Suara Gemilang Maret 2012
-
Upload
suara-gemilang -
Category
Documents
-
view
288 -
download
26
description
Transcript of Suara Gemilang Maret 2012
1. Ketua PWI, pada Hari Pers Nasional : “Setiap profesional, termasuk Insan Pers harus punya Sertifikasi” Banyak yang sudah Sertifikasi tetapi tidak profesional karena tidak punya kompetensi
2. Sesuai SE Dirjen Dikti, setelah Agustus 2012, syarat kelulusan Program S.1, Karya
Ilmiah (Skripsi) harus dimuat pada Jurnal Ilmiah dan Program S-2 di Jurnal online Malu dong…. dikatakan “sarjana plagiat”
3. Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto dan Busyro Muqodas; “Untuk menyelesaikan semua Kasus Nazaruddin butuh waktu 10 tahun”Kasus yang menjerat aparat, pejabat, birokrat dan politisi butuh 2 kali masa jabatan
FotografiFotografiA J A N G K R E A S I
Diterbitkan oleh: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Magelang
Redaksi menerima sumbangan tulisan berupa artikel, esei, feature, karya ilmiah, paparan data, reportase hasil penelitian maupun hasil wawancara dan kritik. Artikel
disajikan secara teknis dengan bahasa dan penulisan sederhana yang relevan untuk peningkatan pelayanan dan informasi di Kabupaten Magelang. Artikel diketik
dengan format Ms. Word, 12 point, 1 ½ spasi, minimal dua halaman folio atau 3.500 karakter dikirim dalam bentuk keping CD atau flashdisk dengan melampirkan
nomor HP/telepon. Setiap karya/artikel yang dimuat akan diberikan pengganti ongkos kirim.
Alamat Redaksi : DINAS KOMINFO Kabupaten Magelang Jl. Soekarno Hatta Kota Mungkid Telp (0293) 788346 - 788181 Psw. 551 Kontak Person: Donny Eggers,
+6281328714036 (SMS) • Website: majalah.magelangkab.go.id atau issuu.com/suaragemilang Facebook: www.facebook.com/Suara Gemilang
E-mail: [email protected] atau [email protected]
“Ayo tebak, gol tidak?” (foto dok. Suara Gemilang)
Penanggung Jawab: Bupati Magelang, Wakil Penanggung Jawab: Wakil Bupati Magelang,
Wakil Penanggung Jawab I: Sekretaris Daerah, Pembantu Penanggung Jawab: Asisten
Administrasi Umum, Ketua Tim: Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika,
Wakil Ketua/Pemimpin Redaksi: Sekretaris DISKOMINFO, Sekretaris: Bambang Sutoro,SH.,
Penanggung Jawab Teknis: Donny Eggers, Anggota: Drs. Djanu Trepsilo, MM., Slamet
Rohmadi, Haryadi, Staf Ahli: Zanuar Efendi.SIP, Suherman, Ir. Soekam Parwadi, Amat Sukandar,
Staf Teknis: Arif Ardiyanata, ISSN: 1858-0033
Daftar IsiDaftar Isi
33 Kolom?MEMBANGUN DESA SEUTUHNYA
?MEMBANGUN KABUPATEN MAGELANG
YANG KOMPREHENSIF DAN POPULIS
2 Dari RedaksiMEMPERTAHANKAN STANDAR
14 RefleksiBUKAN KOTA ‘NARSIS’
15 Kesehatan
18 Pendidikan?MELESTARIKAN BAHASA IBU
?KWARAN MUNTILAN JUARA PESTA SIAGA
KABUPATEN MAGELANG 2012
?ANAK-ANAK BOROBUDUR DILATIH
SEPAKBOLA
?UMM ‘LAUNCHING’ MOBIL BERBAHAN
BAKAR LPG
24 Wisata dan Budaya?UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA JAWA
?DISPARBUD KAB. MAGELANG
KERJASAMA DENGAN TELKOMSEL
?SAPARAN ‘MERTI DESA’ MUNGKID
3 Karikatur28 TH. HARI JADI KOTA MUNGKID
4 Laporan Utama?LESTARIKAN KOTAKU
?BUPATI MAGELANG: “JANGAN JADIKAN
MASYARAKAT, PELENGKAP PENDERITA”
?HUT KOTA MUNGKID. DARI SIAPA,
OLEH SIAPA, UNTUK SIAPA?
?KOTA MUNGKID MILIK SIAPA?
12 Laporan Khusus• KOTA PELESTARI BUDAYA
27 Ekonomi & Bisnis?STRATEGI MENGHADAPI ‘BANJIRNYA’
SAYURAN DAN BUAH IMPOR
?MEMANFAATKAN URINE TERNAK
UNTUK PUPUK ORGANIK
?ISTRI-ISTRI MENTERI MENANAM PADI
?PRODUKSI IKAN DI KABUPATEN
MAGELANG MENINGKAT
suara gemilang vol. 15 no. 3 1
CEGAH DBD SEKARANG !
20 Berita FotoSEMARAK KEGIATAN HUT-KE28
KOTA MUNGKID
35 Milangkori?PERESMIAN JEMBATAN DARURAT
SROWOL DENGAN MUJAHADAH DAN
WAYANGAN
?PERTAMINA SERAHKAN BANTUAN CSR
?39 PEJABAT PEMKAB DILANTIK
?SERTIFIKASI RELAWAN LEMBAGA
USAHA
?KEPALA BNPB: “BILA TERJADI
BENCANA, JUSTRU YANG MENOLONG
PERTAMA ADALAH MASYARAKAT”
?KETUA KONI KAB. MAGELANG:
“KABUPATEN MAGELANG SEBAGAI
KABUPATEN BERPRESTASI”
Sebagaimana telah di ulas pada kata pengantar majalah
Suara Gemilang edisi bulan Februari 2012, perjalanan Majalah
Suara Gemilang tahun 2012 ini diawali dengan situasi yang
harus disikapi dengan cepat dan tepat.
Diawali dengan masa purnabaktinya Suherman sebagai salah
satu staf redaksi yang menggawangi karikatur majalah,
disusul kemudian dengan berpindahnya pos tugas M. Ali Faiq
yang selama ini menjadi Pemimpin Redaksi, dari jabatan
Kepala Bidang Komunikasi Dinas Kominfo ke pos tugas yang
baru sebagai Kepala Bidang Informasi dan Data pada Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Untuk Suherman, redaksi majalah Suara Gemilang masih akan
tetap mempertahankan posisinya sebagai salah satu staf
redaksi dari unsur wartawan lepas mengingat coretan
karikaturnya telah menjadi ciri tersendiri bagi majalah ini.
Namun situasi yang tidak mudah akan dihadapi manakala
harus mencari pengganti pada Pos Pemimpin Redaksi.
Pejabat pengganti di Bidang Komunikasi yang selama ini juga
menjabat sebagai Pemimpin Redaksi, mau tidak mau harus
memiliki kemampuan jurnalistik yang cukup dan mampu
mempertahankan standar yang telah dicapai Majalah Suara
Gemilang saat ini.
Mempertahankan StandarTim redaksi Majalah Suara Gemilang dalam pengelolaan
selama ini berprinsip untuk menghasilkan kinerja yang
optimal. Artinya informasi yang terkandung dalam majalah ini
sampai kepada pembaca namun yang juga penting adalah
harus mengedepankan kualitas majalah.
Jadi jika pun, terdapat berbagai kekurangan, maka segera
kekurangan tersebut harus segera diperbaiki. Inilah standar
yang dipegang erat Tim Redaksi selama ini.
Bulan Maret 2012 ini sebagaimana tahun-tahun sebelumnya
kita memperingati Hari Jadi Kota Mungkid. Aspek
mempertahankan atau bahkan meningkatkan standar inilah
juga yang berlaku dalam peringatan Hari Jadi Kota Mungkid.
Khusus untuk tahun 2012 ini tema yang
diusung adalah “Lestari Alamku, Lestari
Budayaku dan Lestari Kotaku”
mencerminkan betapa luasnya peran yang
diemban Kota Mungkid sebagai Ibu Kota
Kabupaten Magelang.
Pilihan tema ini cukup cerdas karena akan membuka
wawasan bahwa peran sebuah kota tidak selalu diwajahkan
dengan pusat keramaian dan kehiruk-pikukkan orang-orang
di dalamnya. Namun yang terpenting adalah bagaimana
sebuah kota mampu menjalankan perannya sebagai ruang
publik bagi masyarakat untuk berinteraksi.
Terakhir, kami mohon dukungan agar kami mampu melewati
masa transisi pergantian pengelola majalah Suara Gemilang
ini dengan lancar dengan tetap mempertahankan atau
bahkan meningkatkan standar majalah Suara Gemilang.
Tugas harus berlanjut dan misi harus diselesaikan.
Selamat membaca***
Dari RedaksiDari Redaksi
Sampul Belakang :Bupati Magelang, Ir. H. Singgih Sanyoto bersama Muspida menikmati kuliner khas Magelang.(Foto dok. Humas Protokol)
Sampul Depan :Hj. Titik Zaenal Arifin, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Magelang sedang kerja bhakti.(Foto dok. Humas Protokol)
2 suara gemilang vol. 15 no. 3
Karikatur
3
28 TH. HARI JADIKOTA MUNGKID
suara gemilang vol. 15 no. 3
Laporan Utama
LESTARIKAN KOTAKU
Ada guyonan yang sering dilontar-
kan mengenai Kota Mungkid yang
hingga menginjak usia yang ke-28 tahun
ini, dirasa belum ada perkembangan
yang signifikan, utamanya dalam hal
perkembangan fisik.
Guyonan yang pertama, pernah
dilontarkan mantan Bupati Magelang
yang sekarang memegang jabatan sama
di Temanggung, Drs. H. Hasyim Afandi,
lebih dari satu dekade yang lalu. Bunyi
guyonan tersebut kurang lebih, kalau
ada melewati Kota Mungkid 10 tahun
yang lalu, dan hari ini Anda lewat lagi,
dijamin tidak akan ‘kesasar’. Penyebab-
nya tidak ada perkembangan fisik yang
berarti, baik sarana dan prasarana jalan
maupun perkantoran.
Guyonan tersebut diulangi oleh
Bupati Magelang saat ini Ir. H. Singgih
Sanyoto, dengan membandingkan
perkembangan ibukota Kabupaten
Magelang dan ibukota negara. “Dalam
waktu 5 tahun saja wajah ibu kota negara
akan berubah, sehingga kita bisa tersesat
saat melewati jalan yang sama, tapi
4
Setelah tahun lalu Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Mungkid diperingati secara sederhana, mengingat situasi dan kondisi yang belum memungkinkan, berkenaan dengan erupsi Merapi dan banjir lahar dingin.
Tahun ini Hari Jadi Kota Mungkid dirayakan secara lebih semarak lebih meriah, melalui berbagai kegiatan, pameran dan lomba yang diikuti berbagai Dinas/Instansi, BUMN/ BUMD, kalangan swasta dan masyarakat luas.
Kesemarakan peringatan Hari Jadi yang ke-28 tersebut, tentu dikandung maksud agar gaung peringatan hari kepindahan ibu kota Kabupaten Magelang tersebut, bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat sampai ke pelosok Kabupaten Magelang.
Menginjak usia yang ke-28, tentu banyak pertanyaan dari masyarakat Kabupaten Magelang, apa saja yang sudah dilakukan oleh Pemerintah -juga masyarakat- terhadap Kota mungkid dalam rentang waktu 28 tahun tersebut?
Sebanyak itu pula mungkin pertanyaan yang diajukan masyarakat, mengapa yang diperingati adalah Hari Kepindahan Ibu Kota, bukan hari jadi Kabupaten Magelang ?
Laporan Utama majalah “Suara Gemilang” edisi Maret 2012 ini mungkin dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Selamat mengikuti.
suara gemilang vol. 15 no. 3
dalam waktu 10 sampai 15 tahun, ketika
Anda melewati jalan yang sama di Kota
Mungkid, tidak akan tersesat”, begitu
lebih kurang yang diungkapkan Bupati
Magelang saat menyampaikan pidato
pada malam tirakatan menyambut HUT
Kota Mungkid di Pendopo drh. Soepardi.
Guyonan yang kedua dan ini betul-
betul hanya guyonan, tanpa me-
ngurangi rasa hormat terhadap ke-
pahlawanan Letnan Tukiyat, adalah Kota
Mungkid susah berkembang karena
terbawa nama jalan utama yang
melintas di jantung ibukota Kabupaten
Magelang tersebut. “Dari dulu pangkat-
nya Letnan terus sih, 'nggak' naik-naik”,
begitu kira-kira ungkapan orang yang
usil dan iseng.
Kawasan Hijau Dipertahankan
Terlepas dari semua guyonan yang
berkembang di masyarakat, RUTRK
Kota Mungkid memang bukan kawasan
yang diperuntukkan bagi pengembang-
an bisnis, investasi, maupun pemukiman
dan pusat keramaian. Sebaliknya Kota
Mungkid adalah wilayah yang subur
dengan irigasi teknis yang masih
berfungsi baik dan telah ditetapkan
sebagai kawasan hijau.
“Untuk itu masyarakat hendaknya
dapat memanfaatkan lahan yang ada
secara bijak dan tidak mengkonversi
kawasan hijau secara serampangan,
mengingat di kawasan Kota Mungkid
terdapat beberapa saluran irigasi teknis
yang cukup bagus, diantaranya Kali
Manggis, Kali Tangsi serta saluran irigasi
yang lain” demikian disampaikan oleh
Bupati Magelang saat menjadi Inspektur
Upacara pada puncak acara peringatan
Hari Jadi Kota Mungkid ke-28 di
lapangan drh. Soepardi.
Hal tersebut juga disampaikan
Bupati saat menerima wartawan Harian
Kedaulatan Rakyat pada acara wawan-
cara khusus dalam rangka HUT Kota
Mungkid di Rumah Dinas Bupati
Magelang beberapa hari sebelum
puncak acara HUT Kota Mungkid.
Sementara tema utama yang di-
angkat pada peringatan HUT Kota
Mungkid ke-28 tahun 2012, tidak jauh
dari desain Kota Mungkid ke depan yaitu
“LESTARI KOTAKU, LESTARI ALAMKU,
LESTARI BUDAYAKU”. Menurut Ketua
Umum Peringatan HUT Kota Mungkid
Drs. Utoyo, yang juga Sekretaris Daerah
Kabupaten Magelang, tema tersebut
diharapkan dapat menjadi titik tolak
dalam mendesain ibu kota Kabupaten
Magelang ke depan, agar menjadi kota
yang asri dan nyaman dihuni, dengan
tetap mempertahankan nuansa alami
dan ciri perdesaan.
Ahli Perencanaan Tata Kota UGM
Yogyakarta, Prof. DR. Probo Subanu,
MURP., dalam sebuah seminar pe-
ngembangan Kota Mungkid tahun 2004,
menyatakan bahwa harus ada pilihan
bagi pengambil kebijakan dalam
menentukan arah pengembangan ibu
kota Kabupaten Magelang, antara
membangun secara fisik untuk meramai-
kan atau membiarkan Kota Mungkid
menjadi kota yang bercirikan pedesaan,
pusat pemerintahan, pendidikan dan
kebudayaan.
Kesimpulan seminar tersebut me-
milih Kota Mungkid tetap mem-
pertahankan ciri khas pedesaan yang
nyaman dihuni, sementara untuk
kegiatan ekonomi akan dikembangkan di
wilayah Muntilan ke utara hingga Secang.
Sementara Bupati Magelang dalam
sambutannya pada acara Tirakatan juga
menegaskan bahwa pilihan untuk
mempertahankan nuansa alami dan ciri
khas perdesaan tersebut, tentu tidak bisa
dilepaskan dari fungsi kawasan Kota
Mungkid sebagai penyangga kawasan
warisan budaya situs purbakala Candi
Borobudur, yang telah ditetapkan oleh
UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia
sejak tahun 1991, dengan telah ditetap-
kannya kawasan Candi Borobudur dan
sekitarnya sebagai Kawasan Strategis
Nasional (KSN) yang hingga saat ini
tinggal menunggu terbitnya Keppres.
Di samping itu kawasan Kota
Mungkid juga telah ditetapkan sebagai
Kawasan Strategis Khusus Kabupaten
(KSKK), sehingga pengembangan Kota
Mungkid diharapkan selalu memperhati-
kan tata guna dan fungsi lahan, sehingga
tidak mengganggu atau merusak
Rencana Umum Tata Ruang Kawasan
(RUTRK) yang sudah ada.
Poros Ekonomi Secang-Salam
Sementara untuk mempercepat dan
mengembangkan kegiatan ekonomi
produktif, yang tentunya membutuhkan
sarana dan prasarana penunjang yang
memadai, kegiatan tersebut dapat
diakomodasikan pada jalan protokol
penghubung Semarang–Yogyakarta dan
Magelang-Purwokerto. Terlebih dengan
telah selesainya pekerjaan pelebaran
jalan Mertoyudan-Keprekan, diharapkan
jalur tersebut menjadi jawaban bagi
implementasi pola bangunan vertikal
pada area sepanjang poros jalan Secang
hingga Salam, yang disebut dengan
kawasan Strategis Dengan Pertumbuhan
Ekonomi Cepat.
“Sepanjang jalur tersebut terbuka
secara luas kesempatan bagi investor,
untuk mengembangkan berbagai sarana
dan prasarana perekonomian, dalam
rangka mewujudkan kawasan tersebut
sebagai pusat perdagangan dan jasa,
Laporan Utama
5suara gemilang vol. 15 no. 3
Laporan Utama
6
dengan tetap memperhatikan fungsi
lindung, dimana budidaya pertanian
bersinergi secara proporsional dengan
fungsi permukiman, perdagangan dan
jasa”, tambah Bupati.
Namun demikian, Bupati Magelang
Ir. H. Singgih Sanyoto memprediksikan
bahwa perkembangan ke depan bisa
sangat menguntungkan Kota Mungkid,
dimana ketika kota Jogja sudah jenuh,
Kota Magelang juga sudah jenuh, dan
bandara Adi Sucipto pindah ke Kulon
Progo, maka jalan dari Kulonprogo ke
Magelang akan dilebarkan, sehingga
ada harapan turis akan tinggal lebih
lama di Magelang, tidak hanya 3 jam
saja, mengingat Kabupaten Magelang
mempunyai potensi wisata alam yang
amat disenangi wisatawan manca-
negara. Sehingga ada harapan turis akan
langsung menginap di Magelang, baru
kemudian berwisata ke Jogjakarta atau
kota yang lain.
Segera Dilengkapi Fasilitas Umum
Baru
Meskipun desain pengembangan
Kota Mungkid lebih mengutamakan
nuansa pedesaan, lebih mengutamakan
kenyamanan dari pada keramaian serta
tetap mempertahankan kawasan hijau,
namun demikian fasilitas umum yang
menjadi kebutuhan kawasan ibu kota,
secara bertahap dan terencana akan
dipenuhi. Fasilitas tersebut diantaranya
adalah stadion olahraga, jembatan
Banar, dan beberapa fasilitas kantor.
Menurut rencana tahun ini, sesuai
dengan aspirasi masyarakat Kabupaten
Magelang, Pemerintah Kabupaten
Magelang melalui dana APBD sebesar
Rp 20 milyar untuk pembangunan
stadion di desa Bumirejo Mungkid, yang
diharapkan dapat menjadi jawaban atas
kebutuhan masyarakat akan sarana dan
prasarana serta pusat pengembangan
olahraga yang representatif.
Sementara untuk infrastruktur pen-
dukung, tahun ini jembatan Banar di atas
sungai Elo, yang beberapa kali tertunda
pengerjaannya meskipun pembebasan
lahan sudah dilakukan beberapa tahun
yang lalu, mengingat sudah dianggar-
kan melalui APBD Kabupaten Magelang
dengan plafon dana Rp 13 milyar.
Jembatan tersebut amat strategis
karena menghubungkan wilayah Kota
Mungkid dengan desa Rambeanak,
yang dirancang untuk mendukung
kelancaran jalur pariwisata Solo-Selo-
Borobudur, serta dapat difungsikan
dalam rangka memecah dan meng-
alihkan arus lalu lintas, utamanya pada
saat liburan Idul Fitri serta perayaan
Waisak.
Selain itu dengan selesainya pem-
bangunan jembatan gantung sementara
di Srowol, sebagai ganti jembatan lama
yang runtuh akibat banjir lahar dingin,
diharapkan roda perekonomian di sekitar
kawasan Kota Mungkid bisa segera
dipulihkan.
Dalam rangka mempermudah koor-
dinasi antar instansi Pemerintah serta
meningkatkan pelayanan masyarakat,
diharapkan seluruh kantor Pemerintahan
dapat menyatu di ibu kota Kabupaten
Magelang, tentunya secara bertahap dan
memperhatikan skala prioritas dan
kemampuan keuangan daerah.
Tahun ini Markas Kepolisian Resort
Magelang telah menempati gedung baru
di Kota Mungkid, meskipun belum dapat
memberikan pelayanan secara me-
nyeluruh, sebab sarana dan prasarana-
nya belum lengkap dan sebagian fasilitas
masih berada di Mapolres yang lama.
Sementara dalam waktu yang tidak
terlalu lama, Dinas Kesehatan yang saat
ini masih meminjam tempat milik Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga di
Japunan, diharapkan juga dapat
menempati gedung baru yang menyatu
dengan Laboratorium Kesehatan di Kota
Mungkid.
Sementara dalam rangka pelestarian
dan pengembangan budaya, tidak lama
lagi akan didirikan SMK Seni dan Budaya
yang akan disambung dengan Fakultas
Seni dan Budaya Universitas Tidar yang
akan mulai dibuka.
Untuk Islamic Center, dengan segala
fasilitasnya seperti perpustakaan, pusat
kajian agama, pusat kegiatan ke-
agamaan, kantor lembaga keagamaan
dan lain-lain, hingga saat ini masih men-
jadi ekpektasi masa depan yang diharap-
kan bisa diwujudkan pada masa yang
akan datang.
