Survey Model

32
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi tiruan sebagian adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama adalah jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan tambahan dari gigi asli yang masih tertinggal dan terpilih sebagai gigi pilar. Restorasi prostetik ini sering disebut juga removable partial denture. Pemakaian gigi tiruan mempunyai tujuan bukan hanya memperbaiki fungsi pengunyahan, fonetik, dan estetik saja, tetapi juga harus dapat mempertahankan kesehatan jaringan tersisa. Untuk tujuan terahir ini selain erat kaitannya dengan pemeliharaan kebersihan mulut, juga bagaimana mengatur agar gaya-gaya yang terjadi masih bersifat fungsional atau mengurangi besarnya gaya yang kemungkinan akan merusak. Dalam proses pembuatan desain geligi tiruan sebagian lepasan berlaku suatu yang umum dan penting. Pertama-tama, dokter gigi perlu mengetahui selengkap-lengkapnya tentang keadaan fisik pasien yang akan menerima protesa. Selain itu, sebelumnya, ia juga sudah memahami betul data-data mengenai bentuk, indikasi dan fungsi dari cengkeram, letak sandaran, macam konektor, bentuk sadel dan jenis dukungan yang akan diterapkan untuk sebuah geligi tiruan. Selanjutnya, sebagai pemenuhan tanggung jawab kepada pasien, dokter gigi wajib membuat rencana desain protesa yang akan diberikannya. Setiap protesa yang dipasang dalam rongga mulut memiliki resiko merusak kesehatan gigi dan jaringan pendukung, kerusakan ini dapat diperkecil dengan membuat desain yang tepat dan dengan menginstruksikan pada pasien tentang cara menjaga kebersihan mulut dan geligi tiruannya. Oleh sebab itu, rencana pembuatan desain merupakan salah satu tahap penting dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah geligi tiruan. 1.2 Skenario

Transcript of Survey Model

Page 1: Survey Model

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi tiruan sebagian adalah suatu alat yang berfungsi untuk

mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama adalah

jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan tambahan dari gigi asli yang

masih tertinggal dan terpilih sebagai gigi pilar. Restorasi prostetik ini sering

disebut juga removable partial denture.

Pemakaian gigi tiruan mempunyai tujuan bukan hanya memperbaiki

fungsi pengunyahan, fonetik, dan estetik saja, tetapi juga harus dapat

mempertahankan kesehatan jaringan tersisa. Untuk tujuan terahir ini selain erat

kaitannya dengan pemeliharaan kebersihan mulut, juga bagaimana mengatur agar

gaya-gaya yang terjadi masih bersifat fungsional atau mengurangi besarnya gaya

yang kemungkinan akan merusak.

Dalam proses pembuatan desain geligi tiruan sebagian lepasan berlaku

suatu yang umum dan penting. Pertama-tama, dokter gigi perlu mengetahui

selengkap-lengkapnya tentang keadaan fisik pasien yang akan menerima protesa.

Selain itu, sebelumnya, ia juga sudah memahami betul data-data mengenai

bentuk, indikasi dan fungsi dari cengkeram, letak sandaran, macam konektor,

bentuk sadel dan jenis dukungan yang akan diterapkan untuk sebuah geligi tiruan.

Selanjutnya, sebagai pemenuhan tanggung jawab kepada pasien, dokter gigi wajib

membuat rencana desain protesa yang akan diberikannya.

Setiap protesa yang dipasang dalam rongga mulut memiliki resiko

merusak kesehatan gigi dan jaringan pendukung, kerusakan ini dapat diperkecil

dengan membuat desain yang tepat dan dengan menginstruksikan pada pasien

tentang cara menjaga kebersihan mulut dan geligi tiruannya. Oleh sebab itu,

rencana pembuatan desain merupakan salah satu tahap penting dan merupakan

salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah geligi tiruan.

1.2 Skenario

Page 2: Survey Model

2

Wanita usia 42 tahun, datang ke RSGM Universitas Jember, ingin

dibuatkan gigi tiruan pada RA dan RB. Pasien merasa kurag nyaman untuk

mengunyah. Kemudian dokter gigi memeriksa

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa saja komponen dari GTSL?

2. Apa saja klasifikasi GTSL?

3. Bagaimana desain GTSL sesuai dengan skenario?

4. Bagaimana tahapan pembuatan GTSL?

1.5 Maping

Partial Edentoulus Ridge

GTSL

1.4 Tujuan Pembelajaran

1. Mampu menjelaskan dan memahami komponen dari GTSL.

2. Mampu menjelaskan dan memahami klasifikasi dari GTSL.

3. Mampu mendesain GTSL sesuai dengan skenario.

4. Mampu menjelaskan dan memahami tahapan pembuatan dari GTSL.

Indikasi dan

Kontraindikasi

Klasifikasi Komponen Faktor

Keberhasilan

dan Kegagalan

Desain

Page 3: Survey Model

3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

gigi tiruan penuh dan gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan penuh dibuat pada pasien

yang sudah kehilangan seluruh gigi geliginya, sedangkan gigi tiruan lepasan

dibuat bila masih ada sebagian gigi yang tersisa. Gigi tiruan sebagian dapat dibagi

lagi menjadi gigi tiruan lepasan (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien)

dan gigi tiruan cekat (yang disemenkan ke gigi pasien secara permanen).

(http://www.klikdokter.com/gigimulut/read/2010/07/05/58/macam-gigi-tiruan)

Gigi Tiruan Penuh

Sebelum perawatan. Pada rahang atas tinggal tersisa dua gigi. Pasien sulit

mengunyah. Rencana perawatan meliputi pencabutan 2 gigi atas, bedah untuk

mengkoreksi bentuk tulang rahang atas dan direhabilitasi dengan gigi tiruan

penuh rahang atas, sedangkan pada rahang bawah dibuatkan gigi tiruan sebagian.

Sesudah perawatan. Pasien telah menggunakan gigi tiruan penuh pada

rahang atasnya dan gigi tiruan sebagian di rahang bawah. Gigi tiruan terbuat dari

resin akrilik.

Setelah pemasangan gigi tiruan, pasien kembali merasa percaya diri dan

nyaman dengan gigi tiruannya.

Gigi Tiruan Sebagian

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, gigi tiruan dapat berupa gigi tiruan

lepasan ataupun cekat. Gigi tiruan sebagian umumnya terdiri dari elemen gigi

Page 4: Survey Model

4

tiruan dari akrilik yang dilekatkan ke basis resin akrilik (semacam plastik) yang

berwarna merah muda menyerupai gusi. Selain menggunakan basis akrilik, bisa

juga menggunakan kerangka logam, yang menawarkan kelebihan yang lebih

banyak dibandingkan gigi tiruan dengan basis akrilik.

Gigi tiruan sebagian lepasan

Gigi tiruan sebagian lepas untuk

rahang atas, elemen gigi dari akrilik

dengan kerangka logam (metal partial

denture). Gigi tiruan jenis ini relatif

lebih nyaman bagi pasien.

(www.youngfamilydentistry.org)

Gigi tiruan sebagian lepas untuk

rahang atas, dengan basis

akrilik yang berwarna merah

muda, menyerupai gusi, dengan

bantuan cengkeram dari logam

yang akan memegang gigi

penjangkaran supaya gigi tiruan

tidak akan lepas saat pasien

mengunyah makanan

(www.drjoygraham.com)

Page 5: Survey Model

5

BAB 3. PEMBAHASAN

Odontogram sesuai skenario:

1. Diagnosa umum pada skenario:

Partial dentulous ridge pada gigi 17, 18, 25, 26, 27, 28, 35, 36, dan 46

Diagnosa pada tiap gigi:

Gigi 47 sisa akar: periodontitis kronis

2. Rencana perawatan

Bagian prostodonsia : Gigi tiruan sebagian lepasan

Bagian bedah mulut: ekstraksi sisa akar gigi 47

3.1 Komponen dari Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

3.1.1 Retainer

Retainer merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi

member retensi dan karenanya mampu menahan protesa tetap pada tempatnya.

Retainer dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu direct retainer dan indirect

retainer. Direct retainer berkontak langsung dengan permukaan gigi penyangga

dan dapat berupa cengkeram atau kaitan presisi. Indirect retainer memberikan

retensi untuk melawan gaya yang cenderung melepas protesa kea rah oklusal dan

bekerja pada basis. Retensi tak langsung ini diperoleh dengan cara memberikan

retensi pada sisi berlawanan dengan garis fulcrum dimana gaya tadi bekerja.

Page 6: Survey Model

6

Retensi merupakan karekteristik gigi tiruan, yaitu kemampuan menahan

gaya pemindah yang cenderung mengubah hubungan antara permukaan geligi

tiruan dengan jaringan mulut dimana protesa itu berada, baik pada saat istirahat

maupun berfungsi.Contoh gaya-gaya ini antara lain gaya gravitasi, otot kunyah,

proses pengunyahan, berbicara, makanan lengket, dan sebagainya. Kemampuan

menahan gaya ini diperoleh dengan satu atau berbagai cara berikut : cengkeram,

gesekan, adhesi dan kohesi, tekanan atmosfir, bagian basis yang melewati daerah

gerong gigi, bagian basis yang melewati daerah gerong jaringan lunak,

pembentukan tepi jaringan.

3.1.2 Sandaran (rest)

Sandaran merupakan bagian geligi tiruan yang bersandar pada permukaan

gigi penyangga dan dibuat dengan tujuan memberikan dukungan vertical pada

protesa. Sandaran dapat ditempatkan pada permukaan oklusal premolar dan molar

atau pada permukaan lingual gigi anterior. Supaya bisa efektif, sandaran harus

diletakkan pada permukaan gigi yang sengaja dipreparasi untuk itu. Preparasi

tempat sandaran ini disebut rest seat or recess.

3.1.3 Konektor

Konektor pada tiap rahang dapat dbagi menjadi konektor utama (major

connector) dan konektor minor ( minor connector)

Konektor Utama

Merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan

bagian protesa yang terletak pada salah satu sisi rahang dengan yang ada pada sisi

lainnya.

Supaya dapat berfungsi dengan baik, bagian ini harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut ini. Pertama, konektor harus tegar (rigid), sehingga

gaya-gaya yang bekerja pada protesa dapat disalurkan ke seluruh bagian atau

daerah pendukung. Karena ketegarannya, konektor utama dapat mengimbangi

gaya torsional yang akan disalurkan kepada gigi penyangga sbagai gaya ungkit.

Page 7: Survey Model

7

Kedua, lokasinya diatur sedemikian sehingga tidak mengganggu

pergerakan jaringan dan tidak menyebabkan tergesernya mukosa dan gingival.

Tonjolan tulang dan jaringan lunak juga tidak terganggu pada saat geligi tiruan

keluar dan masuk mulut.

Ketiga, bagian perifer konektor utama harus terletak cukup jauh dari tepi

gingival, sehingga tidak menekan atau menggeser jaringan ini. Tepi batang lingual

paling sedikit harus terpisah 3 mm dari tepi gingival

Keempat, kontur bagian perifer konektor harus dibentuk membulat dan

tidak tajam, sehingga tidak mengganggu lidah atau pipi.

Konektor Minor

Merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan

konektor utama, dengan bagian lain, misalnya suatu penahan langsung atau

sandaran oklusal dihubungkan dengan konektor utama melalui suatu konektor

minor. Fungsi konektor minor adalah menyalurkan tekanan fungsional atau

kunyah ke gigi penyangga. Gaya oklusal atau kunyah yang diterima protesa

diteruskan ke basis melalui sandaran oklusal, lalu kemudian ke gigi penyangga.

