Suara Ungu November 2011
-
Upload
virga-renitasari -
Category
Documents
-
view
231 -
download
4
description
Transcript of Suara Ungu November 2011
Buletin Fakultas Bahasa dan seni universitas negeri YogYakarta
Bahasa dan BudayaFenomena kultur global perlu dikontrol agar sesuai dengan budaya Indonesia . Hal 4
November 2011 volume 1 nomor 6
Bahasa sastra seni
suara ungu
Tertanggal 1 Desember 2011, dekan dan wakil dekan baru Fakultas Bahasa dan seni universitas negeri Yogyakarta telah dilantik.
Batik, Pelabuhan untuk BerkaryaBerawal dari “salah jurusan”, Rinik justru menemukan potensinya dalam batik. Menjadi kampiun di Lomba Desain Batik Nasional. Hal 11
tampuk Kepemimpinan sudah Dikibarkansemangat Baru faKultas ungu
Oleh Azwar Anas
Yudi sutama M.Pd., Kepala Bagian Tata usaha FBs sekaligus salah satu panitia pemilihan wakil
dekan 20112015, menuturkan bahwa proses pemilihan jajaran pemimpin fakultas sudah dimulai sebulan sebelum berakhirnya periode lama. Pemilihan ini tak sebatas wakil dekan, melainkan kepala jurusan, sekretaris jurusan, anggota senat fakultas, dan wakil dosen jurusan.
“Kepanitiaan itu sendiri dibentuk tangal 31 Oktober dan mulai membuka pendaftaran bakal calon wakil dekan pada1617 november 2011,” ujar Yudi.
Berjumlah 12 panitia yang berasal dari senat, dosen masingmasing jurusan, dan staf administrasi fakultas, Yudi dan timnya melakukan tanggung jawabnya dengan cukup baik. Terbukti dalam proses pemilihan tidak mendapati kendala, baik dari perencanaan maupun pelaksanaan. “Ini disambut baik oleh jurusan. sete
lah mengumumkan pembukaan pendaftaran bakal calon wakil dekan, kajur, sekjur, serta senat fakultas, tiap jurusan langsung mengirimkan delegasinya untuk mendaftar,” terang Yudi.
sesuai peraturan Mendiknas rI nomor 34 Tahun 2011 tentang statuta universitas negeri Yogyakarta, terpilihlah tiga wakil dekan yang akan membantu Prof. Dr. Zamzani selaku dekan FBs dalam mengemban tugas pada periode 20112015. Tiga wakil dekan tersebut adalah Dr. Widyastuti
Pembangunan fisik meningkat cukup
pembangunan.
dokumen humas FBs unY
2 suara ungu novemBer 2011
Pelindung: Prof. dr. Zamzani, m.Pd. (dekan FBs unY) Penasihat: drs. suhaini m saleh, m.a. (Wakil dekan i), dra. sri harti Widyastuti, m.hum. (Wakil dekan ii), drs. herwin Yogo Wicaksono, m.Pd. (Wakil dekan iii) Pengarah: drs. Yudi sutama, m.Pd. (kabag tu) Pemimpin Umum: drs. Wien Pudji Priyanto, m.Pd. (ketua humas) Pemimpin redaksi: sismono la ode Sekretaris redaksi: virga renitasari, s.Pd. redaktur Pelaksana: azwar anas Staf redaksi: Febi Puspitasari, scholastica Wahyu Pribadi, diyan Fatimatuz Zahro, nunggal seralati Perwajahan: ms lubis Fotografer: Pairin Distribusi dan Sirkulasi: djumari, tukija, a.md.
Alamat redaksi: kantor humas, gedung Pusat layanan akademik lantai ii Fakultas Bahasa dan seni, kampus unY karangmalang Telepon: 0274550583 Faks: 0274548207 e-mail: [email protected] Penerbit: humas FBs unY.
BERITA UTAMA
Purbani, M.a., Drs, sudarmaji, M.Pd., dan Dr. Kun setyaning astuti, M.Pd.
Wakil Dekan iDijabat oleh Dr. Widyastuti Pur
bani, M.a., menggantikan suhaini M. saleh, M.a. Berbekal dukungan dari dosendosen sejurusan, Bu Wid, begitu sapaan akrabnya, memberanikan diri maju sebagai calon Wakil Dekan I FBs. Widyastuti bukan satusatunya calon yang ada, “Waktu itu ada dua calon. Perolehan suaranya cuma beda tipis sebenarnya,” kata Widyastuti Purbani.
Meskipun demikian, justru hal inilah yang akan dijadikan Widyastuti Purbani untuk memacu semangat dan motivasi guna melaksanakan tugas sebaikbaiknya. “artinya tanggung jawab saya lebih besar. Bagaimana kemudian saya bisa menunjukkan kemampuan kepada suarasuara yang tidak mendukung saya, tentu dalam arti positif,” tegasnya.
Di samping itu, ada penambahan program dalam Bidang I, yaitu bidang Kerjasama Luar negeri. Program ini sekaligus menjadi misi baru selain bidang akdemik, pengabdian masyarakat, serta penelitian. Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan hubungan kerja sama luar negeri dalam tingkat fakultas.
Walau terbilang baru, Widyastuti tampak optimistis dapat melaksanakan program ini dengan baik. Pasalnya, ia pernah sukses mengepalai Kantor Internasional unY sejak 2007 hingga masa akhir jabatan Desember tahun ini. “selama ini, pertukaran pelajar adalah program rektorat. Lalu saya berpikir, kenapa kita (fakultas –red) tidak melakukan sendiri? Keuntungannya ada pada sDM mahasiswa kita, kuotanya bisa lebih banyak nanti,” terang Widyastuti.
Dosen dari program studi sastra Inggris ini memang memprioritaskan kinerjanya untuk me
ningkatkan sDM mahasiswa FBs. Lulusan FBs, nantinya tidak hebat di tingkat nasional saja melainkan juga internasional. “globalisasi, mau tidak mau tetap akan kita hadapi. Ini sebagai bekal agar kita mampu menghadapinya, tetapi tetap tidak meninggalkan kearifankearifan lokal,” tambah Widyastuti menjabarkan maksud program barunya itu.
Wakil Dekan iiBarangkali masih lekat di ingat
an kita dengan sebutan Bu PD II, untuk menyapa sri Harti Widyastuti, M.Hum., kini sebutan itu telah tergantikan. Pasalnya, untuk periode 20112015 Wakil Dekan II dijabat oleh Drs, sudarmaji, M.Pd., atau akrab di sapa Pak aji. Dosen dari jurusan Pendidikan Bahasa Jerman ini terpilih menjadi Wakil Dekan II setelah mendapat 23 suara dan lebih unggul dari calon lainnya. Motonya sederhana, jalani saja.
Hal ini tersurat jelas dari kepribadian Pak aji yang low profile. akan tetapi, patut kiranya mengacungi jempol trackrecord dari Drs, sudarmaji, M.Pd., ini. selain pernah menjabat sekretaris jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, di tahun 2006 Pak aji ditugasi rektorat untuk mengepalai divisi Kerja sama Kantor Internasional, sekaligus menjabat staf ahli Humas Protokol unY. alhasil, dalam dua kali periode BEM FBs pernah diboyongnya ke Monas university australia dan Thailand untuk studi banding.
