Studi Molekuler Dari HNSCC
-
Upload
dwi-widyani-rosnia-savitrie -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
description
Transcript of Studi Molekuler Dari HNSCC
5. Studi Molekuler dari HNSCC
HSNCC adalahh penyakit heterogen dengan abnormalitas kompleks molekuler. Dengan
menggunakan pendekatan aliran tinggi dan proses ekspresi gen serta baru baru ini, memprofil
ekspresi microRNAs, peneliti dapat mengklasifikasi secara molekuler dan karakterisasi dari
HNSCC, juga hubungan nya dengan parameter klinis.
5.1 Ekspresi Gen
Ekspresi gen merupakan pendekatan biologis tambahan yang digunakan untuk :
mengidentifikasi marker diagnostik dan screening molecular, meningkatkan kemampuan staging
tumor (limfonodi leher dan prediksi metastasis jauh), diferensiasi metastasis paru antara
HNSCC dari karsinoma primer skuamus sel paru, prediksi respon tumor terhadap terapi, dan
menyediakan prediksi dari outcome atau keluaran . Dua teknologi yang saat ini digunakan :
DNA Microarrays, yang secara luas mengukur ekspresi dari ribuan gen, dan qRT-PCR, yang
menyediakan kuantifikasi lebih akurat dari ekspresi dengan jumlah transkrip terbatas. Dari sudut
pandang klinisi, dengan memprofil ekspresi gen sebaiknya dapat menyediakan informasi yang
lebih akurat mengenai kanker karenanya membutuhkan terapi lebih personal dan peningkatan
strategi terapi. Saat ini, lebih dari 60 penelitian mengenai profil ekspresi gen denagn sampel
klinis manusia mengenai HNSCC telah dipublikasikan, dengan tujuan yang bervariasi, serta hasil
dan metode yang juga bervariasi. Sumber paling signifikan atau berpengaruh yang menimbulkan
heterogenitas dari penelitian profiling microarray DNA datang dari variasi metode untuk
generasi dan analisis data. Seluruh analisis data microarray terdiri dari 2 langkah dasar yaitu 1.
Mengembangkan sebuah sinyal hibridisasi ternormalisasi untuk masing masing transkrip 2.
Determinasi atau penentuan statistical subsequent dari variasi sinyal. Kemungkinan , kekurangan
terbesar dari pemeriksaan berdasarkan microarray dari HNSCC adalah kurangnya standar yang
telah didefinisi dengan baik dalam penggunaan , interpretasi dan validasi. Variabilitas pada
pemerolehan jaringan , isolasi dari sel sel tumor, ekstraksi RNA, pemilihan platform array dapat
juga menjelaskan perbedaan diantara beberapa ekspresi gen HNSCC yang dipeljari. Contohnya,
beberapa peneliti menyertakan sampel dari lokasi HSNCC yang berbeda, lainnya memfokuskan
pada lokasi spesifik, beberapa menganalisa epitelium tumor microdissected, lainnya
menyertakan stroma sekitarnya . Lebih lanjut, beberapa penelitian mengandalkan sampel yang
sangat terbatas. Konsekuensinya, sangat penting untuk menetapkan batasan nilai presentase dari
isi sel sel tumor dan kontribusi dari kontaminasi sel sel stromal terhadap profil ekspresi gen.