Selain itu, konektor minor juga berfungsi untuk menyalurkan efek penahan,

sandaran dan bagian pengimbangan kepada sandaran. Efek ini disalurkan ke

sandaran oleh konektor minor, kemudian ke seluruh lengkung gigi.

3.1.4 Gigi Tiruan

Elemen atau gigi tiruan merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan

yang berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang. Dalam seleksi elemen ada

metode pemilihan gigi anterior dan posterior serta faktor-faktor yang harus

diperhatikan, yaitu ukura, bentuk, tekstur permukaan, warna, dan bahan elemen.

3.1.5 Basis Geligi Tiruan / Sadel

Merupakan bagian gigi yang menggantikan tulang alveolar yang sudah

hilang, dan berfungsi mendukung (elemen) gigi tiruan. Basis dapat digolongkan

menjadi dua, yaitu basis dengan dukungan gigi atau basis tertutup (bounded

Page 8: Survey Model

8

saddle) dan basis dukungan jaringan atau kombinasi atau berujung bebas (free

end).

Adapun fungsi basis geligi tiruan :

1. Mendukung elemen gigi

2. Menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung, gigi penyangga, atau

linger sisa.

3. Memenuhi faktor kosmetik

4. Memberikan stimulasi pada jaringan berada di bawah dasar geligi tiruan,

yang sering juga disebut sebagai jaringan sub basal. Pada saat berfungsi ,

yaitu pemakaian protesa dukungan gigi maupun jaringan akan terjadi

pergerakan vertical karena adanya pergerakan fisiologik gigi penyangga dan

jaringan. Gerakan-gerakan seperti ini menyebabkan jaringan yang berada di

bawah protesa seolah-olah dipijat-pijat.

5. Memberikan retensi dan stabilisasi kepada geligi tiruan.

3.2 Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Daerah tak bergigi pada suatu lengkungan gigi dapat bervariasi, dalam hal

panjang, macam, jumlah, dan letaknya. Semua ini mempengaruhi rencana

pembuatan desain geligi tiruan, baik dalam bentuk sadel, konektor, maupun

dukungannya (Gunadi et al., 1995).

Klasifikasi menurut Osborne J & Lammie GA berupa klasifikasi geligi tiruan

berdasarkan distribusi beban, sebagai berikut.

1. Geligi tiruan tooth borne, semua pendukung untuk geligi tiruan berasal dari

gigi geligi.

2. Geligi tiruan mucosa borne, geligi tiruan ini seluruhnya didukung oleh

mukosa dan lingir alveolar dibawahnya.

3. Geligi tiruan tooth and mucosa borne, beberapa bagian geligi tiruan

didukung oleh gigi sebagian yang lainnya didukung oleh mukosa (Watt &

McGregor, 1992).

Kalsifikasi Keneddy, Syarat:

Page 9: Survey Model

9

1. Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai

dilaksanakan atau gigi yang diindikasikan untuk dicabut selesai dicabut

2. Bila gigi M3 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak termasuk dalam

klasifikasi.

3. Bila gigi M3 masih ada dan akan digunakan sebagai pengganti, gigi ini

dimasukkan klasifikasi

4. M2 hilang tidak akan diganti jika antagonisnya sudah hilang.

5. Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Klas utama dalam

klasifikasi.

6. Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi

masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau

ruangannya.

7. Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya ruangan yang tidak

bergigi.

8. Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV.

Klasifikasi Kennedy, yaitu:

Kelas I:

Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada dan

berada pada kedua sisi rahang / Bilateral Free End. Keadaan ini sering dijumpai

pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi.

Secara klinis dijumpai:

a. Derajat resorbsi residual ridge bervariasi.

b. Tenggang waktu pasien tidak bergigi akan mempengaruhi stabilitas geligi

tiruan yang akan dipasang.

c. Jarak antar lengkung rahang bagian posterior biasanya sudah mengecil.

d. Gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi dalam berbagai posisi.

e. Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat

f. Jumlah gigi yang masih tertinggal di bagian anterior umumnya sekitar 6-

10 gigi saja.

g. Ada kemungkinan dijumpai kelainan Sendi Temporo Mandibula.

Page 10: Survey Model

10

Indikasi pelayanan prostodontik kelas I:

Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan perluasan basis distal.

Kelas II:

Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi yang masih ada, tetapi

berada hanya pada salah satu rahang saja /unilateral free end. Kelas ini sering

tidak diperhatikan pasien.

Secara klinis dijumpai keadaan :

a. Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak

b. Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur

c. Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi antagonis

ini.

d. Pada kasus ekstrim, karena tertundanya pembuatan protesa untuk jangka

waktu lama, kadang-kadang perlu pencabutan satu atau lebih gigi

antagonis.

e. Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan Sendi Temporo

Mandibula.

Indikasi pelayanan pprostodontik Kelas II:

Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan perluasan basis distal.

Page 11: Survey Model

11

Kelas III :

Keadaan tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangganya tidak lagi mampu

memberi dukungan kepada protesa secara keseluruhan.

Secara klinis dijumpai keadaan:

a. Daerah tidak bergigi sudah panjang

b. bentuk atau panjang akar gigi kurang memadai

c. Tulang pendukung mengalami resorbsi cervikal dan atau disertai

goyangnya gigi secara berlebihan.

d. Beban oklusal berlebihan.

Indikasi pelayanan prostodontik kelas III:

Geligi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dengan desain bilateral.

Page 12: Survey Model

12

Kelas IV :

Daerah tidak bergigi teretak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang masih ada

dan melewati garis tengah rahang. Pada umumnya untuk kelas ini dapat dibuat

gigi tiruan sebagian lepasan, bila:

a. Tulang alveolar sudah banyak hilang, seperti pada kasus ruda paksa.

b. Gigi harus disusun dengan "overjet" besar, sehingga dibutuhkan banyak

gigi pendukung.

c. Dibutuhkan distribusi merata melalui lebih banyak gigi penahan, pada

pasien dengan daya kunyah besar.

d. Diperlukan dukungan dan retensi tambahan dari gigi penahan

e. Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi

faktor estetik

Indikasi pelayanan Prosthodontic Klas IV :

a. Geligi tiruan cekat, bila gigi-gigi tetangga masih kuat

b. Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan dukungan gigi

atau jaringan atau kombinasi.

c. Pada kasus meragukan sebaiknya dibuat GTSL

Kelas V :

Daerah tak bergigi paradental dimana gigi asli anterior tidak dapat dipakai sebagai

gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah. Kasus seperti ini banyak

Page 13: Survey Model

13

dijumpai pada rahang atas, karena gigi kaninus yang dicabut karena malposisi

atau terjadinya kecelakaan.

Gigi bagian anterior kurang disukai sebagai gigi penahan, biasanya karena salah

satu alasan berikut ini :

a. Daerah tak bergigi sangat panjang

b. Daya kunyah pasien berlebihan

c. Bentuk atau panjang akar gigi penahan kurang memadai

d. Tulang pendukung lemah

e. Penguatan dengan splin tidak diharapkan, dan sekalipun dilakukan tetap

tidak memberikan dukungan yang memadai, tetapi tetap dirasakan

perlunya mempertahankan geligi yang masih tinggal ini

Indikasi pelayanan Prosthodontik kelas V:

Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan prinsip basis berujung

bebas tetapi di bagian anterior.

Kelas VI :

Daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangga gigi asli dapat dipakai

sebagai gigi penahan. Kasus seperti ini sering kali merupakan daerah tak bergigi

yang terjadi pertama kalinya dalam mulut.

Biasanya dijumpai keadaan klinis :

a. Daerah tak bergigi yang pendek

Page 14: Survey Model

14

b. Bentuk atau panjang akar gigi tetangga memadai sebagai pendukung

penuh

c. Sisa processus alveolaris memadai

d. Daya kunyah pasien tidak besar

Indikasi pelayanan prosthodontik kelas VI

a. Geligi tiruan cekat

b. Geligi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dan desain unilateral

(protesa sadel)

Pemilihan geligi tiruan lepasan dalam hal ini didasarkan pada:

a. Usia pasien masih muda

b. Mencegah ekstrusi gigi antagonis

c. Pulpa gigi masih lebar

d. Kesehatan pasien tak memungkinkan dilakukannya preparasi segera

e. Kendala waktu untuk pembuatan gigi tiruan cekat

f. Pasien menolak pembuatan geligi tiruan cekat

g. Keadaan sosial ekonomi pasien tak menunjang

Selain ke enam kelas tersebut di atas, klasifikasi Aplegate Kennedy mengenai

juga modifikasi untuk daerah tak bergigi tambahan.

1. Bila tambahan ini terletak di anterior, maka disebut kelas.... modifikasi A

2. Pada penambahan yang terletak di posterior, sebutan menjadi kelas ...

modifikasi P.

Page 15: Survey Model

15

3. Untuk penambahan ruangan yang lebih dari satu, dimuka huruf petunjuk

modifikasi. Diberi tambahan angka arab sesuai jumlahnya.

Contoh : Kelas II Modifikasi 2A (atau 1P atau 2A dan 3P dan seterusnya).

3.3. Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan sesuai dengan skenario

Prinsip pembuatan desain geligi tiruan , baik yang terbuat dari resin akrilik

maupun kerangka logam tidaklah terlalu berbeda. Dalam pembuatan desain

dikenal empat tahap yaitu

(1) tahap I: menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi

(2) tahap II: menentukan macam dukungan dari setiap sadel

(3) tahap III: menentukan macam penahan

(4) tahap IV: menentukan macam konektor (Gunadi et al., 1995).

Pada kasus sesuai dengan skenario, Rahang Atas, kehilangan gigi pada:

17, 18, 25, 26, 27, 28.

(1) tahap I: menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi

daerah RA termasuk kelas I Keneddy, protesa lepas, bilateral perluasan basis

ke distal

(2) tahap II: menentukan macam dukungan dari setiap sadel. Pilihan dukungan

kombinasi karena gigi 16, 24 masih kuat.

(3) tahap III: menentukan macam penahan. Pilihan rest dengan sandaran oklusal

pada 14, sandaran singulum pada 22 dan rest klamer 3 jari pada 16, 24.

(4) tahap IV: menentukan macam konektor.

Page 16: Survey Model

16

Keterangan:

Singulum rest pada 22

Oklusal rest pada 14

Klamer 3 jari pada 16, 24

Pada Pada kasus sesuai dengan skenario, Rahang Bawah, kehilangan gigi pada:

35,36,46,47.

(1) tahap I: menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi

daerah RB termasuk kelas 3 modifikasi 1 Keneddy, protesa lepas, bilateral

perluasan basis ke distal

(2) tahap II: menentukan macam dukungan dari setiap sadel. Pilihan dukungan

kombinasi, untuk menambah retensi dari GT. Gigi 34, 37, 45, 48 masih kuat.

(3) tahap III: menentukan macam penahan. Cengkraman yang bersandar oklusal

yang melewati titik kontak pada gigi 34, 37, 45, 48

(4) tahap IV: menentukan macam konektor

Page 17: Survey Model

17

Keterangan:

Klamer 3 jari pada 34, 37, 45, 48

3.4 Tahapan pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

A. Kunjungan Pertama

1. Anamnesa Indikasi

2. Membuat Studi Model

- Alat : Sendok cetak nomor dua

- Bahan Cetak : Hyidrokoloid Irreversible (alginat)

- Metode Mencetak : Mucostatik

Posisi operator : rahang bawah : di kanan depan pasien

Posisi pasien : rahang baawah : pasien duduk tegak dan bidang oklusal

sejajar lantai posisi mulut setinggi siku operator.

- Cara mencetak

Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu 3:1,

setelah dicapai konsistensi yang tepat dimasukkan ke dalam sendok cetak

dengan merata, kemudian dimasukkan ke dalam mulut pasien dan tekan

posisi ke atas atau ke bawah sesuai dengan rahang yang dicetak. Di

samping itu dilakukan muscle triming agar bahan cetak mencapai lipatan

mukosa. Posisi dipertahankan sampai setting, kemudian sendok

dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan dari saliva. Hasil cetakan diisi

dengan stone gips dan di-boxing.

Page 18: Survey Model

18

B. Kunjungan Kedua

1. Membuat work model

- Alat : sendok cetak fisiologis

- Bahan cetak : hyidrokoloid irreversible (alginat)

- Metode mencetak : mucocompresi

- Cara mencetak

Rahang Atas :

Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke

dalam sendok cetak. Posisi operator di samping kanan belakang.

Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, sehingga garis

tengah sendok cetak berimpit dengan garis median wajah. Setelah

posisinya benar sendok cetak ditekan ke atas. Sebelumnya bibir dan pipi

penderita diangkat dengan jari telunjuk kiri, sedang jari manis, tengah dan

kelingking turut menekan sendok dari posterior ke anterior. Pasien disuruh

mengucapkan huruf U dan dibantu dengan trimming.

Rahang Bawah :

Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke

dalam sendok cetak. Pasien dianjurkan untuk membuang air ludah. Posisi

operator di samping kanan depan. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak

ke dalam mulut, kemudian sendok ditekan ke processus alveolaris. Pasien

diinstruksikan untuk menjulur lidah dan mengucapkan huruf U. dilakukan

muscle trimming supaya bahan mencapai lipatan mucobuccal. Posisi

dipertahankan sampai setting.

2. Pembuatan cangkolan yang akan digunakan untuk retensi gigi tiruan dengan

melakukan survey model terlebih dahulu pada gigi yang akan dipakai

sebagai tempat cangkolan berada nantinya.

3. Pembuatan basis gigi tiruan dengan menggunakan malam merah yang

dibuat sesuai dengan desain gigi tiruan.

Page 19: Survey Model

19

4. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking, finishing,

polishing.

C. Kunjungan Ketiga

1. Try – in basis gigi tiruan akrilik dengan cangkolannya.

2. Pembuatan gigitan kerja yang digunakan untuk menetapkan hubungan yang

tepat dari model RA dan RB sebelum dipasang di artikulator dengan cara :

pada basis gigi tiruan yang telah kita buat tadi ditambahkan dua lapis malam

merah dimana ukurannya kita sesuaikan dengan lengkung gigi pasien.

Malam merah dilunakkan kemudian pasien diminta mengigit malam

tersebut.

3. Pemasangan model RA dan RB pada artikulator dengan memperhatikan

relasi gigitan kerja yang telah kita dapatkan tadi.

4. Penyusunan gigi tiruan dimana pada kasus ini akan dipasang gigi posterior

maka perlu diperhatikan bentuk dan ukuran gigi yang akan dipasang. Posisi

gigi ditentukan oleh kebutuhan untuk mendapatkan oklusi yang memuaskan

dengan gigi asli atau gigi tiruan antagonis untuk mendapatkan derajat oklusi

yang seimbang. Malam dibentuk sesuai dengan kontur alami prosesus

alveolar dan tepi gingiva.

5. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking, finishing,

polishing.

Flasking

Flasking ialah suatu proses penanaman model dan “trial denture” malam dalam

suatu flasfk/cuvet untuk membuat sectional mold. Berikut prosedur kerja flasking :

1. Pilih flask yang ukurannya sesuai dengan model, kemudian letakkan

model dalam flask bagian bawah untuk memastikan bahwa flasknya

cukup.

2. Sebelum flasking ulasilah seluruh bagian dalam flask dengan lapisan

vaselin tipis dan plug bagian bawah flask diletakkan.

Page 20: Survey Model

20

3. Bagian tepi/dasar model dikuas dengan separating medium (vaselin/ air

sabun).

4. Aduklah adonan gips, kemudian letakkan di flask bagian bawah lalu

model ditanam dalm flask tersebut, setelah gips agak mengeras dirapikan.

5. Setelah gips mengeras, bagian gips dicat dengan vaselin/ air sabun.

6. Buatlah adonan stone dan kuaskan pada gigi-gigi dan malam geligi tiruan

sambil digetarkan untuk mencegah terjadinya gelembung-gelembung

udara. Pasang flask bagian atas tanpa tutup, lalu isikan stone kedalam

flask sampai batas permukaan oklusal gigi-gigi.

7. Setelah stone mengeras, buatlah adonan stone kedua dan tuangkan

kedalam flask sampai penuh lalu flask ditutup dan ditaruh di bawah press

(bagian-bagian flask kontak antar metal).

Cara flasking ada 2, yaitu:

a. Pulling the casting ialah seperti cara di atas: dimana setelah boiling out,

gigi-gigi akan ikut pada flask bagian atas. keuntungannya adalah

memulaskan separating medium dan packingnya mudah, karena seluruh

mold terlihat.

b. Holding the casting: permukaan labial gigi-gigi ditutup stone/gips

sehingga setelah boiling out akan terlihat seperti gua kecil. Pada waktu

packing adonan akrilik harus melewaqti bagian bawah gigi untuk

mencapai daerah sayap, yang disebut packing through).

Boiling Out

Setelah flasking dilakukan, mold harus betul-betul keras paling tidak

kurang lebih 1 jam sebelum bagian kuvet dipisahkan, dan malam dibuang. Kuvet

ditaruh pada dalam air yang mendidih dengan suhu 130oF, selama 15 menit untuk

melunakkan malam, dan memisahkan kuvet. Setelah pemisahan malam, bagian

mold dicuci dengan air panas hingga tidak terdapat lagi sisa residu.

Mold yang telah dicuci ditinggalkan untuk pendinginan selama 10 menit.

Panas membantu mempercepat penetrasi dalam pemisahan dental plaster dan

mempercepat pengeringan. Jika separator tidak sengaja menutupi bagian denture

Page 21: Survey Model

21

gigi, maka material yang terkontaminasi dapat dihilangkan menggunakan sikat

atau alat yang lain. Setelah pemisahan kuvet telah mengering dan kuvet telah

mengering dengan suhu yang sesuai dengan suhu kamar, maka mold siap untuk

pembuatan resin akrilik.

Packing Acrylic

Packing acrylic adalah proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik.

Yang mempunyai dua metode yaitu:

a. Dry method ialah cara mencampur monomer dan polimer langsung

didalam mold.

b. Wet method ialah cara mencampur monomer dan polimer di luar mold dan

bila sudah mencapai dough stage baru dimasukkan ke dalam mold.

Resin akrilik adalah suatu polimer yang berbentuk bubuk dan monomer yang

berbentuk cair. Penggunaannya adalah dengan mencampur kedua kemasan

tersebut sampai didapatkan massa yang plastis agar dapat dibentuk sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan.

Nama acrylic berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau tajam.

Bahan ini berasal dari asam acrolain atau gliserin aldehida.

Macam-macam bahan akrilik adalah:

1. Bahan akrilik heat cured

2. Bahan akrilik self cured

3. Bahan akrilik light cured

Komposisi dari bahan polimerisasi:

1. Powder: polimer, polimetil metakrilat baik serbuk yang diperoleh dari

polimerisasi metal metakrilat dalam air maupun partikel yang tidak

teratur bentukannya yang diperoleh dengan cara menggerinda batangan

polimer.

2. Cairan: monomer yaitu metil metakrilat.

Stabiliser sekitar 0,006% hydroquinone untuk mencegah berlangsungnya

polimerisasi selama penyimpanan.

Initiator peroksida berupa 0,2-0,5% benzoyl peroksida

Page 22: Survey Model

22

Pigmen, sekitar 1% tercampur dalam partikel polimer.

Proses pencampuran monomer dan polimer mengalami 6 stadium:

1. Wet sand/sandy stage: adoan seperti pasir

2. Puddled sand: adonan seperti lumpur basah

3. Stringy/sticky stage: adonan apabila disentuh dengan jari/alat bersifat

lekat, apabila ditarik membentuk serat. Butir-butir polimer mulai larut,

monomer bebas meresap ke dalam polimer.

4. Dough/packing stage: adonan bersifat plastis. Pada tahap ini sifat lekat

hilang dan adonan mudah dibentuk sesuai dengan bentuk yang kita

inginkan.

5. Rubbery stage: kenyal seperti karet. Pada tahap ini telah banyak monomer

yang menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi permukaan

yang kasar.

6. Rigid stage: kaku dan keras. Pada tahap ini adonan telah menjadi keras

dan getas pada permukaannya, sedang keadaan dibagian dalam adukan

masih kenyal.

Prosedur kerja packing:

a. Pencampuran resin akrilik. tuang monomer kedalam mixing jar porselen

yang bersih dan masukkan polimer sampai semua cairan terserap dalam

bubuk (polimer:monomer, 3:1),

b. Aduk campuran dengan spatula stainless steal sampai monomer dan

polimer tercampur dengan baik,

c. Pasang tutup mixing jar untuk mencegah menguapnya monomer saat

polimerisasi dan diamkan selama waktu yang dianjurkan pabrik,

d. Jar dibuka dan bahan di tes dengan spatula, jika sudah lunak dan tidak

lengket (dough stage), adonan siap dimasukkan kedalam mold,

e. Packing resin akrilik yang sudah dough stage kedalam mold dengan jari

telunjuk yang terbungkus kertas selopan. Adonan dipacking satu arah

untuk menghindari terjebaknya hawa udara antar resin akrilik dan mold,

f. Letakkan kertas selopan diatas resin akrilik, dan pasang kuvet antagonis.

Page 23: Survey Model

23

g. Press dan buang kelebihan sebanyak 2 kali, lepas kertas selopan, kemudian

press dan pasang baut.

Curing

Proses curing adalah polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan

polimernya bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya.

Polimerisasi ada 2 cara yaitu,

1. Secara thermis yang disebut heat curing

2. Secara khemis (zat kimianya sudah ditambah dengan monomer) yang

disebut dengan cold/self curing.

Pemberian panas dapat secara :

1. Dry heat : dipanaskan dengan udara kering

2. Vapour heat : dipanaskan dengan uap panas

3. Water heat : dipanaskan dengan air panas yang biasa digunakan di

laboratorium

Pemberian panas ini harus teratur karena reaksi kimia antara monomer dan

polimer itu sendiri bersifat exsothermis. Bila polimerisasi telah dimulai maka

temperature resin akrilik akan jauh lebih tinggi dari airnya dan monomernya akan

mendidih pada temperature 1000C. Oleh karena itu, pada tahap permulaan

polimerisasi, temperature air harus dijaga jangan terlalu tinggi. Dengan demikian

panas yang timbul dari reaksi polimerisasi dapat dialihkan ke bahan investingnya,

dan pemanasan yang berlebihan sehingga monomer mendidih akan

mengakibatkan terjadinya porositas pada hasil curing. Porositas dapat juga

disebabkan oleh mold yang kurang terisi atau selama curing kurang di press

sehingga terjadi shrinkage porosity.

Komposit pertama yang dikeraskan oleh proses polimerisasi teraktivasi kimia,

kadang kadang disebut sebagai cold curing. Cold curing diawali dengan

pengadukan kedua pasta. Selama proses pengadukan, hampir tidak mungkin

mencegah masuknya gelembung udara kedalam adukan. Gelembung udara ini

mengandng oksigen yang menyebabkan penghambatan oksigen selama

polimerisasi. Masalah lain dengan cold curing adalah bahwa operator tidak

Page 24: Survey Model

24

memiliki pengendalian waktu kerja setelah bahan diaduk. Jadi, memasukkan

bahan dan pembentukan bahan pembentukan kontur restorasi harus diselesaikan

begitu tahap inisiasi selesai. Jadi, proses polimerisasi terus menerus terganggu

sampai operator telah menyelesaikan proses pembentukan kontur restorasi.

