STUDI PENGELOLAAN GULMA DI PERKEBUNAN KELAPA … · laporan harian dan RKT (rencana kerja tahunan)....
Transcript of STUDI PENGELOLAAN GULMA DI PERKEBUNAN KELAPA … · laporan harian dan RKT (rencana kerja tahunan)....
STUDI PENGELOLAAN GULMA
DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
SEKUNYIR ESTATE, PT. INDOTRUBA TENGAH,
MINAMAS PLANTATION, KALIMANTAN TENGAH
HUSNI MUBAROK
A24062979
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN
HUSNI MUBAROK. Studi Pengelolaan Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate, PT. Indotruba Tengah, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah. (Dibimbing oleh ADIWIRMAN dan DWI GUNTORO).
Perkebunan kelapa sawit memiliki karakteristik lingkungan yang berbeda
antara satu tempat dengan tempat lainnya seperti iklim, fisiografik, dan biotik.
Perbedaan karakteristik lingkungan tersebut akan menyebabkan jenis gulma yang
tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit akan berbeda antara satu tempat
dengan tempat lainnya. Untuk mengetahui jenis gulma yang tumbuh dominan
pada suatu perkebunan kelapa sawit harus dilakukan analisis vegetasi. Data hasil
analisis vegetasi dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengelolaan gulma di
perkebunan kelapa sawit. Pengelolaan gulma meliputi penentuan jenis
pengendalian gulma, penentuan jumlah tenaga kerja, dan penentuan jenis
herbisida yang akan digunakan.
Kegiatan magang bertujuan untuk melakukan studi pengelolaan gulma di
perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate, PT. Indotruba Tengah, Minamas
Plantation, Kalimantan Tengah, meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial
pada perkebunan kelapa sawit, mengidentifikasi permasalahan dalam pengelolaan
perkebunan kelapa sawit khususnya dalam pengelolaan gulma.
Metode yang dilakukan dalam kegiatan magang untuk mendapatkan data
primer dan sekunder adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode
langsung dilakukan dengan bekerja aktif di lapangan sesuai jenjang jabatan,
wawancara, serta melakukan pengambilan sampel gulma dan pengamatan gulma
Asystasia intrusa. Metode tidak langsung dilakukan dengan studi arsip kebun dari
laporan harian dan RKT (rencana kerja tahunan). Pengendalian gulma di Sekunyir
Estate dilakukan secara kimia dan mekanis. Pengendalian gulma secara kimia
dilakukan pada piringan, gawangan, pasar rintis, TPH, dan alang-alang.
Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan dengan manual dan menggunakan
mesin pemotong rumput. Pengendalian gulma manual dilakukan pada gawangan,
dan mesin pemotong rumput digunakan pada TPH.
ii
Pengendalian gulma secara kimia pada piringan dan TPH menunjukkan
bahwa realisasi pemakaian herbisida Audit lebih rendah 15 % dari target,
sedangkan pemakaian herbisida Starane lebih tinggi 47.7 % dari target. Realisasi
pemakaian tenaga kerja lebih rendah 10 % dari target. Realisasi pemakaian biaya
pengendalian gulma secara kimia pada gawangan dan pasar rintis lebih rendah
33.3 % untuk tenaga kerja dan 28.9 % untuk herbisida Starane dari target yang
ditetapkan.
Realisasi pemakaian tenaga kerja pengendalian gulma gawangan secara
manual lebih tinggi 89 % dari target. Realisasi pemakaian tenaga kerja pada
pengendalian gulma TPH dengan mesin pemotong rumput lebih tinggi 5 % dari
target. Realisasi pemakaian bensin dan oli lebih rendah 33.7 % dan 33. 3 % dari
target yang telah ditetapkan.
Perbedaan tahun tanam kelapa sawit menyebabkan perbedaan dominansi
gulma yang tumbuh dominan karena berbedanya tingkat naungan. Gulma yang
tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit yang baru ditanami merupakan
jenis gulma berdaun lebar, sedangkan pada perkebunan kelapa sawit yang telah
lama ditanami merupakan jenis gulma rumput.
Jenis gulma yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate adalah Asystasia
intrusa, Ageratum conyzoides, Borreria alata, Centotheca lappacea, Cyrtococcum
acrescens, Axonopus compressus, Phyllanthus niruri, Emilia sonchifolia, dan
Digitaria adscendens. Jenis gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa
sawit yang baru ditanami adalah Asystasia intrusa dengan nilai Summed
Dominance Ratio (SDR) tertinggi 16.36 % pada tahun tanam 2007. Jenis gulma
yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit yang telah lama ditanami
adalah Centotheca lappacea dengan nilai SDR tertinggi 12.06 % pada tahun
tanam 1992.
Pengamatan terhadap gulma Asystasia intrusa yang dikendalikan dengan
penyemprotan herbisida campuran Audit konsentrasi 0.8 % dan Starane
konsentrasi 0.2 % menunjukan gulma tersebut mati setelah 1 MSA (minggu
setelah aplikasi). Biji gulma Asystasia intrusa tumbuh kembali setelah 4 MSA.
Pengamatan pada 6 MSA menunjukkan pertumbuhan kembali Asystasia intrusa
diikuti oleh pertumbuhan gulma Cleome rutidosperma.
ABSTRACT
HUSNI MUBAROK. Study of Weeds Management at Oil Palm
(Elaeisguineensis Jacq.) Sekunyir Estate, PT. Indotruba Tengah, Minamans
Plantation, Central Kalimantan. (Taught by Adiwirman and Dwi Guntoro)
Study of weeds management at oil palm Sekunyir Estate done to study
management aspect and technical aspect. Management is done with restrain weeds
according to chemistry and mechanical. Weeds control according to chemistry
uses herbicide Audit and Starane done in palm circle and result collecting place,
inter row and harvesting path, and Imperata cylindrica. Weeds control
mechanically done with manual and weeds cutting machine. Weeds control
according to chemistry in palm circle and result collecting place where does
herbicide use Audit smaller 5 % from estimation, herbicide Starane bigger 47.7 %
from estimation, and labour smaller 10 % from estimation. Weeds control in inter
row and harvesting path according to where does herbicide use Starane smaller
33.3 % from estimation, and labour smaller 28.9 % from estimation. Labour use
in weeds control with manual bigger 89 % from estimation. Weeds control with
weeds cutting machine where does bigger labour use 5% from estimation, smaller
oil use 33.3 % from estimation and smaller petrol use 33.7 % from estimation.
Weeds that grow dominant in the year plant oil palm 1992-1995 is Centotheca
lappacea with value Summed Dominance Ratio (SDR) highest 12.06 % in the
year plant 1992. While weeds that grow dominant in the year plant 2005 and 2007
is Asystasia intrusa with value SDR highest 16.36 % in the year plant 2007.
Labour cost use in weeds control in inter row and palm circle according to lower
chemistry 89.4 % than according to manual.
Key words : weeds management, oil palm, herbicide.
STUDI PENGELOLAAN GULMA
DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
SEKUNYIR ESTATE, PT. INDOTRUBA TENGAH,
MINAMAS PLANTATION, KALIMANTAN TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
HUSNI MUBAROK
A24062979
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul : STUDI PENGELOLAAN GULMA DI PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT SEKUNYIR ESTATE,
PT. INDOTRUBA TENGAH, MINAMAS PLANTATION,
KALIMANTAN TENGAH
Nama : HUSNI MUBAROK
NIM : A24062979
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Adiwirman, MS Dwi Guntoro, SP. MSi
NIP. 19620416 198703 1 001 NIP. 19700829 199703 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr
NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Ciamis pada tanggal 16 April 1987 dari
pasangan Bapak Yusup dan Ibu Uning. Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersaudara.
Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis diantaranya pada tahun 1994
menempuh pendidikan di SDN Sukajadi Kabupaten Ciamis dan lulus tahun 2000.
Pada tahun 2000 penulis menempuh pendidikan di SMPN 10 Bandung dan lulus
tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis menempuh pendidikan di SMAN 4 Bandung
dan lulus tahun 2006.
Penulis pada tahun 2006 masuk IPB melalui jalur Sistem Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) pada program S-1 Mayor-Minor. Pada tahun 2007
penulis masuk Departemen Agronomi dan Hortikultura.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang membantu dalam penyusunan skripsi ini, dan secara khusus kepada:
1. Dr. Ir. Adiwirman, MS dan Dwi Guntoro, SP. MSi selaku dosen
pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam
proses magang sampai penyusunan skripsi.
2. Dr. Ir. Ade Wahjar, MS selaku urusan magang, yang telah mengusahakan
untuk mencari tempat kegiatan magang.
3. Dr. Ir. Harijadi, MS selaku dosen supervisi, yang telah berkenan untuk
melakukan supervisi ke tempat kegiatan magang penulis.
4. Ibu Evita dan Bapak Farid yang telah berkenan menerima penulis untuk
dapat magang di Minamas Plantation.
5. Bapak Andi Risman selaku Estate Manager Sekunyir Estate yang telah
menerima penulis dengan baik selama kegiatan magang dilaksanakan.
Bapak Untung Joko Nugroho, Bapak Musa, Bapak Winetou Budi Satria,
Bapak Lukman, Bapak Aron S. Saragih, Bapak Iwan Kurniawan, Bapak
Simpson Parapat, serta seluruh mandor dan karyawan yang telah banyak
membantu selama penulis melaksanakan kegiatan magang.
6. Orang tua yang selalu memberikan semangat, serta Anne syifaurrahmah,
Dery kurniansyah, Wahyu Junaedi, Andri Indrayasa, Novrian Raharja
yang telah membantu memberikan masukan-masukannya.
Bogor, Desember 2010
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 Tujuan .................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3 Pengelolaan Gulma .............................................................................. 3 Teknik Pengendalian Gulma ................................................................. 5 Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit............................ 7
METODE MAGANG ................................................................................. 10 Tempat dan Waktu ............................................................................... 10 Metode Pelaksanaan ............................................................................. 10 Pengamatan dan Pengumpulan Data ..................................................... 11 Analisis Data dan Informasi ................................................................. 12
KEADAAN UMUM .................................................................................... 14 Letak Geografis dan Administratif........................................................ 14 Topografi, Tanah, dan Iklim ................................................................. 14 Luas Areal dan Tata Guna Lahan ......................................................... 15 Keadaan Tanaman dan Produksi ........................................................... 16 Sarana dan Prasarana Kebun................................................................. 18 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ............................................. 18
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ............................................... 20 Pelaksanaan Kegiatan Magang secara Umum ....................................... 20 Pelaksanaan Kegiatan Magang secara Khusus ...................................... 30
PEMBAHASAN .......................................................................................... 52
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 56 Kesimpulan .......................................................................................... 56 Saran .................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 58
LAMPIRAN ................................................................................................ 60
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Sebaran Pengambilan Sampel Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate ............................................................................... 11
2. Rata-rata Produksi Tandan Buah Segar di Sekunyir Estate............... 16
3. Rata-rata Kualitas Pengolahan Tandan Buah Segar di Sekunyir Estate .............................................................................................. 17
4. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate ..................... 17
5. Kriteria Buah Berdasarkan Brondolan ............................................. 21
6. Dosis dan Rotasi Pemupukan Pupuk Anorganik untuk Tanaman Menghasilkan di Sekunyir Estate ..................................................... 25
7. Realisasi Pengendalian Gulma secara Kimia pada Piringan dan TPH................................................................................................. 35
8. Realisasi Pengendalian Gulma secara Kimia pada Gawangan dan Pasar Rintis ..................................................................................... 37
9. Realisasi Pengendalian Gulma secara Manual pada Gawangan ........ 40
10. Realisasi Pengendalian Gulma pada TPH dengan Mesin Pemotong Rumput ........................................................................................... 41
11. Gulma yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate .......................... 46
12. Pengamatan Kematian Asystasia intrusa .......................................... 51
13. Rekapitulasi Sistem Pengelolaan Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate ...................................................................... 52
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Peta Blok Pengambilan Sampel Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate ................................................................................. 12
2. Struktur Organisasi Pengendalian Gulma di Sekunyir Estate ............. 31
3. Alat Pelindung Diri (APD) ................................................................ 33
4. Rekapitulasi Target dan Realisasi Pemakaian Herbisida pada Pengendalian Gulma secara Kimia di Sekunyir Estate ....................... 43
5. Rekapitulasi Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma secara Kimia di Sekunyir Estate ........................................................ 43
6. Rekapitulasi Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma secara Mekanis di Sekunyir Estate ..................................................... 44
7. Rekapitulasi Pemakaian Bensin dan Oli pada Pengendalian Gulma dengan Mesin Pemotong Rumput pada TPH ...................................... 44
8. Perbandingan Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma di Gawangan secara Manual dan Mekanis ............................................. 45
9. Gulma Berdaun Lebar yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate .... 47
10. Gulma Rumput yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate ............... 47
11. Sebaran Gulma Dominan di Sekunyir Estate ..................................... 48
12. Kematian dan Pertumbuhan Kembali Asystasia intrusa ..................... 50
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Summed Dominance Ratio (SDR) Gulma Dominan di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate ............................................................ 61
2. Summed Dominance Ratio (SDR) Gulma Lainnya di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate ............................................................ 61
3. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor ...................... 64
4. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten ....................... 65
5. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Buruh Harian Lepas (BHL) ............ 66
6. Struktur Organisasi Tingkat Kebun Sekunyir Estate .......................... 69
7. Struktur Organisasi Divisi I Sekunyir Estate ...................................... 69
8. Struktur Organisasi Divisi II Sekunyir Estate ..................................... 70
9. Struktur Organisasi Divisi III Sekunyir Estate ................................... 70
10. Total Karyawan di Sekunyir Estate .................................................... 70
11. Basis dan Premi Pemupukan di Sekunyir Estate ................................ 71
12. Basis dan Premi Panen di Sekunyir Estate ......................................... 72
13. Curah Hujan Rata-rata 12 Tahun Terakhir di Sekunyir Estate ............ 73
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan tanaman monokotil
yang batangnya lurus, tidak bercabang, dan tidak memiliki kambium. Tanaman ini
berumah satu atau monoecious, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu
pohon. Bunga dapat menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri. Tanaman kelapa
sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif
terdiri atas akar, batang, dan daun. Sedangkan bagian generatif yang berfungsi
sebagai alat perkembangbiakan adalah bunga dan buah (Lubis, 2008).
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan
nasional. Perkebunan kelapa sawit memiliki karakteristik lingkungan yang
berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Perbedaan karakteristik
lingkungan tersebut menyebabkan jenis gulma yang tumbuh dominan pada
perkebunan kelapa sawit berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya.
Menurut Ashton (1991) karakteristik lingkungan yang mempengaruhi
suatu gulma tumbuh dominan pada suatu tempat adalah iklim, pisiografik, dan
biotik. Faktor iklim seperti cahaya, temperatur, air, angin, atmosfer. Faktor
pisiografik seperti edapik (pH, kesuburan, tekstur tanah, struktur tanah, dan bahan
organik), dan topografi. Faktor biotik seperti tanaman (kompetisi, penyakit, dan
zat alelopati), dan hewan (serangga, parasit, dan mikroorganisme). Untuk mengetahui jenis gulma yang tumbuh dominan pada suatu
perkebunan kelapa sawit harus dilakukan analisis vegetasi. Data hasil analisis
vegetasi dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengelolaan gulma di perkebunan
kelapa sawit. Pengelolaan gulma meliputi penentuan jenis pengendalian gulma,
penentuan jumlah tenaga kerja, dan penentuan jenis herbisida yang akan
digunakan.
Pengendalian gulma dengan herbisida yang tidak terencana dan terarah
akan menimbulkan kerugian waktu dan biaya. Hal ini terjadi karena dengan
mengabaikan komposisi gulma yang tumbuh, pergeseran jenis gulma dominan
2
karena perbedaan respon terhadap herbisida dapat mempengaruhi kebijaksanaan
dan strategi yang telah ditetapkan (Mangoensoekarjo et al., 2005).
Pengelolaan gulma sangat penting dilakukan karena kehadiran gulma pada
suatu perkebunan kelapa sawit akan menyebabkan persaingan dalam
menggunakan unsur hara dan faktor tumbuh antara tanaman budidaya dan gulma.
Beberapa jenis gulma mengeluarkan alelopati yang akan menghambat
pertumbuhan tanaman. Hal-hal demikian dapat menyebabkan kehilangan hasil
dalam jumlah yang cukup besar, yang meliputi kualitas dan kuantitas hasil
tanaman. Pengelolaan gulma yang baik akan memperlancar pekerjaan pemanenan,
pemupukan, pengawasan, dan pengendalian hama / penyakit.
Menurut Moenandir (1988) gulma yang tumbuh pada perkebunan kelapa
sawit akan menurunkan hasil panen sekitar 20 - 80 %. Menurut Lubis (2008)
Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit dibagi ke dalam pengendalian
pada tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM).
Pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit TBM dilakukan agar
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit berjalan dengan baik.
Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit TM dilakukan agar kualitas
dan kuantitas hasil panen tetap baik.
Tujuan
Tujuan dari kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mempelajari dan memahami
aspek teknis dan manajerial pada perkebunan kelapa sawit.
2. Studi pengelolaan gulma di perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) Sekunyir Estate, PT. Indotruba Tengah, Minamas Plantation,
Kalimantan Tengah.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengelolaan Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh tidak tepat tempat dan
waktunya. Gulma tumbuh di sekitar tanaman budidaya dan berasosiasi dengannya
secara khas. Gulma tumbuh pada tempat yang kaya unsur hara sampai yang
kurang unsur hara. Gulma pada umumnya mudah dalam melakukan regenerasi
sehingga unggul dalam persaingan memperoleh ruang tumbuh, cahaya, air, unsur
hara, dan CO2 dengan tanaman budidaya (Pahan, 2008).
Analisis vegetasi gulma diperlukan untuk memperoleh gambaran umum
dan sifat biologi gulma, sehingga pengelolaan gulma akan lebih terarah. Secara
umum gulma digolongkan menjadi gulma berdaun lebar, gulma berdaun sempit,
gulma pakis dan gulma teki. Gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan
kelapa sawit yang baru ditanami merupakan gulma semusim, sedangkan yang
telah lama ditanami merupakan gulma tahunan (Tobing et al., 1999).
Menurut Aldrich (1984) pengelolaan gulma merupakan suatu tindakan
pencegahan terhadap gulma, pengendalian jumlah gulma, dengan cara yang sudah
ditetapkan. Pengelolaan gulma dilakukan untuk mengurangi biji yang tersimpan
dalam tanah, mencegah kerusakan dari gulma terhadap tanaman budidaya, dan
meminimalisir persaingan antara gulma dan tanaman budidaya.
Pengelolaan gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan
daya saing tanaman budidaya dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan
tanaman budidaya harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak
mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu
bersamaan dengan tanaman budidaya. Pengelolaan gulma yang dilakukan harus
tepat agar tidak meningkatkan daya saing gulma (Pahan, 2008).
Tingkatan dalam melakukan pengelolaan gulma adalah pencegahan,
pengendalian, dan pemberantasan. Pencegahan dilakukan dengan cara mencegah
pertumbuhan gulma baru pada suatu tempat serta membatasi pertumbuhan gulma
di kebun. Pengendalian dilakukan dengan cara mengurangi populasi gulma pada
tingkat yang tidak mengganggu pada tanaman. Sedangkan pemberantasan
dilakukan dengan memberantas gulma secara keseluruhan pada suatu areal.
4
Pemberantasan mencakup siklus hidup tanaman dan bagian reproduktif tanaman
yang terdiri dari biji dan bagian vegetatif. Kegiatan pengelolaan gulma dilakukan
melalui tindakan secara mekanis, kultur teknis, biologi, dan kimia (Ashton et al.,
1991).
Pengelolaan gulma yang baik harus menerapkan sistem pengendalian
gulma terpadu. Hal tersebut dilakukan dengan memanfaatkan semua teknik
pengendalian gulma yang sesuai agar populasi gulma berada pada ambang yang
tidak mengakibatkan kerusakan ekonomi (Pahan, 2008). Pengendalian gulma
harus seefektif mungkin agar tidak banyak mengurangi pendapatan dengan cara
memanfaatkan proses ekologi di lingkungan tersebut. Prinsip umum manajemen
gulma adalah melakukan manipulasi terhadap temperatur tanah, kelembaban,
nutrisi, dan mengontrol sisa bahan kimia di tanah (Liebman et al., 2001).
Metode yang digunakan dalam pengendalian gulma harus lebih dari satu
metode. Suatu metode dapat menekan spesies tertentu, akan tetapi dapat
menguntungkan spesies lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Spesies
gulma yang dikendalikan dapat digantikan oleh spesies gulma lainnya. Hal
tersebut dapat mengakibatkan masalah baru dalam pengendalian gulma (Pahan,
2008).
Menurut Lubis (2008) pengelolaan gulma pada perkebunan kelapa sawit
dilakukan pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman
Menghasilkan (TM). Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit
dilakukan secara mekanis dan kimia. Menurut Sastroutomo (1990) gulma yang
tumbuh pada perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan kuantitas dan kualitas
hasil panen serta menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman.
Menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984) biaya pengendalian gulma di
perkebunan kelapa sawit mencapai 50 % - 70 % dari total pemeliharaan selama
TBM dan 20 % - 30 % selama TM. Menurut Purba (2009) biaya pengendalian
TM lebih kecil karena kanopi tanaman dewasa yang semakin berdekatan antara
satu dengan yang lain sehingga akan mengurangi intensitas cahaya yang
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan gulma menjadi terhambat.
Pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanaannya di
lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis), dan
5
kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan. Pengendalian gulma harus
dilakukan dengan memperhatikan ambang ekonomi. Selama kerugian yang
ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersebut masih lebih kecil dari biaya yang harus
dikeluarkan untuk pengendaliannya maka pengendalian tidak perlu dilakukan
(Pahan, 2008).
Teknik Pengendalian Gulma
Pengendalian Gulma secara Mekanis
Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan dengan cara memotong
atau membongkar gulma. Jenis pengendalian gulma secara mekanis diantaranya
dilakukan dengan manual dan menggunakan mesin pemotong rumput (Liebman et
al., 2001).
Menurut Lubis (2008) pengendalian gulma secara manual dilakukan pada
pasar rintis, gawangan dan piringan dengan rotasi yang sama. Pengendalian gulma
secara manual dilakukan dengan cara membabat dan menggaruk. Akan tetapi pada
tanah yang mudah terkena erosi dilakukan dengan cara pembabatan saja.
Pengendalian gulma secara manual dapat menimbulkan cekungan, merusak akar
tanaman, memerlukan biaya yang mahal, dan tidak efektif dilakukan pada musim
hujan. Kombinasi antara pengendalian manual kemudian diikuti oleh
pengandalian secara kimia merupakan cara terbaik.
Pengendalian gulma secara manual dilakukan untuk mengendalikan jenis
gulma berkayu. Gulma berkayu yang dikendalikan secara manual diantaranya
adalah Melastoma malabathricum, Ficus sp, Lantana camara, dan anakan sawit.
Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara memotong dan
membongkar gulma agar tidak tumbuh kembali (Armi, 2006).
Menurut Kusnanto (1991) pengendalian gulma secara manual
menunjukkan waktu yang paling cepat dalam mencapai persentase daya berantas
dan pertumbuhan kembalinya, yang kemudian diikuti oleh perlakuan herbisida
kontak dan yang terakhir perlakuan herbisida sistemik. Perlakuan secara manual
terhadap berat kering gulma rerumputan ternyata memberikan hasil berat kering
yang lebih tinggi daripada pengendalian secara kimia.
6
Pengendalian Gulma secara Kimia
Pengendalian gulma secara kimia merupakan langkah terakhir yang
dilakukan untuk mengendalikan gulma. Pengendalian gulma secara kimia harus
dilakukan dengan hati-hati agar tidak membahayakan bagi manusia dan
lingkungan. Pengendalian gulma secara kimia harus ditekankan agar bahan
tersebut tepat sasaran dan tidak menimbulkan pencemaran bahan kimia
(Mangoensoekarjo et al., 2005).
Kelapa sawit TM cenderung menghasilkan persentase pertumbuhan
kembali yang lebih lambat dibanding TBM meskipun dosis herbisida yang
digunakan umumnya lebih rendah. Aplikasi herbisida campuran menghasilkan
daya penekanan yang lebih lama dibandingkan aplikasi tunggal. Hal ini karena
mampu mengendalikan lebih banyak jenis gulma baik untuk gulma golongan
berdaun sempit maupun gulma golongan berdaun lebar. Pada kelapa sawit TBM
biaya pengendalian gulma selama satu tahun menunjukan pengendalian
menggunakan herbisida kontak lebih rendah 13 % - 21 % jika dibandingkan
pengendalian manual. Herbisida sistemik lebih rendah 33 % - 42 % dibanding
menggunakan pengendalian manual (Kusnanto, 1991).
Pengendalian gulma secara kimia memerlukan tenaga kerja yang lebih
sedikit dibandingkan secara manual. Pengendalian gulma secara kimia dapat
memperkecil kerusakan struktur tanah, tidak mengganggu sistem perakaran
tanaman utama, serta waktu yang diperlukan lebih singkat. Faktor-faktor yang
menentukan keberhasilan pengendalian gulma secara kimia adalah jenis bahan
aktif yang digunakan, dosis, keadaan cuaca, stadia gulma, serta pelaksanaan
pengendalian di lapangan. Pengendalian gulma secara kimia seringkali berakibat
suksesi atau perubahan jenis gulma yang tumbuh dominan (Syamsuddin et al.,
1999).
Komponen yang diperhitungkan dalam pengendalian gulma secara kimia
pada perkebunan kelapa sawit TM dan TBM selama periode tertentu diantaranya
adalah biaya bahan (herbisida dan air), tenaga kerja, biaya penyusutan alat, dan
frekuensi pengendalian. Kebutuhan herbisida dan air pada kelapa sawit TBM
lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelapa sawit TM (Kusnanto, 1991).
7
Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit
Pengendalian Gulma pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dilakukan
untuk mengurangi kompetisi unsur hara antara kelapa sawit dengan gulma
(Pahan, 2008). Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit TBM
dilakukan pada areal gawangan dan piringan. Pembukaan piringan dilakukan
setelah tanaman kacangan menutup lahan tanaman kelapa sawit. Jari-jari piringan
bergantung pada umur tanaman, umumnya berkisar antara 0.75 - 2.50 m.
Pemeliharaan harus dilakukan dengan hati-hati, baik secara manual maupun kimia
(Syamsuddin et al., 1999).
Pengendalian gulma pada piringan secara manual dilakukan dengan cara
penggarukan. Penggarukan dilakukan untuk mengendalikan gulma dan
memperbesar radius piringan berdasarkan perkembangan tajuk tanaman.
Penggarukan dilakukan dengan garuk bertangkai panjang, ke arah dalam dan luar
piringan agar tidak terjadi cekungan di piringan, dan dijaga agar pelepah daun
tidak terpotong pada waktu penggarukan (Lubis, 2008).
Peralatan yang digunakan antara lain cangkul, garuk, dan parang babat.
Rotasi dilakukan satu kali dalam satu bulan, dengan keperluan tenaga kerja 1 - 2
HK/ha untuk setiap kali rotasi. Jumlah keperluan tenaga kerja dipengaruhi oleh
jari-jari piringan serta kerapatan tanaman (Syamsuddin et al., 1999).
Menurut Syamsuddin et al. (1999) pengendalian gulma secara kimia pada
piringan menggunakan herbisida purna tumbuh. Penyemprotan harus dilakukan
dengan hati-hati dan terarah pada piringan dan pasar rintis. Jika titik tumbuh
kelapa sawit terkena semprotan herbisida, maka pertumbuhan tanaman
selanjutnya akan abnormal atau melengkung. Sedangkan menurut Lubis (2008)
pengendalian gulma secara kimia pada piringan dilakukan menggunakan herbisida
pra tumbuh. Pemakaian herbisida jenis ini harus dilakukan dengan hati-hati karena
dapat menimbulkan abnormalitas pada pertumbuhan tanaman dan pembungaan
seperti partenokarpi, hermaprodit, mantled dan androgynous.
Pengendalian gulma secara manual pada gawangan dilakukan pada waktu
membangun tanaman kacangan penutup tanah, maka penggarukan dimulai pada
8
saat penanaman kacangan. Rotasi pada 6 bulan pertama setelah penanaman dapat
dilakukan 2 minggu sekali, pada periode 3 bulan pertama memerlukan tenaga
kerja 20 - 30 HK/ha, dan 3 bulan berikutnya memerlukan 4 - 6 HK/ha untuk setiap
rotasi. Rotasi berikutnya dapat dilakukan sebulan sekali dengan pemakaian tenaga
kerja 3 - 4 HK/ha setiap rotasinya (Syamsuddin et al., 1999). Pengendalian gulma
pada gawangan secara manual dilakukan dengan cara mencabuti dan menggulung
gulma yang tumbuh menjalar, gulma berkayu harus dipotong dan didongkel agar
tidak tumbuh kembali (Lubis, 2008).
Pengendalian gulma pada gawangan secara kimia menggunakan herbisida
pra tumbuh yang diaplikasikan bersamaan pada waktu membangun tanaman
kacangan penutup tanah. Rotasi pada periode tiga bulan pertama yang dianjurkan
adalah sekali dalam dua minggu, selanjutnya rotasi dapat dilakukan sebulan sekali
tergantung pada perkembangan tanaman kacangan penutup tanah. Herbisida pra
tumbuh yang dianjurkan adalah herbisida dengan bahan aktif Ametryne, Diuron,
Atrazine dan Asulan. Penyemprotan dilakukan 1 - 2 hari sebelum atau setelah
penananaman kacangan (Syamsuddin et al., 1999).
Pengendalian Gulma pada Tanaman Menghasilkan (TM)
Pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit TM dilakukan untuk
menjaga kualitas dan kuantitas panen. Pengendalian gulma pada tanaman kelapa
sawit TM dilakukan pada areal piringan, gawangan, pasar rintis, dan TPH. Teknik
pengendalian gulma yang dilakukan adalah pengendalian gulma secara mekanis
dan kimia (Pahan, 2008).
Rotasi pengendalian gulma secara manual dilaksanakan secara bersamaan
pada piringan, pasar rintis, TPH dan gawangan. Pengendalian gulma secara
manual dilakukan dengan membabat dan mendongkel. Tanah yang mudah terkena
erosi sebaiknya dilakukan dengan cara dibabat saja. Pengendalian gulma secara
manual dapat menimbulkan cekungan, merusak akar, dan biayanya mahal
(Lubis, 2008).
Pengendalian gulma secara kimia pada tanaman kelapa sawit TM dapat
menggunakan herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh. Herbisida purna tumbuh
yang dapat digunakan berbahan aktif Fluroksyfyr, Glifosat, Dicamba, Dalapon,
9
dan Dicamba. Herbisida pra tumbuh yang dapat digunakan berbahan aktif
Alpachlor, Prometryne, Amertryne, dan Triazine (Lubis, 2008).
Bahan aktif herbisida yang tepat digunakan untuk pemberantasan gulma di
sekitar piringan dan pasar rintis adalah Paraquat dan Glifosat, dengan rotasi 2 - 3
kali setiap bulan untuk Paraquat dan 4 - 5 kali untuk Glifosat. Bahan aktif
herbisida yang tepat digunakan untuk pengendalian gulma pada gawangan adalah
2,4 - D dimetil amin dan Glifosat (Syamsuddin, et al., 1999).
Gulma yang tumbuh pada perkebunan kelapa sawit TM tidak semuanya
untuk diberantas. Jenis gulma tahunan sperti rumput lunak, berakar dangkal, dan
tidak tumbuh tinggi di gawangan, tanaman tersebut masih dapat ditoleransi untuk
tidak dikendalikan. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah tanah gundul sehingga
mengurangi terjadinya erosi (Pahan, 2008).
10
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Pelaksanaan magang dilaksanakan pada tanggal 15 Februari sampai
dengan 15 Juni 2010 di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack.)
Sekunyir Estatet, PT. Indotruba Tengah, Minamas Plantation, Kalimantan
Tengah.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang yang dilakukan terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
khusus. Metode pelaksanaan kegiatan utama yang dilakukan selama magang
terdiri dari metode langsung dan metode tidak langsung yang menyangkut aspek
teknis dan aspek manajerial. Metode langsung yang dilakukan adalah praktik kerja
langsung di lapangan, dan wawancara dengan asisten dan mandor. Metode tidak
langsung dilakukan dengan mempelajari RKT (rencana kerja tahunan) dan laporan
kerja harian.
Kegiatan magang pada bulan pertama adalah mengumpulkan data
sekunder kebun dan menjadi pendamping mandor. Pengumpulan data sekunder
kebun dilakukan di kantor besar Sekunyir Estate. Kegiatan selama menjadi
pendamping mandor adalah mengawasi pekerjaan karyawan di lapangan serta
membuat laporan kerja harian. Kegiatan selama menjadi pendamping mandor
terdapat pada Lampiran 3.
Kegiatan magang pada bulan kedua adalah menjadi pendamping asisten
dan melakukan pembuatan herbarium, administrasi Kantor BSS, serta
pengambilan sampel gulma secara khusus. Kegiatan yang dilaksanakan selama
menjadi pendamping asisten adalah melakukan pengecekan pekerjaan karyawan,
serta melakukan administrasi di Kantor Divisi. Kegiatan selama menjadi
pendamping asisten terdapat pada Lampiran 4.
Kegiatan magang pada bulan ketiga dan keempat adalah menjadi Buruh
Harian Lepas (BHL). Penulis juga melakukan observasi ke pabrik dan melakukan
11
ekstraksi buah di laboratorium pabrik. Kegiatan penulis selama menjadi BHL
terdapat pada Lampiran 5.
Kegiatan khusus magang adalah melakukan studi pengelolaan gulma,
menganalisis vegetasi gulma, serta melakukan pengamatan terhadap gulma
Asystasia intrusa. Kegiatan studi pengelolaan gulma dilakukan dengan melakukan
kerja di lapangan, wawancara, dan menganalisis RKT (rencana kerja tahunan)
serta laporan kerja harian. Analisis vegetasi gulma dilakukan dengan melakukan
pengambilan sampel gulma secara acak pada blok berdasarkan tahun tanam
kelapa sawit. Pengamatan Asystasia intrusa dilakukan dengan mengamati
kematian dan pertumbuhan kembali setelah penyemprotan.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengambilan sampel gulma dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM)
dan tanaman belum menghasilkan (TBM) berdasarkan tahun tanam. Sampel
gulma diambil secara acak pada blok berdasarkan tahun tanam kelapa sawit.
Pengambilan sampel gulma menggunakan kuadran ukuran 1m x 1m. Jumlah
sampel yang diambil adalah 780 buah. Data sebaran pengambilan sampel gulma
ditampilkan pada Tabel 1. Peta blok pengambilan sampel gulma ditampilkan pada
Gambar 1.
Tabel 1. Sebaran Pengambilan Sampel Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate
Tahun Tanam Blok Luas Lahan
(ha) 5 % Luas Lahan
(ha)
Jumlah Sampel (buah)
Jumlah Sampel
Blok (buah)
Rata-rata Sampel/Blok
(buah)
1992
B 637.06 31.85 78 8 10 C 606.80 30.34 74 7 11 D 561.40 28.07 69 7 10 E 614.35 30.72 75 7 11 F 271.21 13.56 34 4 9
1993 D 58.42 2.92 35 2 18 E 75.24 3.76 45 3 15
1994 A 280.21 14.01 160 7 23 1995 A 253.11 12.66 150 5 30 2005 Sisipan 21.80 1.09 30 1 30 2007 Sisipan 3.80 0.19 30 1 30
12
Gambar 1. Peta Blok Pengambilan Sampel Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate
Keterangan : : Tahun Tanam 1992, : Tahun Tanam 1993,
: Tahun Tanam 1994, : Tahun Tanam 1995,
: Tahun Tanam 2005, : Tahun Tanam 2007
: Areal pengambilan sampel
Analisis Data dan Informasi
Analisis yang dilakukan untuk mengolah data gulma yang terdapat pada
perkebunan kelapa sawit tersebut adalah dengan cara analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
terhadap kematian dan pertumbuhan kembali gulma Asystasia intrusa. Analisis
kuantitatif yang dilakukan adalah dengan menggunakan matematika sederhana
seperti rata-rata dan persentase. Analisis tersebut digunakan untuk menghitung
perbandingan target dan realisasi pengendalian gulma secara kimia dan mekanis.
Perhitungan yang digunakan untuk menganalisis vegetasi gulma yang tumbuh
dominan menggunakan summed dominance ratio (SDR). Nilai SDR menunjukan
dominansi suatu gulma yang tumbuh di perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate.
Jika nilai SDR suatu gulma tinggi, maka dominansi gulma tersebut tinggi.
F
E
D
C
B
A
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
19 20
21
Nomor Blok
Blok
13
Begitupun sebaliknya, jika nilai SDR suatu gulma rendah, maka dominansinya
rendah.
Kerapatan Mutlak (KM)
= Jumlah individu spesies gulma tertentu
dalam petak contoh
Kerapatan Nisbi (KN)
= KM spesies tertentu x 100% Jumlah KM semua spesies
Berat Kering Mutlak (BKM) = Berat kering total spesies tertentu dalam
petak contoh
Berat Kering Nisbi (BKN) = BKM spesies tertentu x 100% Total BKM semua spesies
Frekuaensi Mutlak (FM) = Jumlah petak contoh yang berisi spesies
tertentu
Frekuensi Nisbi (FN) = FM spesies tertentu x 100% Total FM semua spesies
Nilai Penting = KN + BKN + FN
Summed Dominance Ratio
(SDR)
= KN + BKN + FN 3
KEADAAN UMUM
Letak Geografis dan Administratif
Perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate secara administratif berlokasi di
Desa Amin Jaya, Kecamatan Pangkalan Banteng, Kabupaten Kotawaringin Barat,
Provinsi Kalimantan tengah. Secara geografis lokasi perkebunan terletak pada
20 23’ 29’’ LS-20 23’ 36’’ LS dan 1110 59’ 10’’ BT-1120 4’ 55’’ BT. Batas-batas
perkebunan tersebut bagian selatan berbatasan dengan PT. Wana Sawit, bagian
utara berbatasan dengan PT. BJAP dan PT. Indotruba Timur, bagian barat
berbatasan dengan areal transmigran SP1, dan bagian timur berbatasan dengan
PT. Tapian Nadegan (Sinar Mas Group).
Lokasi Sekunyir Estate dapat dicapai dengan waktu sekitar 2 jam dari Kota
Pangkalanbun menggunakan kendaraan roda empat. Lokasi perkebunan sangat
strategis karena berdekatan dengan akses jalan raya dan dekat dengan pemukiman
transmigran. Akses yang dekat ke jalan raya membuat Sekunyir Estate mudah
untuk diakses. Akses yang mudah tersebut dapat mempermudah operasional
kebun. Pada pemukiman transmigran terdapat pasar sehingga memudahkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup karyawan.
Topografi, Tanah, dan Iklim
Topografi areal Sekunyir Estate berada pada ketinggian kurang dari 200 m
dpl (diatas permukaan laut) dengan kemiringan 0 - 150 yang merupakan daerah
tergenang sampai bergelombang. Kelas lahan sekunyir Estate sekitar 2 629.46 ha
(78 %) merupakan kelas S2 (sesuai) dan sisanya 742.28 (22 %) merupakan kelas
S3 (kurang sesuai). Tanahnya sebagian besar berada pada landform fluvio-marin
dengan bahan induk alluvium yang merupakan hamparan areal dengan tekstur
tanah berpasir, dan sebagian kecil berada pada landform tektonik dengan bahan
induk sedimen yang memiliki tekstur tanah berliat.
Sekunyir Estate memiliki tiga jenis ordo tanah yaitu Ordo Ultisol 2 515 ha
(75 %), Ordo Spodosol 742 ha (22 %), dan sisanya Ordo Inceptisol. Sekunyir
Estate memiliki pH tanah 4 - 4.5 yang tergolong sesuai, akan tetapi kandungan
15
unsur hara Mg dan Ca tergolong rendah sampai sangat rendah, sehingga
diperlukan pemupukan dolomit.
Iklim di Sekunyir Estate memiliki iklim sangat basah, dimana curah
hujannya sangat tinggi untuk setiap tahunnya. Curah hujan merata sepanjang
tahun, sehingga persediaan air untuk tanaman kelapa sawit mencukupi. Curah
hujan yang terjadi selama 5 tahun terakhir berkisar 2 057 - 3 438 mm/tahun. Rata-
rata curah hujan tahunan di Sekunyir Estate adalah 2 929 mm/tahun. Pola curah
hujan di Sekunyir Estate bervariasi serta memiliki distribusi curah hujan yang
tidak merata sepanjang tahun. Data curah hujan di Sekunyir Estate ditampilkan
pada Lampiran 13.
Berdasarkan konsep Oldeman bulan basah (curah hujan > 200 mm) dan
bulan kering (curah hujan <100 mm) menunjukan bahwa curah hujan di kebun
Sekunyir Estate termasuk ke dalam zona agroklimat A1 sampai B3. Sekunyir
Estate memiliki rata-rata bulan kering selama satu bulan pada bulan Agustus, akan
tetapi pada tahun-tahun tertentu bulan keringnya terjadi selama empat bulan.
Sedangkan rata-rata bulan basah terjadi selama 8 bulan yang terjadi pada bulan
Oktober sampai bulan Mei. Suhu di perkebunan tersebut antara 29 - 30 0C, dengan
penyinaran matahari lebih dari 5 jam/hari.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate merupakan bagian dari
PT. Indotruba Tengah. PT. Indotruba Tengah memiliki dua buah kebun yang
terdiri dari Sekunyir Estate dan Seruyan Estate. Luas keseluruhan PT. Indotruba
Tengah adalah 7 763 ha, dimana 7 735 telah memiliki sertifikat Hak Guna Usaha,
dan 28 ha masih dalam proses untuk mendapatkan sertifikat HGU. Luas lahan
tersebut digunakan sebagai areal tanam sekitar 6 605 ha (85.41 %), dan 1 121 ha
(14.49 %) digunakan untuk sarana penunjang kebun. Luas dari Sekunyir Estate
adalah 3 356 ha, dan Seruyan Estate adalah 3 249 ha.
16
Keadaan Tanaman dan Produksi
Kelapa sawit yang ditanam pertama kali di Sekunyir Estate pada tahun
1992 sampai tahun 1995. Kemudian pada tahun 2005 dan 2007 dilakukan
penanaman kelapa sawit sisipan. Umur tanaman di perkebunan Sekunyir Estate
sebagian besar berkisar antara 15 - 18 tahun, dan peremajaan (replanting) baru
dilakukan pada umur 25 - 30 tahun. PT. Indotruba Tengah merupakan kebun
pertama di Kalimantan Tengah sehingga menjadi contoh bagi kebun lainnya di
daerah ini.
Jenis benih yang ditanam berasal dari Pusat Penelitian Marihat (PPM) dan
PT. Socfin Indonesia. Varietas yang ditanam adalah jenis persilangan dari Dura
dan Pisifera. Persilangan antara Dura dan Pisifera akan menghasilkan Tenera.
Ketebalan cangkang Tenera adalah 1 - 2.5 mm, dengan ketebalan pericarp 3 - 10
mm. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga jumlah
tanaman dalam 1 ha adalah 136 tanaman.
Produksi rata-rata tandan buah segar (TBS) di Sekunyir Estate selama
tujuh tahun terakhir adalah 22.8 ton/ha/tahun. Pada waktu empat tahun yang akan
datang diproyeksikan produksi TBS perkebunan Sekunyir Estate sekitar 23 - 25
ton/ha/tahun. Rata-rata produksi TBS Sekunyir Estate dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Produksi Tandan Buah Segar di Sekunyir Estate
Tahun Rata-rata TBS (ton/ha/tahun)
2003 17.19 2004 20.51 2005 18.28 2006 26.51 2007 23.39 2008 29.85 2009 23.95
Sumber : Kantor Besar Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate
Sekunyir Estate selama tujuh tahun terakhir memiliki rata-rata mutu
pengolahan TBS yang terdiri dari OER (oil extraction ratio), KER (kernel
extraction ratio), dan FFA (free fat acid). Rata-rata mutu TBS untuk OER
menghasilkan 23.87 % , KER 4.62 % dan FFA 3.23 %. Data tersebut menunjukan
bahwa kualitas pengolahan TBS yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.
17
Kualitas yang baik diakibatkan proses dari kebun sampai pabrik berjalan dengan
baik. Rata-rata pengolahan TBS yang dihasilkan Sekunyir Estate ditampilkan
pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Kualitas Pengolahan Tandan Buah Segar di Sekunyir Estate
Tahun OER KER FFA
……….…………..……… % …………………………… 2003 24.82 4.65 3.55 2004 24.84 4.76 3.20 2005 24.28 4.49 3.26 2006 23.83 4.81 3.55 2007 23.02 4.53 2.92 2008 22.91 4.47 3.45 2009 23.39 4.66 2.70
Sumber : Kantor Besar Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate
Keterangan : OER : Oil Extraction Ratio KER : Kernel Extraction Ratio FFA : Free Fat Acid
Sebagian besar tanaman kelapa sawit di Sekunyir Estate ditanam pada
tahun 1992. Kemudian pada tahun 1993, 1994, dan 1995 dilakukan penanaman
lanjutan untuk meningkatkan produksi. Pada tahun 2005 dan 2007 dilakukan
penanaman sisipin dengan memanfaatkan lahan yang masih kosong. Areal
perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate
Tahun Tanam Blok Luas Lahan (ha)
1992
B 637.06 C 606.80 D 561.40 E 614.35 F 271.21
1993 D 58.42 E 75.24
1994 A 280.21 1995 A 253.11 2005 Sisipan 21.80 2007 Sisipan 3.80
Sumber : Kantor Besar Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate
18
Sarana dan Prasarana Kebun
Sarana dan prasana yang terdapat di kebun akan menjadi faktor pendukung
operasional kegiatan kebun. Sarana dan prasarana tersebut terdiri dari rumah,
bangunan umum, jalan, jembatan, sungai/parit, dan waduk. Fasilitas rumah terdiri
dari rumah staff, mess, dan karyawan. Perumahan staff dan mess terletak di
emplasment. Perumahan karyawan terletak di sekitar masing-masing kantor divisi.
Perumahan karyawan Divisi I dan Divisi II berdekatan, karena kantornya
berdekatan. Sedangkan perumahan karyawan Divisi III terpisah dari Divisi yang
lainnya, karena kantornya berbeda tempatnya. Rumah karyawan terbuat dari kayu
bersifat semi permanen. Sedangkan rumah untuk staff dan mess bersifat
permanen. Kantor operasional terdiri dari kantor besar dan kantor divisi.
Sarana olah raga terdiri dari lapangan golf, sepak bola, tenis, bulu tangkis,
bola voli, dan tenis meja. Sarana pendidikan terdiri dari gedung TK, SD, dan
SMP. Sarana ibadah terdiri dari bangunan mesjid yang berada di setiap divisi dan
gereja yang terletak di Divisi III. Listrik di perumahan staff menyala selama 24
jam, sedangkan di perumahan karyawan menyala selama 7 jam. Di Sekunyir
Estate terdapat waduk yang berfungsi sebagai sumber air bagi tanaman. Selain itu
waduk dijadikan sebagai sarana memancing karyawan. Sarana yang masih kurang
adalah air bersih bagi karyawan. Karena karyawan hanya memanfaatkan sumur
yang mereka buat di sekitar rumah yang kualitas airnya keruh. Sehingga
disarankan untuk membuat sarana air bersih bagi karyawan agar kesehatannya
terjaga.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Pimpinan tertinggi di Sekunyir Estate adalah manajer kebun yang bertugas
mengkoordinir dan membuat kebijakan dari seluruh kegiatan kebun. Manajer
kebun dalam melaksanakan kegiatannya dibantu oleh satu orang senior asisten,
dua orang asisten divisi, dan satu orang KTU. Senior asisten selain bertugas
sebagai kepala divisi, juga bertugas mengkoordinir security, poliklinik, dan traksi.
Asisten divisi bertugas untuk mengkoordinir seluruh kegiatan divisi yang
dipegangnya. KTU bertugas untuk mengkoordinir administrasi seluruh kegiatan
19
kebun. Selain itu KTU juga bertugas untuk mengkoordinir gudang, kantor besar,
dan sekolah. Struktur organisasi Sekunyir Estate ditampilkan pada Lampiran 6.
Sekunyir Estate memiliki tiga divisi yang masing-masing divisi dipimpin
oleh seorang asisten. Seorang asisten membawahi kerani divisi, mandor satu,
mandor panen, kerani panen, mandor perawatan, dan mandor transport. Untuk
mandor pupuk berada di bawah tanggung jawab asisten divisi I, mandor semprot
berada dibawah tanggung jawab asisten divisi II, dan mandor pengendalian gulma
manual berada di bawah tanggung jawab divisi III. Pemberian tanggung jawab
secara khusus kepada asisten tersebut dilakukan agar pengendalian gulma secara
kimia, pemupukan, dan pengendalian gulma secara manual mudah dalam
pengkoordiniran dan pengawasan. Struktur organisasi tingkat divisi disajikan pada
Lampiran 7, Lampiran 8, dan Lampiran 9.
Seorang mandor satu bertanggung jawab untuk mengkoordinir seluruh
mandor yang ada di divisinya. Setiap mandor memiliki tanggung jawab dalam
mengkoordinasikan dan mengawasi pekerjaan karyawannya. Pada umumnya
karyawan memiliki pekerjaan yang tetap setiap harinya. Akan tetapi jika terjadi
kendala pekerjaan, maka karyawan dapat ditugaskan untuk melakukan pekerjaan
jenis yang lainnya. Kerani divisi bertugas untuk melakukan administrasi di kantor
divisi. Setiap harinya kerani divisi melakukan pencatatan jumlah buah yang di
panen, pemupukan, penyemprotan, pemakaian tenaga kerja, dan administrasi
lainnya.
Karyawan di Sekunyir Estate terdiri dari Syarat Kerja Umum (SKU) dan
tenaga Buruh Harian Lepas (BHL). Karyawan SKU terdiri dari SKU bulanan dan
SKU harian. Karyawan BHL merupakan tenaga kerja yang sistem pembayarannya
setiap hari kerja. Jadi pembayarannya dilihat dari jumlah kehadiran dalam kerja.
Karyawan SKU merupakan tenaga kerja selain mendapat gaji juga mendapatkan
beras bulanan dan berbagai tunjangan.
Karyawan SKU bulanan merupakan tenaga kerja yang sistem
pembayarannya setiap bulan. Sedangkan karyawan SKU harian merupakan tenaga
kerja yang pembayarannya berdasarkan kehadiran kerja. Semua karyawan SKU
mendapatkan tunjangan kesehatan, asuransi, dan uang pensiun. Jumlah karyawan
di Sekunyir Estate ditampilkan pada Lampiran 10.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Pelaksanaan Kegiatan Magang secara Umum
Kegiatan magang secara umum dilaksanakan dengan mempelajari dan
mengikuti kegiatan teknis dan manajerial di kebun. Pelaksanaan teknis lapangan
dan manajemen kebun dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan Best
Development Practices (BDP) yang ada di kebun tersebut. Best Development
Practices merupakan kegiatan kerja terbaik yang diterapkan oleh kebun Sekunyir
Estate. Best Development Practices (BDP) terdiri dari kegiatan pemanenan,
pemupukan, konservasi tanah dan air, dan perawatan.
Pemanenan
Sistem pemanenan yang digunakan di Sekunyir Estate adalah Block
Harvesting System (BHS). Block harvesting system merupakan sistem pemanenan
yang terkonsentrasi pada suatu seksi panen berdasarkan interval yang telah
ditentukan, dengan dimulai dan diakhiri pada blok yang sama. Tujuan panen
adalah memotong semua buah matang dengan mutu panen sesuai standar untuk
memaksimalkan perolehan minyak dan meminimalkan biaya panen.
Jumlah seksi panen di Sekunyir Estate adalah 6 seksi panen. Sedangkan
jumlah pusingan panen adalah 7 - 9 pusingan. Kegiatan potong buah yang
dilakukan di Sekunyir Estate menggunakan sistem Division Of Labour (DOL) - 2.
Sistem DOL - 2 merupakan sistem panen dimana dalam satu kelompok pemanen
terdiri dari 2 orang, yaitu pemotong buah (cuter), dan pembrondol (picker).
Taksasi Produksi. Taksasi produksi dilakukan dengan cara mengambil
15 % sampel tanaman sawit yang akan dipanen secara acak untuk mengetahui
kerapatan buah. Kerapatan buah dihitung dengan cara membandingkan jumlah
buah dengan jumlah pokok sampel yang diambil kemudian dikalikan dengan luas
lahan di blok tersebut. Setelah kerapatan buah diketahui, maka tentukan jumlah
output yang diharapan dan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan. Taksasi
produksi sangat penting dilakukan agar pemakaian tenaga kerja efektif dengan
hasil panen yang didapatkan.
21
Potong Buah. Pemanen memeriksa buah sebelum dipanen dan
memastikan bahwa buah tersebut sudah matang. Buah matang yang akan dipanen
memiliki kriteria lebih dari 10 brondolan setiap janjang yang jatuh dan
penampakan visual berwarna merah tua. Kriteria buah di Sekunyir Estate
ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Kriteria Buah Berdasarkan Brondolan
Jenis Buah Kriteria Buah mentah (unripe) 0-4 brondol lepas Kurang matang (under ripe) 5-9 brondol lepas Buah matang (ripe) > 10 brondol lepas Terlalu matang (over ripe) > 25% brondol lepas Janjang kosong (empty bunch) Brondol semua lepas Buah sakit Buah tidak normal Sumber : Standard Operating Procedure Block Harvesting System Minamas Plantation
Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pemanenan pada tanaman tahun
tanam 1992 adalah 10 janjang, sedangkan basisnya adalah 63 janjang. Rendahnya
pemanenan tersebut karena tingginya tanaman dan masalah keselematan. Penulis
melakukan dua kali panen pada tanaman sisipan, hasil panennya adalah 25 dan 30
janjang sedangkan basisnya adalah 130 janjang. Data basis dan premi panen di
Sekunyir Estate ditampilkan pada Lampiran 12.
Kutip Brondolan. Pembrondol mulai masuk hancak setelah buah
dikeluarkan oleh pemanen. Hal tersebut dilakukan agar tidak ada lagi brondolan
yang jatuh dari buah. Sehingga tidak terjadi looses akibat brondolan tidak
terkutip. Pembrondol mengutip brondolan yang tersangkut di pokok panen,
piringan, dan gawangan secara hand picking. Brondolan dikumpulkan ke dalam
ember, kemudian dimasukan ke dalam karung yang berada di atas angkong.
Brondolan yang sudah ditakar dengan ember ukuran 6 kg diletakan di TPH
dengan alas karung goni. Penulis melakukan kutip brondolan sebanyak dua kali,
hasilnya 180 kg dan 250 kg, sedangkan basisnya 200 kg.
Transport Buah. Buah dari TPH diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS)
Sekunyir Estate oleh tenaga pemuat. Jumlah pemuat yang menaikan buah dan
brondolan adalah 3 orang dan satu orang sopir. Pemuat mendahulukan
22
memasukan brondolan ke dalam truk kemudian buahnya. Buah dipindahkan ke
truk dengan menggunakan tonjok.
Pemuat tidak boleh meninggalkan janjang di TPH untuk menghindari
selisih jumlah janjang yang tertera di bin card. Pemuat juga mengutip brondolan
yang tercecer di TPH sampai bersih. Penyusunan buah di truk maksimal 3 sap dari
tinggi bak agar buah tersebut dapat diterima oleh PKS. Mandor transport
membuat surat pengangkutan buah (SPB) berdasarkan bin card. Penulis
melakukan transport buah sebanyak 8 rit, sedangkan basisnya 12 rit.
Sistem Alas Brondolan. Pemuat mengumpulkan alas brondolan sampai
TPH dimana TBS terakhir dimuat. Alas brondolan diturunkan kembali di TPH
awal dimana TBS berikutnya akan diangkut. Pemuat menurunkan alas brondolan
di tempat penyimpanan pada rit terakhir. Kerani panen menghitung dan menyusun
alas brondolan setelah pengangkutan TBS selesai. Alas brondolan yang telah
disusun rapi disimpan ke lemari penyimpanan untuk digunakan keesokan harinya.
Mantri Buah. Mantri buah bertugas untuk melakukan pengecekan hancak
panen dan mutu buah yang telah dipanen di TPH. Dalam proses kerjanya mantri
buah mengambil beberapa sampel pokok yang telah dipanen. Cara pengambilan
sampel yang dilakukan oleh mantri buah adalah berjalan 1/2 rintis sampai pasar
tengah, kemudian bergeser 4 rintis menuju ke rintis berikutnya. Penulis
melakukan pengecekan hancak panen bersama mantri buah di Blok B001.
Quality Assurance (QA). Departemen QA bertugas untuk mengontrol dan
mengawasi kualitas dan kuantitas buah di kebun dan pabrik. Anggota tim QA
mengambil sampel pokok sawit di kebun dan mengambil sampel TBS dan
brondolan di pabrik. Jumlah sampel yang diambil oleh tim QA di lapangan adalah
15 % jumlah pokok setiap blok yang telah dipanen. Pengambilan sampel tersebut
dilakukan secara zigzag. Dimana setelah pengambilan 10 pokok dalam satu baris
pindah ke baris lain. Tujuan dari pengambilan sampel di lapangan adalah untuk
mengetahui buah tinggal dan brondolan yang tidak terkutip. Buah dan brondolan
yang tertinggal akan dilaporkan ke kantor pusat minamas
23
Jumlah sampel yang diambil di pabrik adalah 15 % dari total TBS yang
dipanen. Dalam satu kali pengambilan sampel adalah 100 janjang TBS dan
brondolan yang jatuh bersama TBS yang kemudian dikelompokan menjadi 10
kelompok. Tujuan dari pengambilan sampel TBS dan brondolan adalah untuk
mengetahui mutu buah. Penulis membantu melakukan grading buah di pabrik
sebanyak 8 truk.
Pemupukan
Kegiatan pemupukan di Sekunyir Estate terdiri dari pemupukan anorganik
dan organik. Pemupukan anorganik dilakukan dengan mengaplikasikan pupuk
urea, MOP, kieserite, dolomit, HGFB, dan rock phospat. Sedangkan pemupukan
organik terdiri dari aplikasi janjang kosong, efluent, dan solid.
Pupuk Anorganik. Pemupukan pupuk anorganik di Sekunyir Estate
menggunakan Block Manuring System (BMS). BMS merupakan suatu proses
pemupukan yang dilakukan secara simultan, dilakukan dari blok ke blok, dan dari
pokok ke pokok dengan pembagian tugas tenaga kerja yang jelas (until, ecer,
langsir, dan tabur). Pengaturan dan administrasi pemupukan di Sekunyir Estate
dilakukan secara terpusat oleh Divisi I. Data basis dan premi pemupukan
ditampilkan pada Lampiran 11.
Dalam kegiatan pemupukan terdiri dari tim kecil yang dinamakan
Kelompok Kecil Pemupukan (KKP). Satu KKP terdiri dari 5 orang, dimana 3
orang bertugas sebagai penabur dan 2 orang yang melangsir pupuk. Dalam
pemupukan terdapat pembagian kerja yang terdiri dari tenaga until, tenaga ecer,
dan tenaga tabur.
Tenaga Until. Tenaga until bertugas untuk menguntil pupuk menjadi
bagian yang kecil ke karung lain sesuai dengan dosis pupuk. Berat bersih rata-rata
1 karung pupuk urea, kiesrit, MOP, dan dolomit adalah 50 kg. Tempat proses
penguntilan dilakukan di gudang pupuk. Tempat penguntilan pupuk menggunakan
alas dari terpal agar pupuk tidak tercecer. Pupuk yang sudah ada di tempat
penguntilan dibuka karungnya kemudian dihancurkan dengan alat podem yang
terbuat dari kayu. Pupuk dimasukan ke dalam karung until dengan takaran yang
24
telah dibuat sesuai dosis pupuk. Penulis melakukan penguntilan pupuk MOP
sebanyak dua kali dengan hasil 805 kg dan 800 kg, sedangkan basisnya adalah
1 500 kg.
Tenaga Ecer. Tenaga ecer bertugas untuk membawa pupuk dari tempat
penguntilan/gudang pupuk ke lapangan. Pengecer meletakan pupuk di TPP primer
yang merupakan TPH bagi pemanen. Jumlah untilan di TPP primer disesuaikan
dengan dosis yang digunakan. Jalur yang digunakan untuk mengecer pupuk
adalah jalur jalan collection road. Pengeceran pupuk dilakukan pada waktu pagi
hari, agar pupuk siap dilangsir dan ditabur ketika tim tabur tiba di kebun. Penulis
membantu melakukan pengeceran pupuk HGFB sebelum penulis melakukan
penaburan pupuk HGFB sebanyak 1 500 kg, sedangkan basisnya 4 500 kg.
Tenaga Tabur. Tim penabur terdiri dari dua bagian, yaitu penabur dan
pelangsir. Tim langsir bertugas untuk melangsirkan pupuk dari TPP primer ke
TPP sekunder menggunakan angkong. Tim langsir dalam setengah rintis
menyebar 3 until pupuk, diletakan di tanaman pertama sebanyak 1 until pupuk,
dan 2 pupuk lainnya di tanaman nomor 12.
Tim tabur mengambil untilan pupuk di tanaman pertama yang akan ditabur
sampai tanaman 11. Kemudian untilan pupuk pada tanaman 12 ditabur sampai
tanaman 17 di pasar tengah. Dari pasar tengah penabur memutar ke baris kedua
dalam satu rintis sampai tanaman 13. Untilan pupuk dari tanaman 12 ditabur
sampai baris pertama. Tim tabur menaburkan pupuk ke rumpukan pelepah di
piringan. Penaburan pupuk dilakukan di atas pelepah karena pada pelepah tersebut
terdapat akar aktif yang mampu untuk menyerap pupuk. Penaburan pupuk
dilakukan menggunakan takaran dengan volume 0.42 - 0.5 kg.
Penulis melakukan pelangsiran pupuk HGFB sebanyak 3 000 kg
sedangkan basisnya adalah 4 500 kg. Penulis juga melakukan pemupukan pupuk
HGFB sebanyak dua kali dengan hasil 5 ha dan 5.5 ha, sedangkan basisnya adalah
8 ha. Penulis juga melakukan pengawasan pemupukan rock phospat.
Dosis dan rotasi pemupukan yang digunakan di Sekunyir Estate berbeda
berdasarkan kandungan unsur hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman akan
unsur hara tersebut. Dosis dan rotasi pemupukan anorganik di Sekunyir Estate
ditampilkan pada Tabel 6.
25
Tabel 6. Dosis dan Rotasi Pemupukan Pupuk Anorganik untuk Tanaman Menghasilkan
Aplikasi Jenis Pupuk
Urea Rock Phospat MOP/KCL Kieserite Dolomit HGFB ................…..……………………... kg/pohon .…………………………………
1 1.14 0.28 1.38 - 0.92 0.1 2 0.99 0.01 1.24 - - -
Total 2.13 0.29 2.62 - 0.92 0.1 Sumber : Buku Target Pemupukan 2009/2010 Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate
Pupuk Organik. Pupuk organik yang diaplikasikan berasal dari sisa
pengolahan kelapa sawit di pabrik yang diaplikasikan ke lapangan. Aplikasi
pupuk organik di Sekunyir Estate terdiri dari aplikasi janjang kosong, efluent, dan
solid.
Aplikasi Janjang Kosong. Aplikasi janjang kosong di lapangan dapat
menambah bahan organik bagi tanah. Hal tersebut akan meningkatkan penyerapan
air oleh tanah, memperbaiki struktur tanah, dan memacu pertumbuhan akar.
Rotasi dari aplikasi janjang kosong dilakukan sebanyak 1 kali dalam 1 tahun.
Dosis dari aplikasi janjang kosong adalah 25 ton/ha/tahun. Dosis janjang kosong
yang diaplikasikan adalah 180 kg/titik pada setiap tanaman, jika menggunkan
angkong rata-rata sebanyak 2 angkong. Janjang kosong yang akan diaplikasikan di
lapangan diletakkan dekat collection road oleh mobil yang mengangkut janjang
kosong ke kebun.
Penulis membantu aplikasi janjang kosong di Blok A005 selama 7 jam,
aplikasi janjang kosong menggunakan sistem borong. Basis dari aplikasi janjang
kosong adalah 30 titik.
Aplikasi Solid. Solid di pabrik kelapa sawit berasal dari sludge yang
dihasilkan dari stasiun pemurnian yang telah diolah oleh mesin decanter. Solid
berfungsi untuk menambah bahan organik dalam tanah. Rotasi yang dilakukan
dalam aplikasi solid adalah sebanyak 1 kali dalam 1 tahun. Solid diaplikasikan di
lapangan dengan dosis satu titik adalah 200 kg/pohon/tahun atau sekitar 2
angkong. Sedangkan dosis setiap hektar dari aplikasi solid adalah 25 ton/ha/tahun.
Solid yang diaplikasikan berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah, dan
26
mengembalikan unsur hara. Prestasi kerja penulis adalah 9 titik, sedangkan basis
dalam aplikasi solid adalah sebanyak 10 titik.
Efluent. Efluent merupakan limbah cair dari pengolahan kelapa sawit di
pabrik yang berasal dari sludge. Efluent di pabrik berasal dari air condensat
rebusan dan dari mesin decanter yang berbentuk heavy phase. Efluent dari kolam
pengolahan limbah dialirkan ke kebun menggunakan pipa. Pipa induk berukuran 6
inci, pipa yang masuk ke blok 4 inci, dan pipa ke flat bad 2 inci. Di dalam blok
yang diaplikasikan efluent terdapat flat bad yang berukuran panjang 3.2 m, lebar
2.4 m, dan kedalaman 0.5 m.
Dalam 1 ha terdapat 150 - 160 flat bad, dimana satu flat bad berkapasitas
3 ton. Efluent diaplikasikan di lapangan dengan dosis 750 ton/ha/rotasi. Jumlah
rotasi dari aplikasi efluent di lapangan adalah 4 kali dalam 1 tahun. Tidak semua
blok diaplikasi dengan efluent, akan tetapi hanya beberapa blok percobaan. Blok-
blok yang diaplikasi dengan efluent adalah blok E5, E6, E7, D5, D9, D10. Penulis
melakukan pengaturan aliran efluent ke flat bad dan membersihkan sampah di flat
bad.
Leaf Sample Unit (LSU). Pengambilan sampel daun dilakukan untuk
menentukan dosis rekomendasi pupuk. Data hasil analisis rekomendasi daun akan
digunakan untuk penentuan anggaran pengadaan pupuk tahun yang akan datang.
Peralatan yang digunakan untuk pengambilan sampel daun adalah kantong plastik
dan keresek, peralatan cat, parang, gunting, egrek, buku catatan, dan meteran.
Cara pengambilan sampel adalah dengan sistem 18 x 13 jika luas lahannya lebih
dari 60 ha, dan sistem 12 x 13 jika luas lahannya kurang dari 60 ha.
Daun contoh diambil dari pelepah nomor 17 yang berada di bawah pelepah
nomor 9. Dalam menentukan pelepah nomor 17 terlebih dahulu menentukan daun
nomor 1 kemudian daun nomor 9. Cara pengambilan pelepah nomor 17 adalah
dengan cara dipotong di bawah pangkal lidi menggunakan egrek. Data yang
diambil adalah tinggi tanaman, panjang pelepah, tebal pelepah, lebar pelepah, dan
pengambilan 6 buah daun. Anakan daun yang diambil adalah 3 buah dari kiri dan
3 buah dari kanan. Helai anakan daun yang diambil adalah anakan daun yang
27
berhadapan. Penulis melakukan pengambilan sampel daun sebanyak dua kali di
Blok A008 dan Blok B001 dengan luas lahan 87 ha dan 69.10 ha.
Perawatan
Kegiatan perawatan dilakukan untuk menajaga kualitas dan kuantitas hasil
panen. Kegiatan perawatan terdiri dari kegiatan garuk piringan dan manajemen
kanopi.
Garuk Piringan. Garuk piringan merupakan kegiatan membersihkan
piringan dari sampah yang ada di piringan. Sampah yang ada di piringan berupa
pangkal pelepah, bunga jantan, dan daun pelepah. Pangkal pelepah yang
menempel pada batang akan lepas karena telah melapuk. Hal tersebut diakibatkan
oleh usia tanaman kelapa sawit yang sebagian besar berusia diatas 15 tahun.
Bahkan untuk tanaman yang telah berusia 18 tahun ada beberapa tanaman yang
pangkal pelepahnya telah terlepas semua. Penulis melakukan garuk piringan
sebanyak dua kali dengan hasil 1.5 ha dan 0.5 ha, sedangkan basisnya adalah 2 ha.
Manajemen Kanopi. Manajemen kanopi dilakukan agar tanaman dapat
berproduksi optimal dan buah dapat dievakuasi, dimana jumlah pelepah
disesuaikan dengan umur tanaman. Untuk tahun tanam 1992 - 1993 jumlah
pelepah yang dipertahankan adalah 48 - 56 pelepah, menggunakan songgo 1 - 2.
Untuk tahun tanam 1994 - 1995 jumlah pelepah yang dipertahankan adalah
56 - 64, menggunakan songgo 2 - 3. Akan tetapi untuk tahun tanam 2005 dan
2007 jumlah pelepah yang dipertahankan 64 pelepah, menggunakan songgo 3.
Program kegiatan penunasan pelepah ada 2 macam kegiatan yaitu tunas
progresif dan tunas reguler. Tunas progresif dilakukan 3 kali dalam satu tahun,
dimana pembayaran tunas progresif dilakukan 3 kali. Tunas progresif dilakukan
sendiri oleh pemanen, ketika kegiatan panen dilaksanakan atau di luar jam kerja.
Sedangkan kegiatan tunas reguler dilakukan 9 bulan sekali dalam satu tahun.
Penulis mengikuti kegiatan tunas progresif selama 7 jam ketika kegiatan panen
dilaksanakan.
28
Konservasi Tanah dan Air
Perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate sebagian besar jenis tanahnya
merupakan tanah mineral/pasir sehingga mudah mengalami erosi. Oleh karena itu
maka harus dilakukan konservasi tanah dan air. Kegiatan konservasi tanah dan air
dilakukan untuk menjaga kualitas dan kuantitas tanah dan air. Konservasi tanah
dilakukan agar tanah tidak mudah terkikis akibat erosi. Jika tanah mengalami
erosi, maka unsur hara yang terkandung dalam tanah akan ikut terkikis juga.
Rumpuk Pelepah. Sistem perumpukan pelepah yang dilakukan di
Sekunyir Estate adalah u-shaped front stacking. Perumpukan pelepah pada areal
datar-bergelombang disusun secara horizontal dan vertikal sepanjang gawangan
mati membentuk susunan ’u-shape’. Sedangkan pada areal bergelombang-
berbukit penyusunan tegak lurus membentuk susunan ’u-shape’ memotong arah
lereng. Dengan tujuan untuk menurunkan tingkat aliran air permukaan dan
kehilangan pupuk ketika hujan. Jarak antara rumpukan pelepah dengan pokok
tanaman adalah 2 m. Jarak rumpukan tersebut sebagai penanda jari-jari piringan
pada pokok tanaman. Penulis melakukan kegiatan rumpuk pelepah sebanyak 3
kali dengan hasil 0.5 ha, 0.5 ha, dan 0.75 ha, sedangkan basisnya adalah 1 ha.
Perawatan Jalan. Jalan di perkebunan kelapa sawit merupakan sarana
terpenting yang harus terjaga. Jalan merupakan sarana transportasi untuk
mengangkut buah dari kebun ke pabrik. Jalan yang rusak akan mengakibatkan
terlambatnya pengiriman buah ke pabrik. Pengiriman buah yang terlambat ke
pabrik akan mengakibatkan menurunnya kualitas dari buah. Sehingga akan
mempengaruhi kualitas CPO yang dihasilkan. Perawatan jalan yang dilakukan
terdiri dari penambalan jalan dan pembuangan air dari jalan. Penulis melakukan
perawatan jalan dengan cara membuat aliran air dari jalan yang tergenang ke parit.
Dalam pekerjaan ini hari kerjanya berdasarkan jam kerja.
Pengembangan Nephrolepis biserata. Nephrolepis biserata ditanam
untuk menjaga kelembaban tanah, sehingga akan meningkatkan kandungan bahan
organik dan unsur hara di dalam tanah. Penanaman Nephrolepis biserata di
Sekunyir Estate ditekankan untuk memperkuat struktur tanah sehingga dapat
29
mengurangi terjadinya erosi karena sebagian besar tanahnya bertekstur pasir.
Nephrolepis biserata sebagian besar ditanam di samping collection road dan main
road.
Silt Pit. Silt pit berfungsi untuk tempat cadangan air dan mengurangi aliran
permukaan ketika terjadi hujan, sehingga bahan organik dan pupuk yang
diaplikasikan akan masuk ke dalam silt pit dan tidak terbuang dari kebun. Silt pit
dibuat di samping tanaman pada areal yang memiliki kemiringan lebih dari 15 %.
Silt pit memiliki ukuran panjang 4 m, lebar 1 m, dan kedalaman 0.6 m.
Road Side Pit. Road side pit berfungsi sebagai tempat cadangan air bagi
kebun yang mengalirkan air dari parit ke kebun. Road side pit dibuat di samping
parit dekat jalan. Fungsi lain dari road side pit dapat mengurangi meluapnya air
dari parit ke jalan ketika terjadi hujan, sehingga dapat mengurangi kerusakan jalan
akibat tergenang air. Road side pit memiliki ukuran panjang 5 m, lebar 1 m, dan
kedalaman 1 m.
Teras Konservasi. Teras konservasi dibuat pada daerah tanah miring yang
mudah terkena erosi. Teras konservasi dibuat dengan cara menyusun karung yang
berisi tanah mengelilingi piringan. Teras konservasi berfungsi agar infiltrasi air
berlangsung baik, mencegah pokok tumbang, dan mempermudah proses panen.
Teras konservasi juga dibuat di daerah rendahan untuk menghindari tanaman stres
air, membantu perkembangan akar, dan mencegah pokok doyong.
Water Gate. Water gate merupakan bendungan yang dibangun di parit
yang berfungsi untuk menjaga ketersediaan air. Bendungan water gate dibuat dari
kayu yang dibangun di parit. Water gate berfungsi agar persediaan air dalam blok
terjaga, persediaan air untuk operasional kebun, dan persediaan air bagi karyawan.
Dengan adanya water gate maka persediaan air di kebun pada musim kemarau
dapat terjaga. Water gate juga dapat mencegah stres air dari tanaman terutama
pada musim kemarau.
Kegiatan Tunas Pasar. Tunas pasar merupakan kegiatan memotong
setengah dari panjang pelepah yang menghalangi masuknya sinar matahari ke
30
jalan. Tunas pasar bertujuan agar sinar matahari dapat masuk ke jalan. Sinar
matahari yang menyinari jalan akan menguapkan air sehingga membuat jalan
menjadi keras dan kuat. Kegiatan tunas pasar bertujuan untuk meminimalisir dari
kerusakan jalan. Sehingga biaya untuk perawatan jalan dapat diminimalisir.
Kegiatan tunas pasar dilakukan dengan rotasi 2 kali dalam satu tahun. Penulis
membantu melakukan tunas pasar dengan membuang pelepah yang telah ditunas
ke rumpukan pelepah di piringan.
Areal Buffer Zone. Areal buffer zone merupakan areal dekat aliran air
utama yang tidak terkena aplikasi bahan kimia. Areal buffer zone di Sekunyir
Estate adalah 1 pokok atau 10 m dari aliran air utama. Pada areal tersebut tidak
dilakukan pemupukan dan penyemprotan. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga
kelestarian lingkungan. Aliran air utama di Sekunyir Estate adalah Sungai Buaya.
Penulis bersama asisten melakukan observasi daerah bufer zone untuk mengetahui
pertumbuhan anak kayu yang ditanam di areal buffer zone.
Pelaksanaan Kegiatan Magang secara Khusus
Pelaksanaan Teknis dan Manajemen
Kegiatan magang dilakukan dengan mengikuti dan mempelajari
pelaksanaan teknis dan manajemen kebun secara umum dan pengelolaan gulma
secara khusus. Studi pelaksanaan teknis pengelolaan gulma dilakukan untuk
mempelajari berbagai macam teknik pengendalian gulma. Sedangkan studi
manajemen pengelolaan gulma dilakukan untuk mempelajari pengorganisasian,
perencanaan dan penggunaan rencana biaya dalam pengelolaan gulma.
Organisasi Pengendalian Gulma
Pengorganisasian pengendalian gulma diatur oleh manajer kebun selaku
penanggung jawab. Manajer kebun memberikan tugas pengendalian gulma secara
kimia kepada asisten divisi dua, pengendalian gulma secara manual kepada asisten
divisi tiga, dan pengendalian gulma dengan mesin pemotong rumput kepada
asisten divisi satu. Asisten penanggung jawab tersebut dinamakan asisten suplier
yang harus bertanggung jawab untuk melakukan pengendalian gulma di seluruh
31
kebun. Asisten yang menerima pekerjaan pengendalian gulma dari asisten lain
dinamakan asisten pemakai. Asisten suplier mengkoordinasikan pekerjaannya
dengan asisten pemakai dan KTU (kepala tata usaha).
Asisten suplier memberikan tugas kepada mandor satu dan mandor
pelaksana untuk melakukan pengendalian gulma. Mandor pelaksana terdiri dari
mandor semprot, mandor pengendalian gulma manual, dan mandor pengendalian
gulma dengan mesin pemotong rumput. Mandor pelaksana melakukan pengaturan
penggunaan target tenaga kerja karyawan, bahan dan peralatan yang akan
digunakan. Mandor pelaksana memberikan laporan pekerjaannya kepada kerani
masing-masing divisi. Kerani divisi akan mencatat laporan mandor pelaksana
tersebut pada buku laporan harian. Buku laporan harian tersebut akan diberikan
pada asisten suplier dan manajer kebun untuk dilakukan kontrol. Struktur
organisasi penyemprotan di Sekunyir Estate ditampilkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Struktur Organisasi Pengendalian Gulma di Sekunyir Estate
Vegetasi dan Jenis Gulma
Sekunyir Estate memiliki kemiringan lereng 0 – 150, yang merupakan
daerah tergenang sampai bergelombang. Tahun tanam kelapa sawit 1992 - 1995,
2005, dan 2007, mengakibatkan penutupan kanopi yang berbeda. Perbedaan
tersebut mengakibatkan perbedaan jenis gulma yang tumbuh dominan pada setiap
tempatnya.
Manajer Kebun
Mandor Pelaksana
Asisten Suplier
Karyawan
Mandor I
KTU Asisten Pemakai
Kerani Divisi
32
Jenis gulma yang tumbuh dominan pada daerah rendahan adalah Scleria
sumatrensis, Stenochlaena palustris, Cyperus iria, Ludwigia hyssopifolia,
Commelina diffusa, dan Ottochloa nodosa. Sedangkan gulma yang tumbuh
dominan pada daerah bukan rendahan adalah Asystasia intrusa, Ageratum
conyzoides, Borreria alata, Centotheca lappacea, Cyrtococcum acrescens, dan
Axonopus compressus.
Teknik Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma di Sekunyir Estate dilakukan secara kimia dan
mekanis. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan
herbisida. Herbisida yang digunakan untuk pengendalian gulma secara kimia
adalah herbisida Audit dan Starane. Herbisida Audit 486 AS berbahan aktif
isopropilamina glifosat 486 g/l setara dengan glifosat 360 g/l. Herbisida Audit
merupakan herbisida sistemik purna tumbuh yang berbentuk larutan dalam air.
Sedangkan herbisida Starane 200 EC berbahan aktif fluroksifir 200 ml/l.
Herbisida Starane merupakan jenis herbisida purna tumbuh yang sistemik dan
selektif berbentuk suspensi yang dapat diemulsikan dalam air.
Pengendalian gulma secara kimia dilakukan pada daerah piringan, TPH,
gawangan, pasar rintis, dan alang-alang. Pengendalian gulma secara mekanis
dilakukan dengan manual dan menggunakan mesin pemotong rumput.
Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan pada daerah gawangan dan TPH.
Pengendalian gulma pada gawangan dilakukan secara manual, sedangkan pada
TPH menggunakan mesin pemotong rumput.
Pengendalian Gulma secara Kimia
Pelaksanaan Penyemprotan. Sistem penyemprotan yang dilakukan di
Sekunyir Estate adalah Block Spraying System (BSS). Block spraying system
merupakan sistem penyemprotan yang dilakukan dari satu blok ke blok lain secara
berurutan dan kontinyu sesuai dengan rotasi yang telah ditentukan. Penyemprotan
dilakukan dari pokok pertama dekat collection road, kemudian bergerak untuk
33
melakukan penyemprotan seluruh pokok dalam satu gawangan secara zigzag dari
satu pokok ke pokok lainnya sampai tembus ke collection road berikutnya.
Sekunyir Estate memiliki tim semprot yang terdiri dari mandor semprot,
sopir mobil, dan tenaga semprot. Tim semprot tersebut mengendalikan gulma
secara berurutan dari satu blok ke blok yang lain. Tim semprot sebelum dan
sesudah kegiatan penyemprotan melakukan koordinasi dan administrasi di kantor
BSS. Mandor semprot melakukan absensi, apel pagi, dan pengecakan terhadap
alat semprot dan Alat Pelindung Diri (APD) yang akan digunakan di kantor BSS.
Tenaga semprot mengganti pakaian dengan APD ketika akan berangkat
kerja. Alat pelindung diri digunakan agar tenaga semprot aman ketika melakukan
kegiatan penyemprotan. Jenis APD yang digunakan oleh tenaga semprot adalah
pakaian seragam, aphron, sarung tangan, caping, masker, dan sepatu boot. Setelah
semua tenaga semprot memakai APD kemudian mengambil knapsack sprayer di
gudang penyimpanan. Alat pelindung diri yang digunakan tenaga semprot
ditampilkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Alat Pelindung Diri (APD)
Keterangan : a. Pakaian seragam, b. Aphron, c. Masker, d. Sarung tangan, e. Sepatu boot f. Caping
c
f
a b c
d e f
34
Knapsack sprayer dinaikan ke mobil, kemudian semua tim semprot naik
ke mobil untuk mengisi herbisida di gudang penyimpanan. Mandor semprot
mengambil herbisida dan melakukan kalibrasi herbisida yang akan dilarutkan
dengan air 2000 l dalam tangki mobil. Herbisida akan terlarut dengan air dalam
tangki karena tergoyang oleh mobil yang berjalan.
Mandor semprot melakukan pengaturan dan pembagian kerja terhadap
tenaga semprot ketika tiba di blok yang akan disemprot. Tenaga semprot
melakukan pengisian larutan herbisida ke knapsack sprayer melalui pipa dari
tangki. Setiap tenaga semprot masuk ke gawangan yang telah dibagi oleh mandor.
Mobil tangki semprot akan bergerak mengikuti pergerakan tenaga semprot. Tim
semprot pulang ke kantor BSS setelah jam kerja selesai dilaksanakan. Tenaga
semprot akan membersihkan knapsack sprayer dan APD, serta mandi di kantor
BSS. Tenaga semprot melakukan pencucian knpasack sprayer di bak khusus yang
memiliki tempat penetralisir herbisida.
Target dan Realisasi Pengendalian Gulma pada Piringan dan TPH
secara Kimia. Program pengendalian gulma pada piringan dan TPH secara kimia
dilakukan secara bersamaan. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir biaya
dari pengendalian gulma. Rotasi dari pengendalian gulma pada piringan dan TPH
adalah 3 kali dalam 1 tahun. Jari-jari piringan yang harus bersih dari gulma adalah
2 m dari tanaman sawit. Sedangkan ukuran TPH yang harus bersih dari gulma
adalah 7 x 4 m2.
Pengendalian gulma pada piringan dan TPH sangat penting dilakukan
untuk mengurangi kehilangan unsur hara dan kehilanagan hasil panen dari buah
dan brondolan. Piringan yang bersih dari gulma akan memudahkan pemanen
untuk mengetahui kematangan dari buah dengan cara melihat brondolan yang
jatuh dan mempermudah pengutipan brondolan.
Herbisida yang digunakan untuk pengendalian gulma pada piringan dan
TPH adalah hersbisida campuran Audit dan Starane. Pencampuran herbisida
dilakukan pada drum jerigen, kemudian dimasukan ke dalam tangki mobil yang
berisi 2000 l air. Rata-rata herbisida yang digunakan dalam satu kali aplikasi
penyemprotan adalah 16 l Audit dan 4 l Starane. Konsentrasi yang digunakan dari
herbisida tersebut adalah 0.8 % Audit dan 0.2 % Starane. Knapsack sprayer yang
35
digunakan untuk penyemprotan adalah jenis Inter dengan kapasitas 16 l. Nozel
yang digunakan untuk penyemprotan adalah full cone jenis VLV (very low
volume) volume semprot 20 l/ha, lebar semprot 1 m.
Target 2009/2010 pengendalian gulma secara kimia pada piringan dan
TPH untuk tenaga kerja adalah 0.20 HK/ha, herbisida Audit 0.20 l/ha, dan
herbisida Starane 0.0325 l/ha. Sedangkan realisasi rata-rata penggunaan tenaga
kerja adalah 0.18 HK/ha, herbisida Audit 0.17 l/ha, dan herbisida Starane 0.0480
l/ha, seperti yang ditampilkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Realisasi Pengendalian Gulma secara Kimia pada Piringan dan TPH
No Blok Luas Total (ha)
Luas Realisasi
(ha)
Tenaga Kerja (HK)
HK/ha Herbisida (l/ha)
Audit Starane
1 B002 99.40 65.01 12 0.18 0.16 0.0461 2 B003 98.20 63.00 12 0.19 0.16 0.0496 3 B002-B003 84.03 34.12 8 0.23 0.16 0.0843 4 B002 49.91 48.00 10 0.21 0.16 0.0625 5 B001-B002 71.01 39.46 7 0.18 0.16 0.0634 6 B001-C001 86.43 55.10 10 0.18 0.16 0.0590 7 C001-C002 80.02 60.00 11 0.18 0.16 0.0521 8 B006 60.24 56.49 12 0.21 0.16 0.0597 9 C003 88.24 57.00 11 0.19 0.16 0.0461
10 C001-C002-C003 75.23 71.43 12 0.17 0.17 0.0438 11 C002-C003-C004 93.17 49.45 8 0.16 0.16 0.0480 12 C004-C005 104.44 64.70 12 0.19 0.16 0.0545 13 C004-C005-C006 99.48 62.17 11 0.18 0.16 0.0523 14 C005-C006-C007 90.72 90.72 17 0.19 0.17 0.0441 15 D002-D003-D004 98.03 87.50 17 0.19 0.17 0.0457 16 E001-E002 158.00 82.00 15 0.18 0.17 0.0488 17 E001-E002 76.00 74.95 15 0.20 0.17 0.0500 18 E003-D005 160.00 110.57 18 0.16 0.18 0.0317 19 D005-D006-E007 198.00 107.37 17 0.16 0.18 0.0326 20 E009 99.29 72.00 13 0.18 0.17 0.0417 21 E007-E008 108.12 104.12 16 0.15 0.18 0.0336 22 E008-E009 75.00 70.54 13 0.18 0.17 0.0443 23 F001 93.03 90.00 16 0.18 0.17 0.0417 24 F003-F004 95.32 93.55 18 0.19 0.17 0.0428 25 D008-D009 105.84 105.84 16 0.15 0.17 0.0378 26 D006-D007 120.12 112.31 17 0.15 0.18 0.0356 27 D001-D002 97.02 84.99 18 0.21 0.17 0.0441
Rata-rata 0.18 0.17 0.0480 Sumber : Kantor Divisi II Sekuyir Estate (2010)
36
Pemakaian herbisida campuran disebabkan berbedanya jenis gulma yang
tumbuh pada daerah piringan. Pemakaian herbisida Audit digunakan untuk
mengendalikan jenis gulma Cyrtococcum acrescens, Centotheca lappacea, dan
Axonopus compressus. Sedangkan penggunaan herbisida Starane digunakan untuk
mengendalikan jenis gulma Ageratum conyzoides, Borreria alata, dan Asystasia
intrusa. Penulis melakukan penyemprotan pada piringan sebanyak 5 kali dengan
hasil 3.5 ha, 2.5 ha, 3 ha, 4 ha, dan 4 ha, sedangkan basisnya adalah 5 ha.
Target dan Realisasi Pengendalian Gulma pada Gawangan dan Pasar
Rintis secara Kimia. Pengendalian gulma pada gawangan dan pasar rintis
dilakukan dengan rotasi 1 kali dalam setahun. Pengendalian gulma pada
gawangan dan pasar rintis berfungsi untuk mengurangi kehilangan unsur hara dan
mempermudah dari proses kegiatan pekerjaan di kebun.
Sasaran dari pengendalian gulma pada gawangan dan pasar rintis adalah
gulma berdaun lebar. Gulma berdaun lebar yang tumbuh dominan di Sekunyir
Estate adalah Ageratum conyzoides, Boreria allata, Asystasia intrusa, Emilia
sonchifolia, dan Phyllanthus niruri. Sehingga penyemprotan yang dilakukan
adalah spot weeding. Gulma berdaun lebar lebih boros terhadap unsur hara,
sehingga jika dibiarkan tumbuh dapat mengakibatkan kehilangan unsur hara.
Gulma berdaun lebar jumlahnya semakin sedikit, seiring dengan semakin
bertambahnya usia tanaman kelapa sawit.
Herbisida yang digunakan untuk pengendalian gulma pada gawangan dan
pasar rintis adalah herbisida Starane. Dalam 1 kali aplikasi rata-rata herbisida
Starane yang digunakan adalah 4 l yang dicampur dengan 2000 l air dalam tangki.
Konsentrasi herbisida Starane dalam air yang digunakan adalah 0.2 %. Knapsack
sprayer yang digunakan adalah jenis Inter dengan kapasitas 16 l. Nozel yang
digunakan adalah jenis full cone jenis VLV (very low volume), volume semprot
20 l/ha, lebar semprot 1 m. Penulis melakukan penyemprotan pada gawangan
sebanyak 1 kali dengan hasil 2.5 ha, sedangkan basisnya adalah 3.3 ha.
Target 2009/2010 pengendalian gulma secara kimia pada gawangan dan
pasar rintis untuk tenaga kerja adalah 0.3 HK/ha dan herbisida Starane 0.045 l/ha.
Sedangkan realisasi rata-rata penggunaan tenaga kerja adalah 0.2 HK/ha dan
herbisida Starane 0.032 l/ha seperti yang ditampilkan pada Tabel 8.
37
Tabel 8. Realisasi Pengendalian Gulma secara Kimia pada Gawangan dan Pasar Rintis
No Blok Luas Total (ha)
Luas Realisasi
(ha)
Tenaga Kerja (HK)
HK/ha Total
Starane (l/blok)
Starane (l/ha)
1 D011 92.04 92.04 19 0.2 3.80 0.041 2 D010 90.72 90.72 18 0.2 3.75 0.041 3 D009 97.45 38.00 9 0.2 1.60 0.042 4 D009 59.45 59.45 8 0.1 1.50 0.025 5 D008 86.52 47.00 7 0.1 1.50 0.032 6 B001 69.10 69.10 8 0.1 1.00 0.014 7 B002-B003 158.58 103.46 15 0.1 3.03 0.029 8 B003-B004 137.37 65.00 8 0.1 1.60 0.025 9 B003-B004-B005 150.38 75.12 8 0.1 1.40 0.019 10 B004-B005-B006 162.25 76.25 8 0.1 1.60 0.021 11 B005-B006 86.00 61.00 8 0.1 1.10 0.018 12 B008 82.09 52.00 8 0.2 1.50 0.029 13 B007-B008 112.18 50.09 7 0.1 1.30 0.026 14 B007 62.09 50.00 7 0.1 2.00 0.040 15 B006-B007 62.08 62.08 8 0.1 1.70 0.027 16 C007 51.09 25.00 7 0.3 2.00 0.080 17 C006-C007 110.23 40.09 8 0.2 1.80 0.045 18 C006 70.14 45.14 8 0.2 2.40 0.053 19 E004-E005 117.58 45.00 6 0.1 1.35 0.030 20 E006-E007-E008 72.58 70.58 6 0.1 0.75 0.011
Rata-rata 0.2 0.032 Sumber : Kantor Divisi II Sekunyir Estate (2010)
Pengendalian Alang-alang (Imperata cylindrica). Alang-alang
merupakan salah satu jenis gulma yang susah dikendalikan. Alang-alang dapat
tumbuh kembali melalui akar di dalam tanah. Ketika ada beberapa alang-alang
yang tumbuh, perusahaan akan langsung mengendalikannya. Alang-alang jika
dibiarkan tumbuh maka jumlahnya akan semakin banyak. Sehingga biaya yang
dikeluarkan akan semakin tinggi.
Pengendalian alang-alang dilakukan dengan rotasi 1.3 kali setiap tahun.
Herbisida yang digunakan adalah herbisida Audit yang berbahan aktif glifosat.
Selama kegiatan magang dilaksanakan tidak ada kegiatan pengendalian alang-
alang secara khusus. Hal tersebut karena untuk tahun tanam 1992-1995
pertumbuhan alang-alang sudah jarang. Pertumbuhan alang-alang hanya pada
bagian yang masih cukup cahaya masuk ke kebun.
38
Ketika kegiatan magang dilaksanakan, penulis melakukan pengendalian
alang-alang dalam pekerjaan pengendalian piringan dan TPH secara kimia. Cara
yang digunakan untuk melakukan pengendalian alang-alang adalah dengan cara
melakukan penyemprotan terhadap alang-alang dari jarak dekat. Penyemprotan
dilakukan pada seluruh bagian alang-alang. Penyemprotan terhadap alang-alang
dilakukan sampai semua bagian dari alang-alang tersebut basah. Target 2009/2010
pengendalian alang-alang untuk tenaga kerja 0.17 HK/ha dan herbisida Audit
0.04 l/ha.
Pengendalian Gulma secara Mekanis
Pelaksanaan Pengendalian Gulma secara Mekanis. Pengendalian
gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan parang dan cados. Tenaga
kerja yang digunakan adalah tenaga kerja BHL yang merupakan penduduk di
sekitar kebun. Tenaga kerja BHL dijemput dan diantar pulang oleh mobil
perusahaan. Sebelum bekerja mandor dan ketua rombongan BHL melakukan
pembagian kerja terhadap pekerja. Kemudian masing-masing tenaga BHL masuk
ke gawangan yang telah dibagi.
Pengendalian gulma dengan mesin pemotong rumput hanya dilakukan
oleh satu orang pekerja. Tenaga kerja yang digunakan merupakan yang biasa
melakukan pemotongan rumput di kebun. Tenaga kerja tersebut berpindah dari
satu TPH ke TPH yang lainnya dengan menggunakan sepeda motor. Pengendalian
gulma dengan menggunakan mesin pemotong rumput hanya dilakukan di Divisi I.
Hal tersebut dilakukan karena masih dalam tahap percobaan untuk mengetahui
pengaruh terhadap kotoran yang terbawa ke pabrik.
Target dan Realisasi Pengendalian Gulma secara Manual pada
Gawangan. Program pengendalian gulma pada gawangan secara manual
sekaligus melakukan pengendalian gulma secara manual pada piringan, TPH, dan
pasar rintis. Rotasi dari pengendalian gulma pada gawangan adalah 1 kali dalam
1 tahun. Pengendalian gulma pada gawangan dilakukan untuk mengendalikan
jenis gulma berkayu.
39
Pengendalian gulma pada gawangan dilakukan untuk megurangi
kehilangan unsur hara dan memperlancar pekerjaan kebun. Gulma yang tumbuh
pada daerah gawangan akan mengganggu pergerakan dari tenaga kerja. Kegiatan
kebun yang akan sangat terganggu dengan banyaknya gulma berkayu adalah
kegiatan panen. Karena pergerakan tenaga panen membawa egrek dan angkong.
Jenis gulma yang dominan dikendaliakan secara manual di Sekunyir Estate
adalah Ficus sp, Anakan sawit, Clibadium surinamense, Melastoma
malabathricum, Chromolaena odorata, dan Lantana camara. Ficus sp merupakan
jenis gulma berkayu yang tumbuh lebih dominan dibandingkan dengan jenis
gulma berkayu lainnya di Sekunyir Estate. Jenis gulma ini tumbuh dominan pada
daerah yang terbuka dan dekat aliran air. Alat yang digunakan untuk
mengendalikan gulma tersebut adalah cados dan parang. Parang digunakan untuk
memotong gulma dan cados untuk membongkar akar gulma.
Standard operational procedur (SOP) dalam pengendalian gulma dengan
manual adalah gulma harus dipotong, kemudian akarnya dibongkar. Untuk jenis
gulma anakan sawit setelah dicabuti harus dikumpulkan kemudian diikat pada
kayu yang ditancapkan di tanah agar tidak tumbuh kembali. Gulma yang tumbuh
dekat jalan dapat dilempar ke collection road agar gulma tidak tumbuh kembali di
kebun.
Prakteknya masih ada tenaga kerja yang tidak melaksanakan hal tersebut.
Sehingga gulma dapat tumbuh kembali di kebun, karena gulma dibuang di kebun.
Tenaga kerja yang digunakan untuk melakukan pengendalian gulma adalah tenaga
kerja BHL yang sebagian besar perempuan. Tenaga BHL yang digunakan adalah
penduduk yang berasal dari sekitar kebun.
Kualitas pekerjaan tenaga kerja BHL berbeda dengan karyawan kebun.
Ada beberapa tenaga BHL yang susah diatur sehingga akan mengakibatkan hasil
kerja kurang optimal. Selain itu penekanan dan pengawasan kerja yang masih
kurang akan membuat hasil kerja kurang maksimal. Seharusnya penekanan
terhadap tenaga kerja dalam pengendalian gulma secara manual pada gawangan
harus lebih ditingkatkan lagi. Penulis melakukan pengendalian gulma gawangan
manual sebanyak 1 kali dengan prestasi kerja 0.5 ha, sedangkan basisnya adalah
1 ha.
40
Target 2009/2010 pengendalian gulma manual pada gawangan untuk
penggunaan tenaga kerja 1 HK/ha. Sedangkan realisasi rata-ratanya adalah 1.89
HK/ha seperti ditampilkan pada Tabel 9.
Tabel 9. Realisasi Pengendalian Gulma secara Manual pada Gawangan
No Blok Luas Total (ha) Luas Realisasi (ha) Tenaga Kerja (HK) HK/Ha 1 B006 86.99 43.50 76 1.75 2 B007 82.09 41.04 71 1.73 3 B008 82.09 11.04 25 2.26 4 E009 99.29 36.53 78 2.14 5 A009 97.45 48.60 85 1.75 6 A010 90.72 44.87 85 1.89 7 A011 92.04 45.73 95 2.08 8 A006 69.70 34.85 61 1.75 9 A007 96.89 48.45 69 1.42
10 A008 86.52 43.26 65 1.50 11 B003 95.12 50.56 92 1.82 12 B004 82.25 41.12 67 1.63 13 B005 78.01 36.05 64 1.78 14 F004 35.55 11.34 27 2.38 15 E004 44.83 6.50 13 2.00 16 E005 75.24 42.74 90 2.11 17 E006 42.34 21.00 42 2.00 18 E007 92.12 50.02 98 1.96 19 E008 85.25 43.47 78 1.79 20 E009 99.29 13.50 27 2.00
Rata-rata 1.89 Sumber : Kantor Divisi III Sekunyir Estate (2010)
Target dan Realisasi Pengendalian Gulma pada TPH dengan Mesin
Pemotong Rumput. Pengendalian gulma pada TPH dengan mesin pemotong
rumput bertujuan agar kotoran yang menempel pada buah yang dikumpulkan di
TPH dapat dikurangi. Sehingga kotoran yang terangkut ke pabrik jumlahnya dapat
diturunkan. Kotoran yang menempel pada buah di TPH berupa pasir, tanah, dan
kerikil. Kotoran yang terangkut ke pabrik akan mempengaruhi kualitas CPO yang
dihasilkan. Pertumbuhan rumput pada tempat pengumpulan hasil kurang merata.
Hal tersebut diakibatkan oleh penutupan kanopi tanaman kelapa sawit, sehingga
pencahayaan kurang.
41
Rotasi dari pengendalian gulma pada TPH dengan mesin pemotong
rumput adalah 6 kali dalam 1 tahun. Mesin pemotong rumput menggunakan oli
dan bensin dengan perbandingan 0.2:20. Penggunaan mesin pemotong rumput
untuk mengendalikan gulma pada TPH hanya dilakukan di Divisi I. Hal tersebut
dilakukan karena masih dalam tahap percobaan.
Target 2009/2010 pengendalian gulma pada TPH dengan mesin pemotong
rumput untuk penggunaan tenaga kerja adalah 0.03 HK/ha, bensin 0.083 l/ha, oli
0.003 l/ha. Sedangkan realisasi rata-rata penggunaan tenaga kerja adalah 0.031
HK/ha, bensin 0.055 l/ha, dan oli 0.002 l/ha seperti ditampilkan pada Tabel 10.
Tabel 10. Realisasi Pengendalian Gulma pada TPH dengan Mesin Pemotong Rumput
No Blok HK Output TPH
Luas (ha) HK/ha Bensin
(l) Bensin (l/ha) Oli (l) Oli (l/ha)
1 B002 1 56 40.00 0.025 1.920 0.048 0.080 0.002 2 C004 1 43 30.71 0.033 1.440 0.047 0.060 0.002 3 B001 1 46 32.86 0.030 1.920 0.058 0.080 0.002 4 C003 1 51 36.43 0.027 2.400 0.066 0.100 0.003 5 C002 1 49 35.00 0.029 1.920 0.055 0.080 0.002 6 D001 1 46 32.86 0.030 1.920 0.058 0.080 0.002 7 D002 1 37 26.43 0.038 1.440 0.054 0.060 0.002
Rata-rata 0.031 0.055 0.002 Sumber : Kantor Divisi I Sekunyir Estate (2010)
Rekapitulasi Target dan Realisasi Pengendalian Gulma di Sekunyir Estate
Pengendalian Gulma secara Kimia. Pada program piringan dan TPH
realisasi pemakaian herbisida Audit lebih rendah 15 % dari target yang ditetapkan,
dimana targetnya 0.20 l/ha sedangkan realisasinya 0.17 l/ha. Realisasi pemakaian
herbisida Starane lebih tinggi 47.7 % dari target yang ditetapkan, dimana
targetnya 0.0325 l/ha sedangkan realisasinya 0.0480 l/ha. Realisasi pemakaian
tenaga kerjanya lebih rendah 10 % dari target yang ditetapkan, targetnya 0.20
HK/ha sedangkan realisasinya 0.18 HK/ha.
Realisasi pemakaian herbisida Starane pada program gawangan dan pasar
rintis lebih rendah 28.9 % dari target yang ditetapkan, dimana targetnya 0.045 l/ha
sedangkan realisasinya 0.032 l/ha. Realisasi pemakaian tenaga kerjanya lebih
rendah 33.3 % dari target yang ditetapkan, dimana targetnya 0.3 HK/ha sedangkan
realisasinya 0.2 HK/ha. Selama kegiatan magang dilaksanakan tidak ada program
42
pengendalian alang-alang secara khusus. Rekapitulasi target dan realisasi
pemakaian herbisida pada pengendalian gulma secara kimia ditampilkan pada
Gambar 4. Rekapitulasi target dan realisasi pemakaian tenaga kerja pada
pengendalian gulma secara kimia ditampilkan pada Gambar 5.
Pengendalian Gulma seacara Mekanis. Realisasi pemakaian tenaga
kerja pada pengendalian gulma secara manual di gawangan lebih tinggi 89 % dari
target yang ditetapkan, dimana targetnya 1 HK/ha sedangkan realisasinya 1.89
HK/ha. Realisasi pemakaian tenaga kerja pada pengendalian gulma di TPH
dengan mesin pemotong rumput lebih tinggi 5 % dari target yang ditetapkan,
dimana targetnya 0.030 HK/ha sedangkan realisasinya 0.031 HK/ha. Realisasi
pemakaian oli dan bensin pada pengendalian gulma di TPH dengan mesin
pemotong rumput lebih rendah 33.3 % untuk oli dan 30.7 % untuk bensin dari
target yang ditetapkan, dimana target pemakaian oli 0.003 l/ha dan bensin 0.083
l/ha sedangkan realisasi pemakaian oli 0.002 l/ha dan oli 0.055 l/ha. Rekapitulasi
target dan realisasi pemakaian tenaga kerja pada pengendalian gulma secara
mekanis ditampilkan pada Gambar 6. Target dan realisasi pemakaian oli dan
bensin pada pengendalian gulma dengan mesin pemotong rumput ditampilkan
pada Gambar 7.
Perbandingan Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma di
Gawangan secara Manual dan Kimia. Pemakaian herbisida pada pengendalian
gulma di gawangan mampu menghemat pemakain tenaga kerja. Hal tersebut dapat
dilihat dengan membandingkan realisasi pemakaian tenaga kerja pada program
pengendalian gulma dengan manual pada gawangan dan program pengendalian
gulma secara kimia pada gawangan. Realisasi pemakaian tenaga kerja pada
program pengendalian gulma manual 1.89 HK/ha, sedangkan realisasi pemakaian
tenaga kerja pada program pengendalian gawangan secara kimia 0.2 HK/ha.
Penggunaan herbisida pada pengendalian gulma di gawangan mampu menghemat
89.4 % dari pemakaian tenaga kerja. Perbandingan pemakaian tenaga kerja pada
pengendalian gulma di gawangan secara manual dan kimia ditampilkan pada
Gambar 8.
43
Gambar 4. Rekapitulasi Target dan Realisasi Pemakaian Herbisida pada
Pengendalian Gulma secara Kimia di Sekunyir Estate
Gambar 5. Rekapitulasi Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma
secara Kimia di Sekunyir Estate
0.20
0.0325 0.045 0.04
0.17
0.0480 0.032
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
Audit Starane Starane Audit
Piringan dan TPH Gawangan dan pasar Rintis
Alang-alang
l/ha
Target
Realisasi
0.20
0.3
0.170.18 0.2
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
Piringan dan TPH Gawangan dan pasar rintis
Alang-alang
HK
Target
Realisasi
Selisih (%) 15 47.7 28.9 0
Selisih (%) 10 33.3 0
44
Selisih (%) 89 5
Gambar 6. Rekapitulasi Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma
secara Mekanis di Sekunyir Estate
Gambar 7. Rekapitulasi Pemakaian Bensin dan Oli pada Pengendalian Gulma
dengan Mesin Pemotong Rumput pada TPH
1.00
0.030
1.89
0.031
0.000.200.400.600.801.001.201.401.601.802.00
Manual Mesin pemotong rumput
HK/ha
Target
Realisasi
0.003
0.083
0.002
0.055
0.0000.0100.0200.0300.0400.0500.0600.0700.0800.090
Oli Bensin
l/ha
Target
Realisasi
Selisih (%) 33.3 30.7
45
Selisih (%) 89.4
Gambar 8. Perbandingan Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma di
Gawangan secara Manual dan Kimia
Analisis Vegetasi
Gulma yang Tumbuh Dominan. Komposisi jenis gulma yang tumbuh
dominan di Sekunyir Estate berbeda berdasarkan tahun tanamnya. Perbedaan
komposisi gulma yang tumbuh dominan terjadi antara gulma rumput dan gulma
berdaun lebar. Perbedaan tersebut disebabkan perubahan penutupan kanopi
pelepah kelapa sawit, sehingga intensitas cahaya yang masuk berbeda. Gulma
semusim tumbuh dominan pada kebun kelapa sawit yang baru ditanam,
sedangkan gulma tahunan tumbuh dominan pada kebun kelapa sawit yang telah
lama ditanam.
Gulma yang tumbuh dominan pada areal yang kanopinya tertutup
merupakan gulma rumput. Gulma rumput yang tumbuh dominan adalah
Centotheca lappacea dengan nilai Summed Dominance Ratio (SDR) tertinggi
12.06 % pada tahun tanam 1992. Sedangkan gulma yang tumbuh dominan pada
areal yang kanopinya terbuka merupakan gulma berdaun lebar. Gulma berdaun
lebar yang tumbuh dominan adalah Asystasia intrusa dengan nilai SDR tertinggi
16.36 % pada tahun tanam 2007. Data SDR gulma yang tumbuh dominan di
1.89
0.20
0.000.200.400.600.801.001.201.401.601.802.00
Manual Kimia
HK/ha
46
Sekunyir Estate ditampilkan pada Tabel 11. Data analisis vegetasi gulma secara
keseluruhan ditampilkan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Tabel 11. Gulma yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate
No Spesies Tahun Tanam
1992 1993 1994 1995 2005 2007 …….……………………….%............................................
1 Asystasia intrusa 6.55*) 6.93*) 8.70*) 9.39*) 14.83*) 16.36*) 2 Ageratum conyzoides 5.53*) 5.70*) 8.06*) 7.75*) 10.17*) 10.66*) 3 Centotheca lappacea 12.06*) 11.59*) 11.27*) 10.31*) 0.74 0.77 4 Borreria alata 5.39*) 5.58*) 5.26*) 4.70 8.84*) 9.09*) 5 Axonopus compressus 10.61*) 8.09*) 8.81*) 8.42*) 1.84 0.94 6 Cyrtococcum acrescens 8.98*) 8.19*) 9.97*) 8.04*) 0.70 0.99 7 Lygodium sp 4.97 4.24 1.20 1.22 - - 8 Phyllanthus niruri 1.15 1.65 1.51 1.37 4.33 7.19*) 9 Emilia sonchifolia 0.76 1.91 1.25 0.32 3.88 7.39*)
10 Pasapalum commersonii 0.99 1.82 1.48 2.84 3.22 2.96 11 Digitaria adscendens 0.84 0.63 0.38 0.58 5.28*) 5.26*)
Keterangan: *) Tergolong Gulma Dominan pada Tahun Tanam Tersebut
Gulma yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate digolongkan menjadi
gulma berdaun lebar dan gulma rumput. Gulma berdaun lebar tumbuh dominan
pada areal yang terbuka yang merupakan areal yang baru ditanami. Gulma rumput
tumbuh dominan pada areal yang ternaungi yang merupakan areal yang telah lama
ditanami. Gulma berdaun lebar yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate adalah
Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, Boreria allata, Emilia sonchifolia, dan
Phyllanthus niruri. Gulma berdaun lebar tumbuh dominan pada tahun tanam
kelapa sawit 2005 dan 2007. Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, dan Boreria
allata tergolong gulma dominan pada tahun tanam kelapa sawit 1992 – 1995,
sedangkan Phyllanthus niruri dan Emilia sonchifolia hanya tumbuh dominan pada
tahun tanam kelapa sawit 2005 dan 2007. Gulma berdaun lebar yang tumbuh
dominan di Sekunyir Estate ditampilkan pada Gambar 9.
Gulma rumput yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate adalah
Centotheca lappacea, Axonopus compressus, Cyrtococcum acrescens, dan
Digitaria adscendens. Gulma rumput tumbuh dominan pada tahun tanam kelapa
sawit 1992 - 1995. Centotheca lappacea, Axonopus compressus, dan Cyrtococcum
acrescens tumbuh dominan pada tahun tanam kelapa sawit 1992 - 1995,
sedangkan Digitaria adscendens tumbuh dominan pada tahun tanam kelapa sawit
47
2005 dan 2007. Gulma rumput yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate
ditampilkan pada Gambar 10.
Gambar 9. Gulma Berdaun Lebar yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate
Gambar 10. Gulma Rumput yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1992 1993 1994 1995 2005 2007
SDR (%)
Asystasia intrusa
Ageratum conyzoides
Borreria alata
Emilia sonchifolia
Phyllanthus niruri
0
2
4
6
8
10
12
14
1992 1993 1994 1995 2005 2007
SDR (%)
Centotheca lappacea
Axonopus compressus
Cyrtococcum acrescens
Digitaria adscendens
Tahun Tanam Kelapa Sawit
Tahun Tanam Kelapa Sawit
48
Centotheca lappacea merupakan gulma yang tumbuh dominan pada tahun
tanam 1992 - 1993. Asystasia intrusa dan Centotheca lappacea tumbuh dominan
pada tahun tanam 1994 - 1995. Asystasia intrusa tumbuh dominan pada tahun
tanam 2005 dan 2007. Centotheca lappacea memiliki nilai SDR semakin besar
dengan semakin bertambahnya usia tanaman kelapa sawit, sehingga dominansinya
bertambah seiring dengan semakin ternaunginya kebun. Asystasia intrusa
memiliki nilai SDR semakin besar dengan semakin mudanya usia tanaman kelapa
sawit, sehingga dominansinya bertambah seiring dengan semakin mudanya usia
tanaman kelapa sawit. Sebaran gulma yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate
ditampilkan pada Gambar 11.
Gambar 11. Sebaran Gulma Dominan di Sekunyir Estate
Keterangan : A : Tahun Tanam 1992, B : Tahun Tanam 1993, C : Tahun Tanam 1994,
D : Tahun Tanam 1995, E : Tahun Tanam 2005, F : Tahun Tanam 2007
Gulma Asystasia intrusa Centotheca lappacea Warna
SDR (%) 16.36 14.83 9.39 8.70 12.06 11.59 11.27 10.31
A
A
A
A
A
A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21
F
E
D
C
B
A
A A
A
A
A
A
A
A A
A
A
A
A A A A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A A
A A A
A
A
B
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
E F
D D D D D C C C C C C CD
Nomor Blok
Blok
49
Pengamatan Asystasia intrusa (BI.)
Asystasia intrusa sering dinamakan dengan rumput johor barat, rumput
israel, dan rumput syaitan. Asystasia intrusa diintroduksi ke Malaysia sejak tahun
1876 sampai dengan tahun 1950-an. Pada awalnya Asystasia intrusa dianggap
rumput yang tidak berbahaya. Asystasia intrusa menjadi masalah yang serius di
areal perkebunan kelapa sawit di Malaysia dan Sumatra sejak tahun 1970-an.
Asystasia intrusa dapat dijumpai sampai dengan ketinggian 500 m di atas
permukaan laut.
Asystasia intrusa merupakan gulma yang berbatang lunak, tingginya dapat
mencapai 1.5 m. Letak daun berpasangan, berbentuk lonjong, dan ujungnya
runcing. Ukuran daun bervariasi mulai dari 65 x 26 mm2 sampai 152 x 76 mm2.
Tangkai daun berbentuk bulat dengan panjang sekitar 50 mm. Malai bunga
tumbuh pada pucuk batang, tidak bercabang, dengan panjang 25-50 mm.
Bunganya berukuran kecil berwarna putih dengan pola kebiruan. Asystasia intrusa
dapat dikendalikan secara manual dengan cara didongkel dan dilanjutkan dengan
pembakaran gulma.
Penulis mengamati kematian dan pertumbuhan kembali Asystasia intrusa
pada piringan setelah penyemprotan dengan herbisida campuran Audit dan
Starane. Pengamatan dilakukan pada dua rintis piringan berbeda yang kanopinya
terbuka. Konsentrasi masing-masing herbisida adalah 0.8 % Audit dan 0.2 %
Starane. Knapsack sprayer yang digunakan untuk kegiatan penyemprotan adalah
jenis Inter dengan volume 16 l. Nozel yang digunakan adalah full cone jenis VLV
(very low volume) dengan volume semprot 20 l/ha, lebar semprot 1 m.
Asystasia intrusa mati setelah 7 hari dari kegiatan penyemprotan.
Asystasia intrusa tumbuh dominan kembali setelah 4 MSA (minggu setelah
aplikasi) penyemprotan. Pada pengamatan 6 MSA (minggu setelah aplikasi)
gulma Cleome rutidosperma tumbuh dominan bersama Asystasia intrusa.
Tumbuhnya gulma Cleome rutidosperma diakibatkan oleh keadaan lingkungan
yang sesuai bagi pertumbuhan biji Cleome rutidosperma yang dorman di dalam
tanah. Pengamatan kematian dan pertumbuhan kembali Asystasia intrusa
ditampilkan pada Gambar 12 dan Tabel 12.
50
Gambar 12. Kematian dan Pertumbuhan Kembali Asystasia intrusa
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Hari 4 Hari 5 Hari 6
Hari 7 4 MSA 6 MSA
50
51
Tabel 12. Pengamatan Kematian Asystasia intrusa
Ulangan Ciri Fisik Hari ke-1 % Hari ke-2 % Hari ke-3 % Hari ke-4 % Hari ke-5 % Hari ke-6 % Hari ke-7 %
U1
Kesegaran Segar 100 Segar 30 Layu 40 Layu 30 Layu 5 Mengkerut 100 Mengkerut 100
Layu 70 Mengkerut 60 Mengkerut 70 Mengkerut 95
Warna
Hijau 100 Hijau 75 Hijau 20 Hijau 10 Hijau 5 Hitam 90 Hitam 100
Kuning 25 Kuning 80 Kuning 85 Kuning 20 Kuning 10
Hitam 5 Hitam 75
U2
Kesegaran Segar 100 Segar 20 Layu 45 Layu 20 Mengkerut 90 Mengkerut 95 Mengkerut 100
Layu 80 Mengkerut 55 Mengkerut 80 Layu 10 Layu 5
Warna
Hijau 100 Hijau 90 Hijau 45 Hijau 20 Hijau 5 Hitam 95 Hitam 100
Kuning 10 Kuning 50 Kuning 70 Kuning 40 Kuning 5
Hitam 5 Hitam 10 Hitam 55
51
PEMBAHASAN
Pengendalian gulma di Sekunyir Estate pada umumnya telah dilaksanakan
dengan baik. Rekapitulasi pengendalian gulma di Sekunyir Estate ditampilkan
pada Tabel 13.
Tabel 13. Rekapitulasi Sistem Pengelolaan Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate
No Tindakan Penilaian
Selalu Sering Jarang Tidak 1 Pengendalian gulma a. Pengorganisasian X b. Pelaksanaan pekerjaan X
2 Analisis target dan realisasi pada pengendalian gulma secara kimia
a. Pengendalian gulma pada piringan dan TPH X
b. Pengendalian gulma pada gawangan dan pasar rintis X
c. Pengendalian alang-alang X
3 Analisis target dan realisasi pada pengendalian gulma secara mekanis
a. Pengendalian gulma dengan manual pada gawangan X
b. Pengendalian gulma dengan mesin pemotong rumput pada TPH X
4 Analisis Vegetasi X 5 Pengamatan Asystasia intrusa X
Pengorganisasian pengendalian gulma secara kimia dan mekanis telah
terbentuk dengan baik, dimana telah dibuat pembagian tugas dan wewenang mulai
dari manajer sampai dengan karyawan. Pihak yang terlibat telah melaksanakan
tugas dan wewenangnya dengan baik. Sehingga pelaksanaan pengendalian gulma
berjalan baik.
Target pengendalian gulma secara kimia pada TPH dan piringan sering
berbeda dengan realisasinya yang ditampilkan pada Tabel 7. Realisasi pemakaian
tenaga kerja lebih rendah 10 % dari target. Hal tersebut diakibatkan areal
Sekunyir Estate yang datar sehingga memudahkan pergerakan tenaga kerja.
53
Realisasi penggunaan herbisida Audit lebih rendah 15 % dari target,
sedangkan penggunaan herbisida Starane lebih tinggi 47.7 % dari target. Hal
tersebut diakibatkan oleh perubahan konsentrasi herbisida Audit dan starane
dalam herbisida campuran. Gulma berdaun lebar khususnya Asystasia intrusa,
Ageratum conyzoides, dan Borreria alata menjadi lebih tahan terhadap
konsentrasi herbisida Starane yang telah ditetapkan karena penggunaan herbisida
yang sama secara terus menerus, sedangkan gulma memiliki gen ketahanan. Akan
tetapi gulma berdaun sempit khususnya Centotheca lappacea, Axonopus
compressus, dan Cyrtococcum acrescens dapat mati dengan konsentrasi herbisida
Audit lebih rendah dari yang ditetapkan. Sehingga mandor menaikan konsentrasi
herbisida Starane 0.04 % - 0.09 % dan menurunkan konsentrasi herbisida Audit
0.15 % - 0.2 %.
Target pengendalian gulma pada gawangan dan pasar rintis secara kimia
sering berbeda dengan realisasinya seperti yang ditampilkan pada Tabel 8.
Realisasi pemakaian herbisida Starane lebih rendah 28.9 % dari target. Hal
tersebut diakibatkan sasaran pengendalian gulma tersebut adalah gulma berdaun
lebar khususnya Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, dan Borreria alata.
Sehingga pengendalian gulma yang dilakukan adalah spot weeding. Kanopi
kelapa sawit yang semakin tertutup menyebabkan kerapatan gulma berdaun lebar
semakin rendah. Realisasi penggunaan tenaga kerja lebih rendah 33.3 % dari
target. Hal tersebut diakibatkan oleh areal Sekunyir Estate yang datar serta gulma
yang tumbuh sedikit sehingga memudahkan dan mempercepat pergerakan tenaga
kerja.
Realisasi pengendalian alang-alang secara kimia tidak sesuai dengan target
yang telah ditetapkan. Hal tersebut diakibatkan karena tidak ada pengendalian
alang-alang secara khusus. Pertumbuhan alang-alang di Sekunyir Estate sedikit,
karena kanopi tanaman kelapa sawit semakin rapat.
Target pengendalian gulma pada gawangan secara manual jarang sesuai
dengan realisasinya yang ditampilkan pada Tabel 9. Realisasi pemakaian tenaga
kerja lebih besar 89 % dari target. Hal tersebut diakibatkan oleh gulma berkayu
khususnya Ficus sp yang telah tumbuh besar karena telat dalam melakukan
pengendalian gulma. Tenaga kerja yang digunakan sebagian besar merupakan
54
tenaga kerja perempuan yang tenaganya terbatas. Sehingga luas areal yang
mampu dikerjakan oleh pekerja lebih kecil dari target yang telah ditetapkan.
Realisasi pemakaian tenaga kerja pada pengendalian gulma gawangan
secara kimia lebih kecil 89.4 % daripada secara manual, dimana pengendalian
gulma pada gawangan secara kimia adalah 0.2 HK/ha sedangkan secara manual
1.89 HK/ha.
Target pengendalian gulma pada TPH dengan mesin pemotong rumput
sering berbeda dengan realisasinya seperti yang ditampilkan pada Tabel 10.
Realisasi pemakaian tenaga kerja lebih besar 5 % dari target. Hal tersebut
diakibatkan karena jarak antar TPH yang berjauhan sehingga memerlukan waktu
untuk berpindah tempat. Realisasi penggunaan bensin dan oli lebih rendah dari
target 33.7 % untuk bensin dan 33.3 % untuk oli. Hal tersebut diakibatkan rumput
yang tumbuh pada TPH tidak merata dan gundul akibat ternaungi oleh pelepah,
sehingga areal yang dipotong rumputnya sedikit.
Sekunyir Estate tidak melakukan analisis vegetasi untuk mengetahui
gulma yang tumbuh dominan pada setiap tahun tanamnya. Berdasarkan Tabel 11
menunjukan bahwa komposisi gulma yang tumbuh dominan pada setiap tahun
tanamnya mengalami perubahan. Gulma yang tumbuh dominan pada tahun tanam
1995 - 1992 (TM 15 - 18) adalah Centotheca lappacea, Cyrtococcum acrescens,
Axonopus compressus, Ageratum conyzoides, Asystasia intrusa, dan Borreria
alata. Sedangkan gulma yang tumbuh dominan pada tahun tanam 2005 (TM 5)
dan 2007 (TBM 3) adalah Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, Borreria
alata, Phyllathus niruri, Emilia sonchifolia, dan Digitaria adscendens.
Centotheca lappacea merupakan gulma yang tumbuh dominan pada tahun
tanam 1995 - 1992 (TM 15 - 18) dengan nilai Summed Dominance Ratio (SDR)
tertinggi 12.06 % pada tahun tanam 1992 (TM 18). Hal tersebut diakibatkan
Centotheca lappacea tergolong tumbuhan C3 yang resisten terhadap naungan.
Menurut Soerjandono (2004) jenis gulma berdaun sempit memiliki perakaran
yang melekat kuat pada tanah dan sangat kompetitif dan efisien dalam menyerap
unsur hara dibandingkan jenis gulma berdaun lebar. Asystasia intrusa merupakan
gulma yang tumbuh dominan pada tahun tanam 2007 (TBM 3) dan 2005 (TM 5)
dengan nilai SDR tertinggi 16.36 % pada tahun tanam 2007 (TBM 3).
55
Menurut Prawirosukarto et al. (2005) Asystasia intrusa pada areal yang
terbuka akan lebih banyak menghasilkan organ generatif, sedangkan pada areal
yang ternaung lebih banyak menghasilkan organ vegetatif. Asystasia intrusa
berkembang biak melalui biji dan tunas pada ruas batang. Menurut Lee (1984)
Asystasia intrusa tergolong jenis gulma jahat (noxius weed) karena sekalinya
populasi terbangun pada suatu lokasi akan sulit dikendalikan karena
kemampuannya menghasilkan biji dalam jumlah banyak.
Jenis gulma rumput dominansinya semakin bertambah seiring dengan
semakin bertambahnya usia tanaman kelapa sawit, sedangkan gulma berdaun
lebar dominansinya semakin bertambah seiring dengan semakin mudanya usia
tanaman kelapa sawit. Pemakaian herbisida harus disesuaikan dengan dominansi
gulma yang tumbuh dominan. Herbisida Audit dosis untuk setiap hektarnya harus
meningkat seiring dengan semakin bertambahnya usia tanaman kelapa sawit,
sedangkan herbisida Starane dosis untuk setiap hektarnya bertambah seiring
dengan semakin mudanya usia tanaman kelapa sawit.
Sekunyir Estate masih jarang dalam melakukan pengamatan terhadap
Asystasia intrusa. Asystasia intrusa mati setelah 1 MSA (minggu setelah aplikasi)
penyemprotan herbisida Audit dan Starane. Sekunyir Estate melakukan
pengendalian Asystasia intrusa pada fase generatif setelah terbentuknya biji. Biji
Asystasia intrusa yang telah terjatuh ke tanah akan tumbuh kembali setelah 4
MSA yang merupakan new growth, sehingga perkembangbiakan Asystasia intrusa
tinggi kembali. Menurut Prawirosukarto et al. (2005) biji Asystasia intrusa
mampu tumbuh dalam waktu 30 hari dengan viabilitas 85 %. Sedangkan tunas
pada ruas batang akan mampu tumbuh setelah tunas tersebut menyentuh tanah.
Pertumbuhan kembali Asystasia intrusa diikuti oleh gulma Cleome
rutidosperma. Menurut Nurjannah (2003) setelah aplikasi herbisida dapat terjadi
pergeseran gulma yang tumbuh. Hal tersebut diakibatkan dari biji gulma yang
dorman di dalam tanah yang akan tumbuh ketika lingkungannya sesuai. Ketika
Asystasia intrusa mati semua maka sinar matahari yang masuk ke tanah
intensitasnya akan meningkat. Sehingga dapat mengakibatkan biji yang dorman
dapat tumbuh. Sehingga merubah status Asystasia intrusa dari noxious weeds
menjadi soft weeds.
56
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perbedaan tahun tanam kelapa sawit menyebabkan perbedaan dominansi
gulma yang tumbuh dominan karena berbedanya tingkat naungan. Gulma yang
tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit yang baru ditanami merupakan
jenis gulma berdaun lebar, sedangkan pada perkebunan kelapa sawit yang telah
lama ditanami merupakan jenis gulma rumput.
Jenis gulma yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate adalah Asystasia
intrusa, Ageratum conyzoides, Borreria alata, Centotheca lapacea, Cyrtococcum
acrescens, Axonopus compressus, Phyllanthus niruri, Emilia sonchifolia, dan
Digitaria adscendens. Jenis gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa
sawit yang baru ditanami adalah Asystasia intrusa dengan nilai SDR tertinggi
16.36 % pada tahun tanam 2007 (TBM 3). Sedangkan jenis gulma yang tumbuh
dominan pada perkebunan kelapa sawit yang telah lama ditanmi adalah
Centotheca lappacea dengan nilai SDR tertinggi 12.06 % pada tahun tanam 1992
(TM 18). Berbedanya jenis gulma yang tumbuh dominan, maka harus dilakukan
pengaturan penggunaan herbisida dan tidak menggunakan herbisida yang tetap.
Pengendalian gulma secara kimia pada piringan dan TPH menunjukan
realisasi pemakaian tenaga kerja lebih kecil 10 % dari target. Realisasi pemakaian
herbisida Audit lebih kecil 15 % dari target, sedangkan realisasi pemakaian
herbisida Starane lebih besar 47.7 % dari target yang ditetapkan. Realisasi
pemakaian tenaga kerja pengendalian gulma secara kimia pada gawangan dan
pasar rintis lebih rendah 33.3 % dari target. Sedangkan pemakaian herbisida
Starane lebih rendah 28.9 % dari target yang ditetapkan.
Realisasi pemakaian tenaga kerja yang digunakan pada pengendalian
gulma secara manual pada gawangan lebih tinggi 89 % dari target. Pengendalian
gulma pada TPH dengan mesin potong rumput terdiri dari biaya tenaga kerja dan
bahan. Realisasi pemakaian tenaga kerja yang dikeluarkan lebih tinggi 5 % dari
target yang ditetapkan. Realisasi pemakaian oli dan bensin lebih rendah dari target
33.7 % untuk bensin dan 33. 3 % untuk oli. Penggunaan biaya tenaga kerja
57
pengendalian gulma secara kimia mampu menghemat 89.4 % daripada
pengendalian gulma secara manual.
Ketersediaan tenaga kerja yang kurang menyebabkan seringnya tenaga
kerja semprot dialihkan untuk melakukan pekerjaan yang lainnya, sehingga
realisasi luas areal yang dikerjakan tidak sesuai dengan luas total yang
direncanakan. Hal tersebut dapat mengakibatkan keterlambatan rotasi kegiatan
penyemprotan yang menyebabkan gulma telah tumbuh lebat, sehingga dosis untuk
setiap hektarnya bisa lebih tinggi.
Saran
Target pengendalian gulma secara kimia sebaiknya dibedakan untuk setiap
tahun tanamnya. Menurut Purba (2009) penutupan kanopi tanaman akan
mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk, sehingga akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan gulma yang tumbuh. Sehingga dosis herbisida
setiap hektarnya akan berbeda.
Pengendalian gulma dengan manual sebaiknya menggunakan tenaga kerja
laki-laki. Hal tersebut diakibatkan oleh gulma Ficus sp yang telah tumbuh tinggi
dan besar. Karena membutuhkan tenaga yang lebih besar untuk mengendalikan
gulma tersebut. Pengawasan dalam pengendalian gulma dengan manual harus
ditingkatkan lagi untuk meningkatkan kinerja pekerja.
Tempat pengumpulan hasil (TPH) yang dikendalikan dengan mesin
pemotong rumput harus memperhatikan pertumbuhan rumput di TPH.
Pertumbuhan rumput pada areal TPH tidak merata karena pengaruh kanopi yang
menaungi. Sehingga pelepah yang menaungi TPH harus dipotong. Hal tersebut
dilakukan agar intensitas cahaya yang masuk dan pertumbuhan rumput baik
sehingga kotoran yang menempel pada buah sedikit.
Pemakaian dosis herbisida Audit harus lebih tinggi seiring dengan
semakin bertambahnya usia tanaman kelapa sawit, sedangkan pemakaian dosis
herbisida Starane harus bertambah seiring dengan semakin mudanya usia tanaman
kelapa sawit. Aplikasi herbisida untuk mengendalikan Asystasia intrusa sebaiknya
dilakukan sebelum memasuki fase generatif terutama fase terbentuknya biji.
DAFTAR PUSTAKA
Aldrich, R.J. 1984. Weed Crop Ecology – Principles In Weed Management. Breton Publishers. California. 465 p.
Armi, S.B.P. 2006. Pengendalian Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guneensis Jacq.) Kawan Batu Estate , PT. Teguh Sempurna, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah. Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 91 hal.
Ashton, F.M., and Monaco, T.J. 1991. Weed Science Principles and Practices. John Wiley and Sons Inc. New York. 357 p.
Kusnanto, U. 1991. Pengendalian gulma secara manual dan kimiawi di
perkebunan kelapa sawit: studi tentang efikasi, frekuensi aplikasi dan analisis biaya. Bul. Perkebunan 22:163-182.
Lee, S. A. 1984. Control of Asystasia Intrusa (BI). In pineaple with emphasis on new techniques. Paper presented at the Seminar and Discussion on the weed Asystasia, West Johore Agric. Dev. Project, Pontian. 16 p.
Liebman, M., Mohler, C.L., and Staver C.P. 2001. Ecological Mangement of Agricultural Weeds. Cambridge University Press. Cambridge. 532 p.
Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jack) di Indonesia. Pusat Perkebunan Marihat. Bandar Kuala. Pematang Siantar. 362 hal.
Mangoensoekarjo, S. dan Semangun, H. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal.
Moenandir, J. 1988. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali Pers. Jakarta. 122 hal.
Nurjannah, U. 2003. Pengaruh dosis herbisida glifosat dan 2,4-D terhadap pergeseran gulma dan tanaman kedelai tanpa olah tanah. Jur. Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. 5:27-33.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal.
Prawirosukarto, S., Syamsuddin, E., Darmosarkoro, W., dan Purba, A. 2005. Tanaman Penutup Tanah dan Gulma pada Kebun Kelapa Sawit. PPKS. Medan. 74 hal.
Purba, E. 2009. Keanekargaman herbisida dalam pengendalian gulma mengatasi populasi gulma resisten dan toleran herbisida. http://www.google.com. [20 November 2009].
59
Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 85 hal.
Soerjandono, B.N. dan Noerizal. 2004. Teknik pelaksanaan percobaan pengaruh aplikasi pupuk N terhadap populasi tiga jenis gulma. Bul. Teknik Pertanian. 9:76-78.
Syamsuddin, E., dan Hutauruk, C.H. 1999. Pengendalian gulma dengan herbisida pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan. Jur. PPKS. 09:1-3.
Syamsuddin, E., dan Hutauruk, C.H. 1999. Pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit menghasilkan. Jur. PPKS. 10:1-3.
Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo (eds.). 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Gramedia. Jakarta. 210 hal.
Tobing, T.L., dan Hutauruk, C.H. 1999. Identifikasi jenis gulma pada tanaman kelapa sawit. Jur. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 08:1-2.
61
Lampiran 1. Summed Dominance Ratio (SDR) Gulma Dominan di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate
No Spesies Tahun Tanam
1992 1993 1994 1995 2005 2007 ………………………….%............................................
1 Centotheca lappacea 12.06 11.59 11.27 10.31 - - 2 Axonopus compressus 10.61 8.09 8.81 8.42 - - 3 Cyrtococcum acrescens 8.98 8.19 9.97 8.04 - - 4 Asystasia intrusa 6.55 6.93 8.70 9.39 14.83 16.36 5 Ageratum conyzoides 5.53 5.70 8.06 7.75 10.17 10.66 6 Borreria alata 5.39 5.58 5.26 - 8.84 9.09 7 Phyllanthus niruri - - - - - 7.19 8 Digitaria adscendens - - - - 5.28 5.26 9 Emilia sonchifolia - - - - - 7.39
Total 49.12 46.08 52.07 43.91 39.12 55.95
Lampiran 2. Summed Dominance Ratio (SDR) Gulma Lainnya di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate
No Spesies
Tahun Tanam
1992 1993 1994 1995 2005 2007 …………………………%..........................................
1 Lygodium sp 4.97 4.24 1.2 1.22 - - 2 Nephrolepis cordifolia 2.38 1 0.63 0.31 - - 3 Cleome rutidosperma 2.23 1.15 1.67 1.54 1.65 1.3 4 Peperomia pellucida 2.03 1.15 1 1.52 2.05 0.86 5 Heliotropium indicum 1.95 1.43 0.38 - 0.84 0.57 6 Pteris sp 1.65 0.61 0.69 0.38 - - 7 Ottochloa nodosa 1.63 1.34 1.65 1.27 2.11 1.1 8 Croton hirtus 1.6 1.05 0.76 1.55 0.62 1.41 9 Anakan sawit 1.48 0.48 1.68 1.64 1.45 - 10 Elatostema sp 1.46 0.86 0.7 0.52 - - 11 Cyperus iria 1.41 0.94 0.49 1.04 2.85 2.1 12 Ludwigia hyssopifolia 1.36 1.3 1.09 1.05 1.44 3.29 13 Phyllanthus niruri 1.15 1.65 1.51 1.37 4.33 - 14 Eragrotis sp 1.1 - 0.12 - - - 15 Mikania micrantha 1.05 1.53 2.51 3.14 1.86 1.64 16 Paspalum commersonii 0.99 1.82 1.48 2.84 3.22 2.96 17 Psychotria viridiflora 0.99 - 0.56 0.45 - - 18 Ficus sp 0.97 1.1 2.13 2.81 1.28 1.05 19 Eleusine indica 0.96 1.8 0.75 0.72 2.2 2.56 20 Clibadium surinamense 0.94 1.35 1.06 0.33 2.44 0.92 21 Hyptis brevipes 0.87 0.67 0.89 0.24 0.34 - 22 Digitaria adscendens 0.84 0.63 0.38 0.58 - -
62
Lampiran 2 (Lanjutan)
No Spesies Tahun Tanam
1992 1993 1994 1995 2005 2007 …………………………%..........................................
23 Emilia sonchifolia 0.76 1.91 1.25 0.32 3.88 - 24 Passiflora foetida 0.76 0.89 0.58 0.82 1.56 0.64 25 Imperata cylindrica 0.75 1.56 1.41 1.32 2.38 3.45 26 Dicranopteris linearis 0.68 0.94 0.35 0.68 - - 27 Commelina diffusa 0.67 0.63 0.68 0.12 0.72 0.76 28 Borreria laevis 0.65 0.59 0.73 0.81 0.28 - 29 Pennisetum polystachyon 0.63 1.51 1 1.54 4.2 3.35 30 Brachiaria miliformis 0.61 0.21 0.35 0.22 1.37 0.68 31 Chromolaena odorata 0.59 0.86 1.23 1.18 1.04 0.74 32 Cyperus brevifolius 0.58 - 0.22 - - - 33 Scleria sumatrensis 0.57 0.58 1.13 2.01 0.93 0.51 34 Cyperus kyllingia 0.57 0.43 0.22 0.17 - - 35 Paspalum conjugatum 0.56 1.6 1.17 0.26 0.9 1.16 36 Leucas lavandulifolia 0.55 0.42 0.66 1.05 - - 37 Sida rhombifolia 0.54 0.68 0.48 0.31 - 0.57 38 Melastoma malabathricum 0.52 0.55 1.09 1.47 - - 39 Stenochlaena palustris 0.44 0.95 0.9 0.58 0.66 - 40 Euphorbia hirta 0.4 0.59 0.59 0.38 1.07 1.54 41 Chloris barbata 0.39 0.31 0.38 0.33 - - 42 Mimosa pudica 0.37 0.53 0.45 0.99 0.27 0.61 43 Widelia biflora 0.36 0.7 - 0.28 1.08 - 44 Eclipta prostrata 0.35 - 0.33 0.36 - 2.3 45 Hyptis rhomboidea 0.35 0.52 0.34 0.45 0.71 0.62 46 Lantana camara 0.34 0.32 0.18 0.39 - 0.75 47 Ipomoea carica 0.33 0.66 0.34 0.17 0.8 - 48 Erechtites valerianifolia 0.32 0.29 0.34 0.28 - - 49 Macaranga hypoleuca 0.3 0.87 0.5 0.42 - - 50 Dactyloctenium aegyftium 0.29 - - 0.39 - - 51 Brachiaria mutica 0.24 0.65 0.43 0.32 - - 52 Polygala paniculata 0.21 - - - - - 53 Triumpheta rhomboidea 0.2 - 0.24 - - - 54 Vitis japonica 0.19 0.22 0.13 0.48 - - 55 Cynodon dactilon 0.19 0.63 0.59 0.34 1.9 1.18 56 Centella asiatica 0.17 - 0.16 0.31 - - 57 Setaria plicata 0.15 0.4 0.4 0.2 - 0.59 58 Mimosa invisa 0.15 0.22 0.29 0.47 0.77 0.62 59 Clidemia hirta 0.14 1.43 0.54 0.82 0.85 - 60 Bidens biternata 0.12 0.53 0.1 0.3 - -
63
Lampiran 2 (Lanjutan)
No Spesies Tahun Tanam
1992 1993 1994 1995 2005 2007 …………………………%..........................................
61 Davallia trichomanoides 0.12 - 0.23 0.15 - - 62 Asplenium nidus 0.11 0.38 0.2 0.31 - - 63 Hyptis suaveolens 0.11 0.37 0.43 0.4 - - 64 Mimosa pigra 0.11 - 0.16 0.51 0.3 - 65 Spigelia anthelmia 0.1 0.41 0.75 0.35 - - 66 Stachytarpheta indica 0.09 0.5 0.28 0.28 - - 67 Pandanus amaryllifolia 0.08 - - - - - 68 Physalis angulata 0.08 0.21 0.14 0.12 0.29 - 69 Calopogonium mucunoides 0.08 0.65 0.34 0.87 0.45 0.32 70 Cyclosorus aridus - 0.79 - 0.35 - - 71 Andropogon aciculatus - 0.39 - 0.36 - - 72 Phymatosorus scolopendria - 0.35 0.23 0.36 - - 73 Sporobolus berteroanus - 0.33 0.31 0.32 - - 74 Alocasia macrorrhiza - - 0.22 0.16 - - 75 Sacciolepis indica - - 0.31 - - - 76 Amaranthus spinosus - - 0.12 0.24 - - 77 Tetracera scandens - - 0.22 - - - 78 Sporobolus diander - 0.28 0.21 0.18 - - 79 Portulaca oleracea - - 0.3 0.33 - - 80 Trema orientalis - - 0.37 - - - 81 Hedyotis verticillata - - - 0.28 - - 82 Erigeron sumatrensis - - - 0.23 - - 83 Cyperus rotundus - - - 0.22 - - 84 Ischaemum muticum - - - 0.18 - - 85 Fimbristylis miliacea - - - 0.11 - - 86 Melastoma affine - - - - 0.98 0.31 87 Cyperus cyperoides - - - - 0.63 - 88 Celosia spicata - - - - 0.57 - 89 Zyngibera - - - - 0.32 - 90 Echinochloa colonum - - - - - 0.89 91 Centotheca lappacea - - - - 0.74 0.77 92 Axonopus compressus - - - - 1.84 0.94 93 Cyrtococcum acrescens - - - - 0.7 0.99 94 Borreria alata - - - 4.7 - -
Total 50.88 53.92 47.93 56.09 60.88 44.05
64
Lampiran 3. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Lokasi Jumlah KH yang diawasi (orang) Luas Areal yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam)
15/02/2010 Tiba di Sekunyir Estate (SKE) - - - SKE 16/02/2010 Pengumpulan data sekunder - - 7 Kantor SKE 17/02/2010 Pengumpulan data sekunder - - 7 Kantor SKE 18/02/2010 Pengumpulan data sekunder - - 7 Kantor SKE 19/02/2010 Observasi kebun - - 7 Kebun SKE 20/02/2010 Observasi kebun - - 7 Kebun SKE 22/02/2010 Pendamping mandor semprot 9 54.5 7 Blok B001 23/02/2010 Pendamping mandor semprot 11 62.3 7 Blok B001 24/02/2010 Pendamping mandor semprot 10 49.7 7 Blok B002 25/02/2010 Pendamping mandor semprot 14 71.45 7 Blok C002 27/02/2010 Pendamping mandor semprot 10 49.45 7 Blok C002 1/3/2010 Pendamping mandor semprot 12 55 7 Blok C003 2/3/2010 Pendamping mandor panen 16 61 7 Blok D002 3/3/2010 Pendamping mandor panen 18 75 7 Blok A009 4/3/2010 Pendamping mandor panen 17 71 7 Blok B003 5/3/2010 Pendamping mandor panen 20 78 7 Blok E005 6/3/2010 Pendamping mandor panen 17 74 7 Blok F004 8/3/2010 Pendamping mandor pupuk 10 29 7 Blok C002 9/3/2010 Pendamping mandor pupuk 15 69.1 7 Blok C003 10/3/2010 Pendamping mandor pupuk 18 118.43 7 Blok C004 11/3/2010 Pendamping mandor pupuk 18 114.45 7 Blok C005 12/3/2010 Pendamping mandor pupuk 7 27.2 7 Blok C006 13/03/2010 Pendamping mandor pupuk 6 22 7 Blok C006 15/03/2010 Pendamping mandor gulma manual 37 14.8 7 Blok A010 17/03/2010 Pendamping mandor gulma manual 41 21.73 7 Blok A010 18/03/2010 Pendamping mandor gulma manual 32 17.92 7 Blok A010
64
65
Lampiran 4. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis
Lokasi Jumlah Mandor yang Diawasi (orang)
Luas Areal yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam)
19/03/2010 Pengecekan hancak dan administrasi 11 293.2 7 Blok C, D, E. F 20/03/2010 Pengecekan hancak dan administrasi 11 302.2 7 Blok D, C, B 22/03/2010 Pengecekan hancak dan administrasi 11 286.47 7 Blok B, C, D 23/03/2010 Pengecekan hancak dan administrasi 11 255.35 7 Blok B, C, E 24/03/2010 Pengecekan hancak dan administrasi 11 261.5 7 Blok A, B, C, F 25/03/2010 Pengecekan hancak dan administrasi 11 288.36 7 Blok A, B, C, F 26/03/2010 Pengecekan hancak dan administrasi 11 270.5 7 Blok C, D, E. F 27/03/2010 Pengecekan hancak dan administrasi 11 285.4 7 Blok A, D, F 29/03/2010 Pembuatan herbarium, administrasi BSS - - 7 Kantor BSS 30/03/2010 Pembuatan herbarium, administrasi BSS - - 7 Kantor BSS 31/03/2010 Pembuatan herbarium, administrasi BSS - - 7 Kantor BSS 1/4/2010 Pembuatan herbarium, administrasi BSS - - 7 Kantor BSS 3/4/2010 Pembuatan herbarium, administrasi BSS - - 7 Kantor BSS 5/4/2010 Pembuatan herbarium, administrasi BSS - - 7 Kantor BSS 6/4/2010 Pengambilan sampel gulma - - 10 Blok A 7/4/2010 Pengambilan sampel gulma - - 9 Blok A 8/4/2010 Pengambilan sampel gulma - - 10 Blok A 9/4/2010 Pengambilan sampel gulma - - 8 Blok A 10/4/2010 Pengambilan sampel gulma - - 10 Blok A
65
66
Lampiran 5. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Buruh Harian Lepas (BHL)
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja
Lokasi Penulis Karyawan Standar ..………………Satuan/HK……….……..
12/4/2010 Penyemprotan piringan 3.5 ha 5.5 ha 5 ha Blok E004 13/04/2010 Sensus ulat api 97.45 ha 97.45 ha 97.45 ha A007 14/04/2010 Pengecekan burung hantu dan HPT 7 jam 7 jam 7 jam Blok B005, C001, D001 15/04/2010 Mengutip berondolan 180 kg 205 kg 200 kg Blok E007 16/04/2010 Penguntilan pupuk MOP 800 kg 1600 kg 1500 kg Gudang pupuk 17/04/2010 Aplikasi solid 9 titik 12 titik 10 titik Blok B003 19/04/2010 Perumpukan pelepah 0.5 ha 1 ha 1 ha Blok D006 20/04/2010 Penyemprotan piringan 2.5 ha 5.5 ha 5 ha E007 21/04/2010 Aplikasi janjang kosong 7 jam 7 jam 7 jam Blok A005 22/04/2010 Pemanenan kelapa sawit 10 janjang 85 janjang 63 janjang Blok F003 23/04/2010 Penguntilan pupuk MOP 850 kg 1550 kg 1500 kg Gudang pupuk 24/04/2010 Pelangsiran pupuk 3000 kg 4500 kg 4500 kg Blok D004 26/04/2010 Administrasi gudang 7 jam 7 jam 7 jam Gudang Penyimpanan 27/04/2010 Penyemprotan gawangan kimia 2.5 ha 3.4 ha 3.3 ha Blok F001 28/04/2010 Aplikasi efluent 7 jam 7 jam 7 jam Blok E006 29/04/2010 Pemupukan HGFB 5 ha 8 8 ha Blok A009 30/04/2010 Pemupukan HGFB 5.5 ha 8.5 ha 8 ha Blok A010 1/5/2010 Pengeceran dan pemupukan HGFB 5 ha 8 ha 8 ha Blok A0011 3/5/2010 Penyemprotan piringan kimia 3 ha 5.5 ha 5 ha Blok A010 4/5/2010 Pengendalian gulma gawangan manual 0.5 ha 1 ha 1 ha Blok F002 5/5/2010 Pemanenan tanaman sisipan 25 janjang 145 janjang 130 janjang Blok sisipan
66
67
Lampiran 5 (Lanjutan)
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja
Lokasi Penulis Karyawan Standar ………………..Satuan/HK………………..
6/5/2010 Pemupukan RP dan bongkar pokok 9 jam 9 jam 9 jam Blok A010 dan D009 7/5/2010 Garuk piringan 1.5 ha 1.75 ha 2 ha Blok F002 8/5/2010 Perumpukan pelepah 0.5 ha 0.75 ha 1 ha Blok B005 10/5/2010 Garuk piringan 0.5 ha 1.8 ha 2 ha Blok F004 11/5/2010 Penyemprotan piringan kimia 4 ha 6 ha 5 ha Blok E002 12/5/2010 Pengambilan sampel daun 87 ha 87 ha 87 ha Blok A008 14/5/2010 Transport buah 8 rit 12 rit 12 rit Divisi II
15/05/2010 Perumpukan pelepah 0.75 ha 1 ha 1 ha Blok C001 17/05/2010 Pengambilan sampel daun 69.10 ha 69.10 ha 69.10 ha Blok B001 18/05/2010 Kutip berondolan 205 kg 305 kg 200 kg Blok E005 19/05/2010 Pengambilan sampel buah 10 buah 10 buah 10 buah Blok A005, A006 20/05/2010 Administrasi kantor divisi 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Divisi II 21/05/2010 Penyemprotan piringan kimia 4 ha 6 ha 5 ha Blok F005 22/05/2010 Pemanenan tanaman sisipan 30 janjang 105 janjang 130 janjang Blok tanaman sisipan 24/05/2010 Grading buah di pabrik 8 truk 15% Truk 15% truk Pabrik 25/05/2010 Ekstraksi buah 7 jam 7 jam 7 jam Laboraturium pabrik 26/05/2010 Observasi pabrik dan ekstraksi buah 7 jam 7 jam 7 jam Pabrik 27/05/2010 Ekstraksi buah 7 jam 7 jam 7 jam Laboraturium pabrik 29/05/2010 Pengecekan hancak dengan mantri buah 7 jam 7 jam 7 jam Blok B001 31/05/2010 Rawat jalan 7 jam 7 jam 7 jam Jalan Blok D004
67
68
Lampiran 5 (Lanjutan)
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja
Lokasi Penulis Karyawan Standar …..……………..Satuan/HK…..…….……….
1/6/2010 Observasi daerah bufer zone 7 jam 7 jam 7 jam Blok A 2/6/2010 Tunas pelepah sawit 7 jam 7 jam 7 jam Blok C006 3/6/2010 Tunas pasar 1 blok 1 blok 1 blok Blok B 4/6/2010 Observasi pembuatan silt pit 7 jam 7 jam 7 jam Blok A002 7/6/2010 Observasi pembuatan road side pit 7 jam 7 jam 7 jam Blok A002 8/6/2010 Rawat beneficial plant 7 jam 7 jam 7 jam Blok F004 9/6/2010 Pendamping mandor HPT 7 jam 7 jam 7 jam Blok B002, B003, B004
10/6/2010 Pembuatan laporan - - - - 11/6/2010 Pembuatan laporan - - - - 12/6/2010 Pembuatan laporan - - - - 14/6/2010 Perpisahan - - - - 15/6/2010 Pulang ke Bogor - - - -
68
69
Lampiran 6. Struktur Organisasi Tingkat Kebun Sekunyir Estate
Lampiran 7. Struktur Organisasi Divisi I Sekunyir Estate
Asisten Divisi I
Kerani Divisi Mandor Satu
Mandor Panen
Mandor Pupuk
Mandor Transport
Mandor Perawatan
Asisten Divisi
Asisten Divisi I Asisten Divisi II Asisten Divisi III
KTU
Kasie
Gudang Mandor
Keamanan
Poliklinik Kantor
Sekolah
Traksi
Senior Asisten
Estate Manager
70
Lampiran 8. Struktur Organisasi Divisi II Sekunyir Estate
Lampiran 9. Struktur Organisasi Divisi III Sekunyir Estate
Lampiran 10. Total Karyawan di Sekunyir Estate
Karyawan Staf SKU-Bulanan SKU-Harian BHL Total Kantor Kebun 6 42 9 - 57 Traksi - 22 6 - 28 Divisi - 23 254 60 337 Lainnya - 14 40 - 54 Total 6 101 309 60 476
Sumber : Kantor Besar Perkebunan Kelapa Sawit Sekuunyir Estate
Asisten Divisi III
Kerani Divisi Mandor Satu
Mandor Panen
Mandor Gulma Manual
Mandor Transport
Mandor Perawatan
Asisten Divisi II
Kerani Divisi Mandor Satu
Mandor Panen
Mandor Semprot
Mandor Transport
Mandor Perawatan
71
Lampiran 11. Basis dan Premi Pemupukan di Sekunyir Estate
No Deskripsi Basis Borong (kg/HK)
Premi Lebih Borong (Rp/kg) Premi Basis Borong (Rp/HK)
1 Until Pupuk: Urea 1250 15 - Non Urea 1500 15 -
2 Ecer dan Tabur: Dosis > 1.0 600 50 3000 Dosis 1-1.5 Kg 600 45 3000 Dosis > 1.5 Kg 600 40 3000
3 Langsir Pupuk Divisi I 4500 5 - Divisi II 4500 5 - Divisi III 4500 5 -
Sumber : Standard Operating Procedure Block Manuring System Sekunyir Estate
72
Lampiran 12. Basis dan Premi Panen di Sekunyir Estate
Sumber : Standard Operating Procedure Block Harvesting System Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate
Divisi Seksi Potong Buah Tahun Tanam BJR
Basis Borong Progressive Premi Lebih Borong
(Rp./JJG) Basis Borong Kompensasi
P0 P1 P2 P0 P1 P2 Tahun Tnam I A-F 1992 28.77 57 80 103 435 3 500 5 000 7 000 1992 / 1993 1994 / 1995
II
A 1992 / 1993 24.25 63 88 113 410 94 % 96 % B 1992 / 1993 26.75 63 88 113 410 C 1992 / 1993 27.50 63 88 113 410 D 1992 28.10 60 84 108 410 E 1994 / 1995 24.30 75 105 135 350
F 1992 27.70 63 88 113 410 1995 24.01 87 122 157 290
III
A 1992 27.67 63 88 113 410 B 1992 27.49 63 88 113 410
C 1992 27.88 63 88 113 410 1994 26.73 70 98 126 350
D 1994 26.42 70 98 126 350 E 1992 29.35 57 80 103 410 F 1992 27.39 63 88 113 410
Riset 1992 28.13 60 84 108 410
72
73
Lampiran 13. Curah Hujan Rata-rata 12 Tahun Terakhir di Sekunyir Estate
Sumber : Kantor Besar Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate
Bulan
Tahun Rata-rata 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
……….……………………………………………….mm/bulan……………………………………………………………….
Januari 431 324 193 401 206 334 200 141 282 188 171 550 285.08 Februari 236 411 99 170 248 206 262 237 101 61 158 252 203.42 Maret 211 247 312 449 254 359 294 218 280 224 530 366 312.00 April 277 632 212 482 524 326 299 261 378 451 364 141 362.25 Mei 484 298 311 171 98 162 237 242 252 354 132 - 249.18 Juni 110 318 162 382 122 41 103 542 137 238 130 - 207.73 Juli 207 215 141 5 60 222 263 14 353 361 121 - 178.36 Agustus 197 218 23 0 22 0 47 34 128 387 44 - 100.00 September 277 196 247 25 94 146 125 41 214 239 3 - 146.09 Oktober 433 336 421 128 268 173 366 29 158 449 262 - 274.82 November 343 356 252 427 510 275 296 233 355 284 419 - 340.91 Desember 323 196 315 347 398 343 232 385 337 130 427 - 312.09
Rata-rata 294.08 312.25 224.00 248.92 233.67 215.58 227.00 198.08 247.92 280.50 230.08 327.25 247.66
73