Tanda Kegawatan Neonatus

16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) 1. Pengertian Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang, media massa, maupun lingkungan (Notoadmodjo, 2007,hlm.139). 2. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoadmodjo, 2007, hlm.140) yaitu : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkat pengetahuan ini adalah kembali (recall), sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

description

tanda kegawatan bbl, dan penanganan pada bbl

Transcript of Tanda Kegawatan Neonatus

Page 1: Tanda Kegawatan Neonatus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan (Knowledge)

1. Pengertian

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang, media massa, maupun

lingkungan (Notoadmodjo, 2007,hlm.139).

2. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan (Notoadmodjo, 2007, hlm.140) yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk ke dalam tingkat pengetahuan ini adalah kembali

(recall), sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

Page 2: Tanda Kegawatan Neonatus

16

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehantion)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

secara benar. Orang yang telah paham secara objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (Analisys)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam

komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluasi)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.

3. Cara Mendapatkan Pengetahuan

Menurut (Notoadmodjo, 2007) ada dua cara untuk memperoleh pengetahuan,

yaitu:

Page 3: Tanda Kegawatan Neonatus

a. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan

Cara tradisional ini dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,

sebelumnya ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara

sistematis dan logis. Cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain

meliputi : 1) Cara coba-salah (Trial and Error) adalah cara coba-coba

dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah,

dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang

lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. 2) Cara kekuasaan atau

otoritas adalah dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau

kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama,

maupun ahli ilmu pengetahuan. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi dilakukan

dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

b. Cara Moderen Memperoleh Pengetahuan

Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis dan ilmiah. Dilakukan mula-mula dengan mengadakan

pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau masyarakat. Kemudian

hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya

diambil kesimpulan umum.

B. Sikap

1. Pengertian

Sikap merupakan kesiapan seseorang dalam melakukan tindakan. Sikap

merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

stimulus atau objek ( Syafruddin, 2009, hlm.126). Menurut Maramis (2006, hlm.

Page 4: Tanda Kegawatan Neonatus

18

254) sikap merupakan bentuk respon atau tindakan yang memiliki nilai positif

atau negatif terhadap suatu objek atau orang yang disertai dengan emosi.

2. Tingkatan Sikap

a) Menerima (Receiving) dapat diartikan bahwa orang (objek) mau dan

memperhatikan stimulasi yang diberikan (objek). b) Merespon (Responding)

memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan hal yang

dimaksud. c) Menghargai (Valving) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah. d) Bertanggung Jawab (responsible) atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko (Syafrudin, 2009, hal.126).

3. Pengukuran Sikap Model Likert

Pengukuran sikap model likert juga dikenal dengan pengukuran sikap

dengan skala likert, karena dalam pengukuran sikap juga menggunakan skala

(Hidayat, 2007, hal.104). Dalam menciptakan alat ukur likert juga menggunakan

pertanyaan-pertanyaan tersebut. Subjek yang diteliti disuruh memilih salah satu

dari empat alternatif jawaban yang disediakan. Alternatif jawaban yang

disediakan oleh likert adalah :

a. Sangat setuju (Strogly approve) : 4

b. Setuju (Approve) : 3

c. Tidak setuju (Disapprove) : 2

d. Sangat tidak setuju (Strogly disapprove) : 1

Page 5: Tanda Kegawatan Neonatus

C. Neonatus

Neonatus yaitu bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 28 hari, disebut

juga bayi baru lahir. Pada masa neonatus, bayi rentan sekali terhadap penyakit yang

dapat berpengaruh untuk kelangsungan hidup ke depannya. Bayi baru lahir mudah sakit

dikarenakan fisiknya yang masih sulit beradaptasi dengan lingkungan baru di sekitarnya.

Periode neonatal terdiri atas 28 hari pertama kehidupan. Dalam hal sehat dan sakit,

periode neonatal merupakan periode terpenting masa bayi dan kanak-kanak karena

selama waktu tersebut terdapat mortalitas paling tinggi. Kerusakan yang berefek seumur

hidup dari peristiwa perinatal juga sering ditemukan (Rudolf, 2006, hlm. 229).

Masa bayi neonatal merupakan periode yang berbahaya, baik secara fisik maupun

psikologis. Secara fisik periode ini berbahaya karna sulitnya mengadakan penyesuaian

diri secara radikal yang penting pada lingkungan yang sangat baru dan sangat berbeda.

Hal ini terbukti dengan tingginya tingkat kematian (Hurlock,1998, hlm. 53).

D. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai, dideteksi lebih dini

untuk segera dilakukan penanganan agar tidak mengancam nyawa bayi. Tanda-tanda

bahaya baru lahir yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir, yaitu: Pernafasan sulit

atau lebih dari 60 kali per menit, terlalu panas > 38°C atau terlalu dingin < 36,5°C.

Warna kulit atau bibir biru pucat, memar atau sangat kuning. Hisapan lemah, mengantuk

berlebihan, banyak muntah. Tali pusat terlihat merah, bengkak, keluar cairan (nanah),

bau busuk, pernafasan sulit. Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau

tua, ada lendir atau darah pada tinja. Aktivitas menggigil atau menangis tidak biasa,

Page 6: Tanda Kegawatan Neonatus

20

sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, tidak bisa tenang,

menangis terus menerus (Muslihatun, 2008, hlm. 46).

E. Masalah-Masalah Kesehatan Pada Bayi Baru Lahir Yang Merupakan

Tanda-tanda Bahaya

1. Hipotermi/Suhu Tubuh Dingin

a. Pengertian

Hipotermi yaitu dimana suhu tubuh bayi di bawah 36oC serta kedua tangan dan

kaki teraba dingin, sedang suhu normal adalah 36,5oC - 37,5oC. Hipotermi pada bayi

baru lahir dapat berakhir dengan kematian karena dapat menyebabkan penyempitan

pembuluh darah dan dapat berujung kematian. Hipotermi dapat dibedakan menjadi 2

bagian yaitu: hipotermi sedang, dimana suhu badan bayi berkisar 32oC-36oC dan

hipotermi berat yaitu dimana suhu badan bayi mencapai dibawah 32oC.

Untuk dapat mengukur suhu pada hipotermi digunakan termometer yang dapat

mengukur sampai suhu 25oC yaitu termometer ukuran rendah (low reading

thermometer) ( Syaifuddin, 2006, hlm.373)

b. Gejala Hipotermi

Hipotermi pada bayi baru lahir dapat diketahui dari gejala-gejala sebagai berikut

yaitu bayi tidak mau minum/menyusu, tampak lesu dan mengantuk, tubuh bayi teraba

dingin, dan dalam keadaan berat denyut jantung bayi bisa menurun dan kulit tubuh bayi

mengeras. Hipotermi dikategorikan menjadi 3 yaitu hipotermi sedang, hipotermi berat

dan stadium lanjut hipotermi. Hipotermi sedang ditandai dengan aktivitas berkurang,

tangisan lemah, kulit berwarna tidak rata, kemampuan hisap lemah, kaki teraba dingin.

Hipotermi berat sama dengan hipotermi sedang, bibir dan kuku kebiruan, pernafasan

Page 7: Tanda Kegawatan Neonatus

lambat dan tidak teratur, bunyi jantung lambat. Dan stadium lanjut hipotermi ditandai

dengan muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya

pucat, kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan

tangan (Syafuddin, 2003,hlm. 373).

c. Penyebab Hipotermi

Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena lingkungan,

udara yang terlalu dingin, pakaian yang basah, dan sebagainya. Mekanisme kehilangan

panas pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut: 1) Radiasi yaitu dari objek ke panas

bayi misalnya bayi ditimbang tanpa alas 2) Evaporasi yaitu penguapan cairan yang

melekat pada kulit misalnya pada air ketuban yang melekat pada tubuh bayi dan tidak

cepat dikeringkan. 3) Konduksi yaitu sesuatu yang melekat ditubuh bayi misalnya

pakaian bayi yang basah tidak langsung diganti. 4) Konveksi yaitu penguapan dari tubuh

ke udara contohnya angin disekitar tubuh bayi (Saifuddin, 2006, hlm. 373).

d. Penanganan Hipotermi

1) Segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.

2) Menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu dan Bayi diletakkan telungkup di dada

ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap

hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada dalam satu pakaian. Sebaiknya ibu

menggunakan pakaian longgar berkancing depan. 3) Bila tubuh bayi masih dingin dapat

juga menggunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu, yang

digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai tubuh

bayi hangat (Saifuddin, 2006, hlm.373). 4) Selalu menjaga kehangatan bayi, bungkus

bayi dengan kain kering kemudian diselimuti dan pakaikan topi agar terhindar dari

kehilangan panas. 5) Beri ASI sesering mungkin, bila bayi tidak dapat menyusu, berikan

Page 8: Tanda Kegawatan Neonatus

22

ASI peras sebagai salah satu alternatif lainnya agar bayi tidak kekurangan cairan atau

dehidrasi. 6) Pantau terus suhu tubuh bayi setiap jam sampai normal. 7) Ibu harus selalu

mengamati tanda kegawatan pada bayi, bila terlihat bayi sakit berat segera bawa ke

tempat pelayan kesehatan (Syafuddin, 2002, hlm. M-122).

2.Hipertermi / Demam

a. Pengertian

Demam adalah suhu tubuh yang meningkat, dimana tubuh terasa panas dan

suhunya naik sampai 38oC, sementara suhu normal berkisar 36,5oC-37,5oC. Menurut

Suriadi (2006, hlm. 63) demam adalah meningkatnya temperatur tubuh secara abnormal.

Dan menurut Rudolfh (2006, hlm. 592) Berdasarkan pengukuran suhu bayi normal, suhu

rektal sebesar 38°C atau lebih harus digunakan sebagai defenisi batas bawah demam.

Demam pada suhu 37,8oC-40oC tidak berbahaya dan tidak mengakibatkan

kerusakan otak, kecuali jika suhunya melebihi 41,7oC yang berlangsung dalam jangka

lama. Lebih lanjut, demam yang disebabkan oleh infeksi tidak cepat naik dan suhu tidak

akan melebihi 41,2oC (Schwartz, 2005, hlm. 336).

b. Gejala

Sebelumnya kita sudah banyak mengetahui tentang demam yang sering terjadi.

Kalau demam tubuh teraba panas, bayi agak rewel, dan biasanya minum kurang. Gejala

/demam pada bayi baru lahir yaitu: suhu tubuh bayi lebih dari 37,5°C, Frekuensi

pernafasan bayi lebih dari 60/menit, terlihatnya tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan

menurun, turgor kulit kurang, banyaknya air kemih berkurang (Syafuddin, 2006, hlm.

375).

Page 9: Tanda Kegawatan Neonatus

c. Penyebab Hipertermi/Demam

Sebenarnya demam merupakan proses mekanisme tubuh yang sehat ketika

melawan penyakit. Demam terjadi karena tubuh sedang melakukan perlawanan terhadap

adanya gangguan, baik infeksi maupun gangguan yang lainnya. Semua bayi demam

berusia kurang dari 28 hari harus mendapatkan evaluasi lengkap untuk kemungkinan

sepsis. Berdasarkan pengalaman dengan lebih dari 1000 bayi demam berusia 60 hari

atau kurang, 436 bayi berada pada usia 30 hari atau kurang (142 berusia 14 hari atau

kurang) dan 227 memenuhi kriteria yang dipertimbangkan sehingga mengelompokkan

mereka sebagai beresiko rendah untuk mengalami infeksi bakteri serius. Hanya 1 dari

227 bayi berusia kurang dari 30 hari yang memenuhi kriteria resiko rendah yang

menderita infeksi bakteri serius (Rudolf, 2006, hlm. 585). Menurut Suriadi (2006, hlm.

63) demam sering dikaitkan dengan adanya gangguan pada hipotalamus oleh karena

adanya infeksi, alergi, endotoxin, atau tumor.

c. Penanganan Hipertermi/Demam

Penanganan demam dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Bayi dipindahkan ke

ruangan yang sejuk dengan suhu kamar berkisar 26oC-28°C. 2) Tanggalkan seluruh

pakaian dan jangan menggunakan selimut. 3) Kompres dengan cara mencelup handuk

kecil ke air hangat terlebih dahulu, tambahkan kehangatan air jika suhu tubuh bayi

semakin tinggi. Dengan demikian perbedaan air kompres dengan suhu tubuh tidak

terlalu berbeda. Jika air kompres terlalu dingin, hal ini justru akan mengerutkan

pembuluh darah bayi akibatnya panas tubuh tidak mau keluar. Bayi jadi semakin

menggigil untuk mempertahankan suhu tubuhnya. 4). Memberi ASI sebanyak-

banyaknya dan sesering mungkin, masuknya cairan yang banyak kemudian dikeluarkan

lagi dalam bentuk urine merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh.

Page 10: Tanda Kegawatan Neonatus

24

Tanda-tanda bahaya demam pada bayi yang perlu diwaspadai dan harus segera

mendapat dari petugas kesehatan yaitu jika bayi mengalami salah satu atau beberapa

gejala berikut: bernafas cepat secara tidak normal, sulit bernafas atau nafasnya bersuara,

mengantuk tidak normal, rewel yang tidak biasa, menolak minuman, muntah terus

menerus, suhu tubuh di atas 39oC (Syaffudin, 2006, hlm.377) .

3. Kejang

a. Pengertian

Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang terjadinya pada usia bayi 0-28 hari.

Kejang pada bayi baru lahir disebabkan karena gangguan sistem saraf pusat, kelainan

metabolik atau penyakit lain yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Kejang bukanlah

suatu penyakit, tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik.

Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam

28 hari sesudah lahir. Kejang ini merupakan tanda penting akan adanya penyakit lain

sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat mengakibatkan gejala sisa yang menetap

dikemudian hari (Hasan, 2005, hlm. 1137).

Kejang merupakan tanda bahaya yang sering terjadi pada neonatus yang dapat

mengakibatkan hipoksia pada otak yang cukup berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi

yang dapat mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari. Kejang pada bayi bukan

merupakan suatu penyakit melainkan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau

sistemik (Ngastiah, 2005, hlm. 146).

b.Gejala Kejang

Kejang pada neonatus sering tidak dikenali karena bentuknya beda dengan kejang

pada anak dan dewasa. Karena gejala yang berbeda dan variasi, sering sekali kejang

tidak disadari terutama oleh orang yang belum berpengalaman.

Page 11: Tanda Kegawatan Neonatus

Bentuk kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang,

tiba-tiba menangis melengking, tonus otot menghilang disertai atau tidak dengan

hilangnya kesadaran, gerakan tidak menentu, mengedip-ngedipkan mata, gerakan mulut

seperti mengunyah dan menelan. Setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir

apabila berlangsung berulang-ulang dan periodik, harus dicurigai kemungkinan

merupakan bentuk dari kejang (Saifuddin, 2006, hlm. 391).

c.Penyebab Kejang

Kejang berasal dari setiap gangguan serebrum yang sesaat atau menetap, tetapi

hanya beberapa kausa yang secara teratur dijumpai. Pada sekitar 25% bayi dengan

kejang, penyebab tidak diketahui (Rudolfh, 2006, hlm. 2151). Sebesar 10%-30% kejang

tidak dapat ditemukan penyebabnya dan sebaliknya tidak jarang ditemukan lebih dari

satu penyebab kejang pada neonatus. Beberapa yang dapat menyebabkan kejang, yaitu:

1) Gangguan vaskular seperti perdarahan. 2) Gangguan metabolisme. 3) Infeksi seperti

meningitis dan sepsis (Hasan, 2005,hlm.1139).

d. Penanganan Kejang

Kejang pada neonatus suatu keadaan darurat dan memerlukan tindakan cepat untuk

mencegah bertambahnya kerusakan susunan saraf yang dapat menimbulkan gejala sisa

dikemudian hari. Untuk itu sebaiknya bayi harus segera dirawat di rumah sakit dengan

sarana yang lengkap (Hasan, 2000, hlm.1144).

Jika bayi kejang jangan tunggu lama, segera bawa ke dokter. Penanganan pertama

yang bisa dilakukan yaitu: 1) Buka seluruh pakaian untuk memudahkan sirkulasi panas

tubuh bayi. 2) Perlu dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah kerusakan otak

lebih lanjut. 3) Orangtua sudah seharusnya perlu lebih mendapat informasi mengenai

Page 12: Tanda Kegawatan Neonatus

26

kondisi bayinya ketika kejang dan sebaiknya segera dirawat di rumah sakit dengan

fasilitas yang lengkap (Maryunani,A dan Nurhayati, 2009, hlm. 205).

4. Ikterus/Bayi Kuning

a. Pengertian

Ikterus adalah kuning pada kulit atau pada bagian putih matanya yang disebabkan

oleh kadar bilirubin yang tinggi dalam darah bayi (Simkin, 2008, hlm. 354). Pada bayi

baru lahir terbagi menjadi ikterus fisiologis dan patologis. Ikterus fisiologis timbul pada

hari kedua dan ketiga serta tidak mempunyai dasar patologis atau tidak ada potensi

menjadi kern ikterus.

Ikterus dianggap patologis jika terdapat salah satu keadaan berikut: Ikterus pada hari

pertama kehidupan, kadar bilirubin meningkat lebih cepat dari 5 mg/hari, pada bayi

cukup bulan ikterus memanjang hingga melebihi minggu pertama atau lebih dari dua

minggu pada bayi prematur (Schwartz, 2005, hlm. 475).

Terdapat beberapa perbedaan tanda dan gejala antara ikterus fisiologis dengan

ikterus patologis. Tanda-tanda ikterus fisiologis, adalah timbul pada hari kedua dan

ketiga, kadar indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan 12,5 mg%

untuk neonatus kurang bulan, kecepatan peningkatan kadar billirubin tidak melebihi 5

mg% perhari, kadar billirubin direk tidak melebihi 1 mg%, serta ikterus menghilang

pada hari kesepuluh dan tidak berhubungan dengan keadaan patologis (Hasan, 2005,

hlm. 1101).

b. Gejala

Gejala ikterus yaitu: kulit tubuh tampak kuning, bisa diamati dengan cahaya

matahari dan menekan sedikit kulit untuk menghilangkan warna karena pengaruh

sirkulasi darah. Gejala klinik kern ikterus pada permulaanya tidak jelas yaitu antara lain:

Page 13: Tanda Kegawatan Neonatus

bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar, gerakan tidak menentu, kejang, tonus

otot meninggi, dan leher kaku (Hasan, 2005, hlm. 1102).

Penyebab

Ikterus disebabkan oleh kadar billirubin yang tinggi dalam darah bayi. Bilirubin

berasal dari pemecahan sel-sel darah merah yang tidak diperlukan yang terjadi secara

normal pada bayi baru lahir, billirubin diekskresikan dari tubuh bayi melalui tinja. Jika

tidak dikeluarkan dapat menyebabkan ikterus.

Ikterus yang timbul pada hari pertama atau kedua dari kehidupan bahkan lebih serius

dan membutuhkan perawatan intensif. Ikterus ini disebabkan oleh infeksi atau

ketidakcocokan tertentu seperti ketidakcocokan Rh atau ketidakcocokan ABO.

Ketidakcocokan Rh dapat terjadi jika resus darah ibu negatif sementara resus darah bayi

positif. Ketidakcocokan ABO terjadi jika darah ibu O sementara ayah A, B, atau AB.

c. Penanganan

Pada bayi baru lahir dengan warna kekuningan karena proses alami (fisiologis), tidak

berbahaya dan akan hilang tanpa pengobatan. Prinsip pengobatan warna kekuningan

pada bayi baru lahir adalah menghilangkan penyebabnya. Cara lain untuk upaya

mencegah peningkatan kadar pigmen empedu (bilirubin) dalam darah, hal ini dapat

dilakukan dengan: 1) Susui sesering mungkin sesuai kebutuhannya, ini akan

membuatnya sering buang air kecil, membuang sisa kimia dan membersihkan dari

sistem tubuhnya. 2) Beri ASI eksklusif 3) Beri paparan sinar matahari pagi di bawah

pukul 09.00 sesering mungkin tanpa mengenakan pakaian maksimal 1 jam, ini dapat

membantu tubuh bayi mengurai bilirubin.

Ikterus yang muncul lebih dari satu minggu sesudah kelahiran bayi jarang

ditemukan. Jenis ikterus ini dapat dikaitkan dengan bayi yang disusui atau disebabkan

Page 14: Tanda Kegawatan Neonatus

28

oleh beberapa kondisi tertentu. Orang tua menjadi orang pertama yang menemukan

adanya ikterus pada bayi, jika mengkhawatirkan segera hubungi dokter (Simkin, 2008,

hlm. 355).

Bayi ikterus dengan riwayat penyakit dalam keluarga atau bayi yang letargi atau

muntah atau bayi yang memiliki tangisan tinggi, urin berwarna gelap, atau tinja sedikit

memerlukan pemeriksaan lebih lanjut (Schwartz, 2005, hlm. 475).

