Task Polisitemia
-
Upload
titieknuranisyah -
Category
Documents
-
view
57 -
download
5
Transcript of Task Polisitemia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sel darah merah terdiri dari sebagian besar sel-sel darah dalam sirkulasi, dan
salah satu fungsi utama mereka adalah untuk membawa oksigen dari paru ke
semua sel, jaringan, dan organ dalam tubuh. Oksigen dilakukan di dalam sel darah
merah dikombinasikan ke besi yang mengandung protein yang disebut
hemoglobin. sel darah merah tidak memiliki inti dan berbentuk seperti cakram
cekung ganda atau donat berbentuk, dan mampu meringkuk dan pemerasan
melalui pembuluh darah terkecil.
Jumlah sel darah merah normal dalam darah bervariasi, dan lebih tinggi pada
laki-laki daripada perempuan. bayi baru lahir memiliki jumlah sel merah yang
lebih tinggi daripada orang dewasa.
Jika ada jumlah yang lebih tinggi dari sel darah merah dalam sirkulasi dari
biasanya maka seseorang dikatakan telah erythrocytosis atau polisitemia. Situasi
sebaliknya dapat terjadi, dimana ada tingkat yang lebih rendah dari sel darah
merah daripada biasanya, dan kondisi ini disebut sebagai "anemia". jumlah sel
darah merah Dibesarkan dapat ditemukan kebetulan pada orang tanpa gejala, pada
tahap awal polisitemia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari polisitemia?
2. Bagaimana gejala polisitemia?
3. Apa penyebab polisitemia?
4. Bagaimana patofisiologis polisitemia?
5. Apa komplikasi polisitemia?
6. Bagaimana pemeriksaan polisitemia?
7. Bagaimana penatalaksanaan polisitemia?
8. Bagaimana asuhan keperawatan polisitemia?
1.3 Tujuan1
1. untuk mengetahui pengertian dari polisitemia
2. untuk mengetahui gejala polisitemia
3. untuk mengetahui penyebab polisitemia
4. untuk mengetahui patofisiologis polisitemia
5. untuk mengetahui komplikasi polisitemia
6. untuk mengetahui pemeriksaan polisitemia
7. untuk mengetahui penatalaksanaan polisitemia
8. untuk mengetahui asuhan keperawatan polisitemia
BAB II
2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Polisitemia
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel
darah merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum
tulang.Polisitemia adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu
banyak memproduksi sel darah merah. Ada dua jenis utama polisitemia:
polisitemia vera dan polisitemia sekunder. Penyebab, gejala, dan perawatan dari
dua kondisi yang berbeda-beda. Polisitemia Vera lebih serius dan dapat
mengakibatkan komplikasi kritis lebih dari polisitemia sekunder. Sel darah tubuh
diproduksi di sumsum tulang ditemukan di beberapa tulang,Seperti tulang paha.
Biasanya produksi sel darah diatur oleh tubuh sehingga jumlah sel darah
baru dibuat untuk menggantikan sel-sel darah yang lama karena mereka mati.
Dalam polisitemia, proses ini tidak normal karena berbagai penyebab dan
menghasilkan terlalu banyak sel darah merah dan kadang-kadang sel-sel darah
lainnya. Hal ini menyebabkan penebalan darah.
2. 2 Gejala
Gejala-gejala polisitemia bervariasi tergantung dari penyebabnya dan
adanya komplikasi. Gejala polisitemia vera dapat mencakup pusing , sakit kepala ,
kemerahan pada wajah, kesulitan bernafas, kelelahan, gatal setelah mandi panas,
limpa membesar , kelesuan, dan gangguan visual.Gejala sekunder polisitemia
meliputi kelesuan, hipertensi , dan sakit kepala.
