hutan savana, hutan musim, maupun
hutan mangrove. Pakan yang diperoleh di habitat tersebut berupa pakan buah dan
pakan hewani, diantara pakan hewani tersebut adalah ulat, belalang, capung,
rayap, dan semut (Mas’ud 2010).
Penangkaran UD Anugrah selain mendapatkan sumber pakan dari pasar
tradisional juga memperkerjakan masyarakat sekitar wilayah penangkaran untuk
menyediakan pakan bagi jalak bali. Pakan yang disediakan oleh masyarakat
34
diantaranya adalah kroto dan jangkrik. Tempat penyimpanan pakan pada
umumnya menyatu dengan dapur atau ruang gudang di rumah tinggal pengelola.
Perhatian pengelola Penangkaran UD Anugrah dikhususkan kepada
penyimpanan kroto. Kroto yang baru didatangkan di Penangkaran UD Anugrah
langsung dipisahkan antara telur dan larva dengan semut-semut pekerja yang
kecil. Menurut Hermawan (2012), pemisahan antara telur dan larva dengan semut-
semut pekerja yang kecil dilakukan karena jika tercampur menjadi satu maka
burung tersebut tidak menyukai kroto yang diberikan. Selain itu, pemisahan
antara telur dan larva dengan semut-semut pekerja bertujuan untuk mendapatkan
kroto yang berkualitas dengan kriteria tidak berbau, tidak terlalu lengket dan
berwarna cerah (Forum Agri 2012). Kroto yang diberikan kepada jalak bali
tersebut termasuk kedalam jenis kroto basah yang mempunyai kandungan air
(78,72%), jika tidak cepat disimpan maka akan terjadi pembusukan (Hermawan
2012). Penyimpanan kroto tersebut dilakukan di dalam kulkas yang sebelumnya
ditutup rapat dengan tempat makanan.
5.1.4.2 Jumlah pakan, cara pemberian pakan dan waktu pemberian pakan
Jumlah pakan yang diberikan oleh Penangkaran UD Anugrah kepada jalak
bali yang berada di penangkaran tidak diukur secara pasti. Pengelola memberikan
pakan yang dilakukan sebanyak 1 kali, yaitu pada pagi hari sekitar pukul 06:00 –
07:30 WIB. Untuk lebih jelasnya dalam mengetahui persentase jumlah pakan
yang diberikan kepada jalak bali, dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Persentase jumlah pakan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah No Bahan Pakan Jumlah (gr) Persentase (%)
1 Voer 100 22,22
2 Jangkrik 140 31,11
3 Kroto, ulat hongkong,
cacing
20 4,44
4 Pepaya 90 20
5 Pisang 100 22,22
Jumlah pakan yang diberikan kepada jalak bali haruslah cukup, karena
menurut Masy’ud dan Prayitno (1997), pemberian pakan yang cukup dapat
memenuhi kebutuhan satwa. Pada dasarnya, setiap penangkar memiliki cara-cara
35
yang berbeda dalam memberikan jumlah pakan kepada satwa yang ditangkarkan.
Masy’ud (2010) juga memberikan jenis dan jumlah pakan yang diberikan kepada
jalak bali yang dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Jenis dan jumlah pakan yang diberikan per pasang jalak bali di penangkaran
No Jenis pakan Jumlah pemberian
1 Pakan nabati
Pisang
Pepaya
110 gram
80 gram
2 Pakan hewani
Ulat hongkong
Jangkrik
Telur semut
10 gram
2 ekor
10 gram
3 Pakan konsentrat
Fancy gold food
Fancy food anti stress
Kroto kristal
Kroto voer 521
10 gram
10 gram
10 gram
10 gram
Pemberian pakan cacing, ulat hongkong hanya diberikan kepada jalak bali
yang berada di kandang reproduksi. Pemberian pakan cacing, kroto, ulat
hongkong dan jangkrik dilakukan dengan cara ditaruh di wadah yang telah
tersedia di dalam kandang. Selain ditaruh di wadah yang tersedia di dalam
kandang, pemberian pakan kroto juga dilakukan dengan cara menebar kroto di
lantai kandang. Pemberian pakan cacing dan ulat hongkong dapat meningkatkan
birahi, tetapi jika terlalu biasa diberikan cacing oleh pengelola maka efeknya tidak
secepat yang diharapkan. Pemberian kroto di kandang reproduksi dicampur
dengan probiotik breeding agar jalak bali yang berada di kandang reproduksi
dapat mencapai birahi. Pemberian jangkrik pada kandang reproduksi lebih banyak
jumlahnya dibandingkan dengan kandang yang lain. Menurut Yunanti (2012),
pemberian jangkrik pada kandang reproduksi dapat membantu proses birahi agar
indukan segera bertelur.
Kroto juga diberikan kepada jalak bali yang masih piyik. Pemberian kroto
pada piyik dicampur dengan air hangat agar memudahkan piyik tersebut menelan
makanannya. Pemberian kroto pada piyik dilakukan setiap satu jam sekali dengan
36
batasan lolohan 4 kali. Hal ini dilakukan karena pencernaan piyik masih belum
stabil dan jika piyik terlalu kenyang maka piyik tersebut akan mati kekenyangan.
Pemberian pakan pisang dan pepaya dilakukan dengan cara mengupas
kulitnya. Pisang dan pepaya yang telah dikupas kulitnya tersebut kemudian
ditaruh di wadah yang telah disediakan. Dalam satu minggu pemberian pisang dan
pepaya dilakukan secara bergantian dengan komposisi 5 hari pisang dan 2 hari
pepaya.
5.1.4.3 Kandungan gizi pakan
Jalak bali sama dengan satwa yang ada di dunia, yaitu membutuhkan
kandungan gizi yang cukup untuk hidupnya. Kandungan gizi pakan merupakan
salah satu penentu dalam keberhasilan beternak jalak bali. Jika pakan diberikan
sembarangan, maka keseimbangan unsur gizi yang dibutuhkan oleh jalak bali
tidak berproduksi secara optimal. Kandungan gizi pakan jalak bali yang berada di
Penangkaran UD Anugrah yang pernah dilaporkan Novianti (2011), dapat dilihat
pada tabel 10.
Tabel 10 Kandungan gizi pakan jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah
No Jenis
Pakan
Kandungan gizi
Kadar
abu
(%)
Kadar
protein
(%)
Kadar
lemak
(%)
Serat
kasar
(%)
Ca (%) BETN
(%)
ME
(Kkal/kg)
1 Pepaya 0,51 0,88 1,21 0,79 0,0016 4,92 299,68
2 Pisang 1,22 3,27 20,16 1,0025 0,22 28,57 2612,4
3 Kroto 2,04 12,43 2,48 3,59 0,15 0,34 614,28
4 Ulat
hongkong 1,99 15,23 2,99 4,6 1,62 7,28 1002,32
5 Pur 13,53 11,68 9,12 11,27 5,14 47,75 2830,04
6 Jangkrik 1,47 17,72 3,47 3,49 1,24 0,4 864,18
7 Cacing 2,16 17,29 4,19 0,14 1,4 1,68 940,63
Jumlah 22,92 78,5 43,62 24,8825 9,7716 90,94 9163,53
Berdasarkan Tabel 10, total kadar abu dalam kandungan gizi pakan jalak
bali di Penangkaran UD Anugrah sebesar 22,92% dengan total kadar abu dalam
pakan utama sebesar 15%, total kadar protein dalam kandungan gizi pakan jalak
bali sebesar 78,5% dengan total kadar protein dalam pakan utama sebesar 29,4%,
37
total kadar lemak dalam kandungan gizi pakan jalak bali sebesar 43,62% dengan
total kadar lemak dalam pakan utama sebesar 12,59% dan jumlah total serat kasar
dalam kandungan gizi pakan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah sebesar
24,8825% dengan total serat kasar dalam pakan utama sebesar 14,76% serta
jumlah total energi yang terdapat pada pakan jalak bali di Penangkaran UD
Anugrah sebesar 9163,53 kkal/kg dengan total energi dalam pakan utama sebesar
3694,22 kkal/kg. Ditinjau dari Sudarwo dan Siriwa (1999), menyebutkan bahwa
jumlah kebutuhan energi pada unggas sebesar 2900 – 3200 kkal/kg dan jumlah
protein sebesar 10–30%. Kebutuhan energi dan protein tersebut tidak jauh
berbeda bila dibandingkan dengan jumlah kebutuhan energi di Penangkaran UD
Anugrah sebesar 3694,22 kkal/kg dan kebutuhan protein sebesar 29,4% dalam
pakan utama jalak bali, sehingga dapat dikatakan kandungan gizi pakan jalak bali
di Penangkaran UD Anugrah sudah cukup baik.
Kandungan protein diperlukan bagi burung sebagai zat pembangun tubuh,
dapat menggantikan jaringan tubuh yang rusak, sebagai bahan baku pembentukan
enzim, hormon, dan zat-zat antibodi serta mengatur peredaran cairan tubuh dan
zat yang larut di dalamnya ke dalam dan ke luar sel (Hermawan 2012). Protein
terbentuk dari 20 asam amino (Turut 2011). Menurut Hermawan (2012),
kekurangan protein menyebabkan burung menjadi kurus, bulu rusak, kerdil,
kanibalisme, murung, enggan berkicau, serta sering berprilaku mencabuti bulunya
sendiri.
Menurut Forum Agri (2012), kandungan serat kasar pada pakan yang
diberikan kepada jalak bali tidak boleh terlalu tinggi. Bila terlalu tinggi akan
mengakibatkan berkurangnya daya serap tubuh terhadap sari makanan. Menurut
Hermawan (2012), karbohidrat merupakan unsur di dalam pakan yang berfungsi
sebagai sumber energi, pembakar lemak, memperkecil oksidasi protein menjadi
energi, dan memelihara fungsi normal alat-alat pencernaan serta kadar lemak
merupakan sumber energi, saluran air metabolik, insulator (pengatur suhu tubuh),
sebagai bantalan atau pelindung bagian tubuh, serta sebagai pembawa vitamin A,
D, E, dan K. Apabila burung terlalu banyak mengonsumsi lemak maka burung
tersebut berpeluang mencret atau gemuk. Padahal burung yang gemuk cenderung
malas berkicau dan berbiak.
38
5.1.5 Pemeliharaan kesehatan
Salah satu kendala terbesar dalam penangkaran jalak bali adalah
munculnya serangan penyakit yang bisa datang kapan saja, dan apabila tidak
segera ditangani dapat menyebabkan jalak bali menjadi cacat atau bahkan mati.
Penyakit yang ditemukan sering menyerang jalak bali di Penangkaran UD
Anugrah adalah diare. Menurut Suzanna dan Wresdiyati (1991), penyebab
penyakit diare pada satwa yang ditangkarkan disebabkan oleh bakteri Coliform
diarrhea. Diare ditandai dengan kotoran burung yang encer. Pengobatan yang
dilakukan oleh Penangkaran UD Anugrah adalah dengan cara mencampurkan
Revell Global sebanyak 1 tetes kepada minuman jalak bali. Penggunaan Revell
Global pada umumnya merupakan suplemen yang digunakan oleh manusia, tetapi
di Penangkaran UD Anugrah menggunakan obat tersebut untuk mengobati jalak
bali yang sedang mengalami diare. Perbandingan dosis yang dilakukan oleh
Penangkaran UD Anugrah dalam memakai Revell Global adalah 1:20, dengan
artian 20 tetes kepada manusia setara dengan satu tetes kepada jalak bali.
Menurut hasil penelitianYunanti (2012), penyakit yang pernah dialami
oleh jalak bali di Penangkaran Mega Bird and Orchid Farm (MBOF) dapat dilihat
pada Tabel 11.
Tabel 11 Riwayat penyakit yang pernah diderita jalak bali di Penangkaran MBOF No Jenis penyakit Obat Keterangan
1 Katarak Tidak dapat diobati -
2 Flu Tetra-chrol dan mitrafox-12 Dicampurkan pada minuman
3 Sakit mata Obat tetes mata (polidex) Diteteskan pada mata burung
4 Cacar pada kaki Antiseptic dan Salep 88 atau
cabe
Disemprotkan pada kandang
atau dioleskan pada kaki
Penangkaran UD Anugrah selain memberikan penanganan secara cepat
terhadap penyakit yang diderita oleh jalak bali juga memberikan suplemen
tambahan berupa vitamin yang dapat menjaga kondisi tubuh serta memberikan
Prebiotik Alami untuk mempercepat birahi jalak bali yang berada di kandang
kawin. Berikut gambar obat-obatan dan multivitamin jalak bali di Penangkaran
UD Anugrah (Gambar 13).
39
Gambar 13 Obat-obatan dan multivitamin jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
5.1.6 Teknik reproduksi
Reproduksi jenis-jenis satwa liar yang dilakukan secara intensif dalam
penangkaran, memiliki proses pemeliharaan yang pada dasarnya sama dengan
pengembangbiakan pada hewan ternak (Thohari 1987). Menurut Setio dan
Takandjandji (2007), reproduksi merupakan kunci keberhasilan dalam
penangkaran untuk meningkatkan populasi dan produktivitas. Pengetahuan
tentang biologi dan perilaku reproduksi jenis satwa yang ditangkarkan sangat
penting karena dapat memberikan arah pada tindakan manajemen yang diperlukan
guna menghasilkan produksi satwa yang ditangkarkan sesuai harapan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak pengelola, aspek
reproduksi yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah meliputi pemilihan bibit,
penentuan jenis kelamin, pengaturan kawin dan pembesaran piyik.
5.1.6.1 Pemilihan bibit
Salah satu langkah pertama dalam memulai beternak jalak bali adalah
menyeleksi atau memilih bibit unggulan yang nantinya akan dipelihara atau
dikembangbiakan. Tujuan dari seleksi bibit ini adalah untuk mendapatkan bakalan
jalak bali yang benar-benar bagus dan sehat sehingga nantinya dapat
menghasilkan jalak bali yang berkualitas baik. Apabila bibit jalak bali yang
digunakan kualitasnya buruk, seberapa pun bagusnya kualitas pemeliharaan yang
telah diberikan tidak akan memperoleh hasil yang maksimal. Di Penangkaran UD
Anugrah, pemilihan bibit jalak bali untuk dijadikan indukan harus sehat dan tidak
cacat.
40
Menurut Mas’ud (2010), pemilihan bibit jalak bali yang dijadikan sebagai
indukan harus sehat, energik (aktif), nafsu makannya baik, kotorannya tidak keras
atau tidak encer, mata jernih, bulu halus, bulu bersih putih mengkilat, dan
gerakannya lincah. Selain itu, pemilihan bibit di Penangkaran UD Anugrah untuk
jantan usia minimal berumur satu tahun dan untuk betina usia minimal delapan
bulan.
5.1.6.2 Penentuan jenis kelamin
Salah satu bentuk aktivitas yang sangat penting dan harus dilakukan dalam
beternak jalak bali adalah melakukan identifikasi jenis kelamin jalak bali yang
dikenal dengan istilah sexing. Identifikasi jenis kelamin ini sangat penting untuk
dilakukan karena berkaitan dengan perbedaan perlakuan yang harus diberikan
pada jalak bali jantan dengan jalak bali betina setelah memasuki masa birahi.
Selain itu, identifikasi jenis kelamin ini sangat berguna sewaktu akan dilakukan
proses perkawinan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan indukan,
baik pada jantan maupun pada betina yang dijodohkan.
Bagi sebagian orang, sexing ini merupakan suatu pekerjaan yang tidak
mudah dilakukan. Sebab, tampilan luar antara jalak bali jantan dan jalak bali
betina memang nyaris tidak jauh berbeda. Mas’ud (2010) juga menyebutkan jalak
bali termasuk burung monomorfik yang memiliki tampilan luar relatif sama, maka
membedakan jenis kelamin antara burung jantan dan betina relatif sulit.
Penangkaran UD Anugrah mempunyai cara sendiri dalam menentukan jenis
kelamin jantan dan jenis kelamin betina pada jalak bali yang dapat dilihat pada
Tabel 12.
Tabel 12 Ciri-ciri morfologi jalak bali jantan dan jalak bali betina di Penangkaran UD Anugrah
No Ciri morfologi Jantan Betina
1 Postur tubuh Tampak lebih besar Tampak lebih ramping
2 Bulu di paruh Lebih panjang dan tegak ke atas Pendek dan datar
3 Kuncir Lebih panjang Pendek
Untuk mengetahui perbedaan nyata dari jalak bali jantan dan jalak bali
betina, dapat dilihat pada Gambar 14.
41
Gambar 14 Jalak bali jantan (kanan) dan jalak bali betina (kiri).
Selain ciri-ciri morfologi yang dapat membedakan antara jalak bali jantan
dengan jalak bali betina, Penangkaran UD Anugrah juga melihat dari aktivitasnya.
Aktivitas jalak bali jantan lebih aktif daripada aktivitas jalak bali betina. Mas’ud
(2010) menambahkan, perbedaan antara jalak bali jantan dan jalak bali betina
adalah jalak bali betina kicauannya kurang rajin dan kurang bervariasi serta
volume suaranya lebih kecil dibandingkan dengan jalak bali jantan yang memiliki
volume suara yang lebih besar dan bervariasi. Pada musim kawin juga terlihat
perbedaan antara jalak bali jantan dengan jalak bali betina. Menurut Kurniasih
(1997), pada musim kawin jalak bali jantan lebih agresif dari pada jalak bali
betina.
5.1.6.3 Pengaturan kawin
Pengaturan kawin terhadap jalak bali yang berada di Penangkaran UD
Anugrah adalah dengan mengawinkan satu jantan dengan satu betina dalam satu
kandang reproduksi. Jalak tergolong hewan monogamus yang hanya memiliki
satu pasangan dalam satu musim kawin sehingga sex rasionya adalah 1:1 (Mas’ud
2010). Proses perkawinan jalak bali menurut pengelola Penangkaran UD.
Anugrah terjadi setiap bulan dengan frekuensi telur yang dihasilkan antara 2 – 4
telur.
Jalak bali yang akan dijadikan induk, sebelumnya dilakukan tahap
penjodohan. Cara tersebut adalah melepas beberapa pasang jalak bali dewasa di
kandang pembesaran, jalak bali dibiarkan memilih pasangannya sendiri. Jalak bali
yang sudah berjodoh ditandai selalu berdua dengan pasangannya dan berkicau
42
sahut menyahut. Setelah itu, jalak bali yang sudah memilih jodoh dipindahkan ke
kandang kawin kemudian jika tidak memperlihatkan tanda-tanda kawin maka
salah satu induk diambil dan diganti dengan pasangan yang lain. Menurut Mas’ud
(2010), dalam proses perkawinan intensitas perawatan kandang harus dikurangi
dan faktor-faktor gangguan sedapat mungkin harus dihindari karena jika terdapat
gangguan, pasangan jalak bali seringkali memperlihatkan sifat tidak mau bertelur,
enggan mengerami telur atau bahkan kanibalisme.
Setelah melakukan perkawinan dan mengeluarkan telur, jalak bali jantan
dan jalak bali betina akan mengerami telur dengan masa pengeraman 14 – 18 hari.
Jalak bali betina mengeluarkan satu telur per hari dan terus berlanjut hingga
jumlah telur di tubuhnya habis. Berdasarkan hasil pengamatan, proses
mengeluarkan telur terjadi pada pukul 08.00 WIB – 09.00 WIB. Pengeraman telur
dilakukan pada waktu hari pertama mengeluarkan telur dengan frekuensi
pengeraman paling banyak pengeraman dilakukan oleh jalak bali betina.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola Penangkaran UD
Anugrah, terdapat kasus dimana telur berhasil menetas, tetapi anaknya mati
setelah menetas. Menurut Forum Agri (2012), terdapat binatang pengganggu yang
masuk ke dalam sarang. Solusi untuk hal ini, begitu telur-telur sudah menetas,
peternak harus rajin memperhatikan atau mengawasi keadaan sarang (dalam jarak
yang tidak terlalu dekat), sehingga apabila terjadi hal-hal yang mencurigakan bisa
langsung ditangani.
5.1.6.4 Pembesaran piyik
Proses pembesaran piyik di Penangkaran UD Anugrah dilakukan dengan
cara pengelola mengambil piyik yang telah berumur 3 – 7 hari kemudian
dipindahkan ke inkubator. Menurut hasil wawancara dengan pengelola, proses
pemindahan piyik ke inkubator disebabkan oleh indukan jalak bali tidak mau
meloloh anaknya dan anaknya dibuang dari sangkar. Menurut Mas’ud (2010),
dengan mempercepat usia sapih anak, pada dasarnya dapat mempercepat induk
untuk bertelur kembali, namun cara ini perlu dilakukan dengan hati-hati, agar
tidak menimbulkan resiko stres baik kepada induk maupun anaknya.
Di inkubator piyik jalak bali diberi makanan berupa kroto basah yang
dicampur dengan air hangat agar piyik tersebut mudah menelan makanannya.
43
Pemberian pakan kroto basah tersebut juga untuk memberikan gizi yang terbaik,
terutama protein, yaitu 47,80% (Hermawan 2012). Piyik jalak bali sangat
memerlukan protein karena fungsi protein sebagai perkembangan setiap sel dalam
tubuh dan juga untuk menjaga kekebalan tubuh dari penyakit. Piyik jalak bali
berada di inkubator selama 1 bulan yang kemudian dipindahkan ke kandang
soliter. Berdasarkan hasil pengamatan, di dalam inkubator, suhu di dalamnya
disesuaikan dengan suhu nyaman jalak bali yaitu sekitar 29°C supaya piyik
tersebut tetap hangat dan nyaman, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
15.
Gambar 15 Piyik jalak bali di inkubator Penangkaran UD Anugrah.
Menurut Setio dan Takandjandji (2007), pembesaran piyik yang dilakukan
di Penangkaran UD Anugrah dilakukan dengan cara hand rearing. Hand rearing
adalah proses penanganan piyik dengan cara memisahkan atau mengambil burung
dari induknya untuk kemudian dipelihara dan dibesarkan oleh penangkar secara
lebih intensif sampai burung bisa dianggap mandiri. Walaupun memberikan
kemungkinan keberhasilan hidup anak piyik yang lebih tinggi, hand rearing
membutuhkan waktu cukup banyak dan ketelatenan, sehingga kurang praktis
terutama apabila kegiatan penangkaran melibatkan pasangan burung dalam
jumlah relatif banyak. Oleh karena itu, sebaiknya piyik dibiarkan dipelihara oleh
induknya secara alami. Keberhasilan hidup piyik yang dipelihara induknya secara
alami dapat ditingkatkan dengan bertambahnya pengalaman penangkar dalam
menangani piyik yang dipelihara induknya.
44
Pemasangan cincin dilakukan terhadap piyik yang berumur tujuh hari pada
kaki kiri. Menurut Setio dan Takandjandji (2007), pemasangan cincin kepada
piyik yang masih berumur muda dilakukan agar tidak merusak kakinya serta
pemasangan cincin di sebelah kiri karena kaki kiri sering dipakai untuk bertumpu
sedangkan kaki kanan dipakai untuk mengambil, memegang atau menjepit
makanan.
5.1.7 Teknik adaptasi
Teknik adaptasi dilakukan oleh Penangkaran UD Anugrah kepada jalak
bali yang baru didatangkan ke dalam lingkungan penangkaran yang baru. Proses
adaptasi satwa bagi jalak bali diletakkan di dalam kandang karantina yang
bertujuan untuk mengurangi rasa stres pada burung. Kandang karantina yang
terdapat di Penangkaran UD Anugrah sama dengan kandang soliter. Menurut
Mas’ud (2010), adaptasi di kandang karantina hal ini dimaksudkan untuk melihat
kemungkinan adanya penyakit atau gangguan lain. Lama proses adaptasi jalak
bali di kandang soliter yang pernah dilakukan oleh Penangkaran UD Anugrah
selama 2 – 7 hari. Menurut Turut (2011), dalam menjinakkan burung yang
didatangkan dari luar terdapat beberapa cara, diantaranya:
a. Harus diupayakan mandi di tempat mandi khusus burung.
b. Jangan terlalu sering membuatnya terkejut.
c. Harus dijauhkan dari gangguan lingkungan, baik pada siang dan
malam hari.
Selain itu, penggunaan kandang karantina juga digunakan bagi jalak bali
yang menderita penyakit. Pemisahan ini dilakukan agar penyakit yang diderita
tidak menular ke jalak bali yang lain dan agar bisa segera mendapatkan perawatan
yang semestinya. Perlakuan yang diberikan oleh pengelola Penangkaran UD
Anugrah terhadap jalak bali yang berada di kandang karantina adalah sama seperti
perlakuan pada burung lainnya yaitu memberi makan, minum dan pemberian
obat-obatan serta vitamin.
5.2.8 Manajemen pemanfaatan hasil
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola Penangkaran UD
Anugrah, jalak bali yang dimanfaatkan digunakan sebagai satwa peliharaan dan
indukan penangkaran. Menurut Hermawan (2012), jalak bali banyak diminati oleh
45
konsumen karena penampilannya yang indah dan elok. Syarat jalak bali yang
diperdagangkan adalah sehat dan tidak ada cacat.
Jalak bali yang berumur tiga bulan dijual dengan harga Rp. 5.000.000,- per
ekor lengkap dengan cincin, sertifikat dan SATS-DN. Jalak bali yang telah
berpasangan dijual oleh Penangkaran UD Anugrah dengan harga 9 – 20 juta per
pasang. Pemakaian cincin dilakukan pengelola kepada jalak bali yang berumur
tujuh hari. Jalak bali yang sudah dibeli, dibawa oleh konsumen dengan kandang
soliter yang dipakaikan dengan kerodong. Kerodong adalah kain yang digunakan
menutup kandang soliter agar burung yang dibawa tidak stres. Perbedaan harga
yang dijual selain syarat utama yaitu sehat dan tidak ada cacat serta syarat yang
lain yaitu dari perbedaan umur jalak bali yang ditangkarkan. Untuk mengetahui
bentuk cincin dan sertifikat yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah dapat
dilihat pada Gambar 16 (a) dan (b).
Gambar 16 (a) Cincin jalak bali; (b) Sertifikat penjualan jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah.
Pemasaran jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah masih secara sederhana
dalam melakukan promosi kepada konsumen karena promosi hanya dilakukan
secara lisan antara penggemar burung. Konsumen yang tertarik dengan jalak bali
yang terdapat di Penangkaran UD. Anugrah, datang ke penangkaran dan memilih
jalak bali yang diminati olehnya.
46
5.2 Ukuran keberhasilan dalam kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran UD Anugrah Dalam suatu usaha penangkaran, khususnya penangkaran jalak bali
keberhasilan dalam mengembangbiakkan jalak bali hingga memperoleh bibit yang
baru adalah hal yang mutlak untuk diperoleh apabila penangkaran tersebut ingin
terus berjalan. Jalak bali yang ditangkarkan oleh suatu penangkaran harus sehat
dan tidak cacat, hal ini akan berakibat dengan kualitas jalak bali dan bibit jalak
bali yang dihasilkan. Berikut persentase dan kriteria tingkat daya tetas telur,
perkembangbiakan induk jalak bali dan angka kematian piyik dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 13 Persentase dan kriteria tingkat daya tetas telur, perkembangbiakan dan angka kematian jalak bali di Penangkaran UD Anugrah
No Tahun
Persentase (%)
Daya tetas telur Perkembangbiakan induk jalak
bali
Angka kematian
1 2009 50 40 25
2 2010 50 50 25
3 2011 50 70 25
4 2012 50 100 25
Rata-rata (%) 50 65 25
Kriteria Sedang Tinggi Rendah
Berdasarkan tabel 14, daya tetas telur diperoleh sebanyak 50% dengan
kategori sedang. Daya tetas telur diperoleh dari telur yang ditetaskan dibagi
dengan jumlah total telur yang ada. Jalak bali di Penangkaran UD Anugrah
mampu menghasilkan telur antara 2 – 4 telur, namun yang dapat ditetaskan
berjumlah 1 – 2 telur. Persentase perkembangbiakan induk jalak bali di
Penangkaran UD Anugrah tergolong tinggi yaitu 65%. Hal ini diduga karena
pengelolaan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah telah cukup berhasil untuk
membuat jalak bali di penangkaran tersebut menghasilkan telur serta
bertambahnya indukan jalak bali yang mampu berkembangbiak menyebabkan
nilai dari tingkat perkembangbiakan menjadi tinggi. Angka kematian piyik yang
berada di Penangkaran UD Anugrah tergolong rendah yaitu 25%. Hal ini
dikarenakan pada saat umur piyik sekitar 3 – 7 hari telah dipisahkan lebih awal
agar mencegah kematian piyik akibat dipatuk oleh induknya serta nilai tersebut
47
didapatkan dari total anak yang mati tiap kelas umur dibagi dengan total anak
keseluruhan tiap kelas umur. Menurut Permenhut Nomor P.19/Menhut-II/2005
tentang Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar menyebutkan bahwa tingkat daya
tetas telur, tingkat perkembangbiakan induk jalak bali serta tingkat angka
kematian piyik yang berada di Penangkaran UD Anugrah telah memenuhi syarat
untuk keberhasilan penangkaran dalam segi standar kualifikasi penangkaran yang
telah ditetapkan oleh Permenhut tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penangkaran yang dinyatakan telah layak untuk dijual kepada peminat jalak bali.
Standar kualifikasi penangkaran tersebut dapat dilihat pada lampiran 8 mengenai
keputusan dari Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur yang member izin kepada
Penangkaran UD Anugrah sebagai pengumpul/pengedar jalak bali.
Peran serta masyarakat sekitar penangkaran sangat diperlukan dalam suatu
usaha penangkaran, apabila tidak diperhatikan faktor tersebut maka besar
kemungkinan akan terjadi kecemburuan sosial yang akan merugikan kegiatan
pengelolaan suatu penangkaran. Berdasarkan hasil wawancara, Penangkaran UD
Anugrah telah memperhatikan faktor tersebut dengan cara memperkerjakan
masyarakat sekitar sebagai keeper serta sebagai penyedia pakan bagi jalak bali.
Penangkaran UD Anugrah juga tidak melakukan perbuatan yang merugikan
masyarakat, seperti membuang limbah sembarangan. Hal ini dikarenakan limbah
yang berasal dari hasil pembuangan Penangkaran UD Anugrah dikumpulkan dan
dibuang ke tempat sampah serta membuat Penangkaran UD Anugrah dinilai
berhasil dalam memperhatikan faktor sosial yang berada di sekitar penangkaran
tersebut. Prayana (2012) menambahkan, beberapa hal yang menjadi faktor
penentu keberhasilan dalam kegiatan penangkaran antara lain:
a. Letak kandang yang jauh dari kebisingan dan gangguan manusia.
b. Kebersihan, keamanan, dan perawatan kandang yang selalu terjaga.
c. Pemberian pakan, baik pakan utama maupun pakan tambahan yang rutin
diberikan setiap hari.
d. Pemberian obat dan vitamin secara rutin untuk menjaga kesehatan dan
mencegah terserangnya penyakit pada burung yang ditangkarkan.
e. Menjaga kemurnian genetik dan menghindari terjadinya in-breeding.
48
5.3 Aktivitas Harian
Tempat penangkaran tidak dapat dikondisikan serupa dengan habitat asli
jalak bali di alam. Akibat keterbatasan inilah yang menyebabkan perubahan pada
perilaku jalak bali. Hasil penelitian mengenai persentase aktivitas harian jalak bali
di Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada Gambar 17. Berdasarkan gambar
20, aktivitas jalak bali jantan banyak melakukan aktivitas diam, yaitu selama
147,13 menit atau sekitar 20,43% dari waktu pengamatan disusul dengan aktivitas
mengerami telur yaitu selama 125,92 menit atau sekitar 17,49% dari waktu
pengamatan, aktivitas yang sedikit dilakukan oleh jalak bali jantan aktivitas kawin
yang dilakukan selama 0,2 menit atau sekitar 0,03% dari waktu pengamatan,
sedangkan untuk aktivitas jalak bali betina aktivitas yang paling banyak dilakukan
adalah aktivitas mengerami telur, yaitu selama 366,76 menit atau sekitar 50,94%
dari waktu pengamatan disusul dengan aktivitas makan selama 94,45 menit atau
sekitar 13,12% dari waktu pengamatan serta untuk aktivitas yang sedikit
dilakukan yaitu aktivitas membangun sarang, yaitu selama 0,55 menit atau sekitar
0,08% dari waktu pengamatan. Aktivitas harian jalak bali yang ditunjukkan di
Penangkaran UD Anugrah, jalak bali jantan cenderung lebih aktif dan dominan
daripada jalak bali betina. Hal ini sesuai dengan pendapat Houpt dan Thomas
(1982) dalam Rekapermana et. Al (2006), yang menyatakan bahwa pada
umumnya satwa jantan lebih agresif dibandingkan satwa betina, baik dalam
hubungan interspecies maupun intraspecies.
Aktivitas jalak bali jantan banyak melakukan aktivitas diam karena jalak
bali jantan menunggu jalak bali betina yang mengerami telur di luar sarang untuk
berjaga-jaga (Dimitra 2011). Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat aktivitas
yang dapat membedakan antara jalak bali jantan dan jalak bali betina, aktivitas
tersebut hanya dilakukan oleh jalak bali betina yaitu melakukan aktivitas bertelur.
49
Gambar 17 Persentase aktivitas harian jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Selain itu, untuk mengetahui hubungan perbedaan antara jenis kelamin
dengan aktivitas harian jalak bali, maka diuji dengan menggunakan uji khi-
kuadrat (X2) yang dapat dilihat pada tabel 14.
2.21
10.66
5.73
0.09
3.7
11.68
0.59
2.09
20.43
11.28
0.63
1.73
1.73
0.21
17.49
6.72
3
0.03
0
1.9
3.23
3.62
0.08
1.28
9.16
0.47
1.85
10.84
13.12
0.34
0.58
0.32
0.08
50.94
1.77
0.29
0
1.08
0 10 20 30 40 50 60
Melompat
Bersuara
Berjalan
Membuang kotoran
Bergeser
Menelisik bulu
Membersihkan paruh
Terbang
Diam
Makan
Minum
Mandi
Membawa bahan sarang
Membangun sarang
Mengerami telur
Saling dekat
Saling menelisik tubuh
Kawin
Bertelur
Persentase
AK
tivita
s har
ian
Betina
Jantan
50
Tabel 14 Perbedaan karakteristik aktivitas harian antara jalak bali jantan dan jalak bali betina berdasarkan hasil uji X2
No Jenis aktivitas X2 hitung Perbedaan antara jalak bali
jantan dan jalak bali betina
1 Melompat 0,22 Tidak nyata
2 Bersuara 28,63 Sangat nyata
3 Berjalan 3,42 Nyata
4 Membuang kotoran 0,007 Tidak nyata
5 Bergeser 8,48 Sangat nyata
6 Menelisik bulu 2,2 Nyata
7 Membersihkan paruh 0,08 Tidak nyata
8 Terbang 0,1 Tidak nyata
9 Diam 21,6 Sangat nyata
10 Makan 1 Nyata
11 Minum 1,03 Nyata
12 Mandi 4,14 Nyata
13 Membawa bahan sarang 6,95 Nyata
14 Membangun sarang 0,41 Nyata
15 Mengerami telur 117,74 Sangat nyata
16 Saling dekat 10,78 Sangat nyata
17 Saling menelisik tubuh 16,15 Sangat nyata
18 Kawin 0,2 Tidak nyata
19 Bertelur 1,08 Nyata
Keterangan X2 tabel (0.99;4) = 0.297
Berdasarkan tabel 14, diketahui bahwa sebagian besar aktivitas jalak bali
terdapat perbedaan yang nyata. Perbedaan nyata antara jalak bali jantan dan jalak
bali betina terdapat 14 aktivitas, diantaranya adalah bersuara, berjalan, bergeser,
menelisik bulu, diam, makan, minum, mandi, membawa bahan sarang, mengerami
telur, bertelur, saling dekat dan saling menelisik tubuh. Perbedaan nyata
didapatkan ketika nilai X2 hitung lebih besar dari pada nilai X2 tabel maka tolak
H0. Selain itu, terdapat aktivitas yang tidak menunjukkan perbedaan nyata antara
jalak bali jantan dan jalak bali betina yaitu terdapat lima aktivitas, diantaranya
aktivitas melompat, membuang kotoran, membersihkan paruh dan terbang serta
aktivitas kawin. Hal ini dikarenakan nilai X2 hitung lebih kecil dari pada nilai X2
tabel maka terima H0.
51
5.3.1 Aktivitas melompat
Jalak bali yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah melakukan aktivitas
melompat ketika jalak bali tersebut menghampiri pakan yang diberikan pengelola
dan ketika jalak bali tersebut turun ke lantai kandang serta menghampiri tempat
mandi. Ketika melompat, jalak bali menyentakkan kaki belakang dan kaki depan
lurus ke depan sampai ke tempat yang dituju. Jalak bali jantan melakukan
aktivitas melompat selama 15,93 menit atau 2,21% dari waktu pengamatan,
sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas melompat selama 13,65 menit
atau 1,9% dari waktu pengamatan. Aktivitas melompat lebih sering dilakukan
oleh jalak bali betina di pagi hari ketika pengelola memberikan pakan ke kandang
serta aktivitas melompat lebih sering dilakukan jalak bali jantan di siang hari
menuju tempat mandi ketika suhu di penangkaran menjadi tinggi.
5.3.2 Aktivitas bersuara
Menurut Fitri (2012) dan Fraser (1980) diacu dalam Rianti (2010), suara
yang dikeluarkan oleh burung pada dasarnya untuk mempertahankan diri dari
predator serta untuk memikat betina dalam proses pra kawin. Berdasarkan hasil
pengamatan, aktivitas bersuara yang dilakukan jalak bali jantan dalam memikat
jalak bali betina, ditandai dengan suara “wuudtuk” secara berulang. Ketika
mengeluarkan suara, kepala diarahkan ke atas, jambul ditegakkan, perut menjadi
besar dan badan digerakkan naik dan turun (Gambar 18).
Gambar 18 Aktivitas bersuara jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas bersuara sebanyak 76,76 menit atau
sekitar 10,66% dari waktu pengamatan, sedangkan jalak bali betina melakukan
52
aktivitas bersuara sebanyak 23,25 menit atau sekitar 3,23% dari waktu
pengamatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mas’ud (2010), yang menyatakan
bahwa jalak bali betina kicauannya kurang rajin dan kurang bervariasi serta
volume suaranya lebih kecil dibandingkan dengan jalak bali jantan yang memiliki
kicauan yang rajin, volume suara yang lebih besar dan bervariasi.
5.3.3 Aktivitas berjalan
Jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah melakukan aktivitas
berjalan di lantai kandang, biasanya aktivitas ini bertujuan untuk memperoleh
pakan dan air. Menurut Dimitra (2011), berjalan dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu pertama berjalan biasa menggunakan kaki kiri lalu disusul dengan kaki
kanan. Kedua berjalan cepat, yaitu seperti halnya dengan jalan biasa hanya lebih
cepat. Jalak bali jantan melakukan aktivitas berjalan sebanyak 41,26 menit atau
sekitar 5,73% dari waktu pengamatan, sedangkan jalak bali betina melakukan
aktivitas berjalan sebanyak 26,09 menit atau sekitar 3,62% dari waktu
pengamatan. Jalak bali jantan banyak melakukan aktivitas berjalan dibandingkan
dengan jalak bali betina karena jalak bali betina selama pengamatan banyak
menghabiskan waktu di dalam sarang untuk mengerami telur.
Menurut Takandjandji dan Mite (2008), aktivitas berjalan disebabkan oleh
adanya rangsangan eksternal dan internal dari dalam tubuh. Ransangan internal
berasal dari dalam tubuh, dimana burung merasa lapar, haus, dan ingin kawin,
sehingga melakukan aktivitas berjalan yang diinginkan. Ransangan eksternal
merupakan rangsangan dari luar, misalnya adanya gangguan yang menyebabkan
jalak bali melakukan aktivitas.
5.3.4 Aktivitas membuang kotoran
Jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah pada saat membuang
kotoran bisa di sembarang tempat. Jalak bali saat membuang kotoran biasanya di
atas kayu tangkringan dan di lantai kandang. Saat membuang kotoran, jalak bali
mengibaskan seluruh bulu tubuhnya serta merenggangkan bulu ekornya sambil
mengeluarkan kotoran melalui kloaka. Jalak bali jantan melakukan aktivitas
membuang kotoran selama 0,64 menit atau sekitar 0,09% dari waktu pengamatan,
sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas membuang kotoran selama 0,55
menit atau sekitar 0,08% dari waktu pengamatan.
53
Pada aktivitas membuang kotoran, tidak terdapat perbedaan yang besar
antara jalak bali jantan dengan jalak bali betina. Menurut Bagus (2011), tingginya
aktivitas membuang kotoran yang dilakukan oleh satwa disebabkan oleh hasil
metabolisme konsumsi pakan pada waktu sebelumnya yang tidak dicerna dan
tidak digunakan lagi oleh tubuh, sehingga harus dikeluarkan.
5.3.5 Aktivitas bergeser
Aktivitas bergeser merupakan aktivitas yang dilakukan jalak bali ketika
berpindah tempat pada tempat bertengger dengan cara bergeser. Ketika
melakukan aktivitas bergeser, jalak bali bergeser dengan posisi kepala menghadap
arah yang dituju (Gambar 19).
Gambar 19 Aktivitas bergeser jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas bergeser selama 26,62 menit atau
sekitar 3,7% dari waktu pengamatan, sedangkan jalak bali betina melakukan
aktivitas bergeser selama 9,2 menit atau sekitar 1,28% dari waktu pengamatan.
Menurut hasil penelitian di lapangan, jalak bali jantan banyak melakukan aktivitas
bergeser karena aktivitas tersebut digunakan untuk menghampiri jalak bali betina
yang ketika itu berada di tempat bertengger.
5.3.6 Aktivitas menelisik bulu
Aktivitas menelisik bulu merupakan aktivitas utama dalam pemeliharaan
bulu. Menelisik membantu burung untuk mengeluarkan benda-benda asing yang
menempel di antara bulu-bulunya serta merapikan kembali yang kusut
(Rekapermana et al. 2006). Aktivitas menelisik bulu pada jalak bali yang berada
di Penangkaran UD Anugrah dilakukan dengan paruh, digerakkan atau digigit-
54
gigit hingga keujung. Kaki burung dapat menggaruk bagian kepala, biasanya
untuk membersihkan bagian kepala yang tidak dapat tersentuh oleh paruh.
Aktivitas menelisik bulu dilakukan di atas tempat bertengger. Untuk mengetahui
aktivitas menelisik bulu jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah dapat
dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Aktivitas menelisik bulu jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas menelisik bulu selama 84,12 menit
atau sekitar 11,68% dari waktu pengamatan, sedangkan jalak bali betina
melakukan aktivitas menelisik bulu selama 65,94 menit atau sekitar 9,16% dari
waktu pengamatan. Menurut hasil pengamatan, perbedaan mendasar yang
menyebabkan perbedaan aktivitas menelisik bulu pada jalak bali yang berada di
Penangkaran UD Anugrah adalah pengaruh dari lamanya aktivitas mandi.
Aktivitas menelisik bulu dilakukan oleh jalak bali setelah melakukan aktivitas
mandi. Air yang berada di bulu burung dapat menghambat pergerakan, dengan
menelisik bulu maka akan merangsang kelenjar minyak di bawah kulit untuk
mengeluarkan sejenis minyak yang berfungsi untuk melapisi permukaan bulu agar
kedap air (Artini 1997 diacu dalam Rekapermana et al. 2006). Selain itu, aktivitas
menelisik bulu juga dilakukan oleh jalak bali setelah makan. Menurut
Setyaningrum (2007), aktivitas menelisik bulu dilakukan untuk merapikan
kembali helai-helai bulu yang menyatu serta mengeluarkan benda-benda asing
yang menempel di antara bulu-bulunya.
55
5.3.7 Aktivitas membersihkan paruh
Jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah melakukan aktivitas
membersihkan paruh setelah melakukan aktivitas makan. Berdasarkan hasil
pengamatan, paruh burung dibersihkan dari sisa pakan yang menempel dengan
cara menggesek-gesekan paruh pada kayu tenggeran, tetapi kadang-kadang
burung mengangkat salah satu kakinya kemudian paruh dibersihkan menggunakan
jari kaki. Jalak bali jantan melakukan aktivitas membersihkan paruh selama 4,22
menit atau sekitar 0,59% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina
melakukan aktivitas membersihkan paruh selama 3,39 menit atau sekitar 0,47%
dari waktu pengamatan. Pada aktivitas membersihkan paruh tidak terdapat
perbedaan besar antara jalak bali jantan dan jalak bali betina dikarenakan aktivitas
ini tidak terlalu sering dilakukan oleh jalak bali.
5.3.8 Aktivitas terbang
Dari hasil pengamatan aktivitas terbang dilihat dari Gambar 24 waktu
terbang jantan lebih tinggi dari yang betina. Waktu yang dibutuhkan jalak bali
jantan untuk terbang selama 15,04 menit atau sekitar 2,09%, sedangkan untuk
betina selama 13,3 menit atau sekitar 1,85%. Pada waktu terbang jalak bali sangat
jarang mengepakkan sayap. Menurut Fitri (2008) diacu dalam Dimitra (2011),
cara terbang yang dilakukan oleh jalak bali yang berada di Penangkaran UD
Anugrah disebut dengan meluncur (gliding), dan sayap tidak dikepakkan
berfungsi sebagai penyeimbang tubuh agar tubuh tetap stabil dalam posisi
melayang. Terbang dilakukan oleh jalak bali dengan cara berpindah tempat pada
lantai kandang dan tempat bertengger dengan menggunakan kedua sayap (Gambar
21).
Gambar 21 Aktivitas terbang jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
56
Waktu terbang yang dilakukan jalak bali jantan lebih tinggi dari pada jalak
bali betina. Jalak bali jantan yang berada di Penangkaran UD Anugrah lebih aktif
tingkah lakunya dari pada jalak bali betina yang cenderung untuk berada di dalam
sarang sehingga jalak bali betina sehingga kurang aktif. Kemampuan terbang pada
burung dalam penangkaran mempunyai keterbatasan karena luasan kandang yang
terbatas, sehingga tidak memungkinkan bagi jalak bali melakukan aktivitas
terbang dalam waktu lama (Takandjandji et al. 2010).
5.3.9 Aktivitas diam
Aktivitas diam adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh jalak
bali jantan. Jalak bali jantan di Penangkaran UD Anugrah melakukan aktivitas
diam di luar sarang karena jalak bali jantan mempunyai sifat melindungi jalak bali
betina yang sedang mengerami telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Takandjandji
et. al (2010), burung jantan umumnya mempunyai sifat melindungi, lebih agresif,
dan lebih berani terhadap gangguan dibandingkan dengan burung betina. Sifat
melindungi sering terlihat di Penangkaran UD Anugrah, apabila jalak bali betina
masuk ke dalam kotak sarang untuk bertelur dan mengeram maka burung jantan
bertugas menjaga dan melindungi. Jalak bali melakukan aktivitas diam dengan
cara posisi tegak dan mengamati lingkungan sekitar (Gambar 22).
Gambar 22 Aktivitas diam jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas diam selama 147,13 menit atau
sekitar 20,43% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan
aktivitas diam selama 78,04 menit atau sekitar 10,84% dari waktu pengamatan.
Aktivitas diam juga merupakan aktivitas istirahat (Gitta 2011). Bagi burung yang
57
berada di penangkaran, makanan dan semua kebutuhan telah terpenuhi sehingga
tidak perlu mencari seperti halnya burung di alam sehingga burung di
penangkaran lebih banyak menggunakan waktunya untuk beristirahat
dibandingkan dengan burung di alam yang harus terbang mencari makan
(Takandjandji dan Mite 2008).
5.3.10 Aktivitas makan
Pakan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan
upaya penangkaran burung. Pakan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah berupa
pakan hewani dan pakan nabati. Aktivitas makan pada jalak bali terlihat
perbedaan antara pakan nabati dan hewani. Pada pakan selain jangkrik, aktivitas
ini dilakukan sambil merundukkan kepala sementara paruhnya mematuk makanan
yang berupa pakan nabati (Takandjandji dan Mite 2008). Cara jalak bali memakan
pakan hewani dilakukan dengan cara membawa pakan dari tempat makan dan
membawanya di tanah lalu memakannya (Gambar 23).
Gambar 23 Aktivitas makan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas makan selama 81,22 menit atau
sekitar 11,28% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan
aktivitas makan selama 94,45 menit atau sekitar 13,12%. Jalak bali betina yang
berada di Penangkaran UD Anugrah lebih banyak melakukan aktivitas makan
karena untuk memberikan asupan nutrisi bagi tubuh dalam melakukan proses
reproduksi.
58
5.3.11 Aktivitas minum
Aktivitas minum dilakukan oleh jalak bali untuk memenuhi kebutuhan
akan air. Jalak bali akan minum jika merasa haus. Aktivitas minum jalak bali
dilakukan dengan cara menundukkan kepala, paruh dibuka lebar, kepala
didekatkan ke tempat air kemudian menengadahkan paruh ke atas (Gambar 24).
Proses ini berlangsung sampai rasa haus yang dirasakan oleh jalak bali hilang.
Gambar 24 Aktivitas minum jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas minum selama 4,55 menit atau
sekitar 0,63% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan
aktivitas minum selama 2,45 menit atau sekitar 0,34% dari waktu pengamatan.
Jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah jarang melakukan aktivitas minum.
Menurut Bagus (2011), rendahnya aktivitas minum yang dilakukan oleh satwa
dikarenakan kebutuhan akan air sudah terpenuhi dari pakan yang dikonsumsi serta
kondisi kandang yang sejuk juga berpengaruh terhadap aktivitas minum satwa
sehingga satwa tersebut tidak perlu banyak minum untuk menjaga kestabilan suhu
tubuhnya.
5.3.12 Aktivitas mandi
Mandi merupakan aktivitas yang paling disenangi oleh jalak bali. Jalak
bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah suka bermain air sekaligus
membersihkan badannya. Menurut Takandjandji dan Mite (2008), aktivitas mandi
dilakukan satwa sebagai bagian dari perawatan bulu agar tetap mengkilap dan
tidak kusut. Aktivitas mandi jalak bali dilakukan dengan cara jalak bali
59
mendatangi tempat mandi kemudian seluruh badan dicelupkan ke air dan jalak
bali mengepakkan sayap dan memasukkan kepala ke dalam air (Gambar 25).
Gambar 25 Aktivitas mandi jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas mandi selama 12,43 menit atau
sekitar 1,73% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan
aktivitas mandi selama 4,15 menit atau sekitar 0,58% dari waktu pengamatan.
Aktivitas mandi dilakukan oleh jalak bali jantan dan jalak bali betina di
Penangkaran UD Anugrah pada siang hari. Menurut Hermawan (2012), pada
siang hari saat cuaca cukup panas aktivitas mandi dilakukan jalak bali agar suhu
normal jalak bali tetap dapat dijaga.
5.3.13 Aktivitas membawa bahan sarang
Jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah mempunyai musim
kawin setiap satu bulan. Pada musim kawin tersebut, kedua pasangan jalak bali
membuat sarang untuk tempat bertelur. Bahan sarang jalak bali disiapkan oleh
pengelola Penangkaran UD Anugrah dari daun pinus yang sudah mengering.
Bahan tersebut sebagian dimasukkan ke kotak sarang untuk merangsang jalak bali
membuat sarang dan sebagian lagi diletakkan di lantai kandang. Bahan sarang
yang digunakan jalak bali untuk membuat sarang juga diperoleh dari bulu jalak
bali yang jatuh di lantai kandang. Aktivitas membawa bahan sarang dilakukan
oleh jalak bali dengan cara dibawa oleh jalak bali dengan paruhnya lalu ditaruh
kotak sarang. Jalak bali jantan melakukan aktivitas membawa bahan sarang
selama 12,44 menit atau sekitar 1,73% sedangkan jalak bali betina melakukan
aktivitas membawa bahan sarang selama 2,31 menit atau sekitar 0,32%.
Berdasarkan hasil penelitian Tribisono (2002), Aktivitas membawa bahan sarang
60
banyak dilakukan oleh burung jantan karena burung betina menunggu di sarang
sambil menata.
5.3.14 Aktivitas membangun sarang
Aktivitas membangun sarang tidak terlalu sering dilakukan oleh jalak bali.
Aktivitas ini dilakukan oleh jalak bali ketika telah membawa bahan sarang ke
dalam kotak sarang. Bahan tersebut ditata oleh jalak bali di kotak sarang sampai
merasa aman dan cukup nyaman untuk bertelur dan mengerami terlurnya. Selama
pengamatan, jalak bali jantan lebih banyak melakukan aktivitas membangun
sarang daripada jalak bali betina. Jalak bali jantan melakukan aktivitas
membangun sarang selama 1,51 menit atau sekitar 0,21% dari waktu pengamatan
sedangkan jalak bali betina melakukan aktivitas membangun sarang 0,58 menit
atau sekitar 0,08%. Aktivitas membangun sarang tidak terlalu dilakukan oleh jalak
bali karena diduga bahan sarang yang dimasukkan pengelola di kotak sarang
sudah dianggap aman dan nyaman oleh jalak bali.
5.3.15 Aktivitas mengerami telur
Aktivitas mengerami telur oleh jalak bali agar telur tersebut dapat menetas
dan menjadi seekor anakan jalak bali. Tujuan mengerami telur adalah agar telur
selalu dalam keadaan hangat. Suhu yang terlalu dingin akan mengganggu
perkembangan embrio. Gangguan ini dapat menyebabkan kematian embrio
sehingga telur tidak dapat menetas. Aktivitas mengerami telur di Penangkaran UD
Anugrah dilakukan oleh kedua induk jalak bali. Aktivitas mengerami telur
dilakukan oleh induk jalak bali setelah telur pertama dikeluarkan. Menurut hasil
wawancara dengan pengelola Penangkaran UD Anugrah jalak bali mengerami
telur selama 14 – 18 hari.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas mengerami telur selama 125,92
menit atau sekitar 17,49% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina
melakukan aktivitas mengerami telur selama 366,76 menit atau sekitar 50,94%
dari waktu pengamatan. Aktivitas mengerami telur yang dilakukan oleh jalak bali
jantan selama 1 – 14 menit hanya untuk menggantikan jalak bali betina ketika
jalak bali betina melakukan aktivitas mandi, makan, minum, diam, dan aktivitas
lainnya.
61
5.3.16 Aktivitas saling dekat
Aktivitas saling dekat yang dilakukan oleh jalak bali jantan dan jalak bali
betina menandakan jalak bali tersebut berarti sudah terbentuk pasangan (Mas’ud
2010). Aktivitas saling dekat yang dilakukan oleh jalak bali biasanya diakhiri
dengan kegiatan menelisik tubuh pasangannya. Berdasarkan hasil pengamatan,
aktivitas saling dekat dilakukan oleh jalak bali di kayu tangkringan (Gambar 26).
Gambar 26 Aktivitas saling mendekat antar jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas saling dekat selama 48,4 menit atau
sekitar 6,72% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina melakukan
aktivitas saling dekat selama 12,75 menit atau sekitar 1,77% dari waktu
pengamatan. Aktivitas saling dekat lebih banyak dilakukan oleh jalak bali jantan
karena jalak bali betina cenderung lebih pasif dalam melakukan aktivitas. Selain
itu, aktivitas saling dekat dilakukan untuk menjaga salah satu pasangannya dari
pengganggu, membersihkan tubuh pasangannya, melakukan aktivitas istirahat
maupun berjemur bersama (Dimitra 2011).
5.3.17 Aktivitas saling menelisik tubuh
Aktivitas saling menelisik tubuh adalah aktivitas yang dilakukan oleh
burung jantan setelah terjadi pendekatan terhadap burung betina (Takandjandji et
al 2010). Aktivitas ini dilakukan dengan cara saling membersihkan bulu-bulu
kepala dan leher menggunakan paruh (Gambar 27). Aktivitas saling menelisik
tubuh dilakukan oleh jalak bali yang telah masuk ke dalam musim kawin.
62
Gambar 27 Aktivitas saling menelisik tubuh jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.
Jalak bali jantan melakukan aktivitas saling menelisik tubuh selama 21,61
menit atau sekitar 3% dari waktu pengamatan sedangkan jalak bali betina
melakukan aktivitas saling menelisik tubuh selama 2,06 menit atau sekitar 0,29%.
Aktivitas saling menelisik tubuh lebih banyak dilakukan oleh jalak bali jantan di
Penangkaran UD Anugrah. Hal ini sependapat dengan pernyataan Kurniasih
(1997) yang menyatakan pada musim berbiak jalak bali jantan lebih agresif dari
pada jalak bali betina.
5.3.18 Aktivitas kawin
Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas kawin yang dilakukan oleh jalak
bali di Penangkaran UD Anugrah hanya dilakukan oleh jalak bali jantan. Jalak
bali jantan melakukan aktivitas kawin selama 0,2 menit atau sekitar 0,03% dari
waktu pengamatan. Aktivitas kawin ditandai dengan terjadinya kopulasi, yaitu
dengan naiknya jantan ke atas punggung betina. Sebelum melakukan proses
kopulasi, jalak bali jantan melakukan suara panggilan yang disebut dengan suara
seksual (sexual calling) (Mas’ud 2007). Jalak bali jantan kemudian bersuara lalu
menggerakkan kepala kemudian mematuk dan menyelisik bulu. Setelah
melakukan kopulasi, jalak bali jantan turun dari punggung jalak bali betina, diam
sesaat kemudian terbang ke tenggeran.
Lamanya proses kopulasi sangat singkat berkisar 2 – 10 detik. Aktivitas
kawin dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 08:00 – 09:00 WIB, menjelang siang
hari yaitu pukul 10:00 – 12:00 WIB dan pada sore hari yaitu pukul 15:00 – 17:00
63
WIB. Menurut Ayat (2002), perilaku kawin dipengaruhi oleh faktor eksternal
antara lain suhu, cahaya dan kelembaban dimana ritme harian sangat menentukan
kapan saat yang tepat untuk melangsungkan aktivitas kawin tersebut. Selain itu,
aktivitas kawin juga dipengaruhi oleh faktor internal yaitu siklus hormonal
tubuhnya dan siklus hormon ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
5.3.19 Aktivitas bertelur
Aktivitas bertelur adalah aktivitas yang dapat membedakan jenis kelamin
antara jalak bali jantan dengan jalak bali betina. Aktivitas bertelur dapat dikatakan
hanya dilakukan oleh jalak bali betina karena saat melakukan aktivitas bertelur,
jalak bali betina mengeluarkan telur dari ovum yang menuju kloaka. Ovum hanya
terdapat pada jalak bali betina
Jalak bali betina melakukan aktivitas bertelur selama 1,08 menit atau
sekitar 0,15 dari waktu pengamatan. Aktivitas bertelur dilakukan pada pagi hari
sekitar pukul 08:00 – 09:00 WIB. Berdasarkan hasil pengamatan, jalak bali betina
dapat bertelur sebanyak empat telur. Aktivitas bertelur dilakukan dengan cara
jalak bali betina terlihat seperti menahan sakit dengan bagian pantat agak sedikit
dinaikkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola Penangkaran UD
Anugrah, lama jalak bali betina mengeluarkan telur tergantung dari terbiasanya
jalak bali betina mengeluarkan telur, gangguan dari jalak bali jantan yang masuk
ke dalam kotak sarang serta dari gangguan dari lingkungan di dalam Penangkaran
UD Anugrah. Jalak bali betina yang baru mengeluarkan telur dengan yang sudah
pernah mengeluarkan telur waktu bertelurnya lebih cepat yang sudah pernah
mengeluarkan telur karena sudah terbiasa dengan aktivitas bertelur. Gangguan
dari lingkungan di dalam Penangkaran UD Anugrah adalah seperti suara ribut
yang ditimbulkan dari kegiatan pengelolaan Penangkaran UD Anugrah yang dapat
mengganggu konsentrasi jalak bali betina dalam melakukan aktivitas bertelur.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:
1. Teknik pengelolaan Penangkaran UD Anugrah termasuk ke dalam
kategori penangkaran intensif. Semua aspek teknis penangkaran meliputi,
perkandangan, pakan, pemeliharaan kesehatan, pengembangbiakan,
adaptasi dan manajemen pemanfaatan hasil diatur oleh pengelola dan
sudah berjalan dengan cukup baik.
2. Kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran UD Anugrah dapat
dikategorikan berhasil, dengan tingkat perkembangbiakan induk jalak bali
bernilai 65% tergolong tinggi, daya tetas telur 50% tergolong sedang dan
angka kematian piyik tergolong rendah sebesar 25%. Secara sosial juga
dinyatakan berhasil dengan melibatkan masyarakat sekitar sebagai keeper
dan penyedia pakan.
