Survey Biodiversity Untuk Perkebunan Kelapa Sawit...ukuran 1x1 m2, yang diletakkan pada setiap jarak...
Transcript of Survey Biodiversity Untuk Perkebunan Kelapa Sawit...ukuran 1x1 m2, yang diletakkan pada setiap jarak...
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
1
Survey Biodiversity Untuk Perkebunan Kelapa Sawit
Dibuat Oleh, Direview oleh, Disahkan oleh
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
2
Riwayat Perubahan Dokumen
Revisi Tanggal
Revisi Uraian Oleh
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
3
Daftar Isi
1. Tujuan .......................................................................................................................... 4
2. Ruang Lingkup ............................................................................................................. 4
3. Referensi ..................................................................................................................... 4
4. Definisi ......................................................................................................................... 5
5. Tanggung Jawab .......................................................................................................... 7
6. Prosedur Kerja ............................................................................................................. 9
7. Pengolahan Data .................................................................................................... 18
8. Lampiran.................................................................................................................... 24
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
4
1. Tujuan
• Mengetahui keberadaan jenis satwaliar dan vegetasi, penyebaran
dan statusnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Indonesia,
CITES, dan IUCN.
• Memperoleh data dan informasi tentang keanekaragaman jenis
vegetasi dan satwaliar
• Memperoleh data tentang populasi suatu jenis satwaliar.
• Memperoleh data tentang kesamanan komunitas antara tipe habitat.
2. Ruang Lingkup
Survey biodiversity dilakukan terhadap jenis-jenis vegetasi (tumbuhan
bawah, semai, pancang, tiang, pohon) dan satwaliar (mamalia, reptilia,
ampibia dan burung) yang ada dalam kawasan kebun sawit. Kegiatan
yang dilaksanakan meliputi pengenalan jenis (vegetasi dan satwa),
perilaku dan habitat satwaliar, melalui pengamatan langsung dan tidak
langsung (jejak, feses/kotoran,suara) dan pengolahan datanya.
3. Referensi
a. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
b. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati & Ekosistemnya.
c. PP 45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan
d. PP No. 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan
Satwa
e. PP No. 8 Tahun 1999 Tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan &
Satwa Liar
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
5
f. P. 106 tahun 2018 tentang PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 TENTANG JENIS TUMBUHAN
DAN SATWA YANG DILINDUNGI
g. Convention on International Trade in Endangered Species (CITES)
h. IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural
Resources)
4. Definisi
a. Satwaliar adalah binatang yang hidup dalam ekosistem alam
(Bailey,1984)
b. Populasi adalah kelompok organisme yang terdiri dari individu-
individu sejenis yang saling berinteraksi dan berkembangbiak pada
suatu tempat dan waktu tertentu (Anderson , 1985).
c. Species indikator adalah jenis satwa yang peka terhadap perubahan
yang terjadi disekitarnya sehingga menyebabkan perubahan baik
prilaku maupun pergerakannya.
d. Populasi adalah kelompok organisme yang terdiri dari individu-
individu sejenis yang saling berinteraksi dan berkembangbiak pada
suatu tempat dan waktu tertentu (Anderson , 1985).
e. CITES : Convention on International Trades of Endangered Species ;
konvensiuntuk perdagangan internasional spesies langka.
f. IUCN : International Union for the Conservation of Nature and
Natural Resources.
g. Ekosistem : komponen biotik dan abiotik dalam suatu lingkungan
yang saling berinteraksi sehingga menghasilkan aliran energi dan
daur hara.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
6
h. Appendix I CITES : Jenis dan jumlah di alam sudah sangat sedikit
dan dikhawatirkan akan punah (perdagangannya tidak boleh sama
sekali)
i. Appendix II CITES : Jenis yang pada saat ini tidak termasuk terancam
punah, tetapi memiliki kemungkinan untuk terancam punah, jika
perdagangannya tidak diatur.
j. Appendix III CITES : Jenis ini tidak berbeda jauh dengan Appendix
II, bedanya jenis ini diberlakukan khusus oleh suatu negara tertentu
k. Habitat adalah suatu kawasan yang dapat menyediakan tempat bagi
satwaliar untuk mencari makan, minum, berlindung, berkembang
biak dan bermain (Odum,1971). Habitat adalah suatu kawasan
yang terdiri dari berbagai komponen, baik fisik maupun biotik, yang
merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup
serta berkembangbiaknya satwaliar (Alikodra,1990)
l. Keanekaragaman jenis (species diversity) adalah jumlah seluruh
jenis satwaliar yang dapat ditemukan pada suatu kondisi habitat
tertentu.
m. Perilaku satwaliar adalah kebiasaan-kebiasaan satwaliar dalam
aktivitas hidupnya seperti sifat pengelompokkan, waktu aktif, wilayah
pergerakan, cara mencari makan, cara membuat sarang, hubungan
sosial, tingkah laku bersuara, interaksi dengan jenis lainnya dan
sebagainya (Alikodra,1990).
n. Pergerakan satwaliar adalah suatu strategi dari individu ataupun
populasi untuk menyesuaikan dan memanfaatkan keadaan
lingkungannya agar dapat hidup dan berkembang biak secara
normal. Pergerakan satwaliar merupakan suatu perilaku, sehingga
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
7
mempunyai pola-pola tertentu sesuai dengan jenisnya
(Alikodra,1990).
o. Wilayah jelajah (home range) adalah wilayah yang dikunjungi
satwaliar secara tetap karena dapat mensuplai makanan, minum,
tempat tidur dan tempat kawin (Boughey, 1973 ; Alikodra,1990).
p. Sintasan (survival) satwa adalah kemampuan satwa untuk
beradaptasi dengan habitat hutan (LEI).
q. Pohon yaitu tanaman berkayu yang mempunyai diameter ≥ 20 cm
r. Tiang yaitu tanaman berkayu yang mempunyai diameter 10 – 19 cm
s. Pancang adalah anakan pohon dengan ketinggian > 1,5 m dan
diameter < 10 cm
t. Semai adalah anakan pohon yang mempunyai tinggi < 1,5 m
u. Tumbuhan bawah adalah tumbuhan tidak berkayu yang pada saat
dewasa tingginya < 4m
5. Tanggung Jawab
Penanggung jawab implementasi penanganan disesuaikan dengan
struktur organisasi dalam perusahaan dan melibatkan semua bagian.
a. Manager kebun
• Sebagai penanggung jawab area,mengesahkan dan mengendalikan
dokumen sertifikasi yang berlaku di wilayah penerapan kebun sawit.
• Mengeluarkan Surat Perintah Kerja ( SPK ) survey biodiversity
• Mengendalikan pelaksanaan teknis survey biodiversity di wilayah kebun
b. Asisten Kepala Kebun
• Mengusulkan rencana lokasi kawasan pengelolaan biodiversity ke
Manager Kebun.
• Melakukan penbinaan terhadap pelaksana di lapangan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
8
c. Asisten SPO
▪ Bertanggung jawab atas proses perencanaan dan pelaksanaan survey
Biodiversity.
▪ Bertanggung jawab atas proses pengolahan data hasil survey
biodiversity
d. Asisten Kebun
• Asisten Kebun bertanggung jawab untuk menjamin terlaksananya
pemantauan Satwa liar dan vegetasi, kebenaran, penyajian data dan
pelaporannya ke KPH.
e. SPO Officer/ Staf Lapangan
• Bertanggung jawab atas kebenaran pengambilan data, pengelolaan,
penyajian dan pelaporannya secara periodik hasil pengamatan satwa
di kawasan kebun sawit.
• Melakukan pendataan dan melaporkan setiap jenis vegetasi dan satwa
yang ditemukan pada saat melakukan pekerjaan pada kawasan kebun
sawit.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
9
6. Prosedur Kerja
6.1. Penentuan obyek pengamatan
Setelah didapatkan unit contoh dari hasil kegiatan penarikan unit contoh,
maka kegiatan selanjutnya adalah penentukan obyek pengamatan.
Obyek pengamatan dalam kegiatan survey biodiversity antara lain :
6.1.1. Vegetasi, terdiri dari pohon, tiang, pancang, semai, dan
tumbuhan bawah
6.1.2. Mamalia
6.1.3. Herpetofauna (reptil dan amfibi)
6.1.4. Aves (burung)
6.2. Penentuan metode pengumpulan data
Pelaksanaan kegiatan inventarisasi satwaliar dan vgetasi dengan
menggunakan metode transek garis (line transect) adalah sebagai
berikut:
a) Tentukan letak/penyebaran dan arah jalur pergerakan atau lintasan
pengarnat
b) Tentukan panjang garis transek (L, yakni jarak dari T0 hingga Ta).
Jarak garis transek untuk setiap unit contoh pengamatan ditetapkan
500 m.
c) Tentukan titik permulaan jalur atau lintasan pengamatan dan berikan
tanda sehingga mudah untuk didatangi kembali. Sebagai titik awal
pengamatan dapat berupa jalan atau tanda-tanda batas yang sudah
ada. Menentukan titik ikat dan starting point pada jalur yang diamati.
Titik ikat bisa menggunakan tanda-tanda alam seperti sungai atau pal
batas pada alur. Penandaan dapat titik ikat bisa menggunakan cat
yang telah disediakan.
d) Setelah menentukan titik ikat, starting point dan azimut di lapangan
pada jalur transek, selanjutnya dilakukan pembersihan jalur dan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
10
penandaan dengan memberi tanda pada pohon sepanjang jalur yang
sudah di ukur.
e) Pembuatan jalur transek. Jalur transek dibuat berdasarkan azimuth
yang telah ditentukan sampai akhir jalur sesuai dengan panjang jalur
yang sudah ditentukan.
f) Gambarkan letak penyebaran setiap jalur pengamatan pada peta.
g) Tentukan secara bersama (seluruh regu pengamat) waktu dimulai
dan berakhirnya pengamatan
h) Untuk melakukan pengamatan dan pemantauan satwa diperlukan 3
orang dengan tugas masing-masing diantaranya :
Orang Pertama = Pencatat bertugas mencatat seluruh jenis yang
berada dalam petak pengamatan
Orang Kedua = Pengenal jenis
Orang Ketiga = Pengukur jarak,mengukur jarak satwa dengan
pencatat dan jarak antara garis transek dengan
posisi satwa.
i) Pada waktu sebelum dan selama pengamatan satwaliar dilaksanakan,
lakukan hal-hal sebagai berikut:
▪ Gunakan pakaian yang tidak mencolok, misalnya baju berwarna
merah, kuning dan sebagainya. Juga jangan menggunakan
parfum atau wewangian lainnya yang mudah dideteksi oleh satwa
sehingga kehadiran pengamat mengakibatkan satwa menghindar
▪ Bergeraklah secara perlahan-lahan sehingga kehadiran pengamat
tidak meng-ganggu atau menakutkan satwa
▪ Jangan membuat kegaduhan dan bersuara terlalu keras yang
dapat mengakibatkan satwa menghindar dari areal pengamatan
sebelum pengamat sempat melakukan pengamatannya
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
11
▪ Selama pengamatan dilarang merokok
▪ Catatlah semua jenis mamalia besar yang dijumpai baik langsung
maupun tidak langsung
▪ Dilarang mengaktifkan handphone selama proses pengamatan
satwaliar.
6.2.1. Vegetasi
Pengumpulan data tumbuhan dilakukan dengan menggunakan
metode line transek dengan panjang jalur tiap unit contohnya 500 m.
Metode analisis vegetasi ini dilakukan pada suatu petak yang dibagi-
bagi ke dalam petak-petak. Petak berukuran 20x20 m2 digunakan
untuk pengambilan data vegetasi tingkat pertumbuhan pohon, petak
berukuran 10x10 m2 digunakan untuk pengambilan data vegetasi
tingkat pertumbuhan tiang, petak berukuran 5x5 m2 digunakan untuk
pengambilan data vegetasi tingkat pertumbuhan pancang, dan petak
berukuran 2x2 m2 untuk vegetasi tingkat pertumbuhan semai.
Bentuk unit contoh pengamatan tumbuhan seperti disajikan pada
Gambar 1.
Gambar 1. Bentuk unit contoh pengamatan vegetasi; A petak 2x2 m2, B petak 5x5 m2, C petak 10x10 m2 dan D petak 20x20 m2
Arah lintasan
pengamatan A
C
D
B
A
B
C
D
500 m 20 m
10 m
10 m
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
12
Pengumpulan data untuk tumbuhan bawah dilakukan dengan
menggunakan unit contoh yang didasarkan atas pendekatan metode
garis berpetak. Setiap unit contoh memiliki dimensi panjang 100 m dan
lebar 1,0 m. Setiap unit contoh akan dibagi-bagi dalam petak ber-
ukuran 1x1 m2, yang diletakkan pada setiap jarak 10 m dari titik pusat
petak (gambar 2 )
Gambar 2. Bentuk unit contoh pengamatan tumbuhan bawah
6.2.2. Mamalia
Pengumpulan data mamalia terestrial maupun arboreal dilakukan
dengan cara pengamatan pada setiap tipe penutupan lahan.
Pengamatan dilakukan pada unit contoh berbentuk garis, yakni metode
transek garis (line transect) sepanjang 500 m untuk setiap unit contoh
(gambar 3). Untuk mendapatkan data yang baik maka pengamatan
mamalia dilakukan tiga kali setiap hari, yakni pada periode waktu pagi
hari (sekitar pukul 05:30–09:00), sore hari (sekitar pukul 14:30–18:00)
dan malam hari (19.00 – 23.00). Pengambilan data parameter mamalia
dilakukan dengan cara pengamat berjalan perlahan mengikuti arah dan
letak garis transek, sekaligus mencatat semua jenis satwa yang
dijumpai baik langsung maupun tidak langsung. Data jenis-jenis satwa
beserta ciri-ciri populasinya yang boleh dicatat hanyalah satwa yang
Garistengah lintasan
pengamatan
100 m
10 m 10 m
1 m
1 m
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
13
terletak di depan posisi pengamat. Dalam hal ini tidak diperbolehkan
mencatat parameter satwa yang terdapat di belakang posisi
pengamat.Pengamatan dilaksanakan dengan dua kali ulangan pada
setiap jalurnya.
Gambar 3. Desain transek garis pengamatan mamalia besar; d=jarak tegak lurus antar posisi satwa dengan lintasan pengamatan (d=r.Sinθ), r=jarak antar satwaliar dengan pengamat, =sudut antar posisi satwa dengan
lintasan pengamatan, O=posisi pengamat, dan S=posisi satwa
6.2.3. Herpetofauna (Reptil dan Amfibi)
Pengumpulan data amfibi dan reptili dilakukan dengan menggunakan
metode penghitungan secara visual (visual encounter survey = VES)
pada transek pengamatan sepanjang 500 m lebar 20 m. Pengumpulan
data dilakukan pada malam hari (19:00 hingga 23:00). Pengamatan
dilaksanakan dengan dua kali setiap jalurnya
6.2.4. Aves (Burung)
Pengamatan burung dilakukan dengan menggunakan unit contoh
kombinasi transek garis dengan variable circular plot (VCP). Jarak
antar titik pusat plot yang satu dengan lainnya adalah 100 m
S
O
S
S
d
r
500m
Arah transek
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
14
sedangkan panjang setiap transek adalah 500 m (6 plot). Bentuk unit
contoh pengamatan burung seperti disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Desain inventarisasi burung dengan metode VCP
Pengamatan terhadap spesies burung sebaiknya dilakukan pada
interval waktu antara pukul 05:30–09:00 untuk periode pagi hari dan
15:00–18:00 untuk periode sore hari.
Pencatatan data dilakukan dengan mengamati burung pada seluruh
luas lingkaran pengamatan yang dicatat dalam interval waktu 5 menit
selama 15 menit untuk setiap titik pengamatan.Pengamatan
dilaksanakan dengan dua kali ulangan pada setiap jalurnya.
6.3. Persiapan alat dan bahan
Bahan dan peralatan yang diperlukan dalam pengambilan data survey
terdiri atas:
1. Peta kerja dan peta topografi
2. Meteran, phi-band (pita diameter)
3. Christen meter/Haga hypsometer
4. Tali rafia/tambang plastik
5. Patok
6. Timer/Jam
7. Kompas brunton
r
100 m
500 m
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
15
8. GPS reveiver
9. Tally sheet
10. Parang/golok
11. Bahan pembuatan herbarium.
12. Plastik label
13. Clinometer
14. Papan jalan
15. Alat tulis
16. Senter tangan
17. Formalin
18. Buku pengenal jenis satwa dan vegetasi
19. Headlamp
20. Tape recorder
21. Kamera
22. Teropong Binokuler
23. Busur derajat
24. Altimeter
25. Kantung kain
26. Box specimen
6.4. Pencatatan data
6.1.1. Vegetasi
6.4.1.1. pohon : jenis, jumlah individu, diameter setinggi dada
(±130 cm), tinggi total (TT), tinggi bebas cabang
(TBC), penutupan tajuk.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
16
6.4.1.2. Tiang : jenis, diameter setinggi dada (±130
cm),tinggi total (TT), dan tinggi bebas
cabang (TBC)
6.4.1.3. Pancang, semai, dan tumbuhan bawah : jumlah dan
jenis
Data yang sudah diperoleh, dimasukkan kedalam tallysheet
(lampiran 2-4)
6.1.2. Mamalia
Data yang dikumpulkan meliputi jenis dan jumlah individu setiap
jenis yang dijumpai, jarak antar satwaliar dengan posisi
pengamat dan sudut kontak antara posisi satwa yang terdeteksi
dengan posisi pengamat dan garis lintasan pengamatan, waktu
diketemukannya jenis satwa tersebut (jam; menit), jenis
perjumpaan (tempat-tempat bersarang/tidur ataupun tanda
suara/bunyi). Data yang sudah diperoleh dimasukkan ke dalam
tallysheet (lampiran 5)
6.1.3. Herpetofauna
Data yang dikumpulkan meliputi jenis, jumlah individu per jenis,
lokasi ditemukan, jenis perjumpaan. Data yang sudah diperoleh
dimasukkan ke dalam tallysheet (lampiran 6)
6.1.4. Aves
Data yang dikumpulkan dalam pengamatan burung meliputi:
jenis, jumlah individu setiap jenis, lokasi/posisi pada saat
teramati (permukaan tanah, lantai hutan, tajuk bawah, tengah
atau tajuk atas), serta jarak pengamat dengan obyek/satwa.
Untuk mendapatkan informasi tambahan tentang berbagai jenis
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
17
burung yang terdapat di dalam kawasan studi maka dilakukan
wawancara dengan kelompok masyarakat setempat. Data yang
sudah diperoleh dimasukkan ke dalam tallysheet (lampiran 7)
6.5. Teknik identifikasi jenis
Identifikasi jenis dapat dilakukan melalui :
1. Melihat penciri utama, vegetasi (berupa bentuk daun, bentuk
pertulangan daun, tekstur daun dll ) dan untuk satwa (berupa
warna bulu, paruh, suara, ekor, mata, kepala).
2. Mencocokkan di buku panduan lapangan atau melalui studi literatur
berdasarkan hasil penelitian terdahulu ataupun teori-teori yang
sudah ada. Studi literatur ini mencakup pengenalan
jenis,habitat,perilaku dan jejak satwaliar. Informasi atau data-data
dapat diperoleh dari lembaga-lembaga atau pusat-pusat studi yang
memiliki berbagai literatur tentang satwaliar. Untuk keperluan
pengenalan jenis disarankan menggunakan buku petunjuk
identifikasi jenis ataupun buku penuntun untuk pengamatan
lapangan seperti Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di
Jawa dan Bali, ”A Field Guide to the Mammals of Java” dan buku
lainnya. Untuk identifikasi status satwa dilindungi atau tidak dapat
dilihat pada Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Sedangkan untuk
mengetahui status satwa dalam perdagangan dunia internasional
dapat menggunakan buku ”Pelaksanaan Konversi CITES di
Indonesia” yang memuat daftar satwa dan tumbuhan yang masuk
kategori Apendiks I, II dan III dan IUCN.
3. Untuk jenis yang belum diketahui maka dibuat herbarium atau
spesimennya.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
18
7. Pengolahan Data
7.1. Komposisi dan struktur vegetasi
Komposisi jenis diperhitungkan berdasarkan nilai-nilai parameter
kuantitatif tumbuhan yang mencerminkan tingkat penyebaran,
dominansi dan kelimpahannya dalam suatu komunitas hutan. Nilai-nilai
ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai mutlak maupun nilai relatif.
Berdasarkan pengambilan contoh dengan menggunakan metode jalur
berpetak maka nilai-nilai tersebut dirumuskan sebagai berikut
(Soerianegara dan Indrawan 1983):
Kerapatan (K) = Jumlah individu suatu jenis
Total luas unit contoh
Kerapatan Relatif (KR) = Kerapatan suatu jenis
x 100% Kerapatan seluruh jenis
Frekuensi (F) = Jumlah plot ditemukan suatu jenis
Jumlah total unit contoh
Frekuensi Relatif (FR) =
Frekuensi suatu jenis
x 100% Total frekuensi seluruh jenis
Dominansi (D) = Luas bidang dasar suatu jenis
Total luas unit contoh
Dominansi Relatif (DR) =
Dominansi suatu jenis x 100%
Total dominansi seluruh jenis
Indeks Nilai Penting = KR + FR + DR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
19
7.2. Kekayaan Spesies Flora dan Fauna
Keanekaragaman spesies berdasarkan tipe penutupan lahan dianalisis
dengan menggunakan indeks keanekaragaman alpha yang mencakup:
a) indeks keanekaragaman Shannon, b) indeks keanekaragaman
Simpson, dan c) indeks kemerataan Simpson (Krebs 1989). Indeks
keanekaragaman Shannon dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
keterangan: 'H = indeks keanekaragaman Shannon
N = total jumlah individu semua jenis yang ditemukan
in = jumlah individu spesies ke-i
s = jumlah spesies ditemukan pi = proporsi individu spesies ke-i
Menurut Whittaker (1972), ragam H’ dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:
Untuk menguji perbedaan nilai H’ antar unit contoh, dapat digunakan
metode Hutcheson (1970) untuk uji signifikansi dengan uji t.
Persamaan statistik ujii tersebut adalah:
'H = =
s
iii pp
1
)ln(.
ip =
=
=
s
ii
ii
n
n
N
n
1
)'(HVar = 2
22
.2
1)]ln(.[)].[ln(
N
s
N
pppp iiii −+
−
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
20
keterangan:
)( '1HVar = ragam indeks keanekaragaman Shannon pada
sampel pertama
)( '2HVar = ragam indeks keanekaragaman Shannon pada
sampel kedua
'1H = indeks keanekaragaman Shannon pada sampel
pertama
'2H = indeks keanekaragaman Shannon pada sampel
kedua N1 = total jumlah individu pada sampel pertama N2 = total jumlah individu pada sampel kedua df = derajat bebas
Simpson (1949) memberikan peluang bagi dua individu yang ditarik
secara acak dari komunitas besar yang tidak terbatas berdasarkan
perbedaan spesies sebagai berikut:
keterangan:
SD = indeks Simpson
pi = proporsi individu spesies ke-i, = ni/N
Indeks kemerataan spesies kemungkinan merupakan indeks yang
paling banyak digunakan oleh ahli-ahli ekologi. Indeks kemerataan
th =
df =
SD = 2ip
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
21
spesies berdasarkan Simpson dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
keterangan:
ED = indeks kemerataan spesies (ekuitabilitas=evenness)
D = indeks Simpson Dmax = S atau total jumlah spesies ditemukan pi = proporsi jumlah individu spesies ke-i, = ni/N ni = jumlah individu spesies ke-i N = total jumlah individu seluruh spesies
7.3. Kesamaan Komunitas Flora dan Fauna
Kesamaan komunitas merupakan salah satu indeks keanekaragaman
beta. Kesamaan komunitas dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan Jaccard Index maupun Sörensen (Krebs 1989). Indeks
kesamaan Jaccard ataupun Sörensen memiliki nilai maksimum 1, yang
menunjukkan adanya tingkat
kesamaan yang tinggi atau spesies yang terdapat pada kedua lokasi
identik. Jika indeks tersebut memiliki nilai 0 berarti bahwa kedua lokasi
sama sekali tidak memiliki kesamaan dan tidak ada satupun spesies
yang terdapat pada kedua lokasi yang diperbandingkan.
Persamaan indeks kesamaan komunitas berdasarkan Jaccard adalah
sebagai berikut:
keterangan:
=
JC = jba
j
−+
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
22
CJ = indeks koefisien Jaccard j = jumlah spesies yang ditemukan di kedua
komunitas a dan b = jumlah spesies yang ditemukan di komunitas A dan
komunitas B
Indeks kesamaan komunitas Sörensen yang telah dimodifikasi oleh
Bray-Curtis adalah:
keterangan: CS = indeks Sörensen atau koefisien Czekanowski j = jumlah spesies yang ditemukan di kedua
komunitas a dan b = jumlah spesies yang ditemukan di komunitas A dan
komunitas B
7.4. Pendugaan Kepadatan Populasi
Pendugaan populasi dengan metode kombinasi digunakan rumus
sebagai berikut
a
x
DatauwL
x
D
n
i
i
n
i
i == == 11
..2
Dimana :
=D
kepadatan populasi dugaan (individu/km2 atau
individu/ha)
SC = ba
j
+
2
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
23
ix = jumlah individu yang dijumpai pada kontak ke-i baik
pada saat penghitungan dengan metode titik maupun
jalur (individu)
=L panjang transek jalur pengamatan (m)
=w lebar kiri atau kanan jalur pengamatan (m)
=a luas setiap jalur pengamatan (km2 atau ha)
i = kontak pengamat dengan satwaliar
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
24
8. Lampiran
Lampiran 1.
Bagan alur Survey biodiversity
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
25
Lampiran 2.
TALLYSHEET POHON
Tanggal : Petak : Metode : Transek Tipe Vegetasi : No Plot : Mdpl : Koordinat :
NO JENIS Diameter TBC Tinggi Total
Tajuk Depan
Tajuk Belakang
Tajuk Kanan
Tajuk Kiri
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
26
Lampiran 3 TALLYSHEET TIANG
Tanggal : Regu : Petak : Metode : Transek Tipe Vegetasi : No Plot : Mdpl : Koordinat :
No Jenis Diameter TBC Tinggi Total
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
27
Lampiran 4.
TALLYSHEET PANCANG/SEMAI/TUMBUHAN BAWAH Tanggal : Regu : Petak : Metode : Transek Tipe Vegetasi : No Plot : Mdpl : Koordinat :
No Jenis Jumlah Keterangan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
28
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
29
Lampiran 5.
TALLYSHEET MAMALIA
Tanggal : Petak : Regu : Tipe Vegetasi : Mdpl : Koordinat :
No Jarak
Sudut Jumlah Individu (ekor)
Jenis Perjum paan
Ket Anak Muda Dewasa Total
Jt
Bt Jt Bt Jt Bt
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
30
Lampiran 6
TALLYSHEET Ampibia dan Reptilia Tanggal : Petak : Regu : Tipe Vegetasi : Mdpl : Koordinat :
NO Nama Lokal Nama Latin Kelas Jumlah Keterangan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
31
Lampiran 7.
TALLYSHEET AVES/BURUNG Tanggal : Petak/Jalur : Regu : Tipe Vegetasi : Mdpl : Koordinat :
no plot
Interval Waktu
Nama Lokal
Nama Latin
Jumlah Jarak Jenis Perjumpaan
Ket
1 05.30 – 05.35
05.35 – 05.40
05.40 – 05.45
Perpindahan Plot
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
32
Lampiran 8. Contoh Pengolahan Data
- Data inventarisasi Aves /burung
Contoh data hasil kombinasi titik dan jalur pengamatan :
Titik Ke- ...
Interval Waktu
No. Kontak
Jenis Satwa (Burung & Reptilia)
Jml Individu
Aktivitas Satwa
Posisi Satwa
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8
I 05.30 – 05.35
1 Kutilang 3 2 -
2 Ayam hutan 2 1 3
3 Burung hantu 2 - 2
4 Tekukur 3
05.40 - 05.45
1 Kutilang 4 5 2
2 Tekukur 2 2 2
3 Kipasan 2 - 3
4 Ayam hutan 1 - 2
II 05.50 – 05.55
7 8
06.00 – 06.05
3 3
- 5
2 3
1. Keanekaragaman Jenis
S = 10
Jenis
JUMLAH INDIVIDU
Jalur 1 Jalur 2
1. Elang 2 -
2. Raja Udang 1 3
3. Burung Hantu - 2
4. Tekukur 5 2
5. Kepodang 2 2
6. Srigunting - 3
7. Gagak - 2
8. Kutilang 7 8
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
33
Dengan Indeks Keanekaragaman Jenis (Index Shannon)
Keterangan :
► H’ jalur 1 = - { H’ elang + H’ raja udang + ..............+ H’ Kipasan } = - {(2/22 x Ln 2/22) + (1/22 x Ln 1/22 ) + ..........+ (2/22 x Ln 2/22)} = {( 0.091 x – 2.3969 ) + ( 0.045 x – 3.1011 ) + ......+ (0.091 x – 2.3969) = - {( -0,2181 ) + ( -0,1395) + ...........+ (-0,2181 )} = 1,7660
► Untuk jalur 2 juga dihitung sebagaimana jalur 1
H’ jalur 1 = 1,7660 H’ jalur 2 = 2,1814
Catatan : - Ln dapat dicari dengan menggunakan Scientific Calculator
- Masukkan Nilai N ; setelah tekan tombol Ln
Dari hasil tabel perhitungan diatas diperoleh nilai H’ yang berbeda pada
kedua jalur tersebut, jalur 1 adalah 1,7660 dan jalur 2 adalah 2,1814. Ini
artinya pada jalur 2 mempunyai nilai keanekaragaman jenis yang lebih
tinggi dari jalur 1. Pada dasarnya nilai Keanekaragaman ini digunakan
untuk kondisi habitat yang berbeda yang fungsinya untuk
membandingkan antara dua atau lebih habitat/ekosistem yang berbeda
JENIS
JALUR 1 JALUR 2
Σ
Individu
( n )
pi H’ Σ Individu
( n )
pi H’
1. Elang 2 0.091 0.2181 - - -
2. Raja Udang 1 0.045 0.1395 3 0.091 0.2181
3. Burung Hantu - - - 2 0.061 0.1699
4. Tekukur 5 0.227 0.3366 2 0.061 0.1699
5. Kepodang 2 0.091 0.2181 2 0.061 0.1699
6. Srigunting - - - 3 0.061 0.1699
7. Gagak - - - 2 0.061 0.2181
8. Kutilang 7 0.318 0.3643 8 0.242 0.1699
9. Ayam hutan 3 0.136 0.2713 3 0.091 0.3435
10. Betet - - - 5 0.152 0.2181
11. Kipasan 2 0.091 0.2181 3 0.091 0.2181
22
( N )
1.7660 33
( N )
2.1814
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR No Dokumen :
Tanggal :
Halaman :
Revisi :
Survey Biodiversity
34
2. Pendugaan Populasi
Data inventarisasi mamalia
Contoh data inventarisasi dengan metode kombinasi titik dan jalur
No Kontak
Waktu Kontak
Jenis Satwa
Jumlah Individu (Ekor) Jarak Kontak (m)
Sudut Kontak
Y (m)
Ket
Bayi Anak Muda Dewasa Tot
al
♂ ♀ ♂ ♀
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 06.05 Tupai 2 20 30 15
2 06.11 Bajing 2 25 85 10
3 06.15 Kera 4 30 19 20
4 .. Lutung 4 20 75 14
5 .. Tupai 1 10 65 6
6 .. Babi
hutan 2 5 170 2
7 .. Bajing 1 10 140 7
8 .. Tupai 2 9 195 4
9 .. Kera 3 15 160 8
10 1 8 183 5
11 1 10 65 6
Pendugaan populasi dengan Metode Transek Jalur (Strip
Transect)
Dari rumus yang ada maka diperoleh nilai D untuk masing-masing jenis
D Tupai = 2 (20) + 1( 10) + 2 (9) / 5 =13,6 m
Luas yang di transek 6,25 km2
Pendugaan populasi Tupai berdasarkan D adalah
PD = A(∑Nt) / 2xD
= 6,25 (5) / 2 x 13,6
PD = 229 ekor
Angka tersebut menunjukkan pada contoh petak pengamatan di duga
terdapat tupai sebanyak 229 ekor dari luasan 6,25 km 2