Pertimbangan lain dari perencanaan eksperimen microarray adalah menentukan kontrol yang
tepat. Terdapat kemungkinan untuk menggunakaan sampel jaringan normal baik matched atau
unmatched sebagai kontrol, dimana jaringan berpasangan atau matched diambil dari pasien yang
sama darimana sampel tumor itu diambil, sedangkan sampel tidak berpasangan atau unmatched
sample diambil dari subyek tanpa kanker. Namun, dari data ekspresi gen yang dikumpulkan, hal
ini mungkin dapat dilakukan untuk mengidentifikasi sekelompok gen, yang dilaporkan oleh
beberapa studi yang secara signifikan mengalami up-regulated dan down-regulated pada
HNSCC. Gen gen ini digunakan untuk encode atau mengkode cystoskeletal dan protein matriks
ekstraselular, mediator inflamatori, protein yang terlibat pada diferensiasi epidermal serta adhesi
molekul sel (Choi &Chen, 2005). Data menunjukkan terjadinya downregulation global dari gen
yang mengkode protein ribosomal dan enzim enzim pada jalur biosintesis kolesterol dan
upregulation dari gen yang mengkode metalloproteinase matrikx dan gen gen yang terlibat dalam
response inflamatori ( Choi & Chen, 2005)
5.1.1 Identifikasi HNSCC dalam cairan tubuh : Darah dan Saliva
Selama karsigonesis, beberapa sel kanker dapat bermigrasi kedalam peredaran darah atau
dieliminasi kedalam kavitas alami seperti kandung kemih, mulut dan intestinal. Memperbaiki
biomarker transkripsional yang memperlihatkan perubahan genetic kanker pada serum,plasma,
urine, semen atau saliva dari pasien , telah terbukti dapat dilakukan atau feasible serta berpotensi
bermanfaat, bahkan bila sampai sekarang hanya terdapat sejumlah penelitian dan hasil
preeliminari saja. Dalam sebuah peneltian, penelitian yang membandingkan profile ekspresi gen
dalam serum darah dari pasien HNSCC dan kasus yang menjadi control, bertujuan untuk
mengidentifikasi penanda dari 5 gen yang diekspresi berlebih dan menunjukkan penggunaan dari
serum dalam diagnosis HNSCC . Penting dicatat bahwa deteksi biomarker diagnostic pada saliva
dari pasien HNSCC adalah topik penelitian yang menjanjikan. Sampi saat ini, sebagian besar
penelitian berfocus pada perubahan DNA (mutase atau metilasi) dan hanya baru-baru ini yang
berfokus pada deteksi mRNA. Diantara gen gen yang berhubungan dengan diagnosis HNSCC
yang teridentifikasi dari saliva, yaitu IL1beta, OAZ1, SAT, IL8, SAT dan H3F3A.
5.1.2 Profile ekspresi gen dan prediksi metastasis local
Penyebaran metastasis adalah factor prognosis yang sangat buruk. Hal ini
bertanggungjawab sebagai penyebab kematian dari 90% dari seluruh pasien kanker. Ketika
metastasis limfonodi leher diidentifikasi , terapi yang lebih agresif diajukan baik oleh dokter
bedah maupun radioterapis. Saat muncul metastasis jauh, penyakit dianggap tidak dapat
disembuhkan dan muncul indikasi terapi paliatif. Data dari 14 penelitian menunjukkan bahwa
perbedaan spesifik pada ekspresi gen terdapat diantara HNSCC staging N+ dan NO. Perbedaan
ini dapat digunakan untuk meprediksi status N pada biopsy diagnostic awal. Disatu sisi, beberapa
penelitian telah mencoba menemukan ekspresi gen yang dapat memprediksi perkembangan dari
metastasis jauh pada HNSCC, tetapi sampai sekarang, hasil yang didapat masih buruk. Jumlah
sampel yang tidak mencukupi dapat menjelaskan mengapa penelitian tersebut mengalami
kegagalan. Pada aspek ini HNSCC dibedakan dari beberapa tipe tumor lain, misal kanker
payudara dan prostat, dimana tanda tanda metastasis diidentfikasi. Limfonodi leher terlihat
bekerja sebagai filter dari sel metastasis dan dapat menjadi syarat atau penyebab dari penyebaran
hematologic. Perolehan yang didapat dari profil metastasis genetic dari tumor primer tidak pasti
berhubungan dengan kejadian dari metastasis jauh dikarenakan barrier immunologis cervical
dapat mencegah atau menunda insidensinya.
