TAS Illegal Logging

23
DEFORESTASI DI INDONESIA TAHUN 2013 Penyusun : Rizki Vidya Triachristy : 41140071 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

description

illegal logging

Transcript of TAS Illegal Logging

Page 1: TAS Illegal Logging

DEFORESTASI DI INDONESIA TAHUN 2013

Penyusun :

Rizki Vidya Triachristy : 41140071

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

Mei, 2015

Page 2: TAS Illegal Logging

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan adalah tanah luas yang ditumbuhi pohon-pohon dan biasanya tidak

terpelihara (KBBI, 2012). Hutan memiliki manfaat penting sebagai pengatur

iklim, kesuburan tanah, serta sumber plasma nutfah yang sangat penting bagi

kehidupan manusia. Hutan Indonesia yang berisi ribuan jenis flora dan fauna

membuat Indonesia menempati urutan ketiga dari tujuh negara yang disebut

Megadiversity Country (Masripatin, 2007). Namun, keanekaragaman hayati ini

sekarang terancam punah karena rusaknya hutan di Indonesia. Beberapa penyebab

kerusakan hutan adalah perluasan lahan industri, bencana alam, kebakaran dan

illegal logging atau perambahan hutan secara ilegal. Masalah deforestasi di

Indonesia semakin tahun nampak semakin parah dengan hilangnya sebagian besar

kawasan hutan.

Menurut data Kementerian Kehutanan (2012), kawasan hutan Indonesia

mencakup sekitar 130 juta ha atau 60 persen dari luas total Indonesia. Luas hutan

menurut fungsinya dapat dilihat dari Tabel 1.

Tabel 1. Luas Hutan di Indonesia berdasarkan fungsinya (Kementerian Kehutanan, 2012)

1

Page 3: TAS Illegal Logging

Menurut portal online green.kompasiana.com (2012), bila ditelaah lebih

lanjut, dari 49% hutan yang dimiliki Indonesia terluas ada di Papua (17% dari luas

daratan Indonesia), diikuti berturut-turut oleh Kalimantan (15% dari luas daratan

Indonesia), Sumatera (8% dari luas daratan Indonesia), Sulawesi (5% dari luas

daratan Indonesia), Maluku dan Maluku Utara (2% dari luas daratan Indonesia),

Jawa (2% dari luas daratan Indonesia), serta Bali dan Nusa Tenggara (1% dari

luas daratan Indonesia).

Dengan luas kawasan hutan yang melebihi setengah dari luas wilayah

total, Indonesia menjadi mangsa empuk bagi para produsen kayu. Selain industri

kayu, kebanyakan lahan dibuka untuk pemekaran wilayah, perkebunan sawit serta

pertambangan. Lahan yang dibuka kebanyakan tidak sebanding dengan penutupan

atau tindakan reboisasi dari pihak yang berwenang. Hal ini akan memperparah

luas kawasan deforestasi Indonesia.

Tercatat dalam portal online mongabay.co.id (2014), deforestasi semakin

meningkat di tahun 2013. Sepanjang tahun 2012-2013, total 252,172 hektar hutan

alam dihancurkan oleh korporasi berbasis tanaman industri, dibanding tahun

sebelumnya deforestasi sebesar 188 ribu hektare. “Ada peningkatan sekitar 64

ribu lebih deforestasi terjadi dibanding tahun 2012,” kata Muslim Rasyid,

Koordinator Jikalahar. Kini sisa hutan alam sekira 1,7 juta hektar atau tinggal 19

persen dari luas daratan Riau seluas 8,9 juta hektar.

Dari beberapa uraian diatas telah jelas terlihat bahwa kondisi hutan

Indonesia telah banyak berubah. Berbagai masalah seperti perluasan lahan industri

dan tambang, kebakaran hutan serta illegal logging menjadi penyebab terbesarnya.

Dulu, Indonesia memiliki hutan yang mencapai 60 persen luas wilayah negara,

namun akibat adanya illegal logging maka angka tersebut sepertinya telah

menurun. Untuk itulah penulis mengkaji seberapa besar kawasan deforestasi di

Indonesia. Dalam makalah ini akan disajikan data dari beberapa kawasan dengan

kasus deforestasi di Indonesia.

2

Page 4: TAS Illegal Logging

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Berapa luas lahan deforestasi di Indonesia tahun 2013?

1.2.2 Dimana kawasan deforestasi terluas di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mendeskripsikan luas lahan deforestasi di Indonesia tahun 2013.

