STUDI MORFOMETRI LUMBA-LUMBA HIDUNG BOTOL … · Yohana Ayu Sawitri Kusumastuti B04080188. ABSTRAK...
Transcript of STUDI MORFOMETRI LUMBA-LUMBA HIDUNG BOTOL … · Yohana Ayu Sawitri Kusumastuti B04080188. ABSTRAK...
STUDI MORFOMETRI LUMBA(Tursiops aduncus,
DI KOLAM KONSERVASI PT. KENDAL
YOHANA AYU SAWITRI KUSUMASTUTI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
STUDI MORFOMETRI LUMBA-LUMBA HIDUNG BOTOL Tursiops aduncus, EHRENBERG 1833)
DI KOLAM KONSERVASI PT. WERSUT SEGUNI NDONESIA KENDAL JAWA TENGAH
YOHANA AYU SAWITRI KUSUMASTUTI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
HIDUNG BOTOL
WERSUT SEGUNI NDONESIA
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Studi Morfometri Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops aduncus, Ehrenberg 1833) di Kolam Konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal, Jawa Tengah adalah karya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi.
Bogor, September 2012
Yohana Ayu Sawitri KusumastutiB04080188
ABSTRAK
YOHANA AYU SAWITRI KUSUMASTUTI.Studi Morfometri Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops aduncus, EHRENBERG 1833) di Kolam Konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal, Jawa Tengah. Dibimbing oleh HERU SETIJANTO dan AGUSTIN INDRAWATI
Lumba-lumba hidung botol terdiri atas dua spesies yang serupa yaitu Tursiops truncatus dan Tursiops aduncus.Data morfologi eksteriorT.aduncusbelum banyak diketahui sehingga sulit dibedakan dengan T. truncatus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui morfologi eksterior dan menambah data morfologi T.aduncus. Penelitian ini dilakukan di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Pantai Cahaya Klampok Sendang Sekucing, Rowosari, Kendal, Jawa Tengah. Hasil rata-rata pengukuran enam lumba-lumba hidung botol dengan perbandingan empat jantan dan dua betina yaitu TBL (total body length) 210.56.74 cm, SEY (snout-eye length) 21.14.07 cm, RL (rostrumlength) 11.81.17 cm, RW (rostrum width) 7.51.51 cm, MWF (maximal width of the flipper) 13.31.21 cm,TW (tail width) 53.82.92 cm, CB (circle of body) 1104.9 cm, DFL (dorsal flipper length) 31.35.6 cm. Analisis data menggunakan penjabaran deskriptif dibantu metode statistik sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan ukuran T.aduncus lebih kecil dibandingkan dengan T.truncatussedangkan ratio antara RL dan TBL T. aduncuslebih besar daripada T. truncatus. Pengukuran juga menunjukkan tidak ada perbedaan ukuran antara jantan dan betina pada T.aduncus.
Kata kunci : lumba-lumba hidung botol, Tursiops aduncus, Tursiops truncatus, morfologieksterior, morfometri
ABSTRACT
YOHANA AYU SAWITRI KUSUMASTUTI. Morphometric Study of Bottlenose Dolphins (Tursiops Aduncus, Ehrenberg 1833) in the ConservationPond of PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal, Central Java. Under direction of HERU SETIJANTO and AGUSTIN INDRAWATI
Bottlenose dolphin is composed of two similar species, Tursiops truncatus and Tursiops aduncus. The purpose of this research is to study the external morphology of T. aduncus. This research was conducted in the conservation pond of PT. Wersut Seguni Indonesia, Pantai Cahaya Klampok Sendang Sekucing, Rowosari, Kendal. Four male and two female bottlenose dolphins were used in this research. The average measurements are: TBL (total body length) 210.56.74 cm, SEY (snout-eye length) 21.14.07 cm, RL (rostrum length) 11.81.17 cm, RW (rostrum width) 7.51.51 cm, MWF (maximal width of the flipper) 13.31.21 cm, TW (tail width) 53.82.92 cm, CB (circle of body) 1104.9 cm, and DFL (dorsal flipper length) 31.35.6 cm. The results showed that the size of T. aduncus is smaller compared to T. truncatus while the RL and TBL ratio is greater in T. aduncus. Measurements result indicates that there is no difference between male and female T. aduncus.
Keywords: Bottlenose dolphin,external morphology, morphometric measurement, Tursiops aduncus, Tursiops truncatus
RINGKASAN
YOHANA AYU SAWITRI KUSUMASTUTI. Studi Morfometri Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops aduncus, Ehrenberg 1833) di Kolam Konservasi PT. Werst Seguni Indonesia, Kendal, Jawa Tengah. Dibimbing oleh HERU SETIJANTO dan AGUSTIN INDRAWATI.
Perairan laut Indonesia yang luas memiliki potensi sumberdaya hayati yang beranekaragam.Salah satu keanekaragaman tersebut adalah mamalialaut.Mamalia laut termasuk dalam kelas Mamalia, yang sudah beradaptasi untuk hidup di dalam air.Mamalia dengan ordo Cetacea memiliki 80 spesies mamalialaut yang tersebar di seluruh perairan dunia, beberapa spesies bahkan ditemukan di perairan tawar dan di danau.Spesies yang termasuk dalam ordo Cetacea meliputi paus dan lumba-lumba.Di Indonesia terdapat sedikitnya sepuluh jenis lumba-lumba (Priyono 2008).
Lumba-lumba yang paling banyak jumlahnya dan paling mudah ditemui adalah lumba-lumba hidung botol (Tursiops sp.).Lumba-lumba hidung botol (Tursiopssp.) merupakan hewan kosmopolit yang tersebar luas di daerah pantai dengan temperatur yang hangat dan merupakan cetacean yang paling dikenal diantara cetacean lainnya (Goodall et al. 2011).Lumba-lumba hidung botol bisa dikatakan cetacean yang paling dikenal manusia karena habitat di daerah pesisir, memiliki sifat yang jinak, rasa keingintahuan yang tinggi, dan kemampuan beradaptasi.Kemampuannya ini menyebabkan lumba-lumba hidung botol dapat bertahan hidup dalam penangkaran.Lumba-lumba hidung botol yang sering berada dalam penangkaran adalah T. truncatus dan T. aduncus.
Karakteristik anatomi eksterior dapat digunakan untuk membedakan dua spesies lumba-lumba hidung botol tersebut.Beberapa studi menggunakan ekstremitas (moncong, flipper, dan sirip dorsal) sebagai salah satu ciri identifikasi.T. truncatus terlihat lebih besar dibandingkan T. aduncus secara proporsional di area yang sama (Hale et al. 2000). Menurut Gao et al. (1995) perbedaan kedua spesies hanya dapat terlihat pada ukuran lumba-lumba hidung botol dewasa. Data populasi T. aduncus belum diketahui dengan pasti berbeda dengan T. truncatus yang data populasinya sudah banyak diketahui.Pengenalan terhadap kedua spesies ini khususnya T. aduncus, diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai keranekaragaman lumba-lumba hidung botol terutama di Indonesia sehingga diharapkan dapat terus menjaga kelestarian alam terutama lumba-lumba hidung botol.
Penelitian ini merupakan studi morfometri yang bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai morfologi eksterior dari T. aduncus.
Penelitian ini dilakukan di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Pantai Cahaya Klampok Sendang Sekucing, Rowosari, Kendal, Jawa Tengah. Hasil rata-rata pengukuran enam lumba-lumba hidung botol dengan perbandingan empat jantan dan dua betina yaitu TBL (total body length) 210.56.74 cm, SEY (snout-eye length) 21.14.07 cm, RL (rostrumlength) 11.81.17 cm, RW (rostrum width) 7.51.51 cm, MWF (maximal width of the flipper) 13.31.21 cm, TW (tail width) 53.82.92 cm, CB (circle of body) 1104.9 cm, DFL (dorsal flipper length) 31.35.6 cm. Analisis data menggunakan penjabaran deskriptifkemudian
data hasil pengukuran dipresentasikan dalam bentuk regresi linear sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan ukuran T.aduncus lebih kecil dibandingkan dengan T.truncatus sedangkan ratio antara RL dan TBL T. aduncuslebih besar daripada T. truncatus.Pengukuran juga menunjukkan tidak ada perbedaan ukuran antara jantan dan betina pada T.aduncus.
Kata kunci : lumba-lumba hidung botol, Tursiops aduncus, Tursiops truncatus, morfometri, morfologi eksterior
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencatumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
STUDI MORFOMETRI LUMBA-LUMBA HIDUNG BOTOL (Tursiops aduncus, EHRENBERG 1833)
DI KOLAM KONSERVASI PT. WERSUT SEGUNI NDONESIA KENDAL JAWA TENGAH
YOHANA AYU SAWITRI KUSUMASTUTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan padaFakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWANINSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR2012
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Studi Morfometri Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops
aduncus,Ehrenberg 1833) Di Kolam Konservasi PT. Wersut
Seguni Indonesia, Kendal
Nama : Yohana Ayu Sawitri Kusumastuti
NRP : B04080188
Program Studi : Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Menyetujui,
Pembimbing I
Dr. drh. Heru Setijanto,PAVet (K)
NIP 19581016 198601 1 002
Pembimbing II
Dr. drh.Agustin Indrawati.M.Biomed
NIP 19650815 199103 2 001
Mengetahui,
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
Drh. Agus Setiyono,MS,PhD,APVet
NIP 19630810 198803 1 004
Tanggal lulus:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi yang berjudul Studi Morfometri Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops
aduncus, Ehrenberg 1833)di Kolam Konservasi PT. Wersut Seguni
Indonesia, Kendal, Jawa Tengah; disusun berdasarkan hasil penelitian pada
bulan Februari 2012 dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana kedokteran hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. drh. Heru Setijanto, PAVet (K) dan Dr.drh. Agustin Indrawati, M.
Biomed.masing-masing selaku dosen pembimbing pertama dan kedua
yang telah memberikan banyak arahan, saran, serta bimbingan selama
menyelesaikan penelitian sampai penyusunan skripsi ini.
2. Dr. drh. Umi Cahyaningsih, M.S. selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan nasihat, motivasi, dan bimbingan moral selama
penulis menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor.
3. Drh. Retno Wulansari, M.S, Ph.D sebagai dosen penguji luar yang telah
memberikan masukan dan saran.
4. PT. Wersut Seguni Indonesia atas kerjasama dan bantuannya selama
penelitian ini berlangsung.
5. Elok Puspita Rini, Marlina Indah, dan Irena Titin Kartika yang telah
banyak membantu selama penelitian berlangsung.
6. Kepada keluarga tercinta, Bapak, Ibu, Mbak Stasia, Mas Frans, Ruth,
Guido, Mbak Aldine, Mas Puguh, Rinjani,Monica, Taro, Moli, Dowie,
Puci, dan Belang yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan semangat
kepada penulis yang tiada henti. Karena mereka semangat penulis dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
7. Drh. IGA Rangga Wiradharma atas doa, kasih sayang, dukungan, dan
semangat selama penyelesaian skripsi ini yang selalu meluangkan
waktunya dan memberikan semangat kepada penulis.
8. Sahabat-sahabat terbaik Lynn, Moncor, Novra, Irin, Rio, Monik, Arca,
Titus, Pu, Mpi, Melisa, Septi atas semangat dan dukungannya.
9. Keluarga besar Himpunan Minat Profesi Satwaliar dan Chelonia.
10. Beasiswa PPA yang telah memberikan beasiswa kepada penulis selama
menyelesaikan pendidikan sarjana.
11. Teman-teman Avenzoar 45 atas kekompakan, kebersamaan, dukungan,
serta persahabatan dalam menggapai cita-cita di Fakultas Kedokteran
Hewan IPB.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan
keterbatasan pengetahuan penulis.Namun demikian, penulis mengharapkan
bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.
Bogor, September 2012
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Desember 1989.Penulis
merupakan putri ketiga dari empat bersaudara dari Bapak Gerardus Agus
Wibawanto dan Ibu Agnes Henny Budi Pangastuti, S.Pd.
Tahun 2002 penulis lulus dari SD Tarakanita 5 Jakarta, kemudian pada
tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SMP Tarakanita 4 Jakarta. Penulis
lulus dari SMA Kolese Loyola pada tahun 2008 dan pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
SNMPTN dan diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan setelah
satu tahun melalui Tingkat Persiapan Bersama (TPB).
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam organisasi
kemahasiswaan.Tahun 2010 penulis aktif sebagai anggota dan Sekretaris II
Himpunan Profesi Satwa Liar dan anggota seni Steril. Tahun 2011 penulis terpilih
sebagai wakil ketua Himpunan Profesi Satwaliar dan pada tahun yang sama
terpilih sebagai ketua divisi informasi dan komunikasi seni Steril.
Sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi di Fakultas Kedokteran
Hewan, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul Studi Morfometri
Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops aduncus, Ehrenberg 1833) di Kolam
Konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal, Jawa Tengah.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xv
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
Latar Belakang..................................................................................... 1Tujuan ................................................................................................. 2Manfaat................................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
Pengertian umum cetacean................................................................... 3Lumba-lumba hidung botol (Tursiops sp.)............................................ 3Tursiops aduncus ................................................................................. 6Tursiops truncatus ............................................................................... 7Metode Pengukuran ............................................................................. 8
MATERI DAN METODE .......................................................................... 10
Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 10Hewan Percobaan ................................................................................ 10Alat Penelitian ..................................................................................... 10Pengukuran Hewan Coba ..................................................................... 10Analisis Data ....................................................................................... 10
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 12
SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 20
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Statistik morfologi eksterior dari lumba-lumba hidung botoldi Perairan China (Tursiops aduncus, n=17; T. truncatus, n=40)
(Wang et al. 2000) ..................................................................................... 5
2 Klasifikasi umur lumba-lumba berdasarkan totalpanjang badan standar (Laetherwood dan Reeves 1990) ............................. 6
3 Hasil pengukuran lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal ....................................... 15
4 Ukuran rata-rata jantan (n=4) dan betina (n=2) Tursiops aduncus di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia ....................... 17
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Persebaran lumba-lumba hidung botol di dunia (IUCN 2009)..................... 1
2 Bagian kepala (a) Tursiops aduncus, (b) Tursiops truncatus,spot hitam pada bagian ventral. (Wang et al. 2000).................................... 4
3 Gigi Tursiops sp. dilihat dari sisi lateral (FAO dan UNEP 1994). .................. 5
4 Karakteristik morfologi eksterior lumba-lumba hidung botol dariPerairan China (Wang et al. 2000)........................................................ 9
5 Proses pengukuran untuk mengambil data .................................................. 11
6 Proses mendaratkan lumba-lumba hidung botol dari kolam konservasi........................................................................................ 13
7 Morfologi eksterior lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal............................. 14
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perairan laut Indonesia yang luas memiliki potensi sumberdaya hayati
yang beranekaragam.Salah satu keanekaragaman tersebut adalah mamalia
laut.Mamalia laut termasuk dalam kelas Mamalia, yang sudah beradaptasi untuk
hidup di dalam air.Mamalia dengan ordo Cetacea memiliki 80 spesies mamalia
laut yang tersebar di seluruh perairan dunia, beberapa spesies bahkan ditemukan
di perairan tawar dan di danau.Spesies yang termasuk dalam ordo Cetacea
meliputi paus dan lumba-lumba.Di Indonesia terdapat sedikitnya sepuluh jenis
lumba-lumba (Priyono 2008).
Lumba-lumba yang paling banyak jumlahnya dan paling mudah ditemui
adalah lumba-lumba hidung botol (Tursiops sp.).Lumba-lumba hidung botol
memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungannya.
Kemampuannya ini menyebabkan lumba-lumba hidung botol dapat bertahanhidup
dalam penangkaran. Lumba-lumba hidung botol yang sering berada dalam
penangkaran adalah Tursiops truncatus dan Tursiops aduncus.
Lumba-lumba hidung botol, Tursiops sp., secara intensif dipelajari dalam
berbagai disiplin ilmu yang berbeda baik dalam penangkaran maupun di habitat
aslinya (Stephen 2011).Tursiopstruncatus memiliki persebaran habitat yang luas,
di laut dengan temperatur rendah hingga laut tropis di seluruh dunia sedangkan
persebaran habitat T. aduncus dapat ditemui di laut tropis dengan temperatur
hangat (Gambar 1).
Gambar 1 Persebaran lumba-lumba hidung botol di dunia (Sumber :IUCN 2009).Keterangan : (a). Tursiops aduncus,(b). Tursiops truncatus.
2
Tidak diragukan lagi Tursiops sp. inilah yang paling dimengerti dari
lumba-lumba hidung botol lainnya.Banyak yang beranggapan bahwa hanya ada
satu spesies dari lumba-lumba hidung botol yaitu T. truncatus. Sedangkan yang
lain berpendapat ada dua spesies lumba-lumba hidung botol yaitu T. gilli dan T.
truncatus yang kemudian dibagi menjadi dua subspecies yaitu T. truncatus
truncatus dan T. truncatus aduncus (Rice & Scheffer 1968). Pengenalan terhadap
kedua spesies ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
keanekaragaman lumba-lumba hidung botol terutama di Indonesia sehingga
diharapkan dapat terus menjaga kelestarian alam terutama lumba-lumba hidung
botol.
Tujuan
Penelitian ini merupakan studi morfometri yang bertujuan untuk mengetahui
lebih jauh mengenai morfologi eksterior dari T. aduncus.
Manfaat
Mendapat data morfologi T. aduncus secara lengkap serta memperkaya data
morfologi lumba-lumba hidung botol di Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian umum cetacean
Cetacean merupakan istilah golongan mamalia laut yang masuk kedalam
ordo Cetacea.Ordo Cetacea mempunyai dua sub-ordo yaitu Mysticeti dan
Odontoceti, sub-ordo Mysticeti termasuk didalamnya adalah paus baleen, dan sub-
ordo Odontoceti termasuk didalamnya paus bergigi dan lumba-lumba (FAO &
UNEP 1994).
Kata cetacean berasal dari bahasa Latin cetus artinya hewan laut besar dan
bahasa Yunani ketos artinya monster laut. Cetacean termasuk hewan berdarah
panas, memiliki temperatur tubuh sama dengan manusia, bernapas dengan paru-
paru, kaki depan dimodifikasi menjadi flipper atau sirip ventral, kaki belakang
absen, mata dan telinga kecil, tulang kepala terbentuk dengan lubang hidung/
nostril dibagian dorsal kepala dengan satu blowhole (FAO & UNEP 1994), dan
ekor yang disebut fluke (Webber & Thurman 1991). Berbeda dengan ikan pada
umumnya, cetacean mendorong tubuhnya dengan menggerakkan ekornya secara
perlahan, dengan gerakan naik dan turun (Leach 2009).
Menurut FAO & UNEP (1994) semua cetacean memiliki bentuk tubuh yang
hampir sama menyerupai torpedo (streamline), sirip ventral (flipper) seperti
dayung pipih, tengkorak yang memanjang, lubang di dorsal nasal (blowhole),
lapisan blubber, organ reproduksi internal, derivat tulang dalam bentuk ekor
(fluke) dan sirip dorsal, dan rambut. Walaupun anatomi eksteriorcetacean
menyerupai ikan tetapi anatomi internal seperti pada mamalia di daratan.Sirip
ventral/flipper merupakan bagian tulang lengan dan tangan yang tereduksi.Tulang
pelvis rudimenter dan kaki belakang absen.
Lumba-lumba hidung botol (Tursiops sp.)
Lumba-lumba hidung botol (Tursiopssp.) merupakan hewan kosmopolit
yang tersebar luas di daerah pantai dengan temperatur yang hangat dan merupakan
cetacean yang paling dikenal diantara cetacean lainnya (Goodall et al.
2011).Lumba-lumba hidung botol bisa dikatakan cetacean yang paling dikenal
manusia karena habitat di daerah pesisir, memiliki sifat yang jinak, kemampuan
beradaptasi, dan rasa keingintahuan yang tinggi. Lumba-lumba hidung botol
4
memiliki ukuran tubuh yang besar, kuat, dan moncong yang relatif panjang.
Terdapat dua tipe lumba-lumba hidung botol yaitu T. truncatus dan T.
aduncus.Tursiops aduncus biasa ditemukan di daerah pantai dan T.truncatus di
daerah laut dalam (Hale et al. 2000).Warna kulit abu-abu terang hingga gelap
dengan variasi putih dibagian perut dan kadang memiliki spot hitam di daerah
ventral. Spot hitam pada bagian ventral pada T. aduncus dewasa dan hilang pada
T. truncatus (Wang et al. 2000; Hale et al.2000; Goodall et al. 2011) merupakan
ciri yang mencolok untuk membedakan kedua spesies tersebut. Terdapat garis
hitam memanjang dari mata sampai ke flipper.
Van Bree dalam Kurihara & Oda (2006) membedakan Tursiops sp. (T.
tuncatus dan T. aduncus) di pantai Afrika Barat berdasarkan panjang
rostrum.Begitu pula menurut Wang et al. (2000), untuk membedakan antara dua
spesies serupa dikelompok lumba-lumba hidung botol (Tursiops sp.) terutama di
Perairan Cina dan Indonesia, panjang rostrum merupakan pengukuran yang
absolut.Perbedaan panjang rostrum ini dapat dilihat di Gambar 2.Berikut adalah
hasil statistik sederhana yang dilakukan oleh Wangberdasarkan karakteristik
eksteriorT.aduncus dan T. truncatus.
Gambar 2 Bagian Kepala (a) Tursiops aduncus, (b) Tursiops truncatus,spot hitam pada bagian ventral (Wang et al. 2000).
5
Tabel 1 Statistik morfologi eksteriordari lumba-lumba hidung botol di Perairan China (T. aduncus, n=17; T. truncatus, n=40)(Wang et al. 2000)
Keterangan :a spesimen T. aduncus terbesar yang dilaporkan di Pulau Penghu
Ukuran tubuh lumba-lumba hidung botol dewasa 1,9-3,8 m dengan jantan
lebih besar dari betina. Bayi lumba-lumba hidung botol panjangnya sekitar 1-1,3
m. Klasifikasi umur lumba-lumba hidung botol dapat juga dilihat dari total
panjang tubuh (Tabel 2).Lumba-lumba hidung botol memiliki 18-26 pasang gigi
masing-masing rahang (Gambar 3).Pada lumba-lumba yang sudah tua, beberapa
gigi bisa tanggal bahkan tidak ada gigi lagi.Gigi bisa dijadikan identifikasi umur
dari lumba-lumba hidung botol.
Karakter T. aduncus T. truncatus
Rata-rata
(cm)
SD
(cm)
Selang
(cm)
Rata-rata
(cm)
SD
(cm)
Selang
(cm)
Total body length (TBL)224.7 28.08
140.0-
268.0a247.1 25.67 191.0-295.5
Snout-eye length (SEY) 33.2 3.26 22.5-36.0 33.5 3.04 29.0-39.0
Snout to anterior
insertion of flipper52.7 4.87 36.0-58.0 54.1 4.57 45.0-62.8
Rostrum length (RL) 13.4 1.44 8.8-15.5 9.6 1.25 7.0—12.0
Rostrum width (RW) 8.2 0.98 6.0-10.0 8.7 0.92 7.0-11.4
Maximum width of
flipper14.4 2.00 9.3-18.0 13.9 1.36 10.8-17.0
Anterior lengh of flipper 37.6 4.13 25.3-45.0 38.3 3.52 30.0-44.0
Posterior length of
flipper28.3 3.49 18.8-34.5 27.9 2.77 20.5-33.0
RL/TBL (%) 6.0 0.34 5.3-6.7 3.9 0.53 2.6-5.0
RL/SEY (%) 40.3 1.78 37.1-43.3 28.8 3.36 19.9-36.2
Gambar 3 Gigi Tursiops sp. dilihat dari sisi lateral (FAO & UNEP 1994).
6
Tabel 2 Klasifikasi umur lumba-lumba berdasarkan total panjang badan standar (Laetherwood & Reeves 1990)Kelas Umur (tahun) Panjang Badan (cm)
Infant 1 < 170
Juvenile 1-6 170-210
Subadult, betina
Jantan
6-12
6-13
210-235
210-247
Adult, betina
Jantan
>12
>13
>235
>247
Tursiops aduncus
Berdasarkan Integrated Taxonomic Information System tahun 2004a,
lumba-lumba hidung botol memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Cetacea
Subordo : Odonticeti
Famili : Delphinidae
Genus : Tursiops
Spesies : Tursiops aduncus (Ehrenberg,1833)
Menurut Wells & Scott (2005), T. aduncus cenderung memiliki ukuran
tubuh yang lebih kecil dibandingkan T. truncatus. Tursiops aduncus juga
memiliki rostrum yang lebih panjang dan bercak hitam di bagian ventral pada saat
dewasa kelamin dibandingkan dengan T. truncatus.
Tursiops aduncus diketahui sebagai lumba-lumba hidung botol yang
habitatnya di daerah pantai dengan kedalaman mencapai 30 m dengan kondisi air
yang hangat.Spesies ini bisa ditemukan pada kedalaman 1 m, dimana mereka
dapat berinteraksi dengan manusia dan memakan ikan yang sudah mati (Ross &
Cockcroft 1990).
7
Tursiops truncatus
Berdasarkan Integrated Taxonomic Information System tahun 2004b,
lumba-lumba hidung botol memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Cetacea
Subordo : Odonticeti
Famili : Delphinidae
Genus : Tursiops
Spesies : Tursiops truncatus (Montagu,1821)
Tursiops truncatusmemiliki beberapa nama sesuai dengan tempat
ditemukannya seperti black porpoise(oleh nelayan tuna),afalina (Rusia), taisiyo
bandö iruka (Jepang). Menurut Laetherwood et al. (1988), T. truncatusdi lautan
Pasifik memiliki panjang mencapai 3-4 m dengan jantan lebih besar daripada
betina diumur yang sama dan saat lahir mencapai 1-1.3 m. Tursiops truncatusini
paling dikenal oleh masyarakat karena spesies ini yang paling umum berada di
tempat hiburan ataupun kolam konservasi. Spesies ini juga memiliki rostrum yang
relatif pendek.
Lumba-lumba hidung botol merupakan hewan berkelompok.Tursiops
truncatus dapat ditemukan berkelompok lebih dari lima puluh hingga ribuan.
Ditemukan di lautan dalam dan dapat beradaptasi dengan temperatur air yang
lebih dingin. Karakteristik reproduksi T. truncatusdi lautan Pasifik banyak
diketahui melalui reproduksi lumba-lumba hidung botol di lautan Atlantik,
panjang betina dewasa 2.2 -2.4 m dan jantan dewasa 2.5-2.6 m. Siklus reproduksi
terjadi dua kali setahun pada musim kemarau dan musim gugur, dengan
kebuntingan selama setahun dan masa laktasi mencapai 12-18 bulan. Tursiops
truncatusmemiliki kebiasaanuntuk muncul di permukaan dan melakukan
akrobatik seperti jatuh dengan punggung terlebih dahulu. Berdiri dengan kekuatan
ekor dan pandai melakukan gerakan surfing(Laetherwood et al.1988).Tursiops
truncatus di lautan sulit dibedakan dengan beberapa lumba-lumba lainnya seperti
8
lumba-lumba Risso dari kejauhan, lumba-lumba rough-toothedterutama di daerah
lepas pantai lautan subtropis dan tropis, serta lumba-lumba spotted muda.
Metode Pengukuran
Pengukuran merupakan salah satu metode identifikasi suatu
spesies.Perbedaan diagnostik pada mitokondria DNA dan karakteristik skeletal
pada lumba-lumba hidung botol dapat digunakan untuk memperkuat
identifikasi.(Wang et al. 2000).Pengambilan DNA spesimen dan pengukuran di
lapangan tidak mudah dilakukan karena kita harus meminimalisasi kontak dengan
lumba-lumba hidung botol tersebut.Karakteristik eksterior dapat digunakan untuk
membedakan dua spesies lumba-lumba hidung botol tersebut.Beberapa studi
menggunakan ekstremitas (moncong, flipper, dan sirip dorsal) sebagai salah satu
ciri identifikasi.Tursiops truncatus terlihat lebih besar dibandingkan T. aduncus
secara proporsional di area yang sama (Hale et al. 2000). Menurut Gao et al.
(1995) perbedaan kedua spesies hanya dapat terlihat pada ukuran lumba-lumba
hidung botol dewasa. Pengamatan yang dilakukan pada lumba-lumba hidung
botol di laut lepas sehingga tidak memungkinkan untuk membedakan antara yang
remaja dan dewasa bila terlihat individual.
Lumba-lumba hidung botol memiliki karakteristik anatomi yang khas
sehingga pengukuran relatif mudah dilakukan terutama pada lumba-lumba hidung
botol dalam penangkaran. Pengukuran pada lumba-lumba hidung botol dilakukan
dengan mengukur total panjang badan, panjang rostrum, panjang flipper, lebar
badan, panjang badan, dan berat badan total. Pengukuran berat badan digunakan
untuk mengkorelasikan antara berat badan dan total panjang badan dengan umur
lumba-lumba hidung botol tersebut. Secara garis besar, pengukuran dapat
dilakukan seperti pada Gambar 4, tetapi di lapangan pengukuran secara spesifik
sulit dilakukan tergantung pada kondisi lumba-lumbahidung botol saat itu.
Walaupun banyak variasi pada lumba-lumba hidung botol, peneliti
biasanya hanya mengenali satu spesies yaitu Tursiops truncatus (Wang et al.
2000).Hasil penelitian Wang et al. (2000) menunjukkan bahwa lumba-lumba di
Indonesia mengarah pada T. aduncus yang berbeda dengan yang berada di
perairan Cina.
9
Gambar 4 Karakteristik morfologi eksterior lumba-lumba hidung botol dari Perairan China; TBL: total body length, SEY: snout-eye length, SAF: distance from snout to anterior insertion of flipper, RL: rostrum length, RW: rostrum width, MWF: maximum width of flipper, ALF: anterior length of flipper, PLF: posterior length of flipper.( Sumber : Wang et al. 2000)
MATERI DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7 Februari sampai dengan 10
Februari 2012 di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Pantai Cahaya
Klampok Sendang Sekucing Rowosari, Kendal, Jawa Tengah.
Hewan Coba
Penelitian ini menggunakan enam lumba-lumba hidung botol (Tursiops
aduncus) yang berada dalam kolam penangkaran.Pemilihan lumba-lumba hidung
botol ditentukan berdasarkan kemudahan lumba-lumba hidung botol tersebut
untuk melakukan trik mendarat di tepi kolam.
Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran yaitu meteran dengan dua
ukuran panjang yaitu dua meter dan tiga puluh meter. Meteran dua meter untuk
mengukur moncong, flipper, sirip dorsal, dan lingkar tubuh digunakan sedangkan
meteran tiga puluh meter untuk mengukur total panjang tubuh lumba-lumba
hidung botol.
Pengukuran Hewan Coba
Lumba-lumba hidung botol diberi pakan oleh keeper kemudian diberikan
aba-aba trik mendarat di tepi kolam.Lumba-lumba hidung botol yang sudah
berhasil mendarat di tepi kolam kemudian dipegang dari moncong sampai
ekor.Pengukuran dilakukan dengan cepat dan seteliti mungkin dengan meletakkan
meteran pada bagian tubuh yang akan diukur sesuai dengan Gambar 4 yaitu
pengukuran dilakukan dilakukan pada TBL (total body length), SEY (snout-eye
length),RL (rostrum length), RW (rostrum width), MWF (maximal width of the
flipper), TW (tail width), CB (circle of body), and DFL (dorsal flipper
length).Pengukuran dapat dilihat pada Gambar 5.Setelah pengukuran, data ditulis
kedalam tabel pengukuran yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan penjabaran secara deskriptif
mengenai T. aduncusdan membedakannya dengan T. truncatus.Data hasil
11
pengukuran dipresentasikan dalam bentuk regresi linear sederhana.
Menghubungkan antara data-data yang diperoleh seperti perbandingan antara total
panjang tubuh (TBL) dengan lebar tubuh (CB), total panjang tubuh (TBL) dengan
lebar ekor (TW), dan total panjang tubuh (TBL) dengan panjang rostrum (RL)
sehingga terlihat keterkaitan antara data-data tersebut.
Gambar 5 Proses pengukuran untuk mengambil data. Keterangan: (a): TBL (total body length), (b): RL (rostrum length), (c): DFL (dorsal flipper length).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Taksonomi lumba-lumba hidung botol telah lama menjadi perdebatan
(Vermeulan & Cammareri 2008; Goodall et al. 2011).Sampai saat ini dua spesies
Tursiops sp. yang dikenal adalah T. truncatus (common bottlenose dolphin) dan T.
aduncus (Indo-Pasific bottlenose dolphin).Kedua spesies lumba-lumba hidung
botol ini pada umumnya banyak ditemui di lautan, tetapi peneliti biasa
mengelompokkankedalam satu spesies yaitu T. truncatus (Wang et al.
2000).Tursiops sp. merupakan satwa liar yang sampai saat ini masih dapat kita
lihat di habitat aslinya. Berdasarkan status konservasinya dalam International
Union for the Conservation of Nature and Natural Resource (IUCN) tahun 2004,
T. aduncus termasuk golongan Data Deficient (DD) yaitu kategori spesies yang
ketersediaan datanya belum cukup atau kurang dalam penentuan status konservasi
dan T. truncatus termasuk golonganLeast Concern (LC) yaitu kategori spesies
yang data populasinya sudah dievaluasi, tetapi tidak memenuhi syarat untuk status
konservasi berikutnya. Status tersebut menandakan jumlah populasi Tursiops sp.di
habitat yang belum diketahui dengan pasti.Dalam kenyataannya, lumba-lumba
hidung botol ini jumlahnya terus berkurang karena adanya perburuan liar sehingga
keberadaan lumba-lumba hidung botol harus terus dilestarikan.Hal tersebut juga
mempengaruhi penggunaan lumba-lumba hidung botol (Tursiops sp.) untuk
penelitian yang mengacu pada prinsip 3R (Reduction, Refinement, dan
Replacement) (Croce 1991).
Reduction dimaksudkan mengurangi jumlah penggunaan satwa dalam
proses penelitian, refinement dimaksudkan memperbaiki metode dalam proses
penelitian untuk mengurangi tingkat kesakitan pada satwa, dan replacemet
dimaksudkan mengganti satwa yang digunakan. Penelitian ini mencoba
menerapkan penggunaan prinsip reductionyaitu penggunaan lumba-lumba hidung
botol sejumlah enam ekor yang dianggap dapat mewakili data morfologi dan
refinement method dalam pengambilan data yaitu menggunakan metode
mendaratkan lumba-lumba dengan menggunakan trik mendarat sehingga tidak
menyebabkan perlukaan pada lumba-lumba hidung botol.
13
Proses mendaratkan lumba-lumba hidung botol dengan trik dapat dilihat
pada Gambar 6.
Jumlah lumba-lumba hidung botol di tempat penangkaran ini mencapai
dua puluh ekor.Enam lumba-lumba hidung botol dipilih secara acak berdasarkan
kemudahan dalam mendaratkan di tepi kolam.Secara umum lumba-lumba hidung
botol di kolam konservasi terlihat sehat dengan morfologi yang baik (tidak cacat)
dan aktif bergerak. Morfologi eksterior yang terlihat di kolam: tubuh kuat, kokoh,
mengkilat, dan keseluruhan tubuh berwarna abu-abu tua dengan abdomen abu-abu
muda, tonjolan kepala yang khas, flipper yang kokoh, mata yang bulat tanpa
kelopak mata serta mengeluarkan lendir, garis abu-abu tua yang membentang dari
mata sampai bagian kepala depan, ekor tebal dan kuat dengan tepi berbentuk
cekung, pigmentasi (spot) pada bagian ventral dengan corak yang berbeda tiap
Gambar 6 Proses mendaratkan lumba-lumba hidung botol dari kolam konservasi;(a) memberikan pancingan berupa pakan; (b) trik mendarat.
14
individu, serta sirip dorsal segitiga yang tegak lurus dengan tubuh berbentuk
cekung. Hal tersebut sesuai dengan yang dilaporkan oleh Kim et al.
(2010).Morfologi eksterior dari lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi
dapat dilihat pada Gambar 7.
.
Gambar 7 Morfologi eksterior lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal. Keterangan: (a): keseluruhan tubuh lumba-lumba hidung botol, (b): flipper yang kokoh, (c): tonjolan kepala yang khas, (d): mata yang kecil dan garis abu-abu tua yang membentang dari mata sampai bagian kepala depan, (e): ekor yang kuat,tebal,tepi cekung, (f): spot hitam di bagian ventral
Dari data yang diperoleh (Tabel 3) diperkirakan kisaran umur lumba-
lumba hidung botol di kolam konservasi adalah delapan sampai sembilan tahun.
Lumba-lumba hidung botol di penangkaran atau kolam konservasi biasa
digolongkan kedalam kelas adult dengan perkiraan umur diatas 10 tahun bila
Fleetham 2011
16
diambil dari alam (Hale et al. 2000). Berdasarkan klasifikasi umur lumba-lumba
hidung botol oleh Laetherwood &Reeves (1990), lumba-lumba hidung botol di
kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia digolongkan kedalam kelas
subadult dimana panjang tubuh jantan mencapai 200-220 cm dan betina mencapai
210-214 cm.
Hasil pengukuran di kolam konservasi tersebut tidak berbeda jauh dengan
data pengukuran Wang et al. (2000), yang menunjukkan bahwa pengukuran
dilakukan sesuai dengan ketentuan pengukuran morfologi eksterior lumba-lumba
hidung botol.
Lumba-lumba hidung botol jantan terpanjang di kolam konservasi PT.
Wersut Seguni Indonesia yaitu 220 cm.Panjang maksimal T. aduncus jantan bisa
mencapai 247 cm. Panjang ini dipengaruhi oleh perairan daerah lumba-lumba
hidung botol tersebut hidup. T. aduncus di perairan tropis berukuran lebih kecil
dibandingkan T. aduncus di perairan subtropis (Hale et al. 2000).Dengan data itu
pula, dapat dikatakan enam lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi PT.
Wersut Seguni Indonesia merupakan spesies T. aduncus perairan tropis dan
memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingan dengan T. truncatus di Perairan
China.
Rata-rata TBL (total body length) (Tabel 4) dari empat jantan adalah
209.78.4 cm dan dua betina adalah 2122.8 cm. Pada hasil ini betina mempunyai
rata-rata panjang tubuh yang relatif lebih besar daripada jantan namun relatif tidak
jauh berbeda. Tidak jauh perbedaan panjang tubuh berdasarkan jenis kelamin pada
Tursiops aduncussesuai dengan Goodall et al. (2011) yang menyatakan bahwa
tidak ada perbedaan ukuran tubuh secara nyata antara jantan dan betina serta
terlihat pada hasil pengukuran panjang rata-rata Tursiops aduncus jantan 229.5 cm
dan betina 228.5 cm di Perairan Australia Timur (Hale et al. 2000). Berbeda
dengan Tursiops truncatus jantan lebih besar daripada betina.Selain TBL, data
rata-rata pengukuran lain seperti SEY (snout-eye length), RL (rostrum length),
RW (rostrum width), dan MWF (maximal width of flipper) antara jantan dan
betina relatif tidak berbeda.Tidak juga terlihat perbedaan jauh dengan referensi.
17
Tabel 4 Perhitungan ukuran rata-rata jantan (n=4) dan betina (n=2) Tursiops aduncus di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia
Keterangan : TBL: Total body length; SEY: Snout-eye length ; RL: Dorsal rostrum length;RW: Rostrum width; MWF: Maximum width of flipper
Pengukuran ratio rata-rata rostrum length (RL)/total body length (TBL)
adalah 5.6 dan rostrum length (RL)/snout-eye length (SEY) adalah 55.8.
Perbandingan ini menunjukkan T. aduncus memiliki ratio RL/TBL dan RL/SEY
lebih besar dibandingkan T. truncatus yaitu RL/TBL 3.9 dan RL/SEY 28.8 (Wang
et al. 2000).Terlihat bahwa rostrum T. aduncuslebih panjang dibandingkan T.
truncatus.
Berdasarkan uji regresi linear sederhana untuk mendapatkan korelasi antar
komponen-komponen pengukuran tersebut terlihat adanya korelasi positif antara
TBL dan CB, semakin panjang TBL maka semakin besar CB, begitupula dengan
TBL dan TW;SEY dan RL. Namun terjadi korelasi negatif antara TBL dan RL
yaitu pertambahan panjang TBL tidak diikuti pertambahan panjang RL.Hubungan
korelasi data-data ini diharapkan dapat membantu proses identifikasi morfologi
lumba-lumba hidung botol pada penelitian lain misalnya penentuan umur dan
spesies Tursiops sp.
Tursiops aduncus mempunyai spot hitam di bagian ventral tubuh
merupakan pigmentasi yang khas. Pada T. aduncus dewasa akan ditemukan
pigmentasi/spot hitam pada daerah ventral yang semakin tua semakin banyak
sehingga dapat digunakan untuk menduga umur lumba-lumba hidung botol.
Sebagian besar lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi ini memiliki
pigmentasi daerah ventral, beberapa diantaranya tidak ditemukan pigmentasi
tersebut.Absennya pigmentasi pada lumba-lumba hidung botol ini mengarah pada
lumba-lumba hidung botol berumur muda atau tergolong T. truncatus.Namun
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan pigmentasi dan tingkah
laku lumba-lumba hidung botol sebagai indikator identifikasi (Wang et al. 2000).
Jenis
Kelamin
Ukuran (rata-rata SD) (cm) Ratio
TBL SEY RL RW MWF RL : TBL RL : SEY
Jantan 209.7 8.4 24 4.7 12.5 0.5 7.2 1.9 12.7 0.95.6 55.8
Betina 212 2.8 20.5 0.7 10.5 0.7 8 0 14.5 0.7
Referensi
(Wang et
al. 2000)
224 28.1 33.2 3.26 13.4 1.44 8.2 0.9 14.4 2.0 3.9 28.8
18
Pada penelitian ini, terlihat bahwa tiga dari lumba-lumba hidung botol
yang diukur, terlihat tidak memiliki gigi (gigi tanggal) dan tiga yang lainnya
memiliki gigi pada perkiraan umur yang sama. Perbedaan mengenai gigi tanggal
ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat faktor penyebab tanggal
gigi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kesimpulan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Ukuran T. aduncusdi kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia lebih
kecil daripada T. truncatusdi Perairan China.
2. Tursiops aduncus di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia
tergolong lumba-lumba hidung botol kelas subadultberdasarkan TBL.
3. Tidak ada perbedaan antara jantan dan betina padaT. aduncus.
4. Tursiops aduncus memiliki ratio panjang rostrum berbanding panjang
tubuh lebih besar daripada T. truncatus.
5. Terdapat korelasi positif antar nilai TBL dan CB, TBL dan TW, SEY dan
RL.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi morfologi eksterior lumba-lumba hidung botol di
kolam konservasi.
2. Melakukan morfometri anatomi eksterior di kolam konservasi lumba-
lumba hidung botol di daerah lain untuk menambah data lumba-lumba
hidung botol di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Croce. 1991. ‘Alternative’ medical research?.http://www.dlrm.org/about.htm. [06 Juni 2012].
[FAO & UNEP] Food and Agriculture Organization of The United Nations & United Nations Environment Programme.1994. FAO Spesies Identification Guide Marine Mammals of The World. Italia : FAO & UNEP.
Fleetham D. 2011.Dolphin tail.http://fineartamerica.com/featured/dolphin-tail-dave-fleetham.html. [6 Agustus 2012]
Gao A,Wang Y, Zhou K. 1995. Geographical variation in morphology of bottlenose dolphins (Tursiops sp.) in Chinese water.J Aquat Mamm 21:121-135.
Goodall RNP, Marchesi MC, Pimper LE, Dellabianca N, Benegas LG, Torres MA, Riccialdelli L. 2011. Southernmost records od bottlenose dolphins, Tursiops truncatus. Polar Biol 34:1085-1090.
Hale PT, Barreto AS, Ross GJB. 2000. Comparative morphology and distribution of the aduncus and truncatus forms of bottlenose dolphin Tursiops in the Indian and Western Pacific Oceans. J Aquat Mamm 26(3):101-110.
[ITIS] Integrated Taxonomic Information System. 2004a. Tursiops aduncus(Ehrenberg,1833). [terhubung berkala]. http://itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=612596.html [21 Mei 2012].
[ITIS] Integrated Taxonomic Information System. 2004b. Tursiops truncatus(Montagu,1821). [terhubung berkala]. http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=180426 [06 Agustus 2012].
[IUCN] International Union for the Conservation of Nature and Natural Resource. 2004. Tursiops truncatus (Montagu, 1821). [terhubung berkala]. http://www.cms.int/reports/small_cetaceans/data/t_aduncus/t_aduncus.htm[04 Agustus 2012].
[IUCN] International Union for the Conservation of Nature and Natural Resource. 2009. Tursiops aduncus (Ehrenberg,1833). [terhubung berkala]. http://www.cms.int/reports/small_cetaceans/data/t_aduncus/t_aduncus.htm[04 Agustus 2012].
Kim HW, Choi SG, Kim ZG, An YR, Moon DY. 2010. First record of the Indo-Pacific bottlenose dolphin, Tursiops aduncus in Korean waters. J Anim Cells Syst 14(3):213-219.
21
Kurihara N, Oda S. 2006. Cranial variation and taxonomic revision of bottlenose dolphins (Tursiops spp.) from Japanese waters. J Aquat Mamm 32(3):289-300.
Laetherwod S, Reeves RR, Perrin WF, Evans WE. 1988. Whales, Doplhins, and Porpoises of The Easter North Pacific and Adjacent Arctic Waters A Guide to Their Identification. USA : Dover Publication.
Laetherwood S, Reeves RR. 1990. The Bottlenose Dolphins. San Diego : Academic Press.
Leach L. 2009. The effect of tail flukes on the swimming pattern of Atlantic bottlenose dolphins.http://digitalcommons.uri.edu/srhonosprog/134/. [06 Juni 2012].
Rice DW, Scheffer VB. 1968. A List of The Marine Mammals of The World. US : Fish and Wildlife Service.
Ross GJB, Cockcroft VG. 1990. Comments in Australian bottlenose dolphins and the taxonomic status of Tursiops aduncus(Ehrenberg, 1832). Di dalam :Leatherwood S dan Reeves RR, editor. The Bottlenose Dolphin. San Diego : Academic Press. hlm 101-128.
Stephen M. 2011. A new dolphin species, the Burrunan Dolphin Tursiops australissp.nov., endemik to Southern Australian coastal waters. PLoS ONE6(9): 24047
Priyono A.2008. Mengenal Jenis Lumba-Lumba di Indonesia. Volume ke-12, Suara Satwa. Malang: Profauna.
Vermeulan E, Cammareri A. 2008. Variation in external morphology of resident bottlenose dolphins in Bahia San Antonio, Patagonia, Argentina. J Mar Mamm Their Ecol 2(2).
Wang JY, Chou LS, White BN. 2000. Differences in the external morphology of two sympatric species of the bottlenose dolphins genus. J Mamm81(4):1157-1167
Webber HH, Thurman HV. 1991. Marine Biology. New York : Harper Collins Publisher.
Wells RS, Scott MD. 2005. Bottlenose dolphins Tursiops truncatus(Montagu,1821). Di dalam : Ridgway SH dan Horrison SR, editor. Handbook of Marine Mammals.Ed ke-6. San Diego : Academic Press. hlm 137-180.
15
Tabel 3 Hasil pengukuran lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal
Keterangan : (-): tidak ada ; (): ada; (++): sedang,tersebar jarang; (+++): banyak,tersebar merata; TBL: Total body length; SEY: Snout-eye length ;RL: Dorsal rostrum length ;RW: Rostrum width; MWF: Maximum width of flipper; TW: Tail width;CB: Circle of body ; DFL: Dorsal flipper length
No Nama Sex Perkiraan Umur
Gigi Ukuran Tubuh (cm) Ventral spot
TBL SEY RL RW MWF TW CB DFL1 Ragil Jantan 8 - 200 21 12 6 12 52 104 30 ++
2 Brahma Jantan 9 - 207 22 13 6 13 51 110 33 +++
3 Kumbara Jantan 9 - 212 21 12 10 14 55 110 33 +++
4 Homblo Jantan 9 220 22 13 7 12 58 118 35 +++
5 Ozawa Betina 8 210 20 11 8 15 51 106 34 ++
6 Apni Betina 8 214 21 10 8 14 56 112 33 ++
Rata-rata 210.5 21.1 11.8 7.5 13.3 53.8 110 31.3
SD 6.74 4.07 1.17 1.51 1.21 2.92 4.9 5.6