Tugas Wakil Dekan II berkaitan dengan administrasi keuangan dan sarana prasarana kam
Pembangunan fisik meningkat cukup.
3suara ungu novemBer 2011
pus. sudarmaji, mengaku belum begitu banyak pengalaman tentang ini. akan tetapi atas amanat yang telah dititipkan kepadanya, sudarmaji akan mengemban tugas dengan optimal. “Memang penglaman saya lebih banyak di bidang kerjasama. untuk itu banyak yang bilang, saya pantasnya di Wakil Dekan III. Tapi ya itu, tadi kita jalani saja. Toh semua Wakil Dekan itukan juga harus sinergis,” tuturnya santai.
“Mungkin saya juga akan lebih banyak melanjutkan pembangunan dan pemenuhan fasilitas yang telah dimulai dari Bu PD II dulu. Menurut saya, kinerja Wakil Dekan II kemarin itu sudah sangat bagus, akan tetapi memang belum semuanya selesai. nah selanjutnya itu akan menjadi tugas saya,” tambah sudarmaji.
Wakil Dekan iiiBerikutnya adalah Dr. Kun set
yaning astuti, M.Pd., dosen yang aktif mengajar di jurusan Pendidikan seni Musik FBs dan per
nah menjadi pengajar di Program Pascasarjana unY ini diamanati mengampu Wakil Dekan III. Bu Kun begitu sapaan setiap harinya, memiliki naluri keibuan yang kuat. untuk itulah sifat keramahtamahannya membuat Bu Kun akrab dengan mahasiswa.
Wakil Dekan III, lebih fokus pada pembinaan kemahasiswaan baik akademik maupun non akdemik. Menggantikan Herwin Yogo Wicaksono, M.Pd., yang dikenal dengan bapaknya mahasiswa FBs, Kun setianing astuti siap untuk menjadi Ibunya Mahasiswa FBs.
sebagai dosen seni Musik, Kun punya gagasan menarik tentang FBs nantinya, khususnya dalam bidang seni. “ruhnya FBs itukan pada seni, ini yang kemudian membedakan kita dari fakultasfakultas lain, Hubungan seni, bahasa, dan sastra sangat erat kaitannya. seni menjadi materi dalam bahasa maupun sastra sedangkan seni membutuhkan bahasa untuk menyampaikannya,”
terang Kun styaning astuti.Penglamannya memberdaya
kan mahasiswa tidak diragukan lagi, Kun sering membawa mahasiswamahasiswa musik ke negara Belanda. selain itu pada tahun 2011 Kun stiyaning astuti memperoleh gelar dosen berprestasi di unY. “Kita sering ke Belanda, ikut kompetisi musik di sana. Ternyata, orangorang sana itu menggemari musikmusik tradisional kita,” ujranya.
sementara itu, dalam acara dialog “ngangkring Bareng Dekanat”, selasa (6/12), Dekan FBs Prof. Dr. Zamzani menyampaikan arah pengembangan fakultas. sebagai target, ia ingin menghidupkan jati diri FBs yang berasas kependidikan menuju kampus unggul. “Kita memang sudah masuk di kancah internasional, tapi belum terlihat. Harapannya, dengan wakilwakil dekan yang sudah terpilih inilah yang nanti akan membantu saya mengeksekusi policy agar FBs menjadi kampus unggul,” tegasnya.
Pembangunan fisik meningkat cukup. Pembangunan fisik meningkat cukup. Pembangunan fisik meningkat cukup. Fisik meningkat cukup.
Foto
-Fo
to: d
ok
um
en
hu
ma
s F
Bs
un
Y
4 suara ungu novemBer 2011
EVENT
Oleh Nunggal Seralati
saBTu (12/11), FBs unY kedatangan tamu dari berbagai daerah di Indonesia. Bertempat di gedung Kuliah I lantai II, Forum Temu sendratasik menyorot perhatian dari berbagai kalangan. acara yang difasilitasi oleh FBs unY tersebut kali ini mengundang 15 perguruan tinggi negeri eksIKIP, guruguru seni budaya dari berbagai daerah, serta dosen dan mahasiswa. Lima belas Perguruan Tinggi yang dimaksud adalah unY, unJ, uPI Bandung, unEs, unEsa, unIMa Malang, unM Makasar, unP Padang, unIMED, uM universitas Manado, unILa Lampung, universitas ganesha singaraja, universitas negeri gorontalo, universitas negeri Palangkaraya, dan sTKIP Banjarmasin.
Forum ini diadakan dalam rangka saling asahasihasuh antarsesama sivitas akademika Jurusan/Program studi Pendidikan sendratasik di seluruh wilayah nusantara. selain itu, juga ditujukan sebagai wadah sharing ilmu
dan tukar pikiran antarsesama pendidik dan calon pendidik seni. rangkaian acara dalam event kali ini adalah seminar nasional, workshop tari, pertemuan pimpinan jurusan/program studi tari, dan pergelaran tari.
semakin tipisnya kepemilikan jati diri pada generasi muda dalam estafet generasi dewasa menimbulkan pemahaman perlunya diadakan pendidikan dan pembelajaran dalam pendidikan karakter. seminar nasional dengan tema “seni Berbasis Pluralitas Budaya Menuju Pendidikan Karakter” memiliki dua pemakalah kunci, yaitu Prof. Dr. suminto a. sayuti dari FBs unY dan Juju Masunah, Ph.D. dari FBs uPI. sementara 12 makalah pendamping berasal dari dua sivitas akademika unJ, satu sivitas akademika unILa, satu sivitas akademika unIMa, dan delapan sivitas akademika FBs unY.
“Forum Temu sendratasik 2011 ini diadakan untuk merumuskan model pembelajaran seni yang berbasis pluralitas budaya untuk mendorong terlaksananya pendi
dikan karakter yang efektif bagi para siswa dan untuk merumuskan model pembelajaran seni berbasis pluralitas budaya dalam rangka menghasilkan tenagatenaga kependidikan seni yang profesional,” ujar sumaryadi, M.Pd. selaku panitia.
sementara rektor unY Prof. Dr. rochmat Wahab, M.Pd, M.a. menyampaikan harapannya bahwa kajian atas substansi akademik dari seni bisa mengembangkan seni itu sendiri yang nantinya menjadi lahan bahas dan garapan baik sebagai cendekiawan maupun mahasiswa sebagai penimba ilmu. “Jadilah pendidik seni, cendekia seni yang dapat berkontribusi dalam membangun hidup yang penuh kedamaian, kenyamanan, dan keindahan,” ajak rochmat Wahab.
rangkaian acara selanjutnya merupakan workshop tari dengan penyaji Daryono, M.Hum. Dosen IsI surakarta ini membawakan materi yang berkaitan dengan tema workshop, yakni “Metode Vibrasi, Pernafasan, suara, dan gerak dalam Kepekaan Tu
Pluralitas demi Pendidikan KarakterFormat pembentukan karakter bangsa harus segera diubah. Kita mampu mengejar ketertinggalan dengan menggalakkan budaya membaca.
Pembangunan fisik meningkat cukup
pembangunan.
dokumen humas FBs unY
5suara ungu novemBer 2011
buh”. Lalu para pengurus jurusan/program studi tari dari berbagai Perguruan Tinggi melakukan pertemuan di ruang sekretariat PLPg gedung Kuliah I FBs unY. Pertemuan ini diselenggarakan untuk tukarmenukar informasi kelembagaan dari Perguruan Tinggi masingmasing.
serangkaian acara Forum Temu sendratasik (seni Drama, Tari dan Musik) ditutup oleh pergelaran tari yang diselenggarakan di stage Tari Tejakusuma FBs unY. Lima tarian disuguhkan kepada penonton yang memenuhi gedung pertunjukan. Tarian golek ayunayun menjadi pembuka pergelaran dengan mahasiswa Pendidikan seni Tari FBs unY sebagai pelaksana, dilanjutkan dengan mahasiswa unEsa yang membawakan tarian arjuna, universitas gorontalo dengan tarian Danadana, tarian ngaronggeng dan musik gamelan pengiring dari unEs, dan diakhiri dengan tari ranasmoro dari unY. animo yang ditunjukkan oleh mahasiswa dan para apresian sangat tinggi mengingat kemeriahan acara yang disajikan.
Dalam kesempatan ini, Prof. Dr. suminto menegaskan bahwa kampus tanpa seni adalah kebun binatang merupakan bukti bahwa kebutuhan akan berekspresi dan berkesenian semakin tinggi. Hidup tanpa seni sama saja dengan sayur tanpa garam. sayang sekali keberadaan seni di Indonesia belum memasuki tahap pokok. seni masih merupakan sampingan, bukan prioritas utama. seni belum menjadi “nasi” bagi sebagian masyarakat. Padahal, tanpa seni dan budaya hidup terasa hambar dan Indonesia tidak akan dikenal secara internasional. Jangan cuma jadi orang yang purapura peduli pada seni dan budaya. “Mari kita lestarikan warisanwarisan asli Indonesia ini agar tetap ada sampai berjuta generasi yang akan datang!” ajak mantan Dekan FBs ini.
raIHan membanggakan kembali diukir FBs unY. aprilia Muktirina, mahasiswa Pendidikan seni rupa, meraih peringkat terbaik ketiga dalam lomba ilustrasi perayaan 250 tahun FaberCastell. Lomba ini mengangkat tema My City, My Responsibility karena FaberCastell bertujuan mengkampanyekan Go Green dalam perayaannya.
Menurut Iwan gunawan, salah satu juri dari Institut Kesenian Jakarta, penentuan pemenang didasarkan atas ide kreatif yang sejalan dengan tema yang fokus menyatu dalam gambar. Teknik dan gambar yang bagus juga dipilih sebagai penentuan pemenang.
aprilia mengangkat konsep kepedulian lingkungan yang pa
ling sederhana, yakni membuang sampah pada tempatnya. Ide ini ia tuangkan dalam goresan warnawarni yang berani dan harmonis. “ada Pak Dalang yang memainkan berbentuk tempat sampah dan orang, kemudian ada sungaisungai yang bersih mengalir,” ungkap april mengenai gambarnya yang memenangkan lomba.
aprilia mengaku tak pernah membayangkan dapat menyi
sihkan 470 peserta lain yang berasal dari lima kota di Indonesia, yakni Jakarta, Yogyakarta, Bandung, surabaya, dan Bali.
atas prestasinya, mahasiswa asal Bantul yang juga
aktif dalam kegiatan musik ini berhak atas
hadiah lima juta rupiah serta satu
paket produk dari FaberCastell. Diyan
MEnJaWaB kebutuhan mahasiswa dan alumni akan informasi beasiswa untuk melanjutkan studi s2/s3 baik di dalam maupun luar negeri, FBs unY menyelenggarakan seminar bertajuk “studi Lanjut dengan Beasiswa”, selasa (8/11) di ruang seminar gedung Kuliah I lantai 2. sebanyak 91 mahasiswa dan alumni mengikuti seminar yang dikoordinasi subag Kemahasiswaan dan alumni FBs ini.
Dalam seminar ini, dipaparkan halhal terkait studi lanjut dengan beasiswa, mulai dari sukaduka studi di dalam dan luar negeri, jenis beasiswa, syarat melamar beasiswa ke luar nege
ri, dan kiatkiat mendapatkan beasiswa. Jenis beasiswa yang sering ditawarkan adalah Beasiswa Penuh, Beasiswa Teaching assistanceship, Beasiswa research assistanceship, dan Beasiswa proyek PhD.
Dalam sambutannya, Wakil Dekan III FBs Herwin Yogo Wicaksono, M.Pd. berharap program ini dapat dilanjutkan Wakil Dekan III yang baru. Kemudian ia berpesan, “Mahasiswa yang masih kuliah dapat mempersiapkan diri sejak sekarang apabila ingin beasiswa s2 karena ada syaratsyarat tertentu yang harus dipenuhi, misalnya skor TOEFL.” Virga
aprilia muktirina Juarai lomba ilustrasi 250 tahun faber-castell
studi lanjut dengan Beasiswa
Foto
: do
ku
me
n h
um
as
FB
s u
nY
6 suara ungu novemBer 2011
EVENT
Oleh Fitri Ananda dan Diyan F Zahro
BErTEPaTan dengan peringatan Hari Pahlawan (10/11), Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FBs unY menyelenggarakan seminar nasional bertajuk “Pengajaran Bahasa asing dan Pendidikan Karakter” yang bertempat di ruang seminar PLa FBs. Tercatat 210 peserta yang hadir tidak hanya berasal dari DIYJateng, melainkan juga dari Padang, Malang, Medan, dan Manado.
Dalam sambutannya, rektor unY, Prof. Dr. rochmat Wachab, M.Pd., M.a, menyatakan dukungannya terhadap penyelenggaraan seminar ini karena pendidikan karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Lebih lanjut ia berharap pendidikan karakter ini pun mampu menjadi pondasi utama dalam
Pengajaran Bahasa asing dan Pendidikan Karakter
meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia. Kemudian pembukaan seminar ini resmi ditandai dengan gema gong yang dibunyikan oleh rektor unY.
selepas pembukaan para hadirin dijamu dengan teaterikal puisi yang berjudul “Tangisan Bumi”, persembahan Teater Benua Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman 2006 berkolaborasi dengan Eurythmic Waldorfschule.
seminar ini menghadirkan Prof. Dr. Putu Wijana (Dosen Fakultas Ilmu Budaya universitas gadjah Mada), Dr. Manneke Budiman (Dosen Fakultas Ilmu Budaya universitas Indonesia), Prof. Dr. Chaedar alwasilah (Dosen Fakultas Bahasa dan seni universitas Pendidikan Indonesia) sebagai pembicara utama.
Dr. Manneke mengupas lebih jauh tentang hubungan antara sastra dan budi pekerti. “sejarah mahakaryamahakarya monumental dunia dari masa ke masa menunjukkan bahwa karyakarya yang dinilai tinggi mutunya justru adalah karyakarya yang menghentak martabat dan kemanusiaan kita, yang memaksa kita untuk berpikir kembali tentang segala hal yang sudah diterima secara umum sebagai ‘normal’, ‘baik’, dan ‘tinggi’,” ungkap Manneke dalam makalahnya.
sedangkan Prof. Dr. Putu Wijana menjelaskan bahwa orang pandai yang tidak berkarakter baik jauh lebih berbahaya daripada orang bodoh. “Pendidikan berkarakter bertugas membentuk orang pinter yang tidak minteri,” tegasnya. Masih dari Putu Wijana, “Dalam hubungan ini guru bahasa atau calon guru bahasa, serta orang yang mempembelajari (pembelajar) bahasa (daerah, Indonesia, dan asing) memiliki kontribusi yang sangat besar dalam pembentukan sumber daya manusia berkarakter.”
Hal ini makin lengkap dengan pemaparan Prof. Dr. Chaedar alwasilah. “gerakan pendidikan karakter digelar untuk membangun kembali peran guru sebagai pendidik, instruktur, dan suri tauladan moral,” ujarnya. Lebih jauh ia menegaskan bahwa pendidikan moral menghendaki gerakan kolektif dari sekolah atau kampus sebagai “komunitas moral” yang secara sistemik gawe bareng dengan masyarakat, keluarga, serta lembagalembaga keagamaan.
seminar yang diketuai Dra. retno Endah sM, M.Pd. ini juga menyajikan 24 makalah pendamping dari tiga bidang bahasa yakni linguistik, sastra, dan pengajaran. Meski sempat terganggu dengan adanya pemadaman listrik, namun para peserta tetap antusias hingga seminar berakhir pada pukul 16.00 WIB.
Format pembentukan karakter bangsa harus segera diubah. Kita mampu mengejar dengan menggalakkan budaya membaca.
Pembangunan fisik meningkat cukup signifikan, seperti pagar di Jurusan Seni musik (foto atas).
do
ku
me
n h
um
as
FB
s u
nY
7suara ungu novemBer 2011
AgendA
PEnDOPO Tejokusumo tampak indah. seperangkat gamelan, kelir, dan puluhan wayang ditata rapi. Pukul 19.00 WIB para tamu undangan, mahasiswa, dan warga mulai datang untuk menyaksikan pagelaran wayang sebagai puncak acara akhir Kepengurusan Hima PBD 2011.
Malam itu (24/11) rendra Hendra Jaya suryon, Mahasiswa PBD 2008, sebagai dalang akan membawakan cerita “Brajadherta Mbalela”. acara akhir Kepengurusan Hima PBD ini dimulai sejak 21 november 2011 dengan berbagai macam acara, yaitu lomba voli antar mahasiswa PBD, lomba cerkakgeguritan, pasar rakyat yang bertempat di depan gedung Kuliah I, dan seminar Memories of Ranggawarsita.
Ketua Panitia sekaligus Ketua Hima PBD 2011, Juang Jatmiko, menyatakan pentas akhir ini bertema Para Taruna Makarya, Para Werdha Rumeksa Manunggal Memetri Budaya Jawa. Menurutnya, selain sebagai penutupan kepengurusan Hima PBD, acara ini bertujuan untuk mendorong kaum muda turut serta nguriuri kabudayan Jawa. Malam itu juga, diumumkan para juara lomba cerkakgeguritan. Fitri
Puncak acara akhir Kepengurusan hima PBD 2011
Guest Lecture dari malaysia (Prodi bahasa dan Sastra Ing-gris), 31 Oktober4 November 2011, Ruang Seminar PLA lantai 3 Sosialisasi Pemilihan Kajur/Sekjur/Wakil Dekan/Se-nat Fakultas, 7 dan 8 November 2011, Ruang Sidang PLA lantai 2 Seminar beasiswa S2/S3, 8 November 2011, Gedung Kuliah I lantai 2 Yudisi-um, 9 November 2011, Ruang
Seminar PLA lantai 3 Semi-nar Nasional bahasa Asing dan Pendidikan Karakter (P.b. Jerman), 10 November 2011, Ruang Seminar PLA lantai 3 Pisah Sambut Karyawan FbS, 1113 November 2011, Bali Forum Temu Sendratasik se-Indonesia, 12 November 2011 Seminar Nasional Tiga Hi-ma, 13 November 2011 PL-PG, 1623 November 2011
Seminar Nasional Pendidikan Seni musik: Paradigma Pendi-dikan Seni musik dalam mem-bangun Karakter bangsa, 19 November 2011, FE Seminar Nasional “memories of rang-gawarsita”, 19 November 2011, Ruang Seminar PLA lantai 3 Seminar Penelitian: “Penelitian budaya: Sinergi antara Dunia Akademik dan Kultural masyarakat”, 19 No
vember 2011, Ruang Seminar PLA lantai 3 Pemilihan Kajur/Sekjur, 22 November 2011 Pemilihan Wakil De-kan, 23 November 2011 Pe-milihan Senat Fakultas, 24 November 2011 Pisah Sam-but Karyawan FbS, 26 November 2011, Pacitan Perpisah-an Wakil Dekan, 30 November 2011, Rumah Makan Muara Kapuas I.
TIga Hima Bahasa asing FBs unY yang terdiri atas BDs (Hima Jerman), EDsa (Hima Inggris), dan Hiper (Hima Perancis) pada Minggu (13/11) sukses menyelenggarakan seminar nasional bertema “Get Scholarship for Developing Our Quality to Compete in Globalization.” seminar untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan bersekolah di luar negeri melalui jalur beasiswa ini mendapat sambutan meriah dari peserta.
Ketua Pelaksana seminar, Wisnu aji Permana (PB Inggris 2009), mengatakan bahwa seminar ini sengaja membahas beasiswa dengan tujuan Eropa karena banyak mahasiswa Indonesia yang berminat sekolah di sana. selain itu, kesempatan meneliti di Eropa sangat besar.
seminar ini menghadirkan pembicara Dr. Widyastuti Purbani, M.a. selaku Kepala Kantor Internasional unY, Marlene Klässner dari pihak DaaD Jerman, dan Xavier richard Direktur Lembaga Indonesia Perancis cabang Yogyakarta.
Pada dasarnya, seminar ini membahas perlunya mengetahui macammacam beasiswa dengan kualifikasi masing-ma-sing, serta bagaimana langkah untuk bisa mendapatkan beasiswa secara tepat dan sesuai bidang yang dikehendaki. selain itu, beberapa aspek lain juga turut disinggung, seperti apa saja yang perlu dipersiapkan dan dari mana dapat diperoleh beasiswa, serta seberapa besar peran beasiswa dalam menghadapi globalisasi. Fitri
aliansi tiga hima selenggarakan seminar nasional Beasiswa
do
ku
me
n h
um
as
FB
s u
nY
8 suara ungu novemBer 2011
EVENT
LintAs
memories of ronggowarsitoHima Pendidikan Bahasa Daerah UNY menghelat seminar nasional bertajuk Memories of Ronggowarsito di Gedung Kuliah I lantai dua FBS (19/11), dengan pembicara Dr. Suwardi, M.Hum dari UNY, Drs. Adipitoyo, M.Si dari Universitas Negeri Semarang, dan Drs. Imam Sutardi, M.Hum dari Universitas Sebelas Maret. Seminar ini mengupas seluruh perjalanan pujangga keraton Ranggawarsito sebagai seorang panteisme (penganut Islam dengan jiwa Kejawen yang kental). Dalam bukubuku yang ditulisnya serta ramalanramalan yang ia dibuat, Ronggowarsito sengaja mengemasnya sebagai politik Jangkrik, yakni politik agar masyarakat sabar untuk menghadapi kemelut bangsa Indonesia pada zaman itu. Tica
seminar Penelitian BudayaLingkar Ilmiah Mahasiswa Languages and Arts FBS UNY mengadakan seminar penelitian bertema “Penelitian Budaya: Sinergi antara Dunia Akademik dan Kultural Masyarakat” di Gedung Pelayanan Akademik FBS UNY (19/11). Sebagai pembicara, panitia menghadirkan Hajar Pamadhi, M.A, dosen FBS sekaligus Ketua Jaringan Penelitian DIY, dan GBPH Yudhaningrat, M.M, Kepala Dinas Kebudayaan DIY. Menurut ketua panitia, Rasman, seminar ini bertujuan untuk menjadikan penelitian sebagai format gerakan mahasiswa, umum, dan akademisi dalam mengenal keragaman budaya nusantara dan dalam mempertahankan keragaman dan nilai budaya negeri yang semakin hari semakin terlupakan. Febi
Oleh Fitri Ananda
nILaInILaI kearifan lokal meniscayakan fungsi yang strategis bagi pembentukan karakter dan identitas yang pada gilirannya akan memunculkan sikap budaya yang mandiri, penuh inisiatif, dan kreatif. Pengembangan kearifankearifan lokal memiliki arti penting bagi berkembangnya suatu masyarakat. Demikian yang diungkapkan Prof. suminto a. sayuti, guru Besar FBs unY, dalam seminar nasional bertema Revitalisasi Nilainilai Budaya Lokal dalam Konteks Pendidikan yang digelar di auditorium unY (25/11).
Pendidikan secara keseluruhan, menurutnya, dimaknai sebagai proses pembudayaan dan bukan proses pembuayaan dan penjinakan sosial budaya. Pendekatan multikultural bisa menjadi solusi. selain itu, suminto memberikan dua pilihan dalam proses pendidikan: kita belajar melalui budaya atau belajar dengan budaya. selain Prof. suminto a. suyuti, pembicara lain seperti Ben senang galus dari
Dinas Pendidikan dan Olahraga DIY serta pengamat pendidikan Darmaningtyas tampak hadir sebagai pembicara.
seminar nasional yang diadakan BEM FBs kali ini lain dari biasanya. Panitia yang bertugas dalam acara itu mengenakan baju tradisional Jawa. selain itu panitia juga memberikan dua pilihan jenis sertifikat untuk di-bawa pulang peserta. Bagi yang mengikuti seminar secara penuh berhak mendapat sertifikat nasional, sedangkan peserta yang hanya mengikuti stadium general hanya mendapat sertifikat stadium general.
Dua pilihan ini untuk mengantisipasi bila target yang direncanakan tidak tercapai. Ketua Panitia, suranti Tri astuti, PBI 2010, menyatakan “Kami sengaja memberikan dua pilihan itu untuk mengantisipasi jika peserta kurang dari target, tapi peserta justru membludak.” Ditanya soal latar belakang, suranti mengatakan bahwa acara ini berangkat dari keresahan tentang budaya lokal yang kian tergeser dari proses pendidikan.
Pentingnya Kearifan lokal dalam masyarakatFormat pembentukan karakter bangsa harus segera diubah. Kita mampu mengejar.
Foto
-Fo
to: d
ok
um
en
hu
ma
s F
Bs
un
Y
9suara ungu novemBer 2011
seLAmAt
Atas Dilantiknya Jajaran Pimpinan DekanatFakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
Periode 2011-2015
10 suara ungu novemBer 2011
KABAR PLA
Oleh Virga Renitasari
BErTEPaTan dengan hari terakhir masa jabatan Wakil Dekan I, II, dan III, keluarga besar (karyawan) Fakultas Bahasa dan seni unY mengadakan acara perpisahan pada rabu siang (30/11) di rumah Makan Muara Kapuas I. acara ini digelar sebagai ungkapan terima kasih FBs pada para wakil dekan atas bimbingan selama empat tahun.
Dekan FBs Prof. Dr. Zamzani yang turut hadir mengaku terharu dengan adanya acara kekeluargaan ini. “Ketika tadi saya diberitahu akan ada acara seperti ini, saya langsung terenyuh. Mes
Perpisahan Wakil Dekan
ki kemarin sudah ada acara fakultas di Bali dan Pacitan dalam rangka mempererat tali silaturrahmi, ternyata hari ini ditunjukkan bukan hanya dalam perkataan saja namun juga perbuatan,” ujar Zamzani. Ia juga menghargai komitmen keluarga FBs selama sekian tahun bersama hingga terbangun rasa saling mencintai, rasa yang tidak dapat diungkapkan dengan katakata. Harapannya, komitmen itu tetap dipegang teguh dalam membangun lembaga bersamasama.
Dalam sambutannya, suhaini M saleh, M.a., (Wakil Dekan I) mengungkapkan kesan baiknya selama berada di (dekanat) FBs.
“Demikian indahnya di FBs sampaisampai tidak pernah merasa lelah walaupun pagipagi sudah sampai di kampus dan bekerja hingga sore,” kenangnya. Melanjutkan apa yang sampaikan suhaini, Wakil Dekan II sri Harti Widyastuti, M.Hum., juga merasakan hal serupa dan hubungan yang sangat dekat dengan rekanrekan di FBs. Ia merasa waktunya sebagian besar dihabiskan di fakultas. “FBs sudah saya anggap sebagai keluarga kedua,” ungkapnya. Herwin Yogo Wicaksono, M.Pd. (Wakil Dekan III) lantas berharap, “Mudahmudahan ini adalah langkah yang baik.” Walau sudah tidak menjabat Wakil Dekan III ia tetap berjanji, “Bila keadaan memerlukan saya di balik layar, saya akan bantu kapan pun,” lanjutnya.
sementara itu, Kepala Bagian Tata usaha FBs unY Yudi sutama, M.Pd., mewakili rekanrekan karyawan menyampaikan rasa terima kasih kepada para wakil dekan atas bimbingan, petunjuk, dan contoh baik yang akan dilaksanakan terus dalam mengemban tugas seharihari. “untuk itu, kami tetap mohon arahan dalam menjalankan tugas seharihari dan mohon agar persaudaraaan ini tetap terjaga dengan baik,” pungkasnya.
Format pembentukan karakter bangsa harus segera diubah. Kita mampu mengejar.
Pembangunan fisik meningkat cukup signifikan, seperti pagar di Jurusan Seni musik (foto atas).
sEBanYaK 76 peserta yang terdiri dari para guru mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Jawa dan seni budaya selama 9 hari (1522 dan 24 november 2011) mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi guru (PLPg) Kemente
rian agama rayon 11 unY dengan penyelenggara Fakultas Bahasa dan seni.
Para peserta mendapatkan beberapa workshop, di antaranya pelatihan tindakan kelas, penulisan karya ilmiah, latihan mengajar, dan dilanjutkan de
ngan postes. Harapannya, peserta mampu mengaplikasikan materi workshop dalam kehidupan seharihari. adapun materi yang diperoleh para guru adalah bagaimana meningkatkan profesionalisme, bagaimana menyusun rencana Pelaksanaan Pembelajaran, serta bagaimana membuat media belajar yang menarik. Fitri
PlPg Kementerian agama 2011
do
ku
me
n h
um
as
FB
s u
nY
11suara ungu novemBer 2011
tuKirin
FIGUR
Penjaga Parkir fBsBerawal dari “salah jurusan”, rinik justru menemukan potensinya dalam batik. Karyanya menjadi kampiun di Lomba Desain Batik nasional.
tukirin
Lahir: Sleman, 25 Februari 1962 Alamat: Murangan, Triharjo, Sleman, Yogyakarta Istri: Sugiantari Anak: satu putra dan satu putri Hobi: bersepeda.
Oleh Fitri Ananda
berangkat paling awal dan beranjak pulang paling akhir, begitulah kesehariannya. Tugasnya
tidak hanya menjaga, namun juga mengawasi keamanan dan tata kelola. Ya, petugas parkir merupakan elemen penting di masa yang dipenuhi oleh kendaraan bermotor seperti sekarang. semua kalangan baik orang tua, mahasiswa, dan remaja beramairamai ikut andil dalam penggunaan kendaraan bermotor, entah itu sepeda motor atau mobil.
Di dalam kampus, peran petugas parkir memang sangat dibutuhkan. Jika tidak ada mereka, lantas siapa yang akan membuat dosen dan mahasiswa merasa tenang untuk meninggalkan kendaraannya di saat kuliah. Wajah penjaga parkir pun tentu sangat familiar di kalangan mahasiswa
pengendara motor karena merekalah yang setiap pagi menyambut di gerbang kampus.
siapa tak kenal dengan bapak yang satu ini? Wajahnya ramah dan penuh senyum. Tukirin, begitulah sapaan akrabnya. Petugas Parkir yang sudah 10 tahun berpengalaman dengan tata kelola Parkir. “Kalau dulu memang berbeda, jumlahnya belum sebanyak ini dan mahasiswanya juga lebih mudah diatur,” jawab bapak yang putrinya kuliah di FIP
unY ini, ketika ditanya tentang sukaduka menghadapi ulah mahasiswa. Dia juga bercerita, sekarang ada saja mahasiswa yang sengaja meninggalkan motornya hingga larut melebihi jam kerjanya yang sampai pukul 17.30 WIB. Kalau sudah begitu, otomatis petugas parkir harus ngalahi sampai mahasiswa bersangkutan mengambil sendiri.
Bapak yang pernah menyabet gelar karyawan berprestasi ini kadang juga kewalahan menghadapi ulah mahasiswa yang parkir, “selalu saja ada yang tidak rapi, parkirnya sembarangan, kuncinya ketinggalan, makanya kami petugas parkir yang jumlahnya dua di setiap tempat parkir harus seringsering keliling dan menata dengan baik.” namun, seberapa pun lelahnya, Pak Tukirin tetap semangat dan banyak tersenyum. Hal itulah yang membuatnya tetap bahagia.
Bapak dua putra ini berharap, semoga saja ke depannya tempat parkir dilengkapi dengan pos jaga yang permanen supaya petugas lebih mudah mengawasi, dan nantinya petugas bisa memeriksa sTnK para pengendara motor terutama mahasiswa agar dapat mengantisipasi halhal yang tidak dinginkan.
Yang terpenting bagi Pak Tukirin, dia bisa melakukan tugas sebaikbaiknya. sebab baginya, apa pun pekerjaan yang diberikan, dia bisa menjadi orang yang pantas dipercaya dan membuat sekitarnya merasa aman dan tenang. sederhana, tapi bermakna. seperti menjaga parkir yang jika dilihat memang sepele, namun nyatanya tugas tersebut bukan sekadar menjaga. d
ok
um
en
hu
ma
s F
Bs
un
Y
12 suara ungu novemBer 2011
APRESIASI
sastra anak masih Dianggap remeh?
Oleh Anandayu Suri Ardini
tanpa bahasa, bisa jadi tak akan ada yang namanya warisan budaya. Budaya mampu mengatur pribadi
yang berlainan ke dalam kelompok, sehingga kepercayaan, nilai, perilaku, dan aktivitas yang diyakini membawa
kebaikan akan terbangun.
Sastra anak oleh beberapa kalangan, terutama di Indonesia, masih dianggap hal yang remehtemeh.
Toh hanya anakanak yang membacanya, tak perlu terlalu rumit mengurusinya. Mungkin Demikian pemikiran beberapa pihak. Tapi, seiring berjalannya waktu, sastra anak makin banyak ditekuni baik dalam hal penciptaan maupun kritik. sastra anak bukan sekadar bacaan untuk anakanak. sastra anak juga menyediakan banyak hal seperti yang terdapat dalam sastra untuk orang dewasa: pendidikan, hiburan, kepuasan, pelajaran tentang hidup, dan pengetahuan dunia.
Di beberapa negara seperti Kanada, australia, dan negaranegara Eropa, sastra anak telah menjadi program studi yang ditawarkan universitas secara independen, bahkan sampai pada jenjang Doktor. namun di Indonesia program sastra anak masih sangat jarang ditawarkan, bahkan oleh kampus yang bonafit sekalipun. Mes-ki demikian, Indonesia memiliki Murti Bunanta, yang merupakan pakar dan penulis cerita rakyat untuk anakanak di Indonesia. Beberapa bukunya bahkan telah dipublikasikan di negari Paman sam, amerika serikat.
Kendati telah memiliki figur se-perti Bunanta, Indonesia masih sangat perlu meningkatkan kepedulian dalam penciptaan dan kritik sastra anak karena kedua hal itu akan sangat berperan dalam mendorong perkembangannya. Contohnya, penulispenulis
sastra anak kontemporer seperti JK rowling, David Wiesner atau Judy Blume menawarkan fitur-fi-tur baru dalam karyakaryanya. Mereka tak hanya mengajarkan anakanak untuk secara mentah menelan pesan moral dalam bacaan. Mereka seolah menantang pembaca untuk memahami lebih dari yang biasa diketahui. Karyakarya baru mereka membebaskan dan tidak mengikat atau bahkan mendikte. Dalam bacaan kar
ya penulispenulis tersebut, terdapat satu hal yang tak lazim dalam mayoritas sastra anak Indonesia: distorsi.
Kita sebut saja rowling. Penulis asal Inggris ini terkenal melalui karya besarnya berjudul Harry Potter yang terdiri dari tujuh seri. akan tetapi, rupanya tak banyak yang tahu bahwa rowling ternyata juga mempublikasikan buku kumpulan cerita anakanak yang merupakan pecahan dari Harry Potter, berjudul The
Tales of Beedle the Bard atau dalam bahasa Indonesia disebut KisahKisah Beedle si Juru Cerita.
Dalam Kisahkisah Beedle si Juru Cerita, rowling mendekonstruksi beberapa pencitraan dongeng konvensional. Dongeng atau folktales kebanyakan identik dengan citra putri raja yang cantik dan lemah, pangeran yang gagah berani, serta atmosfer cerita yang optimistis dan menyenangkan. namun, rowling melepaskan diri dari itu dengan menciptakan tokohtokoh perempuan yang independen dan berpengaruh, tokohtokoh lakilaki yang tidak lagi dominan bahkan cenderung jahat, dan memunculkan atmosfer gelap dan suram di beberapa ceritanya.
Kisahkisah Beedle si Juru Cerita terdiri dari lima cerita pendek. salah satunya cukup “ekstrem” untuk sebuah bacaan anakanak. Dalam Penyihir Berhati Berbulu, rowling mengekspos beberapa kejadian tragis yang dialami dan dilakukan penyihir lelaki yang menjadi tokoh utama, semisal bunuh diri, mutilasi,
dan pembunuhan berdarah. Cerita digambarkan kelam dan tanpa kesan bahagia. Tapi, ada pula Babbitty Rabbitty dan Tunggul Terbahak yang sarat komedi namun di saat bersamaan juga menonjolkan kecerdikan Babbitty sebagai seorang perempuan yang mampu bersikap lebih bijaksana daripada sang raja.
rowling telah membalikkan oposisi yang biasanya kental pada dongeng konvensional. Baik dan buruk tak melulu bersebe
13suara ungu novemBer 2011
kirimkan esai anda tentang bahasa, sastra, dan seni ke [email protected] berikut foto dan identitas diri.
rangan dengan jelas, begitu pula lelaki dan perempuan, feminin dan maskulin. Dia ingin menunjukkan selalu ada batas cair antara kedua kutub yang berlawanan, dan batas itu terbuka untuk berbagai kemungkinan.
Tak jauh beda dengan rowling, Weisner juga mendekonstruksi cerita anak klasik berjudul Three Little Pigs menjadi judul baru, The Three Pigs. Dalam cerita bergambar karyanya, Weisner tidak menjadikan sang serigala sebagai tokoh yang berjaya. Dia justru menggambarkan ketiga babi kecil mampu melarikan diri dengan mencurangi si serigala. Mereka digambarkan melakukan perjalanan antar cerita demi menemukan akhir yang tepat untuk cerita mereka sendiri. Dengan ilustrasi menawan, Weisner melukiskan akhir cerita lewat adegan tiga babi minum coklat panas bersama seekor naga dari cerita heroik lain, pada suatu sore di ruang makan rumah babi ketiga yang terbuat dari batu.
Lantas apa implikasinya jika rowling dan Weisner mendekonstruksi aspekaspek dalam cerita anak? apakah hanya angin lalu? Tentu saja tidak. Pembalikanpembalikan semacam itu tidak hanya diciptakan untuk dibaca, lalu sudah. Banyak hal bisa kita pelajari dari membaca teks kontemporer yang kental unsur posmodernisme itu. Bahwa segala hal dalam hidup bisa dilihat melalui berbagai kemungkinan.
Pembaca akan tertantang untuk mengesampingkan pemikiran sempitnya sejenak, untuk kemudian dapat berpikir lebih terbuka. Contoh kecilnya telah disampaikan melalui perlawanan tiga ekor babi kecil yang dalam versi konvensional digambarkan tak berdaya. Mereka diberikan celah untuk memilih sendiri hidupnya, bukan sekadar berakhir dalam perut sang serigala yang lapar tanpa mempunyai pilihan apa pun.
Begitulah kirakira cara kita, orang dewasa, memahami kedua contoh teks di atas. namun, bukankah kedua buku cerita tersebut sejatinya tidak diciptakan untuk orang dewasa? anakanaklah pembaca utamanya. Mereka yang akan paling banyak mengonsumsi ceritacerita seperti Kisahkisah Beedle si Juru Cerita dan The Three Pigs. Padahal, anakanak sama sekali bukan
orang dewasa dengan tubuh kecil. Mereka memiliki sifat alami dan pemikiran berbeda. Telah menjadi nature bagi anakanak untuk dengan mudah menerima segala yang dibaca dari teks. Dalam benak mereka masih tebagi jelas antara hitam dan putih. Distorsi bukanlah hal ringan untuk dimengerti, bahkan jika pembalikan tersebut terdapat dalam teks yang mereka konsumsi seharihari.
Inilah tugas orang dewasa untuk membimbing pembaca anakanak sehingga mereka mampu menjadi pembaca yang memiliki pengetahuan dan pemikiran kritis. sekali lagi, anakanak memiliki sifat alami dan pemikiran mereka sendiri, maka yang mereka butuhkan bukanlah aturan dan larangan, melainkan pendampingan dan bimbingan.
rowling dan Weisner memang bukan penulis asli Indonesia, namun tidak bisa dipungkiri bahwa karya mereka telah terbit dan beredar di Indonesia. Karya mereka adalah fenomena yang patut untuk diteliti dan dikritisi. Jadi kurang tepat dan kurang etis rasanya jika dikatakan
bahwa sastra anak merupakan hal remehtemeh, karena karya rowling dan Weisner sangat jauh dari predikat trivial. Jadi, apakah para penulis sastra anak Indonesia merasa tertantang dengan munculnya fitur-fitur baru tersebut? Beberapa pilihan dapat diambil untuk menyikapi fenomena ini: mengkritisi, menjadi pembaca pasif, atau menciptakan fitur kita sendiri. Semua da-pat dipertimbangkan, asalkan untuk satu tujuan: demi kemajuan sastra anak Indonesia.
anandayu suri ardini, mahasiswa Bahasa dan sastra inggris unY.
lionerWinks.BlogsPot.com
14 suara ungu novemBer 2011
SASTRA
Cerpen Eko Triono
sekarang Jam Berapa
Sekarang jam dua belas, dan tak ada hujan turun, dan aku sudah menunggu di sini sejak jam sem
bilan pagi. Tapi ia belum datang. Pelayan tua itu kembali, “Ini biar lebih romantis.” Dia membawakan lilin putih dengan tatak keperakan, menyalakannya, lalu, mengajakku membicarakan banyak hal sambil menanti.
