Tatalaksana Diabetes Pada Kehamilan

7
Tatalaksana Diabetes pada Kehamilan By farmakoterapi | Januari 16, 2015 0 Comment Diabetes pada kehamilan atau disebut juga diabetes gestasional adalah intoleransi glukosa selama masa kehamilan. Angka kejadian diabetes gestasional adalah 90% dari seluruh kasus diabetes melitus pada kehamilan, sedangkan sianya yakni 8% merupakan angka kejadian penyakit diabetes yang memang sudah dialami sebelum kehamilan. Bayi yang dilahirkan dari ibu pengidap diabetes sebelum kehamilan berisiko dua kali terkena cidera serius saat lahir, tiga kali berpeluang lahir melalui operasi cesar, dan empat kali lebih berisiko untuk masuk ke NICU (Newborn Intensive Care Unit). Tatalaksana diabetes pada kehamilan meliputi diet, pemberian insulin, pemberian obat hipoglikemik oral, manajemen obstetrik prenatal, serta manajemen bayi baru lahir. Tujuan diet adalah untuk menghindari asupan makanan yang besar sekaligus serta asupan karbohidrat berstruktur sederhana. Penambahan asupan makanan yang mengandung karbohidrat berstruktur kompleks dan selulosa seperti biji-bijian utuh dan polong-polongan adalah penting bagi kesuksesan pengendalian gula darah pada kehamilan. Asupan karbohidrat hendaknya dijaga di bawah 50% dari menu harian, sedangkan sisanya adalah protein dan lemak. Telah dibuktikan bahwa dengan mengurangi asupan kalori sebesar 30-33% dapat menurunkan kadar gula darah dan kadar trigliserida tanpa peningkatan ketonuria. Tentunya konsultasi dan supervisi diet oleh ahli gizi berperan penting untuk memastikan keberhasilan diet ini. Pada diabetes gestasional, intervensi awal dengan insulin atau obat hipoglikemik oral memiliki peran yang penting untuk memastikan hasil pengendalian gula darah yang baik ketika diet gagal mengatasinya. Terapi dengan insulin harus mempertimbangkan individualisasi dosis yang disesuaikan dengan profil gula darah pasien. Tujuan pemberian insulin pada diabetes gestasional adalah

Transcript of Tatalaksana Diabetes Pada Kehamilan

Page 1: Tatalaksana Diabetes Pada Kehamilan

Tatalaksana Diabetes pada KehamilanBy farmakoterapi | Januari 16, 2015 0 CommentDiabetes pada kehamilan atau disebut juga diabetes gestasional adalah intoleransi glukosa selama masa kehamilan. Angka kejadian diabetes gestasional adalah 90% dari seluruh kasus diabetes melitus pada kehamilan, sedangkan sianya yakni 8% merupakan angka kejadian penyakit diabetes yang memang sudah dialami sebelum kehamilan. Bayi yang dilahirkan dari ibu pengidap diabetes sebelum kehamilan berisiko dua kali terkena cidera serius saat lahir, tiga kali berpeluang lahir melalui operasi cesar, dan empat kali lebih berisiko untuk masuk ke NICU (Newborn Intensive Care Unit).

Tatalaksana diabetes pada kehamilan meliputi diet, pemberian insulin, pemberian obat hipoglikemik oral, manajemen obstetrik prenatal, serta manajemen bayi baru lahir.  Tujuan diet adalah untuk menghindari asupan makanan yang besar sekaligus serta asupan karbohidrat berstruktur sederhana. Penambahan asupan makanan yang mengandung karbohidrat berstruktur kompleks dan selulosa seperti biji-bijian utuh dan polong-polongan adalah penting bagi kesuksesan pengendalian gula darah pada kehamilan. Asupan karbohidrat hendaknya dijaga di bawah 50% dari menu harian, sedangkan sisanya adalah protein dan lemak. Telah dibuktikan bahwa dengan mengurangi asupan kalori sebesar 30-33% dapat menurunkan kadar gula darah dan kadar trigliserida tanpa peningkatan ketonuria. Tentunya konsultasi dan supervisi diet oleh ahli gizi berperan penting untuk memastikan keberhasilan diet ini.

Pada diabetes gestasional, intervensi awal dengan insulin atau obat hipoglikemik oral memiliki peran yang penting untuk memastikan hasil pengendalian gula darah yang baik ketika diet gagal mengatasinya. Terapi dengan insulin harus mempertimbangkan individualisasi dosis yang disesuaikan dengan profil gula darah pasien. Tujuan pemberian insulin pada diabetes gestasional adalah untuk mendapatkan profil kadar glukosa serupa dengan profil kadar glukosa normal. Insulin yang dapat diberikan pada wanita hamil adalah jenis insulin lispro, regular, aspart, dan NPH, serta insulin detemir. Regimen insulin hendaknya dimodifikasi seiring bertambahnya usia kehamilan dan bertambahnya resistensi terhadap insulin.

