SYAFAAT - · PDF fileDisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al Hadits Tarbawi Dosen...
Transcript of SYAFAAT - · PDF fileDisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al Hadits Tarbawi Dosen...
1
SYAFAAT
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu: Dr. H. Budiansyah, M.A.
Disusun oleh:
Abdul Ghofur
NIRM. 016.11.10.2717
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURAKARTA
SURAKARTA
2017
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia ini bersifat fana dan tidak abadi. Semua problem dan kesulitan
di dunia, dari satu sisi akan menjadi penebus dosa. Akan tetapi, akan
datang kepada manusia suatu hari yang menakutkan ketika tidak ada lagi
kesempatan untuk melakukan sesuatu yang bisa menyelamatkan. Itulah
hari yang kita sebut dengan akhirat. Di sini, Rasulullah SAW sang pemilik
syafaat agung, akan muncul untuk memberikan syafaat kepada umat
manusia. Tentu saja, syafaat memiliki batasan tertentu. Syafaat pun hanya
bisa terwujud sesuai dengan kehendak Allah SWT dan izin-Nya: “Tidak
ada yang dapat memberikan syafaat di sisi Allah kecuali dengan izin-
Nya.” (QS. Al-Baqarah: 255).
Ini sangat wajar, sebab para pemberi syafaat bisa saja bertindak
berdasarkan perasaannya dan melampaui batas sehingga mereka meminta
rahmat Ilahi secara tidak logis. Hal ini tidak sesuai dengan adab kepada
Allah SWT. Karena itu, Allah SWT telah menetapkan neraca dan standar
syafaat. Dengan itu menjadi jelaslah siapa yang bisa memberikan syafaat,
kepada siapa syafaat bisa diberikan, serta seberapa besar syafaat dapat
diberikan. Sebagaimana pada setiap perbuatan Allah SWT terdapat
keadilan dan keseimbangan, demikian pula terdapat keadilan dan
keseimbangan dalam syafaat yang akan Allah berikan di akhirat.
Seandainya batasan-batasan tidak ditetapkan, tentu sebagian mereka akan
mempergunakan syafaat secara tidak benar. Seandainya syafaat tidak
diberi batasan, hal ini pada sebagian orang, ketika melihat manusia dibakar
dalam neraka, akan menimbulkan rasa kasihan kepada mereka sehingga
meminta seluruh orang kafir, munafik, dan pendosa untuk dimasukkan ke
surga. Akan tetapi, permintaan semacam ini sudah melampaui hak
miliaran orang mukmin.
3
Seandainyan syafaat diserahkan kepada rasa kasihan manusia, tentu
akan terbuka peluang untuk dimanfaatkan oleh para pendosa dan orang-
orang kafir. Ini berarti rahmat Tuhan juga mencakup orang-orang kafir
yang berdosa karena telah mengingkari setiap aturan, setiap hukum, dan
setiap keindahan dari Allah SWT di alam ini sekaligus menghinakan dan
memalsukannya. Padahal, orang kafir memikul dosa besar yang tidak bisa
ditampung alam dalam setiap detik kehidupannya. Karena itu, memberikan
rahmat kepada orang-orang berjiwa buruk dan kelam semacam itu berarti
tidak menghormati rahmat itu sendiri.
Dalam makalah ini akan dibahas secara lebih komprehensif
mengenai pengertian syafaat, macamnya, pemberi dan penerimanya, serta
tinjauan hadis Nabi tentang syafaat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian syafaat?
2. Apa saja macam-macam syafaat?
3. Siapa saja pemberi dan penerima syafaat?
4. Bagaimana tinjauan hadits Nabi SAW tentang syafaat?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian syafaat
2. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam syafaat
3. Untuk mengetahui pemberi dan penerima syafaat
4. Untuk mengetahui tinjauan hadits Nabi SAW tentang syafaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini agar dapat memberikan
pengetahuan dan pemahaman secara lebih komprehensif mengenai
pengertian syafaat, macamnya, pemberi dan penerimanya, serta tinjauan
hadis Nabi tentang syafaat.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syafaat
Dalam Bahasa Arab syafaat terambil dari kata شفع berarti
menggabungkan sesuatu dengan sesuatu lain yang sejenisnya agar menjadi
sepasang. Syafaat yang diambil dari kata syafa‘a ini, secara istilah berarti
memohonkan ampunan untuk dosa yang telah diperbuat. Syafaat juga
berarti permohonan ampun oleh seseorang yang memiliki hak syafaat
untuk orang yang berhak mendapatkannya. Jadi, syafaat Nabi SAW atau
manusia-manusia suci lainnya untuk sekelompok umat berarti doa,
permohonan ampun, atau juga permintaan atas sebuah hajat ke hadirat
Allah SWT untuk umat yang menerima syafaat. Ringkasnya, makna
syafaat tidak jauh berbeda dari doa.1
Pendapat lain mengatakan bahwa syafaat berarti menjadi perantara
bagi orang lain untuk mengusahakan kebaikan dan mencegah keburukan.