Untuk mengatasi masalah ini, bahan-bahan yang tidak memerlukan pengadukan

mulai dikembangkan. Tujuan ini dicapai dengan menggunakan sumber sinar

untuk mengaktifkan system inisiator. Dengan mempertimbangkan kekurangan

resin cold curing, adalah bahwa bahan-bahan dengan pengerasan sinar memiliki

keuntungan dengan memungkinkan operator menyelesaikan baik pemasukan

bahan dan pembentukan kontur restorasi sebelum pengerasan dimulai.

Alat dan bahan curing:

1. Alat perebus cuve (panci dan kompor)

2. Timer

3. Air

Prosedur kerja curing:

1. Masukkan kuvet dan air di dalam panci (air yang masih dingin)

2. Panaskan kuvet hingga air mendidih dan pertahankan selama 15 menit.

3. Matikan api dan biarkan kuvet dalam panci sampai dingin.

4. Setelah kuvet dingin, buka dan lepaskan model dari kuvet.

5. Bersihkan sisa gips yang masih melekat pada gigi tiruan akrilik.

Finishing dan Polishing

Finishing

Finishing merupakan proses atau tahap penyelesaiaan geligi tiruan dari

menyempurnakan bentuk akhir geligi tiruan dengan membuang sisa-sisa resin

akrilik di sekitar gigi. Tonjolan tonjolan akrilik pada permukaan landasan geligi

tiruan akibat dari processing.

Waktu proses penyelesaian berhati-hatilah melindungi batas dan kontur

geligi tiruan . jika cetakan telah diboxing dengan baik dan geligi malam/ trial

denture telah diwaxing dengan baik, garis luar geligi tiruan dengan mudah dapat

ditentukan. Selain itu, jika geligi tiruan malam telah di wax contouring dengan

Page 25: Survey Model

25

seksama sesuai dengan bentuk yang diinginkan, proses penyelesaian yang

diperlukan akan lebih sederhana.

Flash adalah resin akrilik yang menonjol keluar atara kedua mould karena

tekanan yang dilakukan selama prosedur processing . buanglah flash dari geligi

tiruan de ngan menekan sedikit batas geligi tiruan pada arbon band yang berputar

perlahan lahan. Jika geligi tiruan ditrial packing dengan hati hati ,aka flash hamya

sedikit sekali. Berhati-hatilah membuang flash dan sisa stone yang berada

disekitar leher gigi dengan sebuah cungkil kecil/pahat yang tajam.

Gelembung air atau bahan asing lainnya yang terjebak dibawah

permukaan stone akan membentuk ruang kosong didalam mould. Tekanan yang

digunakan waktu prosedur packing dapat menyebabkan resin akrilik patah

didalam ruang kosong tersebut dan akan terlihat sebagai gumpalan/nodul

diperukaan geligi tiruan yang telah diproses. Periksalah geligi tiruan dengan jari

tangan terhadap gelembung resin akrilik dan hati-hati buanglah bila ada dengan

stone/bur bulat kecil.

Polishing

Pemolesan geligi tiruan terdiri dari menghaluskan dan mengkilapkan

geligi tiruan tanpa mengubah konturnya .

Untuk mengkilapkan resin akrilik, semua guratan dan daerah kasar harus

dibuang, sehingga alat-alat abrasive harus digunakan untuk menghasilkan

permukaan geligi tiruan ang licin dan mengkilap. Suatu rag wheel khusus dan

brush wheel harus difunakan dengan salah satu bahan poles. Roda-roda ini tidak

boleh digunakan secara bergantian dengan bahan abrasive yang berbeda. Rag

wheel harus dibiarkan lembut dan basah dan digunakan dengan pumice basah

untuk mencegah panas yang berlebihan dari landasan geligi tiruan.

Gunakan rag wheel (putih) dan pumice halus untuk memoles tepi

permukaan lingual dan palatal geligi tiruan. Karena rag wheel dapat merusak

kontur asli dan stain pada permukaan fasial, maka tidak boleh menyentuh

permukaan fasial geligi tiruan.

Page 26: Survey Model

26

Hilangkan semua kekasaran dari permukaan fasial yang distain dengan

brush wheel putih dan bubuk pumice halus yang basah. Pada permukaan fasial

digunakan tekanan seringan mungkin dan putaran roda serendah mungkin.

Permukaan landasan geligi tiruan yang berhadapan dengan jaringan tidak

boleh dipoles.

Bila gigi-giginya dari akrilik, maka pada waktu pemolesan gigi-gigi akrilik

tersebut harus dilindungi dengan menutupi gigi-gigi akrilik tersebut dengan tape,

sehingga anatomi gigi tidak akan rusak.

D. Kunjungan Keempat

Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut pasien. Hal-hal

yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Part of insertion and part of removement

Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat

pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan cara

pengasahan permukaan gigi tiruan (hanya pada bagian yang perlu saja).

2. Retensi

Yaitu kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang cenderung

memindahkan gigi tiruan ke arah oklusal. Retensi gigi tiruan ujung bebas

di dapat dengan cara :

- Retensi fisiologis, diperoleh dari relasi yang erat antara basis gigi

tiruan dengan membarana mukosa di bawahnya.

- Retensi mekanik, diperoleh dari bagian gigi tiruan yang bergesekan

dengan struktur anatomi. Retensi mekanik terutama diperoleh dari

lengan traumatic yang menempati undercut gigi abutment.

3. Stabilisasi

Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang menyebabkan

perpindahan tempat/gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan

berfungsi, misal pada saat mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan

dengan cara menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan secara

Page 27: Survey Model

27

bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan pergeseran pada saat tes

ini.