Salah satu kesulitan utama selama diagnosis dari HNSCC adalah mendeteksi kelompok
atau kluster tumor mikroskopik, yang sangat mudah diabaikan oleh histopatologi metode
konvensional pada limofnodi dan / atau margin pembedahan. Metastatasis mikro
bertanggungjawab dalam rekurensi kanker pada leher dari pasien yang digolongkan sebagai N0
dan, bagi pasien yang tidak mendapatkan terapi profilaksis baik diseksi leher atau redioterapi.
Biomarker tambahan dapat membantu melakukan atau menentukan stratifikasi pasien dalam
pemilihannya untuk senitinel node biopsy. Seperti yang didapat dari hasil preelimari, tanda
ekspresi gen (signaling expression gene) dapat dengan baik membantu identifikasi dari
micrometastasis pada pasien N0. Pada cara yang sama, perkembangan dari rekurensi denagn
frekuensi tinggi dapat disebabkan oleh tampilan mikroskopik kluster sel sel kanker pada margin
reseksi yang diabaikan oleh mikroskop konvensional. Diantara marker molecular dengan nilai
prediktif yang terbukti untuk penyakit limfatik adalah E-Cadherin, podoplanin, p16, bmi-1, dan
LOX. Sampai sekarang, factor prediktif yang telah dipublikasikan untuk penyakit metastatik
dalam HNSCC awal adalah parameter histomorfologikal, tipe invasi, kedalaman infiltrasi tumor,
tingkat differensiasi, invansi limfatik dan kepadatan limfatik intratumoral. Kombinasi dari
marker molecular yang teridentifikasi tersebut dan tampilan histopatologikal memungkinkan
untuk dilakukan nya stratifikasi resiko individual dengan kemungkinan dampak pada strategi
terapi.
5.1.3 Ekspresi gen untuk membedakan Metastasis paru HNSCC
Dalam banyak kasus, lokasi umum dari metastasis jauh HNSCC adalah jaringan paru.
Pengetahuan mengenai apakah tomor ini adalah sbeuah kanker paru primer atau sebuah
metastasis HNSCC penting dan krusial dalam keputusan pasien untuk proses pemilihan terapi.
Sayangnya, dengan munculnya nodul pulmoner single dengan asal sel skuamus, maka perbedaan
antara tumor paru primer dan metastasis HNSCC tidak mungkin untuk diamati. Sampai saat ini
hanya 2 penelitian yang mencoba mengangkat topik ini dengan menggunakan pendekatan
ekspresi gen. Penanda dari 10 gen dengan benar diprediksi dan diidentifikasi asal dari tumor,
sehingga menunjukkan kemungkinan dalam mengidentifikasi asal lesi ganas yang mirip secara
histologi berdasarkan profil ekspresi gen.
5.1.4 Hubungan antara profil ekspresi gen dan keluaran klinis
Profil ekspresi gen dalam hubungannya dengan prediksi keluaran (predictive outcome)
telah dipelajari untuk membantu para klinisi untuk menstratifikasi pasien dengan lebih baik
berdasarkan agresifitas tumor, prognosis yang terlihat, dan intensitas modulitas terapi .
Penelitian pertama melaporkan kemungkinan penggunaan dari profil ekspresi gen untuk
mengidentifikasi prediksi keluaran pada penanda 375 gen yang membagi 17 pasien pada
penelitian kohort tersebut kedalam dua kelompok dengan perbedaan survival rate yang tipis.
Data dari berbagai penelitian menunjukkan sekelompok gen yang mengidentfikasi pasien
HNSCC dengan resiko baik tinggi maupun rendah terhadap rekurensi dan survival. Contohnya,
tampaknya tingginya level dari osteonectin dapat menjadi predictor yang kuat dan independent
untuk penyakit pendek tanpa interval survival dan penyakit dengan survival buruk secara
keseluruhan. Sejumlah penelitian juga mengkombinasikan microarray DNA dan data CGH untuk
mengkorelasikan perubahan ekspresi gen dengan perubahan koromosomal dan perubahan
struktur. Sampai saat ini, kemampuan dari profil ekspresi gen sebagai predictor keluaran yang
efektif masih dipertanyakan dan sangat menantang untuk dipelajari.
