Suherman saleh
-
Upload
andri-vista-medina -
Category
Education
-
view
400 -
download
2
Transcript of Suherman saleh
![Page 1: Suherman saleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022083119/58729b041a28ab07208b48ff/html5/thumbnails/1.jpg)
Makalah ini dibuat untuk disampaikan pada Seminar Mahasiswa Program Pascasarjana
Institut Ilmu Sosial dan Manajemen Stiami
Sabtu, 13 Februari 2016 di Jakarta International Expo
Law Enforcement Undang-Undang Pajak
&
Pemanfaatan Tax Amnesty
Oleh :
Drs. Suherman Saleh, Ak, MSc, CA
Ketua Umum Asosiasi Konsultan Pajak Publik Indonesia
I. Umum
Pada saat kuliah di Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi pada tahun 1973
Prof. Dr. Rahmat Sumitro Guru Besar mata kuliah pajak menyatakan bahwa yang
pasti didalam kehidupan di dunia ini ada yaitu :
1. Kematian
2. Bayar pajak
Berdasarkan pernyataan diatas maka kita harus cerdas bagaimana menghadapi
kematian yang sudah pasti, caranya membuat kita menjadi manusia yang bermanfaat
bagi siapapun termasuk untuk diri sendiri.
Mengikuti kuliah dan menghadiri seminar hari ini termasuk usaha untuk
meningkatkan nilai diri sendiri agar tetap berjaya hidup dan tetap berjaya walaupun
membayar pajak, karena pada dasarnya semua fasilitas negara yang diberikan kepada
masyarakat untuk menikmati kehidupan di dunia ini yang diberikan oleh negara
sumber pembiayaannya berasal dari pajak, sehingga pantas para pembayar pajak atau
wajib pajak adalah Pahlawan Pembangunan, masalahnya adalah sudah siapkah kita
menjadi wajib pajak atau menjadi pembayar pajak sehingga masuk kedalam
kelompok Pahlawan Pembangunan dari sektor penerimaan pajak.
II. Wajib Pajak dan Law Enforcement
Pada dasarnya setiap manusia lahir di indonesia adalah subjek pajak,
walaupun baru lahir. Namun apabila memiliki warisan yang menghasilkan
![Page 2: Suherman saleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022083119/58729b041a28ab07208b48ff/html5/thumbnails/2.jpg)
penghasilan yang disebut dengan objek pajak yang jumlahnya diatas Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP). Maka bayi tersebut harus bayar pajak yaitu pajak
penghasilan orang pribadi yang dibayar oleh penanggungnya, jadi menurut Ketentuan
Umum Perpajakan (KUP) wajib pajak orang pribadi telah memenuhi syarat subjek
pajak sejak lahir dan dikenakan pajak penghasilan orang pribadi setelah mempunyai
penghasilan diatas PTKP, berakhirnya subjek pajak pada saat wajib pajak tersebut
meninggal. Sedangkan apabila penghasilan dibawah PTKP maka tarif pajaknya 0 %.
Untuk perusahaan badan seperti Perusahaan Terbatas, Koperasi, Yayasan yang
bergerak dibidang bisnis, CV,dan lain-lain. Mulai menjadi subjek pajak sejak
disahkan oleh Menteri Kehakiman melalui Akte Notaris.
Sedangkan untuk bayar pajaknya setelah perusahaan itu menghasilkan
laba/penghasilan. Untuk menentukan besarnya laba, wajib pajak diberi kesempatan
untuk mencatat semua transaksi, menghitung pajaknya sendiri kemudian menyetor
pajaknya ke Bank yang ditunjuk dan melaporkan pembayaraan pajaknya ke kantor
pajak terkait yang disebut dengan sistem Self Assessment, artinya menghitung
pajaknya sendiri. Bisa jadi Self Assessment ini tidak dipahami misalnya catatan yang
ada tidak sama dengan laporan keuangan yang dibuat, berarti orang tersebut telah
melakukan ketidakadilan menghitung pajak karena yang dibayar tidak semestinya.
Law Enforcement dalam rangka menegakkan keadilan Direktorat Jenderal Pajak
melakukan pemeriksaan pajak yang biasanya diawali dengan pemanggilan oleh
Account Representative (AR) untuk konseling.
Seharusnya saat konseling inilah dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh wajib
pajak untuk menjelaskan atau untuk mengkoreksi SPT yang pertama dan dilakukan
SPT pembetulan, biasanya setelah pembetulan masalah dianggap selesai. Namun
apabila pada saat konseling wajib pajak tidak menjelaskan atau tidak melakukan
pembetulan maka akan dilanjutkan pemeriksaan.
