TASK FILARIASIS

37
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging desease, yaitu penyakit yang dulunya sempat ada, kemudian tidak ada dan sekarang muncul kembali. Filariasis atau juga dikenal dengan elephantiasis yaitu penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan berbagai spesies nyamuk. Data WHO menunjukkan bahwa di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang berada di lebih dari 83 negara berisiko tertular filariasis, dan lebih dari 60% negara-negara tersebut berada di Asia Tenggara. Diperkirakan lebih dari 120 juta orang diantaranya sudah terinfeksi dengan 43 juta orang sudah menunjukkan gejala klinis berupa pembengkakan anggota tubuh di kaki atau lengan (Lymphoedema) atau anggota tubuh lainnya. Penyakit ini tersebar luas terutama di pedesaan, dapat menyerang semua golongan umur baik anak-anak maupun dewasa, laki-laki dan perempuan. Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia. Diperkirakan sampai tahun 2009 penduduk berisiko tertular filariasis lebih dari 125 juta orang yang tersebar di 337 kabupaten/kota endemis filariasis dengan 11.914 kasus kronis yang dilaporkan dan diestimasikan FILARIASIS|1

description

FILARIASIS

Transcript of TASK FILARIASIS

Page 1: TASK FILARIASIS

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging desease, yaitu penyakit yang dulunya

sempat ada, kemudian tidak ada dan sekarang muncul kembali. Filariasis atau juga dikenal

dengan elephantiasis yaitu penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh infeksi

cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan berbagai spesies nyamuk.

Data WHO menunjukkan bahwa di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang berada di

lebih dari 83 negara berisiko tertular filariasis, dan lebih dari 60% negara-negara tersebut

berada di Asia Tenggara. Diperkirakan lebih dari 120 juta orang diantaranya sudah terinfeksi

dengan 43 juta orang sudah menunjukkan gejala klinis berupa pembengkakan anggota tubuh

di kaki atau lengan (Lymphoedema) atau anggota tubuh lainnya. Penyakit ini tersebar luas

terutama di pedesaan, dapat menyerang semua golongan umur baik anak-anak maupun

dewasa, laki-laki dan perempuan.

Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius di

Indonesia. Diperkirakan sampai tahun 2009 penduduk berisiko tertular filariasis lebih dari 125

juta orang yang tersebar di 337 kabupaten/kota endemis filariasis dengan 11.914 kasus kronis

yang dilaporkan dan diestimasikan prevalensi microfilaria 19%, kurang lebih penyakit ini

akan mengenai 40 juta penduduk. Vektor penular filariasis hingga saat ini telah diketahui ada

23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres. Filariasis

dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, tangan, dan organ kelamin.

Penyakit kaki gajah disebabkan oleh cacing dari kelompok nematoda, yaitu

Wucheraria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Ketiga jenis cacing tersebut

menyebabkan penyakit kaki gajah dengan cara penularan dan gejala klinis, serta pengobatan

yang sama. Cacing betina akan menghasilkan (melahirkan) larva, disebut mikrofilaria, yang

akan bermigrasi kedalam sistem peredaran darah. Penyakit kaki gajah terutama disebabkan

karena adanya cacing dewasa yang hidup di saluran getah bening. Cacing tersebut akan

merusak saluran getah bening yang mengakibatkan cairan getah bening tidak dapat

tersalurkan dengan baik sehingga menyebabkan pembengkakan pada tungkai dan lengan.

Cacing dewasa mampu bertahan hidup selama 5 – 7 tahun di dalam kelenjar getah bening.

FILARIASIS|1

Page 2: TASK FILARIASIS

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM LIMFATIK

Sistem limfatik (lymphatic system) atau sistem getah bening membawa cairan dan

protein yang hilang kembali ke darah .Cairan memasuki sistem ini dengan cara berdifusi ke

dalam kapiler limfa kecil yang terjalin di antara kapiler-kapiler sistem kardiovaskuler.

Apabila suda berada dalam sistem limfatik, cairan itu disebut limfa (lymph) atau getah bening,

komposisinya kira-kira sama dengan komposisi cairan interstisial. Sistem limfatik

mengalirkan isinya ke dalam sistem sirkulasi di dekat persambungan vena cava dengan atrium

kanan.

Gambar 1. Sistem limfatik

Cairan limfe adalah cairan mirip plasma dengan kadar protein lebih rendah. Kelenjar

limfe menambahkan limfosit, sehingga dalam saluran limfe jumlah selnya besar. Faktor

pendorong gerak cairan limfe:

Pembuluh limfe mirip vena, mempunyai katup yang bergantung pada pergerakan otot

rangka untuk memecah cairan ke arah jantung.

FILARIASIS|2

Page 3: TASK FILARIASIS

Perlawanan pertama yang dilakukan tubuh adalah dengan respon immun non spesifik :

sel makrofag dan cairan limfa. Sehingga cairan limfatik mengalir melalui sistem

limfatik yang berfungsi juga dalam sirkulasi sistem imun seluler.

Karena fungsi dari sistem saluran limfe juga untuk mengembalikan cairan dan protein

dari jaringan kembali ke darah melalui sistem limfatik, maka faktor pendorong gerak

cairan limfe juga dikarenakan adanya cairan yang keluar dari kapiler darah.

System limfe terdiri dari pembuluh limfe, nodus limfatik, organ limfatik, dan sel

limfatik. Organ-organ limfa diantanya kelenjar getah bening (limfonodus), tonsil, tymus,

limpa (spleen atau lien).

a. Nodus limfaticus

Nodus limfatikus terdapat di sepanjang jalur pembuluh limfe berupa benda

oval atau bulat yang kecil. Fungsi utama nodus limfaticus untuk menyaring antigen

dari limfe dan menginisiasi respon imun. Di dalam nodus limfa terdapat jaringan ikat

yang berbentuk seperti sarang lebah dengan ruang-ruang yang penuh dengan sel darah

putih. Sel-sel darah putih tersebut berfungsi untuk menyerang virus dan bakteri.