Dalam HNSCC , pemilihan terapi yang paling efisien untuk masing masing pasien
berdasarkan pada evaluasi TNM. Namun, sejumlah persen pasien tidak menunjukkan respon
pada terapi. Sehingga perbedaan pada profil ekspresi gen antara responder dan non responder
dapat diidentifikasi. Sampai saat ini, hanya sejumlah penelitian yang mengangkat topik spesifik
ini dalam hubungannya dengan HNSCC. Diatara gen gen yang teridentifkasi berpotensi sebagai
predictor untuk respon terapi adalah MDM2, erb2, H-ras, VCAM-1. Namun walaupun penelitian
penelitian ini mendukung penggunaan ekspresi gen dalam memprediksi respon terapi, hasil
penelitian masih mengecewakan. Faktor perancu lain yaitu kombinasi dari terapi yang digunakan
, terdiri dari 2 mekanisme biologis yang berbeda aksi . Penelitian berkelanjutan yang focus pada
perkembangan dari tanda-tanda respon prediktif untuk radioterapi sendiri atau kemoterapi sendiri
tampaknya cenderung lebih berhasil .
5.2 Profil Ekspresi microRNA dalam HNSCC
Sekelompok dari small-non coding RNA disebut dengan microRNA (miRNA) telah
diindikasi sebagai biomarker pada sejumlah tipe kanker. miRNA adalah RNA non coding,
berukuran kecil, dan endogen dari 17-25 nukleotida yang disebut mengatur hampir 30% dari gen
gen pada manusia, miRNA mengatur atau memodulasi ekspresi gen pada level paska transkripsi ,
terutama melalui komplementari parsial dengan area koding mereka atau area 3’ untraslated (3’
untranslated region/UTR) dari target mRNA. Proses ini berlanjut pada represi transitional dan /
atau degradasi, karenanya disebut sebagai regulasi dari ekspresi gen. Pada kasus yang jarang,
miRNA juga menyebabkan translasi. miRNA terlibat dalam aktivitas biologis esensial seperti
differensiasi sellular, proliferasi, perkembangan, apoptosis dan siklus regulasi sel. Peran dari
miRNA dalam kanker telah diinvestigasi secara luas dalam beberapa tahun yang lalu. Hubungan
antara miRNA dalam kanker telah dipelajari dengan mengamati perubahan pada pola ekspresi
dan amplifikasi rekuren juga delesi dari gen miRNA pada kanker. Telah ditunjukkan bahwa
terdapat 2 tipe dari miRNA yang berhubungan dnegan kanker, miRNA onkogenik atau miRNA
supresor tumor. Profil ekspresi miRNA telah dapat dilakukan dengan analisis microarray atau
dengan metode qRT-PCR . Beberapa miRNA secara konsisten diubah dan -22 telah dilaporkan
ditemukan dalam paling sedikit 2 penelitian yang berbeda. Kemiripan dari ekspresi miR-133a, -
133b,-125a,-138, -139, -200c, -26b, -302b, -302c, -342, -371 dan -373 secara konsisten
dilaporkan ditemukan dalam jumlah sedikit dalam HNSCC. Kecuali beberapa miRNA tertentu,
semua profil miRNA yang dipublikasikan menunjukkan sedikit kecocokan. Hal ini dapat
disebabkan oleh bervariasinya tipe dari sampel yang digunakan, kualitas yang berbeda dari
material (FPPE atau jaringan baru), lokasi sampling yang berbeda atau cell lines, metode untuk
melakukan penyusunan dan lingkup dari susunan/ array. Teknik sampling dari jaringan tumor
juga mempengaruhi proporsi dari sel sel tumor terhadap sel sel non tumor yang dapat
menganggu sensivitas dari real time PCR dan analisis microarray.
5.2.1 Analisis Fungsional dari miRNA dalam HNSCC
miRNA yang berpotensi sebagai supresor tumor antara lain: Beberapa miRNA ditemukan
bekerja sebagai supresor tumor pada kanker dan pada HNSCC. Penurunan ekspresi pada hampir
sebagian besar anggota dari let-7 family telah diamati pada HNSCC dalam sejumlah penelitian.
Sebagai contoh, telah ditunjukkan bahwa ekspresi gen dari let-7a menimbulkan disfungsi sel sel
kanker laryngeal dengan memodulasi proliferasi, menghambat metastasis dan menginduksi
apoptosis. Sebagai tambahan, telah ditunjukkan bahwa let-7a berdampak pada RAS dan ekspresi
c-Myc pada tingkat protein, sehingga mengakibatkan modulasi dari gen apoptotic dan ekspresi
onkogenik. Lebih lanjut, penurunan ekspresi dari let-7d dihubungkan dengan prognosis yang
buruk. Penurunan jumlah dari miR-125a/b juga diamati pada HNSCC melalui penelitian
independen. Data fungsional yang melibatkan miR-125b pada cell lines dari HNSCC berakibat
pada pengurangan proliferasi sel. Mekanisme molekular yang memungkinkan berkontribusi pada
efek ini menargetkan ERBB2 yang ditarget oleh miR-125a/b yang secara eksperimental telah
ditunjukkan. Pada faktanya, level yang tinggi dari ekspresi ERBB2 yang diamati pada HNSCC
menunjukkan kekacauan pada supresi miRNA dari gen ini. Penurunan jumlah dari miR-133a/b
juga dilaporkan ditemukan. Penurunan pada miR tersebut dalam sel HNSCC berakibat pada
pengurangan proliferasi sel atau peningkatan apoptosis. Level dari PKM2 yang meningkat, target
selular tervalidasi dari miR-133a/b, juga telah dihubungkan dengan progesifitas kanker. Anggota
dari miR-200 family , seperti miR-200a dan miR-200B ditemukan jumlahnya menurun pada
HNSCC. Target gen ini adalah ZEB1/2 , yang berperan sebagai repressor transkripsional dari E-
cadherin. Dalam proses ini, penurunan modulasi dari miR-200 family , secara bersamaan
mengakibatkan over ekspresi atau ekspresi berlebihan dari miR-155 , yang dapat memicu
epithelial mesenchymal transition (EMT). Sebagi tambahan, peran dari miR-138 dalam
metastasis juga telah diamati, miR-138 memodulasi timbulnya migrasi dan invasi dengan
menargetkan RhoC dan ROCK2. Inhibisi dari miR-138 memicu migrasi sel dan invasi. Ekspresi
dari miR lainnya, seperti miR-34c, dan miR-204 , juga berhubungan dengan invasi. Peningkatan
ekspresi miR-204 secara langsung mengakibatkan penurunan proliferasi, invasi dan migrasi dari
sel sel HNSCC. MicroRNA juga dapat didiamkan atau dihhentikan dengan hipermetilasi pada
gen supresor tumor. miR-137 dan 193 a adalah contohnya, jumlah mereka sedikit dalam
HNSCC. Sebagai tambahan, miR-137 yang memicu hipermetilasi secara signifikan dihubungkan
dengan survival rata-rata lebih buruk dalam penelitian pada 67 pasien HNSCC.
miR yang berpotensi onkogenik: Beberapa miRNA ditemukan berperan sebagai miR
onkogenik pada kanker dan pada HNSCC (tabel 4). Over ekspresi atau ekspresi berlebih dari
miR-106B-25 dan kluster 17-92 telah diamati pada kanker, termasuk HNSCC,oleh penelitian-
penelitian indepent. Kluster kluster ini, menargetkan p21 mRNA, yang berhubungan dengan
disfungsi siklus sel . Faktanya, penurunan dari kedua kluster pada sel sel HNSCC tersebut
berakibat pada penurunan laju proliferasi. miRNA sebagi mediasi deregulasi pada p21 cenderung
memiliki peran penting pada tembakau yang berhubungan dengan karsinogenesis HNSCC
dikarenakan secara negative mengatur kerusakan p-53 mediated DNA yang diinduksi oleh
karsinogen dalam rokok tembakau. Ekspresi berlebih lain dari onkogenik putative miR yang
diidentifakasi pada HNSCC adalah miR-221 yang dapat mensupresi ekspresi dari regulator
siklus sel p27 dan p57. Penurunan ekspresi dari p27 telah dilaporkan dan diamati dengan baik
pada HNSCC. Bahkan telah dilaporkan bahwa ekspresi gen ini dapat bertindak sebagai
biomarker untuk progresi kanker. Sebagai tambahan, peran dari kluster miR-106b-25 dan 17-92
dalam mengontrol jalur pesinyalan TGF-beta , yang mengalami deregulasi pada HNSCC ,
meningkat. Down-regulation yang umum lainnya dalam ekspresi miR dalam HNSCC adalah
peningkatan jumlah dari miR-21. Transfeksi dari miR ini kedalam barisan sel HNSCC
menurunkan proliferasi sel sel. Lebih lanjut, inhibisi dari miR-21 telah terbukti meningkatkan
pelepasan cytochrome-c, yang akan menimbulkan apoptopsis. Terakhir, miR-155 menunjukkan
speningkatan level dari ekspresi pada beberapa kanker termasuk HNSCC dan kemungkinan
perannya dalam karsinogenesis telah diamati.
5.2.2 miRNA sebagai biomarker prognosis dan diagnosis yang berhubungan dengan
HNSCC: Hubungan dengan keluaran klinis
Beberapa peneliti telah menekankan peran dari miR sebagai biomarker untuk HNSCC
(table 5). Pada penelitian terkini yang berfokus pada identifikasi tanda ekspresi miRNA dalam
hubungannya dengan progresifitas leukoplakia menggunakan sampel progresif yang berurutan,
peneliti mendapatkan predictor prognosis multi-miR. Prediktor predictor tersebut terdiri atas 8
miR. Berdasarkan model yang diamati dari perubahan miR selama progresi dari leukoplakia
menjadi OSCC, ekspresi berlebih dari subset miR (miR-146b, miR-181b,miR-21, miR-345,
miR-518b, miR-520g, miR-649 dan miR-184) dapat dipertimbangkan sebagai kejadian awal
yang dapat terdeteksi pada progresi tumor oral. Hal ini dikarenakan gen gen tersebut umumnya
mengalami deregulasi pada lesi progresif dan lesi malignan dan tidak berubah atau tidak
berkurang ekspresi nya pada lesi non-progresif. Khususnya, miR-345, miR-21 dan miR-181b
secara kuat dihubungkan dengan peningkatan keganasan dari lesi selama transisi secara
histologis dari pre malignan ke lesi malignan. Berdasarkan model ini, bentuk atau stage akhir
dari karsinogenesis juga terlibat dalam perubahan miR-196a dan miR-206, yang tampaknya
kurang diekspresi (under expressed) pada lesi premalignant dan di ekspresi berlebih (over-
expressed) pada karsinoma. Yang menarik, miR-miR tersebut ini diprediksi menargetkan gen-
gen yang berhubungan dengan kanker antara lain TNFRSF10B, ACAT1, NFIB, CCL1, MSH2,
ACYP1 dan PCBP2 (miR-21); GRM1, MAP3K10, CCDC42, SNHG5 (miR-181b); TSPO,
RFXDC1, ZNF133, MORN3 (miR-345) . Namun , kegunaan dari miR sebagai factor prognostic
baru akir akhir ini mulai diteliti. Data dari penelitian mengenai miR-205 dan ekspresi let-7d
menunjukkan hubungannya dengan kejadian locoregional dan pemendekan survival rate. Sebagai
tambahan, level ekspresi yang tinggi dari miR-205 dapat digunakan untuk mendeteksi secara
positif limfonodi, menunjukkan bahwa miR ini dapat dipertimbangkan sebagai marker untuk
metastasis HNSCC. