Tak Halusinasi Rsj Surakarta
-
Upload
ashri-maulirahma -
Category
Documents
-
view
21 -
download
3
description
Transcript of Tak Halusinasi Rsj Surakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terapi aktivitas kelompok merupakan bagian dari terapi modalitas
dalam asuhan keperawatan khususnya dalam memberikan tindakan
keperawatan jiwa, terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi yang
dilakukan oleh perawat kepada sekelompok klien yang memiiliki masalah
keperawatan jiwa yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan
kelompok sebagai target asuhan. Kelompok adalah kumpulan yang memilki
hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung, dan mempunyai norma
yang sama (Stuart dalam Kelitat, 2009). Anggota kelompok mungkin datang
dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya,
seperti agresif, tajut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan,
kesukaan, dan menarik. Semua kondisi ini akan memengaruhi dinamika
kelompok, ketika anggota kelompok member dan menerima umpan balik yang
berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini berjudul tentang Terapi Aktivitas Kelompok
yang bertujuan untuk memenuhi tugas Asuhan Keperawatan Jiwa.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Pengertian TAK
b. Untuk mengetahui Fungsi TAK
c. Untuk mengetahui Tujuan TAK
d. Untuk mengetahui Kerangka Teoritis Kelompok
e. Untuk mengetahui Komponen dan Perkembangan Kelompok
f. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi Kelompok
g. Untuk mengetahui Pengorganisasian Kelompok
h. Untuk mengetahui Jenis-jenis TAK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Terapi Kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada sekelompok
klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain dipimpin oleh
seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih. (Direktorat
Kesehatan Jiwa)
Terapi aktivitas kelompok : Stimulasi sensori adalah upaya untuk
menstimulasi semua pancaindera (sensoori) agar memberi respon yang
adekuat (Keliat, 2009)
Terapi aktivitas kelompok: stimulasi sensori merupakan aktivitas yang
digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensori klien, kemuadian
diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui
gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan.Terapi aktivitas kelompok untuk
menstimulasi sensori pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi
sensoris.Tekhnik yang digunakan meliputi fasilitas penggunaan pancaindera
dan kemampuan mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal
(Purwaningsih, 2009).
B. Fungsi
Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling
membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah.
Kelompok merupakan laboratorium tempat mencoba dan menemukan
hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang
adaptif. Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya
oleh anggota kelompok yang lain.
C. Tujuan
Tujuan Umum:
a. Meningkatkan kemampuan uji realitas
b. Membentuk sosialisasi
c. Meningkatkan fungsi psikologis : meningkatkan kesadaran tentang
hubungan antara reaksi emosional dengan perilaku defensive
d. Membangkitkan motivasi bagi kemampuan fungsi kognitif dan afektif
Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan identitas diri
b. Menyalurkan emosi
c. Keterampilan hubungan social
Tujuan Rehabilitatif:
a. Meningkatkan kemampuan hidup mandiri
b. Soialisasi di tengah masyarakat
c. Empati
d. Meningkatkan pengetahuan problema hidup dan penyelesaian.
D. Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok
1. Model fokal konflik
Menurut Whiteaker dan Liebermen's, terapi kelompok berfokus
pada kelompok daripada individu. Prinsipnya:
Terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak
disadari. Pengalaman kelompok secara berkesinambungan muncul
kemudian konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapis
membantu anggota kelompok memahami konflik dan mencapai
penyelesaian konflik.
Menurut model ini pimpinan kelompok (Leader) harus
memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada anggota untuk
mengekpresikan perasaan dan mendiskusikan perasaan dan
mendiskusikannya untuk penyelesaian masalah.
2. Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi
dan komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi
tak efektif dalam kelompok akan menyebabkan ketidakpuasan anggota
kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau keterpaduan
kelompok menurun.
Dengan menggunakan model ini leader memfasilitasi komunikasi
efektif, masalah individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan
diselesaikan.
Leader mengajarkan pada kelompok bahwa:
a. Perlu berkomunikasi
b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya
komunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup
c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu
dan yang lain untuk melakukan komunikasi efektif
Model ini bertujuan membantu meningkatkan ketrampilan
interpersonal dan sosial anggota kelompok. Selain itu teori komunikasi
membantu anggota merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih
efektif. Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-
prinsip komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam kelompok serta
menganalisa proses komunikasi tersebut.
3. Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan,
tindakan) digambarkan nielalui hubungan interpersonal. Contoh : Interaksi
dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari tingkah laku
anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan
kelompok.Anggota kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan
terapis.Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku sosial
yang efektif dipelajari.
Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk
mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku. Contoh : Tujuan
salah satu aktifitas kelompok untuk meningkatkan hubungan interpersonal.
Pada saat konflik interpersonal muncul, leader menggunakan situasi
tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan
mereka dan mempelajari konflik apa yang rnembuat anggota merasa
cemas dan menentukan perilaku apa yang digunakan untuk menghindari
atau menurunkan cemas pada saat terjadi konflik.
4. Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting
sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang pernah
lalu.Anggota memainkan peran sesuai dengan yang pernah dialami.
Contoh : Klien memerankan ayahnya yang dominan atau keras.
E. Komponen dan Perkembangan
Menurut Stuart & Laraia (2001, dalam Keliat dan Akemat, 2005),
komponen kelompok terdiri dari delapan aspek, yaitu sebagai berikut:
1. Struktur Kelompok
Struktur kelompok menjelaskan batasan komunikasi, proses
pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur
kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan
interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan
anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan
diambil secara bersama.
