SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

31
SUKU SIMALUNGUN Suku Simalungun atau juga disebut Batak Simalungun adalah salah satu suku asli dari provinsi Sumatera Utara, Indonesia, yang menetap di Kabupaten Simalungun dan sekitarnya. Beberapa sumber menyatakan bahwa leluhur suku ini berasal dari daerah India Selatan. Sepanjang sejarah suku ini terbagi ke dalam beberapa kerajaan. Marga asli penduduk Simalungun adalah Damanik, dan 3 marga pendatang yaitu, Saragih, Sinaga, dan Purba. Kemudian marga marga (nama keluarga) tersebut menjadi 4 marga besar di Simalungun. Orang Batak menyebut suku ini sebagai suku "Si Balungu" dari legenda hantu yang menimbulkan wabah penyakit di daerah tersebut, sedangkan orang Karo menyebutnya Timur karena bertempat di sebelah timur mereka. Asal-usul Terdapat berbagai sumber mengenai asal usul Suku Simalungun, tetapi sebagian besar menceritakan bahwa nenek moyang Suku Simalungun berasal dari luar Indonesia . Kedatangan ini terbagi dalam 2 gelombang [1] : 1. Gelombang pertama (Simalungun Proto ), diperkirakan datang dari Nagore (India Selatan) dan pegunungan Assam (India Timur) di sekitar abad ke-5 , menyusuri Myanmar , ke Siam dan Malaka untuk selanjutnya menyeberang ke Sumatera Timur dan mendirikan kerajaan Nagur dari Raja dinasti Damanik . 2. Gelombang kedua (Simalungun Deutero), datang dari suku-suku di sekitar Simalungun yang bertetangga dengan suku asli Simalungun. Pada gelombang Proto Simalungun di atas, Tuan Taralamsyah Saragih menceritakan bahwa rombongan yang terdiri dari keturunan dari 4 Raja-raja besar dari Siam dan India ini bergerak dari Sumatera Timur ke daerah Aceh , Langkat , daerah Bangun Purba, hingga ke Bandar Kalifah sampai Batubara.

description

Suku Simalungun mencari jejak leluhur GIRSANG.Marga Girsang ...!!!! tolong di edit bagian-bagian tentang GIRSANG, silahkan edit atau tambahkan berita leluhur, photo atau apapun yang berkaitan tentang sejarah leluhur marga kita GIRSANG, kirim balik ke email saya hasil editnya, akan saya perbahrui dalam waktu setiap minggunya.. HORSA GIRSANG

Transcript of SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

Page 1: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

SUKU SIMALUNGUNSuku Simalungun atau juga disebut Batak Simalungun

adalah salah satu suku asli dari provinsi Sumatera

Utara, Indonesia, yang menetap di Kabupaten

Simalungun dan sekitarnya. Beberapa sumber

menyatakan bahwa leluhur suku ini berasal dari

daerah India Selatan. Sepanjang sejarah suku ini terbagi

ke dalam beberapa kerajaan. Marga asli penduduk

Simalungun adalah Damanik, dan 3 marga pendatang

yaitu, Saragih, Sinaga, dan Purba. Kemudian marga marga

(nama keluarga) tersebut menjadi 4 marga besar di Simalungun.

Orang Batak menyebut suku ini sebagai suku "Si Balungu" dari legenda hantu yang

menimbulkan wabah penyakit di daerah tersebut, sedangkan orang Karo menyebutnya

Timur karena bertempat di sebelah timur mereka.

Asal-usul

Terdapat berbagai sumber mengenai asal usul Suku

Simalungun, tetapi sebagian besar menceritakan

bahwa nenek moyang Suku Simalungun berasal dari

luar Indonesia.

Kedatangan ini terbagi dalam 2 gelombang [1]:

1. Gelombang pertama (Simalungun Proto ),

diperkirakan datang dari Nagore (India

Selatan) dan pegunungan Assam (India Timur)

di sekitar abad ke-5, menyusuri Myanmar,

ke Siam dan Malaka untuk selanjutnya menyeberang ke Sumatera Timur dan

mendirikan kerajaan Nagur dari Raja dinasti Damanik.

2. Gelombang kedua (Simalungun Deutero), datang dari suku-suku di

sekitar Simalungun yang bertetangga dengan suku asli Simalungun.

Pada gelombang Proto Simalungun di atas, Tuan Taralamsyah Saragih menceritakan

bahwa rombongan yang terdiri dari keturunan dari 4 Raja-raja besar dari Siam dan

India ini bergerak dari Sumatera Timur ke daerah Aceh, Langkat, daerah Bangun Purba,

hingga ke Bandar Kalifah sampai Batubara.

Kemudian mereka didesak oleh suku setempat hingga bergerak ke daerah

pinggiran danau Toba dan Samosir.

Pustaha Parpandanan Na Bolag (pustaka Simalungun kuno) mengisahkan

bahwa Parpandanan Na Bolag (cikal bakal daerah Simalungun) merupakan kerajaan

Page 2: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

tertua di Sumatera Timur yang wilayahnya bermula dari Jayu (pesisir Selat Malaka)

hingga ke Toba. Sebagian sumber lain menyebutkan bahwa wilayahnya

meliputi Gayo dan Alas di Aceh hingga perbatasan sungai Rokan di Riau.

Kini, di Kabupaten Simalungun sendiri, Akibat derasnya imigrasi, suku Simalungun

hanya menjadi mayoritas di daerah Simalungun Atas.

Kehidupan masyarakat Simalungun

Sistem mata pencaharian orang Simalungun yaitu bercocok tanam dengan padi dan jagung, karena padi adalah makanan pokok sehari-hari dan jagung adalah makanan tambahan jika hasil padi tidak mencukupi. Jual-beli diadakan dengan barter, bahasa yang dipakai adalah bahasa dialek. "Marga" memegang peranan penting dalam soal adat Simalungun. Jika dibandingkan dengan keadaan Simalungun dengan suku Batak yang lainnya sudah jauh berbeda.

Sistem Politik

Pada masa sebelum Belanda masuk ke Simalungun, suku ini terbagi ke dalam 7 daerah

yang terdiri dari 4 Kerajaan dan 3 Partuanan.[4]

Kerajaan tersebut adalah:

1. Siantar (menandatangani surat tunduk pada belanda tanggal 23 Oktober 1889,

SK No.25)

2. Panei (Januari 1904, SK No.6)

3. Dolok Silou

4. Tanoh Djawa (8 Juni 1891, SK No.21)

Sedangkan Partuanan (dipimpin oleh seseorang yang bergelar "tuan") tersebut terdiri

atas:

1. Raya (Januari 1904, SK No.6)

2. Purba

3. Silimakuta

Page 3: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

Kerajaan-kerajaan tersebut memerintah secara swaparaja. Setelah Belanda datang

maka ketiga Partuanan tersebut dijadikan sebagai Kerajaan yang berdiri sendiri secara

sah dan dipersatukan dalam Onderafdeeling Simalungun.

Dengan Beslit tanggal 24 April 1906 nomor 1 kemudian diperkuat lagi dengan Besluit

tanggal 22 Januari 1908 nomor 57, Raja Siantar Sang Nahualu dinyatakan dijatuhkan

dari tahtanya selaku Raja Siantar oleh pemerintah Hindia Belanda. Pemerintahan

kerajaan Siantar, menunggu akil baligh Tuan Kodim dipimpin oleh suatu Dewan

Kerajaan terdiri dari Tuan Marihat, Tuan Sidamanik dan diketuai oleh Kontelir

Simalungun.

Setelah dibuangnya Raja Siantar Sang Naualuh dan Perdana Menterinya Bah Bolak oleh

Belanda dalam tahun 1906 ke Bengkalis, maka sudah ratalah kini jalan untuk

memaksakan Dewan Kerajaan Siantar yang diketuai Kontelir Belanda itu dan

dibentuklah Besluit tanggal 29-7-1907 nomor 254 untuk membuat Pernyataan Pendek

(Korte Verklaring) takluknya Siantar kepada Pemerintah Hindia Belanda. Dari isi surat-

surat dokumen Belanda dapatlah direka yang tersirat bahwa dimakzulkannya dari tahta

Siantar Tuan Sang Nahualu dan dibuangnya ia bersama perdana menterinya Bah Bollak

ke Bengkalis 1906, adalah terutama karena background : Ia bersama hampir seluruh

Orang-orang Besar Kerajaan Siantar adalah anti penjajahan Belanda; bahwa

merembesnya propaganda Islam ke Simalungun khususnya dan Tanah Batak umumnya

tidaklah disenangi oleh penjajah Belanda.

Pada 16 Oktober 1907 oleh Tuan Torialam (Tuan Marihat) dan Tuan Riah Hata (Tuan

Sidamanik), melalui Verklaring (Surat Ikrar), dinyatakan tunduk kepada Belanda.

Dalam butir satu dari Verklaring yang memakai aksara Arab Melayu dengan Bahasa

Melayu dan aksara Latin dengan Bahasa Belanda itu, tertulis, “

Ten eerste: dat het landschap Siantar een gedeelte uitmaakt van Nederlandsch Indie en

derhalve staat onder de heerschappij van Nederland..” (Pertama: bahwa wilayah

Siantar merupakan bagian dari Hindia Belanda dan karena itu berada di bawah

kerajaan Belanda…). Masih ditambahkan bahwa akan setia kepada Ratu Belanda dan

Gubernur Jenderal.

Sejak Surat Ikrar Torialam dari Marihat dan Riah Hata dari Sidamanik itu, Kerajaan

Siantar akhirnya di bawah pengawasan Belanda. Belanda kemudian menobatkan putra

Sang Naualuh bukan dari permaisuri, yang masih teramat muda, Tuan Riah Kadim

menjadi raja pengganti. Tuhan Riah Kadim yang masih polos itu kemudian diserahkan

Belanda kepada Pendeta Zending Guillaume di Purba. Pada Tahun 1916, Tuhan Riah

Kadim diubah namanya menjadi Waldemar Tuan Naga Huta dan diakui Belanda sebagai

Raja.( Suntingan dari Muhar Omtatok , Erond Damanik dan Juandaha Raya Purba

Dasuha).

Page 4: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

Selain 3 partuanan yang tersebut atas masih terdapat beberapa partuaan yang lain

antara lain:

1. Parbalogan (tuan parbalogan op.Dja Saip Saragih Napitu) yang wilayahnya dari

parmahanan hingga ke tigaras

2. Si Tahan Batoe Toean Van Si Polha , Si Ria Kadi Toean Van Manik Si Polha , Toean

Gurasa Dolok Sumurung / Bandar Sipolha , Toean Intan Pulo Bosar Sipolha , Tuan

Kalabosar ( Dolok Maraja Sipolha ), Tuan Paraloangin ( Jambur Na Bolag

Sipolha ), Tuan Parangsangbosi ( Paribuan Sipolha ) semua Keturunan Raja

Naposo Damanik.

3. Si Tahan Batoe Toean Van Si Polha / Toean Laen / Nai Tukkup , salah satu

keturunannya adalah Tuan Jahutar Damanik dan Tuan Humala Sahkuda Damanik

( Hutabolon Sipolha ) orang tua dari: Tuan Djapurba Damanik, Tuan Djabagus

Damanik, Tuan Djabanten Damanik, mantan Bupati Kabupaten Simalungun,

Tuan Djahormat Damanik, Mora br.Damanik, Mayun br. Damanik.

4. Si Ria Kadi Toean Van Manik Si Polha / Toean Markadim / Nai Simin ,

keturunannya sebagai berikut pada no 5 , 6 , 7 :

5. Tuan Paraloangin Damanik ( Tuan Jambur Na Bolag Sipolha ) dengan laweinya

Radja Israel Sinaga Prapat dari Parapat salah satu keturunannya adalah Tuan

Labuhan Asmin Damanik ( Tuan Jambur Na Bolag berikutnya ) keturunannya

adalah Prof.DR SC Reynold Kamrol Damanik ( USU ) , Prof DR David Tumpal

Damanik ( USA ) , Cand.DR.Ec Daulat Damanik MA. ( Jerman ).

6. Tuan Parangsangbosi Damanik ( Tuan Paribuan Sipolha ) salah satu

keturunannya adalah Brigjen Pol (Purn) Muller Damanik , SH ( Mantan Rektor USI

P.Siantar).

7. Tuan Kalabosar Damanik ( Tuan Dolok Maraja Sipolha ) salah satu keturunannya

adalah Ir. Syamsirun Damanik ( mantan salah satu Direktur Kem. Pertanian RI ) ,

Drs Pangsa Damanik.

8. Toean Gurasa Dolok Sumurung / Bandar Sipolha , salah satu keturunannya

Mayjen TNI (Purn) Pieter Damanik ( Mantan Dubes RI di Philipina ) , Ir Djagunung

Damanik , Revol Damanik.

9. Sipintu angin (tuan op.S.Saragih Turnip) merupakan orang tua dari Saragih Ras.

Yang hingga kini tugunya (tugu hoda bottar)masih terlihat di Perbatasan

Panatapan Ds.Tigaras

DENGAN KORT VERKLARING, 16 OKTOBER 1907, BELANDA MEMBAGI KERAJAAN

SIANTAR MENJADI 37 PERBAPAAN dan tuan SAUADIM, DAMANIK KE XV, PERBAPAAN

Page 5: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

DARI BANDAR diangkat BELANDA MENJADI RAJA SIANTAR yang berakhir sampai tahun

Revolusi Simalungun 1946.

3. SURAT IKRAR

Bahwa ini ikrar kami :

Si Tori Alam , Tuan Marihat dan Si Ria Hata Tuan Sidamanik.

Yaitu : bersama masuk komisi pemerintahan jajahan negeri Siantar mengaku tiga

perkara yang tersebut di bawah ini , yaitu :

Pasal yang pertama.

Bermula ikrar kami bahwa sesungguhnya negeri Siantar jadi suatu bahagian daripada

Hindia Nederland , maka takluklah negeri Siantar itu kepada kerajaan Belanda , maka

wajiblah atas kami selama-lamanya bersetia kepada Baginda Sri Maharaja Belanda dan

kepada wakil baginda yaitu Sri Paduka yang dipertuan besar Gubernur Jenderal Hindia

Nederland , maka oleh Sri Paduka yang dipertuan besar Gubernur dikurniakan kepada

kami jabatan pemerintahan di dalam Negeri Siantar.

Pasal yang kedua.

Maka mengakulah dan berjanjilah kami , bahwa kami tiada akan membicarakan suatu

apa dari pada ikwal kami dengan Raja - raja yang asing , melainkan musuh Baginda Sri

Maharaja itu musuh kami , begitu juga sahabat Sri Maharaja Belanda itu Sahabat kami

adanya.

Pasal yang ketiga.

Bahwa mengakulah dan berjanjilah kami , bahwa sesungguhnya segala peraturan hal

ikwal Siantar , baik yang telah diaturkan , baik yang akan diikrarkan oleh atau dengan

nama Baginda Sri Paduka yang dipertuan besar Gubernur Jenderal Hindia Nederland

atau wakilnya semua pengaturan itu kami hendak menjalankan akan segala perintah

yang diperintahkan kepada kami , baik oleh Sri paduka yang dipertuan besar Gubernur

Jenderal baik oleh wakilnya , semua perintah itu kami hendak menurutkan juga adanya.

Demikianlah Ikrar yang telah kami mengaku dengan bersumpah di Pematang Siantar

pada enam belas Oktober 1907, dan tersurat tiga helai yang sama bunyinya.

Si Tori Alam

Si Ria Hata

( Anggota dari komisi Kerajaan Siantar )

Disaksikan oleh Si Jure Lucan O'Brien , Controleur Simalungun. Ikrar ini disyahkan dan

dikuatkan pada tanggal 22 Januari , 1908.

Gubernur Jenderal Hindia Belanda

d.t.o

Page 6: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

( V.Heutz )

4. Proces - Verbal / Berita Acara.

Pada hari ini tanggal 16 Oktober 1907 hadir di hadapan saya Jure Lucan O'Brien .

Controleur Simalungun.

Op heden , den Zestienden october negentien honderd en zevend , voor mij , J.L.O'Brien

, Controleur van Simeloengoen.

1. Si Saoeadim , Toean Van Bandar

2. Si Badjandin , Toean Van Bandar Poelau (salah 1 keturunannya adalah Drs. Tuan

Zulkarnain Damanik, MM, Bupati Simalungun periode 2005-2010)

3. Si Kani , Toean Van Bandar Bajoe

4. Si Djamin , pemangkoe Van Toean Negeri Bandar

5. Si Mia , Toean Van Si Malangoe

6. Si Kama , Roumah Suah

7. Si Bisara , Nagodang

8. Si Djommaihat , Toean Kahaha

9. Si Djarainta , Toean Boentoe

10.Si Djandioeroeng , Toean Dolok Siantar

11.Si Silim , Toean Van Bandar Sakoeda

12.Si Djontahali , Toean Van Mariah Bandar

13.Si Rimmahala , Toean Van Naga Bandar

14.Si Kadim , Toean Van Bandar Tonga

15.Si Tongma , Bah Bolak Van Pematang Siantar

16.Si Naman , Toean Van Lingga

17.Si Djaha , Toean Van Bangoen

18.Si Djibang , Toean Van Dolok Malela

19.Si Djandiain , Toean Van Silo Bajoe

20.Si Lampot , Toean Van Djorlang Hataran

21.Si Djanji-arim , Toean Van Maligas Bandar

22.Si Djadi , Toean Van Sakuda

23.Si Radjawan , Toean Van Gunung Maligas

24.Si Djaoelak , Toean Van Tamboen

25.Si Tahan Batoe , Toean Van Si Polha

26.Si Ria Kadi , Toean Van Manik Si Polha

27.Si Ganjang , Toean Van Repa

28.Si Djoinghata , Toean Van Pagar Batoe

29.Si Djaingot , Toean Van Si Lampoeyang

Page 7: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

30.Si Djaoeroeng , Toean Van Gadjing

31.Si Mahata , Toean anggi Van Sidamanik

32.Si Bandar , Toean Manik Hataran

33.Si Takkang , Toean Van Tamboen Rea

34.Si Rian , Toean Van Manik Maradja

35.Si Marihat , Toean Van Perbalogan

36.Si Pinggan , Toean Van Hoeta Bajoe

37.Si Djoegmahita , Toean Van Manggoetoer

Dimana mereka sebagai para kepala kerajaan / perbapaan , dihadapan saya telah

menerangkan dan bersetuju dengan keterangan yang dibuat ini hari oleh komisi

kerajaan Siantar dengan kehadirannya atas sumpah dan dikuatkan dalam ikrar ini.

