B19_Penentuan sifat kimia, reaksi protonasi-Deprotonasi dan K ...
STUDI SIFAT-SIFAT MUTAN PADI GOGO Ita Dwimahyani*digilib.batan.go.id/e-prosiding/File...
-
Upload
truongdang -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of STUDI SIFAT-SIFAT MUTAN PADI GOGO Ita Dwimahyani*digilib.batan.go.id/e-prosiding/File...
STUDI SIFAT-SIFAT MUTAN PADI GOGO
Ita Dwimahyani*
ABSTRAK
STUDI SIFAT-SIFAT PADI GOGO. Telah dilakukan penelitian untuk mempelajari sifat
7 galur mutan hasil dari iradiasi varietas Seratus Malam yaitu galur mutan MG-31-K,
SM-128/19-K, MG-4/4-K, MG-4/2-K, MG-2-K, BL-ll/1-K dan BI.-II/2-K, dengan disertakan
varietas induk Seratus Malam dan varietas nasional Sentani. Sifal-sifat yang
dipelajari adalah ketahanan terhadap ke keringan, ketahanan terhadap penyakit blast,
sifat agronomi, kandungan amilosa dan protein. Ternyata dari hasil penelitian
ketujuh galur mutan menunjukkan sifat lebih tahan kering dan lebih tahan terhadap
penyakit blast dari pada induknya. Dari hasil evaillasi sifat agronomi ketujuh galur
mutan sangat nyata lebih pendek dari induknya. pada umumnya mempunyai butir gabah
lebih besar, umllr lebih lama dan produksi sedikit lebih tinggi dari induknya.
Kandungan amilos umumnya rendah kecllali gallir mutan MG-31-K, SM-128/19-K dan MG
2-K, dengan kandungan protein yang hampir sama dengan induknya. Adapun dari ketujuh
galur mutan, tiga nomor galur yaitu MG-31-K,MG-4/2-K dan BL-Il/2-K mempunyai sifat
yang lebih ungglll daripada galur mutan yang lain juga dari varietas induk Seratus
Malam sehingga berpotensi lintuk dilepas.
ABSTRACT
STUDIES ON THE CUARACTERS or UPLAND RICE MUTANTS. The characters of 7 mutant
lines derived from irradiation of Seratus Malam upland rice variety: MG-31-K, SM
128/19-K, MG-4/4-K, MG-4/2-K, MG-2-K, BL-ll/I-K and BL-ll/2-K with the original
variety Seratus Malam and national standard upland rice variety Sentani, have
been investigated. The observed characters were drought reaction, blast reaction,
some agronomic traits, amylose content and protein content. All the mutants lines
showed more tolerance to drought and blast compared to the original variety.
However, they were significantly shorter in plant height but bigger in seed size.
They matured later but yielding relatively higher than the original variety. Except
mutant lines : MG-31-K, SM-128/19-K and MG-2-K, their amylose content was as low as
Seratus Malam. The protein content of the mutant lines still maintained the protein
content of Seratus Malam. Among those mutant lines, three mutant lines viz. MG-31-K,
MG-4/2-K and BL-II/2-K were selected as the promising lines because they were more
superior than the others.
* Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN
351
Percobaan di lakukan
rumah kaca. Untuk
padi pada kondisi
PENDAHULUAN
Pemuliaan tanaman merupakar. ilmu pengetahuan terapan untuk
memperbaiki sifat tanaman baik secara kuantitatif ~~~p~n"Ymliu~uiflPenemuan mengenai dapat di imbaskannya mutasi pada tanaman membuka
lembaran baru dalam ilmu pemuliaan tanaman, sebab mutasi imbas dapat
dimanfaatkan untuk memperbanyak keragaman genetik dari bahan tanaman
sehingga memungkinkan dilakukartnya seleksi (1,2). Dalam menilai
keragaman genetik sifat kuanti tatif seperti tinggi tanaman, panjang
malai, jumlah anakan selalu menjadi perhatian yang utama dalam
pemuliaan tanaman.