Pendapat kadua ini jauh lebih baik karena meliputi dua permohonan, yakni
mendapat kebaikan dan terhindar dari keburukan. Selain itu ada yang
berpendapat bahwa syafaat adalah permohonan agar selamat dari dosa dan
kejahatan. Dalam kitab suci Al-Quran, kata syafaat dipergunakan untuk
menunjukkan beberapa arti yang berlainan. Jumlah seluruh ayat yang
secara langsung menyebut masalah syafaat ini adalah 25 ayat yang
tersebar di delapan belas surat Al-Quran. Semua ayat tadi menunjukkan
arti permohonan ampun atas dosa-dosa.
Dalam kitab suci Al-Quran tidak ada satu ayat pun yang
menunjukkan penafikan syafaat secara mutlak. Penafikan yang ada hanya
menunjuk kepada sekelompok orang yang disebut oleh Allah SWT
sebagai kelompok yang memiliki sifat kekafiran. Sifat inilah yang
menyebabkan mereka tidak berhak mendapatkan syafaat. Dengan kata
1Ali Mamali, Syafaat dalam Bahasa Al-Qur’an dan Sunnah, dalam
http://www.alimamali.com/books/id/books/shafaat/03.htm. (Diakses 9 September 2017)
5
lain, syafaat yang dinafikan oleh Al-Quran adalah yang berhubungan
dengan kaum kafir. Di saat Al-Quran menafikan syafaat bagi sekelompok
orang dengan kriteria tertentu, pada saat yang sama, ia menegaskan
realitas syafaat bagi kelompok yang menyandang gelar kaum mukminin.
B. Macam-macam Syafaat
Syafaat merupakan sebuah anugerah dan kemurahan Illahi yang
diperoleh melalui doa mustajab Nabi SAW untuk umatnya yang berdosa di
hari kiamat nanti. Dalam banyak hadis disebutkan bahwa syafaat ini
bermacam-macam. Ada yang merupakan hak khusus Nabi Muhammad
SAW dan ada juga yang menjadi hak para nabi yang lain, bahkan para
syahid di jalan Allah dan para ulama. Syafaat ada dua macam, yaitu:2
1. Syafaat yang bersifat khusus. Ini hanya dimiliki oleh Nabi saja, yaitu
syafaat agung (syafaah ‘uzhma) untuk dimulainya hisab dan syafaat
beliau kepada penghuni surga agar bisa masuk ke dalamnya.
2. Syafaat yang bersifat umum. Ini dimiliki oleh para Nabi, malaikat dan
orang-orang mukmin, yaitu syafaat untuk orang yang berhak masuk
neraka agar tidak memasukinya atau untuk orang-orang mukmin yang
sudah masuk neraka agar dikeluarkan darinya.
Dengan demikian, bukan berarti bahwa dengan adanya syafaat di
hari kiamat berarti kita bebas melalaikan kewajiban dan melakukan
kesalahan dan maksiat. Akan tetapi turunnya syafaat juga terdapat
beberapa syarat. Syafaat yang dibenarkan adalah syafaat yang terpenuhi di
dalamnya 3 syarat, yaitu:
1. Ridho Allah terhadap orang yang memberi syafaat;
2. Ridhonya Allah bagi orang yang akan diberi syafaat. Namun, pada saat
terjadi syafaat 'udhma (syafaat bagi seluruh orang) kelak di mauqif
(tempat berkumpulnya seluruh manusia), maka syafaat jenis ini bagi
semua orang baik yang diridhoi oleh Allah maupun tidak diridhoi;
2Wakid Yusuf, Macam-macam Syafaat, dalam
https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/03/26/akidah-17-pengertian-syafaat-macam-macam-
syafaat-pemberi-syafaat-penerima-syafaat/ (Diakses 9 September 2017)
6
3. Dan mendapat izinnya Allah di dalam memberi syafaat. Sedangkan izin
ini tidak mungkin diperoleh melainkan setelah terpenuhi dua syarat
diatas, ridho Allah terhadap orang yang memberi syafaat dan yang akan
memperoleh syafaat.