Selain insulin, obat hipoglikemik oral seperti gliburide dan metformin juga dapat digunakan untuk mengendalikan kadar gula darah selama kehamilan. Metformin adalah obat hipoglikemik oral yang termasuk kelompok biguanida, yang mekanisme kerja utamanya adalah menurunkan produksi gula hepatik. Diketahui bahwa metformin melintasi plasenta dan ternyata kadarnya di dalam ari-ari melebihi kadar di dalam plasma ibu. Sedangkan gliburide, yang termasuk dalam kelompok sulfonilurea generasi kedua, ditransport secara minimal di plasenta akibat dari tingginya pengikatan obat oleh plasma dan pendeknya waktu paruh gliburide. Gliburide sebaiknya tidak digunakan pada trimester pertama kehamilan karena profil keamanannnya masih terbatas, namun obat ini aman digunakan selama menyusui.

Page 2: Tatalaksana Diabetes Pada Kehamilan

Manajemen obstetrik prenatal bertujuan untuk mencegah bayi lahir mati dan asphyxia serta menurunkan mobiditas ibu dan bayi selama proses persalinan. Monitoring terhadap ukuran janin hendaknya dilakukan untuk menentukan waktu dan metode persalinan. Monitoring ukuran janin dengan USG, walaupun bermasalah dengan akurasinya, tetap digunakan sebagai standar pelayanan. Pemeliharaan homeostasis metabolik intrapartum akan mengoptimalkan proses transisi bayi setelah dilahirkan, hal ini dapat menurunkan kejadian hiperinsulinemia neonatus serta hipoglikemia yang mengikutinya. Penggunaan kombinasi insulin dan infus glukosa selama proses persalinan adalah untuk menjaga kada glukosa darah ibu agar berada di kisaran 80-100 mg/dL. Biasanya digunakan dekstrosa 5% dengan laju infusi 100 mL/jam dikombinasikan dengan insulin reguler 0,5-1,0 unit/jam.

Hal penting lainnya dalam tatalaksana diabetes pada kehamilan adalah manajemen neonatus. Masalah metabolik kritis yang dihadapi neonatus yang dilahirkan dari ibu yang mengidap diabetes adalah masalah hipoglikemia. Hipoglikemia yang tidak dimonitor dan tidak dikoreksi dapat menyebabkan bangkitan, kerusakan otak, dan kematian neonatus. Rekomendasi terkini dalam manajemen neonatus adalah monitoring gula darah dan pemberian asupan makanan oral (utamakan dari ASI), dengan tambahan glukosa secara intravena bila asupan oral tidak mencukupi. Bukti klinis menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI berisiko jauh lebih kecil terkena diabetes dibandingkan dengan bayi yang diberi susu sapi.

Pencegahan diabetes pada kehamilan nampaknya sulit untuk dilakukan, karena adanya perubahan hormonal pada wanita hamil. Penelitian dengan sampel besar yang dilakukan oleh Stafne dkk menemukan bahwa program olah raga standar selama 12 minggu paruh kedua masa kehamilan tidak memiliki manfaat untuk mencegah diabetes gestasional pada wanita sehat dengan indeks masa tubuh normal.

Referensi:

Baptiste-Roberts K, Barone BB, Gary TL, et al. Risk factors for type 2 diabetes among women with gestational diabetes: a systematic review. Am J Med. Mar 2009;122(3):207-214

Stafne SN, Salvesen K, Romundstad PR, et al. Regular Exercise During Pregnancy to Prevent Gestational Diabetes: A Randomized Controlled Trial. Obstet Gynecol. Jan 2012;119(1):29-36

Page 3: Tatalaksana Diabetes Pada Kehamilan

Keunggulan Metformin Dibandingkan Obat Anti Diabetik LainnyaPosted by Admin on in Endokrinologi dan Metabolisme, Obat | 10 comments

INTERNISMAG. Seiring dengan berjalannya waktu, penelitian mengenai insulin sebagai obat muktakhir Diabetes Melitus terus berjalan dan melupakan obat metformin yang pertama kali ditemukan sekitar tahun 1920an. Namun banyak keunggulan metformin dibandingkan obat anti diabetik lainnya yang perlu Anda ketahui.

Metformin merupakan suatu obat golongan bigunid yang biasa digunakan pada penderita Diabetes Melitus (DM) atau penyakit kencing manis. Obat ini berbeda dengan glibenclamide dalam cara kerjanya, meskipun memberikan tujuan yang sama yaitu mengontrol kadar glukosa dalam darah.

Cara Kerja Metformin

Metformin bekerja untuk meningkatkan sensitivitas insulin. Seperti kita telah ketahui bahwa DM terjadi salah satunya adalah akibat adanya resistensi insulin. Obat ini adalah obat yang pertama kali diberikan pada penderita yang baru diketahui menderita DM.

Selain itu metformin juga bekerja menghambat terbentuknya glukosa oleh hepar. Hepar merupakan organ terbesar tubuh yang dapat menyimpan cadangan glukosa dalam bentuk glikogen. Glikogen ini akan diubah menjadi glukosa bila tubuh membutuhkan asupan glukosa. Untuk proses ini dibutuhkan juga laktat. Dengan dihambatnya proses pembentukan glukosa maka laktat di dalam darah akan meningkat.

Indikasi Metformin

Dahulu dikatakan bahwa metformin diberikan pada individu yang kelebihan berat badan saja. Anggapan ini tidak benar. Metformin merupakan obat anti diabetes lini pertama baik pada penderita DM yang obese maupun yang kurus. Selain itu metformin juga digunakan pada individu yang menderita penyakit akibat resistensi insulin, seperti PCOS (Polycystic Ovarian Syndrome).

Dosis awalnya dapat diberikan satu kali sehari namun kemudian dapat dinaikkan menjadi 3 kali sehari dengan dosis maksimal sehari adalah 2000 mg. Metformin adalah nama generik. Beberapa pabrikan farmasi memasarkan metformin dalam kemasan berbeda dan nama yang berbeda pula seperti: glucophage, forbetes, eraphage, tudiab, gludepatic, dan lain lain. Meskipun memiliki nama, bentuk pil, dan kemasan yang berbeda, kandungannya adalah sama.

Page 4: Tatalaksana Diabetes Pada Kehamilan

Meformin pada Kehamilan

Pada wanita hamil dapat terjadi kenaikan glukosa darah yang dinamakan diabetes gestasional. Pada kasus ini, kadar glukosa akan kembali normal setelah persalinan. Penggunaan metformin sama efektifnya dengan insulin (obat pilihan utama pada diabetes gestasional), namun penelitian terakhir membuktikan terdapat efek toksik pada janin sehingga penggunaannya dibatasi pada ibu hamil. Data ini belum didukung oleh penelitian – penelitian yang cukup sehingga penggunaan metformin masih sering dilakukan pada wanita hamil.

Keuntungan Metformin

Metformin merupakan salah satu obat anti diabetik yang sangat luas digunakan di seluruh dunia disamping glibenclamide. Efek sampingnya kecil dan relatif tidak berbahaya. Kejadian hipoglikemia sangat rendah dibandingkan dengan obat anti diabetik lainnya.

Keunggulan metformin lainnya adalah metformin tidak mengakibatkan kenaikan berat badan. Berat badan ideal merupakan salah satu pilar pengobatan DM sehingga keunggulan ini sangat berguna. Obat hipoglikemia oral golongan sulfonylurea seperti glibenclamide dapat menaikkan berat badan bagi penggunanya. Demikian juga dengan insulin yang dapat menaikkan berat badan hingga 6 kg dalam 1o tahun pengamatan pada pasien yang menggunakannya secara teratur.

Meftormin juga merupakan obat anti diabetik pertama yang terbukti menurunkan risiko terjadinya penyakit jantung, dan berguna juga menurunkan kadar kolesterol LDL dan trigliserida.

Begitu banyak keunggulan metformin, belum lagi harganya yang murah dan terjangkau bagi masyarakat karena tersedia dalam bentuk generik.

Efek samping Metformin

Efek samping utama metformin adalah gangguan pencernaan seperti mual, muntah, kembung, sering buang angin atau diare. Efek samping ini tidak berat namun pada beberapa individu merasa terganggu sehingga enggan untuk mengkonsumsi obat ini.

Page 5: Tatalaksana Diabetes Pada Kehamilan

Efek samping terberat pada penggunaan metformin adalah asidosis laktat. Seperti telah dibahas di awal, metformin mencegah terjadinya glukoneogenesis. Pembentukan glukosa oleh hepar ini membutuhkan laktat; dengan dihambatnya proses ini maka kadar laktat di dalam darah akan meningkat. Jika ginjal mengalami gangguan (tidak dapat mengeluarkan asam melalui urine) maka dapat terjadi keadaan asidosis laktat. Namun keadaan ini tidak melulu disebabkan oleh metformin, biasanya terdapat keadaan lain yang meningkatkan risiko sehingga terjadi keadaan asidosis laktat. Faktor risiko ini antara lain adalah gangguan hepar, gangguan ginjal, riwayat penggunaan alcohol, dan lain-lain.

Pada individu yang akan mengalami tindakan pencitraan dengan menggunakan zat kontras, maka disarankan agar penggunaan metformin dihentikan 2 hari sebelum tindakan. Zat kontras diyakini dapat mengganggu fungsi ginjal sehingga risiko terjadinya asidosis laktat meningkat. Namun pendapat ini tidak seluruhnya benar. Beberapa ahli berpendapat bahwa penggunaan metformin pada keadaan ini tidak perlu dihentikan karena penelitian menunjukkan penghentian metformin tidak meningkatkan risiko terjadinya keadaan asam laktat, karena penyakit DM itu sendiri tanpa penggunaan metformin pun sudah merupakan salah satu risiko.

Kesimpulan

Metformin merupakan obat antidiabetik ampuh yang sangat teruji efektifitasnya untuk menurunkan kadar glukosa darah dan menekan risiko terjadinya komplikasi akibat DM. Efek sampingnya yang ringan dan harganya yang murah merupakan pertimbangan lain yang positif bagi pada penderita DM. Meskipun demikian, bagi Anda yang mengkonsumsi metformin, segeralah konsultasikan dengan dokter Anda secara berkala untuk mengevaluasi efek samping obat ini.