Demikian diperbuat ikrar ini berdasarkan berita acara dengan tiga rangkap.

Pematang Siantar , 16 Oktober 1907.-

Controleur Simalungun.

d.t.o

( Jure Lucan O'Brien )

( dalam Tulisan , Jahutar Damanik , NPV : 2.029.293, Raja Sang Naualuh , Sejarah

Perjuangan Kebangkitan Bangsa Indonesia , Medan medio 1981 cetak ulang tahun 1987

)

Partuanan-partuanan ini tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Belanda saat itu, di

daerah dilakukan perlawanan perlawanan kecil secara bergerilya.

Bahasa & Aksara

Suku Simalungun menggunakan Bahasa Simalungun

(bahasa simalungun: hata/sahap Simalungun) sebagai

bahasa Ibu. Derasnya pengaruh dari suku-suku di sekitarnya

mengakibatkan beberapa bagian Suku Simalungun

menggunakan bahasa Melayu, Karo, Batak, dan sebagainya.

Penggunaan Bahasa Batak sebagian besar disebabkan

penggunaan bahasa ini sebagai bahasa pengantar oleh

penginjil RMG yang menyebarkan agama Kristen pada Suku

Ini.

Aksara yang digunakan suku Simalungun disebut

aksara Surat Sisapuluhsiah.

Page 8: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

Kepercayaan

Bila diselidiki lebih dalam suku Simalungun memiliki berbagai kepercayaan yang berhubungan

dengan pemakaian mantera-mantera dari "Datu" (dukun) disertai persembahan kepada roh-roh

nenek moyang yang selalu didahului panggilan kepada Tiga Dewa yang disebut Naibata,

yaitu Naibata di atas (dilambangkan dengan warna Putih), Naibata di tengah (dilambangkan dengan

warna Merah), dan Naibata di bawah (dilambangkan dengan warna Hitam). 3 warna yang mewakili

Dewa-Dewa tersebut (Putih, Merah dan Hitam) mendominasi berbagai ornamen suku Simalungun

dari pakaian sampai hiasan rumahnya.

Orang Simalungun percaya bahwa manusia dikirim ke dunia

oleh naibata dan dilengkapi dengan Sinumbah yang dapat

juga menetap di dalam berbagai benda, seperti alat-alat dapur

dan sebagainya, sehingga benda-benda tersebut harus

disembah. Orang Simalungun menyebut roh orang mati

sebagai Simagot. Baik Sinumbah maupun Simagot harus

diberikan korban-korban pujaan sehingga mereka akan

memperoleh berbagai keuntungan dari kedua sesembahan

tersebut.[8]

Patung Sang Budha menunggang Gajah koleksi Museum

Simalungun, yang menunjukkan pengaruh ajaran Budha pada Masyarakat Simalungun.

Ajaran Hindu dan Budha juga pernah mempengaruhi kehidupan di Simalungun, hal ini terbukti

dengan peninggalan berbagai patung dan arca yang ditemukan di beberapa tempat di Simalungun

yang menggambarkan makna Trimurti (Hindu) dan Sang Buddhayang menunggangi Gajah (Budha).

Marga

Harungguan Bolon

Terdapat empat marga asli suku Simalungun yang populer dengan akronimSISADAPUR, yaitu:

Si naga

Sa ragih

Da manik

Pur ba

Keempat marga ini merupakan hasil dari

“Harungguan Bolon” (permusyawaratan

besar) antara 4 raja besar untuk tidak saling

menyerang dan tidak saling bermusuhan

(marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup

mangimbang munssuh). Rumah Bolon Raja Purba di Pematang Purba, Simalungun

Page 9: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

Keempat raja itu adalah[10]:

Raja Nagur   bermarga Damanik Damanik berarti Simada Manik (pemilik manik), dalam bahasa Simalungun, Manik

berarti Tonduy, Sumangat, Tunggung, Halanigan (bersemangat, berkharisma, agung/terhormat,

paling cerdas).

Damanik adalah marga atau morga dari suku Simalungun yang aslinya berasal dari daerah yang

bernama Simalungundi provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Damanik berarti Simada

Manik (pemilik manik), yang mana dalam bahasa Simalungun Manik berarti Tonduy, Sumangat,

Tunggung, Halanigan (bersemangat, berkharisma, agung/terhormat, paling cerdas). TM. Muhar

Omtatok menguraikan bahwa Damanik merupakan marga tertua dari suku Simalungun dan

Batak. TM Muhar Omtatok juga mengungkapkan bahwa Damanik telah ada sejak kepercayaan

lokal ada di Sumatera.

Asal-usul

Beberapa versi sumber sejarah menyatakan bahwa leluhur marga Damanik dan marga-marga lain

dalam Suku Simalungun berasal dari Nagore (India Selatan) dan Pegunungan Assam (India Timur)

di sekitar abad ke-5 , menyusuriBirma, ke Siam dan Malaka untuk selanjutnya menyeberang ke

Sumatera Timur dan mendirikan Kerajaan Nagur dari raja dinasti Damanik.[1]

Tuan Taralamsyah Saragih menceritakan bahwa rombongan yang terdiri dari keturunan dari 4 Raja-

raja besar dari Siam dan India ini bergerak dari Sumatera Timur ke Aceh, Langkat, Bangun Purba,

hingga ke Bandar Khalipah sampaiBatubara.

Pada abad ke-12, keturunan Raja Nagur mendapat serangan dari Raja Rajendra Chola I dari India,

yang mengakibatkan terusirnya mereka dari Pamatang Nagur di daerah Pulau Pandan hingga

terbagi menjadi 3 bagian sesuai dengan jumlah puteranya:[2]

Marah Silau (yang menurunkan Raja Manik Hasian, Raja Jumorlang, Raja Sipolha, Raja

Siantar, Tuan Raja Sidamanik dan Tuan Raja Bandar)

Soro Tilu (yang menurunkan marga raja Nagur di sekitar gunung Simbolon: Damanik Nagur,

Bayu, Hajangan, Rih, Malayu, Rappogos, Usang, Rih, Simaringga, Sarasan, Sola)

Timo Raya (yang menurunkan raja Bornou, Raja Ula dan keturunannya Damanik Tomok)

Selain itu datang marga keturunan Silau Raja, Ambarita Raja, Gurning Raja, Malau Raja, Limbong,

Manik Raja yang berasal dari Pulau Samosir dan mengaku Damanik di Simalungun.

Jika dirunut dari Dinasti Nagur, Damanik merupakan turunan dari Raja Nagur, yaitu Marah Silau –

yang menurunkan Raja Manik Hasian, Raja Jumorlang, Raja Sipolha, Raja Siantar, Tuan Raja

Sidamanik dan Tuan Raja Bandar, Soro Tilu – yang menurunkan marga raja Nagur di sekitar

gunung Simbolon: Damanik Nagur, Bayu, Hajangan, Rih, Malayu, Rappogos, Usang, Rih,

Simaringga, Sarasan, Sola, serta Timo Raya – yang menurunkan raja Bornou, Raja Ula dan

keturunannya Damanik Tomok)

Page 10: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

Selain itu datang marga keturunan Silau Raja, Ambarita Raja, Gurning Raja, Malau Raja, Limbong,

Manik Raja yang mengaku sub-clan Damanik di Simalungun.

Damanik merupakan morga (marga) asli dan tertua di Simalungun. Jika Damanik diberi arti Simada

Manik (pemilik manik), maka Damanik berarti Pemilik Tonduy, Sumangat, Tunggung, Halanigan

(bersemangat, berkharisma, agung/terhormat, paling cerdas).

Sejak zaman Nagur, Damanik telah menjadi leader bagi tamadun marga lainnya. Sebagai marga

bangsawan awal, Damanik mengatur tatanan kesimalungunan.

Jika direnungkan bahwa tiap-tiap raja goraha non Damanik adalah menantu Damanik sebagai Raja

kala itu. Bukan sebuah ungkapan berlebihan jika Damanik mempengaruhi dan mewarnai etnografi,

linguistik, sosiokultur maupun genetika marga lain.

Jika sebagian saudara kita, mengaitkan Damanik dengan Manik. Tentu Damanik boleh berbangga

atas tawaran persaudaraan tersebut. Namun jika dilihat dari perjalanan panjang morga Damanik

dalam tinjauan habonaron, maka sebuah kebenaran tidaklah boleh ditiadakan.

Justru kata ‘Damanik’ dan ‘Manik’ yang hanya dibedakan suku kata ‘Da’ menjadi menarik untuk

dikaji.

Jika didengar bunyi-bunyi lingual condong berubah karena lingkungannya. Dengan demikian,

perubahan bunyi tersebut bisa berdampak pada dua kemungkinan. Apabila perubahan itu tidak

sampai membedakan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut masih

merupakan alofon atau varian bunyi dari fonem yang sama. Dengan kata lain. perubahan itu masih

dalam lingkup perubahan fonetis. Tetapi, apabila perubahan bunyi itu sudah sampai berdampak

pada pembedaan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut merupakan

alofon dari fonem yang berbeda. Dengan kata lain, perubahan itu disebut sebagai perubahan

fonemis.

Penghilangan bunyi fonemis sebagai akibat upaya penghematan atau ekonomisasi pengucapan

disebut Zeroisasi dalam ilmu bahasa. Peristiwa ini biasa terjadi pada penuturan bahasa-bahasa di

dunia, termasuk bahasa-bahasa di Indonesia.

Dalam bahasa Indonesia yang berakar dari bahasa Melayu, kita menemukan banyak kata yang

berubah dari aslinya. Misalnya, kata Sahaya menjadi Saya, Dahulu menjadi Dulu, Tetapi menjadi

Tapi, dan lainnya.

Jika di Simalungun, kata Danau disebut Laut, sebutan yang diperuntukkan untuk sumber kumparan

air yang besar, yang juga diperuntukkan untuk menyebut kata laut seperti dalam Bahasa Indonesia.

Kata ‘Laut’ tersebut mengalami perubahan ketika disebutkan dalam bahasa Karo, menjadi ‘Lau’,

dan terus bergeser pada bahasa Batak Toba menjadi ‘ Tao”. Sehingga keasliannya bisa kita

urutkan menjadi: Laut (Simalungun) – Lau (Karo) – Tao (Batak Toba).

Jika diklasifikasikan zeroisasi, paling tidak ada tiga jenis, yaitu aferesis, apokop, dan sinkop. Kata

Damanik dan Manik masuk dalam Aferesis, yaitu proses penghilangan atau penanggalan satu atau

lebih fonem pada awal kata. Misalnya: tetapi menjadi tapi, peperment menjadi permen, upawasa

Page 11: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

menjadi puasa. Pada kata-kata itu tampak jelas yang mana kata terdahulu dan kata berikutnya.

Kata Tetapi, Pepermint dan Upawasa adalah lebih tua ketimbang kata Tapi, Permen maupun

Puasa.

Begitu halnya dengan Damanik dan Manik,yang tampak terjawab kini. Yaitu Damanik adalah lebih

tua atau terdahulu ketimbang Manik.

Disini dikatakan bahwa Damanik bukanlah afiliasi atau sub-clan dari marga lain, baik yang ada di

Simalungun maupun di luar Simalungun.

“PERJALANAN SIMALUNGUN/DAMANIK DALAM TINJAUAN HABONARON”

Oleh Sauhur ( M. Muhar Omtatok )

DAMANIK DAN RANJI SERAT TUBUH

Ranji Serat Tubuh merupakan keilmuan kuno di masa animisme dan dinamisme. Ilmu ini

memuasalkan huruf dengan titik-titik maya di tubuh manusia. Huruf atau carakan Jawa yakni ha na

ca ra ka dan seterusnya diyakini penghayatnya sebagai sabda pangandikanipun dari Tuhan di

Tanah Jawa.

Ketika agama-agama berikutnya masuk ke Nusantara, Keilmuan kuno ini mengalami adaptasi.

Huruf Hijaiyah dalam Bahasa Arab yang masuk ke Nusantara bersama masuknya Islam. Dianggap

juga memiliki kharisma mistis, sehingga Ilmu Ranji Tubuh-pun menggunakan huruf-huruf import

tersebut.

Keilmuan warisan leluhur ini sering pula dikaitkan dengan elemen-elemen tertentu, misalnya Bumi,

Air, Api, Udara, dan Ether. Filsuf Yunani, Empedocles (492-432 SM) menyebutnya sebagai 4 ‘akar‘

atau 4 ‘dasar‘. Hippocrates (460~377 SM), Bapak Kedokteran, juga menggunakan konsep keempat

elemen ini untuk pengobatan, yaitu teori bahwa penyakit timbul akibat ketidakseimbangan 4 cairan

dalam tubuh (Humorism). Di India, kelima elemen ini sudah dikenal sejak dari munculnya

kebudayaan atau filsafat Hindu dan Buddha. Begitu juga di China dan Jepang.

Di India, Ilmu Ranji Tubuh hingga kini sangat popular. Diyakini bahwa pada tubuh memiliki titik-titik

maya yang mereka sebut dengan Chakra. Maka Aura sebagai manifestasi warna tubuh, dikatakan

muncul dari chakra tersebut.

Di Simalungun, Ranji Serat Tubuh sudah teramat lama ada, sebelum Islam, Kristen dan lainnya

masuk ke Tanoh Namadear ini. Keilmuan sejenis di Simalungun disebut Adjion Rahoet Mahoerei.

Keilmuan ini Dipergunakan sebagai ‘Bohal Manggoluh’ bagi Pandihar (Pesilat) serta penghayat

keilmuan Hadatuan (Pengobatan Tradisi). Di Simalungun klasik, keilmuan ini menggunakan huruf-

huruf dari Surat sappuluh Siah yang dikolaborasikan dengan titik-titik tubuh serta langkah tubuh.

Bagi pemuda-pemuda yang belajar Mandihar (bersilat) dan Hadatuan di Simalungun kala itu,

dianjurkan untuk menghormati pimpinan-pimpinan gaib dari abjad diatas, dengan ritual khusus yang

Page 12: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

menyediakan sesaji berupa Ayam Merah yang disusun diatas daun dan diletakkan di tikar yang

masih baru, sira pege yaitu cocolan garam, lada dan jahe 7 iris, bunga kembang sepatu 7 tangkai.

Semua bahan ini dilingkari dengan benang putih.Dalam sebuah pustaha laklak diterangkan, bahan

diatas dilengkapi dengan nira, air, rudang, minyak saloh, beras sangrai yang dibuat tepung, 19

lembar sirih, kue nitak (tepung beras dicampur gula aren) serta huruf-huruf dari Aksara Simalungun

yang telah disediakan.

Seluruh murid mengelilingi tikar tempat sesaji dan huruf yang diletakkan, lalu sang Datu membacai

mantra. Berikut contoh mantra yang saya yakini sudah mendapat pengaruh unsur luar, yaitu:

“Borkat ma hamu RAJA I DABIYA, Borkat ma hamu TUAN DIBORAKU, Borkat ma hamu ASAL

NABU, Borkat ma hamu SITUNAGORI, Borkat ma hamu TUWAN NABI ALLI, Borkat ma hamu si

ALAM SADIYA, Borkat ma hamu si ALAM SADIA SAH, Borkat ma hamu si ALAM JAHARI, Borkat

ma hamu TUWAN MARJANDIHI, Borkat ma hamu RAJA SIPORAT NANGGAR, Borkat ma hamu

RAJA ENDAH DUNIYA, Borkat ma hamu RAJA DI PUSUK SUNGEI, Borkat ma hamu TUWAN

NABI ALI MUHAMMAD, Borkat ma hamu TUWAN SI NAHAR NANGKIR, Borkat ma hamu

OMPUNG ANGLAH TAALA, Borkat ma hamu PUWANG AJI BORAIL, harannya ham Puwang ni

Surat Sapuluh Siyah, na mannaikhon hosah, iya Tuwanku Jungjunganku” .

Lalu murid disuruh memilih huruf yang disukainya secara intuitif. huruf inilah yang bisa dijadikannya

sebagai pegangan berupa jimat dan sebagainya untuk menyatukan diri dengan alam gaib. huruf

yang dipilih bisa di jadikan mantra handalan. Dalam Pustaha Laklak, ada beberapa mantra yang

digunakan dengan membaca huruf yang dipilih tadi, membacanya dengan mandoding yaitu

bersenandung; misalnya untuk Pagar Pertahanan.

Kembali ke Adjion Rahoet Mahoerei atau Ilmu Ranji Serat Tubuh ala Simalungun. Dalam keilmuan

yang dalam tulisan ini sekadar sebagai bahan kajian saja, ada disebutkan 4 huruf inti sebagai pusat

Tonduy, Sumangat yang mampu melahirkan kekuatan tenagadalam. Empat huruf itu adalah ‘Da –

Ma – Na – K’.

‘Da – Ma – Na – K’ disebutkan mempunyai tempat khusus di tubuh. (Da) berfungsi sebagai ‘Daoh-

daoh’, yaitu memukul dari posisi tidak langsung namun bisa melumpuhkan lawan. Da ini terletak

pada titik di kening diantara dua alis dan beberapa tempat lain dengan jurus dihar tertentu pula.

(Ma) berfungsi sebagai ‘Magang’, yaitu membuat tubuh berkharisma dan disegani lawan maupun

kawan. Ma ini terletak pada titik di atas mata sebelah atas alis dan tempat lain pada tubuh.

(Na) berfungsi sebagai ‘Nae’, yaitu kaki yang mampu melangkah gesit dan melangkah ke sasaran

yang tepat. Na terletak pada titik di bawah kemaluan serta di beberapa titik lain pada tubuh.

Sedangkan (K) tidak berhuruf karena ia adalah ‘Kurusani’, yaitu elemen induk besi yang diyakini

sudah diberikan ‘Naibata’ sejak lahir di dalam tubuh. Jika dilatih dan dihidupkan, Kurusani atau

indung ni bosi ini mampu membuat kebal, kekuatan dan ketahanan tubuh.

Page 13: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

Dari uraian ini, saya menarik hipotesa bahwa selain berasal dari Simada Manik yaitu yang memiliki

kharisma spiritual; Damanik adalah sebutan yang berasal dari urutan huruf ‘Da – Ma – Na – K’

tersebut, hingga selanjutnya disebut ‘Da – Ma – Ni – K’.

Kelebihan yang terkandung dari serat ranji tubuh ‘Da – Ma – Na – K’, yang mampu melumpuhkan

lawan, memiliki tubuh berkharisma dan disegani lawan maupun kawan, mampu melangkah gesit

dan melangkah ke sasaran yang tepat serta terlahir kebal, kuat dan memiliki ketahanan tubuh,

adalah ejawantah dari Marga Damanik, sejak masa awal, Nagur, Siantar dan kiranya sampai kini.

Inilah bukti “PERJALANAN SIMALUNGUN/DAMANIK DALAM TINJAUAN HABONARON”,

sebagai etnis/marga tua yang berbudaya dan memiliki peradaban yang tinggi.

Sistem Politik

Pada masa sebelum Belanda masuk ke Simalungun, suku ini terbagi ke dalam 7 daerah yang terdiri

dari 4 Kerajaan dan 3 Partuanan.[4]

Kerajaan tersebut adalah:

1. Siantar (menandatangani surat tunduk pada belanda tanggal 23 Oktober 1889, SK No.25) 2. Panei (Januari 1904, SK No.6) 3. Dolok Silou 4. Tanoh Djawa (8 Juni 1891, SK No.21)

Sedangkan Partuanan (dipimpin oleh seseorang yang bergelar "tuan") tersebut terdiri atas:

1. Raya (Januari 1904, SK No.6) 2. Purba 3. Silimakuta

Kerajaan-kerajaan tersebut memerintah secara swaparaja. Setelah Belanda datang maka ketiga

Partuanan tersebut dijadikan sebagai Kerajaan yang berdiri sendiri secara sah dan dipersatukan

dalam Onderafdeeling Simalungun.

Dengan Beslit tanggal 24 April 1906 nomor 1 kemudian diperkuat lagi dengan Besluit tanggal 22

Januari 1908 nomor 57, Raja Siantar Sang Nahualu dinyatakan dijatuhkan dari tahtanya selaku

Raja Siantar oleh pemerintah Hindia Belanda. Pemerintahan kerajaan Siantar, menunggu akil baligh

Tuan Kodim dipimpin oleh suatu Dewan Kerajaan terdiri dari Tuan Marihat, Tuan Sidamanik dan

diketuai oleh Kontelir Simalungun.

Setelah dibuangnya Raja Siantar Sang Naualuh dan Perdana Menterinya Bah Bolak oleh Belanda

dalam tahun 1906 ke Bengkalis, maka sudah ratalah kini jalan untuk memaksakan Dewan Kerajaan

Siantar yang diketuai Kontelir Belanda itu dan dibentuklah Besluit tanggal 29-7-1907 nomor 254

untuk membuat Pernyataan Pendek (Korte Verklaring) takluknya Siantar kepada Pemerintah Hindia

Belanda. Dari isi surat-surat dokumen Belanda dapatlah direka yang tersirat bahwa dimakzulkannya

dari tahta Siantar Tuan Sang Nahualu dan dibuangnya ia bersama perdana menterinya Bah Bollak

Page 14: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

ke Bengkalis 1906, adalah terutama karena background : Ia bersama hampir seluruh Orang-orang

Besar Kerajaan Siantar adalah anti penjajahan Belanda; bahwa merembesnya propaganda Islam

ke Simalungun khususnya dan Tanah Batak umumnya tidaklah disenangi oleh penjajah Belanda.

Pada 16 Oktober 1907 oleh Tuan Torialam (Tuan Marihat) dan Tuan Riah Hata (Tuan Sidamanik),

melalui Verklaring (Surat Ikrar), dinyatakan tunduk kepada Belanda.

Dalam butir satu dari Verklaring yang memakai aksara Arab Melayu dengan Bahasa Melayu dan

aksara Latin dengan Bahasa Belanda itu, tertulis, “

Ten eerste: dat het landschap Siantar een gedeelte uitmaakt van Nederlandsch Indie en derhalve

staat onder de heerschappij van Nederland..” (Pertama: bahwa wilayah Siantar merupakan bagian

dari Hindia Belanda dan karena itu berada di bawah kerajaan Belanda…). Masih ditambahkan

bahwa akan setia kepada Ratu Belanda dan Gubernur Jenderal.

Sejak Surat Ikrar Torialam dari Marihat dan Riah Hata dari Sidamanik itu, Kerajaan Siantar akhirnya

di bawah pengawasan Belanda. Belanda kemudian menobatkan putra Sang Naualuh bukan dari

permaisuri, yang masih teramat muda, Tuan Riah Kadim menjadi raja pengganti. Tuhan Riah Kadim

yang masih polos itu kemudian diserahkan Belanda kepada Pendeta Zending Guillaume di Purba.

Pada Tahun 1916, Tuhan Riah Kadim diubah namanya menjadi Waldemar Tuan Naga Huta dan

diakui Belanda sebagai Raja.( Suntingan dari Muhar Omtatok , Erond Damanik dan Juandaha Raya

Purba Dasuha).

Selain 3 partuanan yang tersebut atas masih terdapat beberapa partuaan yang lain antara lain:

1. Parbalogan (tuan parbalogan op.Dja Saip Saragih Napitu) yang wilayahnya dari

parmahanan hingga ke tigaras

2. Si Tahan Batoe Toean Van Si Polha , Si Ria Kadi Toean Van Manik Si Polha , Toean

Gurasa Dolok Sumurung / Bandar Sipolha , Toean Intan Pulo Bosar Sipolha , Tuan

Kalabosar ( Dolok Maraja Sipolha ), Tuan Paraloangin ( Jambur Na Bolag Sipolha ), Tuan

Parangsangbosi ( Paribuan Sipolha ) semua Keturunan Raja Naposo Damanik.

3. Si Tahan Batoe Toean Van Si Polha / Toean Laen / Nai Tukkup , salah satu keturunannya

adalah Tuan Jahutar Damanik dan Tuan Humala Sahkuda Damanik ( Hutabolon Sipolha )

orang tua dari: Tuan Djapurba Damanik, Tuan Djabagus Damanik, Tuan Djabanten

Damanik, mantan Bupati Kabupaten Simalungun, Tuan Djahormat Damanik, Mora

br.Damanik, Mayun br. Damanik.

4. Si Ria Kadi Toean Van Manik Si Polha / Toean Markadim / Nai Simin , keturunannya

sebagai berikut pada no 5 , 6 , 7 :

5. Tuan Paraloangin Damanik ( Tuan Jambur Na Bolag Sipolha ) dengan laweinya Radja Israel

Sinaga Prapat dari Parapat salah satu keturunannya adalah Tuan Labuhan Asmin Damanik

( Tuan Jambur Na Bolag berikutnya ) keturunannya adalah Prof.DR SC Reynold Kamrol

Page 15: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

Damanik ( USU ) , Prof DR David Tumpal Damanik ( USA ) , Cand.DR.Ec Daulat Damanik

MA. ( Jerman ).

6. Tuan Parangsangbosi Damanik ( Tuan Paribuan Sipolha ) salah satu keturunannya adalah

Brigjen Pol (Purn) Muller Damanik , SH ( Mantan Rektor USI P.Siantar).

7. Tuan Kalabosar Damanik ( Tuan Dolok Maraja Sipolha ) salah satu keturunannya adalah Ir.

Syamsirun Damanik ( mantan salah satu Direktur Kem. Pertanian RI ) , Drs Pangsa

Damanik.

8. Toean Gurasa Dolok Sumurung / Bandar Sipolha , salah satu keturunannya Mayjen TNI

(Purn) Pieter Damanik ( Mantan Dubes RI di Philipina ) , Ir Djagunung Damanik , Revol

Damanik.

9. Sipintu angin (tuan op.S.Saragih Turnip) merupakan orang tua dari Saragih Ras. Yang

hingga kini tugunya (tugu hoda bottar)masih terlihat di Perbatasan Panatapan Ds.Tigaras

DENGAN KORT VERKLARING, 16 OKTOBER 1907, BELANDA MEMBAGI KERAJAAN SIANTAR

MENJADI 37 PERBAPAAN dan tuan SAUADIM, DAMANIK KE XV, PERBAPAAN DARI BANDAR

diangkat BELANDA MENJADI RAJA SIANTAR yang berakhir sampai tahun Revolusi Simalungun

1946.

3. SURAT IKRAR

Bahwa ini ikrar kami :

Si Tori Alam , Tuan Marihat dan Si Ria Hata Tuan Sidamanik.

Yaitu : bersama masuk komisi pemerintahan jajahan negeri Siantar mengaku tiga perkara yang

tersebut di bawah ini , yaitu :

Pasal yang pertama.

Bermula ikrar kami bahwa sesungguhnya negeri Siantar jadi suatu bahagian daripada Hindia

Nederland , maka takluklah negeri Siantar itu kepada kerajaan Belanda , maka wajiblah atas kami

selama-lamanya bersetia kepada Baginda Sri Maharaja Belanda dan kepada wakil baginda yaitu Sri

Paduka yang dipertuan besar Gubernur Jenderal Hindia Nederland , maka oleh Sri Paduka yang

dipertuan besar Gubernur dikurniakan kepada kami jabatan pemerintahan di dalam Negeri Siantar.

Pasal yang kedua.

Maka mengakulah dan berjanjilah kami , bahwa kami tiada akan membicarakan suatu apa dari pada

ikwal kami dengan Raja - raja yang asing , melainkan musuh Baginda Sri Maharaja itu musuh kami ,

begitu juga sahabat Sri Maharaja Belanda itu Sahabat kami adanya.

Pasal yang ketiga.

Bahwa mengakulah dan berjanjilah kami , bahwa sesungguhnya segala peraturan hal ikwal

Siantar , baik yang telah diaturkan , baik yang akan diikrarkan oleh atau dengan nama Baginda Sri

Paduka yang dipertuan besar Gubernur Jenderal Hindia Nederland atau wakilnya semua

Page 16: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

pengaturan itu kami hendak menjalankan akan segala perintah yang diperintahkan kepada kami ,

baik oleh Sri paduka yang dipertuan besar Gubernur Jenderal baik oleh wakilnya , semua perintah

itu kami hendak menurutkan juga adanya. Demikianlah Ikrar yang telah kami mengaku dengan

bersumpah di Pematang Siantar pada enam belas Oktober 1907, dan tersurat tiga helai yang sama

bunyinya.

Si Tori Alam

Si Ria Hata

( Anggota dari komisi Kerajaan Siantar )

Disaksikan oleh Si Jure Lucan O'Brien , Controleur Simalungun. Ikrar ini disyahkan dan dikuatkan

pada tanggal 22 Januari , 1908.

Gubernur Jenderal Hindia Belanda

d.t.o

( V.Heutz )

4. Proces - Verbal / Berita Acara.

Pada hari ini tanggal 16 Oktober 1907 hadir di hadapan saya Jure Lucan O'Brien . Controleur

Simalungun.

Op heden , den Zestienden october negentien honderd en zevend , voor mij , J.L.O'Brien ,

Controleur van Simeloengoen.

1. Si Saoeadim , Toean Van Bandar 2. Si Badjandin , Toean Van Bandar Poelau 3. Si Kani , Toean Van Bandar Bajoe 4. Si Djamin , pemangkoe Van Toean Negeri Bandar 5. Si Mia , Toean Van Si Malangoe 6. Si Kama , Roumah Suah 7. Si Bisara , Nagodang 8. Si Djommaihat , Toean Kahaha 9. Si Djarainta , Toean Boentoe 10. Si Djandioeroeng , Toean Dolok Siantar 11. Si Silim , Toean Van Bandar Sakoeda 12. Si Djontahali , Toean Van Mariah Bandar 13. Si Rimmahala , Toean Van Naga Bandar 14. Si Kadim , Toean Van Bandar Tonga 15. Si Tongma , Bah Bolak Van Pematang Siantar 16. Si Naman , Toean Van Lingga 17. Si Djaha , Toean Van Bangoen 18. Si Djibang , Toean Van Dolok Malela 19. Si Djandiain , Toean Van Silo Bajoe 20. Si Lampot , Toean Van Djorlang Hataran 21. Si Djanji-arim , Toean Van Maligas Bandar

Page 17: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

22. Si Djadi , Toean Van Sakuda 23. Si Radjawan , Toean Van Gunung Maligas 24. Si Djaoelak , Toean Van Tamboen 25. Si Tahan Batoe , Toean Van Si Polha 26. Si Ria Kadi , Toean Van Manik Si Polha 27. Si Ganjang , Toean Van Repa 28. Si Djoinghata , Toean Van Pagar Batoe 29. Si Djaingot , Toean Van Si Lampoeyang 30. Si Djaoeroeng , Toean Van Gadjing 31. Si Mahata , Toean anggi Van Sidapmanik 32. Si Bandar , Toean Manik Hataran 33. Si Takkang , Toean Van Tamboen Rea 34. Si Rian , Toean Van Manik Maradja 35. Si Marihat , Toean Van Perbalogan 36. Si Pinggan , Toean Van Hoeta Bajoe 37. Si Djoegmahita , Toean Van Manggoetoer

Dimana mereka sebagai para kepala kerajaan / perbapaan , dihadapan saya telah menerangkan

dan bersetuju dengan keterangan yang dibuat ini hari oleh komisi kerajaan Siantar dengan

kehadirannya atas sumpah dan dikuatkan dalam ikrar ini. Demikian diperbuat ikrar ini berdasarkan

berita acara dengan tiga rangkap.

Pematang Siantar , 16 Oktober 1907.-

Controleur Simalungun.

d.t.o

( Jure Lucan O'Brien )

( dalam Tulisan , Jahutar Damanik , NPV : 2.029.293, Raja Sang Naualuh , Sejarah Perjuangan

Kebangkitan Bangsa Indonesia , Medan medio 1981 cetak ulang tahun 1987 )

Partuanan-partuanan ini tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Belanda saat itu, di daerah

dilakukan perlawanan perlawanan kecil secara bergerilya.

Raja Banua Sobou   bermarga   Saragih Saragih dalam bahasa Simalungun berarti Simada Ragih, yang mana Ragih berarti atur, susun,

tata, sehingga simada ragih berarti Pemilik aturan atau pengatur, penyusun atau pemegang

undang-undang.

Saragih adalah marga atau morga dari suku Simalungun yang aslinya berasal dari daerah yang

bernama Simalungun di provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Page 18: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

Etimologi

Secara Etimologis, Saragih berasal dari "simada ragih" dalam bahasa Simalungun, yang mana

"ragih" berarti atur, susun, tata, sehingga simada ragih berarti pemilik aturan atau pengatur,

penyusun atau pemegang undang-undang.

Asal-usul

Beberapa versi sumber sejarah menyatakan bahwa leluhur marga saragih berasal dari

Selatan India, yang melakukan perjalanan ke Sumatera Timur ke daerah Aceh, Langkat,

daerah Bangun Purba, hingga ke Bandar Kalifah sampaiBatubara.

Akibat desakan suku setempat, mereka kemudian bergerak ke daerah

pinggiran Toba dan Samosir [1] .

Marga Saragih pertama (Hasusuran-1) itu sendiri muncul saat salah

seorang Puanglima (Panglima) dari kerajaan Nagur dijadikan menantu oleh Raja Nagur dan

selanjutnya mendirikan satu kerajaan baru di Raya (di sekitar daerah yang kini

disebut Pematang Raya, Simalungun).

Daftar Raja Kerajaan Raya:

1. Tuan Si Pinang Sori

2. Raja Raya, Tuan Lajang Raya

3. Raja Raya Simbolon (Namanya memakai nama wilayah kerajaannya, sebab tidak diketahui

lagi siapa nama aslinya)

4. Raja Gukguk

5. Raja Unduk

6. Raja Denggat

7. Raja Minggol

8. Raja Poso

9. Raja Nengel

10. Raja Bolon

11. Raja Martuah

12. Raja Raya Tuan Morahkalim

13. Raja Raya Tuan Jimmahadim, Tuan Huta Dolog

14. Raja Raya Tuan Rondahaim

15. Raja Raya Tuan Sumayan (Kapoltakan)

16. Raja Raya Tuan Gomok (Bajaraya)

17. Tuan Yan Kaduk Saragih Garingging

Sebagian suku Batak Toba mengklaim bahwa marga Saragih dari suku Simalungun berasal

dari Samosir (daerah yang dipercayai sebagai asal-usul suku Batak Toba) dan termasuk

Page 19: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

kelompok marga-marga yang disebut Parna (PomparAn ni Raja Nai Ambaton). Paham ini

banyak ditentang oleh Marga Saragih karena belum adanya dokumen yang mendukung hal ini

dan terutama karena bertentangan dengan isi pustaha (dokumen tua Simalungun) dan

buku tarombo (silsilah dan sejarah marga) yang diteruskan secara turun temurun di kalangan

marga Saragih.

Submarga Saragih

Saragih terdiri dari banyak sub-marga, antara lain:

1. Garingging

1. Dasalak

2. Dajawak

3. Permata

2. Damuntei

3. Sumbayak

4. Siadari

5. Siallagan

6. Sidabalok

7. Sidabukke

8. Sidabutar

9. Sidauruk

10.Sigalingging

11.Sijabat

12.Simanihuruk

13.Simarmata

14.Sitanggang

15.Sitio

16.Napitu

17.Rumahorbo

18.Tamba

19.Tinambunan

20.Turnip

21.Nasionggang

22.Saing

Tokoh terkenal SARAGIH

Tokoh-tokoh terkenal yang bermarga Saragih adalah:

Page 20: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

H. A. Yunus Saragih, Bupati Langkat Bill Amirsjah Rondahaim Saragih.

"Bill" Amirsjah Rondahaim Saragih Garingging , musisi jazz terkenal yang lama merantau ke luar

negri.

Prof. Dr. Bungaran Saragih , menteri Pertanian di kabinet Indonesia Bersatu danKabinet Gotong

Royong Pemerintahan Indonesia.

Edy Aman Saragih, Bupati pertama Kabupaten Nias Selatan.

Henry Saragih , koordinator Internasional La Via Campesina dan Ketua UmumSerikat Petani

Indonesia (SPI).

Guru Jason Saragih, Bapak / Pelopor Pendidikan Simalungun.

dr. Djasamen Saragih, warga Simalungun pertama yang

menjadi Dokter

Pdt. Djaulung Wismar Saragih Sumbayak

Orang Simalungun pertama yang menjadi

seorang pendeta.[2]

Penyusun Kamus Simalungun pertama.

Orang Indonesia pertama yang menterjemahkan Alkitab

ke dalam bahasa Nusantara (bahasa Simalungun).[3]

Kimar Saragih, ketua Pengadilan Tinggi Sumatera Utara.

Kristupa Saragih , fotografer terkenal Indonesia dan pengasuh dari fotografer.net.

Muhar Omtatok

Budayawan & Spritualis,

Ketua Forum Komunikasi Paranormal & Penyembuh Alternatif Ind - FKPPAI Sumut

Ketua Umum Majelis Kaji Metafisika

Sekretaris Umum Yayasan Simalungun Sauhur

Tuan Rondahaim Saragih Garingging, raja Raya, pejuang yang ditunjuk menjadiraja

goraha (panglima perang) kerajaan-kerajaan di Simalungun dalam melawanBelanda.

Tambah Tuah Saragih, (lebih dikenal dengan julukan Pangulu Damak) spiritualis

TS Mardjans Saragih, mantan Danrem Kalimantan Barat dan Kasdam Tanjung Pura

Raja Banua Purba   bermarga Purba

Purba adalah salah satu marga atau morga dari empat marga asli dari suku Simalungun yang

aslinya berasal dari daerah yang bernama Simalungun di provinsi Sumatera Utara, Indonesia

Purba menurut bahasa berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Purwa yang berarti timur, gelagat

masa datang, pegatur, pemegang Undang-undang, tenungan pengetahuan, cendekiawan/sarjana.

Page 21: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

Kerajaan PurbaPurba adalah marga dari Raja di kerajaan Banua Purba, salah satu kerajaan yang pernah ada

di daerah Simalungun. Raja Purba memiliki keturunan: Tambak, Sigumonrong, Tua, Sidasuha

(Sidadolog, Sidagambir). Kemudian ada lagi Purba Siborom Tanjung, Pakpak, Girsang, Tondang, Sihala, Raya.

Pada abad ke-18 ada

beberapa

marga Simamora dariBakkara melalui Samosir untuk kemudian menetap diHaranggaol dan

mengaku dirinya Purba. Purba keturunan Simamora (kemungkinan Purba Sigulang Batu),Purba

Manorsa (Purba manorsa adalah purba parhorbo yang asalnya dari Toba yaitu huta simamora

nabolak terus merantau ke simanalungun) dan tinggal di Tangga Batu dan Purbasaribu.

Sebagian orang percaya bahwa keturunan Simamora inilah yang menjadi leluhur marga Purba

yang ada di daerah Simalungun. Keturunan Simamora ini menetap dan beranak cucu di daerah

tersebut dan keturunannya dianggap sebagai orang Simalungun dan bukan lagi keturunan

orang Toba (beda dengan Purba Sigulang Batu), yang menjadi leluhurnya. semakin lama

keturunan Purba ini semakin banyak hingga jumlahnya menjadi lebih besar dari Purba Sigulang

Batu yang tidak merantau ke tanah Simalungun.

Pada tahun 1996, salah satu putra dari Raja Siboro diculik dan dinyatakan menghilang berserta

ketiga saudaranya.

Raja-Raja Kerajaan Purba Pak-Pak di Pematang Purba

1. Tuan Pangultop Ultop (1624-1648)

2. Tuan Ranjiman (1648-1669)

3. Tuan Nanggaraja (1670-1692)

4. Tuan Batiran (1692-1717)

5. Tuan Bakkaraja (1718-1738)

6. Tuan Baringin (1738-1769)

Page 22: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

7. Tuan Bona Batu (1769-1780)

8. Tuan Raja Ulan (1781-1769)

9. Tuan Atian (1800-1825)

10. Tuan Horma Bulan (1826-1856)

11. Tuan Raondop (1856-1886)

12. Tuan Rahalim (1886-1921)

13. Tuan Karel Tanjung (1921-1931)

14. Tuan Mogang (1933-1947)

15. Tuan Ricky Herianto Purba (1985- sekarang )

Submarga Purba

Purba terdiri dari banyak sub-marga, antara lain:

1. GIRSANG

1. Girsang Jabu Bolon2. Girsang Na Godang3. Girsang Parhara4. Girsang Rumah Parik5. Girsang Bona Gondang

2. Pakpak

3. Raya

4. Siboro

5. Siborom Tanjung

6. Sidasuha

1. Sidadolog

2. Sidagambir

7. Sigumonrong

Figure 1_YAN APUL GIRSANG

Page 23: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

8. Sihala

9. Silangit

10.Tambak

11.Tambun Saribu

12.Tanjung

13.Tondang

14.Tua

Selain dari sub marga di atas, beberapa suku yang hidup di

sekitar daerah Simalungun juga berbaur dengan penduduk

bermarga Purba dan mengakibatkan timbulnya afiliasi marga-

marga lain dengan marga Purba, antara lain: Manorsa,

Simamora, Sigulang Batu, Parhorbo, Sitorus dan Pantomhobon.

Purba Tanjung

Purba Tanjung berasal dari Sipinggan, Simpang Haranggaol,

Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. Beberapa sumber

menyatakan bahwa "Tanjung" pada marga ini berasal dari lokasi

kampung Sipinggan yang merupakan sebuah Tanjung di Danau

Toba, arah Haranggaol.

Keturunan Purba Tanjung berasal dari garis keturunan Ompung

Marsahan Omas (dalam bahasa Indonesia berarti Bercawan Emas, karena kebiasaannya minum

dari cawan Emas), yang adalah keturunan Purba Parhorbo. Marsahaan Omas memiliki keturunan

bernama Bongguran yang memiliki kebiasaan "maranggir" (mandi air jeruk purut) di sekitar

kampung Nagori, dengan menggunakan cawan emas.

Marsahan Omas memiliki 3 keturunan:

1. Tuan Siborna

2. Nahoda Raja

3. Namora Soaloon

Nahoda Raja memiliki anak bernama Raja Omo yang merupakan Purba Tanjung pertama yang

bermukim di Sipinggan.

Daftar silsilah Purba Tanjung adalah sebagai berikut:

1. Raja Omo

2. Raja Girahma

3. Raja Na Ijombai Gabur

4. Raja Napinajongjong

5. Raja Daniel Igor Jakarta (3 bersaudara), menghilang

Figure 2_JUNIVER GIRSANG

Figure 3_Drs. Persadaan Girsang, M.Si

Figure 4_Junimart Girsang

Page 24: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

6. Raja Pusia

7. Paulus Purba Tanjung (6 bersaudara)

8. Markus Purba Tanjung (P Siantar)

9. James M. Purba Tanjung (Bandung)

10.Gabriel Radewa Purba Tanjung (Bandung)

Raja Saniang Naga   bermarga Sinaga Sinaga berarti Simada Naga, dimana Naga dalam mitologi dewa dikenal sebagai penebab Gempa

dan Tanah Longsor.

Sinaga adalah salah satu marga pada suku Simalungun. Pada masyarakat

Simalungun marga Sinaga merupakan bagian dari perkumpulan empat marga

besar SISADAPUR. Pada versi lain, Sinaga juga dianggap sebagai salah

satumarga pada Suku bangsa Batak yang berasal dari Pulau Samosir.

Asal-usul

Versi BATAK Toba

Menurut versi Toba, Sinaga adalah satu diantara marga-marga tertua di dalam

kumpulan Marga Suku Batak. Dalam cerita masyarakat Batak, Raja Batak memiliki anak yang

bernama Guru Tetea Bulan yang menikahi Putri Khayangan dan melahirkan dua anak yaitu Nai

Lontungan dan Sumba. Nai Lontungan kemudian memiliki 5 putra yaitu Raja Uti, Saribu Raja,

Limbong Mulana, Sagala Raja, Silau Raja, dan 1 putri yaitu Boru Pareme. Saribu Raja menikahi

Boru Pareme dan memiliki keturunan yang diberi nama Si Raja Lontung. Si Raja Lontung

menikahi Ibu Kandungnya tadi dan memiliki 4 anak, yaitu:

Sinaga, Situmorang, Pandiangan dan Nainggolan. Si Raja Lontung kemudian merantau ke

TepianDanau Toba dan menikah dengan Boru Limbong dan memiliki anak 3 anak

(Simatupang, Aritonang dan Siregar) dan 2 orang putri yang masing-masing menikah dengan

marga Sihombing dan Simamora. Anak Si Raja Lontung yang pertama yaitu Sinaga memiliki

Tiga Putra yaitu:

1. Bonor

2. Ratus

3. Uruk.

Ketiga anaknya ini kemudian masing-masing memiliki Tiga Putra.

Berdasarkan silsilah diataslah maka di Marga Sinaga terdapat sebuah Istilah yaitu Si Sia Ama,

Si Tolu Ompu yang berarti "memiliki Sembilan Bapak dan Tiga Ompu(kakek)."

Dalam perkembangannya Keturunan Sinaga merantau ke seluruh wilayah Tanah Batak, hal

tersebut mengakibatkan terciptanya marga-marga baru (sub Marga) Sinaga, namun marga-

marga baru tersebut tetap meyakini bahwa leluhur mereka adalah Sinaga. Adapun Marga-

Marga tersebut antara lain Parangin-angin (Karo).

Page 25: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

Versi BATAK Simalungun

Menurut versi Simalungun, Sinaga menjadi salah satu dari 4 marga asli suku Simalungun saat

terjadi “Harungguan Bolon” (permusyawaratan besar) antara 4 raja besar (Raja Nagur, Raja

Banua Sobou, Raja Banua Purba, Raja Saniang Naga) untuk tidak saling menyerang dan tidak

saling bermusuhan (marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munssuh).

Keturunan dari Raja Saniang Naga di atas adalah marga Sinaga di Kerajaan Tanah

Jawa, Batangiou di Asahan. Saat kerajaan Majapahit melakukan ekspansi di Sumatera pada

abad XIV, pasukan dari Jambi yang dipimpin Panglima Bungkuk melarikan diri ke kerajaan

Batangiou dan mengaku bahwa dirinya adalah Sinaga. Menurut Taralamsyah Saragih, nenek

moyang mereka ini kemudian menjadi raja Tanoh Djawa dengan marga Sinaga

Dadihoyong setelah ia mengalahkan Tuan Raya Si Tonggang marga Sinaga dari kerajaan

Batangiou dalam suatu ritual adu sumpah (Sibijaon).[1]

Beberapa sumber mengatakan bahwa Sinaga keturunan raja Tanoh Djawa berasal dari India,

salah satunya adalah menurut Tuan Gindo Sinaga keturunan dari Tuan Djorlang Hatara.

Beberapa keluarga besar Partongah Raja Tanoh Djawa menghubungkannya dengan daerah

Naga Land (Tanah Naga) di India Timur yang berbatasan dengan Myanmar yang memang

memiliki banyak persamaan dengan adat kebiasaan, postur wajah dan anatomi tubuh serta

bahasa dengan suku Simalungun dan Batak lainnya.[2]

Submarga Sinaga

Perbauran suku asli Simalungun dengan suku-suku di sekitarnya menimbulkan afiliasi marga-

marga lain dengan Sinaga. Marga-marga tersebut antara lain Sipayung, Sihaloho, Sinurat,

dan Sitopu.

Tokoh terkenal

Dolorosa Sinaga, pematung terkenal Indonesia

MSM Sinaga, mantan Bupati Kabupaten Tapanuli Utara

Restu Sinaga

Saktiawan Sinaga, atlet sepak bola anggota tim

nasional Indonesia

Cirus Sinaga, Jaksa

Indra Perdana Sinaga, Vokalis Band LYLA

Page 26: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

Marga-marga perbauran SIMALUNGUN

Perbauran suku asli Simalungun dengan suku-suku di sekitarnya di Pulau Samosir, Silalahi, Karo,

dan Pakpakmenimbulkan marga-marga baru.

Selain itu ada juga marga-marga lain yang bukan marga Asli Simalungun tetapi kadang merasakan

dirinya sebagai bagian dari suku Simalungun, seperti Lingga, Manurung, Butar-butar dan

Sirait.

Perkerabatan Simalungun

Orang Simalungun tidak terlalu mementingkan soal silsilah karena

penentu partuturan (perkerabatan) di Simalungun adalah hasusuran (tempat asal nenek moyang)

dan tibalni parhundul (kedudukan/peran) dalam horja-horja adat (acara-acara adat). Hal ini bisa

dilihat saat orang Simalungun bertemu, bukan langsung bertanya “aha marga ni ham?” (apa marga

anda) tetapi “hunja do hasusuran ni ham (dari mana asal-usul anda)?"

Hal ini dipertegas oleh pepatah Simalungun “Sin Raya, sini Purba, sin Dolog, sini Panei. Na ija pe

lang na mubah, asal ma marholong ni atei” (dari Raya, Purba, Dolog, Panei. Yang manapun tak

berarti, asal penuh kasih).

Sebagian sumber menuliskan bahwa hal tersebut disebabkan karena seluruh marga raja-raja

Simalungun itu diikat oleh persekutuan adat yang erat oleh karena konsep perkawinan antara raja

dengan “puang bolon” (permaisuri) yang adalah puteri raja tetangganya. Seperti raja Tanoh Djawa

dengan puang bolon dari Kerajaan Siantar (Damanik), raja Siantar yang puang bolonnya dari

Partuanan Silappuyang, Raja Panei dari Putri Raja Siantar, Raja Silau dari Putri Raja Raya, Raja

Purba dari Putri Raja Siantar dan Silimakuta dari Putri Raja Raya atau Tongging.

Adapun Perkerabatan dalam masyarakat Simalungun disebut sebagai partuturan. Partuturan ini

menetukan dekat atau jauhnya hubungan kekeluargaan (pardihadihaon), dan dibagi kedalam

beberapa kategori sebagai berikut:[11]

Tutur Manorus / Langsung

Perkerabatan yang langsung terkait dengan diri sendiri.

Tutur Holmouan / Kelompok

Melalui tutur Holmouan ini bisa terlihat bagaimana berjalannya adat Simalungun

Tutur Natipak / Kehormatan

Tutur Natipak digunakan sebagai pengganti nama dari orang yang diajak berbicara sebagai

tanda hormat.

Page 27: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE

Pakaian Adat

Sama seperti suku-suku lain di sekitarnya,

pakaian adat suku Simalungun tidak terlepas dari

penggunaan kain Ulos (disebut Uis di suku Karo).

Kekhasan pada suku Simalungun adalah pada

kain khas serupa Ulos yang disebut Hiou dengan

berbagai ornamennya.

Ulos pada mulanya identik dengan ajimat,

dipercaya mengandung "kekuatan" yang bersifat

religius magis dan dianggap keramat serta

memiliki daya istimewa untuk memberikan

perlindungan. Menurut beberapa penelitian

penggunaan ulos oleh suku bangsa Batak,

memperlihatkan kemiripan dengan bangsa Karen

di perbatasan Myanmar, Muangthai dan Laos,

khususnya pada ikat kepala, kain dan ulosnya.[12]

Secara legenda ulos dianggap sebagai salah satu

dari 3 sumber kehangatan bagi manusia

(selain Api dan Matahari), namun dipandang

sebagai sumber kehangatan yang paling nyaman

karena bisa digunakan kapan saja (tidak seperti matahari, dan tidak dapat membakar (seperti api).

Seperti suku lain di rumpun Batak, Simalungun memiliki kebiasaan "mambere hiou" (memberikan

ulos) yang salah satunya melambangkan pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada

penerima Hiou. Hiou dapat dikenakan dalam berbagai bentuk, sebagai kain penutup kepala,

penutup badan bagian bawah, penutup badan bagian atas, penutup punggung dan lain-lain.

Hiou dalam berbagai bentuk dan corak/motif memiliki nama dan jenis yang berbeda-beda, misalnya

Hiou penutup kepala wanita disebut suri-suri, Hiou penutup badan bagian bawah bagi wanita

misalnya ragipanei, atau yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari yang disebut jabit. Hiou

dalam pakaian penganti Simalungun juga melambangkan kekerabatan Simalungun yang

disebut tolu sahundulan, yang terdiri dari tutup kepala (ikat kepala), tutup dada (pakaian) dan tutup

bagian bawah (abit).

Menurut Muhar Omtatok, Budayawan Simalungun, awalnya Gotong (Penutup Kepala Pria

Simalungun) berbentuk destar dari bahan kain gelap ( Berwarna putih untuk upacara kemalangan,

disebut Gotong Porsa), namun kemudian Tuan Bandaralam Purba Tambak dari Dolog Silou juga

menggemari trend penutup kepala ala melayu berbentuk tengkuluk dari bahan batik, dari

kegemaran pemegang Pustaha Bandar Hanopan inilah, kemudian Orang Simalungun dewasa ini

suka memakai Gotong berbentuk Tengkuluk Batik.

Page 28: SUKU SIMALUNGUN_SIMALUNGUN TRIBE