2.3 Penyebab
Berikut ini adalah daftar penyebab atau kondisi yang mendasarinya (lihat
juga mendiagnosis penyebab yang mendasari polisitemia) yang mungkin dapat
menyebabkan polisitemia meliputi:
- Terpapar Karbon monoksida kronis - Dehidrasi
- Ibu merokok - Kegagalan
3
- Pernafasan - Bayi dari ibu diabetes
- Tumor ginjal - Bawaan polisitemia
- Adenokarsinoma ginjal - Penyakit ginjal kronis
- Burns - Penyakit jantung bawaan
- Stress - Syok
- Diare - Muntah
- Merokok - Penyakit paru kronis
- Tumor Hati - Brain tumor
- Tumor rahim - Penyakit paru-paru
- Sindrom Cushing - Adrenal adenoma
- Pseudopolycythaemia - Penyakit paru obstruktif kronik
2. 4 Patofisiologi
Terdapat 3 jenis polisitemia yaitu relatif (apparent), primer, dan sekunder.
1. Polisitemia relatif berhubungan dengan hipertensi, obesitas, dan stress.
Dikatakan relatif karena terjadi penurunan volume plasma namun massa
sel darah merah tidak mengalami perubahan.
2. Polisitemia primer disebabkan oleh proliferasi berlebihan pada sel benih
hematopoietik tanpa perlu rangsangan dari eritropoietin atau hanya dengan
kadar eritropoietin rendah. Dalam keadaan normal, proses proliferasi
terjadi karena rangsangan eritropoietin yang kuat.
3. Polisitemia sekunder, dimana proliferasi eritrosit disertai peningkatan
kadar eritropoietin. Peningkatan massa sel darah merah lama kelamaan
akan mencapai keadaan hemostasis dan kadar eritropoietin kembali
normal. Contoh polisitemia ini adalah hipoksia.
Mekanisme terjadinya polisitemia vera (PV) disebabkan oleh
kelainan sifat sel tunas (stem cells) pada sumsum tulang. Selain terdapat
sel batang normal pada sumsum tulang terdapat pula sel batang abnormal
yang dapat mengganggu atau menurunkan pertumbuhan dan pematangan
sel normal. Bagaimana perubahan sel tunas normal jadi abnormal masih
belum diketahui.
4
Terjadi peningkatan produksi semua macam sel, termasuk sel
darah merah, sel darah putih, dan platelet. Volume dan viskositas darah
meningkat. Penderita cenderung mengalami thrombosis dan pendarahan
dan menyebabkan gangguan mekanisme homeostatis yang disebabkan
oleh peningkatan sel darah merah dan tingginya jumlah platelet.
Thrombosis dapat terjadi di pembuluh darah yang dapat
menyebabkan stroke, pembuluh vena, arteri retinal atau sindrom Budd-
Chiari. Fungsi platelet penderita PV menjadi tidak normal sehingga dapat
menyebabkan terjadinya pendarahan. Peningkatan pergantian sel dapat
menyebabkan terbentuknya hiperurisemia, peningkatan resiko pirai dan
batu ginjal.
2. 5 Komplikasi
5
Waktu tidak diobati, polisitemia vera dapat mengakibatkan komplikasi
seperti pembekuan darah , perdarahan, leukemia myelogenous akut , ulkus
peptikum , perdarahan gastrointestinal , serangan jantung dan stroke
2.6 Asuhan Keperawatan Teori
a. Pengkajian
1. Riwayat adanya penyakit yang berhubungan dengan hipoksia (penyakit
jantung kronis, atau hemoglobinopati).
2. Pemeriksaan fisik
Dalam pemeriksaan menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
Peningkatan warna kulit (sering kemerah-merahan) disebabkan
oleh peningkatan kadar hemoglobin
Gejala-gejala kelebihan beban sirkulasi (dispnea, batuk kronis,
peningkatan tekanan darah, takikardi, sakit kepala, dan pusing)
disebabkan oleh peningkatan volume darah
Gejala-gejala trombosis (angina, klaudikasi, intermiten,
tromboplebitis) disebabkan oleh peningkatan viskositas darah
Splenomegali dan hepatomegali
Gatal, khususnya setelah mandi air hangat yang diakibatkan oleh
hemolisis sel darah merah yang tidak matang
Riwayat pedarahan hidung, ekimosis atau pendarahan saluran
pencernaan dari disfungsi trombosit
3. Pemeriksaan diagnostik
Pada pemeriksan darah lengkap menunjukkan peningkatan sel
darah merah, hemoglobin, hematokrit,sel darah putih, dan
trombosit. Pada plisitemia sekunder sel darah putih dan trombosit
tetap normal
Alkalin fosfat leukosit meningkat
Kadar B12 serum meningkat
Kadar asam urat serum meningkat
4. Kaji pemahaman klien tentang kondisi dan rencana tindakan
6
5. Kaji klien tentang perasaannya mengalami kondisi kronis
6. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Adanya penyakit kronis seperti penyakit hati,ginjal
Adanya perdarahan kronis/adanya episode berulangnya perdarahan
kronis
Adanya riwayat penyakit hematology,penyakit malabsorbsi.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat penyakit kronis dalam keluarga yang berhubungan
dengan status penyakit yang diderita klien saat ini
Adanya anggota keluarga yang menderita sama dengan klien
Adanya kecendrungan keluarga untuk terjadi anemia
8. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Lingkungan Kebersihannya cukup terjaga.