2. Besar Kelompok
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil
yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok
kecil menurut Stuart dan Laraia (2001, dalam Keliat dan Akemat, 2005)
adalah 7-10 orang, sedangkan menurut Rawlins, Williams, dan Beck
(1993, dalam Keliat dan Akemat, 2005) adalah 5-10 orang. Jika anggota
kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota mendapat
kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika
terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi.
Sedangkan menurut Johnson (dalam Yosep, 2009) terapi kelompok
sebaiknya tidak lebih dari 8 anggota karena interaksi dan reaksi
interpersonal yang terbaik terjadi pada kelompok dengan jumlah sebanyak
itu. Apabila keanggotaanya lebih dari 10, maka akan terlalu banyak
tekanan yang dirasakan oleh anggota sehingga anggota merasa lebih
terekspos, lebih cemas, dan seringkali bertingkah laku irasional.
3. Lamanya Sesi
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 0-40 menit bagi fungsi
kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang
tinggi (Stuart & Laraia, dalam Keliat dan Akemat, 2005). Biasanya
dimulai dengan pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap kerja, dan
finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi tergantung pada tujuan
kelompok, dapat satu kali atau dua kali perminggu; atau dapat
direncanakan sesuai dengan kebutuhan.
4. Komunikasi
Tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi
dan menganalisa pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin
menggunakan umpan balik untuk memberi kesadaran pada anggota
kelompok terhadap dinamika yang terjadi.
5. Peran Kelompok
Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam
kelompok. Ada tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota
kelompok dalam kerja kelompok (Bernes & Sheats, 1948, dalam Keliat
dan Akemat, 2005), yaitu maintenance roles, task roles, dan individual
role. Maintence role, yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok dan
fungsi kelompok. Task roles, yaitu fokus pada penyelesaian tugas.
Individual roles adalah self-centered dan distraksi pada kelompok.
6. Kekuatan Kelompok
Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam
mempengaruhi berjalannya kegiatan kelompok. Untuk menetapkan
kekuatan anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang
paling banyak mendengar dan siapa yang membuat keputusan dalam
kelompok.
7. Norma Kelompok
Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok.
Pengharapan terhadap perilaku kelompok pada masa yang akan datang
berdasarkan pengalaman masa lalu dan saat ini. Pemahaman tentang
norma kelompok berguna untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
komunikasi dan interaksi dalam kelompok. Kesesuaian perilaku anggota
kelompok dengan normal kelompok, penting dalam menerima anggota
kelompok. Anggota kelompok yang tidak mengikuti norma dianggap
pemberontak dan ditolak anggota kelompok lain.
8. Kekohesifan
Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama
dalam mencapai tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk
tetap betah dalam kelompok. Apa yang membuat anggota kelompok
tertarik dan puas terhadap kelompok, perlu diidentifikasi agar kehidupan
kelompok dapat dipertahankan.
Perkembangan Kelompok
Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk
tumbuh dan kembang. Pemimpin akan mengembangkan kelompok melalui
empat fase (Kelliat, 2005) yaitu:
1. Fase PraKelompok
Hal penting yang haras diperhatikan ketika memulai kelompok
adalah tujuan dari kelompok.Ketercapaian tujuan sangat dipengaruhi
oleh perilaku pemimpin dan pelaksana kegiatan kelompok untuk
mencapai tujuan tersebut.Untuk itu perlu disusun panduan pelaksanaan
kegiatan kelompok.
2. Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok
baru. Dan peran yang baru. Fase ini terbagi dalam tiga fase (Kelliat,
2005) yaitu:
a. Tahap Orientasi
Pada tahap ini pemimpin kelompok lebih aktif dalam
memberi pengarahan. Pemimpin kelompok mengorientasikan
anggota pada tugas utama dan melakukan kontrak yang terdiri dari
tujuan, kerahasian, waktu pertemuan, struktur, kejujuran dan aturan
komunikasi, misalnya hanya satu orang yang berbicara pada satu
waktu, norma perilaku, rasa memiliki, atau kohesif antara anggota
kelompok diupayakan terbentuk pada fase orientasi.
b. Tahap Konflik
Peran dependen dan independent terjadi pada tahap ini,
sebagian ingin pemimpin yang memutuskan dan sebagian ingin
pemimpin lebih mengarahkan, atau sebaliknya anggota ingin
berperan sebagai pemimpin.Adapula anggota yang netral dan dapat
membantu menyelesaikan konflik peran yang terjadi.Perasaan
bermusuhan yang ditampilkan, baik antara kelompok maupun
anggota dengan pemimpin dapat terjadi pada tahap ini.Pemimpin
perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negative
dan membantu kelompok mengenali penyebab konflik.Serta
mencegah perilaku yang tidak produktif, seperti menuduh anggota
tertentu sebagai penyebab konflik.
c. Tahap Kohesif
Setalah tahap konflik, anggota kelompok merasakan ikatan
yang kuat satu sama lain. Perasaan positif akan semakin sering
diungkapkan. Pada tahap ini, anggota kelompok merasa bebas
membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama lain.