Ditemukan berkelompok yang menerima limfe dari bagian tubuh. Kelompok-

kelompok limfonodus utama terdapat di dalam leher, axila, thorax, abdomen, dan

lipatan paha.

Gambar 2. Nodus limfatikus

Kelenjar limfe secara periodik diselingi di seluruh perjalanan saluran limfe

pengumpul. Masing-masing kelenjar limfe bisa mempunyai beberapa saluran limfe

eferen yang masuk melalui kapsul. Kemudian limfe memasuki sinus, membasahi

daerah korteks dan medula, dan keluar melalui saluran eferen tunggal. Daerah korteks

FILARIASIS|3

Page 4: TASK FILARIASIS

terutama mengandung limfosit, yang tersusun dalam folikel yang dipisahkan oleh

perluasan trabekular kapsula ini. Di dalam folikel terdapat sentrum germinativum

diskrit. Medula bisa mengandung makrofag dan sel plasma maupun limfosit, dan sel-

sel ini dianggap dalam keseimbangan dinamik di dalam kelenjar limfe. Tiap kelenjar

limfe juga mempunyai suplai saraf dan vaskular yang terpisah,

b. Tonsil

Tonsil merupakan kelompok sel limfatik dan matrix extra seluler yang

dibungkus oleh capsul jaringan pemyambung, tapi tidak lengkap. Terdiri atas bagian

tengah (germinal center) dan Crypti. Tonsil ditemukan di pharyngeal yaitu :

tonsil pharyngeal (adenoid), dibagian posterior naso pharynx

tonsil palatina, posteo lateral cavum oral

tonsil lingualis, sepanjang 1/3 posterior lidah

Gambar 3. Tonsil

c. Timus

Timus terletak di mediastinum anterior berupa 2 lobus. Pada bayi dan anak-

anak, timus agak besar dan sampai ke mediastinum superior. Timus terus berkembang

sampai pubertas mencapai berat 30 -50 gr. Kemudian mengalami regresi dan

digantikan oleh jaringan lemak. Pada orang dewasa timus mengalami atrofi dan

hampir tidak berfungsi.

Gambar 4. Timus

FILARIASIS|4

Page 5: TASK FILARIASIS

d. Limpa

Limpa terletak di kuadran atas kiri abdomen, di inferior diaphragma yang

memanjang dari iga 9 – 11, terletak dilateralis ginjal dan posterolateral gaster. Fungsi

limpa yaitu:

Menginisiasi respon imun bila ada antigen didalam darah

Reservoir eritrosit dan platelet

Memfagosit eritrosit dan platelet yang defektif

Fagosit bakteri dan benda asing lainnya

Gambar 5. Limpa

e. Pembuluh limfe

Kapiler limfatik (Plexus lymphaticus) merupakan tempat absorpsi limfe seluruh

tubuh. Kapiler-kapiler ini bermuara kedalam pembuluh pengumpul yang melewati

ekstremitas dan rongga tubuh, yang kemudian bermuara kedalam sistem vena melalui

duktus toraksikus. Pembuluh pengumpul secara periodik diselingi oleh kelenjar limfe,

yang menyaring limfe dan terutama melakukan fungsi imunologi.

Kapiler limfe serupa dengan kapiler darah yakni terdiri dari selapis endotel,

kecuali bahwa membrana basalis sangat tipis bahkan tidak ada. Telah diketahui adanya

celah besar antara sel endotel pembuluh limfe yang berdekatan, sehingga partikel

sebesar eritrosit dan limfosit bisa berjalan melaluinya.

FILARIASIS|5

Page 6: TASK FILARIASIS

Gambar 6. Pembuluh limfe

Pada pembuluh limfe yang lebih besar mempunyai katup seperti vena, yang

mencegah aliran balik cairan menuju kapiler. Kontraksi ritmik (berirama) dinding

pembuluh tersebut membantu mengalirkan cairan ke dalam kapiler limfatik. Seperti

vena, pembuluh limfa juga sangat bergantung pada pergerakan otot rangka untuk

memeras cairan ke arah jantung.

Pembuluh limfe mempunyai struktur yang serupa dengan pembuluh darah

(vena kecil) dengan tunika intima yang terdiri dari sel endotel dan lapisan jaringan ikat

tipis. Tunika media yang terdiri dari serat otot polos sirkuler dan tunika adventisia

yang terdiri dari jaringan fibrosa sedikit serat otot polos. Pembuluh ini juga memiliki

lebih banyak katub yang berasal dari pelipatan endotel. Umumnya mudah kolaps

sehingga sukar dilihat. Pembuluh ini juga dipersarafi dan telah diamati adanya spasme

maupun kontraksi alamiah berirama.

Jaringan tertentu tampaknya tidak mempunyai pembuluh limfe. Keseluruhan

epidermis, sistem saraf pusat, selubung mata dan otot, kartilago dan tendon tidak

mempunyai pembuluh limfe. Dermis kaya akan pembuluh limfe yang mudah dikenal

dengan penyuntikan intradermis zat warna tertentu. Pembuluh tanpa katup ini

berhubungan dengan pembuluh pengumpul pada sambungan dermis-subkutis.

Pembuluh limfe superfisialis ekstremitas terdiri dari beberapa saluran berkatup

yang terutama melewati sisi medial ekstremitas ke arah lipat paha atau aksila, dimana

saluran ini berakhir dalam satu kelenjar limfe atau lebih. Sistem pembuluh limfe

profundus yang terpisah juga terdapat pada ekstremitas. Jalinan ini mengikuti dengan

FILARIASIS|6

Page 7: TASK FILARIASIS

dengan rapat jalur vaskular utama profunda terhadap fasia otot. Pada individu normal,

ada sedikit (jika ada) hubungan antara dua sistem.