b. Diagnosa keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Keletihan berhubungan dengan status penyakit
c. Intervensi Keperawatan
Dx : Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Intervensi Rasional
Mandiri
1) Kaji keluhan nyeri termasuk,
lokasi, lamanya, intensitas (0-10)
2) Pantau TTV (Tekan darah, nadi,
RR, dan suhu)
1). Menentukan derajat nyeri pada
pasien. Volume sel darah merah
yang meningkat dapat
menimbulkan infak jaringan/nyeri
terus-menerus
2) Menentukan keadaan umum
pasien
7
3) Kaji perbedaan verbal dan non
verbal
4) Ajarkan teknik relaksasi
5) Berikan lingkungan tenang dan
kurangi rangsangan penuh stres
Kolaborasi
1) Pemberian obat analgesik
3) Petunjuk non verbal dapat
membantu mengevaluasi nyeri
dan keefektifan terapi.
4) Dapat menurunkan kebutuhan
terapi farmakologis dan
meningkatkan koping pasien
5) Meningkatkan istirahat dan
meningkatkan kemampuan
koping
1) Mengurangi nyeri
Dx : Keletihan berhubungan dengan status penyakit
Intervensi Rasional
Mandiri
1) Awasi TTV (Tekanan darah,
nadi, suhu, pernapasan), selama
sesudah aktivitas. Catat respons
terhadap tingkat aktivitas
2) Berikan lingkungan tenang.
Pantau dan batasi pengunjung,
telepon dan gangguan.
3) Prioritaskan asuhan keperawatan
untuk meningkatkan istirahat.
Pilih periode istirahat dengan
aktifitas
1) Manifestasi kardiopulmonal
dari upaya jantung dan paru
untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan
2) Meningkatkan istirahat untuk
menurunkan kebutuhan
oksigen tubuh.
3) Mempertahankan tingkat
energi
8
4) Gunakan teknik penghematan
tenaga : Misalnya mandi dengan
duduk.
5) Anjurkan pasien untuk tidak
melakukan aktifitas berlebihan
4) Mencegah kelelahan tidak
semakin parah
5) Menghemat energi
2.7 Penatalaksanaan
Terapi-terapi yang sudah ada saat ini belum dapat menyembuhkan pasien.
Yang dapat dilakukan hanya mengurangi gejala dan memperpanjang harapan
hidup pasien.
Tujuan terapi yaitu:
a. Menurunkan jumlah dan memperlambat pembentukan sel darah merah
(eritrosit).
b. Mencegah kejadian trombotik misalnya trombosis arteri-vena,
serebrovaskular, trombosis vena dalam, infark miokard, oklusi arteri
perifer, dan infark pulmonal.
c. Mengurangi rasa gatal dan eritromelalgia ekstremitas distal.
Prinsip terapi:
a. Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal kasus (individual)
dan mengendalikan eritropoesis dengan flebotomi.
b. Menghindari pembedahan elektif pada fase eritrositik/ polisitemia yang
belum terkendali.
c. Menghindari pengobatan berlebihan (over treatment)
d. Menghindari obat yang mutagenik, teragenik dan berefek sterilisasi pada
pasien usia muda.
e. Mengontrol panmielosis dengan fosfor radioaktif dosis tertentu atau
kemoterapi sitostatik pada pasien di atas 40 tahun bila didapatkan:
9
Trombositosis persisten di atas 800.00/mL, terutama jika disertai
gejala trombosis
Leukositosis progresif
Splenomegali yang simtomatik atau menimbulkan sitopenia
problematik
Gejala sistemis yang tidak terkendali seperti pruritus yang sukar
dikendalikan, penurunan berat badan atau hiperurikosuria yang
sulit diatasi.
Terapi PV
Flebotomi
Flebotomi adalah terapi utama pada PV. Flebotomi mungkin satu-satunya
bentuk pengobatan yang diperlukan untuk banyak pasien, kadang-kadang
selama bertahun-tahun dan merupakan pengobatan yang dianjurkan. Indikasi
flebotomi terutama pada semua pasien pada permulaan penyakit,dan pada
pasien yang masih dalam usia subur.Pada flebotomi, sejumlah kecil darah
diambil setiap hari sampai nilai hematokrit mulai menuru. Jika nilai
hematokrit sudah mencapai normal, maka darah diambil setiap beberapa
bulan, sesuai dengan kebutuhan. Target hematokrit yang ingin dicapai adalah
<45% pada pria kulit putih dan <42% pada pria kulit hitam dan perempuan.
Kemoterapi
Kemoterapi Sitostatika/ Terapi mielosupresif (agen yang dapat
mengurangi sel darah merah atau konsentrasi platelet). Tujuan pengobatan
kemoterapi sitostatik adalah sitoreduksi. Lebih baik menghindari kemoterapi
jika memungkinkan, terutama pada pasien uisa muda. Terapi mielosupresif
dapat dikombinasikan dengan flebotomi atau diberikan sebagai pengganti
flebotomi. Kemoterapi yang dianjurkan adalah Hidroksiurea (dikenal juga
sebagai hidroksikarbamid) yang merupakan salah satu sitostatik golongan obat
antimetabolik karena dianggap lebih aman, tetapi masih diperdebatkan tentang
keamanan penggunaan jangka panjang. Penggunaan golongan obat alkilasi
sudah banyak ditinggalkan atau tidak dianjurkan lagi karena efek
10
leukemogenik dan mielosupresi yang serius. Walaupun demikian, FDA masih
membenarkan klorambusil dan Busulfan digunakan pada PV. Pasien dengan
pengobatan cara ini harus diperiksa lebih sering (sekitar 2 sampai 3 minggu
sekali). Kebanyakan klinisi menghentikan pemberian obat jika hematokrit:
pada pria < 45% dan memberikannya lagi jika > 52%, pada wanita < 42% dan
memberikannya lagi jika > 49%.
Fosfor Radiokatif (P32)
Isotop radioaktif (terutama fosfor 32) digunakan sebagai salah satu cara
untuk menekan sumsum tulang. P32 pertama kali diberikan dengan dosis
sekitar 2-3mCi/m2 secar intravena, apabila diberikan per oral maka dosis
dinaikkan 25%. Selanjutnya jika setelah 3-4 minggu pemberian pertama P32
Mendapatkan hasil, reevaluasi setelah 10-12 minggu.
Jika diperlukan dapat diulang akan tetapi hal ini jarang dibutuhkan.Tidak
mendapatkan hasil, selanjutnya dosis kedua dinaikkan 25% dari dosis
pertama, dan diberikan sekitar 10-12 minggu setelah dosis pertama.
Kemoterapi Biologi (Sitokin)
Tujuan pengobatan dengan produk biologi pada polisitemia vera terutama
untuk mengontrol trombositemia (hitung trombosit . 800.00/mm3). Produk
biologi yang digunakan adalah Interferon (Intron-A, Roveron-) digunakan
terutama pada keadaan trombositemia yang tidak dapat dikendalikan.
Kebanyakan klinisi mengkombinasikannya dengan sitostatik Siklofosfamid
(Cytoxan).
Pengobatan pendukung
a. Hiperurisemia diobati dengan allopurinol 100-600 mg/hari oral
pada pasien dengan penyakit yang aktif dengan memperhatikan
fungsi ginjal.
b. Pruritus dan urtikaria dapat diberikan anti histamin, jika diperlukan
dapat diberikan Psoralen dengan penyinaran Ultraviolet range A
(PUVA).