Bukan Hari Jadi Kabupaten Magelang
Adapun terkait dengan tidak di-
selenggarakannya peringatan hari jadi
Kabupaten Magelang, kecuali hanya
peringatan Hari Jadi Kota Mungkid yang
dilaksanakan dalam rangka mem-
peringati kepindahan Ibu Kota Kabu-
paten Magelang dari wilayah yang
sekarang masuk Kota Magelang, menuju
wilayah Kecamatan Mungkid, yang
sudah dilaksanakan sejak tahun 1984
pada era Bupati drh. Soepardi, Bupati
Magelang Ir. H. Singgih Sanyoto dalam
sambutannya pada malam tirakatan
memperingati HUT Kota Mungkid ke-28
tahun 2012 di pendopo drh. Soepardi
menyatakan bahwa kita tidak mem-
peringati hari jadi Kabupaten Magelang
agar tidak timbul kontroversi sejarah,
sebagaimana yang terjadi di Kabupaten
Purworejo, mengingat Bupati Magelang
pertama adalah Danoeningrat I yang
ternyata memihak penjajah Belanda dan
memusuhi Pangeran Diponegoro.
Terkait dengan pemberitaan media
massa terkait dengan konflik perbatasan
antara Kabupaten Magelang dan Kota
Magelang, khususnya di wilayah selatan,
Bupati Magelang menegaskan bahwa
hingga saat ini tidak ada permasalahan
seperti dimaksud.
“Kita sama-sama penyelenggara
pemerintahan, kita punya satu prinsip
yang harus ditempuh sebagai orang
Jawa. Kita sudah matur ke pak Gubernur,
perbatasan itu mestinya didasari secara
hukum, aturan secara de jure yaitu peta,
mari kita buka bersama petanya. Kita
harus bicara dari hati-ke hati untuk
rembugan, mana yang bisa dirembug,
karena ini administrasi pemerintahan,
tidak bisa alasan orang kabupaten
sekolah di kota, ketika erupsi Merapi
orang kota menampung pengungsi dari
Kabupaten Magelang, ini harus dibeda-
kan, karena perbatasan adalah adminis-
trasi pemerintahan. Kita harus duduk satu
meja, peta mana yang dipakai, mau peta
1950 Haminte Magelang, atau peta
zaman Belanda? Ini kita sampaikan
bukan berarti kita mau menang–
menangan, tapi ini harus dipahami
sebagai administrasi pemerintahan”,
tutur Bupati Magelang.
Ditambahkan oleh Bupati bahwa
kalau Kota Magelang minta jalan Sarwo
Edi sampai Sungai Progo, maka
Kabupaten Magelang akan kehilangan
beberapa wilayah.
“ Ini tanggung jawab saya selaku
Kepala Daerah kepada para pendahulu
dan masyarakat, kita harus 'rembugan',
karena dengan Kabupaten lain kita tidak
ada masalah baik dengan Kulonprogo,
Sleman, Purworejo, Boyolali dan yang
lain”, papar Bupati.
*)Zanuar Effendi,S.IP
suara gemilang vol. 15 no. 3
Laporan Utama
7
“Basis kita adalah pertanian, hal
tersebut harus kita jaga. Keindahan dan
kelestarian harus dipertahankan dengan
satu f i losofi . Kita membangun
Magelang ini bukan pembangunan di
Magelang, tetapi pembangunan
Magelang,” kata Bupati Magelang Ir. H.
Singgih Sanyoto dalam sambutan pada
malam tirakatan dan tasyakuran me-
nyambut hari jadi kota mungkid ke 28 di
Pendopo drh. Soepardi.
Pembangunan di Magelang, me-
nurut Bupati Singgih, masyarakat
Magelang hanya menjadi pelengkap
penderita, tetapi dengan pembangunan
Magelang kita membangun bersama-
sama masyarakat Kabupaten Magelang.
Bupati mencontohkan ketika ada
wacana dari investor untuk mem-
bangun kota baru dengan melihat kota
Magelang begitu sempit, apabila
berencana membangun kota satelit di
salah satu kecamatan di Kabupaten
Magelang apabila tidak hati-hati
nantinya akan menjadi kota yang
terisolasi dari lingkungan karena dihuni
oleh masyarakat kelas atas.
Memang masyarakat sekitar men-
dapat uang banyak dari pembebasan
tanah, tetapi dari sisi harkat dan
martabat karena sumber daya manusia
terbatas dengan pekerjaan seperti
tukang sapu, pembantu rumah tangga
maka akan tertinggal. Dan hal tersebut
tidak diinginkan. Untuk itu Bupati
mengharapkan ke depan, walaupun
pembangunan agak lambat tetapi kita
tetap dengan progres-progres yang jelas
bahwa pembangunan itu subyeknya
masyarakat Kabupaten Magelang.
Sarasehan dan tirakatan yang diikuti
Muspida, para pejabat eselon, ulama,
tokoh agama, Pimpinan BUMN dan
BUMD, MUI, Perwakilan Ormas, tokoh
masyarakat, Camat, kepala desa dan
kelurahan serta warga masyarakat sekitar
(Kelurahan Sawitan, Mendut, Desa
Deyangan dan Pasuruan) tersebut
bertujuan membangun komitmen ber-
sama antara Pemerintah Kabupaten
Magelang dengan segenap komponen
masyarakat dalam upaya membangun
dan memajukan KOTA MUNGKID
menuju kesejahteraan masyarakat.
Sarasehan dan tirakatan tersebut juga
ditandai dengan pemotongan tumpeng
oleh Bupati Magelang Ir. H. Singgih
Sanyoto yang diserahkan kepada
sekretaris KNPI Yanuar Efendi, SIP.
Sementara itu dalam tausiahnya KH.
R. Muhaimin Asnawi pengasuh ponpes
Al Asnawi Salamkanci Bandongan, me-
ngatakan Kota Mungkid bukan kotanya
perorangan tetapi seluruh masyarakat
Kabupaten Magelang. Untuk itu
Muhaimin mengutip pidato mantan
Presiden Soeharto yang menyatakan
Negara yang kuat adalah negara yang
dicintai oleh rakyat dan didukung oleh
rakyat. Bukan negara yang didukung
dengan kekuatan senjata, rakyat
memang taat tetapi karena takut.
Kota Mungkid inipun kita anggap
negara kecil kita, milik kita semua dan
harus kita dukung sebaik-baiknya
dengan caranya masing-masing. Kita
mendukung bisa dengan 3 ukhuwah,
yaitu ukhuwah diniah berhubungan
dengan agama, ukhuwah basaliah ber-
hubungan sebagai manusia, ukhuwah
watoniah berhubungan dengan tanah
air, jelas Muhaimin.
*)mami-s
JANGAN JADIKAN MASYARAKAT PELENGKAP PENDERITA
Bupati Magelang, Ir. H. Singgih Sanyoto:
suara gemilang vol. 15 no. 3
Laporan Utama
8
Ketika Tim Polres Magelang dengan
gemilang berhasil menekuk Tim PLN
Kabupaten Magelang di final lomba
sepak bola mini dalam rangka HUT Kota
Mungkid pada hari Kamis 15 Maret 2012,
para supporter yang terdiri dari anggota
Polri langsung bersorak gembira.
Mereka melompat-lompat sambil
melontarkan botol minuman. Beberapa
mengekspresikan perasaannya dengan
menyerbu ke tengah lapangan seolah
mereka pemenangnya .
Sebenarnya suasana gembira untuk
merayakan HUT Kota Mungkid yang
jatuh pada hari Kamis tanggal 22 Maret
2012 telah berlangsung sejak tanggal 6
dan 7 Maret 2012, dengan dilaksanakan-
nya POPDA, lomba Olahraga tradisionil
pada tanggal 12 dan 13 Maret, Lomba
sepakbola mini pada tanggal 14 dan 15
Maret. Senam massal pada tanggal 16
Maret.. Sepada santai diselenggarakan
pada tanggal 17 Maret. Jalan sehat
dilaksanakan pada tanggal 18 Maret.
Upacara diselenggarakan pada tanggal
22 Maret 2012.
Penulis tidak tahu sejak kapan HUT
Kota Mungkid diperingati, tetapi me-
nurut beberapa teman peringatan HUT
Kota yang berdiri pada tanggal 22 Maret
1984 selalu dilaksanakan dengan
suasana gembira. Dari tahun ke tahun
para pegawai Pemerintah Kabupaten
Magelang beserta instansi terkaikt
memperingati berdirinya Kota Mungkid
dengan acara-acara yang cukup kreatif
dan rekreatif.
Sayangnya, kegiatan-kegiatan yang
menarik tersebut hanya diikuti oleh para
pegawai pemerintah saja. Sementara
warga Kota Mungkid yang menjadi
pemilik dan penghuni Kota Mungkid
tidak banyak terlibat.
Di saat para pegawai berlomba ria,
warga Kota Mungkid tetap saja men-
jalankan kegiatan rutin sehari-hari. Yang
‘bekerja’ di sawah tetap ke sawah. Yang ke
pasar juga tetap ke pasar. Yang bekerja di
jalan tetap kerja di jalan.
Seolah mereka tidak tahu bahwa para
pegawai pemerintah sedang asyik
memperingati HUT kota tempat dimana
mereka tinggal.
Harus diakui bahwa warga Kota
Mungkid tidak sepenuhnya tidak terlibat
dalam kegiatan HUT Kota Mungkid.
Keterlibatan mereka sekedar pada acara
tertentu, misalnya pada acara tirakatan
warga tetap diundang untuk menghadiri
acara tersebut. Akan tetapi keterlibatan
tersebut sangat minim.
Alangkah bagusnya, apabila per-
ingatan HUT Kota Mungkid pada masa
depan dapat melibatkan warga sejak pe-
rencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi.
Sehingga warga Kota Mungkid dapat
mengambil manfaat yang lebih baik.
Warga akan merasa memiliki Kota
Mungkid sebagai ibu Kota Kabupaten
Magelang. Apalagi pada masa demo-
krasi dan reformasi saat ini keterlibatan
rakyat secara optimal menjadi tuntutan
dan menjadi jargon utama. Bahkan dulu
Abraham Lincoln, saat berkampanye
untuk menjadi Presiden Amerika
menggunakan jargon keterlibatan rakyat
menjadi mantra dengan mengatakan
from the people, by the people, for the
people. Dan dengan mantra itulah
Abraham Lincoln berhasil menjadi
Presiden Amerika Serikat ke-16.
ASTABRATA
Peringatan Ulang tahun, biasanya
tidak sekedar dengan cara bersenang-
senang. Peringatan Ulang tahun biasa-
nya dilaksanakan dengan tiga cara.
Yang pertama dengan mengenang
masa lalu. Biasanya dilaksanakan dengan
membacakan sejarah perjuangan dan
ada juga yang melaksanakan dengan
membaca tahlil bersama. Yang kedua
HUT KOTA MUNGKID
DARI SIAPA, OLEH SIAPA, UNTUK SIAPA?Oleh : Ahmad Fauzi Ahsan
suara gemilang vol. 15 no. 3
Laporan Utama
9
mensyukuri yang telah dicapai dengan
cara bersenang makan dan minuim,
yang ketiga mengevaluasi yang telah
dikerja-kan untuk perbaikan ke masa
depan yang direalisasikan dalam bentuk
kegiatan tirakatan dan sebagainya.
Bila mengenang masa lalu pendirian
Kota Mungkid sebagai ibu Kota
Kabupaten Magelang adalah agar
Pemerintah Kabupaten Magelang dapat
melaksanakan pembangunan wilayah
dan memberikan pelayanan yang
optimal bagi warga Kabupaten
Magelang.
Sejalan dengan itu tema peringatan
Kota Mungkid selalu berubah namun
tema Kota Mungkid sebagai pusat
pemerintahan selalu dipergunakan dari
waktu ke waktu. Artinya pemerintah
Kabupaten Magelang selalu sadar
bahwa keberadaannya adalah mem-
berikan pelayanan kepada masyarakat
agar warga Kabupaten Magelang dapat
sejahtera hidupnya.
Oleh karena itu birokrasi pemerintah
Kabupaten Magelang perlu dibangun
menuju good governance. Para pejabat
perlu melakukan evaluasi dengan
delapan (8) laku utama.
Laku Hambeging indra, artinya se-
orang pemimpin haruslah kuat, tidak
mudah goyah, tidak mengumbar hawa
nafsu, kuat hati dan tidak suka berpura-
pura, sehinga dapat membangunkan
kesejahteraan masyarakat.
Laku Hambeging Yama, maknanya
pemimpin harus selalu menegakkan ke-
adilan menurut hukum untuk meng-
ayomi rakyatnya.
Laku Hambeging Surya, maknanya
pemimpin haruslah memiliki sifat dan
sikap seperti matahari yang memberi
semangat dan kekuatan yang penuh
dinamika serta menjadi sumber energi
bagi bumi pertiwi.
Laku Hambeging Candra, pemimpin
hendaknya memiliki sifat dan sikap yang
mampu memberikan penerangan bagi
rakyatnya yang berada dalam ke-
bodohan seorang pemimpin harus
menjadi penerang bagi rakyatnya.
Laku Hambeging Maruta, pemimpin
harus menjadi seperti angin. Senantiasa
memberikan kesegaran dan selalu turun
ke bawah melihat rakyatnya. Seorang
pemimpin harus berjiwa teliti di mana
saja berada. Baik buruk rakyat harus
diketahui oleh mata kepala sendiri, tanpa
menggantungkan laporan bawahannya.
Laku Hambeging Bumi, pemimpin
harus memiliki sifat-sifat bumi, yaitu
teguh, Bumi selalu dicangkul dan digali.
Oleh karena itu yang menjadi pejabat
pemerintah harus berani mengambil
resiko pekerjaan. Jangan sampai ada
pejabat yang melempar-lemparkan
pekerjaan pada orang atau pejabat lain
jika tahu bahwa pekerjaan beresiko.
Laku Hambeging Baruna, berarti
samudra yang luas. Sebuah samudra
memiliki wawasan yang luas, mampu
mengatasi setiap gejolak dengan baik,
penuh kearifan dan kebijaksanaan.
Laku hambeging Agni, Pemimpin
hendaknya memiliki sifat mulia dari api
(agni), yang selalu mendorong rakyat-
nya memiliki sikap nasionalisme. Lebih
mengutamakan kepentingan umum dan
bangsa diatas kepentingan pribadi dan
golongan.
Dengan evaluasi inilah maka di-
harapkan peringatan HUT Kota Mungkid
dapat bermanfaat bagi Kabupaten
Magelang. Bermanfaat untuk mem-
bangun sikap dan perilaku pejabat untuk
membangun masa depan. Maksudnya
masa depan adalah masa depan di di
dunia dan akhirat.
Di dunia dapat mewujudkan masya-
rakat adil dan makmur. Di akherat dapat
masuk Surga dan terjauhkan dari siksa
neraka. Amin
(foto-foto dok. Zuchruf Isworo)
suara gemilang vol. 15 no. 3
Laporan Utama
10
Pembangunan tiang bendera di
sepanjang jalan utama penanda se-
makin lengkapnya fasilitas di Kota
Mungkid, memasuki usianya yang ke-28
tahun. Dengan demikian terpenuhi
sudah kebutuhan warga kota akan tiang
bendera. Demikian juga dengan pe-
mindahan Markas Kepolisian Resort
Magelang semakin melengkapi fasilitas
kota. Kehadiran polres meningkatkan
pemenuhan kebutuhan warga kota akan
rasa aman.
Kota Mungkid, dilihat dari sisi luas
wilayah, tergolong kota istimewa
karena hanya meliputi tiga desa.
Bandingkan dengan Kota Magelang
yang meliputi 3 (tiga) kecamatan dan
Kota Bandung terdiri dari 30 (tiga puluh)
kecamatan. Lazimnya penjenjangan
wilayah itu desa – kecamatan – kota.
Umpama orang sekolah Kota Mungkid
ini dari TK langsung masuk SMP, SD-nya
dilewati.
Hasil sensus penduduk 2010 warga
Kecamatan Mungkid mencapai 10.856
jiwa. Tinggal di Desa Deyangan 4.961
jiwa, di Sawitan 2.815 jiwa dan 3.080 jiwa
di desa Mendut. Terdiri dari balita 903,
anak usia sekolah SD-SLTA 2.422, usia
kuliah 1.016, usia kerja 5.272, dan
manula 1.241.
Selain rasa aman dan tiang bendera,
bagi warga kota maupun desa, ihwal
yang paling penting adalah mendapat-
kan pekerjaan. Dari 8.849 warga kota
usia kerja, sebanyak 54 persen sedang
bekerja. Namun harus juga diperhatikan
bahwa ada 37 persen warga usia kerja
yang 'tidak mencari dan tidak bersedia
bekerja.
Kewajiban pemerintah daerah selain
menyediakan lapangan kerja juga
penting untuk membangkitkan motivasi
bekerja. Misalnya dengan pendekatan
agama, dengan me-
ngingatkan ajaran
bahwa 'bekerjalah
untuk menumpuk
harga seakan kamu
akan hidup seratus
tahun lagi, dan ber-
ibadahlah kamu se-
akan akan mati
besok pagi.’
Jika ada kemauan untuk
diintervensi atau dilakukan
pembinaan data warga Kota
Mungkid ini tersedia by
name, by address, by age, by
activity and aspiration. Yah,
lengkap habislah.
Terkait pekerjaan, bagi
warga kota, karena segala
transaksi berlangsung se-
cara tunai (bukan gotong
royong, rewang dan sam-
batan), maka warga kota
juga butuh pekerjaan
yang memberi bayar-
an tunai (bukan bagi
hasil, nggaduh, maro
atau mertelu).
Pekerjaan yang di-
damba warga kota
adalah 'perkerjaan
berbayar (wage job).
Sebagian penduduk
Kota Mungkid (44 %)
yang tidak mendapat-
kan kepastian pe-
nerimaan gaji tetap
setiap bulan.
Proses pembangunan, umumnya,
disertai urbanisasi dan transformasi
ekonomi. Transformasi dari aktivitas
ekonomi utama pertanian, bergeser ke
industri dan selanjutnya ke sektor
keuangan dan jasa. Jika proses ini
berjalan mulus maka mayoritas pen-
duduk kota akan mendapatkan akses
masuk ke pekerjaan sektor formal yang
dibayar.
Dari gambar 3 terlihat bahwa
lapangan kerja utama di Kota Mungkid
masih didominasi pertanian. Sektor ini
umumnya produktivitas per pekerjanya
paling rendah dan dengan demikian
upah yang diterima juga paling rendah.
Tentu saja tidak menarik minat anak
muda berpendidikan. Sementara dalam
gambar 3b, di Kota Magelang struktur
pekerjaan sudah bergeser ke sektor
perdagangan dan jasa.
KOTA MUNGKID MILIK SIAPA ?Oleh : Budiono *)
suara gemilang vol. 15 no. 3
11
Kegagalan untuk masuk ke sektor
formal berbayar tidak menjadikan warga
kota prustasi. Sebagai gantinya, mereka
memberikan kesempatan yang luas
kepada anaknya untuk mendapatkan
keahlian agar bisa masuk sektor formal
melalui pendidikan.
Oleh karena itu akses pendidikan,
baik secara fisik maupun biaya, sangat
penting bagi warga kota, sama penting-
nya dengan akses ke areal industri dan
komersial dimana lapangan kerja
berbayar tersedia.
Akses fisik meliputi tersedianya
sekolah, guru yang mumpuni, dan
kurikulum yang nyambung dengan
dunia kerja. Akses biaya mencakup ke-
mampuan orang tua untuk me-
nanggung biaya penddikan: SPP, per-
alatan sekolah, seragam, transport, dan
biaya oportunitas: hilangnya kesempat-
an memperoleh nafkah karena anak
harus sekolah.
Dari gambar 4,
terlihat bahwa dari
2.422 anak usia se-
kolah, hanya tercatat
1.969 yang masih
bersekolah. Gambar
juga menunjukkan
bahwa siswa yang
tercatat di SMP dan
SMA terlalu kecil di-
banding siswa SD.
Artinya banyak anak
yang tidak mampu
melanjutkan pen-
didikan. Persoalan ini
b i sa d i a tas i j i ka
pemerintah meng-
hilangkan rintangan
bagi masyarakat me-
nikmati layanan pen-
didikan.
Selain aktivitas
ekonomi warga kota,
untuk memahami situ-
asi kehidupan warga
kota perencana pem-
bangunan kota wajib
memahami elemen-
elemen seperti:
akses perumahan,
sumber energi, serta
sanitasi.
Dari gambar 5 ter-
lihat bahwa besar
jumlah rumah tangga
kota yang meng-
gunakan kayu bakar
sebagai sumber bahan
bakar untuk memasak.
Dengan demikian bisa
dipertanyakan sukses
konversi gas minyak
tanah LPG. Juga masih
banyak rumah tangga
yang memakai listrik
tidak bermeter. Bukan
saja ilegal, juga mem-
bahayakan peng-
gunanya.
Sumber air
minum dari sumur
dan mata air tak
terlindung bisa men-
datangkan gangguan
kesehatan . Leb ih
parah lagi tidak ada-
infra-
struktur dan jasa,
moda transportasi,
nya fasilitas buang air besar, selain
membahayakan kesehatan, juga bisa
merusak estetika lingkungan.
Ada beberapa prinsip direkomen-
dasikan dari seminar yang dibukukan:
'Mengelola Kota yang Cepat Tumbuh:
Pendekatan Baru untuk Manajemen dan
Perencanaan di Negara Berkembang'
yang disunting oleh Nick Devas dan
Carole Rakodi.
Bab empatnya bertajuk: Perencana-
an untuk Siapa? Prinsip-prinsip agar
pembangunan kota nyambung dengan
kebutuhan dan aspirasi warganya.
Pertama, visi pembangunan kota, atau
mimpi yang ingin dicapaikan sebuah
kota, harus realistik: sesuai kemampuan.
Kedua, adakan mobilitas sumber daya:
swasta, rumah tangga dan komunitas,
untuk membangun fasilitas kota yang
'nguwongke' warganya. Ketiga, pe-
rencanaan kota harus konsultatif dan
pembuatan kebijakan harus melibatkan
mayoritas warga, bukan hanya tunduk
pada kekuatan politik. Keempat, agar
berkelanjutan, operasinal dan pe-
meliharaan fasilitas kota harus melibat-
kan warga dalam perencanaan, desain,
operasi dan pemeliharaan.
Jikalau, pengembangan kota dalam
renana induk, rencana aksi atau action
plan ingin dijadikan 'plan ini action',
prinsip-prinsip diatas bisa dipedomani.