1.3.2 Mendeskripsikan kawasan deforestasi terbesar di Indonesia.

1.4 Tinjauan Pustaka

Menurut Ardhana, (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Sinkronisasi

Kegiatan Pertambangan” mengungkapkan beberapa hal terkait penelitiannya

yaitu:

1. Perundang-undangan diawali dengan adanya perbedaan kontroversial

penerapan peraturan perundang-undangan antara UU no. 11 Tahun 1967

tentang Pokok-pokok Pertambangan dan UU no. 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan yaitu dalam pemanfaatan kawasan hutan lindung dan

konservasi untuk kegiatan pertambangan, selanjutnya pemerintah akan

melakukan sinkronisasi pengembangannya.

2. Munculnya sinkronisasi penerapan peraturan perundang-undangan itu

dalam bentuk SK Menko Ekoin nomor KEP-04/M.EKOIN/09/2000

tentang Tim Koordinasi Pengkajian Pemanfaatan Kawasan Hutan

Untuk Pertambangan yang mengabaikan keselamatan hutan lindung dan

konservasi.

3. Dasar pemikiran pemerintah menerbitkan SK Menko Ekoin nomor KEP-

04/M.EKOIN/09/2000 tidak lepas dari:

a. Desakan dari International Monetary Fund (IMF) melalui Letter of

Intent (LoI)

3

Page 5: TAS Illegal Logging

b. Desakan ini berkaitan dengan persoalan utang yang harus dibayar

dengankekayaan alam Indonesia salah satunya disektor

pertambangan.

c. Adanya upaya investor pertambangan dengan lobi-lobi untuk

berusaha mengubah status kawasan dan menggeser tata batas.

d. Adanya alasan kuat dari pemerintah dengan alasan negara dalam

kondisi krisis ekonomi sehingga prioritas kebijakan pemerintah

ditekankan kepada pertumbuhan ekonomi dengan dalih untuk

mengurangi tingkat kemiskinan.

Dalam penelitian Lukman Mulyanto (2004) dengan judul “ Analisis

Spesial Degradasi Hutan dan Deforestasi” , mengatakan selama kurun waktu 3

tahun (1999 - 2002), telah terjadi degradasi hutan (hutan primer ke HBT).

Sebagian besar (95%) dari hutan primer yang ada pada tahun 1999 (2.046 Ha)

telah berubah, diantaranya seluas 1.449 Ha mengalami degradasi sedangkan

sisanya mengalami deforestasi. Selama kurun waktu 3 tahun juga diketahui telah

terjadi deforestasi pada HBT dengan perubahan sekitar 4,6% atau (1,5 % per

tahun)

Peluang atau kemungkinan terjadinya degradasi hutan dan deforestasi

sangat dipengaruhi oleh umur HBT, jarak dari pusat-pusat pemukiman, jarak dari

jalan dan sungai. Semakin baru (kecil) umur HBT dan semakin dekat dengan

pusat-pusat permukiman, peluangnya semakin tinggi, sebaliknya semakin dekat

dari jalan dan sungai maka peluangnya rendah.

Dari penelitian di atas telah mengemukakan tentang kawasan hutan

kaitannya dengan pertambangan. Selain itu telah ada analisis tentang degradasi

dan deforestasi sekitar tahun 1999-2002. Di dalam makalah ini penulis

memposisikan diri dalam mendeskripsikan luas lahan deforestasi di Indonesia

tahun 2013. Setelahnya akan terlihat kawasan dengan luas deforestasi terbesar di

Indonesia.

4

Page 6: TAS Illegal Logging

1.5 Daftar Istilah

Hutan adalah tanah luas yang ditumbuhi pohon-pohon dan biasanya tidak

terpelihara (KBBI,2012). Sedangkan menurut Pasal 1 angka 2 UU No: 41 Tahun

1999 Tentang Kehutanan, Hutan adalah merupakan suatu kesatuan ekosistem

berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang suatu dengan lainnya

tidak dapat dipisahkan.

Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah

untuk dipertahankan keberadaanya sebagai hutan tetap (Pasal 1 angka 3 No: 41

Tahun 1999 Tentang Kehutanan).