III. Witholding Tax
Indonesia menganut prinsip “Taxable-Deductible”artinya seluruh biaya dalam
perusahaan dapat diakui sebagai pengurang laba dengan alasan atas pengurangan
tersebut dapat dikenakan pajak, contoh sebagai berikut :
1. Pembelian diakui apabila ada PPN, apabila transaksi oleh dilakukan oleh para
Pengusaha Kena Pajak (PKP) .
2. Pembayaran bunga Bank dapat diakui apabila atas nama tersebut sudah
diperhitungkan bunganya oleh Bank terkait dan pajak bunganya telah dipotong
![Page 3: Suherman saleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022083119/58729b041a28ab07208b48ff/html5/thumbnails/3.jpg)
final, apabila tidak maka pemeriksa akan menetapkan besarnya bunga secara
official dan dikenakan tarif yang wajar.
3. Pembayaran sewa mulai sewa ruangan, sewa transport, sewa alat berat dapat diakui
sebagai biaya bila telah dipotong PPh Pasal 4 ayat 2 atau PPh Pasal 23, bisa juga
ada PPNnya.
Dari uraian diatas jelas kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan.
IV. Fasilitas Pajak atau Tax Amnesty
Kewajiban pajak telah diatur dalam Undang-Undang : KUP, PPh, PPN, Bea
Materai, dan Pajak Bumi dan Bangunan. Pada tahun 2015 Menteri Keuangan
mengeluarkan kebijaksanaan yang menguntungkan wajib pajak diantaranya
memperbaiki SPT akan dibebaskan dari sanksi bunga atau keterlambatan, pembayaran
SKPKB akan dibebaskan dari bunga keterlambatan 2%, yang disambut dengan
antusias oleh wajib pajak sehingga penerimaan pajak meningkat cukup baik yaitu
penerimaan tahun 2015 lebih tinggi 14% dibandingkan tahun 2014, Walaupun dari
target hanya mencapai sebesar 82%.
Hal ini terjadi karena anggota DPR yang baru pada tahun 2014 sangat euforia
dan sangat menggampangkan penerimaan sehingga target ditingkatkan sampai dengan
35%, akhirnya yang menderita adalah para wajib pajak. Awal tahun ini sedang
dirancang Tax Amnesty yang rencananya selesai pada Oktober 2015. Karena adanya
kemelut di DPR sehingga Ketua DPR lengser dan sekarang diganti oleh Bapak Dr.
Ade Komarudin, MH. Tax Amnesty baru diproses lagi oleh pemerintah dan DPR awal
2016. Tahun 2016 sangat penting bagi pemerintah dan bagi wajib pajak untuk
menghindari “ada dusta diantara kita” dengan cara menggoalkan Tax Amnesty.
Seperti kita ketahui pada tahun 2017 MEA yaitu sistem keterbukaan
perbankan di dunia dilaksanakan, tidak ada lagi rahasia bank sehingga dimanapun
menyimpan uang akan terlacak dan apabila diketahui oleh Direktorat Jenderal Pajak
maka harta tersebut apabila belum dilaporkan dalam SPT Tahunan akan dikenakan
pajak sebesar 25% namun dengan Tax Amnesty yang selama ini uangnya tidak
tersentuh cukup bayar antara 3 sampai dengan 5 %. Kita semua perlu mengetahui hal
ini dan menginformasikan kepada teman, saudara, dan orang-orang yang berpotensi
memiliki harta yang selama ini belum melaporkan dalam SPT. Keuntungannya cukup
membayar 3 sampai dengan 5 % penghasilan yang selama ini tidak dilaporkan akan
diampuni oleh pemerintah.
![Page 4: Suherman saleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022083119/58729b041a28ab07208b48ff/html5/thumbnails/4.jpg)
Demikian poin-poin penting yang perlu dipahami untuk membuktikan bahwa
kita semua peduli dengan pajak dan berperan aktif untuk mensukseskan Tax Amnesty
sehingga pemerintah mendapat penerimaan pajak yang lebih besar.
Jakarta 13 Februari 2016
PENGURUS PUSAT ASOSIASI KONSULTAN PAJAK PUBLIK INDONESIA
(AKP2I)
Ketua Umum
Drs. Suherman Saleh., Ak., MSc., CA