4. Oklusi

Yaitu pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral, dan

anteroposterior. caranya dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan

di bawah gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta melakukan

gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi pasien diminta

melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi diangkat dan

dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan normal terlihat warna

yang tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang

tidak merata pada oklusal gigi maka dilakukan pengurangan pada gigi

yang bersangkutan dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi

ini dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.

Selective grinding yaitu pengrindingan gigi-gigi menurut hukum MUDL

(pengurangan bagian mesial gigi RA dan distal RB) dan BULL

(pengurangan bagian bukal RA dan lingual RB).

Instruksi yang harus disampaikan kepada pasien

o Mengenai cara pemakaian gigi tiruan tersebut, pasien diminta

memakai gigi tiruan tersebut terus menerus selama beberapa waktu

agar pasien terbiasa.

o Kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut harus selalu dijaga. Sebelum

dipakai sebaiknya gigi tiruan disikat sampai bersih.

o Pada malam hari atau bila tidak digunakan, protesa dilepas dan

direndam dalam air dingin yang bersih agar gigi tiruan tersebut tidak

berubah ukurannya.

o Jangan dipakai untuk makan makanan yang keras dan

lengket.\Apabila timbul rasa sakit setelah pemasangan pasien harap

segera kontrol.

o Kontrol seminggu berikutnya setelah insersi.

E. Kunjungan Kelima

Page 28: Survey Model

28

Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi. Tindakan

yang perlu dilakukan :

1. Pemeriksaan subjektif

Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal saat

pemakaian gigi tiruan tersebut.

2. Pemeriksaan objektif

o Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut

o Melihat keadaan GTS lepasan baik pada plat dasar gigi tiruannya

maupun pada mukosa di bawahnya.

o Melihat posisi cangkolan.

o Melihat keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya.

o Memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan.

Faktor Keberhasilan Dan Kegagalan Gtsl

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan GTS adalah :

1. Gigi tiruan tersebut harus tahan lama

2. Gigi tiruan tersebut harus dapat mempertahankan dan melindungi gigi

yang masih ada serta jaringan yang sekitarnya.

3. Gigi tiruan tersebut tidak boleh merugikan pasien dalam bentuk

apapun

4. Gigi tiruan tersebut harus mempunyai konstruksi dan desain yang

harmonis.

Keberhasilan pembuatan GTS adalah

1. Kooperatifan pasien.

2. Kondisi rongga mulut pasien

3. Kemampuan tekniker

4. Retensi dan stabilisasi GTS yang berasal dari cengkram dan anatomi

rongga mulut pasien.

5. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok

6. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut

Kegagalan Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan :

Page 29: Survey Model

29

1. Manipulasi yang salah: mencetak dan permukaan oklusal yang tidak

balance oclution

2. Perluasan landasan geligi tiruan yang tidak memenuhi syarat atau

landasan geligi tiruan yang tidak cermat.

3. Oklusi yang tidak layak yaitu relasi sentris, dimensi vertical dan

kontak premature yang salah, hubungan sentris dan eksentris serta

hubungan tonjol yang kurang seimbang

4. Daya horizontal dari bibir, pipi dan lidah pada gigi-gigi dan sayap

geligi tiruan.

Page 30: Survey Model

30

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah kami jelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa:

1. Komponen dari Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gigi tiruan sebagian lepasan disusun atas beberapa komponen, yaitu:

Retainer

Rest

Konektor

Gigi tiruan

Sadel/basis

2. Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Klasifikasi Gigi tiruan sebagian lepasan ada bermacam0macam, tetapi yang

paling sering digunakan adalah klasifikasi kennedy, yaitu:

Kelas I Kennedy: daerah tidak bergigi di bagian posterior dari gigi

masih ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral)

Kelas II Kennedy: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari

gigi yang masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi saja

(unilateral)

Kelas III Kennedy: daerah yang tak bergigi terletak di antera gigi-gigi

yang masih ada di bagian posterior maupun anteriornya unilateral.

Kelas IV Kennedy: daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior

dan gigi yang masih dan melewati garis median (tengah).

Kelas V Kennedy: Daerah tak bergigi paradental dimana gigi asli

anterior tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu

menahan daya kunyah. Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang

atas, karena gigi kaninus yang dicabut karena malposisi atau

terjadinya kecelakaan.

Page 31: Survey Model

31

Kelas VI Kennedy: Daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi

tetangga gigi asli dapat dipakai sebagai gigi penahan. Kasus seperti

ini sering kali merupakan daerah tak bergigi yang terjadi pertama

kalinya dalam mulut.

3. Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan sesuai dengan skenario

Prinsip pembuatan desain geligi tiruan , baik yang terbuat dari resin akrilik

maupun kerangka logam tidaklah terlalu berbeda. Dalam pembuatan desain

dikenal empat tahap yaitu:

(1) tahap I: menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi

(2) tahap II: menentukan macam dukungan dari setiap sadel

(3) tahap III: menentukan macam penahan

(4) tahap IV: menentukan macam konektor (Gunadi et al., 1995).

4. Tahapan pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Tahapan dalam pembuatan Gigi tiruan sebagian lepasan adalah sebagai

berikut:

Anamnesa

Pemeiksaan

Pencetakan model study

Pembuatan desain

Penyusunan gig

flasking

moulding

packing

curing

deflasking

pengasahan

polishing dan finishing

insersi

Page 32: Survey Model

32

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Gunadi H.A, dkk. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian

Lepasan jilid 2. Jakarta: Hipokrates

Internet:

http://dc428.4shared.com/doc/xRysox0J/preview.html

http://paradipta.blogspot.com/2009/09/klasifikasi-gigi-tiruan-sebagian.html

http://ariekusuma357.wordpress.com/2012/01/18/klasifikasi-kennedy-dan-

klasifikasi-apllegated-kennedy/