Pemimpin tetap berupaya memberdayakan kemampuan anggota
kelompok dalam melakukan penyelesaian masalah. Pada tahap akhir
fase ini, tiap anggota kelompok belajar bahwa perbedaan tidak perlu
ditakutkan, mereka belajar persamaan dan perbedaan, anggota
kelompok akan membantu pencapaian tujuan yang menjadi suatui
realitas.
3. Fase Kerja Kelompok
Pada fase mi, kelompok sudah menjadi tim, walaupun mereka
bekerja keras, tetapi menyenangkan bagi anggota dan pemimpin
kelompok. Kelompok menjadi stabil dan realistis. Tugas utama
pemimpin adalah membantu kelompok mencapai tujuan dan tetap
menjaga kelompok ke arah pencapaian tujuan, serta mengurangi dampak
dari faktor apa saja yang dapat mengurangi produktivitas kelompok.
Selain itu pemimpin juga bertindak sebagai konsultan. Beberapa problem
yang mungkin muncul adalah subgroup, conflict, self-desclosure,dan
resistance. Beberapa anggota kelompok menjadi sangat akrab, berlomba
mendapatkan perhatian pemimpin, tidak ada lagi kerahasian karena
keterbukaan sangat tinggi dan keengganan berubah perlu didefinisikan
pemimpin kelompok agar segera melakukan strukturisasi. Pada akhir
fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan
yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian. Pada fase ini
kelompok segera masuk ke fase berikutnya yaitu perpisahan.
4. Fase Terminasi
Terminasi dapat sementara atau akhir.Terminasi dapat pula
terjadi karena anggota kelompok atau pemimpin kelompok keluar dari
kelompok.Evaluasi umumnya difokuskan pada jumlah pencapaian, baik
kelompok maupun individu.Pada tiap sesi dapat pula dikembangkan
instrument evaluasi kemampuan individual dari anggota kelompok.
Terminasi dapat dilakukan pada akhir tiap sesi atau beberapa sesi yang
merupakan paket dengan memperhatikan pencapaian tertentu. Terminasi
yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan
digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari.
F. Faktor yang Mempengaruhi TAK
1. Perawat
Perawat berperan sebagai tim terapis dalam TAK selama proses TAK
berlangsung, perawat perlu untuk memberikan support pada klien agar mau
aktif dalam kegiatan. Dan memberikan pujian untuk setiap keberhasilan yang
dilakukan klien.
2. Keluarga
Dukungan dari keluarga bagi anggota keluarganya yang sedang
dirawat sangat diperlukan agar pasien merasa dirinya dihargai dan
dibutuhkan. Dan dukungan dari keluarga ini juga dapat membantu klien
untuk mau mengikuti TAK
3. Lingkungan
Dibutuhkan suasana yang kondusifdan nyaman, serta tidak dekat
dengan keramaian, agar saat TAK diberikan klien dapat fokus terhadap
kegiatan yang dilakukan.
4. Anggota Kelompok
Hubungan antara anggota kelompok yang satu dengan anggota yang
lain perlu dijalin secara akrab. Perawat perlu memfasilitasi agar keakraban
antar anggota kelompok dapat terjalin dengan baik.
5. Obat
Setiap pasien gangguan jiwa membutuhkan pengobatan yang teratur
agar pasien berada dalam keadaan tenang dan dapat diarahkan dalam jadwal
kegiatan harian.
G. Pengorganisasian Kelompok
Menurut Bulletin Klasik, 2008 :
1. LEADER
Fungsinya:
a) Menyusun rencana aktivitas kelompok (proposal)
b) Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
c) Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan,
mengajukan pendapat dan umpan balik.
d) Sebagai "rolemode"
e) Memotivasi setiap anggota kelompok untuk mengemukaan
pendapat dan memberikan umpan balik.
2. CO-LEADER
Fungsinya : membantu leader dalam mengorganisasikananggota
kelompok.
3. OBSERVER
Fungsinya:
a) Mengobservasi semua respon klien.
b) Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku
klien.
c) Memberikan umpan balik terhadap kelompok
4. FASILITATOR
Fungsinya:
a) Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan
memotivasi kelompok
b) Memfokuskan kegiatan
c) Membantu mengkoordinasi anggota kelompok
H. Jenis-jenis TAK
Terapi aktifitas kelompok berdasarkan masalah keperawatan jiwa yang
paling banyak ditemukan ditemukan dikelompok sebagai berikut:
1. TAK Sosialisasi (untuk klien dengan menarik diri yang sudah sampai pada
tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehat secara fisik).
2. TAK Stimulasi Sensori (untuk klien yang mengalami gangguan sansori).
3. TAK Orientasi Realita (untuk klien halusinasi yang telah mengontrol
halusinasinya, klien waham yang telah dapat berorientasi kepada realita dan
sehat secara fisik).
4. TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi (Untuk Klien Dengan Halusinasi)
5. TAK Peningkatan Harga DM (Untuk Klien Dengan HDR)
6. TAK Penyaluran Energy (untuk klien perilau kekerasan yang telah dapat
mengekspresikan marahnya secara konstruktif, klien menarik diri yang dapat
berhubungan dengan orang lain secara bertahap dan sehat secara fisik)
Kegiatan kelompok dibedakan berdasarkan kegiatan kelompok sebagai
tindakan keperawatan pada kelompok dan terapi kelompok. Menurut kelliat,
2005 membagi kelompok menjadi tiga yaitu:
1. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui
dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan
tertentu. Focus terapi kelompok adalah membuat sadar diri, peningkatan
hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.