Keragaman suatu varietas tanaman .disebabkan oleh dua faktor,
yaitu faktor lingkungan dan faktor genetik. Keragaman sebagai akibat
faktor lingkungan dan faktor genetik umumnya saling berinteraksi
dalam mempengaruhi penampilan fenotip tanaman (3).
Teknik mutasi imbas pada pemuliaan tanaman padi telah banyak
berhasil memperbaiki sifat tanaman seperti produksi, umur, tinggi
tanaman dan ketahanannya terhadap hama dan penyakit (4,5).
Usaha perbaikan varietas padi gogo ditujukan untuk memperpendek
umur, meningkatkan potensi hasil, ketahanannya terhadap penyakit
blast (pyricularia oryzae), kekeringan dan adaptasinya terhadap
lahan bermasalah.
Pemuliaan mutasi pada tanaman padi yang dilakukan di PAIR telah
menghasilkan beberapa galur mutan padi gogo yang tahan terhadap hama
wereng coklat biotipe-2. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
sifat-sifat galur mutan padi gogo tersebut.
BAHAN DAN METODA
Dalam penelitian ini digunakan tujuh nomor galur mutan hasil
dari radiasi varietas Seratus Malam yaitu galur mutan MG-31-K, SM
128/19-K, MG-4/4-K, MG-4/2-K, MG-2-K, BL-11/1-K dan BL-11/2-K.
Percobaan di lakukan dalam beberapa tahap yaitu penguj ian terhadap
ketahanan kekeringan, pengujian terhadap penyakit blast, pengamatan
sifat agronomi, analisa ami lose dan protein.
Pengujian Ketahanan Terhadap Kekeringan.pada bak berisi tanah latosol Pasar Jumat di
setiap nomor galur mutan di tanam 25 benih
352
kelembaban tanah normal. Setelah tanaman berumur 2 minggu, tanaman
digenangi selama 12 jam lalu dikeringkan sampai tekanan kekeringan
1 Bar yang terbaea pada Tensiometer. Dilakukan peneatatan data skor
kekeringan. Kemudian kondisi kering ini dibiarkan selama 2 minggu,
setelah itu tanaman digenangi kembali dan dilakukan peneatatan skor
kepulihan tanaman berdasarkan sistem evaluasi standar 1-9 dari IRRI
(6). Disertakan varietas Salumpikit sebagai kontrol tahan dan
varietas Pelita 1/1 sebagai kontrol peka.
Pengujian Terhadap Penyakit Blast. Pereobaan dilakukan di
lapangan dengan menggunakan isolat dari Sukabumi pada MH 89/90.
Tanaman peka ditanam dulu di gulud an. Setelah berumur tiga minggu
tanaman peka diinokulasi dengan penyakit blast. Dalam waktu satu
minggu tanaman peka telah terserang blast dan digunakan sebagai
sumber inokulum. Kemudian tujuh nomor galur mutan yang diuji ditanam
diantara tanaman peka dengan disertakan varietas Tetep sebagai
kontrol tahan dan Keneana sebagai kontrol peka. Setelah serangan
pada tanaman kontrol peka meneapai skor 9 (tanaman mati), dilakukan
penyekoran terhadap galur-galur yang diuj i. Penilaian tingkat
ketahanan dilakukan berdasarkan persentase kerusakan dan skor
mengikuti metoda penilaian dari SES yang dibuat IRRI (7).
Peng8lllatan Terhadap Sifat Agronollli. Pereobaan dilakukan di
lapangan Pasar Jumat pada MH 89/90. Ketujuh nomor galur mutan ditnam
bersama dengan varietas induk Seratus Malam dan varietas nasional
Sentani dengan luas plot 3 x 4 m dan jarak tanam 30 x 25 em dengan 2
ulangan. Pengamatan sifat agronomi yang dilakukan meliputi : tinggi
tanaman, jumlah anakan produktip, panjang malai, jumlah gabah per
malai, persentase gabah hampa, berat 1000 butir dan umur tanaman.
