Konstruksi Sosial dan Ekonomi Tataniaga Beras: Fenomenologi ...
TATANIAGA TERNAK
-
Upload
thejo-s-laksono -
Category
Documents
-
view
1.953 -
download
2
description
Transcript of TATANIAGA TERNAK
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peternakan di Indonesia dewasa ini merupakan ilmu yang erat kaitannya
dengan kehidupan manusia. Peternakan mulai berkembang seiring dengan
berkembangnya jumlah penduduk dan ilmu pengetahuan. Peternakan merupakan
salah satu bidang yang memberikan sumbangan besar dalam penyediaan sumber
protein. Salah satu contoh dari fungsi peternakan yaitu dalam penyediaan ayam
potong.
Sebagai salah satu penyedia sumber proein, maka peternakan memiliki ilmu
yang berhubungan dengan usaha penyaluran hasil produksi peternakan. Ilmu itu
biasa dikenal dengan nama tataniaga. Tataniaga adalah ilmu yang mempelajari
masalah penyaluran barang dari produsen ke konsumen.
Mengingat pentingnya tataniaga dalam usaha peternakan, maka dilaksanakan
praktek lapang untuk memberikan gambaran bagaimana proses tataniaga berlangsung
di masyarakat, agar kita dapat membandingkan teori yang diperoleh di bangku kuliah.
Hal inilah yang melatar belakangi diadakannya praktek lapang di pasar Terong
mengenai komoditi Ayam potong.
Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktek lapang ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses
penyaluran ayam potong berlangsung dimasyarakat dan faktor-faktor yang
mendukung pelaksanaan tataniaga serta pengaruh harga barang terhadap konsumsi
masyarakat terhadap ayam potong sebagai salah satu barang untuk memenuhi
kebutuhan manusia khususnya di Pasar Niaga Daya.
Tujuan dari praktek lapang ini adalah untuk mebandingkan sistem tataniaga
yang berlaku dilapangan khususnya di Pasar Niaga Daya dengan teori yang
didapatkan dalam perkuliahan.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ayam Potong
Ayam potong adalah produk peternakan yang paling banyak dijumpai dipasar-
pasar tradisional dari pada itik dan bebek. Ini disebabkan karena harga yang relative
murah, mudah diperoleh serta disukai oleh konsumen karena mempunyai daging yang
empuk. Perkembangan permintaan ayam potong selalu meningkat dari tahun ke
tahun. Sebagian besar konsumen ayam potong adalah penduduk dikota-kota besar.
Disamping untuk dikonsumsi, keperluan rumah tangga, konsumen lainnya yang
sangat potensial adalah restoran, rumah makan, kapal-kapal laut, rumah sakit,
asrama-asrama dan perusahaan-perusahaan tertentu (Rasyaf, 2003).
Ayam potong sebagai ayam pedaging yang potensial ini mempunyai satu cirri
khas adalah mudah tercekam dan mudah mati bila syarat yang dituntunnya tidak
terpenuhi. Pada saat waktu jual tiba dan ayam-ayam pedaging itu siap untuk dijual,
terlihat ayam itu gemuk dengan mata yang berbinar. Itu sebagai tanda bahwa ayam
pedaging yang akan dijual sehat dan baik (Rasyaf, 2004).
Penjualan ayam potong dan langsung hendaknya dijual hidup-hidup sebaiknya
dilakukan pada sore atau pagi hari. Bila membutuhkan perjalanan, antar kota
misalnya, maka sebaiknya dilakukan pada malam hari. Disaat itulah ayam
dikeluarkan dari kandang dan dimasukkan dalam truk setelah ditimbang. Hal ini
untuk mencegah beban transportasi dikala matahari terik (Rasyaf, 2004).
B. Lembaga Tataniaga
Lembaga tataniaga adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau
fungsi tataniaga dengan nama barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai
pihak konsumen. Ke dalam istilah tataniaga ini termasuk golongan produsen,
pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa perorangan, perserikatan atau
perseroan yang berusaha dalam bidang tataniaga dikenal sebagai pedagang perantara.
Lembaga ini membeli dan mengumpulkan barang-barang yang berasal dari produen
dan menyalurkan kepada konsumen (Hanafiah, 2006).
Golongan produsen adalah mereka yang tugas utamanya menghasilkan
barang-barang. Mereka ini adalah nelayan, petani, dan pengolah hasil peternakan.