2. Kelompok Terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit
fisik krisis, tumbuh kembang, atau penyesuaian social, misahiya kelompok
ibu hamil yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit
terminal. Banyak kelompok terapeutik dikembangkan menjadi self-help-
group. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut : mencegah masalah
kesehatan, mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok,
meningkatkan kualitas kelompok. antara anggota kelompok saling
membantu dalam menyelesaiakan masalah.
3. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompoLHasil diskusi kelompok dapat
berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah.Tujuan
umum terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah klien mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan
stimulus kepadanya. Sedangkan tujuan khususnya adalah klien dapat
mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat, klien
dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.
Aktivitas terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dibagi dalam empat
bagian yaitu :
a. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari
Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan
perubahan perubahan persepsi sensori dan klien menarik diri yang telah
mengikuti terapi aktivitas kelompok sosialisasLAktivitas dibagi dalam
beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu aktivitas menonton
televisi, aktivitas membaca majalah/Koran/artikel dan aktivitas melihat
gambar.
b. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata dan respon yang dialami
dalam kehidupan
Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan
perilaku kekerasan yang telah kooperatif. Aktivitas dibagi dalam
beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengenal
kekerasan yang biasa dilakukan, aktivitas mencegah kekerasan melalui
kegiatan fisik, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi
social asertif, aktivitas mencegah
perilaku kekerasan melalui kepatuhan minum obat, aktivitas
mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan ibadah.
c. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata yang menyebabkan
harga diri rendah
Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien
gangguan konsep diri : harga diri rendah. Aktivitas ini dibagi dalam
beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas
mengidentifikasikan aspek yang membuat harga diri rendah dan aspek
positif kemempuan yang dimiliki selama hidup (di rumah dan di rumah
sakit), aktivitas melatih kemampuan yang dapat digunakan di rumah
sakit dan di rumah
d. Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami
dalam kehidupan Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah
klien yang mengalami perubahan persepsi sensori : halusinasi. Aktivitas
ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu :
aktivitas mengenal halusinasi, aktivitas mengusir/menghardik halusinasi,
aktivitas mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan, aktivitas
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap, aktivitas mengontrol
halusinasi dengan patuh minum obat.
I. Terapi Aktivitas Kelompok Halusinasi
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien
mengalami perubahan persepsi sensori, merasakan sensasi palsu berupa
suara- suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, dan penghirup.
2. Etiologi
Menurut Budi Anna,SKP. M.App Sc. Dkk : pada proses
keperawatan, kesehatan Jiwa 1998,adalah:
a. Adanya ketidak mampuan menilai dalam berespon realitas atau tidak
b. Dapat membedakan antara stimulus eksternal atau internal,
c. Terganggunya fungsi otak,
d. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial.
3. Jenis - Jenis Halusinasi:
a. Halusinasi pendengaran ( auditorik ) secara manusia, hewan,
musik, mesin, dll.
b. Halusinasi penglihatan ( Visual ) berbentuk sinar, kilatan, cahaya, orang,
dll.
c. Halusinasi penciuman (olfaktorius) mencium bau - bauan
d. Halusinasi pengecapan, merasa mengecap sesuatu
e. Halusinasi peraba, klien merasa di raba atau di pegang.
4. Gejala Halusinasi
Menurut Rasman 1999: 24, gejala halusinasi yaitu:
a. Bicara, senyum, dan tertawa sendiri
b. Menarik diri dan menghindarkan diri dari orang lain
c. Tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata
d. Tidak dapat memusatkan perhatian
e. Curiga, bermusuhan, merusak.
5. Tujuan TAK halusinasi
a. Tujuan umum
Peningkatan Kepekaan Tehadap stimulus
b. Tujuan khusus
1) Klien dapat menjelasakan cara yang selama ini dilakukan untuk
mengatasi halusinasi.
2) Klien dapat memahami car menghardik halusinasi
3) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
6. Klien
Karakteristik/ criteria
Dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok (TAK) Stimulasi sensorik
mengambar di ikuti oleh semua pasien atau anggota kelompok yang
mempunyai stimulus atau pengalaman di masa lalu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi Kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada sekelompok
klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain dipimpin oleh
seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih. (Direktorat Kesehatan
Jiwa)
Terapi aktivitas kelompok : Stimulasi sensori adalah upaya untuk
menstimulasi semua pancaindera (sensoori) agar memberi respon yang adekuat
(Keliat, 2009)
B. Saran
Kami selaku penyusun merasa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
PREPLANNING TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK(TAK)
TAK STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI
Sesi 1: Mengenal Halusinasi
A. TOPIK
TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi
Sesi 1: Mengenal halusinasi
B. TUJUAN
1. Klien dapat mengenal halusinasi.
2. Klien mengenal waktu terjadi halusinasi.
3. Klien mengenal situasi terjadi halusinasi.
4. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi
C. KRITERIA KLIEN
Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan perubahan sensori
persepsi: halusinasi.
D. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK
Hari/tanggal : Sabtu, 11 Juli 2015
Waktu Pelaksanaan : Pukul 09.00 - 09.30 (30 menit)
Pembukaan : 5 menit
Inti : 20 menit
Penutup : 5 menit
Tempat : Ruang Senna RSJD Surakarta
Pembagian Tugas
1 Leader : Ashri Maulida R
2 Co Leader :
a. H
b. H
3 Observer :
a. J
b. J
c. j
6 Fasilitator :
a. H
b. H
c. H
d. H
e. H
f. H
E. METODE
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Bermain peran/ simulasi.
F. ANTISIPASI MASALAH
1. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada
terapis.
2. Lama kegiatan 30 menit
3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
G. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasiterhadap kegiatan
b. Posisi tempat dilantai menggunakan tikar
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana
mestinya.
2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
3. Evaluasi Hasil
a. 100% klien dapat mengenal halusinasi.
b. 98 % klien mengenal waktu terjadi halusinasi.
c. 95 % klien mengenal situasi terjadi halusinasi.
d. 95 % klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi
H. PROSES EVALUASI
1. Observer mengobservasi & mencatat respon anggota (klien)
2. Observer mencatat semua proses yg terjadi& semua perubahan perilaku
anggota (klien)
3. Observer memberikan umpan balik pada kelompok
I. MEDIA/ALAT
1. Spidol
2. Kertas HVS
3. Tikar
J. SETTING
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Keterangan :
: Leader
: Co Leader
: Observer
: Pasien
: Fasilitator
K. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi (contoh : klien dengan perubahan
sensori persepsi: halusinasi)
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat, tempat dan setting pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi dan validasi: menanyakan perasaan klien saat ini Menanyakan
apakah klien masih mendengar suara-suara
c. Kontrak:
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
mengenal suara-suara yang datang
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis.
(b) Lama kegiatan 30 menit.
(c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
d. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu
mengenal suara-suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya,
waktu terjadinya dan perasaan klien saat terjadi.
b. Putar music edarkan bola searah jarum jam, apabila music
berhenti klien yang memegang balon terakhir dianjurkan untuk
menceritakan isi halusinasi, kapan tejadinya, situasi yang
membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi halusinasi,
lakukan hingga semua peserta mendapat giliran.
c. Hasilnya tulis di kertas HVS
d. Beri pujian ketika klien melakukannya dengan baik.
e. Kasih kesempatan klien lain untuk bertanya
f. Ulangi kegiatan tsb sampai semua anggota mendapat giliran
g. Simpulkan isi,waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien
dari suara yang biasa didengar.
h. Beri reinforcement positif
e. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindaklanjut
Terapis meminta klien melaporkan isi, waktu, situasi, dan
perasaannya jika terjadi halusinasi.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara menggontrol
halusinasi dengan patuh minum obat
2) Menyepakati waktu dan tempat.
.
L. EVALUASI DAN DOKUMENTASI
Sesi 1 :
Stimulasi Persepsi: Halusinasi
Kemampuan mengenal halusinasi
j
NoNama
klien
Menyebut isi
halusinasi
Menyebut
waktu terjadi
halusinasi
Menyebut
situasi terjadi
halusinasi
Menyebut
perasaan saat
halusinasi
1. Syaiful
2. Eko Nur
3. Wahid
4. Habibi
5. Sumarno
6.
7.
8.
Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
b. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi; isi,
waktu, situasi dan perasaan saat halusinasi muncul. Beri tanda √ jika klien
mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan setiap klien. Anjurkan klien mengidentifikasi
halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.
Sesi 2 : Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat
A. TOPIK
TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi
Sesi 3: Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat
B. TUJUAN
1. Klien memahami pentingnya minum obat
2. Klien memahami akibat tidak minum obat
3. Klien dapat menyebutkan 6 benar minum obat
C. METODE
1. Diskusi tanya jawab
2. Melengkapi jadwal harian
D. ANTISIPASI MASALAH
1. Jika ada peserta yang hendak keluar dari kelompok maka harus izin
terlebih dahulu kepada terapis, kemudian terapis menanyakan siapa
namanya dan alasannya mengapa keluar dari ruangan, kemudian terapis
akan bertanya kepada anggota kelompok lain boleh/tidak klien tersebut
keluar dari ruangan.
2. Apabila ada anggota kelompok lain di luar yang ingin mengikuti TAK
maka leader akan meminta persetujuan dari semua anggota kelompok
boleh/ tidak klien tersebut masuk ke dalam anggota kelompoknya.
3. Jika diperbolehkan maka leader akan menjelaskan tujuan terapi dan
peraturan yang hams dipatuhi oleh semua anggota kelompok.
E. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Pre planing TAK sudah siap satu hari sebelum dilaksanakannya
kegiatan.
b. Alat dan tempat siap.
c. Perencanaan penentuan terapi aktifitas kelompok sesuai dan tepat.
d. Sudah dibentuknya struktur organisasi atau pembagian tugas.
e. Terapis dan klien siap.
2. Evaluasi Proses
a. Alat dan tempat bisa digunakan sesuai rencana.
b. Peserta mau atau bersedia untuk melakukan kegiatan yang telah
direncanakan.
3. Evaluasi Hasil
a. 100 % Klien dapat menyebutkan 6 benar minum obat, keuntungan
minum obat, dan akibat tiak minum obat.
b. 95 % Klien dapat menyebutkan 6 benar minum obat dan
menyebutkan keuntungan minum obat.
c. 90% Klien dapat menyebutkan 6 benar minum obat.
F. PROSES EVALUASI
1. Observer mengobservasi & mencatat respon anggota (klien)
2. Observer mencatat semua proses yg terjadi& semua perubahan perilaku
anggota (klien)
3. Observer memberikan umpan balik pada kelompok
G. MEDIA/ALAT
1. Spidol dan whiteboard/papan tulis
2. Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen
3. Beberapa contoh obat
H. SETING
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang.
I. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak klien yang telah mengikuti sesi 2
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2 . Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah
menggunakan tiga cara yang telah di pelajari/ ( mengardik,
menyibukkan diri dengan kegiatan terarah dan bercakap-cakap )
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dan minum obat.
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut
Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
ijin kepada terapis
Lama kegiatan 30 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah
kambuh karena obat memberi perasaan tenang
b. Terapis menjelaskan kerugian bila tidak patuh minum obat.
c. Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan
waktu
d. memakannya. Buat daftar di whiteboard
e. Menjelaskan lima benar minum obat
f. Meminta klien untuk menyebutkan lima benar minum obat
g. Berikan pujian pada klien yang benar
h. Diskusikan perasaan klien sebelum minum obat (tulis di
whiteboard)
i. Diskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (whiteboard)
j. Menjelaskan keuntungan minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah
k. halusinasi/kambuh
l. Menjelaskan akibat/kerugian tidak minum obat,yaitu halusinasi
kambuh
m. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan dan kerugian
minum atau tidak minum obat.
n. Berikan pujian bila benar.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah
dilatih
3) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi
yaitu, menghardik, melakukan kegiatan harian dan bercakap-cakap
dan minum obat
c. Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara menggontrol
halusinasi dengan menghardik
b. Menyepakati waktu dan tempat.
J. EVALUASI DAN DOKUMENTASI
Sesi 2
Stimulasi persepsi : Halusinasi
Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi
NoNama
Klien
Menyebutkan 6 benar
cara minum obat
Menyebutkan
keuntungan
minum obat
Menyebutkan
akibat tidak patuh
minum obat
1 Syaiful
2 Eko Nur
3 Wahid
4 Habibi
5 Sumarno
6
7
8
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan 6 benar
cara minum obat, manfaat dan akibat tidak minum obat beri tanda √ jika
klien mampu dan tanda X jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi: halusinasi sesi 3. Klien mampu menyebutkan 6 benar minum
obat, manfaat dan akibat bila tidak patuh minum obat. Anjurkan klien
minum obat dengan cara yang benar.
Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan menghardik
B. TOPIK
TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi
Sesi 2: Mengontrol halusinasi dengan menghardik
C. TUJUAN
1. Klien dapat menjelaskan cara selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi
2. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
3. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
D. KRITERIA KLIEN
Klien dengan halusinasi yang sudah mengenal halusinasi
E. METODE
1. Diskusi dan tanggung jawab
2. Bermain peran / stimulasi
F. ANTISIPASI MASALAH
1. Jika ada peserta yang hendak keluar dari kelompok maka harus izin terlebih
dahulu kepada terapis, kemudian terapis menanyakan siapa namanya dan
alasannya mengapa keluar dari ruangan, kemudian terapis akan bertanya
kepada anggota kelompok lain boleh/tidak klien tersebut keluar dari ruangan.
2. Apabila ada anggota kelompok lain di luar yang ingin mengikuti TAK maka
leader akan meminta persetujuan dari semua anggota kelompok boleh/ tidak
klien tersebut masuk ke dalam anggota kelompoknya.
3. Jika diperbolehkan maka leader akan menjelaskan tujuan terapi dan
peraturan yang hams dipatuhi oleh semua anggota kelompok.
G. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Pre planing TAK sudah siap satu hari sebelum dilaksanakannya kegiatan.
b. Alat dan tempat siap.
c. Perencanaan penentuan terapi aktifitas kelompok sesuai dan tepat.
d. Sudah dibentuknya struktur organisasi atau pembagian tugas.
e. Terapis dan klien siap.
2. Evaluasi Proses
a. Alat dan tempat bisa digunakan sesuai rencana.
b. Peserta mau atau bersedia untuk melakukan kegiatan yang telah
direncanakan.
3. Evaluasi Hasil
a. 100 % Klien dapat menjelaskan cara selama ini dilakukan untuk
mengatasi halusinasi
b. 95 % Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
c. 90% Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
H. PROSES EVALUASI
1. Observer mengobservasi & mencatat respon anggota (klien)
2. Observer mencatat semua proses yg terjadi& semua perubahan perilaku
anggota (klien)
3. Observer memberikan umpan balik pada kelompok
I. MEDIA/ALAT
1. Tikar
2. Botol
3. Jadwal kegiatan klien
J. SETTING
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
K. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak kepada klien.yang telah mengikuti sesi 1
b. Mempersiapkan alat, tempat dan setting pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi dan validasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi, waktu,
situasi, dan perasaan
c. Kontrak:
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
dengan latihan salah satu cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis.
(b) Lama kegiatan45 menit.
(c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
(d) Putar music yang asik sebagai back sound, cara permainan yang
akan dilakukan pada sesi ke 2 yaitu memutar botol untuk
menunjuk salah satu pasien untuk melakukan cara menghardik
halusinasi, caranya botol ditidurkan laku diputar dan siapa yang
tertujuk dengan botong bagian atas maka dialah yang akan
mempraktikan cara menghardik.