Pengamatan dilakukan berdasarkan sampling pada lima tanaman dari
setiap plot. Data produksi diambil dari hasil gabah kering bersih
per plot. Dari hasil panen dilakukan penguj ian terhadap kandungan
amilose dan protein.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data skor kekeringan dan skor kepulihan pada pengujian terhadap
kekeringan disajikan pada Tabel 1. Skor kekeringan menunjukkan
kemampuan relatif tanaman untuk dapat menahan sekeeil mungkin
353
kerusakan akibat kekeringan, sedang skor kepulihan menunjukkan
kemampuan tanaman untuk dapat pulih (tumbuh normal) dari kerusakan
akibat kekeringan setelah kondisi pengairan normal (8).
Ditinjau dari data skor kekeringan terlihat secara keseluruhan
bahwa galur mutan yang diuji menunjukkan kemajuan dibandingkan
dengan induknya dalam hal ketahanannya terhadap kekeringan. Varietas
induk Seratus Malam menunjukkan data skor yang sama dengan varietas
Pelita 1/1 sebagai kontrol peka. Galur mutan MG 31-K dan SM 128/19-K
menunjukkan data skor kekeringan yang lebih baik daripada galur
mutan yang lainnya.
Ditinjau dari data skor kepulihan, galur mutan MG-31-K,
SM-128/19-K dan MG-2-K menunjukkan reaksi pemulihan yang lebih baik
daripada galur mutan MG-4/2-K,MG-4/4-K, BL-11/1-K dan BL-11/2-K.
Varietas induk Seratus Malam menunjukkan data skor kepulihan yang
sama dengan varietas kontrol peka Pelita 1/1.
Dari skor kekeringan dan kepulihan tersebut ternyata hanya
galur mutan MG-31-K yang memiliki kemampuan untuk menahan keru
sakan akibat kekeringan mendekati kemampuan varietas tahan keke
ringan Salumpikit. Pengujian ini membuktikan adanya kemungkinan
perbaikan sifat tahan terhadap kekeringan pada varietas Seratus
Malam.
Hasil pengujian terhadap penyakit blast disajikan pada Tabel 2.
Dari tabel tersebut tampak bahwa galur mutan MG-31-K, SM-12B/19-K,
MG-4/4-K, MG-2-K, BL-l1/l-K dan BL-11/2-K menunjukkan sifat tahan
terhadap penyakit blast yang lebih baik daripada varietas induk
Seratus Malam. Sifat tahan penyakit blast pada varietas Seratus
Malam menunjukkan skor yang sama dengan varietas kontrol peka
Kencana. Galur mutan MG-4/2-K menunjukkan sifat yang agak peka
terhadap penyakit blast, walaupun tidak sepeka varietas Seratus
Malam. Terbukti bahwa sifat tahan terhadap kekeringan tidak selalu
diikuti oleh sifat tahan terhadap penyakit blast. Akan tetapi pada
galur mutan yang diuji, secara keseluruhan menunjukkan kemajuanI
sifat tahan terhadap penyakit blast yang lebih baik daripada
induknya. Ketahanan ini hanya terb,ataspada isolat ras Sukabumi pada
pengujian di PAIR Pasar Jumat. Ra~ penyakit blast berkembang berbeda
menurut tempat dan musim, sehingga perlu penelitian lebih lanjutI
pada galur mutan tersebut terhadap isolat ras yang lain.
354
Dari hasil pengamatan sifat agronomi (Tabe!.3), tampak bahwa
pada umumnya mutan tersebut lebih pendek dibandingkan dengan
varietas induk Seratus Malam.
Jumlah anakan produktif mutan-mutan Seratus· Malam tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata dengan induknya. Pada pengamatan
panjang malai lima galur mutan tidak menunjukkan perbedaan dari
induknya, kecuali galur mutan MG- 31-K dan MG-4/4-K nyata lebih
pendek dari induknya.
Pada pengamatan jumlah gabah per malai pada umumnya tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata. Hanya pada galur mutan MG-31-K
jumlah gabah per malai nyata berkurang dibandingkan jumlah gabah per
malai varietas induk Seratus Malam.
Persentase gabah hampa tidak menunjukkan beda yang nyata dengan
induknya. Keragaman yang terlihat lebih disebabkan oleh lingkungan
saja. Pada pengamatan berat seribu butir, galur mutan MG-31-K, MG
4/4-K, MG-4/2-K, BL-ll/l-K dan BL-ll/2-K menunjukkan perbedaan
sangat nyata terhadap varietas induk Seratus Malam.
Pada pengamatan umur tanaman semua galur mutan menunjukkan umur
yang nyata atau sangat nyata lebih panjang daripada induknya kecuali
galur mutan MG-4/2-K umurnya hampir sama seperti induknya.
Pada pengamatan produksi gabah, galur mutan MG-31-K,
MG-4/2-K dan BL-ll/2-K menunjukkan peningkatan produksi yang nyata
dibandingkan dengan produksi varietas induk Seratus Malam. Secara
keseluruhan produksi mutan-mutan tersebut cenderung lebih tinggi
daripada varietas induknya.
Galur mutan MG-4i 4-K, MG-4/2-K, BL-ll /l-K dan BL-ll/2-K
cenderung mempunyai rasa nasi yang enak dilihat dari kandungan
amilosenya (Tabe1.3),sedangkan galur mutan MG-31-K, SM-128/19-K,
dan MG-2-K mempunyai kandungan amilosa yang tinggi (> 24 %) sehingga
dikhawatirkan rasa nasinya tidak seenak varietas induk Seratus
Malam. Kandungan protein galur mutan tersebut tidak menunjukkan
perbedaan dari induk Seratus Malam, kecuali mutan MG-31-K
menunjukkan sedikit peningkatan kandungan proteinnya di- banding
varietas induk Seratus Malam.
Dari hasil percobaan di lapangan tampak bahwa mutan MG-4/2-K
mempunyai sifat yang menarik. Mutan ini umurnya hampir sarna
seperti induknya, tetapi berbatang sangat nyata lebih pendek dan
355
butir gabahnya juga sangat nyata lebih besar dari induknya. Dengan
kemampuan produksi yang lebih tinggi dari induknya, maka mutan ini
dapat diharapkan untuk dilepas. Data lain yang mendukung adalah
tahan hama wereng coklat blotipe-~ dan rasa nasl yang enak.
MG-3I-K juga mempunyai potensi untuk dilepas karena produksinya
tinggi, batangnya pendek, butir gabahnya sangat nyata lebih besar
dari induknya dan proteinnya tinggi. Disamping itu mutan ini juga
tahan wereng coklat boiotip 2, tahan kekeringan dan tahan penyakit
bIas, hanya rasa nasinya cenderung kurang enak dan umur agak dalam.
Sama seperti kedua mutan diatas galur mutan BL-ll/-2-K
produksinya juga tinggi, batangnya pendek, butir gabah nyata lebih
besar, tahan wereng coklat biotip 2, tahan penyakit bIas, rasa nasi
enak hanya umurnya agak dalam dibanding varietas induk Seratus
Malam.
