supervisi scientivic dan artistik

31
PENDEKATAN SAINTIFIK DAN ARTISTIK DALAM SUPERVISI PENGAJARAN Oleh: Retnaning Tyas, dan Hermanto Ringkasan Dalam tulisan ini penyaji akan lebih banyak memaparkan pendekatan supervisi saintifik dari John D. McNeil, dan supervisi artistik dari Elliot W. Eisner. Sesuai dengan latar belakang keilmuan keduanya, tampak mewarnai pemikiranya tentang pendekatan supervisi. McNeil, sebagai seorang profesor pendidikan dari Universitas California lebih mengedepankan pendekatan saintifik dalam melakukan supervisi, sedangkan Eisner, sebagai seorang profesor pendidikan dan seni dari Universitas Stanford, cenderung pada pendekatan artistiknya. Pendekatan saintifik menekankan pada upaya efektivitas pengajaran dan memandang pengajaran sebagai ilmu, oleh karenanya dalam upaya perbaikan pengajaran perlu dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Dalam pendekatan saintifik, seorang supervisor perlu melakukan 1) pengimplementasian hasil temuan para peneliti, 2) bersama- sama dengan peneliti mengadakan penelitian dibidang pengajaran yang berkaitan dengan pengajaran yang disupervisi, dan 3) menerapkan metode ilmiah dan bersikap ilmiah dalam menentukan efektif tidaknya pengajaran. Dalam pendekatan artistik, lebih menekankan pada ketidakpuasan terhadap supervisi pengajaran yang menggunakan pendekatan saintifik. Kegagalan supervisi saintifik lebih disebabkan oleh kelemahan pendekatan saintifik secara internal. Supervisi dengan pendekatan artistik berupaya untuk menerobos keterbatasan-keterbatasan yang ada pada pendekatan saintifik. Dalam pendekatan artistik, keberhasilan pengajaran tidak dapat diukur dengan keberhasilan pengajaran yang lain, yang berbeda pelakunya. Pendekatan supervisi artistik, lebih menekankan pada pengamatan keseluruhan yang dilakukan secara cermat, merasakan dan mencoba menangkap maknanya. Eisner, menggambarkan pendekatan supervisi artistik seperti melihat tampilan-tampilan karya seni untuk tidak melihat bagian- bagian dari fagmen-fragmennya, tetapi supervisor harus 1

description

supervisi scientivic berkembang seiring dengan perkembangan manajemen. sedang supervisi artistict merupakan tanggapan atas supervisi scientivict. karena adanya ketidak puasan atas supervisi scientific

Transcript of supervisi scientivic dan artistik

Page 1: supervisi scientivic dan artistik

PENDEKATAN SAINTIFIK DAN ARTISTIK DALAM SUPERVISI PENGAJARAN

Oleh: Retnaning Tyas, dan Hermanto

RingkasanDalam tulisan ini penyaji akan lebih banyak memaparkan pendekatan

supervisi saintifik dari John D. McNeil, dan supervisi artistik dari Elliot W. Eisner. Sesuai dengan latar belakang keilmuan keduanya, tampak mewarnai pemikiranya tentang pendekatan supervisi. McNeil, sebagai seorang profesor pendidikan dari Universitas California lebih mengedepankan pendekatan saintifik dalam melakukan supervisi, sedangkan Eisner, sebagai seorang profesor pendidikan dan seni dari Universitas Stanford, cenderung pada pendekatan artistiknya. Pendekatan saintifik menekankan pada upaya efektivitas pengajaran dan memandang pengajaran sebagai ilmu, oleh karenanya dalam upaya perbaikan pengajaran perlu dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Dalam pendekatan saintifik, seorang supervisor perlu melakukan 1) pengimplementasian hasil temuan para peneliti, 2) bersama-sama dengan peneliti mengadakan penelitian dibidang pengajaran yang berkaitan dengan pengajaran yang disupervisi, dan 3) menerapkan metode ilmiah dan bersikap ilmiah dalam menentukan efektif tidaknya pengajaran.

Dalam pendekatan artistik, lebih menekankan pada ketidakpuasan terhadap supervisi pengajaran yang menggunakan pendekatan saintifik. Kegagalan supervisi saintifik lebih disebabkan oleh kelemahan pendekatan saintifik secara internal. Supervisi dengan pendekatan artistik berupaya untuk menerobos keterbatasan-keterbatasan yang ada pada pendekatan saintifik. Dalam pendekatan artistik, keberhasilan pengajaran tidak dapat diukur dengan keberhasilan pengajaran yang lain, yang berbeda pelakunya. Pendekatan supervisi artistik, lebih menekankan pada pengamatan keseluruhan yang dilakukan secara cermat, merasakan dan mencoba menangkap maknanya. Eisner, menggambarkan pendekatan supervisi artistik seperti melihat tampilan-tampilan karya seni untuk tidak melihat bagian-bagian dari fagmen-fragmennya, tetapi supervisor harus mengapresiasi keseluruhan proses pengajaran dari guru. Dengan demikian kedua pendekatan supervisi ini memiliki kelebihan masing-masing, sekaligus memiliki ketidak sempurnaan diantara keduanya.

A. PENDAHULUAN

Pendekatan supervisi merupakan aspek penting yang harus dikaji dan

dipahami. Dengan memahami makna pendekatan supervisi, maka menjadikan

seorang supervisi akan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas dan fungsinya

sebagai seorang supervisor. Mengapa pemahaman tentang pendekatan perlu

disinggung terlebih dahulu sebelum membicarakan pemahaman pendekatan

supervisi saintifik dan artistik. Hal ini menurut hemat kami karena orang sering

terkaburkan atau kacau dengan istilah-istilah seperti strategi, metode, teknik, cara, 1

Page 2: supervisi scientivic dan artistik

dan model. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003:246),

pendekatan berasal dari kata dekat yaitu proses, cara, perbuatan mendekati ...

yang dilakukannya, ancangan. Strategi (KBBI, 2003:1092), adalah ilmu atau seni

menggunakan semua sumber daya untuk melaksanakan sesuatu. Ilmu dan seni

menguasai perang (menguasai betul), rencana yang cermat mengenai kegiatan

untuk mencapai sasaran. Teknik (KBBI, 2003:1158) adalah pengetahuan dan

kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil ...., cara adalah

kepandaian membuat, atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan “seni”,

sedangkan metode (KBBI, 2003:740) adalah cara yang teratur digunakan untuk

melaksanakan sesuatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikendaki,

atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu target guna

mencapai tujuan yang ditentukan.

Pendekatan adalah bagian penting yang dapat menyebabkan berhasil

tidaknya suatu kegiatan. Pendekatan supervisi sebagai titik tolak atau sudut

pandang terhadap proses supervisi, yang merujuk pada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi,

menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode supervisi dengan cakupan teoritis

tertentu. Pendekatan dalam proses pelaksanaan supervisi pengajaran tentu akan

memperlancar ketercapaian tujuan supervisi yang akan dilaksanakan. Pada saat

ini, secara umum pendekatan yang berkembang dan digunakan dalam

pelaksanaan supervisi pengajaran ada tiga, yaitu: 1) pendekatan saintifik atau

pendekatan ilmiah, 2) pendekatan artistik, dan 3) pendekatan klinik. Tentu saja

diantara ketiga pendekatan ini selain mempunyai keunggulan masing-masing,

namun juga memiliki kelemahan atau kritikan terhadap ketiganya.

Sebagaimana tugas untuk kelompok ini, pendekatan supervisi yang

dibahas dibatasi pada dua pendekatan yaitu: 1) pendekatan artistik atau ilmiah, dan

2) pendekatan artistik atau seni. Untuk membahas kedua pendekatan ini,

pembahas lebih mendasarkan dari karya John D. McNeil dan Elliot W. Eisner.

Pemikiran McNeil lebih memfokuskan pada pendekatan supervisi saintifik,

sedangkan Eisner lebih menekankan pada pendekatan supervisi artistik. McNeil,

sebagai seorang profesor pendidikan dari Universitas California lebih

mendepankan pendekatan saintifik dalam supervisi pengajaran, sedangkan Eisner,

sebagai seorang profesor pendidikan dan seni dari Universitas Stanford, lebih fokus

2

Page 3: supervisi scientivic dan artistik

pada pendekatan artistik dalam supervisi pengajaran. Pendekatan saintifik

menekankan pada upaya efektivitas pengajaran dan memandang pengajaran

sebagai ilmu, untuk itu perbaikan pengajaran perlu dilakukan dengan

menggunakan metode-metode ilmiah. Eisner, berpijak dari ketidak puasannya dan

mengkritisi kekurangan dari pendekatan saintifik.

B. PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM SUPERVISI PENGAJARAN

Uraian tentang pendekatan saintifik dalam paparan ini didasarkan atas

pemikiran John D. McNeil. Adapun intisari dari pemikiran McNail sebagai berikut.

Supervisi saintifik dimulai dengan janji optimistis untuk mengantarkan lebih dari

wewenang untuk meningkatkan guru dan hasil belajar. Empat puluh tahun yang

lalu pada tahun 1960, supervisi saintifik sangat diremehkan bukan untuk

peningkatan pengajaran atau metode terbaik belajar siswa. Konsekuensi dan

perlawanan optimis dan peneliti profesional –perilaku ilmuan. Pengambilan

tanggung jawab untuk penelitian pengetahuan yang mana akan lebih efektif dan

supervisor akan lebih relevan dengan implementasi yang mereka temukan .sebuah

dukungan besar dari R and D dimaksudkan sebagai kekuatan dasar penelitian

untuk peningkatan efektivitas guru.

Bagaimanapun diawal tahun 1980, gejolak ini masih terlihat meragukan.

Perilaku peneliti diberi kritik dimana yang hanya memiliki pengaruh kecil pada apa

atau bagaimana siswa belajar atau, bisa saja hal yang buruk, bahwa pada

penelitian yang menguatkan hal ini tidak memadai sebagai tujuan dari pendidikan.

Meskipun demikian, penelitian sebagai fondasi untuk supervisi akan dilanjutkan

sekalipun pada arah yang berbeda: pengantar penelitian sebagai pembayaran dari

sebuah supervisi akan terus dilanjutkan dijalur yang berbeda: (a) penelitian teoritis

untuk menjelaskan apa yang terjadi di dalam kelas dan menemukan ide yang lebih

baik tentang efek dalam pengajaran, (b) Melakukan penelitian tindakan yang

dilakukan oleh praktisi dan peneliti bersama-sama mencoba untuk mengatasi

permasalahan disituasi partikel sekolah dan mencari prosedur pengajaran guru.

1. Supervisi Saintifik sebagai Bagian Pergerakan Manajemen Ilmiah

Supervisi saintifik dipandang sebagai kegiatan supervisi yang dipengaruhi

oleh berkembangnya manajemen ilmiah dalam dunia industri. Menurut pandangan

ini, kekurang berhasilan guru dalam mengajar, harus dilihat dari segi kejelasan

pengaturan serta pedoman- pedoman kerja yang disusun untuk guru. Oleh karena

3

Page 4: supervisi scientivic dan artistik

itu, melalui pendekatan ini, kegiatan mengajar harus dilandasi oleh penelitian, agar

dapat dilakukan perbaikan secara tepat. Dalam pendekatan ini supervisor dan guru

bersama-sama untuk mengadopsi sikap eksperimental, mencoba prosedur baru

dan mempelajari efek dari masing-masing alat yang baru diperkenalkan untuk

perbaikan sampai hasil yang memuaskan yang dicapai. Sebuah asumsi yang

mendasari adalah bahwa efisiensi guru akan ditingkatkan melalui bimbingan

seorang supervisor yang akan menerjemahkan tujuan sekolah ke dalam istilah

yang guru beradaptasikan dengan kurikulum dalam terang masyarakat dan faktor

individu, menganalisis pengajaran, dan menilai kualitas pengajaran dan efisiensi

hasil.

2. Supervisi Saintifik sebagai Gambaran Hasil Penelitian dan Aplikasi

Metode Pemecahan Masalah

Pada tahun 1930, kesulitan memisahkan antara supervisi saintifik dengan

studi ilmiah secara jelas. Data yang dihasilkan dari penyelidikan awal -

eksperimental dan statistik- bertujuan menghasilkan pengetahuan tentang metode

optimal untuk digunakan oleh para guru dianggap tidak memadai. Dengan

pendekatan saintifik ini supervisor menjadi akrab dengan berbagai penelitian

pendidikan dan menggunakan pengetahuan ini dalam, pelatihan peningkatan

penilaian, dan guru. Disaat saat awal kemunculan pendekatan ilmiah dalam

supervisi pengajaran, apa yang dilakukan oleh supervisor dalam melaksanakan

supervisi pengajaran adalah: 1) Memanfaatkan hasil-hasil penelitian, 2.

Menggunakan prosedur sebagaimana prosedur pada pendekatan ilmiah. Dengan

demikian, apa yang harus dilakukan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi

pengajaran, sulit memisahkan antara supervisi pengajaran dengan penelitian

pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, pada saat ini konsep supervisi pengajaran

dengan menggunakan pendekatan ilmiah berubah. John Dewey mengemukakan

bahwa tujuan supervisi pengajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah

sebagai berikut. 1. Membantu mengembangkan kemampuan guru untuk

memecahkan permasalahan kelas secara ilmiah, 2. Dalam membantu

mengembangkan kemampuan guru untuk memecahkan problema kelas secara

ilmiah tersebut, tidak boleh terpengaruh faktor tradisi dan diaktifkan oleh semangat

inquiri/penyelidikan.

4

Page 5: supervisi scientivic dan artistik

Adapun kegiatan yang dilakukan oleh supervisor bersama-sama dengan guru

adalah melaksanakan eksperimentasi mengenai cara, prosedur-prosedur dan

metode-metode baru dalam mengajar dan melihat pengaruh cara-cara, prosedur-

prosedur dan metode-metode baru terhadap keefektifan pengajaran. Kegiatan

demikian dilakukan karena pendekatan ilmiah dalam supervisi pengajaran ini

dilandasi oleh suatu asumsi, bahwa suatu pengajaran akan meningkat efisiensinya

jika: 1) Supervisor mau membimbing guru menerjemahkan tujuan sekolah dengan

rumusan yang dapat dipahami oleh guru, 2) Supervisor mau membantu guru

menyesuaikan kurikulum dengan individual siswa dan lingkungan masyarakat

siswa, 3) Supervisor mau membantu guru menganalisis pengajaran, 4) Supervisor

mau menilai kualitas pengajaran guru, dan 5) Supervisor mau mengukur efisiensi

pengajaran yang dilakukan oleh guru.

3. Supervisi Saintifik Sebagai Ideologi Demokrasi

Supervisi saintifik dipandang sebagai ideologi demokrasi. Maksudnya setiap

penilaian atau judgment terhadap baik buruknya seorang guru dalam mengajar,

harus didasarkan pada penelitian dan analisis statistik yang ditemukan dalam

penelitian tindakan terhadap problem pengajaran yang dihadapi oleh guru. Intinya

supervisor dan guru harus mengumpulkan data yang cukup dan menarik

kesimpulan mengenai problem pengajaran yang dihadapi guru atas dasar data

yang dikumpulkan. Hal ini sebagai perwujudan terhadap ideologi demokrasi,

dimana seorang guru sangat dihargai keberadaannya, serta supervisor menilai

tidak atas dasar opini semata.

4. Akhir Penelitian Ilmiah oleh Supervisor Sekolah

Pada 1960-an supervisor tidak lagi terlibat dengan guru dalam penelitian

tindakan. Peneliti tindakan telah dikritik karena kurangnya metode kuantitatif dan

kegagalan mereka dalam memahami konsep masalah yang mereka ambil. The

Handbook of Research And Taching, yang diterbitkan pada tahun 1963

mengisyaratkan upaya untuk menempatkan penelitian tentang perilaku kelas ke

dalam kontak dengan ilmu perilaku. Kurangnya pengetahuan tentang variabel

pengajaran dan pencapaian prestasi siswa pada era sebelumnya telah nampak.

Sedikit yang diketahui tentang produktivitas praktis dan efek tak terduga dari

metode yang diberikan. Sebuah penelitian dasar untuk membimbing supervisor

masih kurang.

5

Page 6: supervisi scientivic dan artistik

Kesimpulan berikut oleh para ahli yang mengkaji beberapa hal yang perlu

diketahui supervisor:

1. Prosedur penilaian Guru.

2. Pengaruh Praktek Kelas,

3. Program Peningkatan Guru.

4. Karakteristik Guru.

5. Pengajar di Taman Kanak-Kanak.

6. Mengajar di Perguruan Tinggi.

7. Mengajar Membaca.

8. Mengajar Sains.

9. Mengajar Matematika.

10.Komposisi mengajar.

11.Mengajarkan Ilmu Sosial

12.Mengajar Seni Visual

13.Pengajaran Bahasa Asing.

Demikian ringkasan S. Barr dalam studi yang berkaitan dengan

pengukuran dan prediksi efektivitas guru menunjukkan hasil yang sengat

sedikit. Selama kurun waktu hampir 40 tahun diawali dengan pengalamannya

sebagai direktur supervisor di sekolah umum, Barr menerapkan pendekatan

ilmiah untuk sasaran mengajar. Di bawah arahannya, guru, supervisor, dan 75

calon doktor melakukan studi mengajar efektifitas. Hampir setiap aspek

dibayangkan kemampuan mengajar dan bukti efisiensi yang dieksplorasi: minat,

sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian. Barr bertanya,

"Apa kemajuan yang telah dibuat?" Jawabannya bahwa beberapa kemajuan

telah dibuat dalam menjelaskan masalah. Dia benar melihat bahwa masalah

yang perlu diklarifikasi sebelum semua orang lain adalah kriteria efektivitas

mengajar. Orang yang berbeda menggunakan kriteria yang berbeda dan

pendekatan untuk evaluasi guru.

4. Kemutakhiran Efektivitas Penelitian Guru

a. Teknologi Pengajaran Didasarkan Pada Pengajaran dan Teori Perilaku

Perilaku ilmuwan berpikir bahwa masalah instruksi yang efektif terbaik

dapat dipenuhi dengan menerapkan teori-teori psikologi pengajaran dan hasil

eksperimen yang melibatkan manipulasi terkontrol dari faktor-faktor tertentu.

6

Page 7: supervisi scientivic dan artistik

Lumsdaine menekankan perlunya eksperimen terkontrol yang menunjukkan

pengaruh faktor-faktor tertentu yang secara konsisten mempengaruhi hasil

dari instruksi.

Gagne menekankan gagasan bahwa pencapaian tujuan program

distruksional tergantung pada apakah atau tidak pelajar telah mencapai

prasyarat belajar untuk menjawab bahwa program ini dirancang untuk

mengajar. Oleh karena itu, guru harus memutuskan tujuan akhir dan

menentukan keterampilan yang diperlukan untuk kemajuan yang lancar ke

sub tujuan, mengingat metode dan material yang akan digunakan. Mengetahui

komponen urutan logis dan hierarki dan penggunaan urutan ini dalam

mempersiapkan tes diagnostik untuk menilai peserta didik 'persiapan

menawarkan kemungkinan yang cukup besar untuk meningkatkan instruksi.

JB Carroll menyajikan model konseptual dari proses pengajaran yang

mengusulkan bahwa keberhasilan belajar adalah fungsi dari lima elemen atau

faktor:

1. Bakat - karakteristik dasar yang mempengaruhi waktu secara berurutan

untuk satu untuk mencapai penguasaan tugas

2. Kecerdasan - kemampuan untuk memahami tugas yang akan dipelajari

dan prosedur yang harus diikuti dalam belajar tugas

3. Ketekunan - jumlah waktu selama pengukur dalam pengajaran aktif tugas

4. Kualitas pengajaran - sejauh mana unsur-unsur dari tugas disajikan

dengan baik, menjelaskan, dan memerintahkan

5. Kesempatan belajar - jumlah waktu yang diberikan untuk belajar tercermin

dalam perilaku pengajaran yang berkaitan terhadap kesempatan dan

fasilitas yang tersedia untuk siswa.

b. Paradigma Proses – Produk

Gage NL adalah orang yang mendukung pendekatan dimana peneliti

mencari proses mengajar (perilaku dan karakteristik guru) yang memungkinkan

dan menyebabkan sikap dan prestasi siswa. Pendekatan ini mirip dengan yang

diikuti oleh AS Barr dan lainnya di era sebelum kriteria studi efektivitas. Seperti

yang dinyatakan sebelumnya, pendekatan ini dilakukan di masa lalu gagal

menghasilkan simpulan pengetahuan. Gage melihat beberapa cara untuk

mengatasi kegagalan ini dan berpendapat bahwa pendekatan akan memimpin

7

Page 8: supervisi scientivic dan artistik

logika dasar ilmiah untuk pengajaran. Dia tidak mencari ilmu mengajar

sehingga berkelanjutan dengan mengikuti hukum yang prediktabilitas dari hasil

dan kontrol. Sebaliknya, ia bertujuan untuk menemukan secara ilmiah yang

memungkinkan guru mengetahui bahwa perilaku guru tertentu cenderung

memiliki dampak pada apa yang pelajari siswa.

Dengan menguji signifikansi hasil gabungan melalui metode Estima dari

"nonchanceness atau ketidakberkesempatan" dari sejumlah temuan

independen terkait dengan variabel proses. Gage telah mampu menemukan

efek yang bertopeng dalam isolasi. Teknik situasional bertujuan untuk

mengatasi kegagalan untuk menemukan korelasi signifikan karena ukuran

sampel yang kecil. Setelah memilah beberapa ratus variabel dalam perilaku

guru, Gage mengembangkan seperangkat kesimpulan sebagai logika

bagaimana ketiga guru kelas harus bekerja jika mereka ingin memaksimalkan

prestasi dalam keterampilan dasar. Sebagian besar panggilan untuk waktu

belajar akademik :

Menetapkan peraturan kelas yang memungkinkan siswa untuk hadir untuk

kebutuhan pribadi dan prosedural tanpa harus memeriksa dengan guru

Bergerak di sekitar ruang, memantau tempat belajar siswa dan hadir

dalam proses belajar mengajar.

Ketika siswa bekerja secara mandiri, memastikan bahwa tugas yang

menarik dan berharga, serta siswa dapat menyelesaikan tugas tersebut

tanpa arahan guru.

Luangkan sedikit waktu dalam memberikan arahan dan mengatur kelas.

Menyerukan kepada anak dengan nama sebelum mengajukan

pertanyaan untuk memastikan bahwa semua memiliki kesempatan untuk

menanggapi.

Medley DM mengklaim telah mengatasi keterbatasan lain dari proses

penelitian produk dengan meringkas hasil penelitian perilaku guru siswa yang

digunakan setelah beberapa bulan diinstruksi sebagai kriteria keefektifan.

Medley menyimpulkan bahwa tiga jenis perilaku guru berikut memiliki

efektivitas hubungan yang cukup kuat agar mereka dapat di andalkan:

Lingkungan belajar - guru yang efektif memiliki kelas yang tertib dan

psikologis mendukung.

8

Page 9: supervisi scientivic dan artistik

Penggunaan waktu siswa - guru yang efektif mencurahkan lebih banyak

waktu untuk kegiatan akademik dengan kelas yang diselenggarakan

minimal satu kelompok besar.

Metode instruksi - bertentangan dengan pendapat umum, guru yang

menggunakan tingkat pertanyaan dan siswa yang memulai pertanyaan

lebih sedikit dan mendapatkan umpan balik kurang akan memunculkan

rasa ingin tahu yang lebih besar dalam proses belajar

c. Dampak Penelitian Proses Produk Pada Supervisi

Dampak dari penelitian ini proses-produk telah besar. Supervisors

sekarang menekankan program pengembangan staf bertujuan untuk

mendapatkan guru untuk menerapkan metode yang disebut "instruksi

langsung," metode dari temuan penelitian tentang pentingnya jumlah kelas

yang diarahkan guru akademis menjadi terfokus. Penelitian tindakan telah

diperkenalkan kembali sebagai cara untuk menyadarkan guru untuk pentingnya

waktu bicara. Dalam lokakaryanya untuk supervisor, Madeline Hunter,

misalnya, telah mempengaruhi perkembangan staf dalam arah indikasi yang

jelas dari tujuan pengajaran, pola kerja yang diharapkan, tugas mengkritik -

yang semuanya mewakili proaktif ketimbang reaktif perilaku guru ."resepnya

untuk guru sebagai berikut

1. Diagnosis - Mengidentifikasi tujuan utama dan status belajar dalam

kaitannya dengan tujuan ini.

2. Tujuan khusus - Berdasarkan diagnosis, pilih tujuan secara spesifik untuk

instruksi harian kelompok tertentu.

3. Mengantisipasi set - Fokus perhatian peserta didik', berikan praktek singkat

pada pengajaran terkait sebelumnya dicapai, dan mengembangkan

kesiapan untuk instruksi yang akan mengikuti.

4. Dirasakan tujuan - Menginformasikan peserta didik dari tujuan,

mengindikasikan mengapa prestasi penting dan relevan untuk hadir

5. Kesempatan belajar - Pilih kesempatan belajar yang menjanjikan untuk

membantu peserta didik mencapai tujuan.

6. Pemodelan - Menyediakan baik contoh visual kemudian memberikan

deskripsi.

9

Page 10: supervisi scientivic dan artistik

7. Periksa JOT pemahaman - Periksa kepemilikan peserta didik 'dari

informasi penting dan keterampilan.

8. Dipandu praktek - Edarkan di antara para siswa untuk melihat bahwa

mereka dapat melakukan dengan sukses sebelum diminta untuk berlatih

secara mandiri.

9. Praktek mandiri - Setelah peserta didik dapat melakukan tanpa kesalahan

besar, mereka harus diberi kesempatan untuk mempraktekkan

keterampilan baru atau proses dengan sedikit atau tanpa pengarahan

guru.

5. Masa Depan Supervisi Saintifik

Pandangan dalam supervisor Ilmiah sampai batas tertentu saat ini masih

relevan untuk diterapkan. Pandangan bahwa guru harus memiliki pedoman

yang baku dalam mengajar, perlu juga dipertimbangkan. Demikian pula

pendapat bahwa guru harus dibiasakan melakukan penelitian untuk

memecahkan problem mengajarnya secara ilmiah, dapat pula diadopsi.

Pandangan terakhir tentunya harus menjadi landasan sikap supervisor, di

mana ia harus mengacu pada data yang cukup untuk menilai dan membina

guru.

a. Keterbatasan Pendekatan Saintifik Untuk Efektivitas Pengajaran

Penelitian ilmiah masa depan menjadi supervisi mungkin akan mengikuti

arah penelitian sosial pada umumnya. "Ini berarti bahwa supervisor ilmiah akan

dipandang sebagai satu di antara beberapa metode analisis untuk

meningkatkan instruksi Bentuk lain dari informasi dan analisis, didaerah,

termasuk pengetahuan biasa. supervisor dan guru, mungkin lebih efektif

daripada hasil penyelidikan ilmiah pengetahuan yang biasa tidak dimenangkan

oleh metode ilmu pengetahuan tetapi dengan akal sehat, empirisme, dan

spekulasi bijaksana.. pengetahuan tersebut sangat keliru, tetapi,

bagaimanapun, pengetahuan untuk siapa saja yang mengambil itu adalah

dasar untuk bertindak.

b. Keterbatasan Kontribusi Penelitian Untuk Meningkatkan Pengajaran

Penelitian telah dibatasi dalam kontribusinya terhadap praktik mengajar

untuk sejumlah alasan:

10

Page 11: supervisi scientivic dan artistik

1. Jumlah proposisi yang dihasilkan oleh pendekatan ilmiah kecil dibandingkan

dengan penilaian dan pedoman yang digunakan dalam mengajar.

2. Peneliti pengajaran memperbaiki pengetahuan biasa lebih dari yang mereka

menciptakan pengetahuan baru. 'Variabel baru ditemukan dapat berubah

dari waktu-tugas pada-, prasyarat untuk belajar, kesempatan siswa untuk

berpartisipasi, lingkungan rumah, guru para peneliti sikap terhadap anak-

anak, dan umpan balik korektif prosedur telah beredar sebagai bagian guru

dan supervisor' pengetahuan biasa untuk generasi.

3. Peneliti memperbaiki pengetahuan dalam mode yang sangat selektif. Hanya

beberapa proposisi dari pengetahuan biasa diuji oleh para peneliti, dan dari

jumlah ini hanya sedikit yang diberikan tingkat tinggi verifikasi.

4. Ada sedikit harapan bahwa penelitian akan membawa keotoritatifan untuk

supervisor. Penelitian ini tidak mencakup daerah seluruh masalah kelas.

Juga, banyak temuan ilmiah akan ditolak dengan alasan lain - ekonomi

politik. Selanjutnya, guru dan supervisor tidak akan setuju bahwa temuan

apapun cukup mapan untuk melayani sebagai kata akhir dari otoritas.

Pengetahuan yang paling otoritatif adalah yang telah dikonfirmasi oleh

penelitian dan sesuai dengan pengetahuan biasa guru.

5. Temuan ilmiah mengenai efektivitas pengajaran yang berbeda. Bila ada

pandangan berbeda - pujian dan kritik guru, ukuran kelas, struktur terbuka,

nilai bor, pilihan siswa, metode bersamaan dibandingkan transferensi dalam

pendidikan bilingual - maka supervisor dan guru mengambil hanya

pandangan yang konsisten dengan pengetahuan biasa mereka sebagai

otoritatif dan bertindak di atasnya. Pandangan lain ditolak dan dianggap

sebagai salah didefinisikan atau desain penelitian dan sampel dikatakan

rusak.

c. Pilihan Arah Dalam Pendekatan Saintifik

Mengingat kurangnya keotoritatifan metode penelitian tentang

pendidikan, dan pengajaran yang efektif, bagaimana seharusnya itu

diarahkan? Salah satu pilihan adalah bagi para peneliti untuk meninggalkan

mencari solusi praktis untuk didefinisikan dengan baik masalah dan bukannya

memperhatikan fungsi yang menyenangkan pencerahan fundamental dari

11

Page 12: supervisi scientivic dan artistik

pikiran yang dicapai oleh orang-orang seperti Dewey, Piaget, Chomsky, dan

Freud.

Sebuah arah opsional kedua adalah bagi para peneliti untuk kembali ke

praktek awal penelitian tindakan dan membatasi diri untuk pertanyaan yang

sangat selektif, tetapi terbatas yang penting bagi komunitas lokal. Argumen

untuk arah ini adalah bahwa masalah pengajaran memerlukan berbagai

pandangan dan peserta, bukan hanya pemecahan masalah. Masalah interaktif

pemecahan dari penelitian tindakan adalah sebuah alternatif untuk

memecahkan masalah, pemahaman, pemikiran, atau analisis dari sudut

pandang sumber pengetahuan tertentu. Para peneliti menggunakan bentuk

interaksi manusia untuk tujuan mengurangi masalah memiliki keuntungan

menerapkan pengetahuan serta menemukannya.

Cara ketiga adalah untuk mengejar cita-cita eksperimen obyektif pada

anak-anak, mencoba untuk mengubah mereka dengan proses tersebut.

Upaya tersebut untuk meningkatkan ilmu pedagogi akan sulit karena

melibatkan keterbelitan dengan pertanyaan dari kedua ujungnya dan sarana.

Ilmu-ilmu dari pedagogi yang mana menarik, terutama psikologi, seringkali

membatasi pertanyaan yang dilakukan.

Cara keempat adalah untuk meningkatkan pengajaran melalui pencari

fakta penelitian, menambah pengetahuan tentang masalah mengajar: yang

merupakan berprestasi, non-berprestasi, di mana mereka, dan apa yang

mereka miliki. Meskipun pelaporan tampak tidak signifikan dibandingkan

dengan dimensi lain aksesi dari usaha ilmiah, peneliti memiliki tingkat

keberhasilan yang lebih tinggi dalam kegiatan ini daripada dalam mencapai

generalisasi ilmiah. Selanjutnya, ditemukan fakta-fakta yang dapat

berkontribusi untuk memecahkan masalah pengajaran.

C. PENDEKATAN ARTISTIK DALAM SUPERVISI PENGAJARAN

Salah satu ironi dalam pendidikan kontemporer adalah bahwa meskipun

mengajar seringkali dianggap sebagai sebuah seni atau sebuah kerajinan, tetapi

mengajar seringkali dipelajari seolah-seolah mengajar itu adalah sains. Hampir

semua guru akan mengatakan bahwa mengajar itu jauh dari ilmiah. Tetapi

penelitian pengajaran dan pelaksanaan supervisi, pada umumnya, telah dilakukan

dengan menggunakan metode dan asumsi ilmiah. Apabila seseorang mengatakan

12

Page 13: supervisi scientivic dan artistik

“Dia Punya Ilmu Pengetahuan,” hal tersebut berarti bahwa seseorang tersebut telah

menguasai prosedur yang bisa dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan hasil

yang diinginkan dari waktu ke waktu. Untuk melakukannya secara ilmiah berarti

melakukannya dengan rutinitas yang bisa diprediksi, bisa mencapai target setiap

waktu. Apabila seseorang mengatakan “canggih”, hal itu berarti bahwa praktek atau

implikasi lapangan belum lagi bersifat ilmiah, melainkan hanya sebuah seni, dan

seiring berjalannya waktu keilmiahannya akan muncul.

Seni pada kontek ini bersifat kurang dapat diandalkan dan tidak dipahami

secara penuh. Arti dari istilah sain dan seni itu tidak cukup memadai untuk

mengkarakteristikan sain maupun seni. Istilah tersebut hanya merupakan indikasi

cara orang berpikir mengenai sain dan seni dalam konteks pendidikan dan

penelitian pendidikan. Implikasi dari makna konotasi tersebut penting untuk

mengungkapkan aspirasi tersirat dan hal tersebut juga penting bagi asosiasi

supervisi pengajaran dari praktik yang dilandasi seni ke praktik yang dilandaskan

sain. Hubungan antara supervisor dengan guru bersifat hirarki dan hirarki adalah

hal yang tak pernah absen dari kehidupan manusia. Dalam konteks hubungan

supervisor dan yang disupervisi terlihat bahwa supervisor mempunyai hak untuk

mengatakan kepada yang disupervisi bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan.

Percakapan atau pertukaran pikiran antara keduanya untuk meningkatkan

pengalaman dibidang pendidikan cenderung hilang.

1. Kesalahan-Kesalahan Dalam Supervisi Saintifik

Beberapa masalah telah tercipta karena memperlakukakn pengajaran

secara ilmiah dan karena mengimplikasikan supervisi sebagai manajemen ilmiah

pengajaran. Beberapa dari masalah tersebut adalah:

a. Kesalahan Perhitungan

Kesalahan perhitungan yang dilakukan dengan cara berusaha mempelajari

pengajaran menggunakan prosedur yang menyiratkan atau mengasumsikan bahwa

kejadian dalam tingkah laku pengajaran tertentu – struktur, pemberian contoh,

penguatan negative dan positif dan yang lainnya – semua mempunyai bobot

pedagogis yang sama dan bisa ditambahkan untuk mengamankan indek dari

kualitas mengajar.

Contohnya, lebih banyak siswa yang berinisiatif untuk bertanya lebih bagus

daripada guru yang berinisiatif bertanya; percakapan tak langsung lebih baik

13

Page 14: supervisi scientivic dan artistik

daripada percakapan langsung. Apa yang diabaikan disini adalah kualitas interaksi

itu sendiri. Diskusi tidak selalu lebih baik daripada ceramah. Diskusi yang diikuti

oleh terlalu banyak siswa adalah sesuatu yang konyol sehingga metode ceramah

adalah brilian. Hal yang sebaliknya bisa juga terjadi. Hanya mencatat kejadian-

kajadian dan kemudian menambahkan skor tidaklah cukup, yang lebih buruk lagi

cara pengapresian yang salah terjadi dalam kelas tersebut.

b. Kesalahan Komposisi

Masih berkaitan dengan kesalahan perhitungan adalah kesalahan komposisi

yang berarti keseluruhan itu sama dengan jumlah total dari bagian-bagian. Hal ini

dilakukan ketika kualitas pengajaran ditentukan dengan cara menghitung frekuensi

tingkah laku guru pada sebuah variable dan kemudian menambahkan jumlah skor

yang diperoleh dari variable yang lain. Metode ini menilai kualitas mengajar

berdasarkan ada dan tidak adanya karakteristik yang berbeda. Karenanya, satu

observasi guru berisi 14 variabel karakteristik. Masing-masing variable berisi 4

sampai 7 sub variable. Tiga orang observer menilai guru tersebut berdasarkan sub

variable dengan menggunakan skala nilai 7. nilai dari masing-masing sub variable

kemudian ditambahkan ke masing-masing variable dan nilai total muncul untuk

masing-masing dari ke 7 variabel utama tersebut. Pengajaran yang sangat bagus

seharusnya ditunjukan oleh nilai yang tinggi pada ke 7 variable utama.

Tetapi bagaimana jika seorang guru sangat bagus pada 3 variabel tetapi

lemah di 4 variabel lainnya? Tidak mungkinkah kesempurnaan dari ketiga variable

tersebut mengalahkan ke 4 variabel yang lain? Tuhan tidak pernah menciptakan

sesuatu tanpa ada kelemahannya. Seseorang tidak bisa begitu saja menambahkan

nilai semua bagian untuk mendapatkan jumlah total. Keseluruhan itu kadang-

kadang bernilai lebih dan kadang-kadang bernilai kurang dari jumlah total bagian-

bagiannya.

c. Kesalahan Konkretisasi

Kesalahan konkretisasi ini merupakan hasil dari tingkah laku yang

berpendapat bahwa hal utama dalam observasi adalah manifestasi tingkah laku

siswa. Di sini jelas bahwa bebrapa orang yang mempelajari pengajaran atau yang

men supervisi merupakan pembaca yang bonafide. Tingkah lakku adalah hal utama

dalam observasi, tetapi tingkah laku bukanlah satu-satunya hal utama atau yang

paling penting. Ketika kita mengobseravsi siswa atau guru kita tidak ahanya melihat

14

Page 15: supervisi scientivic dan artistik

tingkah laku yang mereka tunjukkan tetapi juga arti dari tingkahlaku tersebut dan

kualitas pengalaman mereka. Bahkan istilah tingkah laku di sini menjadi salah

kaprah, karena istilah tersebut menyatakan bahwa tindakan seseorang hanyalah

merupakan gerakan badan, padahal seharusnya padahal tingkahlaku merupakan

kegiatan karena adanya motivasi, tujuan dan aspirasi dan merupakan cerminan

dari banyak hal. Manifestasi tingkahlaku adalah, pada umumnya, sebuah petunjuk

yang mana dari petunjuk tersebut kita dapat membangun arti secara imajinatif.

Memahami apa yang kita temui memberikan lebih banyak arti daripada hanya

mencatat kejadiannya. Karenanya, kesalahan kekongkritan menyebabkan

mengabaikan apa yang tidak bisa kita lihat.

d. Kesalahan Urus

Kesalahan urus adalah masalah yang muncul pada penggunaan pendekatan

ilmiah untuk mengajari pengajaran dan melakukan supervisi. Hal ini dikarenakan

kecenderungan untuk mengabaikan proses kehidupan pendidikan pada saat

proses tersebut diperlihatkan di kelas dan di sekolah. Selama bertahun-tahun

paradigma penelitian ilmu pengetahuan sosial dalam praktek pendidikan adalah

eksperimen klasik. Yang dicari adalah pengisolasian variabel yang membuat

perbedaan signifikan pada hasil siswa. Untuk dapat menemukan variabel ini dan

menentukan kontribusi variabel tersebut terhadap belajar mengajar dianggap

sebagai metode yang paling berat.

2. Pendekatan Supervisi Artistik dalam Pengajaran

Pada bagian sebelumnya dari tulisan ini telah digambarkan tentang konteks

dimana pendekatan superivisi dapat diterapkan. Saya telah melakukan ini karena

kontras diperlukan untuk melihat perbedaan Supervisi artistik adalah sebuah

pendekatan supervisi yang terletak pada sensitivitas, persepsi, dan pengetahuan

supervisor sebagai sebuah cara mengapresiasikan kejadian-kejadian yang terjadi

di ruang kelas dan yang mengeksploitasi potensi bahasa yang puitis, ekpresif dan

metaforis untuk menyampaikan pada guru juga pada orang lain yang keputusannya

mempengaruhi apa yang terjadi di sekolah mengenai apa yang telah diobservasi.

pendekatan supervisi seperti ini, manusia merupakan instrumen untuk mengetahui

apa yang sebenarnya tengah terjadi. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan

kualitas pendidikan di sekolah.

15

Page 16: supervisi scientivic dan artistik

Definisi kedua dari kata artistik diselaraskan dengan music. Seorang

pendengar musik yang baik bukan hanya mendengar tetapi menyimak music

tersebut. Demikian juga dengan kerja seorang supervisor, ketika melihat seorang

guru mengajar, ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama adalah yang

berkaitan dengan karakter dan kualitas pengajaran sebagai suatu keseluruhan dan

juga berbagai macam bagian yang ada didalamnya. Hal kedua adalah bahwa

setiap guru mempunyai gaya dan kekuatan mereka sendiri. Seorang supervisor

yang berorientasi artistik mampu mengenali gaya tersebut dan akan membantu

guru tersebut mengembangkan gaya tersebut ke arah yang positif.

Sayangnya kunjungan supervisor yang hanya 40 menit hanyalah cukup

untuk mengindentifikasi masalah pengajaran. Terlebih lagi, aspek pengajaran yang

harus dimodifikasi bisa saja merupakan kebiasaan dan kebutuhan sehingga

feedback sederhana tidaklah cukup untuk mengubah hal tersebut. Kebiasaan guru

tidak akan berubah hanya dengan sebuah paragrap atau dua rekomendasi yang

diberikan oleh supervisor. Untuk melakukan perubahan kebiasaan tersebut

diperlukan perhatian dan dukungan yang besar. Di sisi apresiatif, pendekatan

artisitik pada supervisi mempunyai dua tujuan dalam menilai kinerja, yaitu

pendekatan ini mengapresiasi kualitas kinerja secara keseluruhan dan pendekatan

ini juga akan mengapresiasi karakter pengajaran yang berbeda.

3. Kandungan atau Isi Dalam Persepsi

Dalam supervisi ada hal-hal yang mudah untuk dilihat seperti prosentase

kalimat yang diucapkan oleh guru yang kemudian dibandingkan dengan kalimat

yang diucapkan oleh siswa. Kalimat-kalimat yang diucapkan secara tidak lengkap

juga bisa dihitung. Tetapi dalam pendekatan artistik yang akan lebih dilihat adalah

hal-hal seperti karakter ekspresif yang sedang dilakukan oleh guru dan siswa,

pesan yang terkandung dalam aksi-aksi yang mereka lakukan di kelas. Pendekatan

artistik akan berusaha memahami pengalaman apa yang diperoleh guru dan siswa,

bukan hanya menghitung jumlah atau menggambarkan tingkah laku yang mereka

lakukan. Bagaimana sebuah situasi memberi arti pada orang-orang di dalamnya

dan bagaimana aksi-aksi yang ada pada situasi tersebut menciptakan arti bagi

orang-orang di dalamnya adalah hal-hal yang dipelajari pada pendekatan artistik

pada supervisi.

16

Page 17: supervisi scientivic dan artistik

Pada sisi apresiatif supervisi, apresiasi bisa diberikan secara pribadi, tidak

harus dilakukan di depan publik. Tetapi karena hal tersebut akan berguna bagi

yang lainnya jika dapat dibagi kepada publik. Sisi yang lain adalah sisi kritik

membangun. Kritik yang dimaksud disini adalah kritik seperti kritik film, kritik seni,

kritik musik dan juga kritik drama. Kritik tersebut akan berguna bagi guru dan yang

lainnya. Mengenai kritik Dewey mengatakan “ the end result criticism is the

reeducation of the perception of the work of art.” Adapun fungsi dari kritikan

menurut penulis adalah membantu mengapresiasi apa yang sudah terjadi.

Supervisor dapat melakukan hal ini dengan cara mengembangkan kemampuan

memberikan apresiasi karena dalam proses tersebut juga terkandung proses

pemberian kritik. Cara kedua adalah kemampuan menyampaikan kepada yang lain

dengan menggunakan bahasa yang ekspresif dan artistik mengenai apa yang

sudah terjadi.

Lalu bagaimana dengan krtitik pendidikan? Nilai pendidikan bisa disimpulkan

dari suasana yang tercermin dari kelas tersebut, hubungan antara guru dan siswa

dan juga karakter tugas yang diberikan. Kemampuan melihat situasi sangat penting

bagi seorang supervisor. Salah satu peran supervisor adalah membuat orang-

orang bisa menangkap aspek situasi yang seringkali tidak diapresiasi. Sifat

kekeluargaan dan kebiasaan yang biasanya memberikan respon secara otomatis

dan yang memberikan kontribusi terhadap tindakan yang efisien biasanya akan

membuat seseorang tidak melihat satu karakter yang sangat penting. Berapa dari

kita yang telah mengajar selama sepuluh atau duapuluh tahun yang mengetahui

apa yang tidak lihat pada kelas kita sendiri? Sama pentingnya adalah dengan

kemampuan untuk menggambarkan kemampuan untuk menterjemahkan akan

yang telah dilihat dan menilai nilai pendidikannya.

Apa yang dapat dikatakan demikian tentang karakteristik dari pendekatan

supervisi artistik? Apa yang dikatakan mengenai karakteristik dari pendekatan

supervisi artistik? Apa saja yang merupakan fitur penting dari supervise artistik?

Sebuah proses mengadaptasi teori ke dalam apa yang sudah dilihat dan

gambarkan. Delapan fitur penting dari pendekatran supervise artistik tersebut

adalah:

17

Page 18: supervisi scientivic dan artistik

1. Pendekatan artistik supervisi memerlukan perhatian baik untuk kejadian yang

berekspresi maupun yang tak berekspresi, bukan hanya menilai kehadirannya

atau arti harafiahnya.

2. Pendekatan artistik supervisi memerlukan pendidikan tingkat tinggi,

kemampuan untuk melihat apa yang penting walaupun hanya sedikit.

3. Pendekatan artistik supervisi mengapresiasi kontribusi guru untuk

perkembangan pendidikan anak yang sifatnya unik, maupun kontribusi seorang

guru yang sama dengan kontribusi guru yang lain.

4. Pendekatan artisitk supervisi membutUhkan perhatian yang diberikan kepada

proses suasana kelas dan proses ini diobservasi dalam jangka waktu yang

lama sehingga hal-hal yang penting bisa diletakkan secara berurutan.

5. Pendekatan artistik supervisi memerlukan hubungan baik yang dibangun

antara supervisor dan yang disupervisi sehingga percakapan dan juga rasa

percaya bisa dibangun diantara keduanya.

6. Pendekatan artistik memerlukan kemampuan untuk menggunakan bahasa

sedemikian rupa sehingga bahasa tersebut dapat digunakan untuk

mengekspresikan karakter yang telah dilihat.

7. Pendekatan artistik supervisi memerlukan kemampuan untuk memahami arti

kejadian-kejadian yang terjadi pada mereka yang mengalami kejadian tersebut

dan bisa mengapresiasi sisi kependidikannya.

8. Pendekatan artistik supervisi dapat menerima fakta bahwa supervisor individu

dengan segala kelebihannya, kesensitifannya dan pengalamannya merupakan

instrumen utama, yang dengan instrumen tersebut situasi pendidikan dapat

diterima dan arti pendidikan dapat dipahami.

D. APLIKASI PENDEKATAN SAINTIFIK DAN ARTISTIK DALAM SUPERVISI

PENGAJARAN

Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain, bekerja dengan orang

lain, bekerja melalui orang lain, dalam hubungan bekerja dengan orang lain

dengan harapan agar perilaku belajar siswa menjadi semakin meningkat. Kedua

pendekatan ini tentu saja sama-sama dapat diaplikasikan dalam proses

pelaksanaan supervise pengajaran. Tentu saja ada hal-hal mendasar yang berbeda

bila akan menerapkan diantara salah satu pendekatan supervise. Perbedaan itu

tentu seperti yang telah dibahas di atas dalam makalah ini, mulai dari perencanaan,

18

Page 19: supervisi scientivic dan artistik

dan pelaksanaannya. Dengan demikian seorang supervisor harus mengetahui

kaidah-kaidah bila akan menggunakan suatu pendekatan dalam melakukan

supervisi pengajaran.

Tugas utama supervisi pengajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah

adalah membantu guru dalam menyeleksi metode-metode mengajar dan

memperbaharui kemampuan guru-guru dalam mengajarnya. Dalam membantu

guru menyeleksi metode mengajar, supervisor terlebih dahulu harus dapat

menemukan prosedur mengajar yang paling baik, penampilan mengajar yang

paling baik. Baru setelah menemukan sendiri, ia akan dapat membantu guru

menemukan metode-metode yang dapat menjamin keberhasilan siswa yang diajar

secara maksimal. Dalam membina guru-guru, supervisor terlebih dahulu

mengidentifikasi kekurangan-kekurangan mengajar guru, melalui pengukuran

pengetahuan guru tentang materi pelajaran, pengukuran pengetahuan guru tentang

metodologi pengajaran dan pengukuran pengetahuan guru tentang proses

pengajaran.

Supervisor yang mengembangkan model artistik akan menampak dirinya

dalam relasi dengan guru-guru yang dibimbing sedemikian baiknya sehingga para

guru merasa diterima. Adanya sikap seperti mau belajar mendengarkan perasaan

orang lain, mengerti orang lain dengan problema-problema yang dikemukakan,

menerima orang lain sebagaimana adanya, sehingga menjadi dirinya sendiri.

Sebagaimana dikemukakan, Sergiovanni beberapa ciri yang khas model supervisi

artistik, antara lain: 1) Supervisi artistik memerlukan perhatian agar lebih banyak

mendengarkan daripada banyak berbicara. 2) Supervisi artistik memerlukan tingkat

pengetahuan yang cukup/keahlian khusus, untuk memahami apa yang dibutuhkan

seseorang yang sesuai dengan harapannya. 3) Supervisi artistik mengutamakan

sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan

bagi generasi muda. 4) Model artistik, menuntut untuk memberi perhatian lebih

banyak terhadap proses kehidupan kelas dan proses yang diobservasi sepanjang

waktu tertentu, sehingga diperoleh peristiwa-peristiwa yang signifikan yang dapat

ditempatkan dalam konteks waktu tertentu.

19

Page 20: supervisi scientivic dan artistik

DAFTAR PUSTAKA

Eisner, Elliot W. 1982. An Artistic Approach to Supervision, Dalam Thomas J.

Sergiovanni, 1982. Supervision of Teaching. Washington: ASCD.

Mantja. 2000. Bahan Ajar Model Pembinaan/Supervisi Pengajaran. Malang:

Program Pasca Sarjana.

McNeil, John D. 1982. A Scientific Approach to Supervision. Dalam Thomas J.

Sergiovanni, 1982. Supervision of Teaching. Washington: ASCD.

20

Page 21: supervisi scientivic dan artistik

TUGAS KELOMPOK

PENDEKATAN SAINTIFIK DAN ARTISTIK DALAM SUPERVISI PENGAJARAN

Diajukan dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Model Pembinaan dan Supervisi Pengajaran

OlehRetnaning Tyas NIM. 120132639642Hermanto NIM. 120132639643

UNIVERSITAS NEGERI MALANGPROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN Oktober 2012

21