3. Aktivitas harian jalak bali yang diamati di Penangkaran UD. Anugrah
meliputi 19 aktivitas, diantaranya adalah melompat, bersuara, berjalan,
membuang kotoran, bergeser, menelisik bulu, membersihkan paruh,
terbang, diam, makan, minum, mandi, membawa bahan sarang,
membangun sarang, mengerami telur, saling dekat, saling menelisik tubuh
dan kawin serta mengeluarkan telur. Secara umum jalak bali jantan lebih
aktif daripada jalak bali betina. Aktivitas yang paling banyak dilakukan
jalak bali jantan adalah aktivitas diam (147,13 menit atau 20,43%)
sedangkan aktivitas yang paling banyak dilakukan jalak bali betina adalah
aktivitas mengerami telur (366,76 menit atau 50,94%).
6.2 Saran
1. Pada waktu jalak bali sedang mengerami telur, diusahakan kandang
terhindar dari binatang pengganggu.
2. Perlu dilakukan promosi melalui layanan publik seperti koran untuk
memasarkan jalak bali yang berada di Penangkaran UD. Anugrah.
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, HS. 1987. Masalah pelestarian jalak bali. Media Konservasi 3(4). Alikodra, HS. 2010. Teknik Pengelolaan Satwaliar dalam Rangka
Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Bogor: IPB Press.
Ayat A. 2002. Perilaku berbiak burung bluwok (Mycteria cinerea Raffles) di
Suaka Margasatwa Pulau Rambut [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Bagus BA. 2011. Tingkah laku kancil (Tragulus javanicus) yang berhubungan
dengan aktivitas makan di penangkaran [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Balen, Dirgayusa IWA, Putra IMWA, Prins HHT. 2000. Status and distribution of
the endemic Bali Starling (Leucopsar rothschildi). Oryx 34(3): 188-197.
Dimitra, A. 2011. Studi perilaku pasangan jalak bali (Leucopsar rothschildi) pada
kandang breeding di Kebun Binatang Surabaya [artikel ilmiah]. Surabaya: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.
Fitri ML, Novarino W, Rizaldi. 2012. Tingkah laku anti predator (mobbing)
burung strata bawah di hutan dataran rendah Sumatera [artikel program master]. Padang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas.
Forum Agri. 2012. Kenari Juara Lomba Harga Jutaan. Yogyakarta. Cahaya
Atma Pustaka. Garsetiasih R, Takandjandji M. 2007. Standarisasi penangkaran rusa timor
sebagai sumber pangan [prosiding ppis]. Bogor: Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam.
Gitta A. 2011. Teknik penangkaran, aktivitas harian dan perilaku makan burung
kakaktua-kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea sulphurea Gmelin, 1788) di Penangkaran Burung Mega Bird and Orchid Farm, Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Gunawan. 2010. Kilas Iptek Jalak Bali. http://www.burung.org/Artikel/kilas-
iptek-jalak-bali.html. [09 April 2012]. Hermawan, R. 2012. Rahasia Sukses Mencetak Juara 50 Jenis Burung Kicau.
Yogyakarta. Pustaka Baru Press.
66
Hendri J. 2009. Riset Pemasaran. Jakarta: Universitas Gunadarma. Hendry. 2012. Jalak bali (Leucopsar rothschildi)
http://faunahendry.co.cc/jalakbali.html. [10 April 2012]. Hernowo J, Soekmadi R, Ekarelawan. 1991. Kajian pelestarian satwaliar di
Kampus IPB Dramaga. Media Konservasi 3(2): 43-65. Kurniasih, L. 1997. Jalak Bali (Leucopsar rotschildi stresmann) spesies yang
makin langka di habitat aslinya. Makalah Ilmiah Biosfer No. 9: 3-7. Mas’ud B. 2010. Teknik Menangkarkan Burung Jalak di Rumah. Bogor: IPB
Press. Masy’ud B, Prayitno W. 1997. Analisis potensi dan manajemen tumbuhan pakan
badak jawa (Rhinoceros sondaicus, Desm.) di Taman Nasional Ujung Kulon. Media Konservasi Edisi Khusus Hal 49-66.
Masyud B. 2007. Pola reproduksi burung tekukur (Streptopelia chinensis) dan
puter (Streptopelia risoria) di penangkaran. Media Konservasi 12(2): 80-88.
Martin P, Bateson P. 1993. Measouring behaviour An Introduction Guide 2nd
Edition. Cambridge: Cambridge University Press. Novianti TP. 2011. Sistem manajemen penangkaran jalak bali (Leucopsar
rothschildi) terhadap penampilan produksi dan analisis financial [tesis]. Surabaya: Program Studi Magister Agribisnis Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.
Pandanwati, D. 2009. Perilaku yang berhubungan dengan aktivitas makan bajing
tiga warna (Callosciurus prevostii) pada siang hari di penangkaran [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Prayana, A. 2012. Teknik penangkaran dan aktivitas harian mambruk victoria
(Goura victoria Fraser, 1844) di Mega Bird and Orchid Farm Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Rekapermana M, Thohari M, Masy’ud B. 2006. Pendugaan jenis kelamin
menggunakan ciri-ciri morfologi dan perilaku harian pada gelatik jawa (Padda oryzivora Linn, 1758) di penangkaran. Media Konservasi 9(3): 89-97.
Rianti D. 2010. Perilaku prakawin burung cendrawasih belah rotan (Cicinnurus
magnificus) di Syoubri Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Arfak [skripsi]. Manokwari: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Papua.
67
Sawitri R, Takandjandji M. 2010. Pengelolaan dan perilaku burung elang di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga, Sukabumi. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. 7 No. 3: 257-270.
Setio P, Takandjandji M. 2007. Konservasi ek-situ burung endemic langka
melalui penangkaran. Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian; Padang, 20 September 2006. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Konservasi Alam. Hlm 47-61.
Setyaningrum SD. 2007. Perilaku ayam wareng betina umur 13-18 minggu pada
tingkat kepadatan kandang berbeda [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Sinaga P. 2008. Koperasi dalam Sorotan Peneliti. Jakarta: Rajawali Press. Sudarwo Y, Siriwa A. 1999. Ransum Ayam dan Itik. Jakarta: Penebar Swadaya. Suzanna E, Wresdiyati T. 1991. Penangkaran badak ditinjau dari segi penyakit.
Media Konservasi Vol. 3 No. 3: 35-39. [TNBB] Taman Nasional Bali Barat. 2009. Pengelolaan penangkaran jalak bali
(Leucopsar rothschildi) di Taman Nasional Bali Barat http://www.tnbalibarat.com/?p=29. [10 April 2012].
Takandjandji M, Mite M. 2008. Perilaku burung beo alor di penangkaran
Oilsonbai, Nusa Tenggara Timur. Buletin Plasma Nutfah Vol. 14 No. 1: 43-48.
Takandjandji M, Kayat, Njurumana GND. 2010. Perilaku burung bayan sumba
(Eclectus roratus cornelia Bonaparte) di penangkaran Hambala, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. 3 No. 4: 357-369.
Thohari M. 1987. Gejala inbreeding dalam penangkaran satwaliar. Media
Konservasi 1(4): 1-10. Thohari M, Mas’ud B, Mansjoer SS, Sumantri C, Muntasib EKS H, Hikmat A.
1991. Studi perbandingan polimorfisme protein jalak bali (Leocopsar rothschildii) hasil penangkaran dari Indonesia, Amerika dan Inggris [laporan hasil penelitian]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut pertanian Bogor.
Thohari M, Mas’ud B, Takanjanji M. 2011. Teknis penangkaran rusa timor
(Cervus timorensis) untuk stok perburuan [prosiding seminar sehari prospek penangkaran rusa timor (Cervus timorensis) sebagai stok perburuan]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
68
Thompson SD, Brown E. 2001. North American regional studbook for the Bali Mynah (Leucopsar rothschildii). Chicago: Department of Conservation and Science Lincoln Park Zoo.
Tribisono H. 2002. Tingkah laku makan burung dara mahkota cristata (Goura
cristata) pada lingkungan penangkaran di taman burung dan taman anggrek Kabupaten Biak Numfor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Universitas Negeri Papua.
Turut R. 2011. Murai Batu. Jakarta. Penebar Swadaya. Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yunanti BD. 2012. Teknik penangkaran dan analisis koefisien inbreeding pada
jalak bali (Leucopsar rothschildi Stresemann, 1912) di Mega Bird and Orchid Farm Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
70
Lampiran 1 Panduan wawancara faktor-faktor penentu keberhasilan dalam kegiatan penangkaran jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah
1. Masyarakat sekitar senang dengan adanya penangkaran jalak bali
2. Masyarakat sekitar diperkerjakan sebagai pengurus penangkaran
3. Masyarakat sekitar diperkerjakan sebagai penyedia pakan bagi jalak bali
4. Masyarakat sekitar termotivasi untuk membuka usaha penangkaran
5. Masyarakat sekitar terkena dampak dari pembuangan limbah
6. Masyarakat sekitar terkena dampak dari suara yang ditimbulkan dari
penangkaran UD. Anugrah.
7. Masyarakat sekitar mempunyai keuntungan lain dari adanya penangkaran UD.
Anugrah.
71
Lampiran 2 Panduan wawancara dengan pengelola Penangkaran UD. Anugrah
1. Latar belakang diadakannya penangkaran jalak bali di penangkaran UD.
Anugrah.
2. Biaya penangkaran dan organisasi penangkaran.
3. Jumlah tenaga kerja.
4. Asal-usul burung jalak bali di penangkaran.
5. Jumlah jalak bali yang pertama kali didatangkan di UD. Anugrah.
6. Populasi jalak bali sampai tahun 2012:
a. Jumlah total populasi jalak bali di UD. Anugrah
b. Jumlah berdasarkan kelas umur yang ditangkarkan.
7. Aspek perkandangan:
a. Jenis kandang.
b. Jumlah kandang.
c. Fungsi kandang.
d. Bahan bangunan kandang.
e. Peralatan dan perlengkapan di dalam kandang.
f. Perawatan kandang.
8. Aspek pakan:
a. Jenis pakan yang diberikan.
b. Sumber pakan.
c. Jumlah pakan yang diberikan.
d. Cara pemberian pakan.
e. Waktu pemberian pakan.
f. Frekuensi pemberian pakan.
g. Tempat penyimpanan pakan.
9. Aspek pengembangbiakan:
a. Pemilihan bibit.
b. Penentuan jenis kelamin.
c. Pengaturan kawin (nisbah kelamin, jumlah telur per musim, dan tahapan
penetasan telur).
d. Pembesaran piyik.
72
Lampiran 2 Lanjutan
10. Aspek adaptasi:
a. Lamanya proses adaptasi.
b. Perlakuan atau selama proses adaptasi.
11. Aspek pemanfaatan hasil:
a. Standar ukuran satwa yang akan dijual.
b. Bentuk pemanfaatan atau pengelolaan hasil dari jalak bali.
c. Kuota penjualan.
d. Faktor penunjang keberhasilan dalam pengelolaan hasil.
12. Aspek kesehatan:
a. Jenis penyakit yang sering dialami oleh jalak bali
b. Cara pencegahan dan pengobatan penyakit
73
Lampiran 3 Suhu dan kelembaban udara di Penangkaran UD. Anugrah
Waktu Suhu (OC) Kelembaban (%) 06.00-07.00 24 85 07.00-08.00 24 85 08.00-09.00 25 85 09.00-10.00 25 92 10.00-11.00 27 92 11.00-12.00 28 85 12.00-13.00 28 85 13.00-14.00 29 85 14.00-15.00 28 85 15.00-16.00 27 85 16.00-17.00 27 85 17.00-18.00 25 85
74
Lampiran 4 Lama waktu aktivitas harian jalak bali jantan
Waktu pengamatan
Jenis aktivitas Jumlah Me Su Jln Mbk Gsr Mnb Mbp Trb Dm Mkn Mnm Mnd Mbs Mgs Mrt Sd Snt Kwn 06:00-07:00 1.62 5.56 1.38 0.02 3.28 7.07 0.41 1.16 13.43 6.88 0.11 0 0.6 0.23 11.78 4.32 2.15 0 60 07:00-08:00 0.94 5.29 1.98 0.03 2.7 6.97 0.47 0.74 11.06 6.64 0.38 0 0 0 13.37 5.75 3.68 0 60 08:00-09:00 1.01 5.92 2.04 0.06 1.94 6.17 0.65 0.72 9.2 6.7 0.39 1.6 1.48 0.45 13.77 4.64 3.17 0.09 60 09:00-10:00 2.3 7.33 4.75 0.05 1.91 5.77 0.42 2.13 9.83 7.52 0.61 0 1.23 0.1 12.09 2.91 1.05 0 60 10:00-11:00 1.25 5.51 4.95 0.05 1.39 8.34 0.27 1.23 7.94 7.22 0.97 2.9 1.15 0.09 12.47 3.21 1.05 0.01 60 11:00-12:00 1.9 7.02 7.85 0.03 1.41 6.7 0.26 1.69 8.5 8.87 0.26 1.4 1.84 0.07 11.04 0.93 0.22 0.01 60 12:00-13:00 2.1 7.96 3.97 0.03 2.32 8.33 0.43 1.93 8.27 8.79 0.27 0 0.98 0.09 12.59 1.35 0.59 0 60 13:00-14:00 2.05 5.75 4.17 0.03 2.16 4.5 0.36 2.05 9.05 10.45 0.78 0.73 0.23 0.12 14.69 2.03 0.85 0 60 14:00-15:00 1.48 6.35 3.86 0.03 3.07 5.75 0.34 1.48 11.63 7.13 0.32 0 3.26 0.11 8.7 4.68 1.81 0 60 15:00-16:00 0.53 6.77 2.54 0.03 1.13 10.75 0.28 0.53 9.26 6.1 0.31 4.6 0.19 0.08 8.36 6.31 2.15 0.08 60 16:00-17:00 0.62 8.59 3.63 0.03 2.07 8.13 0.22 0.5 12.54 4.81 0.14 1.2 1.48 0.17 5.24 7.2 3.42 0.01 60 17:00-18:00 0.13 4.71 0.14 0.25 3.24 5.64 0.11 0.88 36.42 0.11 0.01 0 0 0 1.82 5.07 1.47 0 60
Menit 15.93 76.76 41.26 0.64 26.62 84.12 4.22 15.04 147.13 81.22 4.55 12.43 12.44 1.51 125.92 48.4 21.61 0.2 720 % 2.21 10.66 5.73 0.09 3.7 11.68 0.59 2.09 20.43 11.28 0.63 1.73 1.73 0.21 17.49 6.72 3 0.03 100
Keterangan:
Me : melompat Mbp : Membersihkan paruh Mbs : Membawa bahan sarang
Su : Bersuara Trb : Terbang Mgs : Membangun sarang
Jln : Berjalan Dm : Diam Mrt : Mengerami telur
Mbk : Membuang kotoran Mkn : Makan Sd : Saling dekat
Gsr : Bergeser Mnm : Minum Snt : Saling menelisik tubuh
Mnb : Menelisik bulu Mnd : Mandi Kwn : Kawin
75
Lampiran 5 Lama waktu aktivitas harian jalak bali betina
Waktu pengamatan
Jenis aktivitas Jumlah Me Su Jln Mbk Gsr Mnb Mbp Trb Dm Mkn Mnm Mnd Mbs Mgs Mrt Sd Snt Mlt 06:00-07:00 3.34 2.64 0.31 0.05 1.27 6.75 0.24 3.17 7.61 7.52 0.22 0 0 0 26.87 0.01 0 0 60 07:00-08:00 1.45 2.73 1.25 0.05 1.9 5.55 0.7 2.06 6.2 6.79 0.13 0 0 0 30.45 0.57 0.17 0 60 08:00-09:00 1.16 2.67 2.64 0.06 0.66 5.84 0.58 1.01 3.9 9.27 0.33 0 0 0 30.45 0.35 0 1.08 60 09:00-10:00 0.72 1.65 2.06 0.03 0.47 5.24 0.28 0.67 4.9 9.58 0.45 0 0 0 32.27 1.47 0.21 0 60 10:00-11:00 0.9 1.41 2.67 0.03 0.53 6.61 0.21 0.67 4.64 7.33 0.32 1.52 0 0 32.68 0.4 0.08 0 60 11:00-12:00 0.65 1.1 3.05 0.03 0.55 2.29 0.24 0.9 4.57 10.75 0.15 0 0 0 34.36 1.11 0.25 0 60 12:00-13:00 1.21 3.42 4.3 0.06 0.47 6.51 0.27 1.04 4.62 11.82 0 0 0 0 25.54 0.74 0 0 60 13:00-14:00 0.61 1.72 2 0.04 0.49 3.46 0.16 0.56 4.21 12.05 0.18 0 0 0 33.29 1.02 0.21 0 60 14:00-15:00 0.96 2.44 1.62 0.02 0.4 9.03 0.12 0.66 4.45 6.52 0.33 2.63 0 0 28.99 1.6 0.23 0 60 15:00-16:00 1.56 1.3 1.46 0.1 1.29 8.04 0.25 1.33 7.64 4.49 0.19 0 0 0 31.19 0.92 0.24 0 60 16:00-17:00 0.85 1.94 3.95 0.05 0.96 4.09 0.26 1.08 6.36 7.31 0.15 0 0 0 29.4 3.15 0.45 0 60 17:00-18:00 0.24 0.23 0.78 0.03 0.21 2.53 0.08 0.15 18.94 1.02 0 0 2.31 0.58 31.27 1.41 0.22 0 60
Menit 13.65 23.25 26.09 0.55 9.2 65.94 3.39 13.3 78.04 94.45 2.45 4.15 2.31 0.58 366.76 12.75 2.06 1.08 720 % 1.9 3.23 3.62 0.08 1.28 9.16 0.47 1.85 10.84 13.12 0.34 0.58 0.32 0.08 50.94 1.77 0.29 0.15 100
Keterangan:
Me : melompat Mbp : Membersihkan paruh Mbs : Membawa bahan sarang
Su : Bersuara Trb : Terbang Mgs : Membangun sarang
Jln : Berjalan Dm : Diam Mrt : Mengerami telur
Mbk : Membuang kotoran Mkn : Makan Sd : Saling dekat
Gsr : Bergeser Mnm : Minum Snt : Saling menelisik tubuh
Mnb : Menelisik bulu Mnd : Mandi Mlt : Mengeluarkan telur
76
Lampiran 6 Hasil perhitungan uji khi kuadrat aktivitas melompat pada jalak bali terhadap jenis kelamin
Jenis kelamin Lama rata-rata waktu
(menit)
Jantan 15.93
Betina 13.65
Total 29.58
Hipotesis:
H0 = tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan aktivitas harian jalak
bali
H1 = ada hubungan antara jenis kelamin dengan aktivitas harian jalak bali
Db= (p-1) = 5-1 = 4; X2 tabel untuk α0.99 = 0.297
Ei=
= . ..
= 14.29
X2 hitung= ∑ = . ..
+ . ..
= 0.22
X2 hitung < X2 tabel (0.99;4)
X2 hitung tidak nyata pada X2 tabel (0.99;4)
Keputusan = Terima H0
Kesimpulan = Tidak ada hubungan antara aktivitas melompat dengan jenis
kelamin jalak bali.
77
Lampiran 7 Perhitungan persentase daya tetas telur, perkembang biakan induk dan angka kematian piyik di Penangkaran UD. Anugrah
No Tahun Persentase daya tetas
telur
Tingkat perkembang
biakan induk Angka kematian piyik
1 2009 96/192 X 100% = 50% 4/10 X 100% = 40% 48/192 X 100% = 25%
2 2010 120/240 X 100% = 50% 5/10 X 100% = 50% 60/240 X 100% = 25%
3 2011 168/336 X 100% = 50% 7/10 X 100% = 70% 84/336 X 100% = 25%
4 2012 240/480 X 100% = 50% 10/10 X 100% = 100% 120/480 X 100% = 25%
78
Lampiran 8 Keputusan Kepala Balai Besar KSDA Alam Jawa Timur mengenai pemberian izin kepada Penangkaran UD. Anugrah sebagai pengumpul/pengedar jalak bali
79
Lampiran 8 Lanjutan
80
Lampiran 8 Lanjutan