Saluran limfe ekstremitas bawah dan visera bersatu untuk membentuk sisterna chyli

dekat aorta di dalam abdomen atas. Struktur terakhir ini berjalan melalui diafragma untuk

menjadi duktus toraksikus. Di dalam dada, duktus ini menerima pembuluh limfe visera totem

vena melalui persatuan dengan vena subclavia sisnistra. Selain itu duktus ini juga merupakan

kumpulan dari pembuluh limfe yang berasal dari regio kepala leher sebelah kiri dan dada

sebelah kiri.

Trunkus bronkomediastinal dextra menampung limfe dan struktur mediastinal dan

paru-paru, kemudian menyatu dengan duktus limfatikus dextra. Duktus limfatikus dekstra

yang terpisah, memberikan drainase untuk ekstremitas kanan atas, dada sebelah kanan, kepala

dan leher sebelah kanan serta memasuki vena subclavia dekstra.

Gambar 7. Aliran limfatik

Secara garis besar, sistem limfatik mempunyai 3 fungsi yaitu sebagai berikut :

1. Aliran Cairan Interestial

Cairan interestial yang menggenangi jaringan secara terus menerus yang

diambil oleh kapiler kapiler limfatik disebut dengan Limfa. Limfa mengalir

melalui sistem pembuluh yang akhirnya kembali ke sistem sirkulasi. Ini dimulai

pada ekstremitas dari sistem kapiler limfatik yang dirancang untuk menyerap

cairan dalam jaringan yang kemudian dibawa melalui sistem limfatik yang

FILARIASIS|7

Page 8: TASK FILARIASIS

bergerak dari kapiler ke limfatik (pembuluh getah bening) dan kemudian ke

kelenjar getah bening. Getah bening ini disaring melalui benjolan dan keluar dari

limfatik eferen. Dari sana getah bening melewati batang limfatik dan akhirnya ke

dalam saluran limfatik. Pada titik ini getah bening dilewatkan kembali ke dalam

aliran darah dimana perjalanan ini dimulai lagi.

2. Mencegah Infeksi

Sementara kapiler getah bening mengumpulkan cairan interstisial mereka

juga mengambil sesuatu hal lain seperti virus dan bakteri, ini terbawa dalam getah

bening sampai mereka mencapai kelenjar getah bening yang mana dirancang

untuk menghancurkan virus dan bakteri dengan menggunakan berbagai metode.

Pertama sel makrofag menelan bakteri, ini dikenal sebagai fagositosis. Kedua sel

limfosit menghasilkan antibodi, ini dikenal sebagai respon kekebalan tubuh.

Proses ini diharapkan akan berhubungan dengan semua infeksi yang berjalan

melalui getah bening tetapi sistem limfatik tidak meninggalkan ini di sana.

Beberapa sel Limfosit akan meninggalkan node dengan perjalanan di getah bening

dan memasuki darah ketika getah bening bergabung kembali, ini memungkinkan

untuk menangani infeksi pada jaringan lain.

Ini bukan satu-satunya daerah dimana perlawanan berlangsung, limpa juga

menyaring darah dengan cara yang sama seperti sebuah nodus yang menyaring

getah bening, sel B dan sel T yang bermigrasi dari sumsum tulang merah dan

Thymus yang telah matang pada limpa (Ada 3 jenis sel T yang menakjubkan, itu

adalah memori T sel yang dapat mengenali patogen yang telah memasuki tubuh

sebelumnya. Dan dapat menangani mereka dengan lebih cepat, sel T lainnya

disebut helper dan sitotoksik) yang melaksanakan fungsi kekebalan, sedangkan

sel makrofag limpa menghancurkan sel-sel darah patogen yang dilakukan oleh

fagositosis. Ada nodul limfatik seperti amandel yang menjaga terhadap infeksi

bakteri yang mana ini menggunakan sel limfosit. Kelenjar timus mematangkan sel

yang diproduksi di sumsum tulang merah.

Setelah sel-sel ini matang, sel-sel ini kemudian bermigrasi ke jaringan

limfatik seperti amandel yang mana kemudian berkumpul pada suatu wilayah dan

mulai melawan infeksi. Sumsum tulang Merah memproduksi sel B dan sel T yang

bermigrasi ke daerah lain dari sistem getah bening untuk membantu dalam respon

kekebalan.

FILARIASIS|8

Page 9: TASK FILARIASIS

3. Pengangkutan Lipid

Jaringan kapiler dan pembuluh juga mengangkut lipid dan vitamin yang

larut lemak A, D, E dan K ke dalam darah, yang menyebabkan getah bening

berubah warna menjadi krem. Lipid dan vitamin yang diserap dalam saluran

pencernaan dari makanan dan kemudian dikumpulkan oleh getah bening pada saat

ini dikirimkan ke darah. Tanpa sistem limfatik kita akan berada dalam kesulitan,

memiliki masalah dengan banyak penyakit. Jaringan tubuh akan menjadi macet

dengan cairan dan sisa-sisa yang membuat kita menjadi bengkak. Kita juga akan

kehilangan vitamin yang diperlukan.

2.2 FILARIASIS

Penyakit ini disebabkan oleh infestasi satu atau dua cacing jenis filarial, yaitu

Wucheria bancrofti atau Brugia malayi. Cacing filaria ini termasuk famili Filiridae, yang

bentuknya langsing dan ditemukan di dalam system peredaran darah limfe, otot, jaringan ikat,

atau rongga serosa pada vertebra. Cacing bentuk dewasa dapat ditemukan pada pembuluh dan

jaringan limfe pasien.

Masa inkubasi penyakit ini cukup lama lebih kurang 1 tahun, sedangkan penularan

parasit terjadi melalui vektor nyamuk sebagai hospes perantara, dan manusia atau hewan kera

dan anjing sebagai hospes definitif.

Prevalensi mikrofilaria meningkat bersamaan dengan umur pada anak-anak dan

meningkat antara umur 20-30 tahun, pada saat usia pertumbuhan, serta lebih tinggi pada

laki-laki dibanding wanita. Lingkungan hidup filarial meliputi :

1) Penghisapan mikrofilaria dari darah atau jaringan oleh serangga penghisap darah

2) Metamorfosis mikrofilaria di dalam hospes perantara serangga, dimana mula-mula

membentuk larva filariform yang aktif

3) Penularan larva infektif ke dalam kulit hospes baru, melalui proboscis serangga yang

menggigit, dan kemudian pertumbuhan larva setelah masuk ke dalam luka gigitan

sehingga menjadi cacing dewasa.

FILARIASIS|9

Page 10: TASK FILARIASIS

Kekebalan alami atau yang didapat manusia terhadap infeksi filaria belum diketahui

banyak. Cacing filaria mempunyai antigen yang spesifik untuk spesies dan spesifik untuk

kelompok, memberi reaksi silang antar nematoda lainnya

2.2.1. FILARIASIS BANCROFTI, WUCHERIASIS

2.2.1.1. Etiologi

Penyebab adalah cacing filarial jenis Wucheria bancrofti. Cacing

dewasa jantan dan betina hidup di saluran kelenjar limfe: bentuknya halus

seperti benang dan berwarna putih susu. Yang betina berukuran 65-100

mm x 0,25 mm dan yang jantan 40 mm x 0,1 mm. Cacing betina

mengeluarkan mikrofila yang bersarung berukuran 250-300 mikron x 7-8

mikron. Vektor yang membawa cacing ini adalah nyamuk Anopheles,

Aedes, dan Culex quinquefasciatus.

Gambar 8. Wucheria bancrofti

2.2.1.2. Lingkaran Hidup

Penularan penyakit ini melalui vektor nyamuk yang sesuai. Cacing

bentuk dewasa tinggal di pembuluh limfe dan mikrofilaria terdapat di

pembuluh darah dan limfe.

Pada manusia W. bancrofti dapat hidup selama kira-kira 5 tahun.

Sesudah menembus kulit melalui gigitan nyamuk, larva meneruskan

perjalanannya ke pembuluh dam kelenjar limfe tempat meraka tumbuh

sampai dewasa dalam waktu satu tahun. Cacing dewasa ini sering

menimbulkan varises saluran limfe anggota kaki bagian bawah, kelenjar FILARIASIS|10

Page 11: TASK FILARIASIS

ari-aridan epididimis pada laki-laki serta kelenjar labium pada wanita.

Mikrofilaria kemudian meniggalkan cacing induknya, menembus dinding

pembuluh limfe menuju ke omebuluih darah yang berdekatan atau terbawa

oleh saluran limfeke aliran darah.

Gambar 9. Lingakaran hidup Wucheria bancrofti

2.2.1.3. Patologi

Perubahan patologi utama disebabkan oleh kerusakan pembuluh

getah bening akibat inflamasi yang ditimbulkan oleh cacing dewasa, bukan

oleh mikrofilaria. Cacing dewasa hidup di pembuluh getah bening aferen

atau sinus kelenjar getah bening dan menyebabkan pelebaran pembuluh

getah bening dan penebalan dinding pembuluh. Infiltrasi sel plasma,

eosinofil, dan makrofag didalam dan sekitar pembulih getah bening ynag

mengalami inflamasi bersama dengan poliferasi sel endotel dan jaringan

penunjang, menyebabkan berliku-likunya system limfatik dan kerusakan

atau inkompetensi katup pembuluh getah bening.

Limfedema dan perubahan kronik akibat statis bersama dengan

edema keras terjadi pada kulit yang mendasarinya. Perubahan-perubahan

yang terjadi akibat filariasis ini disebabkan oleh efek langsung dari cacing

FILARIASIS|11

Page 12: TASK FILARIASIS

ini dan oleh respon imun penjamu terhadap parasite. Respon imun ini

dipercaya mneyebabkan proses granulomatosadan poliferasi yang

menyababkan obstruksi total pembulih getah bening. Diduga bahwa

pembuluh-pembuluh tersebut tetap paten selama cacing tetap hidup dan

bahwa kematian cacing tersebut menyebabkan reaksi granulomatosa dan

fibrosis. Dengan demikian terjadilah obstruksi limfatik dan penurunan

fungsi limfatik.

2.2.1.4. Gejala Klinis

Manifestasi dini adalah peradangan, sedangkan bila sudah lanjut

akan menimbulkan gejala obstruktif. Mikrofilaria yang tampak dalam

darah pada stadium akut akan menimbulkan peradangan yang nyata,

seperti limfangitis, limfadenitis, funikulitis, epididymitis dan orkitis.

Gejala peradangan tersebut sering timbul setelah bekerja berat dan dapat

berlangusng Antara beberapa hari minggu (2-3 minggu). Gejala dari

limfadenitis adalah nyeri lokal, keras didaerah kelenjar limfe yang terkena

dan biasanya disertai demam, sakit kepala dan badan, muntah-muntah,

lesu, dan tidak nafsu makan, stadium akut ini lambat laun akan beralih ke

stadium manahun dengan gejala-gejala hidrokel, kiluria, limfedema dan

elephantiasis

Karena filariasis bancroftidapat berlangsung selama beberapa tahun,

maka ia dapt mempunyai perputaran klinis yang berbeda-beda. Reaksi

pada manusia terhadap infeksi filaria berbeda-beda, yaitu : 1). Filariasis

tanpa gejala; 2). Filariasis dengan peradangan; 3). Filariasis dengan

penyumbatan.

1) Filariasis tanpa gejala

Pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan pembesaran kelenjar

limfe terutama didaerah inguinal. Pada pemeriksaan darah ditemukan

mikrofilaria dalam jumlah besar disertai adanya eosinofilia. Pada

waktu cacing dewasa mati, mikrofilaria menghilang tanpa pasien

menyadari adanya infeksi.

FILARIASIS|12

Page 13: TASK FILARIASIS

2) Filariasis dengan peradangan

Infeksi primer terlihat limfangitis, limfangitis terjadi disekitar

larva dan cacing dewasa muda yang sedang berkembang,

mengakibatkan inflamasi eosinofil akut demam, menggigil, sakit

kepala, muntah, kelamahan dapat berlangsung beberapa hari sampai

beberapa minggu, dan terkena pada saluran limfe ketiak, tungkai, dan

genitalia.

Demam pada filarial terjadi karena adanya inflamasi yang

berawal dari kelenjar getah bening (biasanya kelenjar getah bening

inguinal) dengan perluasan retrofgrad ke bawah aliran getah bening

dan disertai edema dingin.

Demam yang sering terjadi akibat adanya infeksi sekunder

oleh bakteri. Gejalanya biasanya demam tinggi, menggigil, mialgia,

dan sakit kepala. Juga timbul plak edematosa yang mudah dibedakan

dengan jaringan sehat disekitarnya. Biasanya disertai dengan vesikel,

ulkus hiperpigmentasi. Pada filaria juga timbul ulkus, namun ulkusnya

steril dan mengeluarkan cairan serosanguineous.

Serangan akut ini dapat terjadi selama satu bulan atau lebih.

Bila keadaan berat dapat menyebabkan abses pelvis ginjal,

pembengkakan epididimis, jaringan retroperitoneal dan otot iliopsoas.

Hal ini dapat terjadi karena cacing yang mati mengalami degenerasi

Hematuria dapat timbul pada filariasis, hematuria yang terjadi

dapat makroskopik namun lebih sering mikroskopik dan ditemukan

pada saat pemeriksaan urin rutin. Kelainan ginjal ini mungkin

disebabkan oleh adanya mikrofilaria yang beredar dalam darah

dibandingkan dengan adanya cacing dewasa hal ini ditunjukan dengan

perbaikan dari fungsi ginjal bila mikrofilaria hilang dari peredaran

darah.

FILARIASIS|13

Page 14: TASK FILARIASIS

Fenomena lain yang dapat terjadi pada filarial adalah suatu

keadaan yang disebut sebagai tropical pulmonary eosinophilia. Hal ini

disebabkan oleh respon berlebihan imunologik terhadap infeksi

filarial. Sindrom ditandai dengan :

Kadar eosinofil darah tepi yang sangat tinggi

Gejala mirip asma

Penyakit paru restriktif

Kadar antibody spesifik antifilaria sangat tinggi

Respon pengobatan yang baik dengan terapi antifilaria

3) Filarisid dengan Penyumbatan

Dalam stadium yang manhunt ini terjadi jaringan granulasi

yang poliferatif serta terbentuk varises saluran limfe yang luas. Kadar

proteinyang tinggi dalam saluran limfe merangsang

oembentukanjaringan ikat dan kolagen. Sedikit demi sedikit setelah

bertahun-tahun bagian yang membesar manjadi luas dan timbul

elephantiasis menahun.

Penyumbatan duktus torasikus atau saluran limfe perut bagian

tengah turut mempengaruhi skrotum dan penis pada laki-laki dan

bagian luar alat kelamin pada wanita. Infeksi kelenjar inguinal dapat

mempengaruhi tungkai bagian luar alat kelamin. Elephantiasispada

umumnya mengenai tungkai serta alat kemalin dan menyebabkan

perubahan bentuk yang luas.

Limfedema pada filariasis bancrofibiasanya mengenai seluruh

tungkai. Limfedema tungkai ini dapat dibagi dalam 4 tingkat, yaitu:

Tingkat 1 : Edema pitting pada tungkai yang dapat kembali

normal (reversibel) bila tungkai diangkat

Tingkat 2 : Pitting/non pitting edema yang tungkai tidak dapat

kembali normal (ireversibel) bila tungkai diangkat.

Tingkat 3 : Edemea non pitting, tidak dapat kembali normal bila

tungkai diangkat, kulit menjadi tebal

Tingkat 4 : edema non pitting dengan jaringan fibrosis dan

verukosa pasa kulit (elephantiasis)

FILARIASIS|14

Page 15: TASK FILARIASIS

Hubungan Antara adanya mikrofilaria di dalam darah dan

elephantiasis sangat kecil, karena mikrofilaria menghilang setelah

cacing mati. Bila saluran limfe kandung kemih dan ginjal pecah akan

timbul kiluria, sedangkan episode berulang adenolimfangitis pada

saluran limfe testis yang mengakibatkan pecahnya tunika vaginalis

akan terjadi hidrokel atau kolakel, dan bila pecah saluran limfe

peritoneum terjadi asites kilus.

Cairan hidrokel ini biasanya jernih namun pada beberapa kasus

bisa keruh. Limfangitis dan elephantiasis ini dapat diperberat dengan

infeksi sekunder oleh Streptococcus.

2.2.1.5. Diagnosis

Diagnosis pasti hanya dapat diperoleh melalui pemeriksaan parasit

dan hal ini cukup sulit. Cacing dewasa yang hidup di pembuluh getah

bening atau kelenjar getah bening sulit dijangkau sehingga tidak dapat

dialkukan pemeriksaan parasite. Mikrofilaria dapat ditemukan didalam

darah, cairan hidrokel, atau kadang-kadang cairan tubuh lainnya. Cairan-

cairan tersebut dapat diperiksa secara mikroskopik. Banyak individu

terinfeksi yang tidak mengandung mikrofilaria dalam darahnya sehingga

diagnosis pasti sulit ditegakkan.

Pada pemerikaan darah tepi ditemukan leukositosis dengan

eosinofilia sampai 10-30%. Di sebagian besar belahan dunia. Mikrofilaria

aktif pada malam hari terutama dari jam 10 malam sampai 2 pagi. Namun

di beberapa daerah Asia dan Pasifik seperti timbulnya subperiodik, yaitu

timbul hampir sepanjang hari dengan puncak beberapa kali sehari.

Sehingga pengambilan spesimen darah untuk pemeriksaan mikrofilaria

harus sesuai dengan puncaknya mikrofilaria aktif didalam darah.

Mikrofilaria dapat ditemukan dengan pengambilan darah tebal atau tipis

pada dipulas dengan pewarnaan Giemsa atau Wright.

Spesimen darah yang diambil lebih baik diambil dari darah kapiler

dibanding dengan darah vena. Terdapat beberapa bukti yang menyebutkan

bahwa konsentrasi mikrofilaria di daerah kapiler labih tinggi dibanding

FILARIASIS|15

Page 16: TASK FILARIASIS

dengan daerah vena. Volume darah yang digunakan untuk pulasan sekitar

50µl dan jumlah mikrofilaria yang terdapat sekitar 20 mf/ml atau lebih

merupakan petunjuk adanya mikrofilaria dalam darah.

Penggunaan mikroskopik untuk mendeteksi mikrofilaria sudah

ditinggalkan, digantikan dengan penggunaan membrane filtrasi yang

dikemukakan oleh Bell tahun 1967. Keuntungan dari alat ini bahwa

sampeldapat disimpan dalam waktu yang lama. Selain itu karena

menggunakan formalin maka dapat memfiksasi mikrofilaria dalam darah

dan membuang organisme yang tidak diinginkan seperti HIV, Hepatitis B

dan Hepatitis C. Pada episode akut, filariasis limfatik harus dibedakan

dengan tromboflebitis, infeksi, dan trauma. Limfangitis retrogad

merupakan gambaran yang khas meb=mbantu mebedakan dari limfangitis

yang bersifat asendens.

Pemeriksaan terhadap antigen W. bancrofti yang bersikulasi dapat

menegakan diagnosis. Dua tes yang tersedia yakni, ELISA dan ICT.

Sensitivitas keduanya berkisar Antara 96-100%.

Pemeriksaan serologi antibodi juga telah digunakan untuk

mendeteksi W. bancrofti, namun sensitifitasnya rendah, disebabkan oleh

adanya reaksi silang dengan parasit lain. Selain itu juga tidak dapat

membedakan antara infeksi sekarang dan infeksi lampau

Pencitraan limfoskintigrafi dengan radiobuklir pada extremitas

menunjukan abnormalitas system limfatik, baik pada mereka yang

asimtomatik mikrofilaremik dan mereka dengan manifestasi klinis.

Kegunaan dari limfoskintigrafi ini adalah:

1) Peragaan alur aliran limfe

2) Evaluasi kecepatan aliran limfe

3) Peragaan kelenjar limfe

4) Peragaan pusat inflamasi dengan jaringan lunak dan kelenjar yang

baru terbentuk pada proses inflamasi menahun

5) Menemukan kerusakan trauma saluran limfe

6) Membedakan adema tungkai limfe, trauma mekanik tungkai bawah

7) Mengikuti proses perubahan obliterasi limfe

FILARIASIS|16

Page 17: TASK FILARIASIS

Pada filariasis limfatik, pemeriksaan USG Dopler skrotum pada pria

dan payudara pada wanita memperlihatkan adanya cacing dewasa yang

bergerak aktif di dalam pembuluh getah bening yang megnalami dilatasi.

Cacing dapat dilihat di pembuluh getah bening korda spermatika hampir

pada 80% pria.

Pemeriksaan PCR untuk mendeteksi DNA W. brancrofti lebih tinggi

sensitivitasnya disbanding metode parasitologik.

2.2.1.6. Pengobatan

a. Perawatan Umum

Istirahat di tempat tidur, pindah tempat ke daerah yang dingin

akan mengurangi derajat serangan akut.

Antibiotik dapat diberikan untuk infeksi sekunder dan abses.

Pengikatan di daerah pembendungan mengurangi edema.

b. Pengobatan Spesifik

1) Pengobatan infeksi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan

Dietilcarbamazine (DEC) sebagai satu-satunya obat yang efektif,

aman, dan relative murah. Pengobatan dilakukan dengan

pemberian DEC 6 mg/kgBB/hari selama 12 hari. Pengobatan ini

diulang 1 hingga 6 bulan kemudan bila perlu, atau DEC selama 2

hari per bulan (6-8mg/kgBB/hari)

Obat lain yang digunakan adalah Ivermektin. Meski

Ivermektin sangat efektif menurunkan kadar mikrofilaremia,

tampaknya tidak membunuh cacing dewasa (non-

makrofilarisidal), sehinggaterapi tersebut tidak dapat diharapkan

menyembuhkan infeksi secara menyeluruh. Albendazol bersifat

makrofilarisidal untuk W. bancrofti dengan pemberian setiap hari

selama 2-3 minggu.

Efek samping DEC dibagi dua jenis. Yang pertama bersifat

farmakologis, tergantung disisnya, angka kejadian sama baik pada

terinfeksi filariasis maupun tidak. Yang kedua adalah respon dari

hospes yang terinfeksi terhadap kematian parasite, sifatnya tidak

FILARIASIS|17

Page 18: TASK FILARIASIS

tergantung pada dosis obatnya tapi pada jumlah parasite dalam

tubuh hospes. Ada dua jenis reaksi pada DEC :

1) Reaksi sistemik dengan atau tanpa demam, berupa sakit

kepala, sakit pada berbagai bagian tubuh, sendi-sendi,

pusing, anoreksia, lemah, hematuria transien, reaksi slergi,

muntah, dan serangan asma. Raksi ini terjadi karena

kematian filarial dengan cepat dapat menginduksi banyak

antigen sehingga merangsang system imun dan dengan

demikian menginduksi berbagai reaksi. Reaksi ini terjadi

beberapa jam setelah pemberian DEC dan tidak lebih dari 3

hari.

2) Reaksi local dengan atau tanpa demam, berupa limfadenitis,

abses ulserasi, transien limfeedema, hidrokel, funikulitis,

dam epididymitis. Reaksi ini cenderung terjadi kemudian

dan berlangusng lebih lama sampai beberapa bulan, tetapi

akan menghilangndengan spontan. Rekasi lokal cenderung

terjadi pada pasien dengan riwayat adenolimfangitis;

berhubungan dengan keberadaan cacing dewasa atau larva

stadium IV dalam tubuh hospes. Efek smaping pada

pemberian Ivermektin, patogensisnya sama dengan pada

pemberian DEC, hanya lebih ringan pada penderita

filariasis malayi disbandingkan filariasis bankrofti.

2) Pengobatan Penyakit

Hidrokel besar yang tidak mengalami regresi spontan

sesudah terapi adekuat harus dioperasi dengan tujuan drainase

airan dan pembebasan tunika vaginalis yang terjebak untuk

melancarkan aliran limfe.

Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan

operasi. Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada

hidrokel:

1) Hidrokel besar sehingga dapat menekan pembuluh darah

2) Indikasi kosmetik

FILARIASIS|18

Page 19: TASK FILARIASIS

3) Hidrokel permagna yang disarankan teralu berat dan

mengganggu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Terapi bedah dipertimbangkan apabila non-bedah tidak

memberikan hasil yang memuaskan, beberapa terapi bedah yang

dapat dilakukan antara lain:

1) Limfangioplasti

2) Prosedur jembatan limfe

3) Transposisi flap omentum

4) Eksis radial dan graft kulit

5) Anastomosis pembuluh limfe tepi ke dalam

6) Bedah mikrolimfatik

2.2.2. FILARIASIS MALAYI

2.2.2.1. Etiologi

Penyebab adalah filariasis Brugia malayi. Menurut Gandahusada

dkk (2004) bahwa cacing B.malayi dewasa jantan dan betina hidup di

saluran dan pembuluh limfe. Bentuknya halus seperti benang dan berwarna

putih susu. Betina berukuran 55 mm x 0,16 mm dan yang jantan 22-23 mm

x 0,09 mm. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria bersarung. Ukuran

mikrofilaria pada B.malayi adalah 200-260 mikron x 8 mikron.

Gambar 10. Brugia malayi

FILARIASIS|19

Page 20: TASK FILARIASIS

2.2.2.2. Lingkaran Hidup

Manusia merupakan hospes definitif, priodisitas mikrofilaria

B.malayi adalah periodik nokturna, subperodik nokturna, atau non

periodik. Periodisitas mikrofilaria yang bersarung dan berbentuk khas ini,

tidak senyata periodisitas W. Bancrofti. Sebagai hospes perantara adalah

Mansonia, Anopheles barbirostris, dan Amigeres. Dalam tubuh nyamuk

mikrofilaria tumbuh menjadi larva infeksitif dalam waktu 6-12 hari. Ada

peneliti yang menyebutkan bahwa masa pertumbuhannya didalam

nyamuk kurang lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3 bulan.

Di dalam tubuh nyamuk parasit ini juga mengalami dua kali

pergantian kulit, berkembang dari larva stadium I menjadi larva stadium II

dan III, menyerupai perkembangan parasit W.bancrofti. Di dalam tubuh

manusia dan nyamuk perkembangan parasit ini juga sama dengan

perkembangan W.bancrofti.

Gambar 11. Lingkaran hidup Brugia malayi

FILARIASIS|20

Page 21: TASK FILARIASIS

2.2.2.3. Epidemiologi

Penyebaran geografis parasit ini luas melipiti srilanka, indonesia,

filipina, india selatan, asia, tiongkok, korea, dan sebagian kecil di jepang.

Daerah penyebarannya terdapat daerah dataran sesuai dengan tempat hidup

nyamuk mansonia. Nyamuk terdapat didaerah rendah dengan banyak

kolam yang bertanamanan pistia (suatu tumbyhan air). Penyaki ini terdapat

diluar kota bila vektornya adalah mansonia, dan bila vektornya adalah

anopheles terdapat didaerah kota dan sekitasrnya.

2.2.2.4. Patogenesis dan Gejala Klinis

Parasit seperti W. Bancrofti akan menimbulkan limfangitis dan

elephantiasis. B. Malayi berdbedan dengan W. Bancrofti dalam hal pasien

dengan gejla filariasis yaitu mempunya jumlah mikrofilaria yang lebih

tingggi dibanding pasien yang tidak mempunyai gejala. Di malaysia

dengan perbandingan sampai lima kali. Filariasis malayi khas dengan

adanya limfadenopati superfisial dan dengan eosinofilia yang tinggi (7-

70%)

Gejala klinis filariasis malayi sama dengan gejala klinis filariasis

timori. Gejala klinis kedua penyakit tersebut berbeda dengan gejala klinis

filariasis bancrofti. Stadium skut ditandai dengan serangan demam dan

ejala peradangan saluaran dan kelenjar limfe, yang hilang tibul berulang

kali. Limfadenitis biasanya mengenai kelenjar limfe inguinal disatu sisi

dan peradangan ini sering tibul setelah penderita bekerja berat diladang

atau sawah. Kadang-kadan peradangan pada keenjar limfe in menjalar

kebawah, mengenai saluran limfe dan menimbulkan limfangitis retrograt,

yang bersifat khas untuk filariasis.

