Summary tambang
-
Upload
dicky-dwi-wibowo -
Category
Documents
-
view
171 -
download
14
description
Transcript of Summary tambang
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki deposit berbagai jenis bahan tambang yang cukup melimpah
yang harus dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan perekonomian nasional
ataupun daerah. Kegiatan penambangan sering dikonotasikan sebagai salah satu kegiatan
yang merusak lingkungan. Selain itu, kegiatan penambangan juga sering menimbulkan
konflik diakibatkan tumpang tindih kepentingan penggunaan lahan. Hal itu dapat terjadi
apabila kegiatan penambangan tidak dikelola dengan baik dan benar.
Setiap kegiatan penambangan pasti akan menimbulkan dampak lingkungan, baik
bersifat positif maupun bersifat negatif. Dampak yang bersifat positif perlu dikembangkan,
sedangkan dampak yang bersifat negatif harus dihilangkan atau ditekan sekecil mungkin.
Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, maka kegiatan penambangan harus dikelola
dengan baik sejak awal hingga akhir kegiatan. Kegiatan penambangan yang tidak
berwawasan atau tidak mempertimbangkan keseimbangan dan daya dukung lingkungan,
serta tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan,
sehingga seharusnya kegiatan penambangan akan memperoleh manfaat malah akan
merugikan.
Dinamika pembangunan Jawa Timur berkembang sangat pesat seiring dengan
perencanaan strategis yang menjadikan wilayah Gerbangkartasusila (yaitu meliputi
kabupaten / kota : Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Malang – Sidoarjo – Lamongan)
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, industri dan perdagangan. Pembangunan di Jawa
Timur ini membutuhkan dukungan ketersediaan sarana dan prasarana, serta fasilitas.
Salah satu pendukung bagi terlaksananya kegiatan pembangunan sarana fisik di Jawa
Timur adalah ketersediaan bahan baku bangunan, diantaranya adalah Pasir.
Material Pasir merupakan bahan baku utama dalam pekerjaan konstruksi skala
kecil hingga pekerjaan berskala besar. Kebutuhan akan bahan baku / material bangunan
terutama Pasir semakin meningkat seiring dengan perkembangan pembangunan saranan
dan prasarana / infrastruktur, sedangkan suplay material sertu sering mengalami
hambatan karena terkendala oleh sarana transportasi (jarak), jumlah armada dan jumlah
stok Pasir. Kondisi ini membuka peluang bagi pengusaha tambang Pasir di Jawa Timur
untuk ikut berperan serta didalam pembangunan daerah.
1
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
Dari aspek geologis, provinsi Jawa Timur memiliki kekayaan sumber daya alam
yang sangat beragam, mulai dari galian yang bersifat strategis (Golongan-A, seperti :
minyak bumi, bitumen cair/padat, gas alam, aspal, batubara, nikel, kobalt dan timah),
bersifat vital (Golongan-B, seperti : besi, mangaan, krom, tembaga, timbal, seng, emas,
perak, zirkon, kristal kwarsa, barit, yodium, belerang) dan golongan lain (Golongan-C,
seperti : nitrat, magnesium, mika, batu permata, Pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gipsum,
bentonit, batu apung, tras, tanah diatome, marmer, batu tulis, batu kapur, dolomit, kalsit,
granit, andesit, basal, Pasir dan Pasir).
Kabupaten Pasuruan termasuk dalam kelompok zona pertambangan bahan galian
batuan, dimana keberadaan material dijumpai dalam jumlah cadangan yang besar.
Wilayah yang diindikasikan berpotensi sebagai lokasi penambangan Pasir adalah disekitar
lereng komplek Gunungapi Arjuno-Welirang (dibagian barat Kabupaten Pasuruan), dan
lereng G. Bromo (dibagian tenggara Kabupaten Pasuruan); yaitu pada daerah-daerah
dijumpainya endapan lahar, lava dan batuan intrusif.
Untuk mengetahui layak tidaknya cadangan bahan galian Pasir tersebut untuk
ditambang maka diperlukan suatu studi atau kajian terhadap faktor-faktor teknis yang
berpengaruh didalam pengusahaan bahan galian Pasir dengan mempertimbangkan
berbagai hal. Dengan adanya suatu studi maka akan didapatkan suatu gambaran tentang
layak tidaknya deposit tersebut untuk diusahakan secara teknis maupun ekonomis pada
situasi dan kondisi saat ini.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dilakukannya studi ini adalah untuk mengetahui keberadaan, sebaran dan
potensi bahan galian Pasir serta mengidentifikasi faktor-faktor teknis apa saja yang terkait
dengan kegiatan penambangan untuk pengambilan bahan galian Batuan di Desa Kedung
Banteng, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai kondisi
lokasi tambang, potensi Pasir dan data teknis terkait dengan pengusahaan Pasir pada
lokasi tersebut.
1.3 Metode Kegiatan
StudiKelayakan penambangan bahan galian Pasir di Desa Kedung Banteng,
Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan ini dilakukan dengan melalui tahap kegiatan
sebagai berikut :
2
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
Penyelidikan Umum
a. Studi data sekunder dan studi pustaka
b. Persiapan peralatan dan bahan
c. Survey topografi dan situasi
d. Survey pendahuluan
Studi Eksplorasi :
a. Survey Geologi
b. Survey Geofisika (jika dibutuhkan)
c. Pemboran Inti (jika dibutuhkan)
d. Perhitungan cadangan terukur
StudiKelayakan :
a. Evaluasi dan analisa dataKelayakan
b. Kajian komponen Sosekbud
c. Keterjangkauan dan pemasaran produk
d. Kajian kapasitas tambang,dll
1.3.1 Studi data sekunder / studi pustaka
Adalah merupakan kegiatan kolekting data-data pendukung yang terkait dengan
keberadaan potensi bahan galian dan kegiatan penambangan yang ada didalam wilayah
penelitian. Data-data ini adalah berupa data hasil penelitian terdahulu, data perwilayahan
tambang Pasir disekitar lokasi penelitian, data kegiatan penambangan eksisting dan data-
data terkait lainnya.
1.3.2 Persiapan Peralatan dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah berupa peralatan survey
geologi standar (palu, lup, kompas, kamera, buku lapangan, larutan uji HCL), peralatan
navigasi (GPS), dan perangkat komputer untuk mengolah dan menganalisa data hasil
penelitian.
Bahan-bahan yang digunakan adalah :
Peta dasar, digunakan peta Rupabumi (RBI), skala 1 : 25.000) produk
BAKORSUTANAL, kode lembar 1608-134
Peta geologi lembar Malang, skala 1 : 100.000
Peta Arahan Kawasan, LPPM UPN Veteran – Yogyakarta
Citra satelit IKONOS (archive didalam Google Earth)
Peta batas wilayah dan koordinat ijinKelayakan An. MAHDI HARIS, SH
3
PENYELIDIKAN UMUM
STUDI Eksplorasi
STUDIKelayakan
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
1.3.3 Pemetaan Topografi dan Situasi
Survey topografi dilakukan untuk mendapatkan data kondisi topografi permukaan
secara langsung dan didetilkan pada skala. Peta yang dihasilkan adalah peta toporgafi
skala 1: 2.000
Tujuan pemetaan situasi pada lokasi prospek tersebut adalah untuk mendukung
langkah kegiatanKelayakan lainnya terkait dengan plotting detil. Peralatan yang digunakan
dalam pekerjaan pemetaan ini meliputi :
Kamera digital
GPS
Total Station, rambu ukur dan kelengkapannya
Kompas
Hasil dari pemetaan topografi ini adalah peta topografi skala detil yang
memuat informasi titik-titik ikat ketinggian, kontur ketinggian serta situasional pada
kawasan sekitar prospek bahan galian Pasir.
1.3.4 Survey pendahuluan
Survey pendahuluan ini bertujuan untuk mengamati secara umum kondisi eksiting
dan aktifitas penambangan Pasir disekitar lokasi rencana tambang. Survey dilakukan
dengan penjelajahan medan, pengamatan aspek sosekbud, pengamatan aksesbilitas dan
sarana (jalan,jembatan, listrik, air, sumber daya manusia) serta pengambilam sampel
batuan / tanah.
Hasil yang diharapkan dari survey pendahuluan / awal ini adalah diketahuinya
gambaran kondisi daerah penyelidikan yaitu meliputi kondisi geologi, struktur geologi,
stratigrafi dan sebaran bahan galian Pasir guna menajamkan hasil pemetaan permukaan
(surface mapping) dan bawah permukaan (sub-surface mapping) yang telah dilakukan
pada tahap penyelidikan sebelumnya. Dengan diketahuinya hasil survey awal ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perencanaan pekerjaan kegiatanKelayakan
lanjutan.
1.3.5 Studi Kelayakan
Cadangan dihitung dengan menggunakan pendekatan teknis, yaitu
memperhitungkan ketebalan Pasir yang dapat diambil berdasarkan pada batas dan
rencana bentuk akhir tambang.
4
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
1.3.5.1 Survey Geologi
Mencakup pemetaan terhadap penyebaran jenis dan kondisi batuan baik secara
vertikal atau lateralnya. Pemetaan geologi dilakukan dengan penjelajahan medan dan
pengambilan contoh / sampling. Pendekatan geologi digunakan untuk merekonstruksi
kondisi sejarah geologi guna pendugaan keterdapatan dari bahan galian pasir dan batuan
yang lain.
Sedangkan untuk mengetahui hubungan vertikal dari batuan yang ada didaerah
penyelidikan dilakukan pengamatan singkapan, pengamatan parit uji dan sumur uji untuk
mengetahui singkapan batuan segar (fresh rock). Untuk melaksanakan pekerjaan ini
dibutuhkan beberapa peralatan lapangan sebagai berikut :
1. Peta dasar, berupa peta RBI skala 1 : 25.000
2. Peta Geologi Lembar Malang (skala 1 : 100.000)
3. Palu Geologi
4. Kompas Geologi
5. Altimeter
6. Total Station, rambu ukur dan kelengkapannya
7. GPS Geodesi, Trimble, Juno SB
8. Lup (perbesar 10x dan 20x) merk Triplet
9. Larutan HCL 0,1 M
10. Kamera Digital
11. Kantong sampel
12. Meteran ukur
13. Alat tulis
14. Komputer (PC dan Laptop) + Printer
Hasil dari pemetaan geologi ini adalah peta geologi detil yang memuat informasi
jenis, sebaran dan karakteristik batuan baik secara lateral ataupun vertikal dengan skala
1 : 25.000 pada skala lokal dan skala 1 : 10.000 – 1 : 5.000 pada skala detil pada
beberapa lokasi prospek yang akan diusulkan untuk ditambang/layak tambang.
1.3.5.2 Penelitian Geofisika (tidak dilakukan)
Penelitian Geofisika akan dilakukan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan
dan perencanaan pengeboran inti.
Metode geofisika (geolistrik, seismik, induksi polarisasi, dsb) yang akan dilakukan
akan disesuaikan berdasarkan kondisi medan dan penyelidikan geologi detil.
5
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
1.3.5.3 Pengeboran inti (core drilling) (tidak dilakukan)
Pengeboran inti dilakukan untuk mengetahui jenis dan sebaran batuan di bawah
permukaan secara langsung. Hasil log pemboran inti juga digunakan untuk mengetahui
karakteristik bahan galian yang ada menyangkut antara lain:
Kekerasan dan kekompakan batuan yang ada dibawah permukaan.
Tingkat keterusan batuan/bahan galian yang ada.
Kualitas dan kuantitas bahan galian.
Batas air tanah yang ada.
Pemboran inti dilakukan setelah analisa dan model keterdapatan batuan (Pasir)
pada lokasi tersebut telah dapat diketahui, yaitu berdasarkan hasil analisa dari tahapan
kegiatan studi sebelumnya. Pemboran inti bertujuan untuk mencari pembuktian kondisi
bawah permukaan yaitu dengan mengambil contoh batuan dengan metode corring.
Hasil lapangan yang diharapkan dari pemboran inti adalah data log bawah
permukaan serta contoh batuan..
Peralatan lapangan yang diperlukan :
Mesin bor (rotary drilling) dan perlengkapannya
Generator / mesin diesel
Tangki air 1000 liter dan selang air
Hasil lapangan yang diharapkan dari pemboran inti adalah data log bawah
permukaan serta inti batuan yang akan disimpan dalam core box.
Selain pemboran inti untuk mendukung pendugaan bawah permukaan dilakukan
pembuatan parit uji/test pit untuk mengetahui singkapan batuan segar (fresh rock). Sesuai
dengan kepentinganKelayakan, galian tanah dari parit uji akan dikembalikan seperti
semula, agar tidak menimbulkan kerusakan lahan pada lokasi pemboran.
1.3.6 Perhitungan Cadangan
Perkiraan volume bahan galian golongan C dilakukan berdasarkan hasil
pengamatan geologi permukaan. Dari peta penyebaran bahan galian golongan C dapat
ditentukan penyebarannya, baik secara lateral yang berupa luas pelamparan, dan
penyebaran vertikal atau ketebalannya. Penentuan volume cadangan dihitung dengan
mengalikan luas cadangan dengan ketebalannya. Ketebalan cadangan diperoleh dari
garis-garis kontur tertinggi dan kontur terendah pada peta rupa bumi (peta topografi) yang
mengandung suatu bahan galian. Formula yang digunakan untuk menentukan volume
adalah sebagai berikut,
6
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
Vi = h/2 x (Ai-1+Ai), jika A1/Ao > 0,5
Vtotal = ∑Vi
Di mana,
Vi : volume bahan galian ke i
Vtotal : volume bahan galian total
h : interval garis kontur yang membatasi Ai dan Ai-1
Ai : luas bahan galian yang dibatasi oleh kontur ke i
Ai-1 : luas bahan galian yang dibatasi langsung oleh kontur di
bawahnya
Sedangkan jika A1/Ao < 0,5, maka dipakai formula,
Vi = h/3 x (Ai-1+Ai + √ Ai-1 x Ai)
7
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
BAB II
KONDISI DAERAH PENELITIAN
2.1. Lokasi Studi
2.1.1. Batas Administrasi
Lokasi Ijin Usaha Pertambangan (IUP)Kelayakan tambang Pasir An. MAHDI
HARIS, SH adalah Secara administratif terletak diwilayah Desa Kedung Banteng,
Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan dengan batas-batas geografis sebagai berikut
:
Sebelah Utara : Tegalan, sungai
Sebelah Timur : Jalan Desa, Pemukiman, Tegalan, Sawah
Sebelah Selatan : Sungai, Tegalan, Permukiman, Sawah
Sebelah Barat : Tegalan, Permukiman
2.1.2. Kesampaian pada lokasi dan Akses Jalan
Lokasi dapat dicapai dengan rute jalur sebagai berikut :
1. Dari Surabaya – Rembang : melalui jalan arteri Surabaya – Bangil -
Rembang, SDN Kedung Banteng I belok kearah selatan ± 2 Km, kondisi jalan
baik.
2. Rembang – lokasi tambang : dari pertigaan SDN Kedung Banteng 1 masuk
kearah Selatan mengikuti jalan poros desa menuju Desa Kedung Bantengan,
jalan beraspal, kondisi jalan baik; sejauh ± 2 Km di DESA KEDUNG
BANTENG melalui jalan aspal (± 500 m) sampai ke lokasi eksplorasi AN
MAHDI HARIS, SH(kondisi jalan baik, bergelombang).
2.1.3. Luas Lahan dan Koordinat Lokasi
LokasiKelayakan tambang Pasir An. MAHDI HARIS, SH di Desa Kedung Banteng
tidak overlay (berada didalam ataupun bersinggungan) dengan WIUP perusahaan
tambang Pasir lainnya. Luas lahan yang direncanakan untuk kegiatan penambangan ini
adalah 14.3 Hektar.
2.2. Jenis Bahan Galian
Jenis bahan galian yang ada pada lokasi rencana tambang adalah jenis Pasir,
yaitu berupa endapan lahar vulkanik dan breksi gunungapi (andesit), merupakan produk
8
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
dari erupsi vulkanik dari gunungapi kuarter kompleks Arjuno-Welirang dan G
Penanggungan serta Gunung Bromo.
2.3. Kondisi Geologi
Secara fisiografi, pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi 8 (delapan) zona yang
disusun berdasarkan atas struktur batuan. Zona-zona tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:
Gambar 2.1: Peta Geologi Pulau Jawa dan Madura.
- Zona Dataran Aluvial pantai Utara Jawa
- Zona Antiklinorium Rembang-Madura
- Zona Depresi Jawa dan Zona Randu Blatung
- Zona Antiklinorium Kendeng
- Zona Gunung api Kwarter
- Zona Pegunungan Selatan Jawa Timur
Sedangkan Genevraye dan Samuel (1972) membagi fisiografi Jawa Timur secara
struktural, berturut-turut dari Utara ke Selatan adalah sebagai berikut:
9
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
Gambar 2.2 Peta Fisiografi Jawa Timur dan Madura
- North Jawa Hinge Belt, yang diwakili oleh Rembang Zone yang terdiri dari atas:
+ Dataran Aluvial Pantai Utara Jawa
+ Antiklinorium Rembang-Madura
+ Depresi Randu Blatung
- Axial Jawa Trough, terdiri dari:
+ Kendeng Zone Yang berupa antiklinorium Kendeng dan
+ Central Depression yang berupa Central Plain of East Jawa.
- Axial Ridge, diwakili oleh pusat-pusat gunung api (central volcanoes)
- Southern Slope of Axial Ridge, diwakili oleh pegunungan selatan (southern mountain).
Dari gambar peta fisiografi Jawa Timur dan Madura terlihat bahwa daerah
Kabupaten Tuban termasuk bagian geologi zona Mendala Rembang atau Lajur Rembang
– Madura (Van Bammelen, 1949) di mana merupakan pegunungan antiklinorium dengan
arah memanjang Barat – Timur mulai Kabupaten Purwodadi (Jateng) sampai Surabaya
bagian Utara dan berlanjut sampai ke Madura.
STRATIGRAFI
10
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
Batuan / litologi didaerah penelitian secara stratigrafi adalah termasuk kedalam
batuan vulkanisme (berdasarkan Peta Geologi Lembar Malang (S. Santosa & T. Suwarti,
tahun 1192) terdiri dari Aluvium Kuarter (Qa), satuan Batuan Gunungapi Penanggungan
(Qvn), dan satuan Gunungapi Kuarter Tengah G. Ringgit (Qp-r), yang akan diuraikan
sebagai berikut :
a. Aluvium Kuarter (Qa), merupakan material lepas hasil proses sedimentasi pada
jaman kuarter (recent), terdapat sebagai endapan sungai (endapan fluvial), dataran
banjir dan pengisi dataran aluvial. Tersusun oleh material kerakal, kerikil, Pasir,
lempung dan lumpur. Endapan Aluvial Kuarter ini dijumpai dibagian utara daerah
penelitian, yaitu sepanjang aliran Kali Porong dan dataran sekitarnya.
b. Batuan gunungapi Penanggungan (Qvn)
Merupakan endapan gunung api muda, berupa endapan piroklastika parasit pada
lereng G. Welirang, umumnya berkomposisi andesit, umurnya diperkirakan Plistosen-
Holosen tersusun oleh gunungapi, tuf, lava,aglomerat dan lahar
c. Batuan gunungapi Kuarter Tengah G. Ringgit (Qp-r)
Tersusun oleh breksi, tuf, lava, aglomerat dan lahar. Umumnya berkomposisi andesit.
Batuan didaerah penelitian adalah berupa Pasir-kerikil-kerakal dan dijumpai
setempat-setempat bongkah andesit yang merupakan produk endapan lahar dan aktifitas
vulkanis G. Arjuno-Welirang dan parsit gunungapi G. Penanggungan. Ketebalan satuan
batuan endapan lahar ini diperkirakan lebih dari 50 meter Komposisi bahan galian lebih
didominasi oleh material / fragmen berukuran besar (kerakal berangkal-bongkah andesit)
11
Gambar 2.3: Foto Satelit Citra Landsat UTM +7, Kabupaten Pasuruan tanggal 1 September 2011, sumber data :LAPAN, Jakarta, 2012
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
pada bagian permukaan, hingga mencapai hampir 80% dari batuan yang ada
dipermukaan. Semakin kebawah komposisi pragmen berukuran kecil (Pasir-kerikil,kerakal)
lebih mendominasi.
2.4. Kondisi Air Tanah (Hidrogeologi)
Sistem akuifer yang terdapat pada daerah penelitian termasuk sistem akuifer
pegunungan vulkanik kuarter yang dikontrol oleh endapan berupa perselingan lava, breksi
vulkanik dan tuf Pasiran dengan karakteristik sistem alirannya berupa aliran rembesan,
aliran melalui celah / sekat lava dan breksi vulkanik serta rekahan – rekahan bebatuan.
Kedalaman muka air tanah dangkal pada daerah lembah antar pegunungan sekitar 9 - 15
m, pada daerah perbukitan sekitar 15 – 20 m, pada daerah pegunungan sekitar 20 – 29 m.
Muka air tanah dalam didaerah penelitian berada pada kedalaman lebih dari 50
meter. Kebutuhan air penduduk setempat diperoleh dari sumber air dari sumur bor
(berdasarkan informasi penduduk, sumur ini memiliki kedalaman 65 meter lebih).
Kualitas air tanah didaerah penelitian secara umum memiliki kualitas baik hingga
sangat baik dengan kriteria fisik yaitu tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan nilai
Salinitas, Daya Hantar Listrik (DHL), serta Total Dissolve Solute (TDS) menunjukkan nilai
yang berada dalam kisaran normal (sesuai dengan standar Departemen Kesehatan).
Tramsmisivitas akuifer termasuk rendah hingga tinggi dengan tipe akuifer celahan
dan ruang antar butir. Tingkat produktifitasnya kecil setempat berarti, setempat akuifer
hingga produktif sedang penyebaran luas.
12
Gambar 2.4: Gambar Siklus Hidrologi
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
2.5. Keberadaan Pemukiman
LokasiKelayakan bahan galian Batu Pasir An. MAHDI HARIS, SH terletak dekat
dengan pemukiman, yaitu pemukiman di Desa Kedung Banteng, disebelah timur lokasi
Kelayakan, paling dekat berjarak ± 200 meter.
2.6. Penggunaan Lahan
Lahan disekitar lokasi rencana tambang adalah merupakan lahan berbatu-batu
dengan top soil tipis. Dimanfaatkan oleh penduduk untuk berladang. Pada lokasi dengan
top soil relatif tipis dan ketersediaan air yang memanfaatkan curahan air hujan
dimanfaatkan oleh penduduk untuk berkebun.
2.7. Kesesuaian dengan Arahan Kawasan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengkajian peruntukan kawasan dan potensi
oertambangan yang dilakukan oleh Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Provinsi Jawa Timur dan berkerja sama dengan LPPM UPN-Veteran Yogyakarta pada
tahun 2006, maka ditetapkan mengenai arahan pemanfaatan kawasan diwilayah
pertambangan di Kecamatan Rembang sebagai berikut :
Lereng pegunungan Arjuno-Welirang, termasuk gunung paarasit G. Penanggungan
dan G. Ringgit yang berfungsi sebagai daerah tangkapan hujan (cathment area) dan
yang memiliki kelerengan tinggi (> 40%) dikategorikan sebagai Kawasan Lindung.
Kegiatan penambangan tidak diijinkan dilakukan pada kawasan ini.
Lereng pegunungan Arjuno-Welirang yang memiliki kelerengan tinggi dan berfungsi
sebagai area peresapan air tanah serta mendukung fungsi kawasan lindung
dikategorikan sebagai Kawasan Penyangga. Kegiatan penambangan tidak diijinkan
dilakukan pada kawasan ini.
Gunung Prau dalam posisinya sebagai wilayah dimana didalamnya terdapat lokasi dan
fasilitas militer serta fasilitas penelitian (LAPAN) dikategorikan sebagai Kawasan
Pengendalian Ketat. Kegiatan penambangan tidak dilakukan pada kawasan ini.
Lokasi-lokasi diluar kategori kawasan diatas dan memiliki potensi bahan galian jenis
batuan (Pasir) ditetapkan sebagai kawasan yang diijinkan untuk dilakukan kegiatan
penambangan, yang dapat dikelompokkan menjadi:
Kawasan Layak Tambang : Yaitu wilayah yang memiliki potensi cadangan bahan
galian jenis batuan.
Kawasan Tertambang : yaitu wilayah-wilayah yang telah ada kegiatan / aktifitas
penambangannya.
13
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
Berdasarkan Surat Kepala Bappeda Kabupaten Pasuruan Nomor :
050.0/517/424.072/2012 tanggal 23 Juli 2012 tentang informasi Rencana Tata Ruang,
menyatakan bahwa kawasan yang dimohon termasuk dalam rencana Kawasan
Peruntukan Pertanian Lahan Kering. Dan berdasarkan SK Bupati Pasuruan Nomor : -
tentang Persetujuan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi kepada An. MAHDI HARIS, SH
maka yang bersangkutan berhak secara legalitas formal untuk melanjutkannya untuk
mendapatkan ijin operasi produksi.
14
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
BAB III
ANALISA
3.1. Aksesbilitas / Keterjangkauan
Lokasi rencana tambang di wilayahKelayakan An. MAHDI HARIS, SH di Desa
Kedung Banteng, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan ini mudah untuk dijangkau
dan dekat dengan akses jalan utama (jalan raya Rembang (pertigaan pasar Rembang –
lokasi berjarak ± 3 Km). jalan menuju lokasi tambang (kearah Desa Kedung Banteng)
telah diaspal dengan kondisi baik dan sedikit bergelombang.
Untuk pengangkutan galian Pasir dari lokasi rencana tambang ini perlu dibuat
akses jalan tambang, yaitu untuk menghubungkan lokasi quarry dengan jalan tambang.
Akses jalan tambang ini dapat menggunakan jalan lokal yang ada, yaitu dengan
memperlebar dan perkerasan jalan lokal tersebut, ataupun menggunakan akses jalan
tambang yang sudah ada (oleh kegiatan penggalian Pasir).
Berdasarkan pengamatan dilapangan, diketahui bahwa setiap kendaraan
pengangkut Pasir yang melewati jalan tambang dan melalui wilayah permukiman
(kampung/desa) dikenakan retribusi desa. Menuju jalan utama Kedung Banteng -
Rembang ada 1 (satu) pos retribusi yang harus dilalui dengan tarif Rp. 10.000 per-rit.
Dibagian tengah adalah merupakan jalan penghubung bagi penduduk menuju
ladang tempat mereka bekerja, sehingga eksistensi / keberadaan jalan ini harus
dipertahankan. Jalan dibuat dengan lebar 8 meter dan kemiringannya lumpsum mengikuti
topografi.
3.2. Volume Cadangan Terukur
Cadangan bahan galian Pasir pada lokasi rencana tambang ini dihitung dengan
asumsi sebagai berikut :
1. Metode penambangan Pasir yang digunakan adalah metode tambang terbuka
(open pit minning).
2. Tambang dibuat dengan bentuk teras – teras yang terdiri dari beberapa
jenjang dengan interval ketinggian (elevasi) tertentu (yaitu 4 – 6 meter), lebar
jenjang minimal 4 meter. Bentuk teras tambang mengikuti pola kontur
topografi disekitarnya.
3. Sebaran terdapat pada keseluruhan lokasi.
15
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
4. Stripping Ratio (SR) yaitu untuk pemindahan tanah penutup dan overburden
belum diperhitungkan.
5. Batasan horizontal penambangan adalah mengikuti batas WIUP Operasi
Produksi, dimana batas WIUP Operasi Produksi ini ditentukan setelah melalui
kajian – kajian didalam tahapan studinya.
6. Batasan Vertikal dapat menggunakan batasan estetika tambang (disesuaikan
dengan bentuk topografi wilayah sekitarnya), batas kedalaman muka air tanah
(m.a.t), ataupun batasan desain rencana (misalnya lokasi tambang tersebut
pasca tambangnya direncanakan sebagai lokasi permukiman). Batas muka air
tanah (m.a.t) dikategorikan dalam (> 50 meter) sehingga batasan kedalaman
tambang pada lokasi ini menggunakan batasan elevasi topografi yang
terendah.
Cara perhitungan luasan dan volume cadangan bahan galian Pasir adalah dengan
menggunakan pendekatan metode penampang dan analisa foto satelit. Berdasarkan
asumsi dan pendekatan metode perhitungan tersebut maka dapat dihitung volume
cadangan bahan galian Pasir pada rencana lokasi tambang di Desa Kedung Banteng,
Kecamatan Rembang tersebut sebagai berikut :
luas area tambang : 14.3 Ha.
Elevasi tertinggi kondisi eksisting adalah pada level + 88 m.dpl dan terendah adalah
pada level + 44 m.dpl.
Elevasi tertinggi desain rencana tambang adalah tetap pada level + 65 m.dpl dan
terendah adalah tetap pada level + 44 m.dpl.
Base level untuk lantai / batas bawah tambang adalah + 44 m.dpl (mengikuti level
kontur terendah), dan dibuat lumpsum (gently) kearah selatan dan timur dengan
kemiringan lantai tambang maksimum 2º.
Volume pasir : 12.760.000m3
Berat pasir = volume pasir x berat jenis (BJ)
= 12.760.000m3 x 1,3
= 16.588.000 ton
3.3. Produksi Pasir dan Umur Tambang
Penambangan pasir dilakukan dengan menggunakan alat berat yaitu backoe, dan
pengambilan pasir dapat melayani untuk pembelian ditempat (umum) ataupun sistem
16
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
kontrak / order yaitu pengiriman sampai kelokasi pembeli. Menurut informasi pengusaha
tambang disekitar lokasi kegiatan eksplorasi harga pasir adalah Rp. 200.000,- per-rit
(harga total), atau kurang lebih Rp. 50.000,- per- m3.
Produksi pasir pada lokasi rencana tambang tersebut diperkirakan adalah
sebanyak ± 40 rit/hari (kapasitas 10 ton). Dengan asumsi bahwa per-rit truk pengangkut
pasir ukuran besar dapat memuat sebanyak ± 10 ton serta jumlah volume potensi /
cadangan pasir yang dapat diambil adalah sebanyak 789 ribu ton maka dapat dilakukan
perhitungan sebagai berikut :
Kapasitas produksi (KP) = 150 rit/hari, atau = 1500 m3/hari atau setara
dengan 37.500 m3/bulan dengan asumsi 25 hari setiap bulan operasi.
Umur Tambang, dengan tanpa memperhitungan faktor lainnya, dan
dengan asumsi waktu kerja efektif adalah :
= 12.760.000 : 125.000
= 340 : 12 bulan
= 28 tahun, Sehingga umur tambang adalah 28 Tahun
Berdasarkan perhitungan pasirnya maka kegiatan tambang direncanakan akan
selesai dalam jangka waktu 28 Tahun dikurangi 3 bulan untuk persiapan, dimana dalam
waktu 28 Tahun ini direncanakan tahapan kegiatan penambangan sebagai berikut :
3.4 Rencana Tambang
TAHUN TRIWULAN URAIAN
1 2 3
Tahun I Triwulan – 1 Pembuatan patok/batas WIUP, Pengukuran topografi detil,
pembangunan sarana prasarana tambang
Triwulan – 2 Persiapan lahan (striping, land clearing), mulai produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 1)
Tahun II Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 1)
17
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
Tahun III Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 1)
Tahun IV Triwulan - 1 Produksi
Triwulan - 2 Produksi
Triwulan - 3 Produksi
Triwulan - 4 Produksi dan reklamasi (blok – 1)
Tahun V Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 1)
Tahun VI Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 2)
Tahun VII Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 2)
Tahun VIII Triwulan - 1 Produksi
Triwulan - 2 Produksi
Triwulan - 3 Produksi
Triwulan - 4 Produksi dan reklamasi (blok – 2)
Tahun IX Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 2)
18
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
Tahun X Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 2)
Tahun XI Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 3)
Tahun XII Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 3)
Tahun XIII Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 3)
Tahun XIV Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 3)
Tahun XV Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 3)
Tahun XVI Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 4)
Tahun XVII Triwulan – 1 Produksi
19
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 4)
Tahun XVIII Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 4)
Tahun XIX Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 4)
Tahun XX Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 4)
Tahun XXI Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 5)
Tahun XXII Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 5)
Tahun XXIII Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 5)
Tahun XXIV Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
20
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 5)
Tahun XXV Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 5)
Tahun XXVI Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 5)
Tahun XXVII Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 5)
Tahun XXVIII Triwulan – 1 Produksi
Triwulan – 2 Produksi
Triwulan – 3 Produksi
Triwulan – 4 Produksi reklamasi dan revegetasi.
3.5 Rencana Kegiatan
Penambangan Pasir di Desa Kedung Banteng Kecamatan Rembang
Kabupaten Pasuruan dilakukan dengan cara tambang terbuka (open pit), yaitu
menggunakan peralatan mekanis, dengan menggunakan alat berat sebagai alat
gali dan muat. Selanjutnya kegiatan penambangan dibagi dalam 3 (tiga) tahap
kegiatan sebagai berikut :
a. Tahap Pra Penambangan/Tahap Persiapan
Tahap persiapan dimaksudkan untuk menyiapkan segala sesuatu agar
pelaksanaan penambangan dapat berjalan lancar. Dalam tahap ini termasuk
didalamnya adalah pengurusan ijin dari instansi yang berwenang. Kegiatan
lainnya adalah pembebasan lahan, pengukuran pemasangan patok batas dan
pembersihan lahan (land clearing) serta pengamanan tanah pucuk (top soil) dan
21
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
tanah penutup (over burden). Pada tahap ini direncanakan juga penanaman
pohon keliling pada daerah penyangga sebagai sabuk hijau (green belt) agar
dampak penambangan seperti kebisingan dan pendebuan dapat diperkecil.
b. Tahap Penambangan
Penambangan Pasir dilakukan dengan cara mekanis dapat
mengeksploitasi secara maksimal dan menguntungkan, sehingga akan
mempermudah pelaksanaan reklamasi pada akhir penambangan. Pada tahap ini
diawali dengan kegiatan penggalian, dalam hal ini yang perlu diperhatikan
adalah kedalaman penggalian pasir sesuai dengan batas kontur terendah yang
diijinkan, yakni sampai pada kedalaman kurang lebih 30 meter dari atas
permukaan tanah. Kegiatan lainnya adalah adanya mobilisasi tenaga kerja.
Dalam hal ini diharapkan dapat menampung tenaga kerja lokal, sedangkan
kegiatan berikutnya adalah pengangkutan, yaitu dengan menggunakan dump truk
sebanyak 15 buah
c. Tahap Pasca Penambangan
Pada akhir kegiatan penambangan dilakukan reklamasi untuk mencegah
erosi dan dampak lingkungan yang lain, dengan melakukan penataan dan
pemulihan lahan yang rusak sebagai akibat penambangan, sehingga lahan dapat
berfungsi kembali secara optimal dengan mengadakan penanaman kembali
dengan jenis tanaman yang cepat tumbuh dan cocok dengan kondisi setempat.
Reklamasi daerah bekas galian baru dapat dilaksanakan setelah kegiatan
penambangan selesai dilaksanakan. Pada tahap ini terjadi pula pemutusan
hubungan kerja antara pengusaha dan para pekerja tambang.
3.6 Peralatan Yang Digunakan Pada Tahap Operasi
Peralatan yang digunakan pada tahap operasi adalah exavator sebanyak
2 (dua) buah sebagai alat penggali dan dum truk sebanyak 15 ( lima belas) buah
sebagai alat angkut bahan galian menuju ke lokasi jalan propinsi.
3.7 Uraian Kegiatan
a. Jenis kegiatan antara lain :
Pembersihan lahan (land clearing)
Pengupasan tanah pucuk (top soil), tanah penutup (over burden stripping)
Pembongkaran bahan galian (lossering)
Pengangkutan (hauling)
b. Jenis Bahan Galian
22
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
Bahan galian yang dimohonkan ijin usaha pertambangan (IUP) adalah
bahan galian pasir, dengan komposisi kimia Al2O3 , Fe2O3 , SiO2 yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi.
e.Rencana Teknik Tambang
Penentuan tinggi jenjang sangat dipengaruhi oleh sifat fisik bahan
galian. Untuk itu kegiatan penambangan Pasir di Klangrong Kecamatan
Rembang Kabupaten Pasuruan lebar jenjang direncanakan minimal 2 kali
tinggi jenjang. Sedangkan kemiringan lantai dasar kurang lebih 1 – 2 %,
kemiringan bidang tegak jenjang maksimal 45 % dan zona penyangga
minimal 5 meter serta rencana pemanfaatan lahan setelah berakhirnya
kegiatan penambangan sebagai lahan pertanian atau usaha lainnya.
Rencana penambangan diawali dengan pembuatan jalan tambang
yang dibuat dari lokasi penambangan menuju jalan milik desa Rembang.
Adapun teknik penambangan dilakukan dengan sistem gali muat dengan
pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup (over burden),
sehingga dapat mempermudah pengambilan bahan galian yang diinginkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
BAB IV
PASCA TAMBANG
Kegiatan pertambangan dapat diartikan sebagai suatu tahapan kegiatan yang
diawali dengan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan
(termasuk bila ada pengolahan dan pemurnian), pengangkutan/penjualan dan diakhiri
dengan rehabilitasi lahan pasca tambang. Pengelolaan pertambangan adalah suatu upaya
yang dilakukan baik secara teknis maupun non teknis agar kegiatan pertambangan
tersebut tidak menimbulkan permasalahan, baik terhadap kegiatan pertambangan itu
sendiri maupun terhadap lingkungan.
Pengelolaan pertambangan sering hanya dilakukan pada saat penambangan saja.
Hal ini dapat dimengerti, karena pada tahap inilah dinilai paling banyak atau sering
menimbulkan permasalahan apabila tidak dikelola dengan baik dan benar. Persepsi yang
demikian kurang tepat. Pengelolaan pertambangan sebaiknya dilakukan sejak awal hingga
akhir tahapan seperti tersebut di atas. Bahkan untuk mengantisipasi terjadinya
permasalahan, maka sebelum suatu deposit bahan tambang ditambang, perlu dilakukan
23
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
kajian terlebih dahulu apakah deposit tersebut layak untuk ditambang ditinjau dari berbagai
aspek. Dengan demikian pengelolaan pertambangan secara garis besar perlu dilakukan
pada 3 (tiga) jenis tahapan kegiatan, yaitu kegiatan awal berupa penentuan kelayakan
penambangan, kegiatan kedua pada saat penambangan (eksploitasi), dan kegiatan
ketiga/terakhir pada saat reklamasi lahan pasca penambangan.
4.1. Penentuan Kelayakan Penambangan
Seperti telah di terangkan di atas, deposit bahan tambang harus dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian dan pendapatan daerah maupun
nasional bagi kemakmuran rakyat. Namun demikian, deposit bahan tambang yang
terdapat pada suatu daerah tidak dapat begitu saja ditambang, tetapi harus dikaji terlebih
dahulu apakah deposit tersebut layak untuk ditambang. Hal ini bertujuan untuk
menghindari timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan yang tidak diharapkan
maupun terjadinya konflik kepentingan penggunaan lahan yang sering berlarut-larut dalam
pemecahannya.
Untuk menentukan kelayakan penambangan suatu deposit bahan tambang,
terlebih dahulu perlu dilakukan kajian yang mencakup berbagai aspek di sekitar serta
mempertimbangkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang sifatnya lintas
sektoral.
Aspek-aspek yang perlu dikaji adalah:
Aspek penggunaan lahan pada dan di suatu lokasi deposit bahan tambang:
dalam rangka harmonisasi pemanfaatan ruang, sebelum bahan tambang
diusulkan untuk ditambang, maka perlu diperhatikan terlebih dahulu peruntukan
lahan dimana bahan tambang tersebut berada. Apabila terletak pada peruntukan
lahan yang berdasarkan peraturan perundang-undangan ataupun fungsinya tidak
boleh untuk kawasan budi daya, maka bahan tambang tersebut tidak boleh/tidak
layak untuk ditambang.
Aspek geologi: kajian aspek geologi dilakukan setelah selesai kegiatan
eksplorasi bahan tambang dimana jenis, sebaran, kuantitas dan kualitasnya sudah
diketahui. Kajian aspek geologi adalah:
Ø Topografi
Kajian ini mendapatkan gambaran mengenai letak atau lokasi deposit bahan tambang.
Apakah terdapat di daerah pedataran, perbukitan bergelombang atau landai (kemiringan
24
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
lereng antara 0o dan 17o), terjal (kemiringan lereng antara 17o dan 36o) atau sangat terjal
(kemiringan lereng >36o). Lereng yang sangat terjal dan curam akan mempersulit teknik
penambangannya, terutama untuk sistem tambang terbuka (open-pit mining).
Ø Tanah penutup
Ketebalan tanah yang menutupi deposit bahan tambang sangat bervariasi, tipis (beberapa
cm), sedang (beberapa cm hingga 1 m), dan tebal (lebih dari 1 m). Mengetahui ketebalan
tanah penutup ini penting karena menyangkut masalah teknik penambangannya, terutama
mengenai penempatan tanah penutup tersebut.
Ø Sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan
Kajian sifat fisik tanah/batuan antara lain meliputi warna, tekstur, dan kondisi batuan
apakah padat, berongga, keras atau bercelah. Sifat keteknikan meliputi kuat tekan/daya
dukung batuan, ketahanan lapuk, daya kohesi, dan besaran sudut geser tanah. Sifat
keteknikan tanah/batuan dapat dipergunakan untuk menganalisis desain tambang,
terutama besaran sudut lereng tambang dalam kaitannya dengan kestabilan lereng.
Ø Hidrogeologi
Hal penting dari kajian hidrogeologi adalah apakah deposit bahan tambang terletak di
daerah imbuhan air tanah atau dekat dengan mata air yang penting. Juga perlu
diperhatikan kondisi air tanah di sekitarnya apakah bahan tambang tersebut terdapat pada
alur sungai yang merupakan salah satu sumber daya alam yang berfungsi serbaguna.
Ø Kebencanaan geologi
Kajian ini untuk mengetahui apakah lokasi bahan tambang apakah terletak pada atau di
dekat daerah rawan gerakan tanah, jalur gempa bumi, daerah bahaya gunung api, daerah
rawan banjir, daerah mudah tererosi, dan sebagainya.
Ø Kawasan lindung geologi
Kajian ini untuk melihat apakah lokasi bahan tambang apakah terletak pada Kawasan
Lindung Geologi atau tidak. Kawasan Lindung Geologi adalah suatu daerah yang memiliki
ciri/fenomena kegeologian yang unik, langka dan khas sebagai akibat dari hasil proses
geologi masa lalu dan atau yang sedang berjalan yang tidak boleh dirusak dan atau
diganggu,sehingga perlu dilestarikan, terutama untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan
pariwisata. Fenomena kegeologian tersebut antara lain berupa keunikan batuan dan
fosil,keunikan bentang alam (misalnya kaldera, kawah, gumuk vulkanik, gumuk pasir,
kubah, dan bentang alam karst), dan keunikan proses geologi (misalnya mud-volcano dan
sumber api alami).
25
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
o Aspek Sosekbud : kajian ini antara lain meliputi jumlah dan letak pemukiman
penduduk di sekitar lokasi penambangan, adat-istiadat dan cagar/situs budaya
(termasuk daerah yang dikeramatkan).
Selain itu, untuk menghindari atau menekan sekecil mungkin dampak negatif terhadap
lingkungan akibat kegiatan penambangan, maka hal-hal yang perlu diperhatikan lebih
lanjut adalah:
1. Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah resapan atau
pada akuifer sehingga tidak akan mengganggu kelestarian air tanah di daerah
sekitarnya.
2. Lokasi penambangan sebaiknya terletak agak jauh dari pemukiman penduduk
sehingga suara bising ataupun debu yang timbul akibat kegiatan penambangan
tidak akan mengganggu penduduk.
3. Lokasi penambangan tidak berdekatan dengan mata air penting sehingga tidak
akan mengganggu kualitas maupun kuantitas air dari mata air tersebut, juga untuk
menghindari hilangnya mata air.
4. Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah aliran sungai
bagian hulu (terutama tambang batuan) untuk menghindari terjadinya pelumpuran
sungai yang dampaknya bisa sampai ke daerah hilir yang akhirnya dapat
menyebabkan banjir akibat pendangkalan sungai. Hal ini harus lebih diperhatikan
terutama di kota-kota besar dimana banyak sungai yang mengalir dan bermuara di
wilayah kota besar tersebut.
5. Lokasi penambangan tidak terletak di kawasan lindung (cagar alam, taman
nasional, dsb.).
6. Lokasi penambangan hendaknya dekat dengan konsumen untuk menghindari
biaya transportasi yang tinggi sehingga harga jual material tidak menjadi mahal.
7. Lokasi penambangan tidak terletak dekat dengan bangunan infrastruktur penting,
misalnya jembatan dan menara listrik tegangan tinggi. Juga sedapat mungkin
letaknya tidak dekat dengan gedung sekolah sehingga tidak akan mengganggu
proses belajar dan mengajar.
Hasil kajian dari berbagai aspek tersebut, digabung dengan aspek peraturan
perundang-undangan, kemudian di analisis untuk menentukan kelayakan penambangan
suatu deposit bahan tambang. Hasil analisis kelayakan menghasilkan 2 (dua) kategori,
yaitu layak tambang dan tidak layak tambang. Layak tambang bukan berarti seenaknya
26
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
saja ditambang, melainkan harus mengikuti kaidah-kaidah penambangan yang berlaku
agar dampak negatif terhadap lingkungan akibat adanya kegiatan penambangan dapat
dihindari atau ditekan sekecil mungkin. Selain itu, konflik/tumpang tindih kepentingan
penggunaan lahan juga dapat dihindari.
4.2. Kegiatan Penambangan
Setelah suatu deposit bahan tambang dinyatakan layak untuk ditambang, maka
selanjutnya bahan tambang tersebut akan ditambang (dieksploitasi). Dalam eksploitasi ini
juga diperlukan suatu pengelolaan yang berwawasan lingkungan. Hal ini berkaitan erat
dengan teknik penambangan yang akan dipergunakan, termasuk pembuatan dan
penempatan infrastruktur tambang.
Dalam suatu kegiatan penambangan biasanya terdiri dari beberapa tahapan, yaitu
tahap persiapan, tahap eksploitasi dan terakhir, yang merupakan bagian tak terpisahkan,
adalah tahap reklamasi/rehabilitasi lahan pasca penambangan.
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan biasanya didahului dengan kegiatan pengangkutan berbagai
jenis peralatan tambang, termasuk bahan-bahan bangunan untuk pembuatan perkantoran,
gudang, perumahan (jika ada) dan fasilitas-fasilitas tambang yang lain, pembukaan lahan
(land-clearing), dan selanjutnya adalah pembuatan/pembukaan jalan tambang. Dalam hal
pengangkutan peralatan tambang dan bahan-bahan bangunan, yang perlu diperhatikan
adalah jalan yang akan dilalui. Perlu diperhitungkan berapa meter lebar jalan, jalan apakah
melewati jembatan (bagaimana kondisinya), apakah melewati pemukiman penduduk,
berapa frekuensi lalu-lalang dan jenis maupun tonase truk pengangkut, dan sebagainya.
Hal-hal tersebut perlu diperhitungkan secara matang agar tidak terjadi dampak negatif
terhadap lingkungan di sepanjang jalan yang akan dilalui, baik terhadap manusia maupun
fisik alam itu sendiri. Beberapa contoh dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh adanya
kegiatan pengangkutan ini apabila tidak dikelola dengan baik, antara lain adalah jalan
menjadi rusak (banyak lubang, becek di musim hujan), kecelakaan lalu-lintas (karena jalan
terlalu sempit, atau kondisi jembatan kurang memenuhi syarat), debu bertebaran yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan (karena jalan berupa tanah dan dilalui
kendaraan pada musim kemarau), dan ganggunan kebisingan.
Pada kegiatan pembukaan lahan perlu diperhatikan kemiringan dan kestabilan
lereng, bahaya erosi dan sedimentasi (karena penebangan pepohonan, terutama saat
musim hujan), serta hindari penempatan hasil pembukaan lahan terhadap sistem drainase
alam yang ada. Demikian pula pada saat pembuatan jalan tambang. Lokasi pembuatan
27
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
fasilitas tambang, seperti perkantoran, gudang, dan perumahan perlu memperhatikan
kondisi tanah/batuan dan kemiringan lerengnya. Sedapat mungkin hindari lokasi yang
berlereng terjal dan kemungkinan rawan longsor. Jika diperlukan pembuatan kolam
pengendapan, letakkan pada lokasi yang sifat batuannya kedap air, misalnya batu
lempung, dan tidak pada batuan yang banyak kekar-kekarnya. Hal ini untuk menghindari
terjadinya kebocoran. Bila kondisi batuan tidak memungkinkan, maka kolam pengendapan
bisa dibuat dari beton, walaupun memerlukan tambahan biaya.
b. Tahap Eksploitasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini utamanya berupa
penambangan/penggalian bahan tambang dengan jenis dan keterdapatan bahan tambang
yang berbeda-beda. Dengan demikian teknik/tata cara penambangannya berbeda-beda
pula. Bahan tambang yang terdapat di daerah perbukitan, walaupun jenisnya sama,
misalnya pasir, teknik penambangannya akan berbeda dengan deposit pasir yang terdapat
di daerah pedataran, apalagi yang terdapat di dalam alur sungai. Tulisan ini tidak akan
membahas berbagai teknik penambangan tersebut, tetapi akan dibahas secara umum
tentang hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan pada tahap eksploitasi dalam kaitannya
dengan pengelolaan pertambangan yang berwawasan lingkungan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain sebagai berikut:
Jenis, sebaran dan susunan perlapisan batuan yang terdapat di sekitar deposit
bahan tambang, termasuk ketebalan lapisan tanah penutup.
Sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan.
Kondisi hidrogeologi (kedalaman muka air tanah dangkal dan/dalam, pola aliran
air tanah, sifat fisika dan kimia air tanah dan air permukaan, letak mata air dan
besaran debitnya, letak dan pola aliran sungai berikut peruntukannya, sistem
drainase alam).
Topografi/kemiringan lereng.
Kebencanaan geologi (kerawanan gerakan tanah, bahaya letusan gunung api,
banjir, kegempaan).
Kandungan unsus-unsusr mineral yang terdapat dalam batuan yang terdapat di
sekitar deposit bahan tambang, misalnya pirit
Dengan mengetahui dan kemudian memperhitungkan seluruh data-data tersebut,
maka dapat ditentukan teknik penambangan yang sesuai, sehingga dampak negatif
28
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
terhadap lingkungan akibat kegiatan penambangan dapat dihindari atau ditekan sekecil
mungkin.
c. Tahap Reklamasi
Kegiatan reklamasi tidak harus menunggu sampai seluruh kegiatan penambangan
berakhir, terutama pada lahan penambangan yang luas. Reklamasi sebaiknya dilakukan
secepat mungkin pada lahan bekas penambangan yang telah selesai dieksploitasi,
walaupun kegiatan penambangan tersebut secara keseluruhan belum selesai karena
masih terdapat deposit bahan tambang yang belum ditambang. Sasaran akhir dari
reklamasi adalah untuk memperbaiki lahan bekas tambang agar kondisinya aman, stabil
dan tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan kembali. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengelolaan lingkungan pada tahap reklamasi adalah sebagai berikut:
Rencana reklamasi dipersiapkan sebelum pelaksanaan penambangan
Luas areal yang direklamasi sama dengan luas areal penambangan
Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan mengatur
sedemikian rupa untuk keperluan revegetasi
Mengembalikan/memperbaiki pola drainase alam yang rusak
Menghilangkan/memperkecil kandungan (kadar) bahan beracun (jika ada) sampai
ke tingkat yang aman sebelum dibuang ke suatu tempat pembuangan
Mengembalikan lahan seperti semula atau sesuai dengan tujuan penggunaan
Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi
Memindahkan seluruh peralatan yang sudah tidak digunakan lagi ke tempat yang
dianggap aman
Permukaan tanah yang padat harus digemburkan, atau ditanami dengan tanaman
pionir yang akarnya mampu menembus tanah yang keras
Jenis tanaman yang akan dipergunakan untuk revegetasi harus sesuai dengan
rencana rehabilitasi (dapat berkonsultasi dahulu dengan dinas terkait)
Mencegah masuknya hama dan gulma yang berbahaya
Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang
diharapkan.
Dalam beberapa kasus, lahan bekas penambangan tidak harus seluruhnya
direvegetasi, namun dapat dimanfaatkan untuk tujuan lain, seperti misalnya menjadi kolam
29
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
persediaan air, padang golf, perumahan, dan sebagainya apabila dinilai lebih bermanfaat
atau sesuai dengan rencana tata ruang. Oleh karena itu, sebelum merencanakan
reklamasi, sebaiknya berkonsultasi dahulu dengan pemerintah daerah setempat, pemilik
lahan atau instansi terkait lainnya.
Rekomendasi UKL- UPL
Kegiatan penambangan, terutama yang menggunakan sistem tambang terbuka
(open-pit mining atau side-hill quarry) sudah tentu akan merubah bentuk bentang alam.
Namun hal itu tidak berarti merusak lingkungan, karena sifatnya hanya sementara dan
pada akhir kegiatan penambangan lahan tersebut akan direhabilitasi kembali. Hal ini bisa
terjadi apabila kegiatan penambangan tersebut dirancang dan dikelola dengan baik.
Kegiatan penambangan yang sering menimbulkan kesan selalu merusak lingkungan, ini
disebabkan karena kegiatan penambangan tersebut tidak dikelola dengan baik dan tidak
memperhatikan keseimbangan dan daya dukung lingkungannya. Suatu kegiatan
penambangan yang dikelola dengan baik atau yang berwawasan lingkungan akan
menghasilkan manfaat yang besar dan tidak akan merusak lingkungan fisik, mengancam
keselamatan kerja dan mengganggu kesehatan. Bahkan tidak mustahil bahwa suatu lahan
bekas penambangan yang direklamasi dengan benar akan menjadikan lahan tersebut
lebih bermanfaat dibanding sebelum adanya kegiatan penambangan.
30
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
31
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Lokasi penelitian rencana tambang di Desa Kedung Banteng Kecamatan
Rembang Kabupaten Pasuruan secara geologis terletak pada daerah yang merupakan
lereng perbukitan dengan keterdapatan material vulkanik berupa breksi dan endapan lahar
dalam jumlah yang sangat besar.
Penambangan pasir dilakukan dengan menggunakan alat berat yaitu backoe, dan
pengambilan pasir dapat melayani untuk pembelian ditempat (umum) ataupun sistem
kontrak / order yaitu pengiriman sampai kelokasi pembeli. Menurut informasi pengusaha
tambang disekitar lokasi kegiatan eksplorasi harga pasir adalah Rp. 200.000,- per-rit
(harga total), atau kurang lebih Rp. 50.000,- per- m3.
Produksi pasir pada lokasi rencana tambang tersebut diperkirakan adalah
sebanyak ± 40 rit/hari (kapasitas 10 ton). Dengan asumsi bahwa per-rit truk pengangkut
pasir ukuran besar dapat memuat sebanyak ± 10 ton serta jumlah volume potensi /
cadangan pasir yang dapat diambil adalah sebanyak 789 ribu ton maka dapat dilakukan
perhitungan sebagai berikut :
Kapasitas produksi (KP) = 100 rit/hari, atau = 1500 m3/hari atau setara
dengan 37.500 m3/bulan dengan asumsi 25 hari setiap bulan operasi.
Umur Tambang, dengan tanpa memperhitungan faktor lainnya, dan
dengan asumsi waktu kerja efektif adalah :
= 12.760.000 : 37.500
= 304: 12 bulan
= 28 tahun , Sehingga umur tambang adalah 28 Tahun
4. 2. Rekomendasi
1) Berdasarkan Surat Kepala Bappeda Kabupaten Pasuruan Nomor :
050.0/517/424.072/2012 tanggal 23 Juli 2012 tentang informasi Rencana Tata Ruang,
menyatakan bahwa kawasan yang dimohon termasuk dalam rencana Kawasan
Peruntukan Pertanian Lahan Kering. Dan berdasarkan SK Bupati Pasuruan Nomor : -
tentang Persetujuan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi kepada An. MAHDI HARIS,
SH
2) Berdasarkan hasil dari penelitian Eksplorasi dan Studi Kelayakan yang telah dilakukan
tersebut di atas. Maka, dapat direkomendasikan bahwa lokasi yang dimohon An.
32
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
MAHDI HARIS, SH SANGAT LAYAK UNTUK DITINGKATKAN MENJADI IZIN
USAHA PERTAMBANGAN OPERASI PRODUKSI BAHAN GALIAN BATUAN JENIS
PASIR.
33
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
Lampiran 1
ANALISA KELAYAKAN USAHA
Deskripsi Biaya Operasional An. MAHDI HARIS, SH per/bulanNo URAIAN JUMLAH HARGA SATUAN VOL(LTR) WAKTU
(HARI)JUMLAH TOTAL
A. Pemakaian Bahan Bakar1 Solar Genset mesin 30 liter 1 Rp 9,000 85 30 Rp 22,950,0002 Solar Excavator 2 Rp 9,000 65 25 Rp 29,250,0003 Solar Bulldozer 1 Rp 9,000 45 25 Rp 10,125,0004 Solar Mobil Operasional 1 Rp 4,500 35 30 Rp 4,725,0005 Bensin Motor Operasional 1 Rp 4,500 12 30 Rp 1,620,0006 Oli 4 Rp 20,000 100 Rp 8,000,000
Rp 76,670,000B. Biaya Ekplorasi dan Legalitas, Infrastruktur, K3S dan Comdev
7 Biaya Eksplorasi Untuk 28 Tahun Rp.90.000.000
Rp 616.071
8 Biaya Pembebasan Lahan dan Sewa lahan Untuk 28 Tahun Rp. 2.000.000.000
Rp 13.690.476
9 Biaya Infrastruktur (Jalan, Mess, Kantor dll) dan Maintenance untuk 28 Tahun Rp. 1.000.000.000
Rp 6.845.238
10 Biaya pengembangan masyarakat (COMDEV) 12 Tahun Rp 1.750.000.000
Rp 11.979.166
11 Biaya Program K3S untuk 28 Tahun Rp. 350.000.000
Rp 2.395.833
12 Biaya Penerbitan legalitas untuk 28 Tahun Rp. 600.000.000
Rp 4.107.142
13 Biaya Jaminan Reklamasi Rp 50.000.000Rp 89.633.926
C. Biaya Tenaga Kerja14 Direksi Perusahaan 1 Rp 6,000,000 30 Rp 6,000,00015 Manajer Perusahaan 1 Rp 4,500,000 30 Rp 4,500,00016 Direksi Tambang 1 Rp 3,000,000 30 Rp 3,000,00017 Manajer Proyek 1 Rp 2,750,000 30 Rp 2,750,00018 Supervisor 1 Rp 2,500,000 30 Rp 2,500,00019 Kepala Teknik Tambang 1 Rp 2,000,000 30 Rp 2,000,00020 Foremen Tambang 1 Rp 1,750,000 30 Rp 1,750,00021 Humas 1 Rp 1,250,000 30 Rp 1,250,00022 Operator loading (excavator) 4 Rp 1,000,000 30 Rp 4,000,00023 Helper 4 Rp 1,500,000 30 Rp 6,000,00024 HSE Superintendent 1 Rp 1,300,000 30 Rp 1,300,00025 Admin dan keuangan 1 Rp 1,550,000 30 Rp 1,550,00026 Security 3 Rp 1,250,000 30 Rp 3,750,00027 Bagian Umum 1 Rp 1,000,000 30 Rp 1,000,00028 Driver 1 Rp 850,000 30 Rp 850,000
Rp. 42.200.000D. Biaya Makan dan Minum
29 Uang makan dan Minum 23 Rp 35,000 3 30 72,450,000Rp.72.450.000
E. Biaya Administrasi dan Umum30 Telpon/Hp, Listrik dan Air 1 30 Rp 5,000,00031 Administrasi Perkantoran 1 30 Rp 4,500,000
Rp 9.500.000
F. Biaya Sewa Peralatan Loader
32Biaya sewa excavator 2 unit dan buldozer 1 unit Rp. 300.000.000/tahun
Rp 25,000,000
33 Mobilisasi Rp 12,500,000Rp 37.500.000
G. Biaya Pemeliharaan Peralatan / Spare Part
34 Biaya perawatan peralatan Rp. 100.000.000/ tahun Rp 8,334,000
Rp 8.334.000H. Retribusi dan Koordinasi
35 Biaya retribusi dan koordinasi Rp 2,500 19200 Rp 16.425.000Rp 16.425.000
I. Biaya Lainnya
34
Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN
36Biaya Depresiasi/penyusutan alat dengan umur ekonomis 28 tahun Rp. 350.000.000
Rp 2.395.833
Rp 2.395.833Total Biaya Operasional Sebelum Biaya Resiko/bulan Rp 355.108.759
37J. Biaya Resiko Teknis dan Non Teknis : 35 % dari total biaya produksi/bulan
Rp 124.501.259 Rp 124.501.259
Total Biaya Operasional Setelah Biaya Resiko/bulan Rp. 479.610.018
Analisa Investasi dan Kelayakan UsahaAnalisa Harga Pokok Produksi Per
no Fix Cost (Biaya tetap) Jumlah saldo1 Biaya Pemakaian Bahan Bakar Rp 76,670,0002 Biaya Eksplorasi dan Legalitas , Infrastruktur, K3S dan
ComdevRp 89.633.926
3 Biaya Tenaga kerja Rp. 42.200.0004 Biaya Makan Rp. 72.450.0005 Biaya administrasi dan umum Rp 9.500.0006 Biaya Sewa Peralatan Loader Rp 37.500.000
Total Fix Cost Rp 327.953.926Variabel Cost (Biaya tak langsung)
7 Biaya maintenance/perawatan Rp 8.334.0008 Biaya retribusi dan koordinasi Rp 16.425.0009 Biaya Lainnya/Depresiasi Rp 2.395.83310 Biaya Resiko teknis dan non teknis Rp 124.501.259
Total Variabel Cost Rp. 151.656.092Total biaya produksi per bulan (TFC +TVC) Rp. 479.610.018Kapasitas produksi per bulan (M3) Rp 19.200Harga pokok Per M3 Rp 29.069
ANALISA LABA/RUGIHarga Pasaran pasir per M3 Rp 50.000Harga Pokok pasir per M3 Rp. 29.069Laba per M3 Rp 20.931Pembulatan Laba Per M3 Rp 21.000
Asumsi Perhitungan Laba Jumlaha. 1 dump truck = 20 M3/rit Rp. 500.000b. 15 dump truck = 300 M3 Rp. 7.500.000c. 150 rit = 1.500 M3/hari Rp. 75.000.000d. 2500 rit = 37.500 M3/bulan Rp 1.875.000.000
Kebutuhan Danaa. Modal awal Rp 15.500.000.000b. BEP 9 BulanKeterangan Laba / M3 : Rp. 21.000Laba / Hari : Rp 50.000.000Laba / Bulan : Rp. 1.050.000.000Laba/tahun : Rp.12.600.000.000
Kesimpulan Tambang pasir An. MAHDI HARIS, SH di Desa Kedung Banteng Kabupaten Pasuruan Seluas 14.3 Ha layak dan menguntungkan.
35