Deforestasi adalah penebangan hutan (KBBI, 2012)

1.6 Sistematika Penulisan

Makalah ini akan disusun dalam tiga bab. Bab pertama yaitu pendahuluan

yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, tinjauan pustaka,

daftar istilah dan sistematika penulisan. Bab kedua merupakan pembahasan yang

terdiri dari dua pokok bahasan yaitu luas lahan deforestasi Indonesia tahun 2013

dan kawasan deforestasi terbesar di Indonesia. Bab 3 merupakan kesimpulan dari

makalah ini. Di bagian terakhir dicantumkan daftar pustaka.

5

Page 7: TAS Illegal Logging

BAB 2

DEFORESTASI DI INDONESIA TAHUN 2013

2.1 Luas Lahan Deforestasi di Indonesia Tahun 2013

Luas lahan deforestasi di Indonesia menurut Kementerian Kehutanan

(2014) akan dijabarkan melalui Tabel 2.

6

Page 8: TAS Illegal Logging

7

Page 9: TAS Illegal Logging

8

Page 10: TAS Illegal Logging

9

Page 11: TAS Illegal Logging

10

Page 12: TAS Illegal Logging

Tabel 2 Angka Deforestasi di Dalam dan Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2013

(Kementerian Kehutanan, 2014)

11

Page 13: TAS Illegal Logging

2.2 Kawasan Deforestasi Terbesar di Indonesia

Menurut data Forest Watch Indonesia (2014), tercatat sampai tahun 2013

luas kawasan deforestasi terbesar adalah pulau Kalimantan dengan capaian 34

persen. Sementara lebih spesifik dari data Departemen Kehutanan seperti yang

telah dijabarkan sebelumnya provinsi Kalimantan Timur merupakan kawasan

dengan luas deforestasi terbesar di Indonesia.

Gambar 1. Presentase Luas Kawasan Deforestasi di Pulau Utama Tahun 2013 (Forest Watch

Indonesia, 2014)

Pada dasarnya pembukaan lahan hutan mengakibatkan kerusakan secara

langsung dan ancaman terbesar bagi kelangsungan hutan alam di Indonesia, baik

dalam konteks eksploitasi sumber daya hutan yang legal maupun ilegal. Kejadian

deforestasi paling dominan berada pada wilayah-wilayah dengan izin penggunaan

lahan untuk HPH, HTI, Perkebunan, dan Pertambangan (Tabel 4).

12

Page 14: TAS Illegal Logging

Tabel 4. Luas Tutupan Hutan Alam 2009, Tutupan Hutan Alam 2013 dan Deforestasi 2009-2013

Dalam Wilayah Konsesi (Forest Watch Indonesia, 2014)

Pembangunan hutan tanaman atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan

Kayu pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) di Indonesia bertujuan untuk

menunjang penyediaan bahan baku dalam jumlah dan kualitas yang memadai dan

berkesinambungan bagi industri perkayuan. Sayangnya hingga saat ini,

perkembangan luas konsesi hutan tanaman industri tidak disertai dengan

percepatan penanaman di areal yang telah diberikan. Manurung et al (1999)

menyebutkan bahwa pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) banyak

mengorbankan hutan alam. Ekspansi HTI hanya untuk mencari keuntungan

semata melalui Izin Pemanfaatan Kayu (IPK), yang diperoleh bersamaan dengan

IUPHHK-HT.

Pada periode 2009-2013, deforestasi yang terjadi di dalam konsesi

perkebunan kelapa sawit seluas 817,8 ribu hektare, sudah lebih dari setengah luas

deforestasi di Pulau Kalimantan (1,54 juta hektare). Angka ini masih akan terus

bertambah, karena bila mengacu Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), hingga akhir tahun 2012 saja,

terdapat 113 proyek perluasan perkebunan kelapa sawit senilai Rp62,995 triliun.

Kalimantan Barat saat ini menjadi Provinsi dengan rencana perluasan perkebunan

kelapa sawit terbesar, mencapai 5,02 juta hektare.

Kejadian kebakaran hutan akibat ulah manusia masih sering terjadi. Pada

Juli 2013, melalui pantauan citra satelit, tercatat sebanyak 1.210 titik api dimana

1.180 titik api atau 98 persen diantaranya berada di Riau, Sumatera. Papua dan

Kalimantan yang memiliki luas tutupan hutan paling besar sangat rentan terhadap

kegiatan pembakaran lahan untuk pembukaan perkebunan baru. Kebakaran hutan

akibat pembukaan lahan yang dapat terjadi di Papua dan Kalimantan diperkirakan

akan terus berlanjut seiring dengan berlangsungnya pembukaan perkebunan baru.

Selain data diatas, kasus penebangan ilegal (illegal logging) juga ikut

berperan dalam berkurangnya kawasan hutan. Penebangan ilegal diartikan sebagai

kegiatan menebang, menguasai, dan memperdagangkan kayu yang tidak sesuai

13

Page 15: TAS Illegal Logging

dengan peraturan perundangan, sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Inpres Nomor 4 Tahun 2005

tentang Pemberantasan Penebangan Kayu Secara Ilegal di Kawasan Hutan dan

Peredarannya di Seluruh Wilayah Republik Indonesia.

Tabel 5. Hasil Operasi Hutan Lestari periode 2001-2010 (Forest Watch Indonesia, 2014)

Pemanfaatan hutan Indonesia khususnya untuk memenuhi kebutuhan pasar

telah berdampak pada berkurangnya luas tutupan hutan (deforestasi). Pada periode

2009-2013, laju deforestasi rata-rata adalah 1,13 juta hektare per tahun. Laju

deforestasi yang tinggi ini berdampak pada peningkatan emisi gas rumah kaca,

kerawanan bencana, hilangnya satwa liar dan habitatnya, dan konflik antara

berbagai pemangku kepentingan. Pada laju kehilangan tutupan hutan alam

(deforestasi) yang sama maka diperkirakan pada tahun 2023 hutan alam di

beberapa provinsi akan habis, termasuk provinsi-provinsi di Sumatera yaitu Riau,

Kepulauan Riau, Jambi,dan Sumatera Selatan (Kementerian Kehutanan, 2014).

14

Page 16: TAS Illegal Logging

BAB 3

KESIMPULAN

Angka luas kawasan deforestasi di Indonesia tahun 2013 menurut

Kementerian Kehutanan telah dijabarkan dalam Tabel 2. Pulau Sumatera telah

kehilangan sekitar 1,5 juta Ha , pulau Jawa sekitar 326 ribu Ha, pulau Bali dan

Nusa Tenggara sekitar 161 Ha, pulau Kalimantan sekitar 1,5 juta Ha, pulau

Sulawesi sekitar 191 ribu Ha, pulau Maluku sekitar 272 ribu Ha, dan pulau Papua

sekitar 592 ribu Ha.

Menurut data Forest Watch Indonesia (2014), tercatat sampai tahun 2013

luas kawasan deforestasi terbesar adalah pulau Kalimantan dengan capaian 34

persen. Sementara lebih spesifik dari data Departemen Kehutanan, provinsi

Kalimantan Timur merupakan kawasan dengan luas deforestasi terbesar di

Indonesia. Sementara, Kalimantan Barat merupakan kawasan terbesar untuk

perencanaan perkebunan kelapa sawit.

15

Page 17: TAS Illegal Logging

DAFTAR PUSTAKA

Indonesia kehilangan Hutan 6850 km2 Per Tahun 2005-2010. (2012, Oktober 25). Dipetik Mei 26, 2015, dari http://green.kompasiana.com/penghijauan/2012/10/25/indonesia-kehilangan-hutan-6850-km2-per-tahun-2005-2010-498462.html

Ardhana, I. (2009). Sinkronisasi Kegiatan Pertambangan. Bumi Lestari, 288-299.

Forest Watch Indonesia. (2014). Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode 2009-2013. Bogor: Forest Watch Indonesia.

Kementerian Kehutanan. (2014). Statistik Kementerian Kehutanan 2013. Jakarta: Kementerian Kehutanan.

Masripatin, N. (2007). Apa itu REDD? Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Mulyanto, L. (2004). Analisis Spasial Degradasi Hutan dan Deforestasi: Studi Kasus di PT. Duta Maju Timber, Sumatera Barat. Manajemen Hutan Tropika, 29-42.

Syahadat, E. (2007). Kajian Pelaksanaan Penatausahaan Hasil Hutan. Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 57-71.

Widodo, K. (2014, January 09). Hutan Adat dalam Tumpukan Penguasaan Hutan. Dipetik Mei 26, 2015, dari http://www.mongabay.co.id/2014/01/09/hutan-adat-dalam-tumpukan-penguasaan-hutan/

Wihardandi, A. (2014, April 17). Penelitian Emisi Penebangan di Sektor Kehutanan Menyumbang 16 persen dari Total Deforestasi. Dipetik Mei 26, 2015, dari http://www.mongabay.co.id/2014/04/17/penelitian-emisi-penebangan-di-sektor-kehutanan-menyumbang-16-dari-total-deforestasi/

16