C. Pemberi dan Penerima Syafaat
Allah menyatakan bahwa seluruh syafaat adalah hak-Nya. Tidak
ada seorangpun yang berhak memberi syafaat kecuali bagi orang yang
diizinkan oleh-Nya untuk diberi syafaat. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat
memberi syafa‟at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa
yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-
Baqarah: 255)
Ayat di atas dikenal dengan ayat Kursi, karena di dalamnya
disebutkan tentang Kursi Allah SWT. Ayat ini memiliki kedudukan yang
tinggi dalam Islam dan ia juga memiliki keutamaan-keutamaan yang
banyak. Hikmah di balik adanya syafaat adalah Allah ingin menghormati
para pemberi syafaat, menegaskan kedudukan mereka, dan menampakkan
ketinggian derajat mereka. Syafaat hanyalah milik Allah semata. Ia akan
memberikan syafaat kepada siapa saja yang diridhai-Nya dan dicegah dari
siapa saja yang dilarang-Nya. Jika meneliti ayat-ayat Al-Quran dengan
cermat, akan diperoleh kesimpulan bahwa Allah SWT dalam kitab suci
7
terakhir-Nya tidak pernah menyebutkan nama seorang pun yang kelak di
hari kiamat akan memberikan syafaat. Namun, dengan menyebutkan
beberapa sifat dan kriteria syafi’ atau pemberi syafaat, Al-Qur‟an
menjelaskan bahwa siapa saja yang memiliki sifat-sifat tersebut berarti ia
adalah syafi’ di hari kiamat.
Ada beberapa kelompok yang disebut oleh Al-Qur‟an sebagai
syafi’. Selain itu amal perbuatan yang baik juga dapat memberikan syafaat
kepada pelakunya. Berikut kelompok yang mampu memberikan syafaat:3
1. Para Nabi
Allah SWT berfirman:
Artinya: “Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di hadapan
mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka. Mereka tiada
memberi syafaat melainkan kepada orang yang telah diridai Allah,
dan mereka itu selalu berhati-hatikarena takut kepada-Nya.” (QS.
Al-Anbiya‟: 28)
Ayat di atas menunjukkan bahwa kaum kafir menyebut para rasul
yang diutus oleh Allah SWT sebagai anak-anak Allah. Akan tetapi Al-
Quran dengan tegas membantah perkataan mereka dan menyebut para
rasul itu sebagai hamba-hamba Allah yang dimuliakan dengan tugas
kenabian dan mereka tidak akan memberikan syafaat yang merupakan
hak yang mereka dapatkan dari Allah kecuali kepada mereka yang
telah diridhai oleh-Nya.
Makna yang dikandung oleh ayat ini juga sesuai untuk para
malaikat. Sebab dalam banyak ayat suci Al-Qur‟an disebutkan bahwa
kaum kafir dan musyrik sering menyebut para malaikat sebagai putri-
putri Allah. Maha suci Allah dari segala yang mereka tuduhkan itu.
3Sadeqin, Pemberi dan Penerima Syafaat, dalam
http://www.sadeqin.net/ml/ketabsara.php?s=342&e=347&mod=4&id=36&page=347 (Diakses 9
September 2017)
8
2. Para Malaikat
Ayat Al-Quran yang menyebutkan bahwa para malaikat adalah
para pemberi syafaat adalah firman Allah yang berbunyi:
Artinya: “Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka
sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi
orang yang dikehendaki dan ridhai-(Nya).” (QS. An-Najm: 26)
3. Mukminin
Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan para sesembahan selain Allah tidak dapat
memberikan syafaat. (Yang dapat memberi syafaat hanyalah)
mereka yang bersaksi atas kebenaran dan mereka yang
mengetahui.” (QS. Az-Zukhruf: 86)
Adapun para penerima syafaat sesuai firman-Nya adalah:
Artinya: “Mereka tidak berhak mendapat syafa‟at kecuali orang
yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha
Pemurah.” (Q.S. Maryam: 87)
Orang-orang kafir itu tidak memperoleh syafaat dari siapapun
untuk menolong mereka atau meringankan penderitaan pahit dan getir
yang mereka alami. Karena yang berhak menerima syafaat pada hari itu
hanyalah orang-orang yang telah dijanjikan Allah akan mendapat syafaat
yaitu orang-orang mukmin yang di masa hidupnya di dunia telah
mempersiapkan diri untuk mendapat syafaat itu dengan amal ibadahnya
dan perjuangannya menegakkan kalimat Allah. Syafaat pada hari itu hanya
dimiliki oleh para Nabi, ulama, dan para syuhada sesuai dengan amal dan
bakti mereka masing-masing. Di antara amal ibadah yang menjadikan
9
seseorang berhak memperoleh syafaat itu ialah memelihara salat lima
waktu dengan sebaik-baiknya. Tetapi orang yang pernah meninggalkan
salatnya, tidak akan memperoleh janji Allah itu. Terserahlah kepada Tuhan
apakah Dia akan memberinya rahmat atau menimpakan azab kepadanya.