5. Muntah

a. Pengertian

Muntah ada beberapa macam yaitu ada muntah karena kekenyangan susu atau di

masyarakat sering disebut ’gumoh’, muntah seperti ini yang keluar hanya sejumlah kecil

cairan susu. Namun ada muntah yang cukup serius karena gangguan lambung. Muntah

adalah pengeluaran isi lambung melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot perut yang

dapat dibedakan yaitu, regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali ke mulut

akibat gerakan antiperistaltik esofagus. Ruminasi yaitu pengeluaran makanan secara

sadar untuk dikunyah kemudian ditelan kembali, sedang refluks esofagus merupakan

kembalinya isi lambung ke dalam esofagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan

oleh hipotoni sfingter esofagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esofagus

dengan kardia, atau pengosongan isi lambung yang lambat (Mansjoer, 2003, hlm. 478).

Mengeluarkan susu yang telah diminum dalam jumlah kecil, merupakan hal yang

biasa pada bayi, biasanya bersifat sementara dan tidak mengganggu pertumbuhan. Untuk

itu sudah seharusnya orang tua dapat mengenali antara mana muntah yang tidak

mengkhawatirkan dan muntah yang memerlukan perhatian serius. Menurut Mansjoer

(2003, hlm. 478) Perlu dibedakan antara muntah medis dengan muntah yang

memerlukan bedah segera.

Page 15: Tanda Kegawatan Neonatus

b. Gejala

Gejala pada muntah biasa atau gumoh yaitu bayi terlihat sehat, baru selesai

menyusui dan muntah hanya berupa cairan susu dalam jumlah kecil. Sebenarnya gumoh

adalah bukan muntah jadi tidak perlu dicemaskan pada bayi yang sehat, karena ini hanya

disebabkan kekenyangan dan udara yang menyebabkan bayi kembung. Bila bayi terus

muntah maka ini akan dapat mengancam kesehatannya, bayi dapat kekurangan cairan,

semua isi lambung keluar, kurang gizi, dan sebagainya. Komplikasi dari muntah yaitu

dapat mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit, aspirasi isi lambung, malnutrisi

dan gagal tumbuh, sindrom Mallory-Weiss (robekan pada epitel gastroesophageal

junction akibat muntah yang berulang), ruptur esofagus dan esofagus peptikum

(Mansjoer, 2003,hlm. 479).

c. Penyebab

Ada beberapa penyebab muntah pada bayi yaitu dapat disebabkan karena bayi

kekenyangan atau kembung. Penyebab ini hal yang biasa dan tidak perlu di khawatirkan.

Namun penyebab lain dari muntah yang mengkhawatirkan dan perlu penanganan segera

yaitu muntah yang penyebabnya adalah infeksi. Maka ketika bayi muntah identifikasi

dahulu penyebabnya. Muntah dapat merupakan manifestasi dari penyakit. Oleh karena

itu pendekatan untuk identifikasi masalah sangat penting, yaitu meliputi: usia dan jenis

kelamin, tentukan terlebih dahulu apa yang dihadapi, bagaimana keadaan gizi anak,

adakah faktor predisposisi, Apakah ada penyakit yang menyerang, bagaimana bentuk/isi

muntahan (apakah seperti susu/makanan asal atau merupakan susu yang menggumpal

atau mengandung empedu atau darah), Apakah saat muntah berhubungan dengan saat

makan/minum, apakah perubahan posisi tubuh mempengaruhi muntah, bagaimana

Page 16: Tanda Kegawatan Neonatus

30

teknik pemberian minum, dan bagaimana kondisi psikososial di rumah (Mansjoer, 2003,

hlm. 479).

Selain itu penyebab lazim muntah pada bayi disebabkan karena obstruksi

anatomik, gangguan metabolik, infeksi dan makan berlebihan (Schwartz, 2005, hlm.

747).

d. Penanganan

Penanganan muntah atau gumoh pada bayi yaitu: memperhatikan dalam pemberian

susu, kemudian bayi disendawakan setiap selesai menyusui dengan meletakkan

kepalanya di bahu atau di atas lutut, atau di pangkuan. Sedang penanganan muntah pada

bayi yang dicurigai karena infeksi saluran pencernaan atau adanya penyakit lain maka

segera bawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Penatalaksanaan muntah yaitu

mencari dan mengatasi penyebab, menghentikan makanan per oral dibantu dengan

pemberian cairan sesuai kebutuhan baik secara oral seperti pemberian teh manis atau

oralit untuk sementara waktu ataupun pemberian secara parenteral, pemberian anti

muntah (Mansjoer, 2003, hlm. 479)