Memang ada rencana aksi pem-
bangunan Kota Mungkid yang akan
dijadikan 'action'? Yah, bukannya sudah
dibilang 'jikalau' artinya jika itu kalau.
*)perencana madya Bappeda Kab. Magelang
Laporan Utama
suara gemilang vol. 15 no. 3
12
Laporan Khusus
Kota Mungkid adalah Ibu Kota
Kabupaten Magelang, bayangan yang
terlintas di benak kita bila mendengar
nama “kota” tentu identik dengan
keramaiannya, lalu lintas kendaraan
yang berlalu lalang, pusat-pusat per-
belanjaan dan berbagai macam aktifitas
bisnis serta jasa.
Kita akan tercengang bila ber-
kunjung di “Kota Mungkid” Memang
Kota Mungkid adalah jantung wilayah
Kabupaten Magelang, disini juga ada
pusat pemerintahan. Wilayah “Kota
Mungkid” yang mencakup 2 Kelurahan
dari Kecamatan Mungkid dan 1 desa
dari Kecamatan Mertoyudan ini letaknya
memang tidak jauh dari obyek wisata
yang terkenal di dunia, Candi Borobudur.
Di wilayah ini udaranya sejuk, suasana
yang tenang jauh dari hiruk pikuk lalu
lintas, terkesan alami dan bernuansa
pedesaan.
Hal ini bukan tanpa alasan, jika kita
menilik dari sejarah berdirinya Kota
Mungkid, bahwa pada jaman ke-
merdekaan berdasarkan undang-
undang No. 22 Th 1948 Kota Magelang
ditetapkan sebagai Ibukota Kabupaten
Magelang, kemudian pada tahun 1950
berdasarkan UU no 13 Th 1950, Kota Praja
Magelang diberi hak untuk mengatur
rumah tangganya sendiri sehingga di
sana menjadi pusat dua pemerintahan,
yaitu Pemerintah Kota Magelang dan
Pemerintah Kabupaten Magelang.
Kota Magelang disamping menjadi
ibu kota dua pemerintahan juga
menjadi ibu kota Karesidenan (dulu)
karena di kota ini Residen Kedu juga
berkantor. Di kota ini pula terdapat
Akademi Militer TNI Angkatan Darat di
lembah Tidar yang dipimpin oleh
seorang gubernur yang berpangkat
Jendral, sehingga Kota Magelang
menjadi sangat sibuk, karena adanya
empat instansi yang mempunyai empat
kewenangan besar.
Pemerintah Kabupaten Magelang
yang memiliki wilayah lebih luas
dibandingkan dengan tiga instansi lain
tersebut berpikir untuk memindahkan
Ibukotanya ke wilayah sendiri. Tahun
1982 setelah dikaji oleh berbagai pihak
termasuk akademisi, terdapat empat
pilihan calon lokasi “Ibu Kota”
Kabupaten Magelang; yaitu Secang,
Mertoyudan, Mungkid dan Muntilan.
Dengan berbagai pertimbangan
terpilihlah kawasan yang sekarang ini
disebut dengan KOTA MUNGKID
sebagai Ibu Kota Kabupaten Magelang.
Dari sejarah tersebut dapat di-
pahami bahwa salah satu dari sekian
banyak pertimbangan berpindahnya
ibukota Kabupaten Magelang dari
Kotapraja Magelang adalah untuk
menghindari konsentrasi kesibukan
Kota Magelang akibat terpusatnya
empat kewenangan yang berbeda pada
tempat yang sama.
Karena letak “Kota Mungkid”
sebagai Ibukota kabupaten Magelang
sangat dekat dengan Candi Borobudur
yang merupakan peninggalan budaya
yang Adiluhung nenek moyang bangsa
Indonesia yang saat ini telah menjadi
warisan budaya dunia yang harus dijaga
kelestariannya. Untuk itu di dalam
melaksanakan pembangunan Kota
Mungkid perlu kehati-hatian dari semua
pihak.
Bahkan untuk merencanakan pe-
ngembangan kawasan disekitar Candi
Borobudur, pemerintah pusat menetap-
KOTA PELESTARI BUDAYA
sumber: Bappeda Kabupaten Magelang
suara gemilang vol. 15 no. 3
Laporan Khusus
13
kan wilayah di sekitar Borobudur ini
sebagai Kawasan Strategis Nasional
(KSN).
Untuk itu perlu disepakati semua
pihak agar wilayah “Kota Mungkid” bisa
tetap dipertahankan sebagai pusat
Pemerintahan, Pusat Pengembangan
Budaya, serta Pusat Pendidikan. Walau
tidak bisa dipungkiri sebagai kawasan
yang dihuni masyarakat diperlukan
kegiatan bisnis barang dan jasa.
Untuk itu pemerintah daerah ber-
upaya mengatasi kebutuhan tersebut
dengan mengarahkan kegiatan bisnis ke
kawasan cepat tumbuh yang berada di
sepanjang jalan Protokol penghubung
antara Semarang-Jogjakarta dan jalan
Purworejo-Magelang. Sedangkan ke-
butuhan barang dan jasa masyarakat
“Kota Mungkid” masih dapat ditopang
oleh pusat-pusat bisnis diwilayah sekitar
yang jaraknya relatif terjangkau, se-
hingga Kota Mungkid akan tetap lestari.
Berpegang pada pemahaman ter-
sebut, Panitia peringatan Hari Jadi Kota
Mungkid yang ke 28 Tahun 2012 ini,
menurut Ketua Panitia penyelenggara
HUT Kota Mungkid ke 28 Agung
Trijaya,SH, memilih tema "LESTARI
KOTAKU, LESTARI ALAMKU, LESTARI
BUDAYAKU” diharapkan dapat menjadi
titik tolak dalam mendesain Ibu Kota
Kabupaten Magelang ke depan, agar
menjadi kota yang Asri dan nyaman
dihuni, dengan tetap mempertahankan
nuansa alami dan ciri pedesaan.
Hal ini dimaksudkan agar pada
benak setiap penduduk Kabupaten
Magelang, utamanya yang berdomisili
di sekitar kawasan Kota Mungkid
tertaman semangat melu handarbeni
dan hangrungkepi Kota Mungkid
menjadi Kota yang sejuk dalam suasana
yang tenang, alami dan bernuansa
pedesaan yang senantiasa menjaga
kelestarian budaya.
Sehingga Panitia fokus pada ke-
senian dan kebudayaan sebagai kegiatan
utama hari jadi kota mungkid. Menurut
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kab Magelang Drs. Dian Setyadarma,
MM, selaku seksi kesenian dan ke-
budayaan tahun ini fokus pada budaya
Indonesia terutama kesenian Jawa
Tengah dan bernuansa Kabupaten
Magelang seperti jaranan, sorengan,
jaran kepang serta wayang orang
pembauran.
Karena menurut Dian, kebijakan yang
diambil terkait dengan pelestarian
budaya adalah mengelola keragaman
budaya, nilai-nilai budaya yang ber-
kembang di masyarakat kabupaten
magelang tetap terjaga dan lestari serta
mengembangkan kekayaan budaya
yang dimiliki untuk dapat eksis dalam
kemajuan jaman dan diakui serta dapat
dinikmati oleh seluruh kalangan
masyarakat.
Disamping itu panitia juga meng-
adakan kegiatan yang bersifat massal
seperti funbike (sepeda gembira) festival
band remaja, senam sehat bersama
Askes, Jalan Santai bersama Bank Bappas
69 dan kerja bhakti bersama. pameran
kriya dan kuliner serta kegiatan sosial
donor darah. Untuk Lomba Dagongan
dimenangi regu dari Kodim 0705
Magelang, Lomba Terompah Panjang
dimenangi regu dari UPT Disdik Pora
Borobudur, Lomba Sepak Bola Mini
dimenangi oleh regu Polres Magelang.
Sedangkan juara I Lomba Kuliner adalah
stand Tongseng Jamur Borobudur, Juara I
stand Oleh-oleh adalah Slondok Lestari,
dari Kalisalak Salaman, dan juara I
penataan Stand dimenangi oleh stand
Lidiah Art, Borobudur
Puncak acara HUT Kota Mungkid ke
28 adalah resepsi, disamping pe-
nyerahan hadiah kepada para pe-
menang lomba diantaranya, Bakyak
renteng, Dagongan, sepak bola mini dan
festival kuliner juga dipentaskan Wayang
Orang Pembauran di Pendopo Lapangan
drh. Supardi Kota Mungkid.
Pentas wayang orang pembauran kali
ini dengan lakon Wahyu Cakraningrat
yang diperagakan oleh pecinta seni
budaya dari berbagai kalangan, di-
antaranya ada etnis Tionghoa. Wahyu
Cakraningrat ini menceritakan bahwa
Wahyu anugerah Tuhan Yang Maha
Kuasa yang meneguhkan seseorang
yang mendapatkannya dan keturunan-
nya akan mampu membangun atau
memimpin suatu Negara.
*)sukendro&mami-s-humprot
suara gemilang vol. 15 no. 3
14
Kota-kota besar di dunia cenderung narsis. Itu sebabnya
mereka kerap memimpikan dirinya sebagai sumbu per-
adaban. Impiannya itu, ada kalanya bisa diterima dengan
akal sehat, karena situasi faktual dan argumentasi logis.
Tetapi tidak sedikit kota di dunia ini yang ketika me-
mimpikan dirinya sebagai kiblat peradaban, justru
meluluhlantakkan peradaban itu sendiri. Kota-kota yang
bermimpi menjadi pusat dunia, akan tetapi justru semakin
jauh dari poros peradaban dunia, untuk kota-kota
semacam ini maka layak disebut sebagai “Kota Narsis”.
Kata kunci narsis adalah konsep diri atau komunitas yang
terlalu melambung. Mereka memperspektifkan dirinya
melebihi yang lain. Alexander Lowen dalam bukunya
Narcissism : Denial of The True Self, menjelaskan bahwa
secara psikologis, individu sudah dikatakan narsis jika
mencurahkan segenap daya upayanya untuk membangun
image dengan mengorbankan diri sendiri. Individu ini
tanpa terasa sering menipu diri sendiri demi penampilan.
Sebagaimana dideskripsikan Lowen (1985), tindakan
mereka seringkali dilakukan tanpa pikir panjang,
manipulasi, egois, ingin dominan, merasa paling pintar
sendiri, tidak jujur dalam membawa diri dan tidak punya
integritas.
Ruang publik yang ada diperkotaan, kemudian menjadi
sasaran kaum narsis. Dimana-mana terpasang baliho,
spanduk atau grafiti , -yang kebanyakan bergaya kebarat-
baratan- dan meggemari hedonisme. Kota kemudian
tampil dengan meriah namun tanpa jiwa. Karena ingin
dominan, maka lambang dan icon bernada supremasi
kemudian kencang didengungkan. Kota tidak lagi di-
wujudkan sebagai ruang untuk berinteraksi, ber-
komunikasi dan menyandingkan: heterogenitas, kultur,
ras, agama dan bahasa.
Jika sebuah kota dibangun untuk memenuhi ambisi
dominasi sekelompok orang yang bersifat politis maupun
ekonomi, maka sebagaimana disampaikan Castells (1983),
kota akan menjadi “ruang pengucilan kolektif yang
ditransformasikan oleh berbagai umpan balik (feedbacks)
menjadi suatu aliran yang tidak pernah berhenti dan tak
pernah mulai. Kehidupan kemudian berubah menjadi
abstrak dan menjadi bayang-bayang”.
Kota tidak lagi diwujudkan sebagai ruang untuk ber-
interaksi, berkomunikasi dan menyandingkan
heterogenitas; kultur, ras, etnis, agama dan bahasa.
Padahal dalam sejarah kelahirannya, kota adalah tempat
yang paling ideal untuk menemukan persamaan dalam
perbedaan; politik, ekonomi dan kebudayaan. Kota adalah
tempat pengambilan keputusan yang paling demokratis.
‘Mati’nya fungsi-fungsi kota, menjadikan kota sebagai
ruang abstrak, tidak bernafas dan tidak bernas.Ruang
perkotaan dipergunakan sekadar sebagai komoditas yang
diperjualbelikan. Yah..sekadar realisasi laba dan mencari
keuntungan gitu lho…. Dibangunlah kemudian
kondominium yang mewah yang antara satu dan lainnya
dihubungkan dengan jalur khusus, sebagai bentuk
pelayanan kenyamanan bagi penghuni kondominium.
Atau juga berbagai pusat perbelanjaan, bar, dan lainnya.
Diferensiasi fungsional ruang kota dan kegunaannya yang
terspesialisasi dalam bingkai konsumtif ini kemudian
dirasakan sebagai penggalan kehidupan sehari-hari dan
berpotensi menghilangkan jati diri. Yang terjadi selanjut-
nya, daripada berkenalan dengan tetangga dekat rumah,
orang yang tinggal di Kota Narsis ini lebih suka jalan-jalan
di mall, toserba dan sebagainya daripada berkumpul
dengan tetangga dan takmir masjid.
Tahun ini Kota Mungkid memasuki usia 28 tahun. Usia
yang terhitung muda. Meski menyandang sebagai sebuah
kota, bahkan menjadi ibukota Kabupaten Magelang, profil
Kota Mungkid tidaklah seramai kota-kota yang ada di
sekitarnya. Bahkan kalah ramai dengan Kota Muntilan
yang menjadi ibu kota Kecamatan Muntilan.
Namun jika kita telaah lebih dalam, Tema peringatan hari
Jadi Kota Mungkid tahun ini yaitu: Lestari Kotaku, Lestari
Alamku dan Lestari Budayaku, sedikit banyak memberi-
kan gambaran tentang profil utama yang akan dituju atas
keberadaan Kota Mungkid di masa datang. Tema yang
dipilih menggambarkan sebuah kecerdasan tentang
bagaimana visi sebuah kota akan dibangun.
Pemimpin bukan sekadar cerdik merumuskan matematika
ekonomi dan politik, untuk membangun sebuah kota.
Tetapi lebih dari itu pemimpin yang lebih arif harus bisa
memilih dan menentukan jalan yang hendak dipilih untuk
membangun peradaban sebuah kota. Kota Mungkid lebih
tepat diarahkan sebagai kota yang sehat dan menyehat-
kan, memiliki ruang terbuka yang netral bagi pe-
ngembangan budaya yang terbebas dari intervensi
kapital.
Selamat Hari jadi Kota Mungkid yang ke-28, teruslah
menjadi Kota yang sehat bagi masyarakat Kabupaten
Magelang. Sekali lagi Kota Mungkid bukanlah Kota yang
Narsis...
Bukan Kota ‘Narsis’Oleh : M. Ali Faiq, SIP M.Si
suara gemilang vol. 15 no. 3
15
Demam Berdarah Dengue (DBD)
termasuk salah satu penyakit menular
yang dapat menimbulkan wabah, sesuai
dengan Undang–Undang no 4 th 1984
tentang Wabah Penyakit Menular serta
Peraturan Menteri Kesehatan no 560 th
1989. maka bila dijumpai kasus DBD
dalam wajib dilaporkan kurun waktu
kurang dari 24 jam.
Penyakit demam berdarah dengue
(DBD) sampai saat ini masih merupakan
salah satu masalah kesehatan masya-
rakat di Indonesia yang cenderung
meningkat jumlah pasien serta semakin
luas penyebarannya. Hal ini karena
masih tersebarnya nyamuk Aedes
aegypti (penular penyakit DBD) di
seluruh pelosok tanah air, kecuali pada
daerah dengan ketinggian lebih dari
1000 meter di atas pemukaan laut.
Adapun cara penularannya terdapat
tiga faktor yang memegang peranan
pada penularan infeksi virus dengue
yaitu manusia, virus, dan perantara.
Virus dengue ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Secara epidemiologi infeksi
virus dengue telah ada di Indonesia
sejak abad ke 18, dan pada tahun 1968
penyakit DBD dilaporkan di surabaya
dan jakarta dengan jumlah kematian
yang sangat tinggi.
Faktor yang mempengaruhi pe-
ningkatan dan penyebaran kasus
DBD sangat kompleks, yaitu per-
tumbuhan penduduk yang tinggi;
Urbanisasi yang tidak terencana dan
tidak terkendali; tidak adanya kontrol
vektor nyamuk yang efektif di daerah
endemis; dan peningkatan sarana
transportasi.
Pola berjangkit infeksi virus dengue
dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban
udara, pada suhu yang panas ( 28-32°C )
dengan kelembaban yang tinggi,
nyamuk Aedes akan tetap bertahan
hidup untuk jangka waktu lama. Di
Indonesia karena suhu udara dan
kelembaban tidak sama di setiap tempat,
maka pola waktu terjadinya penyakit
agak berbeda untuk setiap tempat. Di
Jawa pada umumnya infeksi virus dengue
terjadi mulai awal Januari, meningkat
terus sehingga kasus terbanyak terdapat
pada sekitar bulan April–Mei setiap
tahun.
Infeksi virus dengue tergantung dari
faktor yang mempengaruhi daya tahan
tubuh dengan faktor–faktor yang mem-
pengaruhi virulensi virus, dengan
demikian infeksi virus dengue dapat
menyebabkan keadaan yang bermacam-
macam, mulai dari tanpa gejala (asimto-
matik), demam ringan yang tidak spesifik
(undifferentiated febrile illness), Demam
Dengue atau bentuk yang lebih berat
yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD)
dan Sindrom Syok Dengue (SSD).
Gejala klasik dari Demam Dengue
ialah demam tinggi mendadak, kadang-
kadang bifasik (saddle back fever), nyeri
kepala berat, nyeri belakang bola mata,
nyeri otot, tulang, atau sendi, mual,
muntah, dan timbulnya ruam, Ruam
berbentuk makulopapuler yang bisa
timbul pada awal penyakit (1-2 hari)
kemudian menghilang tanpa bekas dan
selanjutnya timbul ruam halus pada hari
ke 6 atau ke 7 terutama di daerah kaki,
telapak kaki dan tangan. Selain itu, dapat
juga ditemukan Petekie.
Hasil pemeriksaan darah menunjukan
leukopeni kadang–kadang dijumpai
trombositopeni. Demam Dengue ( DD )
yang disertai dengan perdarahan harus
dibedakan dengan Demam Berdarah
Dengue ( DBD ) Pada penderita Demam
Dengue tidak dijumpai kebocoran
plasma sedangkan pada penderita
Demam Berdarah Dengue dijumpai
kebocoran plasma yang dibuktikan
dengan adanya hemokonsentrasi, pleural
efusi dan asites.
Demam Berdarah Dengue ( DBD )
Bentuk klasik dari DBD ditandai
dengan demam tinggi, mendadak 2-7
hari, disertai dengan muka kemerahan.
Keluhan seperti anoreksia (nafsu makan
kurang ), sakit kepala, nyeri otot, tulang,
sendi, mual, dan muntah sering di-
temukan. Beberapa penderita mengeluh
nyeri menelan dengan farings hiperemis
ditemukan pada pemeriksaan, namun
jarang ditemukan batuk pilek. Biasanya
juga ditemukan juga nyeri perut
dirasakan di epigastrium dan dibawah
tulang iga, demam tinggi dapat
menimbulkan kejang demam terutama
pada bayi.
Bentuk perdarahan yang paling
sering adalah uji Tourniquet ( Rumple
Leede )positif, kulit mudah memar dan
perdarahan pada bekas suntikan intra
vena atau pada bekas pengambilan
darah. kebanyakan kasus petekie halus
ditemukan tersebar di daerah ekstrem-
itas, aksila, wajah, dan palatumole, yang
biasanya ditemukan pada fase awal dari
demam. Epistaksis (mimisan) dan
perdarahan gusi lebih jarang ditemukan ,
perdarahan saluran cerna ringan dapat
ditemukan pada fase demam.
Hati biasanya membesar sekalipun
pembesaran hati tidak berhubungan
dengan berat ringannya penyakit namun
lebih sering ditemukan pada penderita
dengan syok. Masa kritis dari penyakit
terjadi pada akhir fase demam, pada saat
ini terjadi penurunan suhu yang tiba–tiba
yang sering disertai dengan gangguan
sirkulasi yang bervariasi dalam berat
ringannya, Sementara pada kasus berat
penderita dapat mengalami syok.
Sindrom Syok Dengue ( SSD )
Syok biasanya terjadi pada saat atau
segera setelah suhu turun , antara hari
ke 3 sampai hari sakit ke 7 pasien mula
mula terlihat letargi atau gelisah
kemudian jatuh syok yang ditandai
dengan kulit dingin lembab, sianosis
(pucat)sekitar mulut, nadi cepat – lemah,
tekanan nadi < 20 mmHg dan hipotensi,
Kebanyakan pasien masih tetap sadar
sekalipun sudah mendekati stadium
akhir.
CEGAH DBD SEKARANG !Oleh : Totok Ruswanto,SKM. *)
suara gemilang vol. 15 no. 3
16
Pada masa penyembuhan yang
biasa terjadi dalam 2-3 hari kadang
ditemukan sinus bradikardi atau aritmia
dan timbul ruam pada kulit. Tanda
prognostik baik apabila pengeluaran
urin cukup dan kembalinya nafsu
makan. Penyulit SSD; infeksi (pneu-
monia, sepsis, flebitis) dan terlalu
banyak cairan (over hidrasi), manifestasi
klinik infeksi virus yang tidak lazim
seperti ensefalopati dan gagal hati.
DD/DBD Definisi kasus
A. Secara Laboratoris
Presumtif Positif (kemungkinan
apabila ditemukan demam akut disertai
dua Demam Dengue) atau lebih mani-
festasi klinis berikut: nyeri kepala, nyeri
belakang mata, miagia, artralgia, ruam,
manifestasi perdarahan, luekopenia, uji
HI 1280 dan atau lgM anti dengue
positif, atau pasien berasal dari daerah
yang pada saat yang sama ditemukan
kasus confirmed dengue infection.
Confirmed DBD (Pasti DBD) Kasus
dengan konfirmasi laboratorium se-
bagai berikut: deteksi antigen dengue,
peningkatan titer antibodi > 4 kali pada
pasangan serum akut dan serum
konvale sens, dan atau isolasi virus.