Dia bertanya perihal janji yang demikian lama. Kukatakan, setiap janji harus ditepati, kupikir memang demikian, tentu, di samping rasa cinta yang masih menggelora dalam batin yang membuatku harus menunggu. Orang tua itu tertawa, dan giginya yang perak terlihat bagai potongan medali, atau, memang sengaja diperlihatkannya untuk unjuk diri; bahwa dia pemilik kafe yang hidup bahagia meski tanpa cinta pertama.
rambutnya sudah putih. Pakaiannya pun ikut letih. “Kalian dulu memang selalu kemari selepas pulang sekolah, aku ingat itu. Tapi, apa kau tidak pernah dengar istilah cinta kera?” Istilah ini membuat emosi. aku diam. Dan, dia malah terus bicara, “Perempuan mudah berubah perasaannya, ia mudah kesepian, dan terlebih perempuan egois, mudah mengganti cinta dan membuat ribuan apologi untuk berkhianat. Tak ada cinta sejati di hati perempuan yang demikian....”
aku ijin keluar, ingin membunuh omongannya yang semakin tak jelas itu. Di luar, pasar yang tertib telah bubar. Tinggal sisa dan jalan raya yang selalu padat oleh kepergian. Dan, kupastikan di sekitar, tak ada tandatanda.
aku pun masuk dan kembali duduk menunggu: berharihari, bermingguminggu, berbulanbulan, hingga bertahuntahun di dalam kafe ini. Pelayan tua, yang sudah lama mati itu, diganti oleh keturunanketurunannya; mengganti jaga, dan, menggantikan bercakapcakap menemani kesunyianku.
aneka makanan dan mata uang bertukar jenis. Keretakereta lewat diganti dengan baru. Kendaraan berganti merek. Jalanan berganti marka. rumahrumah berganti bentuk dan warna. Tapi ia tetap tak datang menepati janji. Barangkali ia telah lupa, barangkali dulu kuliahnya, kemudi
an pacarpacarnya, kemudian suaminya, kemudian anakanaknya, kemudian cucucucu, dan kesehatannya telah membuat lupa pada janji yang dengan sumpah diucapkannya, tepat di telingaku yang dulu masih peka, tapi kini terganggu dan tak jelas lagi.
“Kami kira, anda harus pulang, Kek....” Cucu almarhum pelayan tua berkata padaku dengan muka berteriak tapi terasa lirih. aku sadar betul, usia melucuti tubuhku seperti korosi pada besi, namun perasaanku masih semuda dulu, kataku. Cucu itu, yang juga seorang perempuan, tersenyum manis, “anda menghabiskan tahuntahun terbaik hanya
mik
em
es
se
rli
.Blo
gs
Po
t.c
om
15suara ungu novemBer 2011
kirimkan cerpen dan puisi anda ke [email protected] berikut identitas diri.
PUisi
Yen ati Dadi sijisumilir angine ragaKaya ilang Kembang Kecubungsiji saka suwi . .Ora katon byar esuk suryaTangis luh lan udan mendhung
Durung bisa bebarengan karo kawruhe sukma
Yen wengi bakal kena lenaati siji tetep nganti nyawijiDelengen ombake Kusumasembah rasa tanpa ragaJrih sukma kang krasaDadiya siji kanthi pati....
Dawai di ujung Kelabusenja membiru di angkasamenampakkan rasa sendu penuh harapan
teruntuk malam kelammenanti sinar mentari bersanding pelangiberburu terang di saat semua telah terlelapbersandar pada kicauan suara angin malam Di ujung kelabudawai itu tak bersuara merdutak bertuan dan tanpa genggamanmengalir sendiri melodimelodi sendumengiringi setiap mimpimimpi rasa berhargaberharap nyata di pagi yang semu Dawai di ujung kelabu selalu sendumelodi rasa haru terus membirubagai serdadu dalam medan bakutak tahu kapan ini akan berlalubermimpilah seperti kumbang yang mengharapkan madukarena harihari ini akan mengharu biru
ryco v amenity, mahasiswa Pendidikan Bahasa Jawa.
untuk menunggu sesuatu yang tak berguna sama sekali? Ini lelucon paling biadab dari perasaan, Kek.”
Ia tak tau soal janji. Ia bawakan kopi. Tangan dan kepalaku terasa retak dan rentan. aku benarbenar sudah renta, dan barangkali maut pun tengah menungguku dengan cara yang sama. “Pulang, berbahagialah dengan sisa usiamu, Kek. Cinta sesungguhnya hanyalah antara kita dan diri kita sendiri.”
“Pulang? Di mana rumahku?” “rumah Kakek juga ada dalam
diri Kakek sendiri yang jernih, yang bahagia,” kata perempuan manis itu cerdas sekali. aku terpukau dan terpukul sekaligus. “Tidak, terimakasih, aku akan tetap menunggunya di sini, rumahku hanya ada dalam cinta dan kesetiaan padanya!”
gadis manis itu terdiam, mungkin sebagai perempuan dia mampu merasakan penderitaanku. Bumi yang semakin tua ataukah aku yang hampir mati? Tak lagi
bisa kubedakan. Pikiranku kusut. Tengah malam aku bangun di bangku kafe yang sudah delapan belas kali diganti itu; aku bermimpi ia datang! untuk pertama kalinya aku bermimpi tentang ia. Ia masih muda sekali, manis, hanya tubuhnya yang makin kusut, perutnya membesar, cahaya matanya yang dulu kuat hilang dilucuti seseorang pada usianya yang ke21, barangkali di suatu kamar, atau di rumahnya saat sepi. segera kubangunkan gadis penjaga kafe.
“Ia datang, nak, ia datang!” Dia terkejut. “Ia sudah datang. aku akan pamit pulang, ini, ini bon terakhirku. Terimakasih untuk semuanya,” kataku lagi, dan coba bergegas. “Datang? Mana? Tak ada siapa pun. anda baikbaik saja ‘kan, Kek?” Dengan lembut, dengan sentuhan yang seakan pernah kukenali, didamiknya pundakku yang mulai bungkuk, lalu, keningku yang berkerut dan diderasi keringat; kemudian, lagi, diusapnya perlahanlahan.
“Ya. Datang. Ia telah datang. Ia berubah. Berubah. Ia beda! Dan kau; kau tidak akan bisa melihatnya.” gadis itu agaknya tak mengerti apa yang kukatakan, dan bertanya sebabnya tak bisa. Dengan disertai gemetar sisa dari cemasnya keyakinan yang coba untuk tugur, kukatakan padanya, “Kau tidak bisa melihat kehadirannya. Tidak. Tidak akan pernah. Karena kau perempuan, kau bukan seorang lelaki yang mencintainya sepenuh hati....”
seketika gadis itu memeluk tubuhku erat sekali, membuat jiwa ingin mati hari ini, hari Jumat, hari delapanbelas bulan Oktober yang pucat, lembab, dingin dan teramat pasi.
eko triono, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan sastra
indonesia FBs unY.
foto-foto isa anggit Prasetya
IMagEsuara ungu
1. Gulasku bukan gulaku. Tetap semangat walau termarjinalkan Cannon EOS 1000D, 1/30 sec, F/7.1, 23 mm, ISO800
2. Rumahku baru. Yang baru tak kunjung jadi dan yang lama tak juga baru Cannon EOS 1000D, 1/750 sec, f/4.5, 25 mm, ISO1600
3. It unite. Sebuah momen yang mungkin terlupakan, dan persatuan dalam sebuah perbedaan Cannon EOS 1000D, 1/13 sec, f/4.5, 36 mm, ISO1600
4. Motorku. Tadi di sini, sekarang? Cannon EOS 1000D, 1/250 sec, f/5.6, 51 mm, ISO1600
Isa Anggit Prasetya, mahasiswa Seni rupa FbS UNY angkatan 2005.