3. Tahap kerja
a. Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukanya pada saat
mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua
klien mendapat giliran
b. Terapis mempersiapkan botol ditengaah-tengah peserta yang mengikuti
TAK, botol dimiringkan, botol siap untuk diputar. Terapis memutar botol
tersebut, hingga botol berhenti dan botol bagian atas menunjuk kepada
salah satu peserta maka peserta itulah yang akan maju dan
memperagakan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Hasilnya tulis di kertas HVS
d. Beri pujian ketika klien melakukannya dengan baik.
e. Kasih kesempatan klien lain untuk bertanya
f. Ulangi kegiatan tsb sampai semua anggota mendapat giliran
g. Simpulkan isi,waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara
yang biasa didengar.
h. Beri reinforcement
i. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi saat halusinasi muncul
j. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu: "pergi
janggan ganggu saya, kamu palsu"
k. Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik
halusinasi dimulai dari klien yang mau mendapat giliran pertama jika
tidak mau maka terapis menunjuk klien sampai semua peserta
mendapatkan giliran
l. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan
saat setiap klien selesai memperagakan menghardik halusinasi
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul
2) Memasukan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datng
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan bercakap
- cakap
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.
L. EVALUASI DAN DOKUMENTASI
Sesi 3 :
Stimulasi Persepsi: Halusinasi
Kemampuan menghardik halusinasi
No Aspek yang dinilai Nama klien
Syaiful Eko Wahid Habibi Sumarno
oo1. Menyebutkan cara
yang selama ini
digunakan mengatasi
halusinasi
2. Menyebutkan
efektivitas cara
3. Menyebutkan cara
mengatasi halusinasi
dengan menghardik
4. Memperagakan
menghardik
halusinasi
Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
b. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan menyebutkan; cara yang
biasa digunakan untuk mengatasi halusinasi, efektifitas cara yang
digunakan, cara mengatasi halusinasi dengan menghardik dan
memperagakan cara menghardik halusinasi. Beri tanda √ jika klien
mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan setiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi sensori. Klien mampu memperagakan cara menghardik
halusinasi, anjurkan klien mengguanakannnya jika halusinasi muncul.
Sesi 4 : Mencegah Halusinasi dengan Bercakap-cakap
A. TOPIK
TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi
Sesi 4: Mengontrol Halusinasi dengan Bercakap cakap
B. TUJUAN
1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah munculnya halusinasi
2. Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi
C. METODE
1. Diskusi kelompok
2. Bermain peran/stimulasi
D. ANTISIPASI MASALAH
1. Jika ada peserta yang hendak keluar dari kelompok maka harus izin terlebih
dahulu kepada terapis, kemudian terapis menanyakan siapa namanya dan
alasannya mengapa keluar dari ruangan, kemudian terapis akan bertanya
kepada anggota kelompok lain boleh/tidak klien tersebut keluar dari
ruangan.
2. Apabila ada anggota kelompok lain di luar yang ingin mengikuti TAK
maka leader akan meminta persetujuan dari semua anggota kelompok
boleh/ tidak klien tersebut masuk ke dalam anggota kelompoknya.
3. Jika diperbolehkan maka leader akan menjelaskan tujuan terapi dan
peraturan yang hams dipatuhi oleh semua anggota kelompok.
E. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Pre planing TAK sudah siap satu hari sebelum dilaksanakannya kegiatan.
b. Alat dan tempat siap.
c. Perencanaan penentuan terapi aktifitas kelompok sesuai dan tepat.
d. Sudah dibentuknya struktur organisasi atau pembagian tugas.
e. Terapis dan klien siap.
2. Evaluasi Proses
a. Alat dan tempat bisa digunakan sesuai rencana.
b. Peserta mau atau bersedia untuk melakukan kegiatan yang telah
direncanakan.
3. Evaluasi Hasil
a. 100 % Klien dapat menyebutkan orang yang diajak bicara,
memperagakan percakapan. Dan menyebutkan 3 cara mengontrol dan
mencegah halusinasi.
b. 95 % Klien dapat menyebutkan orang yang diajak bicara, memperagakan
percakapan.
c. 90% Klien dapat menyebutkan orang yang diajak bicara.
F. PROSES EVALUASI
1. Observer mengobservasi & mencatat respon anggota (klien)
2. Observer mencatat semua proses yg terjadi& semua perubahan perilaku
anggota (klien)
3. Observer memberikan umpan balik pada kelompok
G. MEDIA/ALAT
1. Spidol dan whiteboard/papan tulis
2. Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen
3. Beberapa contoh obat
H. SETING
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang.
I. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak klien yang telah mengikuti sesi 3
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
1) Menayakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara
yang
3) telah di pelajari (mengardik, menyibukkan diri dengan kegiatan
4) terarah ) untuk mencegah halusinasi.
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap.
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut
Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta ijin kepada terapis
Lama kegiatan 30 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain
untuk mengontrol dan mencegah halusinasi
b. Terapis meminta tiap tiap klien untuk menyebutkan orang yang
biasa dan bisa diajak bercakap-cakap.
c. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang
biasa dan bisa dilakukan
d. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi itu
muncul ”suster ada suara di telinga saya pengen ngobrol sama
suster saja”
e. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan
orang di sebelahnya
f. Berikan pujian atas keberhasilan klien
g. Ulangi e dan f sampai semua klien giliran.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah di
latih
3) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi
yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian dan bercakap-cakap.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan terjadwal
2) Terapis menyepakati waktu dan tempat
J. EVALUASI DAN DOKUMENTASI
Sesi 4
Stimulasi persepsi: halusinasi
Kemampuan bercakap-cakap untuk mencegah halusinasi
N
OAspek yang dinilai
Nama klien
Syaiful Eko N Wahid Habibi Sumarno
1 Menyebutkan orang
yang diajak bicara
2 Memperagakan
percakapan
3 Menyebutkan tiga
cara mengontrol dan
mencegah halusinasi
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan orang
yang biasa diajak bicara, memperagakan percakapan, menyusun jadwal
kegiatan harian,dan menyebutkan 3 cara mencegah halusinasi, beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika klien tidsak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada catatan
proses keperawatan tiap klien. contoh klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi: halusinasi sesi 4. Klien mampu memperagakan bercakap-cakap
dengan orang lain. Anjurkan klien untuk melakukan percakapan kepada
klien dan perawat untuk mencegah halusinasi.