Pengaruh perlakuan dengan irradiasi. gamma telah menimbulkan
perubahan sHat pada tanaman as~lnya. Pada Tabel 3, ter lihat bahwa
semua galur mutan yang dipelajari mengalami perubahan lebih dari
satu sHat. Hubungan sHat satu dengan lainnya pada galur mutan
berserta induknya dipelajari dengan menghitung koefisien korelasi
antar sHat tersebut. Ternyata korelasi yang nyata hanya terjadi
antara sHat panjang malai dengan jumlah gabah per malai, berat
1000 butir dengan produksi gabah dan umur tanaman dengan kandungan
amilosa (Tabel 4), sedangkan antar sifat lain hubungannya tidak
nyata. Dengan asumsi bahwa galur mutan berserta induknya berlatar
belakang genetis yang sama, dan penampilan suatu sHat dikontrol
oleh gen atau gen-gen tertentu, maka tidak adanya hubungan antara
dua sifat menunjukkan bahwa kedua sHat tersebut tidak dikontrol
oleh gen yang sama.
Berdasar asumsi diatas dan data pada Tabel 3, tampaknya galur
mutan yang dipelajari telah mengalami mutasi paling tidak pada dua
gennya. Sebaliknya apabila antara dua sifat mempunyai korelasi yang
nyata, kemungkinan kedua sifat tersebut dikontrol oleh satu gen.
Dalam hal ini apablia terjadi mutasi pada gen yang mengontrol
panjang malai akan terjadi juga perubahan jumlah gabah per malainya
karena gen yang mengotrol panjang malai juga mengontrol jumlah gabah
per malai. Begitu juga antara berat 1000 butir dengan produksi dan
antara umur tanaman dengan kandungan amilosa.
356
KESIMPULAN
1. Ketahanan terhadap kekeringan tidak selalu terkai t dengan
kemampuan pulih (recovery).
2. Ketujuh galur mutan yang diteliti lebih tahan terhadap
kekeringan dan penyakit bIas daripada induknya.
3. Galur mutan yang di teli ti pada umumnya berbatang lebih pendek
dengan gabah lebih besar dan umurnya lebih dalam dari
induknya. Galur mutan MG-3l-K, MG-4/2-K dan BL-11/2-K produk
sinya lebih tinggi dari induk dan galur mutan yang lain.
4. Sifat panjang malai dengan jumlah gabah per malai, berat 1000
butir dengan produksi gabah dan umur tanaman dengan kandung
an amilosa masing-masing nyata berkorelasi. Diduga sifat
yang berkorelasi dikontrol oleh gen yang sarna. Ketujuh galur
mutan yang diteli ti mengalami perubahan lebih dari satu sifat
yang tidak saling berkorelasi. Diduga galur mutan tersebut telah
mengalami mutasi pada dua gen pengendalinya.
5. Berdasarkan keunggulan sifat yang dimiliki, galur mutan MG
31-K, MG-4/2-K dan BL-11/2-K berpotensi untuk dilepas.
DAFrAR PUSTAKA
1. GAUL. H., "Studies on diplontic selection after x-radiation of
barley seeds", Effect on Ionizing Radiation on Seeds.
(Proc. Symp. Karlsruhe, 1960j, IAEA, Vienna (1961) 117.
2. IAEA, Manual on Mutation Breeding (Tech. Rep. No. 119), IAEAVienna (1977).
3. MAKMUR, A., Pokok-pokok Pengantar Pemuliaan Tanaman, Bina Aksara. Jakarta (1985).
4. MUGIONO, dan ISMACHIN, M., Pemuliaan mutasi untuk resistensipadi terhadap penyakit'bakteri busuk daun dan wereng
coklat; Majalah BATAN XIV 1 (1981) 9.
5. MUGIONO, dan ISMACHIN, M., Early maturity rice mutant, Atom
Indonesia VI 2 (1980) 15.
6. TOOLE, J.C.O., and MAGULING, M.A., Drought Screening Green
House Operations Manual, Agronomy Depart. IRRI. Manila (1974).
357
'i. IRRI, Standard Evaluation System, IRRI, Los Banos ( 1971).
8. IRRI, Drought Resistance in Crops With Emphasis on Rice,IRRI, Los Banos (1962).
358
Tabel 1. Nilai skor kekeringan dan nilai skor kepulihan galurmutan yang diuji
8kor kekeringan 8kor kepulihanNo. No. Galur
I II III I II III----------------------------------------------------------------
1.MG 31-K 222121
2.8M 128/19-K 322233
3.MG 4/4-K 333435
4.MG 4/2-K 333345
5.
MG 2-K 3231326.
BL 11/1-K 4434347.
BL 11/2-K 4445448.
8eratus malam 5454459.
Peli ta Ii1 (KP) 55545510.
8alumpikit (KT) 111111---------------------------------------------------------------
Tabel 2. Reaksi galur mutan terhadap isolat cendawan
Pyricularia oryzae
---------------- ---------------- Ket.
% Kerusakan
No. No. GalurI II III I
8kor
II III---------------------------------------------------------------
1. MG 31-K0,50,50,5111MR
2. 8M 128/19-K0,50,50,5111MR
3. MG 4/4-K0,50,50,5111MR
4. MG 4/2-K
101510565M85. MG 2-K
0,50,50,5111MR
6. BL 11/1-K0,510,5111MR
7. BL 11/2-K
110,5111MR8. 8eratus Malam
7550257768
9. Tetep(KT)°°°°a°R
10. Kenc. Bali (KP) 75
50757778---------------------------------------------------------------
359
w0')o
Tabel "_" . Evaluasi sifat agronomi mutan padi gogO.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tgg.tan. i JUI.ank. : Panj.lli. i JUI.gab. : 6ab.halp : Bert. : Ulur tan. Produksi: Kandungan : K..andungan
No. :
No. galurI
(cilI
prod.I
(CI) : per lalai:m: 1000 bt:(haril : gbh. ton/ha :aliloseI
crroteinI II I
(gral) :
II(l)ImI II,
II, ,I,____ 1 _____________ 1 __________ 1 __________ 1 ___________ 1. _________ 1 __________ 1 ______________________________________________________ I.
I1.
i I'IG-31-K : 127,8",
13,4I
24,41I
174, blI
19,5 : 25,20":120UI
2,59I
25,92I
10,80I I II II!
2.: SI'I-128/19-1(: 125,211
I14,5
I26,9
I199,8
I30,3 : 22,25
I12611
I1,24
I28,19
I8,35I I II II II
3.: 1'16-4/4-K: 131,6U
,14,7
I24,41
I182,9
,33,8 : 25,00U:118*
I1,73
•20,84
I9,40I I ,1 I!I
4.: 1'16-412-K: 125,3"
1
10,8 25,6I
209,7,
26,5 : 25,28":115i2,211
21,75,9,13
I I II II
5.: 116-2-1( : 130,5"
I14,6
I28,0
1
219,11
23,2 : 22,84I
12311 1,40I
25,39I9,18I·
1 I1 II II
b.
: Bl-I1I1-K : 127,9"1
12,1,
25,0,
185,7I
14,6 : 23,39U:119*,;1,801
21,9319,11I I ,, ,I
7.: B(-I1/2-1(: 126,3U
113,7
I24,9
1198,9
124,5 : 25,26":118.
,2,58
I21,12
I9,20I , II ,II
B.: SERATUS 11.: 153,0
,12,6
I26,S
I207,7
I24,1 : 21,75
,112 j1,38
I22,59i9,86I , II , 1
9.: SENTANI
I97,6
,12,2
I23,S
I161,0
,29,8 : 21,32
i108
11,87
I19,57
1
9,69, II I, ,, I,BNT
51,8,31
,3,996
,1,953
I29,49
,11,037
,1,799 : 4,31I ,I I,I
11
,12,09
,5,813
I2,841
I42,91
,16,058
,2,6li : 6,28, I, III
------------------ ---------- ---------- ----------- ---------- ---------- -------- --------- ------------ ----------- -------------
Ii Berbeda nyata terhadip varietas Seratus "alai
el) Berbeda sang at nyata terhadap varietas Seratus "alai
Tabel 4. Koefisien korelasi beberapa sifat agronomi dari galur mutan dan
varietas as'll
Tingg. Jumlah
Tan. anakan
Prodk.
Fanj.
Malai
JU[II ah
Gabah!
Malai
Berat
1000
butir
Umur
Tan.
Proak. Kandgn
Gabah Amils.
Kandgn
Protn.
Tinggi tanaman
Jmlh ank prodk
F'anjang iliaIai
JIIIh gbh/malai
Brt. 1000 btr.
. Umur tan aman
Produksi gabah
Kandgn alllilosa
Kandgn protein
o~173 0,530
0,317
0,626 0~122
0,104 0,001
0;886* -0;276
0,401
0~244
0,637
0,557
0~0520,243
-0,256
-O~307
-0,619
-0,339
O· rQ*, .),
-0~631
0~225
0,430
-0,237
0,038
-0, i56
0;709*
-0,324
0,051
-0,151
-0,450
-0,451
0,182
-0,403
0,495
-0,198
361
DISKUSI
MINANTYORINI
Pada nilai skor uji kekeringan dan bIas tertampang satu nama varie
tas yaitu Kencana. Apakah itu varietas Kencana atau Kencana Bali?
ITA DWIMAHYANI
Varietas Kencana sebagai kontrol yang peka terhadap BIas kami pero
leh dari Balittan Bogor. Yang dimaksud adalah Kencana Bali.
SOETJIPTO
Kadar amilosa galur-galur mutan umumnya rendah. Apakah yang dimaksud
rendah sama seperti pada padi Yaponica ? Bila kadar amilosa terlalu
rendah mungkin petani kurang menyukainya. Mohon penjelasan.
ITA DWIMAHYANI
Yang dimaksud dengan kadar amilosa rendah pada galur-galur mutan
ialah bila kandungan amilosa kurang dari 24 %. Kadar amilosa ini
berkai tan dengan rasa nasinya. Diatas 24 % rasa nasinya pera, dan
kurl1ng dari 24 % rasa nasinya pulen (enak). Di bawah 8 % adalah
ketan (pulut). Masalah suka bergantung kepada selera, karena ada
sebagian orang yang suka rasa pera, ada sebagian yang suka nasi
pulen. Tergantung juga pada daerah dan cara memasaknya.
BAMBANG K.
1. Saya kira perlu disebutkan bIas mana yang digunakan.
2. Sebaiknya diuj i juga di laboratorium sehingga dapat diketahui
ketahanannya terhadap beberapa ras. Dengan demikian akan diketa
hui galur-galur tersebut cocok untuk daerah mana ?
3. Sebaikl1ya juga diuji neck bIas, karena ini merupakan kendala
utama.
ITA DWIMAHYANI
1. Isolat bIas yang digunakan adalah ras Sukabumi.
362
2. Terima kasih atas sarannya, memang sedang diuji di laboratorium
dengan beberapa ras.
3. Pengujian terhadap neck bIas juga sedang dilakukan sehingga belum
dapat dilaporkan di sini.
SUTARTO
Tanaman yang lebih pendek dinyatakan lebih baik karena tanaman
kokoh dan tahan roboh. Tanaman yang lebih tinggi dinyatakan lebih
baik karena mampu berfotosintesa lebih baik dengan sinar matahari.
Apakah Anda sependapat dengan kami bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang kurang mantap, dan yang baik dari pertumbuhan tanam
an adalah indeks luas daun.
ITA DWIMAHYANI
Kalau tujuan akhir adalah produksi beras, maka faktor tinggi dan
indeks luas daun hanyalah sebagian komponen yang terkait dengan
produksi. Oleh karena itu, untuk mendapatkan produksi yang maksimal,
semua komponen produksi harus dalam proporsi yang tepat sesuai
dengan lingkungan tumbuhnya.
363