Peradangan pada saluran limfe ini dapat menjalar ke daerah

sekitarnya dan menimbulkan infiltrasi pada seluruh paha atas. Pada

stadium ini tugkai bawah biasanya ikut membengkak dan menimbulkan

gejala limfedema. Limfadenitis dapat pula berkembang menjadi bisul,

pecah menjadi ulkus. Ulkus pada pangkal paha ini, bila sembuh

meninggalkan bekas sebagai jaringan parut dan tanda ini merupaka salah

satu gejala obyektif filariasis limfatik. Selain itu pemebesaran kelenjar

FILARIASIS|21

Page 22: TASK FILARIASIS

limfe ini dapat juga dilihat sebagai tali yag memanjang yang merupakan

salah satu tanda lain yang penting untuk filariasis malayi.

Hal lain yang penting dari filariasis malayi ini dalah sistem limfe alat

kelamin tidak pernah terkena, berbeda dengan filariasis bancrofti kecuali

kelenjar limfe inguinal, kelenjar limfe ain dibagian medial tungaki, di

ketiak, dan dibagian medial lengan juga sering terkena. Pada filariasis

brugia, elephantiasis hanya mengenai tungkai bawah, dibawah liutu atau

kadang-kadang lengan bawah dibawah siku. Alat kelamin dan payudara

tidak pernah terkena, kecuali didaerah filariasis brugia yang bersamaan

dengan filariasis bancrofti.

2.2.2.5. Diagnosis

Diagnosis pada filariasis malayi sama seperti diagnosis pada W.

Bancroofti. Namun pada filariasis malayi, pemeriksaan immunologis tidak

dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya mikrofilaria. Selain itu

pemeriksaan radiologis juga jarang pada filariais malayi.

2.2.2.6. Pengobatan

Prinsisp pengobatan pada filariais malayi hampir sama dengan

pengobatan pada W. Bancrofti. Pada filariasis malayi diberikan DEC

dengan dosis 6mg/kgbb/hari selama 6 hari. Ada kepustaakn lain yang

menyebutkan bahwa DEC diberikan dengan dosis 5mg/kgbb/hari selama

10 hari. Untuk pengobatan masal, pemberian dosis standar dan dosis

tunggal tidak dianjurkan. Yang dianjurkan adalah pemberian dosis endah

jangka panjang (100mg/minggu selama 40 minggu) atau garam DEC 0,2-

0,4 % selama 9-12 bulan. Pencegahan terhadap vektor ini dengan cara

memberantas vektor nyamuk tersebut dan menyingkirkan tanaman pistia

strapiotes dengan venoxsoilen 30gr merupakan obat murah dan

memuaskan terhadap tumbuhan air ini.

FILARIASIS|22

Page 23: TASK FILARIASIS

2.2.3. FILARIASIS TIMORI

2.2.3.1. Etiologi dan Lingkar Hidup

Penyebab adalah filaria tipe timori. Menurut Gandahusada dkk

(2004) bahwa cacing Brugia timori dewasa jantan dan betina hidup di

saluran dan pembuluh limfe. Bentuknya halus seperti benang dan berwarna

putih susu. Betina berukuran 21-39 mm x 0,1 mm dan yang jantan 13-23

mm x 0,08 mm. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria bersarung.

Ukuran mikrofilaria pada B.timorii adalah 2800-310 mikron x 7 mikron.

Mikrofilaria B.timori mempunyai sifat periodik nokturna. B.timori

biasanya ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirostris. Daur hidupnya

sama seperti B.malayi.

Gambar 12. Brugia Timori

2.2.3.2. Epidemiologi

Filaria tipe ini terdapat di timor, pulang rote, flores, dan beberapa

pulau disekitarnya. Cacing dewasa hidup d dalam saluran dan kelenjar

limfe. Vektornya adakah anopjeles barbirostis. Mikrofilarianya

menyerupai mikrofilaria brugia malayi, yaitu lekuk badannya patah-patah

dan sususnan intinya tidak teraatur, perbedaannya terletak dalam :

1. Panjang kepala sama dengan tiga kali lebar kepala

FILARIASIS|23

Page 24: TASK FILARIASIS

2. Ekornya mempunyai dua inti tambahan, yang ukurannya lebih kecil

daripada inti-inti liannya dan letaknya lebi berjauhan bila

dibandingkan dengan letak inti tambahan B. Malayi.

3. Sarungnya tidak mengambil warna pulasan diemsa

4. Ukurannya lebih panjang daripada mikro filaria brugia malayi.

Mikrofilaria bersifat periodik nokturnal.

2.2.3.3. Gejala Klinis, Diagnosis, dan Pengobatan

Gejala klinis, diagnosis dan pengobatan filariasis timori menyerupai

B. Malayi.

FILARIASIS|24

Page 25: TASK FILARIASIS

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Filariasis atau juga dikenal dengan elephantiasis yaitu penyakit menular dan menahun

yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan berbagai spesies

nyamuk. Penyakit kaki gajah disebabkan oleh cacing dari kelompok nematoda, yaitu

Wucheraria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Vektor penular filariasis hingga saat

ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan

Armigeres. Ketiga jenis cacing tersebut menyebabkan penyakit kaki gajah dengan cara

penularan dan gejala klinis, serta pengobatan yang sama.

FILARIASIS|25