D. Tinjauan Hadits Tentang Syafaat4
1. Hadits dan Terjemah
ثن أبو سلمة بن عبد ث نا أبو اليمان أخب رنا شعيب عن الزهري حد حد: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لكل أن أبا هري رة قال الرحن
ت ي وم ،إن شاء الله ،نب دعوة فأريد أن أختب دعوت شفاعة لم القيامة
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman telah
mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Azzuhri telah menceritakan
kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman, bahwa Abu Hurairah
berkata, "Rasulullah SAW bersabda: "Setiap Nabi mempunyai doa
yang telah dikabulkan, sedang aku insya Allah terus akan menyimpan
doaku sebagai syafaat untuk umatku di hari kiamat nanti.” (H.R.
Bukhari: 6920)
عت أب عن أنس عن النب صلى الله وقال ل خليفة قال معتمر سعليه وسلم قال : كل نب سأل سؤل أو قال لكل نب دعوة قد دعا
ت ي وم القيامة با فاستجيب فجعلت دعوت شفاعة لمArtinya” “[Khalifah] pernah berkata kepadaku; [Mu'tamar]
mengatakan; saya mendengar [Ayahku] dari [Anas] dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Setiap Nabi pernah
meminta suatu permintaan -atau beliau bersabda- setiap Nabi
mempunyai doa yang telah dikabulkan, sedang aku ingin menyimpan
do'aku sebagai syafa'at untuk umatku di hari Kiamat nanti.” (H.R.
Bukhari: 5830)
4Abdul Aziz Al-Faruq, Hadits tentang Hisab dan Syafaat, dalam
http://abdulazizalfaruq.blogspot.co.id/2017/04/makalah-hadits-tentang-hisab-dan-syafaat.html
(Diakses 9 September 2017)
10
2. Kandungan Hadits
Perdebatan tentang syafaat nabi kepada umatnya telah terjadi sejak
dahulu dan masih berlangsung hingga sekarang. Salah satu pihak
memandang bahwa syafaat tersebut hanya untuk meninggikan derajat
bagi orang-orang beriman dan tidak melakukan dosa. Sedangkan pihak
lain juga menyatakan bahwa syafaat tersebut berfungsi untuk
menghapus dosa dan mengeluarkan orang-orang yang telah disiksa di
neraka untuk memasuki surga, sebab di dalam hatinya pasti masih
memiliki kebaikan walaupun hanya seberat biji sawi.5
Dalam hadits menerangkan bahwa tidak ada yang bisa memberikan
syafaat kepada sekelompok orang yang meminta syafaat, kecuali
Rasulullah. Ketika sekelompok orang tersebut mendatangi Rasulullah,
maka Rasul segera menghadap Allah dan memohon kepada Allah agar
diringankannya penderitaan umatnya dan memohon agar umat Beliau
masuk surga. Allah pun mengabulkan doa Rasulullah dengan rahmat-
Nya dan mengampuni dosa.
Adapun syafaat Nabi tersebut berupa doa. Satu hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah menyatakan bahwa Rasulullah akan
mendoakan umatnya di hari akhir agar terbebas dari siksa api neraka.
Doa Nabi Muhammad tersebut merupakan keutamaan Beliau atas
semua nabi-nabi sebelumnya, doa itu akan diberikan kepada
keluarganya dan kepada umatnya. Ibn Bathal mengatakan bahwa
hadits tersebut merupakan penjelasan keutamaan Rasulullah atas
seluruh nabi-nabi terdahulu pada umatnya lewat doanya yang terkabul
bagi umatnya dan keluarganya. Sedangkan al-Sindi mengutarakan
bahwa sesungguhnya syafaat itu hanya untuk meninggikan derajat dan
bukan bagi orang-orang yang melakukan dosa besar, mereka akan
kekal di neraka. Menurut Ibn Mas‟ud, orang yang melakukan dosa
5 Untung Tri Winarso, Skripsi: Hadis-Hadis tentang Syafaat (Studi Ma’anil Hadis),
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2004).
11
besar akan diazab, sedangkan bila ia meninggal mengucapkan dua
kalimat syahadat maka ia akan dikeluarkan dari neraka.
Mazhab ahli sunnah berpendapat bahwa barangsiapa yang mati
dalam keadaan Tauhid, maka ia akan masuk surga, dan bagi orang
yang bertaubat ia mendapat karunia masuk surga. Jika ia mati dalam
belum bertaubat, maka hal itu diserahkan sepenuhnya kepada
kehendak Allah yang akan mengampuni atau tidak. Sedangkan orang
yang melakukan dosa besar dan dia masih mengesakan Allah, maka
baginya akan masuk surga. Untuk orang-orang kafir yang melakukan
kebaikan di dunia dia tetap kekal di neraka.
Al-Qadhi al-„Iyad berkata bahwa bagi Mu‟tazilah syafaat Nabi
hanya untuk meninggikan derajat. Sedangkan al-Nawawi
mengutarakan bahwa syafaat nabi Muhammad bagi umatnya, yaitu: (1)
Melapangkan orang yang berada di surga, (2) Masuknya segolongan
umat tanpa hisab, (3) Menghapus dosa, (4) Mengeluarkan orang yang
berbuat dosa dari neraka, (5) Mengangkat derajat, (6) meringankan
dosa Abu Thalib, (7) bagi orang yang meninggal di Madinah.
3. Relevansi Hadits dengan Ayat Al-Qur’an
Allah SWT menetapkan adanya syafaat di dalam kitab-Nya dalam
banyak tempat dan dengan persyaratan ketat. Allah juga
memberitahukan bahwa syafaat itu adalah wewenang-Nya secara
penuh, tidak seorang pun yang berhak dan dapat campur tangan.6
Sebagaimana dalam firman-Nya:
Artinya: “Katakanlah: “Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya.
Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nyalah
kamu dikembalikan.” (Q.S. Az-Zumar: 44)
6Syekh Hafizh Hakami, 200 Sual Wa Jawab Fi Al-Aqidah Al-Islamiyah, terjemahan:
As‟ad Yasin, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hal. 150.
12
Allah SWT juga memberitahukan bahwa syafaat itu tidak akan ada
atau tidak akan terjadi tanpa seizin-Nya, sebagaimana firman-Nya:
Artinya: “dan Tiadalah berguna syafa'at di sisi Allah melainkan bagi
orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa'at itu, sehingga
apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata
"Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu?" mereka menjawab:
(perkataan) yang benar", dan Dia-lah yang Maha Tinggi lagi Maha
Besar.” (Q.S. Saba‟: 23)
Ayat di atas menerangkan bahwa pemberian syafa‟at hanya dapat
berlaku dengan izin Tuhan. Orang-orang yang akan diberi izin
memberi syafa‟at dan orang-orang yang akan mendapat syafa‟at
merasa takut dan harap-harap cemas atas izin Tuhan. Tatkala takut
dihilangkan dari hati mereka, orang-orang yang akan mendapat
syafa‟at bertanya kepada orang-orang yang diberi syafa‟at: Apa yang
dikatakan oleh Tuhanmu? Mereka menjawab: Perkataan yang benar,
yaitu Tuhan mengizinkan memberi syafa‟at kepada orang-orang yang
disukai-Nya yaitu orang-orang mukmin.7 Kemudian mengenai siapa
yang berhak memberikan syafaat, Allah menjelaskan bahwa syafaat
itu hanya terjadi jika Dia mengizinkannya. Izin untuk memberikan
syafaat Dia khususkan kepada para kekasih-Nya, orang-orang yang
bertaqwa, yang diridhoi-Nya, dan dipilih-Nya, sebagaimana firman-
Nya:
Artinya: “Mereka tidak berhak mendapat syafa‟at kecuali orang yang
telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah.”
(Q.S. Maryam: 87)
7 Departemen Agama RI, Al Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, (Banten: PT
Kalim, 2011), hal. 432.
13
Adapun maksud mengadakan perjanjian dengan Allah ialah
menjalankan segala perintah Allah dengan beriman dan bertakwa
kepada-Nya. 8
4. Hikmah Hadits
Adapun hikmah hadits tentang syafaat di atas adalah:
a. Semangat untuk selalu bershalawat kepada Nabi, mengikuti
sunnah-sunnah beliau dan mempraktekkannya dalam kehidupan
sehari-hari dengan harapan mendapatkan sya‟faat darinya kelak;
b. Menjaga jiwa, raga dan hati agar selalu beristiqomah di jalan Allah
SWT, agar Dia ridho kepada kita serta memberikan izin kepada
kita untuk menerima syafa‟at dari Nabi Muhammad SAW;
c. Sebagai acuan untuk selalu bisa beramal shalih sebagai bukti cinta
kita kepada Allah dan Rasul-Nya.
8 Departemen Agama RI, Al Qur’an Tafsir Per Kata …, hal. 312.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah ini dapat disimpulkan:
1. Syafaat (Arab: شفع) berarti menggabungkan sesuatu dengan sesuatu
lain yang sejenisnya agar menjadi sepasang. Secara istilah syafaat
berarti memohonkan ampunan untuk dosa yang telah diperbuat.
Syafaat juga berarti permohonan ampun oleh seseorang yang
memiliki hak syafaat untuk orang yang berhak mendapatkannya.
2. Syafaat terbagi dua, pertama bersifat khusus hanya dimiliki oleh
Nabi saja, yaitu syafaat agung (syafaah ‘uzhma) untuk dimulainya
hisab dan syafaat beliau kepada penghuni surga agar bisa masuk ke
dalamnya. Kedua syafaat yang bersifat umum, ini dimiliki oleh
para Nabi, malaikat, dan orang-orang mukmin.
3. Kelompok yang disebut oleh Al-Qur‟an sebagai syafi’ yaitu para
Nabi a.s., malaikat, dan kaum mukminin yang saleh. Sedangkan
yang berhak menerima syafaat adalah orang-orang yang telah
dijanjikan Allah akan mendapat syafaat yaitu orang-orang mukmin.
4. Dalam salah satu hadits Nabi diterangkan bahwa tidak ada yang
bisa memberikan syafaat kepada sekelompok orang yang meminta
syafaat, kecuali Rasulullah SAW. Ketika sekelompok orang
tersebut mendatangi Rasulullah, maka Rasul segera menghadap
Allah dan memohon kepada Allah agar diringankannya penderitaan
umatnya dan memohon agar umatnya dimasukkan masuk surga.
B. SARAN
Sebagai umat Islam hendaknya mampu memahami dan
menempatkan terma syafaat sesuai porsinya. Terlepas berbagai
pendapat yang ada, keberadaan syafaat adalah sebuah keniscayaan
yang hendaknya diyakini terlepas dari apapun itu bentuknya, baik
berupa doa, ampunan, atau lainnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Al-Faruq, Hadits tentang Hisab dan Syafaat, dalam
http://abdulazizalfaruq.blogspot.co.id/2017/04/makalah-hadits-
tentang-hisab-dan-syafaat.html (Diakses 9 September 2017)
Ali Mamali, Syafaat dalam Bahasa Al-Qur’an dan Sunnah, dalam
http://www.alimamali.com/books/id/books/shafaat/03.htm. (Diakses
9 September 2017)
Departemen Agama RI. 2011. Al Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode
Angka. Banten: PT. Kalim.
Sadeqin, Pemberi dan Penerima Syafaat, dalam
http://www.sadeqin.net/ml/ketabsara.php?s=342&e=347&mod=4&i
d=36&page=347 (Diakses 9 September 2017)
Syekh Hafizh Hakami. 1998. 200 Sual Wa Jawab Fi Al-Aqidah Al-
Islamiyah, terjemahan: As‟ad Yasin. Jakarta: Gema Insani Press.
Untung Tri Winarso. 2004. Skripsi: Hadis-Hadis tentang Syafaat (Studi
Ma’anil Hadis). Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Wakid Yusuf, Macam-macam Syafaat, dalam
https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/03/26/akidah-17-
pengertian-syafaat-macam-macam-syafaat-pemberi-syafaat-
penerima-syafaat/ (Diakses 9 September 2017)