Disamping berproduksi, mereka sering kali aktif melaksanakan beberapa fungsi
tataniaga tertentu untuk menyalurkan hasil produksinya kepa konsumen. Produsen
harus dapat memperoleh laba atau keuntungan yang banyak. (Hanafiah, 2006).
Lembaga pemberi jasa (faciliting agencies) adalah mereka yang memberi jasa
atau fasilitas untuk memperlancar fungsi tataniaga yang dilakukan produsen atau
pedagang perantara. Contoh lembaga ini antara lain adalah bank, usaha
pengangkutan, biro iklan dan sebagainya. Lembaga ini bertugas dan mempermudah
proses tatga, sehingga dapat berjalan dengan lancar. (Siregar, 2007).
C. Saluran Tataniaga
Saluran tataniaga adalah pergerakan barang-barang dari pihak produsen ke
pihak konsumen melalui lembaga tataniaga. Panjang pendeknya saluran tataniaga
yang dilalui oleh suatu hasil peternakan tergantung dari beberapa faktor yaitu jarak
antara produsen ke konsumen, cepat tidaknya produk rusak, skala produksi dan posisi
keuangan pengusaha (Siregar, 2007).
Menurut Rahardja (2003), lembaga-lembaga dalam proses distribusi barang
dari produsen ke konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat golongan antara
lain :
a. Pedagang yaitu pedagang besar dan pedagang kecil
b. Perantara khusus yaitu agen, makelar, dan komisioner.
c. Eksportir dan importir
d. Lembaga-lembaga pembantu dalam proses distribusi yaitu bank, asuransi,
pengepakan (packing), perusahaan pengangkutan, perusahaan periklanan
dan konsultan.
Berdasarkan tujuan penggunaannya, maka hasil peternkan dapat
dikelompokkan ke dalam bahan mentah dan barang konsumsi. Sebagai bahan mentah
akan dibeli oleh pabrik atau usaha pengolahan untuk diolah menjadi barang jadi.
Sebagai barang konsumsi akan dibeli oleh konsumen akhir untuk keperluan
konsumsi. Pergerakan hasil peternakan bahan mentah dari produsen sampai industri
pengolahan menggambarkan proses pengumpulan (Rahardja, 2003).
Gambar 1. Skema penyaluran hasil peternakan
P Pe
P Pl IM
P Pb Pe
P P1 knsmn
P Pe
E
Ket :
P = produsen
P1 = Pedagang pengumpul lokal
Pb = Pedagang besar (wholesaler)
Pe = Pedagang eceran
IM = institutional market (misalnya restaurant, rumah sakit)
E = Pedagang ekspor
Menurut Hanafiah (2006), panjang pendeknya saluran tataniaga yang dilalui oleh
suatu hasil peternakan tergantung dari beberapa faktor, antara lain :
a. Jarak antara produsen ke konsumen. Makin jauh jarak antara produsen ke
konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk.
b. Cepat tidaknya produk rusak. Produk yang cepat atau mudah rusak harus
segera diterima oleh konsumen, dan dengan demikian menghendaki saluran
yang pendek dan cepat.
c. Skala produksi. Bila produksi berlangsung dalam ukuran-ukuran kecil maka
jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula. Dalam keadaan
demikian kehadiran pedagang perantara diharapkan, dan demikian saluran
yang dilalui produk cenderung panjang.
d. Posisi keuangan pengusaha. Produsen yang posisi keuangannya kuat
cenderung untuk memperpendek saluran tataniaga. Pedagang yang posisi
keuangannya kuat akan dapat melakukan fungsi tataniaga lebih banyak
dibandingkan dengan pedagang yang posisi keuangannya (modal) lemah.
Dengan demikian pedagang yang memiliki modal kuat cenderung
memperpendek saluran tataniaga.
D. Jenis dan Struktur Pasar
Pasar adalah bertemunya pembeli dan penjual yang memiliki kebutuhan atau
keinginan tertentu serta mampu turut melakukan transaksi pada suatu priode. Pasar
terdiri dari semua pelanggan yang mempunyai kebutuhan atau keinginan tertentu
yang mungkin bersedia dan mampu melibatkan diri dalam suatu pertukaran guna
memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut (Siregar, 2007)
Pasar terdiri atas dua golongan yaitu pasar konkrit dan pasar bastrak. Pasar
konkrit yaitu tempat dimana para peminta dan penawar barang berkumpul dan
bertemu (contohnya pasar ikan, pasar efek). Sedangkan pasar konkrit mempunyai
ciri yaitu peserta pasar (penjual dan pembeli) dan barang yang dipoerdagangkan
terdapat pada pasar tersebut. Sedangkan pasar abstrak adalah seluruh daerah, dimana
para peminta dan penawar mempunyai kontak demikian rupa sehingga harga-harga
benda yang sama saling mmpengaruhi satu sama lain secara langsung dan kuat
(Hanafiah, 2006).
Menurut Rahardja (2003), bahwa jenis-jenis pasar antara lain :
1. pasar uang adalah pasar dimana diperjual belikan dana-dana dan surat-surat
berharga yang mempunyai jangka waktu kurang dari satu tahun.
2. pasar modal adalah pasar yang memperjual belikan dana-dana jangka panjang,
seperti saham, onligasi dan surat berharga lainnya.
3. pasar atau bursa tenaga kerja adalah pasar yang mempertemukan penawaran
tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja.
4. pasar komoditi adalah bursa perdagangan berjangka komoditas suatu
perdagangan dan penyerahan barang pada suatu waktu yang telah disepakati.
Menurut Siregar (2006), bahwa bentuk-bentuk pasar terbagi atas berbagai
bagian :
1. Pasar monopoli adalah suatu model pasar yang mempunyai ciri hanya
terdapat satu penjual.
2. Pasar duopoli adalah pasar yang terdiri dari 2 orang penjual, yang
menguasai penawaran di pasar, sehingga mereka berdua dapat
menentukan harga yang memberikan laba terbesar kepada mereka.
3. Pasar oligopoli adalah suatu bentuk pasar yang terdiri atas beberapa
penjual yang biasanya terdiri dari 2 sampai 10 penjual.
4. Pasar persaingan sempurna adalah keadaan yang terjadi apabila erdapat
sejumlah besar produsen yang menghasilkan barang yang identik,
sedemikian banyaknya jumlah perusahaan tersebut sehingga tidak ada
diantara mereka yang bias mempengaruhi harga pasar.
E. Harga, Margin dan Laba
Harga adalah tingkat kemampuan suatu barang untuk ditukar dengan barang
yang lain atau uang. Margin adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk
menyatakan perbedaan harga barang yang dibayar kepada penjual pertama dan harga
yang dibayar oleh pembeli terakhir (Siregar, 2007)
Harga merupakan suatu hal penting dan menarik bagi para penjual maupun
bagi pembeli dipasar melalui harga. Konsumen menurunkan jenis dan mutu barang
dan jumlah yang mereka kehendaki serta bersedia membayarnya dengan
memperhatikan (pertimbangan) jasa yang diterimanya. Pada suatu perusahaan (firm)
istilah margin merupakan sejumlah uang yang ditentukan secara internal accounting,
yang diperlukan untuk menutupi biaya dan laba dan ini merupakan perbedaan atau
stread antara harga pembelian dan harga penjualan (Hanafiah, 2006).
Pergerakan permintaan dan penawaran akan menurunkan dan menaikkan
harga telur itik di pasar. Hal ini terjadi karena memang harga itu terbentuk dari dua
kekuatan itu tanpa ada kekuatan ketiga yang mengendalikannnya, bahkan untuk kasus
telur itik ini dibiarkan sesuai kekuatan itu dengan pengawasan yang boleh dikatakan
minim sekali, tentunya hal ini terjadi karena memang untuk menstabilkan harga
daging ayam itu tidak semudah menyimpan beras digudang-gudang bulog (Rasyaf,
2004).
Biaya tataniaga yaitu mencakup jumlah pengeluaran perusahaan untuk
keperluan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan penjualan hasil
produksinya dan jumlah pengeluaran oleh lembaga tataniaga (badan perantara) dan
laba (profit) yang diterima oleh badan bersangkutan. Biaya tataniaga suatu macam
produk biasanya diukur secara kasar dengan margin dan spread. Margin adalah suatu
istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar oleh pembeli
terakhir. Keuntungan (laba) adalah perbedaan antara penghasilan total dengan
penbiayaann total darii operasi perusahaan. Keuntungan maksimum untuk tingkat
hasil tertentu diperoleh dengan cara memaksimumkan selisih penghasilan total
dengan biaya total tersebut atau meminimumkan biaya untuk penghasilan (Hanafiah,
2006)
F. Perilaku Konsumen
Prilaku konsumen biasanya didasarkan pada selera an tingkat pendapatan.
Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi factor selera sangat mempengaruhi tingkat
konsumen akan telur itik. Disamping itu konsumen yang pandai mengatur
keuangannnya dalam mengkonsumsi suatu barang (Siregar, 2007).
Kebiasaan membeli (buying habit) dari konsumen ada kaitannya denga jenis
barang dan volume penjualan, lokasi took, dan jasa yang diberikan ditingkat eceran.
Pembelian barang-barang untuk keluarga mungkin dilakukan oleh istri, suami, anak
(Hanafiah, 2006)
Seseorang yang berpendapat rendah tidak akan membeli barang yang
harganya mahal dan orang yang berpendapat tinggi tidak terlalu konsumtif terhadap
barang yang harganya mahal. Oleh karena itu produsen akan berusaha
memperoduksi barang yang memiliki kualitas yang tinggi dengan harga yang relative
murah (Siregar, 2007).
Ada konsumen yang membeli barang dengan mendatangi took (kios) secara
langsung dan ada pula konsumen yang membeli order kepada penjual melalui
teleponmisalnya, agar barang yang diminta diantarkan kerumahnya. Konsumen yang
berpendapatan rendah mempunyai kebiasaan untuk membeli barang ditoko yang
mudah dikunjungi atau dekat tempat tinggalnya sebaliknya konsumen yang
berpendapatan tinggi umumnya lebih senang membeli barang pada grosir atau super-
market (Hanafiah, 2006).
Menurut Siregar (2007) bahwa konsumen dibedakan menurut tujuan
penggunaannya dan pemakaian dari barang yang dibelanjakan dibedakan atas 2
antara lain :
1. konsumen akhir (final consumer) adalah konsumen yang tujuan
penggunaan/pemakaian dari barang yang dibelanja semata-mata untuk
dipakai/dimakan tanpa mampunyai tujuan lain.
2. konsumen perantara (Intermediate consumer) adalah komsumen bahan
baku dimana tujuan panggunaan/pemakaian dari barang yang dibelinya
adalah untuk diolah kemudian dijual kembali.
G. Permintaan dan Penawaran
Permintaan (demand) dapat didefinisikan sebagai jumlah suatu barang yang
akan dibeli oleh konsumen pada kodisi, waktu dan harga tertentu. Karena pembelian-
pembelian pada suatu jangka waktu berubah menurut harga, maka sesungguhnya kita
tidak mendapatkan suatu jumlah, tetapi suatu urutan jumlah-jumlah tertentu
berhubung dengan perbedaan harga yang mungkin terjadi (Hanafiah, 2006).
Bunyi hukum permintaan adalah semakin rendah harga suatu barang maka
semakin banyak barang tersebut diminta. Sebaliknya semakin tinggi harganya
semakinsedikit permintaan barang jadi. Permintaan konsumen akan suatu barang
dipasar ditanggapi oleh pengusaha dengan menawarkan barang yang sama.penawaran
yang dimiliki oleh seorang pengusaha disebut penawaran individu. Penawaran
diartikan sebagai jumlah barang atau jasa dimana penjual bersedia menjual pada
waktu tertentu pada berbagai kemungkinan tingkat harga dalam suatu pasar.
Penawaran memberikan penjelasan mengenai sifat hubungan antara harga dengan
jumlah barang yang ingin ditawarkan oleh penjual(Siregar, 2007)
Timbulnya penawaran adalah bersumber dari adanya produksi. Penawaran
suatu barang berbangding lurus dengan harga barang tersebut. Bila harga barang
naik, maka kuantitas barang yang ditawarkan akan bertambah dan bila harga barang
turun kuantitas yang ditawarkan akan berkurang (Siregar, 2007).
Permintaan dan penawaran serta teknologi adalah jumlah yang diinginkan
dandapatdibeli oleh konsumen ke pasar dengan berbagai tingkat harga, lebih lanjut
dinyatakan bahwa penawaran adalah kuantitas barang yang ingin dan dapat
ditawarkan produsen di pasar pada berbagai tingkatan harga (Siregar, 2007).
METODOLOGI PRAKTEK
Waktu dan Tempat
Praktikum Tataniaga Hasil Ternak mengenai jeis komoditi Telur Itik
dilaksanakan pada hari Senin, 28 April 2008, pukul 09.00 WITA sampai selesai
bertempat di pasar Niaga Daya, Makassar.
Metode Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan survei langsung
kelapangan (melakukan kunjungan langsung ke pasar) kemudian melakukan
wawancara (mewawancarai responden komoditi ayam potong) kemudian melakukan
observasi data primer (pengumpulan data dari 5 orang responden).
Analisa Data
Margin = harga jual – harga beli
Laba = total pendapatan – total biaya
PEMBAHASAN
A. Lembaga dan Saluran Tataniaga
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada responden dalam hal ini
pedagang ayam potong pada pasar terong diperoleh keterangan bahwa dari
responden pertama yaitu ibu St. Maryam yang bertindak sebagai pedagang yang
menjual barang dagangannya kepada konsumen pada lingkungan pasar sentral terong.
Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa pada pasar terong terdapat beberapa
macam lembaga yaitu peternak yang bertindak sebagai produsen ayam potong,
selanjutnya terdapat pedagang pengumpul dan pedagang pengecer yang kemudian
dapat dikonsumsi oleh masnyarakat sebagai konsumen akhir setiap lembaga berperan
satu sama lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2006), yang menyatakan
bahwa setiap peternak ayam potong menyadari bahwa usahanya tidak berdiri sendiri
tetapi ada rekan sebisnis lain yang mau tidak mau terlibat, salah satunya adalah
mereka yang ada di jalur tataniaga.
P.Pengumpul P.Pengecer
Masyarakat
Peternak
Berdasarkan hasil wawancara, maka dapat digambarkan skema saluran
tataniaga ayam potong dikawasan Pasar Terong yaitu sebagai berikut :
Gambar 2. Skema saluran tataniaga telur itik dikawasan Pasar Terong.
Pada responden kedua yaitu H. Jamaruddin diperoleh hasil wawancara yaitu
pedagang langsung mengambil komoditi ayam potong. Pedagang bertindak sebagai
produsen, dan menyalurkannya di tiap kios atau pasar-pasar lainnya. Dalam
pemesanan produk, pedagang sering mengalami kendala misalnya bidang
pengangkutannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2007), yang menyatakan
bahwa aspek terpenting dari pengangkutan adalah biaya pengankutan, sedangkan
biaya pengangkutan ini sangat dipengaruhi oleh tarif angkutan atau biaya transportasi
maka harga telu itik yang sampai ke konsumen juga semakin tinggi.
Pada responden ketiga bernama Abdul Karim, diperoleh hasil bahwa
pedagang bertindak sebagai produsen, di dalam membeli ayam potong selalu
berpindah-pindah tempat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2006) yang
menyatakan bahwa pembelian suatu produk selalu berpindah-pindah dari suatu
tempat ke tempat lain dari suatu produsen.
Pada responden keempat bernama Bio, diperoleh hasil bahwa pedagang juga
bertindak sebagai produsen. Sistem pembayaran dilakukan secrara cash, dan biaya
yang dikeluarkan tergantung kualitas komoditi yang dibeli. Adapun kendala yang
sering dihadapi dalam pembelian dan pemesanan produk, membutuhkan waktu yang
agak lama, karena perlu dilakukan pemeriksaan apakah ayam potong masih bagus
atau tidak. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2006), yang menyatakan
bahwa pembelian harus melalui pengawasan dan pemeriksaan dimaksudkan adanya
pemberian izin oleh para penjual kepada pembeli agar barang tersebut dipastikan
baik.
Pada responden kelima bernama Agus, diperoleh hasil wawancara yaitu masih
bertindak sebagai produsen, tetapi menyalurkan kepada para pedagang-pedagang
lainnya. Yang menyebabkan makin panjangnya saluran tataniaga, sehingga biaya
yang dikeluarkan makin banyak dan kadang-kadang tidak sesuai dengan keuntungan
yang didapat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2006), yang menyatakan
bahwa panjang pendeknya saluran tataniaga dipengaruhi beberapa faktor yaitu jarak
antara produsen dan konsumen, cepat tidaknya produk rusak, skala produksi, dan
posisi keuangan pengusaha.
B. Margin dan Laba
Berikut adalah table hasil wawancara kepada responden terhadap margin,
dan laba yang diperoleh :
Tabel 1. Margin dan Laba.
No. RESPONDEN MARGIN LABA
1. Dg. Ngitung 2000/ekor 500.000
2. Syafar 2000/ekor 300.000
3. Dg. Karing 3000/ekor 500.000
4. Annas 3000/ekor 500.000
5. Indar 3000/ekor 250.000
Jumlah 13.000 2.500.000
. Rata-rata 2600/ekor 410.000
Sumber : Data primer Praktek Lapang Tataniaga , 2007.
Berdasarkan hasil wawancara dari lima responden yaitu responden 1 (Dg.
Ngitung) diketahui bahwa laba yang diperoleh yaitu Rp.500.000,- dengan margian
Rp2000,-/ekor, responden ke 2 (Syafar) yaitu Rp.300.000 dengan margin
Rp.2000,-/ekor, responden ke 3 (Dg. Karing) yaitu Rp.500.000,-, responden ke 4
(Annas) yaitu Rp.500.000,- dengan margin Rp.3000/ekor dan responden ke 5 (Indar)
yaitu Rp. 250.000,- dengan margin Rp.3000,-/ekor. Pedagang ayam potong di lokasi
pengambilan data bila dihitung dalam tingkat persentase mark up maka tingkat
margin pedagang ayam potong ditinjau dari harga pokok penjualan masing-masing
responden rata-ratanya Rp.2600,-/ekor. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah
(2006), yang menyatakan bahwa apabila margin dinyatakan dalam persentase, maka
dapat disebut mark-up. Mark-up itu sendiri adalah suatu persentase margin yang
dihitung atas dasar harga pokok penjualan atas dasar harga pokok penjualan eceran
suatu benda.
Dari hasil pengambilan data dari tiap responden untuk hasil atau keuntungan
yang mereka peroleh tingakatannya tidak jauh berbeda antara responden pertama dan
responden kedua. Keuntungan dari penjualan ayam potong yang akan mereka peroleh
apabila dirata-ratakan akan diperoleh keuntungan sebesar yang diperoleh
Rp.410.000,-. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2007), yang menyatakan
bahwa keuntungan merupakan istilah yang dipergunakan untuk menyatakan
perbedaan harga barang yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar
oleh pembeli terakhir.
Adanya perbedaan laba tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan harga
yang diperoleh dari lembaga tataniaga sebelumnya. Dapat pula ditentukan oleh
tingkat permintaan dan penawaran terhadap produk yang dijual sehingga berpengaruh
terhadap tingkat penentuan harga. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2007),
yang menyatakan bahwa harga suatu barang dan jumlah harga barang tersebut yang
diperjual belikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari barang tersebut oleh
karena itu untuk menganalisis permintaan dan penawaran keatas suatu barang yang
terdapat dipasar.
C. Prilaku Konsumen
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan responden diperoleh jawaban
yang hampir seragam. Hal ini dapat disebabkan karena objek penelitian yang hanya
terdiri dari satu jenis produk dengan karekteristik konsumen yang hampir sama yaitu
pedagang pengecer atau masyarakat langsung yang berminat mengkonsumsi telur
itik. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2007), yang menyatakan bahwa objek
penelitian yang terdiri dari satu jenis produk pada pedangan utamanya pedagang
pengecer akan diperoleh diperoleh jawaban yang hampir seragam.
Setiap pembeli mempunyai prilaku-prilaku yang berbeda dalam usaha
memenuhi kebutuhannya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan karakteristik
yang terdapat pada tiap pembeli prilaku tersebut dimunculkan dalam usaha
pemenuhan kepuasan ketika dapat memenuhi kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hanafiah ( 2006), yang menyatakan bahwa perbedaan karakteristik terdapat
pada pembeli karena mempunyai perilaku yang berbeda dalam usaha memenuhi
kebutuhannya dan tingkah laku konsumen menerangkan tentang pembelian dalam
menggunakan dan membelanjakan pendapatan yang diperolehnya.
D. Permintaan dan Penawaran
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan responden pedagang
ayam potong menyangkut banyak konsumen mengambil dalam jumlah yang banyak
sehingga para pedagang yang mendapatkan keuntungan yang banyak pula sedangkan
penawaran juga meningkat karena dilihat dari harga yang semakin hari semakin
meningkat kebutuhan masyarakat punya sehingga banyak yang membeli ayam potong
tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2007), yang menyatakan bahwa
Bunyi hukum permintaan adalah semakin rendah harga suatu barang maka semakin
banyak barang tersebut diminta. Sebaliknya semakin tinggi harganya semakin sedikit
permintaan barang jadi. Permintaan konsumen akan suatu barang dipasar ditanggapi
oleh pengusaha dengan menawarkan barang yang sama. Penawaran yang dimiliki
oleh seorang pengusaha disebut penawaran individu.
Permintaan akan ayam potong dari hari kehari dalam pasar Terong semakin
meningkat karena kebutuhan konsumen semakin meningkat pula serta sesuai dengan
kondisi waktu dan harga yang tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah
(2006), yang menyatakan bahwa Permintaan (demand) dapat didefinisikan sebagai
jumlah suatu barang yang akan dibeli oleh konsumen pada kodisi, waktu dan harga
tertentu. Karena pembelian-pembelian pada suatu jangka waktu berubah menurut
harga, maka sesungguhnya kita tidak mendapatkan suatu jumlah, tetapi suatu urutan
jumlah-jumlah tertentu berhubung dengan perbedaan harga yang mungkin terjadi.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi wawancara dan pembahasan dapat ditarik beberapa
kesimpulan antara lain :
Lembaga tataniaga yanmg digunakan dalam tataniaga penjualan ayam potong
dipasar Terong adalah pedagang pengumpul dan pedagang pengecer dengan
menggunakan tiga tingkat penyaluran dengan saluran pemasaran secara tidak
langsung.
Prilaku konsumen cukup seragam dengan melakukan pembelian per kilo
untuk pedagang pengecer dan per ekor untuk konsumen akhir.
Laba yang diperoleh oleh responden 1 (Dg. Ngitung) Rp.3.500, responden ke
2 (Syafar) Rp.3500, responden ke 3 (Dg Karing) Rp.6.000, responden ke 4
(Annas) Rp.3000, dan responden ke 5 (Indar) Rp.3750.
Margin/mark-up tataniaga yang diperoleh oleh responden 1 (Dg Ngitung)
Rp.150, responden ke 2 (Syafar) Rp.150, responden ke 3 (Dg. Karing) Rp
200, responden ke 4 (Annas) Rp.100, dan responden ke 5 (Indar) Rp.125.
Saran
Sebaiknya praktek lapang tataniaga dilakukan hanya sekali saja serta asisten
agar kiranya dapat ikut dalam pengambilan data/responden pada setiap pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Materi Kuliah Tataniga Hasil Ternak. Fakultas Peternakan Universitas hasanuddin, Makassar.
Hanafiah A. M dan Saefuddin A. M. 2006. Tataniaga Hasil Perikanan. Universitas Indonesia, Jakarta. Http://id.wikipwdia.org/wiki/telur_%28.
Rahardja. 2003 Ekonomi. Rineka Cipta, Jakarta.
Rasyaf, M. 2003. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
Siregar. 2007. Materi Kuliah Tataniaga Hasil Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Lampiran 1. Margin Dari Masing-masing Responden
Margin = Total Penjualan – Total Pembelian
Responden I (Dg. Ngitung)
Dik : T. Penjualan = Rp. 2.200.000,-
T. Pembelian = Rp. 1.800.000,-
Harga jual = Rp. 22.000,-
Harga beli = Rp. 6.500,-
B. Pengangkutan = Rp. 500.000,-
Peny. Margin = harga jual – harga beli
= 22.000 – 6.500
= 15.500
Laba = total penjualan – total pembelian
= 2.200.000 – 1.800.000
= 400.000
Responden II (Syafar)
Dik : T. Penjualan = Rp. 1.000.000,-
T. Pembelian = Rp. 800.000,-
Harga jual = Rp. 20.000,-
Harga beli = Rp. 7.000,-
B. Pengangkutan = Rp. 150.000,-
Peny.
Margin = harga jual – harga beli
= 20.000 – 7.000
= 13.000
Laba = total penjualan – total pembelian
= 1.000.000 – 800.000
= 200.000
LAPORAN PRAKTEK LAPANGTATANIAGA HASIL PETERNAKAN
AYAM POTONG
Oleh :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2008