B. Secara Klinis
Kasus DBD
a. Demam akut 2–7 hari, bersifat
bifasik
b. Manifestasi perdarahan yang biasa-
nya berupa :
1. Uji Torniquet positif
2. Petekie, ekimosis, atau purpura
3. Perdarahan mukosa, saluran
cerna, dan tempat bekas suntikan
4. Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <10.000/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai
dengan :
1. Peningkatan nilai hematokrit
>20% dari nilai baku sesuai umur
dan jenis kelamin
2. Penurunan nilai hematokrit >20%
setelah pemberian cairan yang
adekuat. Nilai Ht normal diasumsi-
kan sesuai nilai setelah pemberian
cairan.
3. Efusi pleura, asites, hipoproteinemi
2. SSD
Definisi kasus DBD ditambah gangguan
sirkulasi yang ditandai dengan :
1. Nadi cepat, lemah, tekanan nadi
<20 mmHg, perfusi perifer me-
nurun
2. Hipotensi, kulit dingin–lembab,
dan anak tampak gelisah
Ke empat gejala Utama DBD adalah
sebagai berikut :
1. Demam tinggi
2. Tanda–tanda perdarahan/petekie
3. Hepatomegali (pembesaran hati)
4. Kegagalan sirkulasi/Syok
Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) merupakan salah satu penyakit
menular yang penyebarannya hampir
meluas diseluruh kabupaten/kota di Jawa
Tengah. Data tahun 2009 terdapat 1175
desa endemis yang tersebar di 35
kabupaten/kota.
Cara pencegahan penularan penyakit
DBD yang paling efektif sampai saat ini
adalah dengan cara Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) yaitu kegiatan
untuk memberantas jentik ditempat
berkembang biaknya. Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan cara 3 M plus (Me-
nguras, Mengubur,dan Menutup) tempat
berkembang biak nyamuk Aedes aegypti,
plus/cara lain seperti abatisasi, me-
melihara ikan kepala timah, pasang
kelambu dan memakai obat anti nyamuk.
Kegiatan PSN harus dilaksanakan
secara serentak oleh masyarakat luas baik
dirumah tangga, tempat umum maupun
lingkungannya secara terus menerus
dibawah koordinasi kepala wilayah
setempat dalam hal ini pihak UPT dari
Dinas Kesehatan yaitu Puskesmas.
Peng-gerakan masyarakat dalam PSN
ditingkat desa bisa melalui TP-PKK desa
sebagai salah satu organisasi ke-
masyarakatan yang jaringnya sampai ke
desa-desa dibawah koordinasi kepala
desa/ kelurahan atau Pokja DBD bagi
yang sudah terbentuk dibantu tenaga
kesehatan yang ada dalam hal ini Bidan
desa dan FKD.
Penyakit menular yang menjadi
prioritas pembangunan nasional jangka
panjang 2005–2025 adalah Demam
Berdarah Dengue, Malaria, Diare, Polio,
Filaria, Kusta, Tuberkulosis paru, HIV/
AIDS, Pneumoni, dan penyakit lain yang
dapat dicegah dengan Imunisasi. Tujuan
pembangunan Millineum Development
Goals (MDGs) adalah HIV/AIDS, Malaria,
dan Tuberkulosis, namun di Indonesia
penyakit Demam Berdarah Dengue, saat
ini juga mendesak untuk di berantas,
karena telah menjadi wabah tahunan
yang memakan korban jiwa ratusan
orang setiap tahunnya, dan pada
umumnya kecenderungan meningkat-
nya jumlah kasus DBD, terjadi pada
musim penghujan sampai pada musim
pancaroba.
Pemberantasan Sarang Nyamuk/PSN
Demam Berdarah Dengue/DBD
CIRI – CIRI DAN SIFAT NYAMUK
AEDES AEGYPTY :
SNyamuk yang dapat menularkan
penyakit DBD adalah hanya nyamuk
betina saja
SNyamuk Aedes aegypty berwarna
hitam dan belang–belang (loreng)
putih pada seluruh tubuhnya
SNyamuk betina akan bertelur di
tempat–tempat penampungan air
atau tempat yang memungkinkan
air tergenang (tidak langsung ber-
hubungan dengan tanah), posisinya
sedikit di atas permukaan air
Kesehatan
NYAMUK
DEWASA TELUR JENTIK KEPOMPONG
NYAMUK
DEWASA
Siklus hidup nyamuk
suara gemilang vol. 15 no. 3
17
Kesehatan
STiap 2 hari nyamuk betina akan
menghisap darah manusia
SUmur nyamuk betina 2–3 hari
SAktif; pagi jam 07.00–10.00 wib,
Sore jam 15.00–17.00 wib
SBerkembang biak di tempat tempat
penampungan air atau tempat
genangan air yang bersih
SNyamuk tersebut tidak dapat ber-
kembang biak di tempat yang selalu
bergerak , kotor (selokan, got, kolam)
atau di tempat yang airnya langsung
berhubungan dengan tanah.
SKemampuan Terbang 50 -300 m
STempat–tempat yang paling ber-
potensi untuk bertelur nyamuk
Aedes aegypti adalah: bak mandi/
wc, tempayan, drum, penampungan
buangan air di kulkas/dispenser,
tempat minum burung, vas bunga,
pot tanaman air, potongan bambu/
pohon, kaleng bekas, gelas/botol
bekas minuman yang dibuang
disembarang tempat, ban bekas dll.
INGAT ! . . .
SSekali bertelur bisa sampai 100–150
butir telur dan rata-rata 75% akan
menetas.
SNyamuk tersebut akan beristirahat
/hinggap di tempat yang agak gelap
dan lembab dan benda–benda yang
tergantung, misalnya: kelambu,
pakaian, atau tumbuh–tumbuhan
yang dekat dengan perkembang-
biakannya.
SNyamuk tersebut sifatnya sensitif,
apabila objeknya bergerak sedikit
maka akan segera terbang.
Cara Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN)
1. Menguras dan menyikat tempat-
tempat penampungan air seperti
bak mandi / wc , drum, dll sekurang-
kurangnya 1 minggu sekali
2. Menutup rapat-rapat tempat–
tempat penampungan air
3. Mengubur barang-barang bekas
yang dapat menampung air
Selain itu ditambah dengan cara
lainnya seperti :
? Berikan bubuk abate di tempat-
tempat penampungan air yang sulit
untuk dikuras atau di daerah sulit air,
seperti tandon air (1 sendok makan
untuk 100 liter air).
? Memelihara ikan pemakan jentik di
kolam/bak-bak penampung air.
? Mengganti air vas bunga, tempat
minum burung seminggu sekali.
? Memperbaiki sluran air, talang yang
tidak lancar/rusak.
? Menutup lubang-lubang pada
potongan bambu/pohon.
? Menggunakan obat oles/repellent
untuk mencegah gigitan nyamuk dll
dengan tanah atau pasir.
? Memasang kawat kasa, mengguna-
kan kelambu.
? Menghindari kebiasaan meng-
gantung pakaian dalam kamar.
? Mengupayakan pencahayaan dan
ventilasi yang cukup.
Pertolongan Pertama penderita DBD
oleh keluarga adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring selama demam
2. Antipiretik (parasetamol) 3 kali 1
tablet untuk dewasa, 10-15 mg/
kgBB/kali untuk anak, asetosal, sali-
silat, ibuprofen, jangan digunakan
karena dapat menyebabkan gastritis
atau perdarahan
3. Kompres hangat
4. Minum banyak (1 – 2 liter/hari),
semua cairan diperbolehkan kecuali
cairan yang berwarna coklat dan
merah (susu coklat, sirup merah)
5. Bila terjadi kejang:
Jaga lidah agar tidak tergigit
Kosongkan mulut
Longgarkan pakaian
Tidak memberikan apapun lewat
mulut selama kejang
Jika selama 2 hari panas tidak turun
atau timbul gejala dan tanda lanjut
seperti perdarahan dikulit (seperti gigit-
an nyamuk), muntah-muntah, gelisah,
mimisan, dianjurkan segera bawa ke
tempat, unit pelayanan kesehatan
terdekat (PKD, PUSTU, PUSKESMAS, RS)
atau Dokter untuk segera mendapatkan
pemeriksaan dan pertolongan lebih
lanjut.
Mari kita lakukan PSN, mulai dari
lingkungan rumah tangga kita masing-
masing secara terus menerus dengan
begitu akan tercipta suasana yang selalu
Bersih, Indah dan Sehat, yang bisa
membuat MASYARAKAT kita menjadi
SEHAT. . . .
Sehat untuk semua !
*)Kasie Promkes Dinkes Kab Magelang.
Proses Penularan DBD
suara gemilang vol. 15 no. 3
18
Pendidikan
suara gemilang vol. 15 no. 3
Maka dari itu sangat perlu apabila
diadakan penataran bahasa Jawa bagi
para guru. Karena, bagaimana akan
mengajari siswa tentang bahasa Jawa di
sekolah bila para gurunya saja masih
banyak yang belum paham? Bahasa Jawa
memang berbeda dengan bahasa Inggris
atau bahasa Mandarin, maka apabila ada
yang kurang setuju dengan adanya
penataran tersebut itu wajar-wajar saja,
karena pada kenyataannya bahasa Jawa
memang 'tidak dapat untuk mencari
uang'. Tetapi harus dipahami bahwa
bersekolah itu agar pandai dan memiliki
ketrampilan, bersekolah itu agar di kelak
di kemudian hari mampu menciptakan
kerja.
Dewasa ini, dalam pembelajaran
Bahasa Jawa, siswa tidak hanya di-
pentingkan untuk menghafal nama-
nama anak hewan atau nama-nama
bunga, dan sebagainya. Para siswa lebih
ditekankan dapat membedakan bagai-
mana penerapan bahasa Jawa dalam
kehidupan sehari-hari. Jangan sampai
ada siswa yang kurang tepat mengguna-
kan bahasa Jawa ketika mereka berbicara
kepada teman sebaya, kepada yang lebih
muda umurnya, atau kepada orangtua
dan orang lain yang lebih tua.
Tidak dipungkiri apabila di daerah
Jawa Tengah sendiri memiliki berbagai
dialek, itu perlu dihormati. Hal ini
memberi arti bahwa bahasa Jawa itu kaya
kosa kata, kaya akan sinonim. Bahkan di
daerah yang masih satu wilayah saja
banyak istilah yang berbeda meskipun
yang dimaksud sama. Ya biarkan saja!
Jadi pada intinya di era sekarang ini,
hal-hal yang demikian itu tidak perlu
dijadikan masalah. Siswa tidak harus
pandai menggunakan bahasa Jawa yang
ndakik-ndakik atau pandai mengguna-
kan bahasa Jawa seperti para pranatacara
atau pamedhar sabda. Yang penting
siswa paham bahasa Jawa yang baku,
juga bagaimana mengapresiasikan
budaya Jawa dengan benar dan baik.
Lihat saja negara Jepang, masyarakatnya
bisa solid dan kuat karena kecuali maju di
bidang teknologi, mereka juga kuat
dalam mempertahankan kebudayaan-
nya.
Sekarang yang perlu mendapat
perhatian, bagaimana masyarakat Jawa
Tengah ini mampu melestarikan
kebudayaan Jawa termasuk bahasa ibu
yaitu bahasa Jawa? Kecuali bagi kaum
dewasa, juga terutama bagi anak-anak.
Mengajari berbahasa Jawa terhadap
anak-anak dan cucu tidak cukup
diserahkan kepada para guru di sekolah.
Justru para orangtua di rumah porsi
waktunya lebih besar.
Di sekolah pembelajaran bahasa
Jawa paling banyak 2x40 menit dalam
satu minggu. Itu pun dalam satu
semester harus mencakup antara lain
unggah-ungguh, paramasastra, nulis
Jawa, nembang, dan sebagainya. Jadi
jelas anak-anak akan lebih banyak
mendapat pelajaran di rumah dari ibu
dan ayah mereka.
Maka dari itu, jangan menyalahkan
para guru apabila anak di rumah belum
bisa berbahasa Jawa ketika berbicara
dengan kedua orangtuanya. Mengapa
demikian? Karena terkadang orangtua
dalam mengajari anak berbahasa Jawa
kurang benar.
Coba perhatikan, masih banyak para
ibu yang berkata kepada balitanya, “Cah
bagus, ayo siram dhisik. Mengko terus
tindak-tindak karo Bapak. Bapak arep
tindak menyang kutha, ndherek ora?”
atau para bapak memberi perintah
kepada putranya, “Le, pisang iki paringke
Simbah!”
Nah, bila seperti itu, bagaimana
nantinya anak-anak itu akan berbahasa
Jawa dengan benar dan baik? Anak pasti
keliru dalam menerapkan bahasa krama.
Meskipun maksud orangtua mengajari
berbahasa Jawa tersebut benar, namun
unggah-ungguh-nya kurang pas.
Sekali lagi, bahasa Jawa itu tidak
feodalis, tetapi menghargai orang lain.
Terutama kepada yang lebih tua atau
kepada siapa saja yang pantas dihormati
dan dihargai. Jadi terserah bahasa Jawa
yang mana yang akan digunakan.
*)guru SD Sutopati.5 Kajoran
UNESCO ketika mengadakan
konferensi di markasnya, Paris, Prancis
pada bulan Nopember 1999 melaporkan
bahwa ada 6 (enam) hingga 10 (sepuluh)
bahasa ibu hilang setiap tahunnya.
Hingga saat itu di dunia ini tercatat
tinggal 6.703 bahasa ibu. Maka dari itu
UNESCO kemudian berinisiatif bahwa
sudah waktunya mengadakan peringat-
an Hari Bahasa Ibu Internasional
(International Mother Language Day).
Kemudian disepakati bahwa Hari Bahasa
Ibu Internasional diperingati setiap
tanggal 21 Februari.
Peringatan Hari Bahasa Ibu Inter-
nasional pertama kali diadakan di Paris
pada tanggal 21 Februari 2000,
selanjutnya tanggal tersebut ditetapkan
sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional.
Sedangkan di Jawa Tengah baru mulai
diperingati pada tahun 2005. dengan
tujuan, dengan peringatan tersebut di
Jawa Tengah tidak hanya sekadar
diadakan seremonial peringatan di
masyarakat, namun juga mengajak
kepada masyarakat di Jawa Tengah agar
menggunakan bahasa Jawa di wilayah-
nya.
Menggunakan bahasa Jawa sebagai
bahasa ibu bukan sekadar memperhati-
kan bahasa sendiri, namun bahasa Jawa
agar sebagai alat tutur dan alih-alih yang
menyenangkan terhadap anak-anak.
Jadi yang diharapkan, dengan meng-
gunakan bahasa Jawa, seseorang tahu
akan sindiran. Anak-anak Jawa tahu akan
tutur kata yang mengandung tatakrama,
tahu bila bahasa Jawa itu tidak feodalis,
tetapi menghargai orang lain.
Salah satu wujud melestarikan
bahasa Jawa sebagai bahasa ibu,
terutama di Jawa Tengah memang sudah
dilaksanakan. Misalnya, sekarang
bahasa Jawa sudah ditetapkan oleh
Pemerintah Provinsi Jawa tengah
sebagai Muatan Lokal di tingkat SD, SMP,
dan SMA. Bahkan ada beberapa
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
yang mewajibkan karyawan instansinya
menggunakan bahasa Jawa sebagai
bahasa komunikasi pada hari-hari
tertentu.
MELESTARIKAN BAHASA IBUOleh : Narwan, S.Pd. *)
19
Pendidikan
suara gemilang vol. 15 no. 3
Barung (regu) putra putri Kwaran
(Kwartir Ranting) Muntilan sukses
menyabet juara I pesta siaga Kwartir
Cabang (Kawarcab) gerakan PRAMUKA
Kabupaten Magelang 2012 di halaman
komplek sekretariat Pemkab Magelang.
Barung merah dari Kwaran Muntilan
menjadi juara I barung tergiat putra
dengan perolehan nilai 1.495, disusul
Barung merah dari Kwaran Srumbung
dengan nilai 1.456 sebagai juara II dan
Barung merah Kwaran Salaman sebagai
juara III dengan nilai 1.438.
Sementara itu Barung biru dari
Kwaran Muntilan memenangi lomba
sebagai barung tergiat putri dengan
perolehan nilai 1.464, disusul Barung
putih Kwaran Srumbung sebagai juara II
dengan nilai 1.419 dan Barung merah
Kwaran Tempuran sebagai juara III nilai
1.413. Adapun juara umum Pesta Siaga
2012 diraih oleh Kwaran Muntilan
dengan nilai 2.959.
Kegiatan Pesta Siaga dibuka oleh
Bupati Magelang dan diikuti oleh 516
peserta didik yang berasal dari 21
Kwaran terdiri dari 1 Barung putra dan 1
Barung putri. Khusus kwartir ranting
bandongan mengirimkan 1 putra dan 2
putri. Adapun setiap barung terdiri dari
10 Pramuka Siaga dan mengikuti 19
kegiatan pesta siaga dalam bentuk
permainan bersama, pentas seni budaya
dan pameran siaga termasuk PU &
kepramukaan, tali temali, cendera mata,
tonnis, memanah, kepribadian, ke-
cerdasan, agama Islam, Katolik, Kristen,
gambar tulisan, TTS, Kompas, puisi,
geguritan, patriotisme, bumbung, yel-
yel, pentas budaya putra dan putri).
“Pesta siaga yang diikuti 21 kwartir
ranting gerakan pramuka se-Kabupaten
Magelang memiliki arti penting bagi
generasi muda penerus bangsa yang pada
hakekatnya sesuai visi Kabupaten
Magelang yaitu terwujudnya Kabupaten
Magelang yang lebih semanah”, kata
Bupati Magelang dalam sambutan
tertulisnya yang dibacakan Wakil Bupati
Magelang Zaenal Arifin, SH saat mem-
buka pesta siaga 2012.
Menurutnya, usia siaga idealnya
dimulai sejak usia dini sehingga nantinya
akan menghasilkan anak anak bangsa
yang handal, unggul, berprestasi di era
globalisasi dan kemajuan ilmu pe-
ngetahuan dan teknologi. Melalui
kegiatan dan permainan dalam pesta
siaga, Bupati juga mengharapkan
peserta didik dapat tumbuh dan ber-
kembang dengan melakukan berbagai
aktivitas yang kreatif, produktif dan
inovatif.
Ketua penyelenggara pesta siaga
Umar Harjani,S.Pd mengatakan juara 1
barung putra dan putri, nantinya akan
mewakili kwarcab magelang maju ke
tingkat binwil (bina wilayah) kedu yang
pelaksanaanya bertempat di kwarcab
Kebumen. Kegiatan pesta siaga tersebut
bertujuan untuk memberikan wadah
yang terarah dalam kegiatan peserta
didik dengan harapan setelah mengikuti
kegiatan pesta siaga dapat meningkat-
kan pengetahuan, pengalaman serta
mengembangkan diri di gugus depan
masing-masing.
*)dharmaali
KWARAN MUNTILAN JUARA PESTA SIAGAKABUPATEN MAGELANG 2012
20
Berita Foto
SEMARAK KEGIATAN HUT KE-28 KOTA MUNGKID
DARI GERAKAN KEBERSIHAN HINGGA WAYANG ORANG
Kesemarakan Hari Jadi kota Mungkid yang ke-28 tahun
2012 ini dapat dilihat dari berbagai kegiatan yang
diselenggarakan serta partisipasi dari Dinas/Instansi, stake-
holder dan masyarakat.
Adapun seluruh rangkaian kegiatan yang telah di-
laksanakan adalah :
1. Gerakan Kebersihan Bersama tanggal 2 Maret 2012 di
lingkungan Kota Mungkid; dilaksanakan oleh warga
masyarakat bersama karyawan karyawati dari SKPD yang
berkantor di wilayah Kota Mungkid
2. Seleksi POPDA yang dilaksanakan tanggal 6 sampai 8 Maret
2012;
3. Olah Raga Tradisional Dagongan, yang dilaksanakan
tanggal 12 sampai 13 Maret 2012, dengan hasil juara
pertama KODIM 0705 Magelang, juara 2 Kecamatan
Salaman, Juara 3 RSU Muntilan dan juara 4 Forum Jurnalis
Magelang;
4. Terompah Panjang, yang dilaksanakan tanggal 12 sampai
13 Maret 2012 dengan hasil, juara pertama UPT Disdikpora
Borobudur, juara 2 UPT Disdikpora Muntilan, Juara 3 UPT
Disdikpora Pakis dan juara 4 UPT Disdikpora Candimulyo;
5. Sepak Bola Jago Kapuk, dilaksanakan tanggal 14 dan 15
Maret 2012, dengan pemenang Polres Magelang, runner-
up UPT Disdikpora Salaman, juara ke-3 PLN UPJ Borobudur,
dan juara ke-4 UPT Disdikpora Tegalrejo;
6. Senam Massal Askes, dilaksanakan tanggal 16 Maret 2012;
7. Donor Darah PMI, dilaksanakan tanggal 16 Maret 2012;
suara gemilang vol. 15 no. 3
21
Berita Foto
8. Fun Bike, dilaksanakan tanggal 17 Maret 2012;
9. Festival Band Gemilang ke-5 kerjasama dengan DPD KNPI,
yang menampilkan bintang tamu grup band “Butterfly”,
dilaksanakan tanggal 17 Maret 2012;
10. Jalan Sehat dan Penarikan Undian Tabungan Utama PD BPR
Bank Bapas 69, dilaksanakan tanggal 18 Maret 2012;
11. Malam Tirakatan dengan pembicara KH Raden Muhaimin
Asnawi, dilaksanakan tanggal 20 Maret 2012;
12. Upacara Puncak Peringatan HUT Kota Mungkid ke-28 tahun
2012, yang diikuti oleh Seluruh SKPD se-Kabupaten
Magelang, POLRES Magelang, KODIM 0705 Magelang,
serta siswa-siswi di sekitar Kota Mungkid, dilaksanakan
tanggal 22 Maret 2012.
13. Pentas Seni Budaya Jaranan yang menampilkan siswa-siswi
SD sejumlah 250 orang, dilaksanakan tanggal 22 Maret
2012;
14. Pameran Kriya, Kuliner dan oleh-oleh yang diikuti 52
peserta yang menempati 42 stand; serta
15. Pentas Wayang Orang Pembaruan dengan lakon Wahyu
Cakraningrat, yang diselenggarakan pada tanggal 22
Maret, sebagai penutup seluruh rangkaian kegiatan.
suara gemilang vol. 15 no. 3
22
Pendidikan
suara gemilang vol. 15 no. 3
Regional Corporate Affairs Manager
CCAI, Vitri Utami, mengatakan bahwa
Coke Kick adalah merupakan salah satu
program CSR CCAI yang didesain mem-
bantu anak-anak muda di Indonesia
dalam mewujudkan mimpi mereka lewat
aktifitas yang mencerminkan gaya hidup
aktif dan sehat. Program tahunan ini
dilaksanakan secara nasional di 20
provinsi di Indonesia. Tahun lalu ‘Coke
Kick’ telah melatih sekitar 2.100 anak-
anak usia 12-16 tahun dan untuk tahun
ini akan melatih 4.200 anak serta 280
pelatihnya dari 140 desa yang tersebar di
seluruh Nusantara.
“Khusus di Kabupaten Magelang
kegiatan ini melibatkan 150 anak dan 10
orang pelatih yang berasal dari 5 desa di
sekitar candi Borobudur”, jelas Vitri.
Untuk area Jawa Tengah Coke Kick
digelar di empat lokasi yaitu Bawen,
Kabupaten Semarang, Kota Semarang,
Kabupaten Magelang dan Solo, dengan
total jumlah peserta 660 anak dan 44
pelatih yang akan mendapatkan materi
dan praktek pelatihan selama satu hari,
dengan pelatih dari Asean Soccer
Academy ( ASA) dan KELME.Sementara menurut Kepala Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Drs. H.
Ngaderi Budiono yang diwakili Kasi
Sarana dan Prasarana Kepemudaan dan
olahraga Drs. Sani Budi Cahyono,
menyambut baik kegiatan semacam ini.
“Ini langkah yang sangat positif dimana
CCAI sangat peduli terhadap anak-anak
di Kabupaten Magelang pada umumnya
serta Borobudur pada khususnya.”Kabupaten Magelang memiliki
potensi yang cukup besar dengan 1.204
sekolah yang tersebar hingga pelosok
desa. Oleh karenanya pemilihan usia dini
sangatlah tepat guna mengawali
pelatihan sepak bola seperti ini. Pihaknya
berharap dengan Coke Klinick ini me-
munculkan bibit-bibit di dunia persepak-
bolaan di Kabupaten Magelang dan
harapanya dapat berprestasi hingga di
tingkat Nasional bahkan Internasional.*)sukendro- humprot
Sepak bola adalah olahraga yang
paling digemari masyarakat, mulai dari
orang tua, remaja, anak dan bahkan
kaum hawapun suka pada olahraga yang
merakyat ini. Untuk meraih prestasi
dalam banyak keluarga sengaja mem-
persiapkan anak-anaknya untuk berlatih
sejak dini. Demikian juga terjadi di masyarakat
Kabupaten Magelang dalam memaju-
kan dunia persepak-bolaan mengada-
kan kerjasama dengan Coca Cola Amatil
Indonesia (CCAI) menyelenggarakan
Coke Kicks-Graass Root Soccer Develop-
ment Program untuk anak-anak yang
berasal dari sekitar Candi Borobudur di
lapangan Pondok Tingal Wanurejo
Borobudur.
ANAK-ANAK BOROBUDUR DILATIH SEPAKBOLA
23
Pendidikan
suara gemilang vol. 15 no. 3
Persaingan teknologi otomotif dunia
dewasa ini terletak pada penggunaan
bahan bakar yang efektif dan irit.
Penggunaan bahan bakak sebuah
teknologi otomotif menjadi faktor
pilihan utama konsumen.
Apalagi dewasa ini harga BBM
(bahan bakar minyak) semakin melonjak
seiring konflik di Timur Tengah, dan
menipisnya cadangan minyak bumi
dunia. Penggunaan bahan bakar gas
(BBG) menjadi alternatif pilihan berbagai
pengembang teknologi otomotif.
Namun pengembangan otomotif
berbahan BBG di Indonesia saat ini masih
terkendala 2 hal, yaitu belum tersedia
infrastruktur SPBG, dan masih mahalnya
harga konverter kit import, kata Muji
Setyo, ST salah satu dosen fakultas teknik
UMM dari Tim Mobil LPG - Otomotif
Universitas Muhammadiyah Magelang.
Alasan dipilihnya LPG sebagai bahan
bakar otomotif, menurut Muji, karena
kandungan karbon LPG lebih rendah
dibanding bensin, tekanan dalam tangki
rendah (8-12 bar) sehingga relatif aman,
disamping ketersediaan LPG dalam
kemasan 3 Kg dan 12 Kg di daerah
sehingga secara teknis dapat di-
kembangkan.
Angka oktan LPG 112, sehingga daya
tahan knocking jauh lebih baik. Ke depan
apabila mobil BBG ini bisa diterapkan
pada angkutan umum, maka kendala
transportasi massal dapat diatasi, tinggal
bagaimana kerjasama antara perusaha-
an pengecoran dan pihak pemerintah
selaku pemegang kebijakan.
Menandai peluncuran mobil BBG
karya Tim Otomotif Universitas
Muhammadiyah Magelang (UMM), di
halaman Laboratorium Teknik Otomotif
UMM, Rektor UMM Magelang, Ir. Eko
Muh Widodo,MT. dan H. Abu Ubaidah,BA
bersama-sama membuka selubung yang
menutupi mobil prototype yang dilanjut-
kan dengan testdrive mengelilingi
kampus dengan disaksikan pejabat
Pemerintah Kabupaten maupun kota
Magelang.
Rektor UMM memberikan apresiasi
terhadap karya yang dikembangkan oleh
program studi teknik otomotif sehingga
dapat dinikmati oleh masyarakat. “Ini
bagian dari upaya UMM untuk me-
ngembangkan produk unggulannya yaitu
produk di teknik otomotif UMM serta
sebagai bagian dari pengabdian
masyarakat,” tuturnya.
*)mami-s
UMM ‘LAUNCHING’ MOBIL BERBAHAN BAKAR LPG
Rektor UMM Ir. Eko Muh Widodo,MT. saat melaunching mobil berbahan bakar gasdidampingi H. Abu Ubaidah, BA pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Magelang
Rektor UMM Ir. Eko Muh Widodo,MT. menunjukan posisi konverter gas yang terpasang di mobil Toyota Soluna
Dosen Fakultas Teknik Muji Setiyo,ST saat memberikan penjelasan teknis tentang mobil berbahan bakar gas
24
budayaan Jawa se-
bagai bagian Budaya
Nasional merupakan
pusaka tinggalan para
sesepuh/leluhur yang
mengandung ajaran
adiluhung dan me-
rupakan ciri kepribadi-
an bangsa. Sangat
disayangkan apabila
Budaya Indonesia, ter-
masuk Budaya Jawa
sampai tenggelam apa-
lagi hilang.
Sehingga harus ada upaya agar
lestari, bahkan sedapat mungkin dapat
mengembangkan menjadi budaya global
dan bisa menjadi panutan. Diharapkan,
dengan lestarinya budaya Jawa maka,
“Pasar ora ilang kumandhange, kali tetep
ana kedhunge, wong wadon ora ilang
wirange, wong lanang ora ilang
kaprawirane, lan wong Jawa ora ilang
Jawane”.
Terkait dengan 'Hari Ibu', Prof. Dr. Dr.
Soetomo WE, M.Pd memaparkan
makalahnya berjudul “R.A. Kartini di-
bunuh dengan budayanya”. Dikatakan,
R.A. Kartini yang terkenal sebagai
pendekar bangsa karena membela kaum
wanita, dan berupaya agar kaum wanita
bisa sama kedudukannya dengan kaum
pria. Namun ketika RA Kartini dilamar
Bupati Rembang, Djoyoadiningrat, dia
tidak bisa menghindar, karena patuh
pada aturan budaya Jawa, sebagai anak
harus 'mbangun miturut' (patuh)
kehendak ayahandanya.
Peristiwa pernikahan RA. Kartini
dengan Bupati Rembang tersebut,
menurut pendapat Soetomo WE, ibarat
“nyuduk peso sing tembus ing ati”. Sebab
secara mental RA Kartini sudah 'surut'
('down'–Ing). Meskipun dia sebagai
'garwa padmi', namun karena budaya
kala itu dia tidak bisa menolak, bila
suaminya mempunyai 'garwa-garwa
selir'. Apalagi, sebenarnya RA Kartini
selalu melawan terhadap budaya
poligami.
RA. Kartini wafat dalam usia muda, 25
tahun, setelah melahirkan putranya.
Wafatnya RA. Kartini karena 'dibunuh
oleh budayanya', budaya Jawa, yaitu
ketaatan atau 'mbangun miturut' dan
'setya tuhu' kepada perintah ayahanda-
nya. Dia menjadi korban politik budaya
bangsa yang dimanfaatkan oleh
pemerintah kolonial Belanda, supaya
perjuangannya tidak bisa berkembang.
Sedangkan Drs. H. Sutadi dalam
kesempatan ini menyampaikan wawasan
terkait dengan kepemimpinan bangsa,
yang berjudul “Mengharapkan, men-
dambakan, mencari Pemimpin Idaman
Bangsa”. Menuju pemilihan Presiden
tahun 2014 nanti, sejak sekarang sudah
terasa ada wacana di jagad politik 'siapa
yang pantas menjadi Presiden'.
Menurut Sutadi, pemimpin bangsa
yang mumpuni harus bisa menjadi suri
tauladan bagi bangsa. Tokoh politik yang
sudah dipil ih menjadi Presiden,
kedudukannya harus 'hangabehi'. Arti-
nya, sudah bukan sebagai pemimpin
golongannya atau partai politiknya,
namun sebagai pemimpin bangsa yang
beraneka ragam dasar ideologinya.
Menjadi pemimpin bangsa sebaiknya
harus mengerti, bahkan bisa menerap-
kan ajaran luhur “Hastabrata”. Sebab ini
merupakan delapan ajaran keutamaan,
'pitutur luhur' dengan mengibaratkan
kekuatan alam terkait dengan watak dan
perilaku seorang pemimpin yang telah
menjadi 'satriya pinilih'.
Pemimpin harus memiliki watak
bumi/bantala, srengenge/surya, rem-
bulan/candra, lintang/kartika, geni/
dahana, langit/akasa, angin/maruta, dan
segara/samodra. Kepemimpinan “Hasta-
brata” bersifat Illahiyah, alamiyah dan
ilmiyah. Yaitu keluhuran budi dan watak
utama atau 'etika moral' dengan
'memayu hayuning bawana', kedudukan
untuk rakyat yang berarti mengutama-
kan pengabdian agar bisa mewujudkan
kesejahteraan rakyat.
Dra. Dewi Puspitasari mengatakan,
bila budaya Jawa telah menarik per-
hatiannya. Dia menyayangkan, bila
sampai terjadi budaya Jawa hilang
dikesampingkan oleh bangsanya sendiri.
Dengan sarasehan ini diharapkan bisa
menjadi sarana untuk lebih mencintai
Budaya Jawa.(Amat Sukandar)
Sarasehan ing wanci puniki,
Den adani Purna Bhakti Praja,
Makarya sareng mitrane,
Yayasan Kanthil tuhu,
Pondok seni Budiardjo yekti,
Samya mbudidaya,
Budaya 'diluhung,
Lestari ing nuswantara,
Dadya dhasar ambangun jati dhiri,
Lan kapribadhen bangsa.
‘Pupuh tembang Dhandhanggula
slendro pathet sanga’ hasil karya H.
Sumardjoko dan H. Wiyoto ini sebagai
tembang pembuka yang dilantunkan
dengan panembrama oleh paguyuban
Purna Bhakti Praja Kabupaten Magelang
dalam Sarasehan Budaya Jawa di
pendopo Hote l Pondok T ingal
Borobudur beberapa waktu lalu.
Sarasehan Budaya Jawa ini di-
selenggarakan oleh paguyuban purna-
karyawan 'Purna Bhakti Praja' Kab.
Magelang bekerjasama dengan Yayasan
Studi Basa Jawa 'Kanthil' Semarang, dan
didukung Padepokan Seni & Budaya
Budiardjo Hotel Pondok Tingal
Borobudur dan Bank BTPN Magelang.
Sarasehan ini diikuti para anggota
paguyuban Purna Bhakti Praja, guru
basa Jawa dan pecinta Budaya Jawa.
Sebagai narasumber sarasehan, Drs. H.
Sutadi, ketua Pepadi Jawa Tengah, Dra.
Dewi Puspitasari dari Bank BTPN
Magelang. Sebagai 'keynote speaker',
Ketua YSBJ Kanthil, Prof. Dr. Dr. Soetomo
WE, M.Pd, dan moderator Drs. H.
Sumardjoko MM.
Ketua paguyuban Purna Bhakti Praja,
Drs. H. Soenarno menjelaskan, ke-
UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA JAWA SEBAGAI SAKA GURU BUDAYA NASIONAL
Wisata & Budaya
suara gemilang vol. 15 no. 3
25
Wisata & Budaya
Bupati Magelang dalam sambutan-
nya yang dibacakan Wakil Bupati
Magelang, HM. Zaenal Arifin, SH me-
ngatakan bahwa Kabupaten Magelang
memiliki potensi kekayaan wisata dan
budaya cukup mellimpah, juga karunia
keindahan alam yang mempesona. Salah
satunya adalah dataran tinggi Ketep yang
saat ini telah dikembangkan oleh Badan
Pengelola (BP) Obyek Wisata Ketep
menjadi kawasan obyek wisata ketep
Pass yang menonjolkan obyek wisata
Vulkanologi dan Agrikultur yang mem-
berikan kontribusi bagi PAD cukup
signifikan.
Dengan diterbitkannya Kartu As
Borobudur ini diharapkan dapat meng-
gairahkan kembali dunia pariwisata di
Kabupaten Magelang yang beberapa
waktu lalu sempat mengalami kelesuan
akibat erupsi Gunung Merapi. “Kerja-
sama ini sebagai bentuk dukungan
Telkomsel dalam rangka meningkatkan
pariwisata di Indonesia khususnya di
Kabupaten Magelang. Dengan diluncur-
kannya Kartu As Borobudur ini diharap-
kan masyarakat Magelang ikut mem-
promosikan objek wisata di Magelang
melalui layanan gratis yang diberikan,”
kata Andi Kristianto.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Magelang, Drs.
Dian Setia Dharma, “Masih banyak obyek
wisata di Kabupaten Magelang yang
belum tertangani yang meliputi wisata
budaya, wisata alam maupun buatan dan
lainnya yang jumlahnya mencapai 60
obyek lebih, namun baru 20% yang
tertangani. Oleh karena itu, promosi
semacam ini sangatlah penting artinya,
karena sektor pariwisata promosi me-
rupakan kunci utama.”
*)sukendro-humprot
Guna mengembangkan kegiatan
pariwisata di Kabupaten Magelang,
Dinas Pariwisata melakukan kerjasama
dan saling sinergi dengan Telkomsel.
Kerjasama sinergi ini berupa penyediaan
layanan web2SMS secara gratis selama 1
(satu) tahun untuk dapat digunakan
dalam mempromosikan dan mensosiali-
sasikan warisan budaya dan pariwisata di
Kabupaten Magelang khususnya lokasi
lokasi wisata yang masih jarang di-
kunjungi oleh wisatawan baik domestik
maupun mancanegara.
Kerjasama sinergi tersebut ditandai
dengan penandatanganan MOU oleh
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Magelang Drs. Dian Setia
Dharma dengan General Manager
Regional Telkonsel Jawa Tengah dan DIY,
Andi Kristianto, di Pendopo Barat Hotel
Manohara Borobudur, yang sekaligus
meluncurkan Kartu As Borobudur.
DUKUNG PARIWISATA MAGELANGDISPARBUD KERJASAMA DENGAN TELKOMSEL
suara gemilang vol. 15 no. 3
26
Wisata & Budaya
hiburan bagi masyarakat.
Usai acara doa bersama, dilaksanakan
ritual 'siraman air bunga' dan 'meng-
asapi' -(“ngutugi” – Jawa) dengan asap
kemenyan- perangkat kesenian Jathilan
yaitu enam kuda kepang, sebuah
barongan, topeng Pentul dan topeng
Tembem. Ritual ini dilakukan di tepi
kolam pemandian. Selesai ritual, kepala
desa Mungkid, Sukendro, S.Pd dan tokoh
seniman Jathilan menaburkan bunga
sesaji Jathilan ke kolam pemandian
Mudal.
Dengan ritual ini diharapkan dalam
pementasan Jathilan yang masih sarat
dengan nuansa mistis ini dapat di-
laksanakan tanpa halangan dan ganggu-
an yang bersifat supranatural. Sebelum
pementasan Jathilan di halaman
kompleks pemandian Mudal juga
dilakukan ritual khusus oleh para pe-
mainnya.
Kompleks pemandian
Mudal berupa bangunan
kuno. Konon, dulu mata air
di sini sangat besar, se-
hingga agar airnya tidak
melimpah ruah ada orang
yang mencoba menutup-
nya dengan papan kayu
('blabak' – Jawa). Adanya
'blabak' penutup mata air
ini pada akhirnya menjadi
nama tempat sekitar mata
air ini yaitu dusun Blabak.
Tetapi karena kuatnya
tekanan air yang keluar
dari sumbernya, blabak-blabak penutup
mata air itu pun akhirnya pecah tidak
kuat.
Kemudian ada seseorang yang
menutup mata air itu dengan sebuah
gong besar, dan airnya mengalir ter-
kendali melalui sebuah sungai kecil yang
kini namanya Kali Gung. Nama ini
mungkin berasal dari kata “Kali Gong”.
Dan dusun di sebelah bawah mata air ini
ada yang bernama “Blambangan” karena
di sini dulu banyak “blumbangan” atau
empang.
Meski desa Mungkid air melimpah,
namun tidak semua dusun di desa ini bisa
menikmati air dari mata air Mudal. Dusun
Gatak, dusun Sirad dan sebagian dusun
Jetak misalnya, karena letaknya lebih
tinggi dari mata air Mudal, air dari mata
air ini tidak bisa mengalir ke dusun-
dusun itu. Sehingga warga dusun
tersebut mencari sumber air lain untuk
mencukupi kebutuhannya.
Kini, dengan debit air yang cukup
besar air dari mata air Mudal banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat. Baik
sebagai air bersih/air minum, sarana
penunjang produksi pabrik kertas mau
pun untuk keperluan irigasi sawah dan
perikanan.
Untuk memenuhi kebutuhan air
bersih di Kota Mungkid dan sekitarnya,
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kabupaten Magelang juga mengalirkan
air dari mata air Mudal. Sedangkan warga
desa setempat dengan jaringan per-
pipaan perdesaan memanfaatkan air dari
Mudal untuk mencukupi kebutuhan air
bersih.
Ketika bencana alam Gunung Merapi
terjadi tahun 2010 lalu, setiap hari ada
puluhan truk tangki air menyedot air
bersih dari kolam pemandian Mudal
untuk didistribusikan ke tempat-tempat
pengungsian korban Merapi.
Sebagai kolam pemandian umum
yang dikelola pemerintah desa, di sini
terdapat kolam renang yang cukup luas
dengan air yang bening dan segar
langsung dari mata air, saat ini sepi
pengunjung. Meski karcis masuk ke
pemandian ini hanya Rp. 1.000,-/orang.
(Amat Sukandar)
Bag i warga Desa Mungk id ,
Kecamatan Mungkid, Magelang, air
yang melimpah merupakan berkah dari
Allah SWT, sehingga dalam “Saparan
Merti Desa” yang dilaksanakan pada
setiap bulan Sapar acaranya tidak lepas
dari ungkapan rasa syukur kepada-Nya.
Dalam acara “Saparan Merti Desa” ini,
mereka memanjatkan doa bersama
secara agama Islam (Tahlilan) di pe-
mandian Mudal, dimana terdapat mata
air dengan debit yang cukup besar.
Dengan doa ini diharapkan warga
desa selalu mendapat lindungan-Nya,
diberi berkah dan kesejahteraan.
Disamping itu, acara “merti desa” ini
juga untuk menghormati dan mengirim
doa kepada para leluhur cikal bakal
desa.
Acara yang telah menjadi tradisi ini
dan dilakukan turun-temurun tidak
lepas dari kepercayaan 'dunia mistik
Orang Jawa' sebagai upacara per-
mohonan keselamatan. Dan dalam
perkembangannya, kini banyak acara
ritual 'merti desa' yang dijiwai dengan
semangat gotong royong dan ber-
nuansa 'sinkretik' dengan agama. Arti-
nya, dalam ritual-ritual semacam ini
doa-doa yang dipanjatkan dengan doa
secara agama, misalnya agama Islam.
Para leluhur cikal bakal desa ini
adalah Kyai Sempani yang makamnya
berada di Gunung Lemah, Kyai Madu
Sirad dengan pusara di dusun Sirad, Kyai
Tunggul Wulung yang dimakamkan di
dusun Kadipiro Mungkid, Tumenggung
Wongsonegoro yang pesareannya di
dusun Karanggayam, kemudian Ki
Mungkin yang makamnya di belakang
masjid Jami' dusun Mungkid, dan Kyai
Umar Sirodjudin yang makamnya di
bawah pohon beringin halaman
pemandian Mudal.
Saparan Merti Desa di Desa Mungkid
di-selenggarakan secara sederhana tapi
khidmad diikuti oleh para tokoh
masyarakat dan pejabat setempat
dengan membaca doa Tahlil bersama
dipimpin Mat Khoirudin. Acara Saparan
ini dimeriahkan dengan pementasan
Kesenian Jathilan “Turangga Kridha
Budaya” dari desa setempat sebagai
SAPARAN ‘MERTI DESA’ MUNGKIDBERSYUKUR ATAS BERKAH AIR YANG MELIMPAH
suara gemilang vol. 15 no. 3
27
Setelah ”geger” tentang masuknya
kentang import yang menyebabkan
harga kentang lokal harganya jatuh, saat
ini gantian Bawang merah import yang
membikin pusing para petani. Setelah
bawang merah apalagi? Begitu per-
tanyaan beberapa pihak tentang carut-
marut pasar sayur/buah di Indonesia.
Dari sudut pandang pasar, Indonesia
adalah salah satu negara berkembang di
dunia yang cukup ”sexy” sebagai sasaran
pemasaran produk apapun termasuk
sayur buah. Penduduk yang jumlahnya
terus bergerak naik dari jumlah 240
jutaan jiwa pada tahun ini, merupakan
potensi pasar yang besar. Faktor kedua
adalah tingkat pendapatan rata-rata
$3.004,9 menjadi pendorong me-
ningkatnya daya beli masyarakat
terhadap produk-produk yang ber-
jaminan mutu.
Gaya hidup masyarakat konsumen
dengan pendapatan lebih dari $3.000 US
secara sosiologis memang mengarah
pada produk-produk bermutu, namun
mereka tetap mempertimbangkan biaya
hidup yang efisien. Dengan begitu para
konsumen akan tetap memilih barang-
barang dengan harga yang lebih
”murah” .
Hebatnya lagi, gaya hidup masya-
rakat ”yang baru mulai kaya” itu akan
sangat emosional meniru gaya hidup
yang masyarakat maju, agar mereka di-
pandang atau diakui sebagai kelompok
strata sosial yang modern. Hal itu tidak
salah, memang begitulah perilaku
manusia yang berpikir.
Bagi pengusaha yang cerdas,
perubahan gaya hidup masyarakat yang
pendapatannya berada pada posisi
transisi (dari strata miskin kearah strata
kaya) itu digunakan sebagai per-
timbangan memproduksi, mengemas,
mempromosikan hingga memasarkan
produknya.
Sebuah pengalaman
Ada contoh sederhana yang me-
narik. Titik Sri Wulandari, seorang ibu
dari sebuah kota kecil Magelang
memiliki kesukaan mengkonsumsi sayur
kangkung. Bu Titik ini, termasuk salah
US
satu masyarakat yang pendapatan di
keluarganya lebih dari $3.000 US atau
sekitar Rp27 juta/kapita/tahun. Ber-
tahun-tahun Titik membeli kebutuhan
dapurnya, termasuk kangkung, dari pasar
‘Gotong Royong’, salah satu pasar
tradisional dikotanya.
Jenis kangkung biasa Titik beli adalah
jenis lokal yang diproduksi dari lahan
sepanjang Kali Gending yang airnya
mengalir sepanjang tahun. Kali Gending
merupakan salah satu sungai yang airnya
selain dimanfaatkan untuk irigasi juga
untuk keperluan MCK bagi masyarakat
sekitarnya. Tanaman kangkung di-
sepanjang tepian Kali Gending itu
tumbuh dengan suburnya, walau tidak
pernah dipupuk secara khusus.
Batangnya besar-besar dan panjang
ruas antara daunnya juga panjang. Titik
selalu mengolah kangkung yang diikat
dengan ”gedebog pisang” itu dengan
cara memotong dan membelah batang-
nya. Suatu ketika, dalam proses pem-
bersihan dan pemotongan sayuran
kangkung air itu Titik menemukan
”kotoran” yang tersangkut dialiran kali
Gending itu, sehingga hatinya merasa
jijik, sehingga seluruh sayuran kangkung
yang barusan dibeli dibuang ke tempat
sampah.
Walau mengalami peritiwa yang
menjijikkan itu, tetapi kesukaan Titik
terhadap sayur kangkung tidak surut.
Hingga tiba suatu ketika pergi belanja
gula, sabun, pasta gigi dan lainnya
disebuah supermarket di kotanya, Titik
berbelok ke blok etalase sayuran yang
dulu jarang dikunjunginya.
Dulu Titik berpikir, sayur disuper
market itu tentu mahal. Tetapi demi
memenuhi kesukaannya, apalagi kalau
dipikir-pikir juga mampu membelinya,
Titik akhirnya mencoba membeli
kangkung di supermarket itu beberapa
ikat.
Kangkung di supermarket itu adalah
kangkung darat yang dipanen beserta
akarnya, yang dicuci bersih hingga
akarnya nampak putih, lalu diikat dengan
pita merah bertuliskan produsen dan
alamatnya. Batang kangkungnya tidak
seberapa besar, nampak kekar dengan
ruas antar daunnya yang pendek.
Daunnya pun hijau segar, tidak ada daun
tuanya, tanpa cacat dan tentu bersih.
Setelah dimasak di rumah, Titik
merasakan sensasi tersendiri dalam
mengkonsumsinya. Setelah ditumis,
warna daunnya tetap hijau, rasanya lebih
enak, lebih kres & renyah. Tidak mudah
”lonyot” setelah dimasak, seperti
kangkung produksi Kali Gending yang
barusan ditinggalkannya.
Mulai saat itu, hati Titik mulai
berpindah kesukaannya kekangkung
darat. Namun hati kecilnya masih ingin
membeli dengan harga yang lebih
murah dibanding yang kemarin dibayar-
kannya di Supermarket. Mungkin karena
pendapatan Titik masih berada pada
posisi ”transisi” itu. Tetapi Titik sampai
sekarang juga masih sering belanja
sayuran kepasar ‘GotongRoyong’ di
kotanya, tetapi tidak lagi membeli
kangkung.
Kisah Titik dengan belanja sayur
agaknya tidak berhenti sampai di situ.
Awal tahun ini Titik sempat dibuat was-
was dengan kabar di televisi yang
menggambarkan bahwa ekonomi akan
susah. Bagi ibu-ibu rumah tangga seperti
Titik, susah itu artinya harga barang-
barang menjadi mahal.
Hal itu memang terasa, paling tidak
untuk belanja berasnya. Harga beras
yang pertengahan tahun 2011 lalu masih
sekitar Rp 6.000,-/kg untuk kelas
medium atau jenis IR64. Menjelang akhir
Januari ini harga beras yang sama telah
melambung hingga lebih dari Rp 8.000,-
/kg dipasar.
Tetapi harga yang naik itu tidak pada
sayuran Bawang Merah, Kentang dan
Wortel. Hingga kwartal pertama 2011
lalu, harga bawang merah dipasar sekitar
Rp 9.000,-/kg, Kentang Rp 7.500,- dan
wortel eks Tawang Mangu sekitar Rp
4.500,-/kg.
Namun sejak beberapa bulan lalu
harga ketiga produk sayur itu justru
menurun tajam. Harga bawang merah
turun manjadi Rp 5.000,-; kentang Rp
6.000,- dan wortel Tawang Mangu hanya
Rp3.000,-/kg.
STRATEGI MENGHADAPI MEMBANJIRNYA
SAYUR DAN BUAH IMPOROleh : Ir. H. Soekam Parwadi
Ekonomi & Bisnis
suara gemilang vol. 15 no. 3
28
Ekonomi & Bisnis
sebagian tidak dibayar, alias di-
’kemplang’. Katanya di pasar mengalami
rugi besar.
Agresifnya pesaing
Dari pengalaman itu, dapat di-
bayangkan, bagaimana perilaku ibu-ibu
rumah tangga dikota yang lebih besar,
yang pendapatannya lebih besar,
lingkungan konsumennya lebih cepat
menyesuaikan dengan trend baru. Tentu
produk sayur/buah lain yang pe-
nampilannya seperti kangkung air
produksi Kali Gending ditempat Titik
bermukim, akan semakin ditinggalkan
konsumen.
Masalah harga, para pelaku pasar
yang cerdaspun semakin kreatif dan
agresif dalam bersaing dengan ”pasar
tradisional” yang selama ini terkesan
lebih murah itu. Dalam melakukan
persaingan harga, para pelaku pasar
produk import yang murah itu begitu
agresif. Memasukkan pasar barangnya
saat sayur/buah sejenis harganya mahal
dan melakukan promosi melalui pasar
modern.
Tidak semua produk impor mutunya
lebih baik dibanding produk lokal. Para
pedagang pengecer dan konsumen
mengakui kalau kentang dari Dieng
mutunya lebih baik dibanding kentang
import. Namun karena harganya lebih
murah, konsumen pun memilih kentang
impor. Sementara itu secara mutu wortel
impor memang jauh lebih baik di-
banding wortel Tawangmangu atau dari
Guci – lereng Gunung Slamet yang kecil-
kotor & berserat. Walau rasanya kurang
pedas, tetapi Bawang merah dari India
lebih seragam dan lebih kering dibanding
bawang lokal.
Petani harus bersaing
Sejak memasuki tahun 2000 lalu,
Selain murah, Titik dan Ibu-ibu lain
agak kaget dengan jenis bawang merah
yang ditemukannya dipasar. Bawangnya
lebih bersih, kering dan seragam.
Kentangnya dikemas bagus, seragam
dan bersih. Titik yang sudah semakin
cerdas dalam memilih, mencoba
membeli bawang merah yang bersih itu.
Ternyata harganya murah, hanya sekitar
Rp5.000,-/kg. Jauh lebih murah
dibanding harga beberapa bulan lalu.
Ada kabar, bawang merah yang baik
tetapi murah itu adalah produk import
dari India. Kentangnya dari Bangladesh
dan India. Sementara itu, selama ini Titik
hanya melihat wortel tanpa serat eks
import digerai supermarket. Tetapi
sekarang sudah banyak dijual juga
dipasar tradisional. Harganya sedikit
lebih tinggi dari wortel Tawangmangu,
tetapi mutunya jauh lebih baik.
Hati Titik dan ibu-ibu rumah tangga
lainpun tergoda dan berbelok untuk
belanja sayur yang mutunya lebih baik
itu. Lalu bagaimanakah nasib bawang
merah Brebes/Kendal/Ngawi, kentang
Dieng, atau wortel Tawangmangu?.
Sudah dapat dibayangkan. Mereka
agaknya tersingkir, seperti pemain sepak
bola lokal yang kalah bersaing dengan
pemain asing yang dibeli atau di-
”naturalisasi”, masuk klub-klub sepak-
bola Indonesia yang ribut terus itu.
Tetapi dibalik itu, Muhadi, Koco dkk
dari Demak; Wawan, Tukemi dkk dari
Kendal; Dismo, Ngadiman dkk dari
Brebes dan jutaan petani bawang merah,
kentang & wortel pada klimpungan
karena rugi besar. Nasib Muhson, Suzikin
dkk dari lereng Sumbing lebih susah lagi,
karena selain harga murah, produk
kentang yang ”dibawa” pedagang lokal
Pembersihan dan pengemasan sayur di Rumah Kemasan (Packing house), produk besih dan
terjamin mutunya di Singapura Barat
suara gemilang vol. 15 no. 3
29
Ekonomi & Bisnis
Berapapun harga jualnya, pedagang itu
selalu mengambil untung. Sementara
petani yang ber-modal, selalu dipaksa
menerima ke-adaan. Termasuk keadaan
harga jatuh sekalipun.
Pola pelaksanaan perdagangan
dipasar induk itulah yang mesti diubah.
Namun, kegiatan yang sudah berjalan
lama dan mendarah-daging itu amat sulit
diubah.
Untuk merubah itu, perlu dimulai
dengan membuka pasar induk baru
dengan tata kelola yang baru. Walau
tentu menerima hambatan dan gang-
guan dari pelaku pasar induk pola lama,
manajeman pasar induk yang lebih arif
dan adil harus terus dipraktekkan.
Intinya, manajemen pasar induk
menjamin bahwa produk yang dikirim
petani aman dan pembayarannya cepat
& lancar dengan harga yang meng-
untungkan petani dan pelaku pasar.
Karena pasar itu ada selalu ada disetiap
konsentrasi konsumen atau kota, yang
lalu lazim disebut dengan pasar induk,
maka sebaiknya ada hubungan mana-
jemen yang baik antar pasar induk
diberbagai kota itu. Dengan begitu,
distribusi barang antar kota akan
terkendali secara berkeseimbangan.
Dengan adanya keseimbangan
pasokan antar daerah, diharapkan tidak
lagi terjadi fluktuasi harga yang ekstrim.
Model pasar induk berjaringan nasional
seperti Paskomnas ini, agaknya sangat
sesuai dengan pola baru yang di-
harapkan.
Pelayanan cepat, profesional dan
nyaman dari pemerintah. Tidak ada
negara yang maju perdagangan (sayur/
buah) tanpa campur tangan pemerintah.
Regulasi harus mempercepat dan
mengefisienkan proses produksi dan
perdagangan. Fasilitasi harus diberikan
kepada pihak-pihak yang melakukan
usaha produksi sampai pemasaran hasil
pertanian, sehingga dapat berjalan
dengan baik dan benar.
Pengendalian produk impor dan
dorongan mengekspor produk pertani-
an merupakan kewajiban pemerintah,
sehingga masyarakat pelaku usaha dan
konsumen nyaman.
Saat ini, situasi produksi hingga
pemasaran hasil pertanian Indonesia
dalam kondisi ”kacau-balau”. Korban
jatuh bergantian saja, suatu saat petani
yang jatuh dan saat yang lain konsumen
yang menjadi korban.
Perubahan sistematis yang sedang
dirintis Paskomnas, seperti mendirikan
”menara pasir”. Perlu unsur tambahan,
agar pasir-pasir itu dapat menjadi
menara, yaitu unsur tulang dan perekat.
Tulangnya adalah konsistensi dan
perekatnya adalah hati.
Hanya dengan konsistensi dari
petani, pelaku pasar, manajemen pasar
dan pemerintah dalam membangun
ekonomi berbasis pasar, menara itu akan
jadi. Namun konsistensi itu akan kokoh
dan kuat kalau komunikasi diantaranya
dilandasi dengan hati-nurani.
Selain mutu terjamin, harganyapun
dapat menjadi murah, karena proses
produksinya dapat dibuat efisien. Kebun
yang dikontrol waktu panennya, jamin
kontinyuitasnyapun lebih baik sesuai
dengan kapasitas pasar.
Setelah lahan usahanya digabung-
kan, para petaninya harus digabungkan
juga dan dibentuk sebuah organisasi
usaha bersama (kooperatif). Karena
menyangkut urusan usaha, mulai dari
budidaya, pengolahan hasil hingga
pemasaran, maka diperlukan susunan
organisasi yang berisi pembagian tugas.
Dalam organisasi ini para petani
diajak merubah pola pikirnya, dari
”petani penanam” berubah menjadi
”petani pemasok” pasar. Semua pe-
kerjaan yang berkait dengan usahatani,
mulai dari kebutuhan bibit, pupuk, obat-
obatan, hingga kebutuhan biaya kemas-
an dan pengirimannya ke pasar dihitung
dan dikelola oleh pengurus organisasi.
Bahkan, kebutuhan konsumsi petani/
keluarga tani lainnya, mulai beras, sabun
hingga pakaian, dapat menjadi urusan
organisasi. Ini artinya ada cabang usaha
baru yang tumbuh, setelah para petani
bergabung dalam sebuah organisasi.
Organisasi petani pemasok men-
jalin kemitraan dengan pasar. Pasar
yang baik adalah yang memiliki
manajemen yang menjalin kemitraan
dengan petani pemasok. Di dalam
kemitraan itu, petani menjaga untuk
mampu memasok kebutuhan pasar
dengan produk yang baik.
Penataan manajemen pelaku
pasar. Sekarang ini kebanyakan pasar,
termasuk pasar induk sayur/buah,
adalah hanya merupakan tempat untuk
ber-kumpulnya para pedagang. Proses
perdagangannya sendiri berjalan
individual.
Untuk memperoleh barang, masing-
masing pedagang berusaha menjaring
pemasok daerah dengan segala cara.
Tidak sedikit yang melakukan ”akal-
akalan” terhadap pemasok daerah
hingga merugikan pemasok. Banyak
pedagang yang melakukan kegiatannya
”tanpa modal”, tetapi mengeruk laba
paling besar.
Sementara pemasok yang notabene
petani, telah mengeluarkan modal mulai
dari menanam – panen hingga
membawa produknya kepasar induk.
Pedagang pasar induk sering hanya
menerima, menjualkan, lalu setelah laku
barang dari petani baru dibayar.
suara gemilang vol. 15 no. 3
Ekonomi & Bisnis
30
Kotoran merupakan salah satu hasil
sampingan usaha peternakan yang
dapat dimanfaatkan petani untuk men-
dukung usahat taninya. Namun kotoran
(padat dan cair) tidak dapat lansung
digunakan/bermanfaat sebagai pe-
nyedia unsur hara akan harus me-
nunggu proses dekomposisi selama 2-
3 bulan (Deptan, 1996).
Melihat hal tersebut baik potensi dan
permasalahan di atas akhir-akhir ini
banyak bermunculan pemikiran tentang
perlunya pengembangan pertanian
organik atau back to nature (kembali ke
alam). Urine merupakan limbah yang
belum banyak dimanfaatkan orang
tetapi akhir-akhir ini urine kelinci banyak
digunakan untuk pupuk cair oleh petani,
hal dilakukan petani setelah beberapa
kali percobaan secara sederhana
ternyata urine kelinci dapat meningkat-
kan produksi dan kualitas hasil tanaman.
Menindak lanjuti pemikiran tersebut
di atas maka diperlukan sekali teknologi
pengolahan kotoran ternak, limbah
pertanian dan sampah kota menjadi
pupuk organik yang berkualitas dengan
cepat, karena tanpa sentuhan teknologi
untuk mendapatkan pupuk organik dari
kotoran ternak berkualitas dan proses
dekomposisi dengan cepat.
Proses pembuatan pupuk cair
organik biasa menggunakan stater/
probiotik dengan jenis dan merk
bermacam-macam contoh (EM4) yang
banyak digunakan, EM4 ditemukan
oleh ilmuwan dari Jepang Prof. Terou
Hoda dari Universitas Koninawa Jepang,
EM4 mengandung asam laktat/
Lactobacilluss spp, Actonomysites,
bakteri fotosintetik/Rhodopseudo-
monas spp, Streptomyces sp dan ragi.
Di bawah ini beberapa teknologi
membuat pupuk cair organik yang dapat
diterapkan oleh petani secara sederhana
dengan bahan baku yang ada disekitar
petani/limbah.
Pupuk Cair Multi Guna
Pupuk cair multiguna adalah pupuk
cair sekaligus sebagai obat. Pupuk ini
berfungsi untuk memacu pertumbuhan
dan perkembangan tanaman sekaligus
pengendalian penyakit seperti jamur,
antraknosa dll. Bahan–bahan dasar yang
digunakan adalah urine sapi dan empon-
empon dengan takaran sebagai berikut:
urine sapi 20 liter, empon-empon (jahe 4
ons, kencur 4 ons, kunyit 4 ons, laos 4
ons), bawang putih 4 ons, buah-buahan 3
kg, tetes 1 liter, stater 250 cc, kecambah
1 kg.
Alat yang digunakan: ember, tim-
bangan, drum/jerigen, pengaduk, alat
ukur/literan.
Langkah kerja: a). Timbang semua
bahan yang diperlukan sesuai ukuran, b).
Haluskan empon-empon, bawang putih
dan buah-buahan sampai halus agar
mudah tercampur dengan ditumbuk/
diblender, c). Campurkan semua bahan
ke dalam ember dan diaduk secara
merata hingga kalis/homogen, d). Lalu
masuk jerigen campuran tadi, setelah
selesai tutup rapat jerigen, e). Fermentasi
selama 1 minggu, f). Selama proses
fermentasi setiap hari sekali urine
tersebut dibuka dan dikocok/aduk rata
dan setelah selesai diamkan selama 15
menit lalu tutup lagi, maksudnya proses
fermentasi merata dan mengeluarkan
kelebihan gas yang ada dan setelah
selesai ditutup lagi, g). Proses pemeram-
an selesai setelah 1 minggu yang ditandai
kondisi bokashi secara fisik berwarna
hitam kecoklatan dan urien siap di
packing atau dipakai untuk pupuk
dilapangan untuk kocor atau semprot.
Pupuk Cair dari Urine Kambing
Bahan–bahan: urine kambing 20 liter,
tetes 250 cc, EM4 250 ml, kecambah 1 kg.
Alat yang digunakan: ember, timbangan,
drum/jerigen, pengaduk, alat ukur/
literan.
Langkah kerja: a). Takar semua bahan
yang diperlukan sesuai ukuran, b).
Campurkan semua bahan ke dalam
ember dan diaduk secara merata hingga
kalis/homogen, c). Lalu masuk jerigen
campuran tadi, setelah selesai tutup
rapat jerigen, d). Fermentasi selama 1
minggu, e). Selama proses fermentasi
setiap hari sekali urine tersebut dibuka
dan dikocok/aduk rata dan setelah
selesai diamkan selama 15 menit lalu
tutup lagi, maksudnya proses fermentari
merata dan mengeluarkan kelebihan gas
yang ada dan setelah selesai ditutup lagi,
f). Proses pemeraman selesai setelah 1
minggu yang ditandai kondisi bokashi
secara fisik berwarna hitam kecoklatan
dan urine siap di packing atau dipakai
untuk pupuk dilapangan untuk kocor
atau semprot.
Pupuk Cair dari Urien Kelinci
Bahan–bahan: urien kelinci 20 liter,
tetes 250 cc, EM4 250 ml, bawang merah
0,25 kg.
Alat yang digunakan: ember, tarong,
drum/jerigen, pengaduk, alat ukur/
literan.
Langkah kerja: a). Takar semua bahan
yang diperlukan sesuai ukuran, b).
Campurkan semua bahan ke dalam
ember dan diaduk secara merata hingga
kalis/homogen, c). Lalu masuk jerigen
campuran tadi, setelah selesai tutup
rapat jerigen, d). Fermentasi selama 1
minggu, e). Selama proses fermentasi
setiap hari sekali urine tersebut dibuka
dan dikocok/aduk rata dan setelah
selesai diamkan selama 15 menit lalu
tutup lagi, maksudnya proses fermentari
merata dan mengeluarkan kelebihan gas
yang ada dan setelah selesai ditutup lagi,
f). Proses pemeraman selesai setelah 1
minggu yang ditandai kondisi bokashi
secara fisik berwarna hitam kecoklatan
dan urien siap di packing atau dipakai
untuk pupuk dilapangan untuk kocor
atau semprot.
Teknologi di atas merupakan alter-
natif pemanfaatan limbah ternak untuk
pupuk sekaligus efisiensi cost produksi
guna meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan ternak yang pada giliran-
nya dapat meingkatkan hasil dan pen-
dapatan petani, disamping itu men-
dorong petani untuk beralih kepertanian
organik.
Sumber : Anonim, 1998. Bokashi Cara Pembuatan dan Aplikasi Dalam Pertanian Organik. Dephutbun, Jakarta. Anonim, 2003. EM4 Teknologi Untuk Pertanian Peternakan Perikanan dan Pengelolaan Lombah. PT. Songgolangit Persada, Jakarta.
MEMANFAATKAN URINE TERNAK UNTUK PUPUK ORGANIKOleh : Sutrisno,SP.
suara gemilang vol. 15 no. 3
Ekonomi & Bisnis
31
“Kami banyak mendengar tentang
kegiatan masyarakat khususnya ibu-ibu
PKK desa di dalam pemberdayaan di
bidang ketahanan pangan, ini sesuai
dengan pilar kami yaitu Indonesia Hijau“
kata Ny. Silvia Agung Laksono bersama
rombongan SIKIB (Solidaritas Isteri
Kabinet Indonesia Bersatu) memberi
apresiasi kepada masyarakat Desa
Tanjung Anom Kecamatan Salaman,
Desa Madukoro Kecamatan Kajoran dan
Desa Tirtosari kecamatan Sawangan.
“Kegiatan ini merupakan manifestasi
dari program yang terdiri dari lima pilar
yaitu Indonesia Sehat, Pintar, Peduli,
Kreatif, dan Indonesia Hijau yang ingin
kita melihat dari dekat, untuk kami
berdayakan dan kami kembangkan di
lain tempat, khususnya di luar Jawa,”
jelas Istri Menko Kesejahteraan Rakyat,
Agung Laksono yang datang ke
Kabupaten Magelang bersama Ninik
Dipo Alam (istri Menseskab), Ning Sudi
Silalahi (istri Mensesneg), Lucy Indrawati
(istri Wamen perhubungan), Sri
Widawati (istri Wamen PU), Yeti Yasin
(istri Wamen BUMN) dan Esro Sina Retra
Ubun (istri Wamen Perdagangan) dan
diterima Gubernur Jawa Tengah H.Bibit
Waluyo beserta Hj. Sri Bibit Waluyo,
Bupati Magelang Ir. H. Singgih Sanyoto
dan Sekda Drs. H. Utoyo.
Gubernur Jawa Tengah H. Bibit
Waluyo dalam sambutannya mengata-
kan bahwa Ketahanan pangan di Jawa
Tengah cukup mantap, bahkan terbaik di
Indonesia. “Kami memiliki potensi
pangan yang cukup mantap dan
beragam, sehingga ketahanan pangan di
Jawa Tengah dapat menopang ketahanan
pangan Nasioanal hingga 16-17%,”
katanya. “Jawa Tengah mengalami
surplus beras hingga 2,9 juta ton,
berbagai kreasi menuju ketahanan
pangan sangat luar biasa, tinggal
kita melakukan pendampingan di
bidang kualitas, kuantitas dan
kontinyuitas,“ tegas Bibit.
Sementara menurut Bupati Ir. H.
Singgih Sanyoto, pertanian me-
rupakan salah satu sektor
unggulan di Kabupaten Magelang
dengan luas wilayah 108 ribu
hektar, dengan lahan sawah yang
diolah petani mencapai 38 ribu
hektar, serta lahan kering 39 ribu
hektar. “Secara kumulatif kurang
lebih 70% luas lahan di Kabupaten
Magelang digunakan untuk sektor
pertanian yang dikerjakan oleh
lebih dari 57% penduduk,” jelas
Bupati.
Kunjungan ini diwarnai dengan
kegiatan menanam padi unggul organik
jenis mentik wangi di lahan persawahan
petani warga Desa Tanjung Anom,
Salaman oleh rombongan tersebut.
Kecuali itu rombongan SIKIB juga me-
lihat dari dekat pemanfaatan lahan per-
karangan dan panen lele di Madukoro
Kajoran, dan kegiatan para ibu membatik
di Desa Tirtosari Sawangan.
*)sukendro-humprot
ISTRI-ISTRI MENTERI KABINET INDONESIA BERSATU
MENANAM PADI
suara gemilang vol. 15 no. 3
Ekonomi & Bisnis
32
Bupati Magelang Ir. H. Singgih
Sanyoto bersama Kepala Seksi Kemitra-
an Direktorat Jendral Perikanan Budi-
daya Kementerian Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia Sherlie
Ivon SP, telah melakukan panen raya ikan
Lele Program Pengembangan Usaha
Mina Pedesaan (PUMP) Kabupaten
Magelang di Kelompok Budidaya Ikan
(Pokdakan) Desa Keji Kecamatan
Muntilan.
Dalam sambutannya, Bupati me-
ngatakan, bahwa Produksi ikan di
Kabupaten Magelang pada tahun 2011
lalu mengalami peningkatan yang cukup
signifikan yakni 31,25% dibandingkan
Tahun 2010. Bahkan jika dibandingkan
dengan produksi Tahun 2009, atau
sebelum erupsi Merapi, terjadi surplus
produksi sebesar 6%.
“Artinya produksi ikan sudah kembali
normal, bahkan diatas normal. Kami
optimis pada tahun 2012 ini, akan
meningkat secara signifikan, mengingat
program pengembangan usaha Mina
Pedesaan (PUMP) yang dilaksanakan
pada tahun 2011, sebagian besar baru
bisa dinikmati hasilnya pada tahun ini,”
jelas Bupati.
Menurut Bupati Singgih, “Kabupaten
Magelang merupakan salah satu sentra
pembibitan dan budidaya ikan air tawar
di Jawa Tengah yang dibudidaya oleh 370
kelompok yang terdiri dari 7.039 kepala
keluarga. Sedangkan luas areal potensi
perikanan mencapai 3.063,17 hektar
meliputi 25 4,84 Ha berupa kolam dan
2.803,33 Ha sawah, dengan jumlah
produksi mencapai 4,712 ton ikan
konsumsi dan 602 juta ekor benih ikan.
Program Pengembangan Usaha
Mina Pedesaan (PUMP) terbukti
sangat bermanfaat bagi pe-
mulihan serta pengembangan
sektor perikanan di Kabupaten
Magelang, pasca erupsi Merapi,“
tegasnya.
Sementara itu, Sherlie
Ivon,SP, Kasi Kemitraan Dirjen
Perikanan Budidaya pada
Kemen Kelautan dan Perikanan,
mengatakan bahwa PUMP
merupakan bantuan bersifat
stimulan serta tidak dapat
diberikan secara terus menerus,
untuk itu diharapkan dapat
dikembang-kan dengan baik
serta diharapkan Pemerintah
Daerah dapat memberikan
pendampingan tidak hanya dari
segi teknologi, tetapi mana-
jemen termasuk pemasaran-
nya, mengingat pasar sangat menentu-
kan.
Menurut Ir. Tri Agung Sucahyo,
Kepala Dispeterikan Kab. Magelang
menje laskan, bahwa Kabupaten
Magelang mendapat 30 alokasi Program
Pengembangan Usaha Mina Pedesaan
(PUMP) yang diprioritaskan di lokasi
yang terkena dampak erupsi Merapi
serta memiliki potensi di bidang
perikanan. *)sukendro-humprot
PRODUKSI IKAN DI KABUPATEN MAGELANG MENINGKAT
suara gemilang vol. 15 no. 3
33
Kolom
selain berpikir terhadap pembangunan
Fisik, lebih bagaimana bisa memberdaya-
kan masyarakat agar tercipta pola pikir
masyarakat yang berkemajuan, tercipta
kerukunan antar warga, sehingga tercipta
kehidupan yang aman dan tentram dan
sejahtera”.
Beliau memberi contoh: ketika
bangunan fisik sudah terbangun dengan
baik, namun tidak ada Tim atau per-
orangan yang peduli terhadap kelestari-
an bangunan tersebut maka siapa yang
akan menjamin bahwa bangunan
tersebut akan langgeng.
Nah kembali pada pembahasan
mengenai pelatihan peningkatan kinerja
Perangkat Desa. Maka penulis pun
mengajukan pertanyaan demikian, ”Pak,
tadi dijelaskan bahwa tugas Kepala Seksi
Pembangunan dapat disimpulkan
ternyata bekutat pada pembangunan
Fisik semata. Lantas bagaimanakah kalau
saat ini Kasi Pembangunan mulai berpikir
tentang pembangunan pola pikir
manusia (Mindset) yakni dengan mem-
berdayakan segenap Stakeholder (pe-
mangku kepentingan) yang ada di Desa,
dengan mencoba mengurai konsep
demikian apakah hal tersebut termasuk
menyalahi aturan?
Narasumber menjelaskan bahwa
pembangunan karakter manusia me-
rupakan pembangunan utama yang
memang harus dilaksanakan, dengan
tercipta karakter manusia yang berakhlak
mulia maka bangunan fisik yang ada
sekarang akan lestari adanya. Pada
proses pembangunannya pun akan
berjalan dengan baik dan tidak ada
korupsi, penyelewengan anggaran.
Karena sudah terbentuk karakter yang
berakhlak mulia pada pelaku-pelaku
pembangunan fisik tersebut.
Pembangunan Karakter Desa sebagai
Isu Utama
Belakangan ini isu mengenai pem-
bangunan karakter menjadi tema utama
dalam perbagai lini kehidupan. Hal ini di-
dasarkan pada realitas kehidupan yang
menyuguhkan berbagai ketimpangan-
ketimpangan sosial yang seolah tiada
henti di negeri ini. Konflik horizontal yang
terjadi antara masyarakat dengan aparat
keamanan, bahkan konflik yang berlatar
belakang SARA tak luput menghiasi
berita media massa. Bunuh diri yang di-
sebabkan frustasi tidak mampu meng-
hadapi kenyataan hidup karena masalah
ekonomi, di lain pihak persoalan korupsi
yang -entah benar atau tidak- menyeret
sederetan para punggawa negeri ini,
seakan menjadikan keshohihan bahwa
memang negeri ini butuh pembentukan
karakter akhlak mulia.
Tentunya pembangunan karakter
adalah kerja keras yang tak akan pernah
berhenti, tentu dengan di mulai dari diri
kita sendiri, tertanam niat yang kuat
bahwa kegiatan yang kita lakukan baik
itu pada level pribadi, level keluarga,
maupun level masyarakat, selalu didasar-
kan pada pembentukan akhlak mulia
yang kemudian pada gilirannya mampu
menjadi oase di tengah masyarakat yang
memang butuh tulodho karakter yang
baik.
Membangun Desa seutuhnya
Kita patut bersyukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa bahwa perkembangan
pembangunan fisik khususnya di
Kabupaten Magelang dari tahun ke
tahun selalu mengalami perkembangan
yang cukup signifikan. Baik yang ber-
sumber dari dana Pusat (APBN) maupun
yang bersumber dari dana tingkat
Daerah (APBD,) bahkan tidak sedikit yang
berasal dari lembaga donor non
pemerintah.
Kita sebagai warga masyarakat di-
tuntut untuk bisa melestarikan dan
menjaga agar bangunan-bangunan
tetap berfungsi dan bermanfaat bagi
masyarakat luas. Hal itu tercapai apabila
kita mampu menerapkan dan me-
masukkan pembangunan pada bidang
pemikiran pada masyarakat luas, se-
hingga tercipta karakter yang berakhlak
mulia.
Pembangunan sejatinya tidak hanya
pembangunan fisik semata namun juga
pembangunan pola pikir manusia itu
sendiri. Semoga bermanfaat.
*)Kepala Seksi Pembangunan Desa Ngadipuro
Kec.Dukun Kab.Magelang
Dalam sebuah pelatihan pe-
ningkatan kinerja pemerintah Desa yang
dilaksanakan oleh mahasiswa KKN
sebuah universitas negeri di Provinsi
Jawa Tengah beberapa waktu yang lalu
di desa Ngadipuro, Kecamatan Dukun.
Dijelaskan mengenai tugas-tugas
lembaga-lembaga tingkat Desa. Dijelas-
kan pula mengenai tugas-tugas Pem-
bantu Kepala Desa yang terdiri dari
Sekretaris Desa, Kepala Urusan dan
Kepala Seksi. Menghadirkan nara-
sumber dari bagian Tata pemerintahan
Kabupaten Magelang menjelaskan
tugas-tugas pokok dan fungsi dari
berbagai elemen tersebut.
Penulis mencoba mencermati tugas-
tugas sebagai Kepala Seksi Pembangun-
an, mengingat penulis merupakan
perangkat Desa baru ingin mengetahui
tugas-tugas yang harus dilaksanakan
sesuai Tupoksi (Tugas Pokok dan
Fungsinya.)
Dijelaskan bahwa tugas kepala seksi
pembangunan; pertama, penyusunan
program dan kebijakan pemerintah desa
dalam rangka penyelenggaraan pem-
bangunan dan pelayanan masyarakat.
Kedua, penyusunan program dan pe-
rencanaan kegiatan meliputi pe-
ngumpulan bahan, data dan potensi
dalam rangka penyelenggaraan pem-
bangunan, meliputi infrastruktur, per-
ekonomian, produksi dan pertanian.
Ketiga, Penyusunan program dan pe-
rencanaaan kegiatan dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat, pe-
nyelengaraan pembangunan, meliputi
Infrastruktur, perekonomian, produksi
dan pertanian. Keempat, penyusunan
bahan dan laporan penyelenggaraan
pembangunan, pelaporan, monitoring
dan evalusai penyelenggaraan pem-
bangunan. Kelima, pelaksanaan tugas
lain yang diberikan oleh Kepala Desa
dan Sekretaris Desa.
Pada saat hari pelaksanaan pelantik-
an Kaur/Kasi dilaksanakan, ada salah
satu tamu undangan yang merupakan
salah satu kader dan penggerak
kegiatan Desa. Beliau mengatakan,
”alangkah lebih baik jika ‘sampéan’
sebagai Kepala Seksi Pembangunan
MEMBANGUN DESA SEUTUHNYAOleh : M. Nursahid Muslim,S.Sos.I. *)
suara gemilang vol. 15 no. 3
Kolom
34
jemput bola dengan adanya tim khusus
serta armada khusus yang tugasnya
keliling di jalan-jalan se-Kabupaten
Magelang dan bilamana ditemukan jalan
yang rusak langsung diperbaiki di tempat
tanpa harus menunggu korban tanpa
harus menunggu laporan dari masya-
rakat.
Konsep jemput bola dalam perbaikan
jalan akan sangat baik dan berdampak
kondusif buat para pengguna jalan di
Kabupaten Magelang. Kondisi jalan yang
rusak akan sangat membahayakan para
pengguna jalan, mengganggu mobilitas,
serta akan memperburuk tata wajah
Kabupaten Magelang. Jalan yang baik,
nyaman dan lancar adalah hak mutlak
bagi rakyat pembayar pajak.
Di zaman penjajahan Belanda -
puluhan tahun lalu- pemerintahan pen-
jajah di Jawa memiliki tim dan mobil
armada khusus yang setiap hari ber-
keliling di jalan-jalan bikinan Belanda se-
pulau Jawa untuk mengecek kondisi jalan
yang rusak, langsung memperbaiki di
tempat jika memungkinkan, atau me-
laporkan ke atasannya jika jalannya rusak
parah dan membutuhkan waktu yang
lama untuk memperbaikinya. Pengecek-
an langsung ini bisa dijadikan acuan
penilaian bagi kontraktor/pemborong
penggarap jalan bekerja benar atau tidak
benar dalam kerjaannya memperbaiki
jalan.
Kondisi jalan yang rusak cukup parah
terutama di daerah perdesaan, semisal
jalur jalan yang menghubungkan pasar
Tunggangan ke arah Desa Wuwuharjo,
Desa Pandansari dan Desa Pandanretno
terdapat kerusakan yang cukup parah
dan mengganggu mobilitas warga dalam
operasional hariannya. Belum lama ini
mengalami kerusakan cukup parah yaitu
longsor separuh jalan di jalur Sapuran-
Wonosobo sehingga sangat meng-
ganggu pengguna jalan dan mem-
bahayakan pengguna jalan terutama di
malam hari.
Tingkat kriminalitas di Kabupaten
Magelang juga cukup tinggi. Kasus
kriminalitas yang sering muncul adalah
pencurian, curanmor, pencopetan dan
sebagainya. Intensitas koordinasi yang
baik antara Pemkab Magelang dan pihak
aparat Kepolisian setempat. Rasa aman
di masyarakat terutama di malam hari,
menjelang dini hari dan kapanpun
selama berada di Kabupaten Magelang
akan berdampak positif bagi kenyaman-
an warga masyarakat dan para pen-
datang (wisatawan).
Pengelolaan dan pengembangan
kawasan pariwisata yang ada dengan
inovasi pengembangan ekonomi kreatif.
Kawasan Borobudur, Mendut, kawasan
pegunungan, hutan alam dan tanaman
keras/lunak bikinan manusia, serta
kawasan persawahan/pertanian yang
permai di Kabupaten Magelang perlu
dioptimalkan potensinya agar menarik
perhatian wisatawan lokal/manca-
negara.
Setiap panen besar buah-buahan
juga bisa dikembangkan untuk me-
nopang pengembangan dunia pari-
wisata yang kreatif dan menguntungkan
masyarakat. Julukan sebagai Kota Getuk
perlu untuk dipertahankan, diinovasi
kreatif dan dimajukan.
Perikanan pengelolaannya sudah
sangat merakyat. Dari mulai perkotaan
sampai dengan perdesaan banyak
perikanan rakyat yang ada. Jenis ikan
yang dipelihara biasanya lele, bawal,
mujair dan lain sebagainya. Kepedulian
Pemkab Magelang diperlukan untuk
memotivasi rakyat, membuka sarana
pemasaran keluar daerah, kredit di-
permudah dengan bunga lunak dan
adanya pelatihan-pelatihan pengelolaan
perikanan yang cerdas, inovatif dan
berpotensi untung besar.
Beberapa catatan di atas mungkin
belum mencakup keseluruhan per-
masalahan yang ada di Kabupaten
Magelang, tetapi minimal pengamatan
keadaan dan potensi Kabuapaten
Magelang dapat disalurkan dalam
tulisan ini. Pemerintah daerah yang baik
adalah pemerintah daerah yang mau
mendengar aspirasi setiap masyarakat
dan berkhusnudon terhadap setiap
kritikan serta ide segar.
*)Direktur Eksekutif LSM Indonesian Government Watch Jawa Tengah-Magelang Mahasiswa Sosiologi FISIPOL UWMY Yogyakarta
Kabupaten Magelang memiliki
wilayah letak geografis yang luas. Terdiri
dari kawasan pegunungan, pertanian,
pemukiman dan kawasan industri.
Pengelolaannya tentu saja membutuh-
kan kerja keras semua pihak yang peduli,
kompeten dan kritis penuh kontrol
positif serta suasana yang kondusif.
Bupati Kabupaten Magelang tidak
dapat bekerja sendiri. Partisipasi dan
keterlibatan masyarakat luas, SKPD
pemerintah daerah, kalangan usahawan,
akademisi kampus, dan LSM/NGO
sangat diperlukan untuk mewujudkan
Kabupaten Magelang yang maju,
dinamis dan berkembang. Dalam tata
kelola pemerintahan yang baik dan
bersih dari segala bentuk praktek KKN
juga sangat perlu diwujudkan.
Pemda yang baik adalah pemerintah
daerah yang mau mendengarkan segala
bentuk aspirasi dan masukan warganya
yang peduli terhadap kemajuan Kab.
Magelang. Ada beberapa masukan yang
akan kami berikan kepada Pemkab
Magelang yang akan kami ulas dalam
bentuk artikel di bawah ini.
Persoalan pertama yang perlu diatasi
di Kabupaten Magelang adalah penata-
an lokasi parkir di jalan-jalan Kabupaten
Magelang. Penataan dan keadaan
perparkiran masih semrawut dan meng-
ganggu kelancaran transportasi peng-
guna jalan lain. Ditambah lagi ke-
beradaan angkutan perkotaan/per-
desaan yang tidak tertib. Kondisi lalu
lintas jalan di Kabupaten Magelang
sudah tidak nyaman bagi pengguna
jalan umum dan penggemar sepeda
angin.
Parkir kendaraan roda dua atau roda
empat di depan kawasan pasar/terminal
bis Muntilan masih semrawut me-
nyempitkan lokasi jalan umum, parkir di
depan kawasan wisata Borobudur ter-
utama masa liburan dan lain sebagainya
adalah contoh kecil perparkiran yang
mengganggu kelancaran pengguna
jalan.
Kondisi jalan juga ditemukan cukup
banyak yang rusak, berlubang, atau
bergelombang. Hendaknya Pemkab
Magelang beserta jajarannya bersifat
MEMBANGUN KABUPATEN MAGELANG YANG KOMPREHENSIF DAN POPULISOleh : Muhammad Dadang Iskandar *)
suara gemilang vol. 15 no. 3
35
besar untuk membantu
warga di lereng gunung
Merapi. Untuk itu diharap-
kan masyarakat dan Pemda
dapat menjaga serta me-
rawat semua infrastruktur
yang sudah dibangun.
“Fasilitas yang sudah di-
bangun dengan dana mahal
ini harus dimanfaatkan dan
dirawat dengan baik,“ tegas
Bibit Waluyo.
Berkaitan dengan pe-
resmian proyek proyek infrastruktur di
kawasan Gunung Merapi tersebut, ada
suasana yang berbeda di sekitar
jembatan Srowol yang runtuh dalam
kurun waktu yang hampir bersamaan
dengan infrastruktur yang lain di 3
wilayah Kabupaten Magelang, Klaten dan
Sleman akibat terjangan banjir lahar
dingin pasca erupsi Gunung Merapi lalu,
di sekitar jembatan Srowol dilakukan doa
dan mujahadah oleh para Kyai dan
masyarakat sekitar untuk memohon ke-
selamatan menjelang peresmian proyek-
proyek tersebut.
Mujahadah dalam rangka rangkaian
peresmian proyek-proyek Infrastuktur
Penanganan Darurat Merapi ini dipimpin
oleh Kyai Haji Raden Muhaimin Asnawi,
yang juga dihadiri Pejabat Kementerian
PU, Bupati Magelang, Muspida dan tokoh
masyarakat Kabupaten Magelang.
Menurut Amdi Rahman dar i
Kementerian Pekerjaan Umum; jembatan
gantung di Srowol ini merupakan
jembatan darurat untuk kelancaran
transportasi masyarakat, sebelum
jembatan permanen dibangun, untuk itu
diharapkan dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya dan dijaga penggunaan-
nya.
Bupati Magelang Ir. H. Singgih
Sanyoto, dalam Mujahadah mengatakan
bahwa pembangunan jembatan per-
manen di tiga lokasi (Srowol, Tlatar dan
Kaliputih Jumoyo) masih menunggu
kajian teknis aliran sungai. Mengingat
potensi aliran sungai yang berhulu di
Gunung Merapi saat ini masih cukup
besar, sehingga jembatan permanen
belum bisa dikerjakan.
Dengan diresmikannya jembatan
gantung darurat ini masyarakat dapat
mempergunakan dengan baik dan me-
matuhi peraturan yang telah ditetapkan.
Jembatan gantung ini hanya memiliki
kapasitas yang terbatas, sehingga
diharapkan pengguna kendaraan ber-
motor utamanya roda empat tidak
melewati secara berurutan tetapi ber-
gantian.
Selain itu, Bupati juga berharap
kepada masyarakat calon lokasi pem-
bangunan jembatan untuk ikut ber-
partisipasi terhadap Pemerintah Daerah
maupun pusat untuk tidak meminta
ganti rugi yang terlalu tinggi, mengingat
ini untuk kepentingan umum. Menurut
Bupati seberapa besar anggaran
pemerintah, tanpa partisipasi masya-
rakat tidak akan berhasil.
Runtuhnya jembatan-jembatan ter-
sebut akibat musibah erupsi Merapi yang
tidak bisa dielakkan. Peristiwa ini,
menurut Bupati, sebagai koreksi kepada
kita, “apakah kita selama ini kurang
bersyukur..?,“ kata Bupati. Dengan
Mujahadah ini, semoga ke depan kita
dihindarkan dari musibah bencana,
erupsi Merapi, maupun banjir lahar
dingin yang tidak terlalu besar, sehingga
tidak akan ada lagi pengungsian dan
berbagai permasalahan.
Usai peresmian proyek-proyek infra-
struktur penanganan darurat Merapi, di
lokasi jembatan gantung Srowol tersebut
malam harinya diadakan pentas wayang
kulit semalam suntuk dengan dalang dari
Yogyakarta.
*)sukendro-humprot
Menteri Pekerjaan Umum Djoko
Kirmanto secara simbolis meresmikan 25
Proyek Infrastruktur Penanganan
Darurat Merapi yang menelan biaya
hingga Rp 500 miliyar, di Jembatan
Gantung Darurat Srowol Progowati
Mungkid Magelang.
Peresmian proyek-proyek tersebut
bersama Menteri Pekerjaan Umum RI,
Djoko Kirmanto dan Kepala BNPB DR.
Samsul Maarif,M.S.i, penandatanganan
prasasti Jembatan Kaliputih, jembatan
gantung Srowol, SPAM Darurat Merapi
di Umbulharjo dan Hargobinangun
Kabupaten Sleman, jembatan Padasan
serta prasasti Perkuatan Tebing di Kali
Pabelan yang disaksikan oleh Anggota
DPR RI Ina Amania dan Sujadi, Gubernur
Jawa Tengah dan Sekda Yogyakarta.
Menteri PU Djoko Kirmanto dalam
sambutannya mengatakan bahwa dana
tersebut digunakan untuk perbaikan
sumber daya air, Bina Marga, dan sektor
Cipta Karya. “Terhitung mulai bulan
Maret 2011 hingga sekarang, pemerintah
pusat telah mengucurkan anggaran
hingga Rp 500 miliar,“ katanya.
Dalam perbaikan sumber daya air,
pemerintah telah melakukan rekons-
truksi tanggul, pengerukan alur sungai
yang berhulu di merapi, memperbaiki
sistem air permukaan dan air baku
dengan dana Rp 211 miliar. Pengerukan
sungai menjadi prioritas agar mampu
menampung banjir lahar. Di sektor bina
marga pemerintah mengucurkan dana
sebesar Rp 262 milliar guna perbaikan
puluhan jembatan. Sebanyak 7 (tujuh)
jembatan dan 9 (sembilan) ruas jalan
dibangun di Kabupaten Magelang, 2
(dua) jembatan di Kabupaten Klaten, 5
(lima) jembatan gantung di Boyolali, dan
5 (lima) jembatan di Sleman DIY.
Khusus jembatan Kaliputih, menurut
Djoko Kirmanto, telah dilakukan normal-
isasi atau pelurusan sungai untuk
mengantisipasi terjangan banjir lahar
dingin. Proyek yang menelan biaya Rp
64 miliar tersebut untuk mengembalikan
Kaliputih ke jalur sebelumnya.
Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo
mengatakan pemerintah pusat telah
mengeluarkan anggaran yang cukup
Milangkori
PERESMIAN JEMBATAN DARURAT SROWOLDENGAN MUJAHADAH DAN WAYANGAN
suara gemilang vol. 15 no. 3
36
tempat di SD Purwosari Sirahan Salam
diawali peninjauan Puskesmas di
Banyudono, Masjid di Jumoyo dan
Sekolah Dasar di Sirahan oleh Direktur
Utama PT. Pertamina, Pangdam IV
Diponegoro, Bupati Magelang dan
Muspida Kabupaten Magelang.
Menurut Dirut Pertamina Karen
Agustiawan; “kegiatan pembangunan
infrastruktur ini merupakan bagian dari
tanggung jawab Pertamina dalam pe-
mulihan kegiatan masyarakat pasca
bencana erupsi Merapi di bidang
kesehatan, pendidikan serta kerohanian.”
“Kami berharap ini dapat meningkat-
kan kualitas kesehatan dan pendidikan
bagi generasi penerus bangsa, dan yang
terpenting, dengan adanya fasilitas
masjid diharapkan masyarakat senan-
tiasa tegar menghadapi ujian dan optimis
bangkit kembali menatap hidup,” tegas
Karen.
Gubernur Jawa Tengah H. Bibit
Waluyo dalam sambutannya yang
dibacakan oleh Asisten Pemerintahan,
Siswo Laksono,SH,M.Kn, berharap agar
program CSR dari Pertamina dapat
diberikan tepat sasaran serta dapat di-
kembangkan tidak hanya di Kabupaten
Magelang. Dilanjutkannya, Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah tidak mampu
bekerja sendiri tanpa dukungan dari
elemen masyarakat termasuk TNI dan
pelaku ekonomi seperti Pertamina ini.
Sementara Bupati Magelang Ir. H.
Singgih Sanyoto berharap kegiatan
seperti ini dapat menjadi contoh bagi
perusahaan multi nasional maupun
perusahaan nasional yang lain serta
dunia usaha. Melalui program Corporate
Social Responbility (CSR) yang ada pada
masing-masing perusahaan, ternyata
bisa meringankan beban masyarakat
yang tertimpa musibah.
Pangdam IV Diponegoro Mayjend
TNI Ir. Mulhim Asyrof, juga berharap
bantuan seperti ini dapat menggugah
warga masyarakat membantu sesaman-
ya, meskipun bantuan Pertamina yang
bekerja sama dengan TNI seperti ini,
masih ada keterbatasan dan belum dapat
mencakup semua masyarakat yang
terkena bencana, namun diharapkan
bantuan ini dapat bermanfaat serta
dapat meringankan beban masyarakat,
serta merupakan wujut bakti TNI
terhadap masyarakat.
*)sukendro-humprot
Dalam upaya mendukung pe-
mulihan masyarakat pasca bencana
erupsi Gunung Merapi, PT. Pertamina
(persero) menyerahkan sejumlah
bangunan infrastruktur bagi masyarakat
di Kecamatan Salam dan Dukun
Magelang. Bangunan Infrastruktur yang
diserahkan secara simbolik oleh Direktur
Utama Pertamina Karen Agustiawan
kepada Bupati Magelang Ir. H. Singgih
Sanyoto berupa satu unit Puskesmas di
Desa Banyudono Kecamatan Dukun,
satu Unit Masjid di Dusun Dowakan
Desa Jumoyo Kec Salam dan satu unit
Sekolah dasar di Desa Sirahan
Kecamatan Salam.
Penyerahan yang didahului dengan
peresmian bangunan infrastruktur
bantuan dari Pertamina tersebut ber-
PERTAMINA SERAHKAN BANTUAN CSRPROGRAM REHABILITASI PASCA BENCANA MERAPI
Milangkori
suara gemilang vol. 15 no. 3
bijakan Pemerintah Pusat yang meng-
haruskan semua lembaga pelatihan kerja
di daerah dilaksanakan oleh Balai Latihan
kerja.
Penyesuaian kembali kelembagaan
sebagaimana tersebut, telah dibakukan
dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Magelang yang antara lain mengubah
Badan Pelayanan Perizinan terpadu
menjadi Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu serta
Kantor Pelatihan Diklat Tenaga Kerja
Aparatur menjadi Balai Latihan Kerja
dengan status kedudukan sebagai Unit
Pelaksana Teknis Dinas Tenaga Kerja,
Sosial dan Transmigrasi.
Bupati berharap dengan terbentuk-
nya Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu di
Kabupaten Magelang dapat mewujud-
kan Kabupaten sebagai daerah yang
ramah investasi. Menurut Bupati Singgih,
untuk membangun citra Kabupaten
ramah investasi diperlukan dukungan
sistem pelayanan perizinan yang trans-
paran, murah dan cepat. Aparatur
perizinan dituntut untuk mampu me-
motivasi diri guna mengedepankan
pelaksanaan standar minimal yang telah
ditetapkan.
”Oleh karena itu perlunya upaya-
upaya promotif guna menarik investor
menanamkan investasinya di Kabupaten
Magelang.semakin banyak investor di
Kabupaten Magelang akan berimbas
pada semakin dinamisnya pertumbuhan
ekonomi yang diharapkan benar-benar
dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.” tegasnya.
*)sukendro-huprot
“Akibat adanya perubahan Perpres
menyebabkan kita harus menyesuaikan
kembali tata aturan yang mengatur
keberadaan lembaga yang menaungi
fungsi penanaman modal, pelayanan
perizinan dan pelatihan kerja bagi calon
tenaga kerja,” kata Bupati Magelang Ir. H.
Singgih Sanyoto dalam sambutan saat
melatih 39 pejabat di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Magelang di
Pendopo drh. Soepardi Kota
Mungkid.
Pelantikan pejabat baru
tersebut dalam rangka me-
wujudkan sistim pemerintahan
daerah yang lebih baik jelas
Bupati. Pejabat yang dilantik
adalah 1 orang pejabat eselon
II, 6 orang pejabat eselon III,
dan 31 orang pejabat eselon IV.
Adapun pejabat eselon II yang
dilantik adalah Drs. H. Hamam
Komari, sebagai Kepala Badan
Penanaman Modal dan Pe-
layanan Perizinan Terpadu,
yang merupakan perubahan
kantor lama Badan pelayanan
perizinan terpadu sebagai
akibat dari Perpres no 27 Th
2009 tentang pelayanan ter-
padu satu pintu di bidang
penanaman modal. Serta ke-
Milangkori
37
39 PEJABAT PEMKAB DILANTIK
suara gemilang vol. 15 no. 3
Milangkori
SERTIFIKASI RELAWAN LEMBAGA USAHA
Penanggulangan bencana merupa-
kan salah satu perwujudan fungsi
pemerintah dalam rangka perlindungan
masyarakat, meskipun demikian pe-
nanggulangan bencana membutuhkan
suatu upaya terpadu dan koordinatif
yang melibatkan seluruh komponen
mayarakat secara aktif, pendekatan
semacam itu menuntut koordinasi dan
kerja sama yang baik antar semua pihak,
baik dari pemerintah, swasta, masya-
rakat, Komunitas, organisasi masyarakat,
organisasi profesi, dan lembaga-
lembaga terkait dan komponen masya-
rakat lainnya.
Demikian dikatakan oleh Bupati
Magelang dalam sambutan tertulisnya
yang dibacakan oleh Pelaksana tugas
harian Kepala BPBD Kabupaten
Magelang Drs. Eko Triyono pada acara
pembukaan sarasehan dan sertifikasi
relawan lembaga usaha, di Gedung NU
Palbapang Mungkid.
Lebih lanjut bupati mengatakan
relawan yang peduli dengan pe-
nanggulangan bencana yang berasal
dari berbagai latar belakang yang
berbeda-beda bisa berperan aktif
membekali diri sesuai bidang usaha
kompetensi dan potensi yang dimiliki
serta giat berlatih secara rutin dan
terencana sehingga
bisa menjadi ujung
tombak dalam rangka
penanganan bencana
di Kab. Magelang
secara komprehensif
dan terpadu serta me-
miliki standar yang
ba k u d a l a m m e -
nangan i keadaan
darurat bencana, kata
bupati kepada 80
relawan dari berbagai
usaha yang menjadi
peserta.
Sementara itu Deputi I bidang pen-
cegahan dan kesiap-siagaan BNPB dalam
sambutan yang dibacakan Direktur
Pemberdayaan Masyarakat BNPB Drs.
Muhtarudin,M.Si. menyampaikan, ben-
cana terus terjadi dan kita tidak mampu
menanggulangi bahkan meniadakan
resiko bencana, maka penanggulangan
resiko bencana perlu ditangani secara
komperhensip lintas sektoral perlu
identifikasi, menganalisis dan mengambil
tindakan berupa pencegahan dan
kesiapsiagaan untuk mengurangi resiko.
UU No 24 tahun 2007 tentang
penaggulangan bencana mengamanat-
kan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah menjadi penanggung jawab
utama dalam penyelenggaraan pe-
nanggulangan bencana bersama masya-
rakat dan berbagai pihak, masyarakat
badan usaha memiliki peran sangat
penting dan terdepan sebagai format
untuk mengupayakan se-maksimal
mungkin akan kemampuan dan ke-
terlibatannya dalam penanggulangan
bencana.
Di lain pihak masyarakat juga berhak
mendapatkan pelindungan sosial dan
rasa aman khususnya bagi kelompok
rentan untuk mendapatkan pendidikan,
ketrampilan maupun pelatihan pe-
nanggulangan bencana serta ikut ber-
partisipasi dalam pengambilan
keputus-an, dan menyamakan
persepsi. Maka sertifikasi
relawan berbasis lembaga
usaha sebagai upaya men-
dorong peran yang lebih besar
untuk lebih berdaya guna dan
berhasil guna.
Hal senada disampaikan
pula oleh Aggota DPR RI Abdul
Kadir Karding yang juga hadir
dalam acara ini bahwa masya-
rakat perlu memahami bencana
untuk mengurangi resiko
bencana dan BNPB membuat
program pelatihan agar masya-
rakat paham dengan bencana,
sensitifitas mendeteksi ben-
cana dengan kearifan lokal.
*)safii-humprot
38 suara gemilang vol. 15 no. 3
Milangkori
KEPALA BNPB, SYAMSUL MAARIF,M.SI. :
VIII DPR RI, Ina Ammania, Kepala BPPTK
D IY. Subandr i yo , Wak i l Bupa t i
Magelang Zaenal Arifin,SH, pejabat
terkait dan tamu undangan lainnya.
Untuk itu, menurut Syamsul Muarif
lebih lanjut, pemerintah saat ini sedang
berupaya menggalang dan meng-
koordinasikan peran masyarakat,
kelompok masyarakat dan lembaga
usaha sebagai potensi dan sumberdaya
dalam penanggulangan bencana. Karena
melibatkan masyarakat tentunya perlu
adanya bekal, penyamaan persepsi,
standardisasi pelaku penanggulangan
bencana terutama para relawan, yang
bersama pemerintah menanggulangi
bencana.
Sementara itu Bupati Magelang, yang
diwakili Wakil Bupati Magelang Zaenal
Arifin, SH menyambut
positif pelatihan relawan
yang diselenggarakan
oleh BNPB. Pelatihan
tersebut dapat me-
ningkatkan kapasitas
dan pengetahuan serta
keterampilan bagi rela-
wan, khususnya yang
tinggal atau bertugas di
Kawasan Rawan Ben-
cana Gunung Merapi.
Menuru t Bupat i ; Kabupaten
Magelang yang tergolong daerah rawan
bencana baik bencana yang murni
disebabkan oleh alam, maupun bencana
yang diakibatkan oleh ulah manusia,
amat perlu membangun pola pikir dan
pola tindak rasional bahwa kita memang
tinggal di kawasan rawan bencana,
sehingga diharapkan seluruh masya-
rakat di Kabupaten Magelang secara
sadar senantiasa mengembangkan
budaya antisipatif, bukan lagi reaktif
ketika berhadapan dengan bencana.
Bupati juga menambahkan, untuk
potensi bencana seperti letusan Gunung
berapi, banjir lahar dingin, tanah longsor,
angin puting beliung, wabah demam
berdarah, dan lain-lain perlu di-
inventarisir dan dipetakan, sehingga
apabila sewaktu-waktu bencana me-
nimpa, korban bisa ditangani secara
cepat dan tepat, dalam rangka me-
minimalisir dampak yang mungkin
ditimbulkan, baik harta benda maupun
jiwa manusia.
Menurut Ina Ammania anggota
Komisi VIII DPR RI dari Dapil 6,
mengatakan; relawan itu adalah mitra
dan ujung tombak. Secara fungsional
relawan sangat strategis dalam pe-
nanganan tanggap darurat bencana
selayaknya menjadi mitra kerja
pemerintah khususnya BNPB, BPBD Prov
dan Kabupaten, untuk itu relawan perlu
diwadahi, diberi pendidikan untuk
mendapat SOP (standar operasional
prosedur) agar tidak salah dalam
menolong korban.
*)mami-s
“Belajar dari pengalaman meng-
hadapi berbagai kejadian bencana di
dunia selama ini, peran dari masyarakat
tidak dapat diabaikan. Justru masyarakat
yang berperan besar dalam memberikan
pertolongan awal (First Responder)
sebelum bantuan dari pemerintah dan
pihak lain datang,” kata Kepala BNPB Dr
Syamsul Maarif,M.Si. dalam sambutan
tertulisnya yang dibacakan Kepala Pusat
Pendidikan dan Penanggulangan
Bencana Ir. B. Wisnu Widjaja,MSc. pada
pembukaan pelatihan teknis relawan
penanggulangan bencana yang di-
selenggarakan oleh BNPB di Oxalis
Regency Hotel Magelang.
Pelatihan selama 5 hari diikuti 50
peserta dari Relawan Gada Dewa “313”
yang berasal dari Kabupaten Magelang,
Boyolali, Klaten, dan Sleman ini dilaku-
kan untuk meningkatkan kapasitas dan
kompetensi yang memadai dalam pe-
nanggulangan bencana baik berupa
pengetahuan, pemahaman dan ke-
terampilan para relawan untuk meng-
hadapi keadaan tanggap darurat
bencana.
Kegiatan ini dibuka oleh Kepala
Pusat Pendidikan dan Penanggulangan
Bencana Ir. B. Wisnu Widjaja,MSc
mewakili BNPB serta dihadiri oleh Kyai
Nurkholis dari Ponpes Darussalam
Watucongol Muntilan, anggota Komisi
“BILA TERJADI BENCANA, JUSTRU YANG PERTAMA MENOLONG ADALAH MASYARAKAT”
39suara gemilang vol. 15 no. 3
Milangkori
meningkatkan prestasi olah raga dengan
mencari kelemahan serta kekurangan
baik di tingkat pengurus maupun
olahragawannya.
Bupati Magelang Ir. H. Singgih
Sanyoto dalam sambutannya mengata-
kan bahwa KONI merupakan organisasi
yang menjadi payung atau induk
organisasi bagi berbagai cabang olah
raga yang berkembang di Indonesia. Di
Kabupaten Magelang saat ini terdapat 20
cabang olah raga populer yang ber-
naung di bawah KONI.
Dalam komitmen memajukan olah
raga, Pemerintah Kabupaten Magelang
melalui APBD Kabupaten Magelang,
telah mengalokasikan dana sebesar Rp
20 milyar untuk pembangunan Stadion
di Desa Bumirejo, Mungkid dengan
perincian Rp 8 milyar untuk pengadaan
atau pembebasan tanah dan Rp 12
milyar untuk pembangunan fisik.
Melalui kemitraan, kolaborasi dan
kerjasama yang baik, Bupati berharap
olah raga di Kabupaten Magelang dapat
berkembang dengan baik dan maksimal,
sehingga diharapkan dapat meningkat-
kan prestasi cabang olah raga serta
dapat menelorkan bibit-bibit atlet ber-
prestasi baik di tingkat Nasional maupun
Internasional.
Sementara Drs. Petrus Kusuma
selaku Ketua KONI yang baru mengata-
kan; untuk meningkatkan prestasi olah-
raga di Kabupaten Magelang dibutuh-
kan sinergi kebersamaan, dukungan
serta kerjasama dari semua pihak,
sehingga diharapkan banyak prestasi
olahraga dapat menunjang program
pemerintah dan mendukung Kabupaten
Magelang sebagai Kabupaten Ber-
prestasi.
*)sukendro-humprot
Pengurus Komite Olahraga Nasional
Indonesia (KONI) Kabupaten Magelang
periode 2012-2016 secara resmi dilantik
Sekretaris KONI Jawa Tengah Drs. Tri
Rustiadi,M.Kes, mewakili Ketua umum
KONI Jateng, di Pendopo Rumah Dinas
Bupati Magelang.
Kepengurusan KONI tersebut se-
benarnya telah terbentuk dari hasil
Musda KONI Kabupaten Magelang lalu
di Mertoyudan, dengan ketua terpilih
Drs. Petrus Kusuma, Wakil ketua
I Drs. Agus Susworo Dwi
Mahendra,M.Pd, Wakil Ketua II
Drs. Sani Budi Tjahyono, wakil
Ketua III Frans Suharmaji
SE,MM. dan Sekretaris, Kadri
Maulana.
Menurut Ketua Koni Jawa
Tengah H. M. Soediro Atmo
Prawiro,SH. dalam sambutan
tertulis yang dibacakan oleh
Sekretaris Umum KONI Jateng,
Drs. Tri Rustiadi,M.Kes. bahwa
kunci sukses bidang olah raga
adalah sumber daya manusia
yang memiliki komitmen yang
tinggi di bidang olah raga. Oleh
karena itu pembentukan peng-
urus merupakan upaya pem-
binaan di bidang olah raga.
Kami berharap agar KONI
Kabupaten Magelang mampu
DRS. PETRUS KUSUMA, KETUA KONI KAB. MAGELANG :
KABUPATEN MAGELANGSEBAGAI KABUPATEN BERPRESTASI
40 suara gemilang vol. 15 no. 3