Sesi 5: Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan Terjadwal
A. TOPIK
TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi
Sesi 5: Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan Terjadwal
B. TUJUAN
1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah
munculnya halusinasi
2. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya
halusinasi
C. METODE
1. Diskusi kelompok
2. Bermain peran/stimulasi
D. ANTISIPASI MASALAH
1. Jika ada peserta yang hendak keluar dari kelompok maka harus izin terlebih
dahulu kepada terapis, kemudian terapis menanyakan siapa namanya dan
alasannya mengapa keluar dari ruangan, kemudian terapis akan bertanya
kepada anggota kelompok lain boleh/tidak klien tersebut keluar dari
ruangan.
2. Apabila ada anggota kelompok lain di luar yang ingin mengikuti TAK
maka leader akan meminta persetujuan dari semua anggota kelompok
boleh/ tidak klien tersebut masuk ke dalam anggota kelompoknya.
3. Jika diperbolehkan maka leader akan menjelaskan tujuan terapi dan
peraturan yang hams dipatuhi oleh semua anggota kelompok.
E. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Pre planing TAK sudah siap satu hari sebelum dilaksanakannya kegiatan.
b. Alat dan tempat siap.
c. Perencanaan penentuan terapi aktifitas kelompok sesuai dan tepat.
d. Sudah dibentuknya struktur organisasi atau pembagian tugas.
e. Terapis dan klien siap.
2. Evaluasi Proses
a. Alat dan tempat bisa digunakan sesuai rencana.
b. Peserta mau atau bersedia untuk melakukan kegiatan yang telah
direncanakan.
3. Evaluasi Hasil
a. 100 % Klien dapat menyebutkan kegiatan yang biasa dilakukan,
memperagakan kegiatan yang biasa dilakukan, mampu menyusun jadwal
kegiatan harian.
b. 95 % Klien dapat menyebutkan kegiatan yang biasa dilakukasn,
memperagakan kegiatan yang biasa dilakukan.
c. 90% Klien dapat menyebutkan kegiatan yang biasa dilakukan.
F. PROSES EVALUASI
1. Observer mengobservasi & mencatat respon anggota (klien)
2. Observer mencatat semua proses yg terjadi& semua perubahan perilaku
anggota (klien)
3. Observer memberikan umpan balik pada kelompok
G. MEDIA/ALAT
1. Jadwal kegiatan harian
2. Bolpoint
3. Spidol dan whiteboard/papan tulis
H. SETING
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang.
I. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak klien yang telah mengikuti sesi 4
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
1) Terapis menyakan keadaan klie saat ini
2) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang telah di
pelajari
3) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara
menghadrik halusinasi.
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu terjadinya halisinasi
2) dengan melakukan kegiatan
3) Menjelaskan aturan main berikut
Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
ijin kepada terapis
Lama kegiatan 30 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan cara keempat yaitu melakukan kegiatan
sehari- hari. Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang
teratur akan mencegah munculnya halusinasi
b. Terapis meminta tiap-tiap klien menyampaikan kegiatan yang
biasa dilakukan sehari-hari dan tulis di whiteboard
c. Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan.terapis menulis
formulir yang sama di whiteboard
d. Terapis membimbinng satu persatu klien untuk membuat jadwal
kegiatan, dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien
menggunakan formulir dan terapis menggunakan whiteboard
e. Tertapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah di susun.
f. Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang
sudah selesai membuat jadwal kegiatan dan memperagakannya.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun
jadwal kegiatan dan memperagakanya
2) Tearpis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien melaksanakan 2 cara mengontrol
halusinasi, yaitu menghardik dan melakukan kegiatan.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK
berikutnya, yaitu belajar mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.
J. EVALUASI DAN DOKUMENTASI
SESI 5
STIMULASI PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI)
Kemampuan Mencegah Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan
NOASPEK YANG
DINILAI
NAMA KLIEN
Syaiful Eko Nur Wahid Habibi1 Menyebutkan
kegiatan yang biasa
dilakuakan
2 Mempergakan
kegiatan yang biasa
dilakukan
3 Menyusun jadwal
kegiatan harian
4 Menyebutkan 2 cara
mengontrol halusinasi
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan kegiatan
harian yang biasa dilakukan, memperagakan salah stau kegiatan,
menyusun jadwal kegiatan harian dan menyebutkan 2 cara mencegah
halusinasi, beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika klien tidsak
mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada catatan
proses keperawatan tiap klien. contoh klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi: halusinasi sesi 5. Klien mampu memperagakan kegitan harian
dan menyusun jadwal. Anjurkan klien untuk melakukan kegiatan untuk
mencegah halusinasi.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Dr. Budi Anna, S.Kp, M.App.Sc, & Akemat S.Kp, M.Kep. (2004).
Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC