Studi Morfometri Efek Teratogenik Dari Artesunat Pada Sistem
-
Upload
wilujeng-sulistyorini -
Category
Documents
-
view
31 -
download
0
description
Transcript of Studi Morfometri Efek Teratogenik Dari Artesunat Pada Sistem
STUDI MORFOMETRI EFEK TERATOGENIK DARI ARTESUNAT PADA SISTEM SARAF PUSAT DARI JANIN
TIKUS WISTARFKK 3
KELOMPOK 3
NORA ILHAM SURYAKUNUR WULAN SARI S.H.RAHMADANDRI ADI P.GITHA FAHMA N.K.A (19133855A)NOSY AWANDA (19133856A)AMRINA MALAHATI (19133857A)WILUJENG SULISTYORINI 62ASAMSIYATI ANDRIANI 63ADIANA RAMADHANIATI 64A
PENDAHULUANMalaria menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling signifikan di dunia. Penyakit ini
tersebar luas di daerah tropis dan sub-tropis. Terjadinya malaria pada wanita hamil dapat
mempengaruhi ibu dan bayi dengan tingkat keparahan yang serius. Malaria dapat menyebabkan
abortus, berat badan rendah pada bayi, kematian bayi dan kematian ibu. Oleh karena itu wanita hamil
terlindungi dari penyakit malaria dan wanita hamil yang terserang malaria harus menerima perawatan
sesegera mungkin.
Artesunat sangat efektif terhadap strain yang resistan terhadap obat dari Plasmodium
falciparum yang digunakan untuk pengobatan malaria. Beberapa penelitian terbaru, menunjukkan
bahwa artesunat dosis tinggi dapat menghasilkan neurotoksisitas seperti kerusakan selektif pada pusat
batang otak, gangguan halusinasi, kerusakan tulang belakang dan mekanisme respon nyeri .
Pada penelitian sebelumnya, tidak ada kajian tentang morfometri efek teratogenik dari artesunat pada otak besar, otak kecil, dan sumsum tulang belakang dari janin tikus Wistar. Pada penenelitian yang lalu, dilaporkan bahwa sebanyak 50% kasus cacat bawaan dan perkembangan abnormal melibatkan sistem saraf. Pada hewan percobaan, malformasi dari sistem saraf sebagian besar terjadi ketika teratogen yang diberikan sesaat sebelum atau selama penutupan alur saraf. Oleh karena itu penelitian ini mengkaji kemungkinan perubahan pengukuran dari otak besar, otak kecil, dan sumsum tulang belakang janin tikus Wistar setelah pemberian artesunat ke tikus betina yang hamil.
ALAT & BAHANA L A T• Gunting bedah• Timbangan• Griffin vernier calipers
B A H A No Tikus wistar betina dengan berat badan antara 200 g & 230 g sejumlah 20 ekoro Tikus wistar jantan sesuai dengan jumlah tikus jantano Artesunat tablet (50 mg) dilarutkan dalam 50 ml air suling
METODE PENELITIANSetiap kelompok ditaruh dalam kandang yang terpisah
Tikus diberi pakan standar dan air keran ad libitum selama periode percobaan
Keesokan harinya di pap vagina tikus betina diperoleh sperma, dan sperma yang positif ditetapkan sebagai hari ke-0 kehamilan
Pembagian kelompok uji :Kelompok 1 dosis 0.2mg/kg BBKelompok 2 dosis 0.4mg/kg BBKelompok 3 dosis 0.8mg/kg BB Kelompok 4 dosis 2.0ml/kg BB (kontrol)
Sediaan uji diberikan secara peroral pada hari ke-7 sampai hari ke-11 masa kehamilan
Masa kehamilan sampai hari ke-20, kemudian janin diambil dengan
metode kloroform inhalasi.
Janin dikumpulkan dengan ureterektomi, kemudian dibius dengan eter dan
ditimbang.
Kepala janin dibedah melalui sayatan sepanjang aspek dorsal dan otak, lalu
ditimbang.
Pengukuran otak permukaan dorsal janin tikus Wistar diambil dengan
bantuan Griffin vernier calipers yang meliputi 7 bagian.
Gambar1. Skema diagram yang menunjukkan pengukuran morfometri permukaan dorsal otak,
cerebellum dan parameter medula spinalis pada janin tikus Wistar yang berumur 20 hari.
Keterangan :
1 Cerebral medial antero-posterior diameter (MAPD)
2 Cerebral lateral antero-posterior diameter (LAPD)
3 Cerebral transverse diameter (TD)
4 Cerebellar antero-posterior diameter (APD)
5 Cerebellar transverse diameter (TD)
6 Spinal cord length
7 Spinal cord diameter
H A S I L
Tabel 1. Parameter yang meliputi berat janin, panjang antara bokong dan ujung
kepala janin, panjang ekor, berat otak, dan parameter otak janin tikus.
Tabel 2. Parameter cerebellum janin tikus.
Tabel 3. Panjang dan diameter spinal cord janin tikus.
P E M B A H A S A N
Dalam penelitian ini, potensi teratogenik dari obat artesunat telah dibuktikan sebagai parameter yang secara signifikan dapat mengurangi efek teratogenik pada kelompok dosis tinggi bila dibandingkan dengan kontrol dan kelompok dosis rendah. Hal ini sejalan dengan beberapa laporan toksisitas perkembangan obat artesunat yang telah diteliti sebelumnya.
Pada penelitian sebelumnya dari uji teratogen lain menunjukkan adanya hubungan yang dekat antara malformasi dari sistem saraf dan berbagai pengukuran otak (lateral yang diameter antero-posterior, medial diameter antero-posterior, dan diameter transversal) serta panjang dan diameter sumsum tulang belakang.
Dalam penelitian ini, berbagai pengukuran otak dan sumsum tulang belakang pada kelompok dosis tinggi secara signifikan memiliki nilai yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa obat artesunat dengan dosis tinggi dapat memberikan efek teratogenik pada sistem saraf.
Artemisinin yang memiliki efek antimalaria dengan mekanisme dekomposisi katalis besi melalui jembatan endoperoksida menghasilkan radikal bebas yang dapat menghancurkan parasit oleh protein plasmodial alkilasi. Radikal bebas yang dihasilkan dapat melewati plasenta dan dapat berpengaruh teratogenik.
Artesunat menginduksi perkembangan toksisitas melalui peroksidasi lipid dengan menetralkan mekanisme pertahanan antioksidan. Sehingga artesunat dapat memberikan efek toksik dengan merusak untai DNA, dan dapat merusak struktur genom lainnya. Akhirnya, mengarah ke blok dalam sintesis protein dan elaborasi enzim.
K E S I M P U L A N
Jadi kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini bahwa obat artesunat dengan dosis tinggi dapat menyebabkan keterbelakangan pertumbuhan intra-uterine yang parah dan mungkin dapat mengakibatkan neurotoksik pada perkembangan sistem saraf, maka penggunaan selama kehamilan membutuhkan evaluasi lebih lanjut.