11
c. Gastritis/ulkus peptikum dapat diberikan penghambat reseptor H2.
d. Antiagregasi trombosit Analgrelide turunan dari Quinazolin.
e. Anagrelid digunakan sebagai substitusi atau tambahan ketika
hidroksiurea tidak memberikan toleransi yang baik atau dalam
kasus trombositosis sekunder (jumlah platelet tinggi). Anagrelid
mengurangi tingkat pembentukan trombosit di sumsum.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN POLISITEMIA
12
Kasus
Ny. F berumur tahun 60 tahun dibawa RSUD. Pasien
mengeluh pusing (sakit kepala disertai vertigo) sudah 2 minggu. Saat
pengkajian Pasien terlihat pucat dan lemas. Pada wajah pasien nampak
kemerahan dan ekspresi wajah nampak kesakitan. Px mengatakan lemas
dan merasa lelah. Px terlihat lesu.
TD : 140/95 mmHg
N : 110x/menit
S : 36.5 0C
RR : 26x permenit
P : Vertigo
Q : nyeri akut
R : nyeri difus pada seluruh kepala
S : Skala 5
T : Berkelanjutan
3.1 Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Nama Klien : Ny. F
Jenis Kelamin : P
Suku/bangsa : jawa
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Perak Jombang
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
a. Keluhan Utama
Nyeri kepala (pusing)
b. Riwayat MRS
13
Saat kita lakukan pengkajian yaitu pucat,cepat
lelah,takikardi,palpitasi,dan takipnoe. Gejala awal menunjukkan Pasien
menderita anemia.
TD : 140/95 mmHg
N : 110x/menit
S : 36.5 0C
RR : 26x permenit
P : Vertigo
Q : nyeri akut
R : nyeri difus pada seluruh kepala
S : Skala 5
T : Berkelanjutan
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarganya mengatakan Pasien pernah sakit hepatits dan masuk RSUD
Jombang.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Suaminya mengatakan bahwa ada salah satu saudara dari istrinya ada yang
menderita hepatitis
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Lingkungan rumah bersih cukup terjaga.
POLA GORDON :
NO POLA Sebelum MRS Saat MRS
1. Persepsi Penggunaan obat
sesuai resep dokter
Pasien mandi dan
gosok gigi 2x sehari
Penggunaan obat
sesuai resep dokter
Paasien hanya di
seka dan tidak gosok
gigi
2. Nutrisi Pasien makan 3x Pasien makan 3x
14
sehari 1 porsi habis
Menu:
nasi,lauk,sayur
sehari 1 porsi habis
Menu : bubur
3 Eliminasi BAB 1x sehari.
Konsistensi :
lembek, bau khas,
warna kuning
kecoklatan
BAK 3-4 x sehari
BAB 1x sehari
Konsistensi :
lembek, bau khas,
warna kuning
kecoklatan
BAK 3-4 x sehari
4 Aktivitas Sebagai ibu rumah
tangga : memasak,
menyapu rumah
Pasien hanya bisa
berbaring di tempat
tidur dan
memerlukan
bantuan perawat
5 Istirahat tidur Pasien tidur siang 1
jam / hari
Pasien tidur malan 7
jam / hari
Pasien tidur siang 2
jam / hari sering
bangun
Pasien tidur malam
5-6 jam/ hari sering
terbangun
6 Sensori dan
kogninif
Penglihatan
Pasien
menggunakan kaca
mata (+) rabun dekat
Pendengaran
Pasien dapat mendengar
dengan baik (jarak 5-6
meter)
Penglihatan
Pasien
menggunakan kaca
mata (+) rabun
dekat , pandangan
semakin kabur
Pendengaran
Pasien dapat
mendengar dengan
baik (jarak 5-6
15
meter)
7 Persepsi dan
konsep diri
Gambaran diri
Tidak ada gangguan pada
fisik
Ideal diri
Pasien ingin selalu sehat
dan dijauhkan dari penyakit
Harga diri
Pasien berusaha untuk
kehidupan yang lebih baik
Peran diri
Berperan sebagai ibu rumah
tangga
Gambaran diri
Tidak ada gangguan pada
fisik
Ideal diri
Pasien ingin cepat sembuh
agar bisa segera pulang
Harga diri
Pasien bersikap kooperatif
dengan petugas medis
Peran diri
Peran diri terganggu karena
pasien tidak bisa
beraktifitas seperti biasanya
8 Hubungan
peran
Hubungan dengan keluarga
dan lingkungan sekitar
rumah baik
Hubungan dengan petugas
dan lingkungan s rumah
sakit baik
9 Seksualitas Pasien seorang perempuan Pasien seorang perempuan
10 Penanganan
stress
Pasien berusaha mengatasi
masalahnya sendiri jika
berada dalam kesulitan
Pasien meminta bantuan
keluarga untuk mengatasi
maslahnya
11 Keyakinan-
nilai
Pasien beribadah rutin
sholat 5 waktu
Pasien hannya bisa berdoa
di tempat tidurya
Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
Kepala Inspeksi16
simetris,penyebaran rambut merata,warna rambut hitam
beruban,kulit kepala bersih,wajah simetris.
Mata Palpasi
tidak ada tekanan intra okuler
Inspeksi
Simetris, kelopak mata tidak peradangan, pasien
menggunakan kacamata.
Telinga Inspeksi
Simetris, bersih, tidak ada benjolan
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Hidung Inspeksi
Terdapat pernapasan cuping hidung
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Mulut Inspeksi
Lidah tampak merah daging
Membran mukosa kering dan pucat
Ulkus pada faring
Leher Inspeksi
Bentuk simetris
Palpasi
Tidak ada benjolan
17
Dada
Paru-paru &Jantung Takikardi
Tekanan darah meningkat
Abdomen Palpasi
Tidak ada pembesaran Limpa, tidak adanya nyeri tekan
Tidak ada pembesaran hepar, tidak adanya nyeri telan
kanan atas
Ekstremitas Atas
dan Bawah
Kelemahan otot turun ADL 3, butuh bantuan perawat
Intergumen Turgor kulit buruk kering, hilang elastisitas.
Adanya eritemia pada kulit tubuhnya
Genetalia Klien berjenis kelamin perempuan
Data Penunjang
Pemeriksaan Hasil Laboratorium Nilai Normal
Eriteosit 7 jt/mm3 4,5 jt – 5,5jt/mm3
Leukosit 15000/cm3 4.700-10.300/cm3
Hematokrit 60% 37-48%
Trombosit 165.000/cm3 150.000-350.000/cm3
Hemoglobin 20 11,4-17,7 mg/dl
Analisa data:
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS:
Pasien mengeluh pusing (sakit
kepala disertai vertigo) sudah 2
minggu.
Nyeri akut Agen biologis
18
DO:
o Pada wajah pasien nampak
kemerahan
o Ekspresi wajah nampak
kesakitan.
RR : 26x/menit
TD : 140/95 mmHg
N : 110x/menit
S : 36.5 0C
P : Vertigo
Q : nyeri akut
R : nyeri difus pada seluruh kepala
S : Skala 5
T : Berkelanjutan
2. DS :
Px mengatakan lemas dan merasa
lelah
DO:
- Pasien terlihat pucat dan
lemas.
RR : 26x/menit
TD : 140/95 mmHg
N : 110x/menit
S : 36.5 0C
- Pasien terlihat lesu
Keletihan Status Penyakit
1.2 Diagnosa keperawatan:
19
Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis yang ditandai dengan:
Pasien mengeluh pusing (sakit kepala disertai vertigo) sudah 2
minggu.
Pada wajah pasien nampak kemerahan
Ekspresi wajah nampak kesakitan.
TTV :
RR : 26x/menit
TD : 140/95 mmHg
N : 110x/menit
S : 36.5 0C
P : Vertigo
Q : nyeri akut
R : nyeri difus pada seluruh kepala
S : Skala 5
T : Berkelanjutan
Keletihan berhubungan dengan status penyakit yang ditandai dengan:
Px mengatakan lemas dan merasa lelah
Pasien terlihat pucat dan lemas.
TTV
RR : 26x/menit
TD : 140/95 mmHg
N : 110x/menit
S : 36.5 0C
Pasien terlihat lesu
c. Intervensi Keperawatan
20
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri Akut berhubungan
dengan agen cidera biologis
DS:
Pasien mengeluh pusing
(sakit kepala disertai
vertigo) sudah 2 minggu.
DO:
o Pasien terlihat pucat
dan lemas.
o Pada wajah pasien
nampak kemerahan
o Ekspresi wajah
nampak kesakitan.
RR : 26x/menit
TD : 140/95 mmHg
N : 110x/menit
Tujuan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam nyeri
berkurang
Kriteria Hasil
Px mengatakan
nyeri berkurang
Px terlihat rileks
Pada wajah px tidak
terlihat kemerahan
RR: 14-24x/menit
TD : 120/80 mmHg
Nadi: 60-100 x/ mnt
Suhu: 36,5-37,50C
Skala 0-3
Mandiri
1. Kaji keluhan nyeri termasuk,
lokasi, lamanya, intensitas (0-
10)
2. Pantau TTV (Tekan darah,
nadi, RR, dan suhu)
3. Kaji perbedaan verbal dan
non verbal
4. Ajarkan teknik relaksasi
1. Menentukan derajat
nyeri pada pasien.
Volume sel darah merah
yang meningkat dapat
menimbulkan infak
jaringan/nyeri terus-
menerus
2. Menentukan keadaan
umum pasien
3. Petunjuk non verbal
dapat membantu
mengevaluasi nyeri dan
keefektifan terapi.
4. Dapat menurunkan
kebutuhan terapi
21
S : 36.5 0C
P : Vertigo
Q : nyeri akut
R : nyeri difus pada seluruh
kepala
S : Skala 5
T : Berkelanjutan
5. Berikan lingkungan tenang
dan kurangi rangsangan
penuh stres
Kolaborasi
1. Pemberian obat
analgesik
farmakologis dan
meningkatkan koping
pasien
5. Meningkatkan istirahat
dan meningkatkan
kemampuan koping
1. Mengurangi nyeri
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
22
2. Keletihan berhubungan
dengan status penyakit
ditandai dengan :
DS :
Px mengatakan lemas dan
merasa lelah
DO:
- Pasien terlihat pucat
dan lemas.
RR : 26x/menit
TD : 140/95 mmHg
N : 110x/menit
S : 36.5 0C
- Pasien terlihat lesu
Tujuan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam
keletihan berkurang
Kriteria Hasil
Px mengatakan
tidah meras lelah
Px terlihat rileks
RR: 14-24x/menit
TD : 120/80 mmHg
Nadi: 60-100 x/ mnt
Suhu: 36,5-37,50C
Mandiri
1. Awasi TTV (Tekanan
darah, nadi, suhu,
pernapasan), selama
sesudah aktivitas. Catat
respons terhadap tingkat
aktivitas
2. Berikan lingkungan
tenang. Pantau dan batasi
pengunjung, telepon dan
gangguan.
3. Prioritaskan asuhan
keperawatan untuk
meningkatkan istirahat.
Pilih periode istirahat
dengan aktifitas
1. Manifestasi
kardiopulmonal dari
upaya jantung dan
paru untuk membawa
jumlah oksigen
adekuat ke jaringan
2. Meningkatkan
istirahat untuk
menurunkan
kebutuhan oksigen
tubuh.
3. Mempertahankan
tingkat energi
4. Mencegah kelelahan
23
4. Gunakan teknik
penghematan tenaga :
Misalnya mandi dengan
duduk.
5. Anjurkan pasien untuk
tidak melakukan aktifitas
berlebihan
tidak semakin parah
5. Menghemat energi
1.3 Impleme
24
IMPLEMENTASI
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
No
.
Tanggal/
jam
Implementasi Respon klien TDT
1 1. Bina hubungan saling
percaya
2. Mengkaji keluhan nyeri
termasuk, lokasi, lamanya,
intensitas (0-10)
1. Pasien merespon dengan
baik (kooperatif)
2. Px melaporkan nyeri pada
kepala, skala 5 sudah 2
minggu
25
3. Mengukur TTV (Tekan
darah, nadi, RR, dan suhu)
4. Mengkaji perbedaan verbal
dan non verbal
5. Mengajarkan teknik
relaksasi
6. Memberikan lingkungan tenang
dan kurangi rangsangan penuh
stres
3. Hasil pengukuran
RR : 26x/menit
TD : 140/95 mmHg
N : 110x/menit
S : 36.5 0C
4. Pasien mengeluh sakit
kepala dan ekspresi
menunjukkan kesakitan
5. Pasien mau mengikuti
instruksi teknik relaksasi
(imajinasi)
6. Keluarga membatasi waktu
kunjungan
26
Kolaborasi
1. Memberikan obat analgesik1. Pasien minum obat 3x sehari
melalui IV
2. Keletihan berhubungan dengan status penyakit
No
.
Tanggal/
jam
Implementasi Respon klien TDT
2 1. Bina hubungan saling
percaya
2. Mengukur TTV (Tekanan
darah, nadi, suhu,
pernapasan), Mencatat
respons terhadap tingkat
aktivitas
3. Memantau dan membatasi
1. Pasien merespon dengan baik
(kooperatif)
2. Hasil pengukuran
RR : 22x/menit
TD : 140/95 mmHg
N : 100x/menit
S : 36.5 0C
27
pengunjung, dan gangguan.
4. Memprioritaskan asuhan
keperawatan untuk
meningkatkan istirahat.
Memilih periode istirahat
dengan aktifitas
5. Menganjurkan pasien untuk
tidak melakukan aktifitas
berlebihan
3. Keluarga membatasi
pengunjung.
4. Pasien kooperatif. Pasien
istirahat pada siang hari.
5. Pasien mau membatasi
aktifitasnya dengan banyak
istirahat.
28
EVALUASI
Diagnosa Evaluasi
Nyeri Akut berhubungan
dengan agen cidera
biologis
S : Px mengatakan nyeri berkurang
O :
o Pasien tidak terlihat lemas
o Pada wajah pasien nampak kemerahan
o Ekspresi wajah nampak kesakitan.
o Skala nyeri 4
RR : 24x/menit
TD : 140/95 mmHg
N : 100x/menit
29
S : 36.5 0C
A : Masalah sebagian teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
Mandiri
1. Kaji keluhan nyeri termasuk, lokasi, lamanya, intensitas (0-10)
2. Pantau TTV (Tekanan darah, nadi, RR, dan suhu)
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Pertahankan masukan cairan adekuat
Kolaborasi
1. Pemberian obat analgesik
30
Diagnosa Evaluasi
Keletihan berhubungan
dengan status penyakit
S : Px mengatakan masih merasakan lelah
O :
o Pasien tidak lesu
o Pasien tidak terlihat pucat
o TTV
RR : 22x/menit
TD : 140/95 mmHg
N : 100x/menit
S : 36.5 0C
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi Mandiri
31
1. Awasi TTV (Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan), selama sesudah aktivitas.
2. Berikan lingkungan tenang. Pantau dan batasi pengunjung, telepon dan gangguan.
3. Prioritaskan asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat. Pilih periode istirahat dengan
aktifitas
4. Anjurkan pasien untuk tidak melakukan aktifitas berlebihan
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel
darah merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum
tulang.Polisitemia adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu
banyak memproduksi sel darah merah. Ada dua jenis utama polisitemia:
polisitemia vera dan polisitemia sekunder. Penyebab, gejala, dan perawatan dari
dua kondisi yang berbeda-beda. Polisitemia Vera lebih serius dan dapat
mengakibatkan komplikasi kritis lebih dari polisitemia sekunder. Sel darah tubuh
diproduksi di sumsum tulang ditemukan di beberapa tulang,Seperti tulang paha.
4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya penulisan makalah ini mahasiswa dapat
memahami cara pemberian asuhan keperawatan pada pasien polisitemia
yang nantinya dapat di aplikasikan dalam masyarakat.
Diharapkan penulisan makalah yang akan datang dapat lebih baik lagi.
33
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, LJ. 2006. Buku saku diagnosis leperawatan edisi 10. buku kedokteran
EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
NANDA – I. 2011. Diagnosis keperawatan. EGC. Jakarta.
Handayani,wiwik.Andi Sulistyo W.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan PadaKlien dengan Gangguan Sistem Hematologi.Salemba Medika:Jakarta
34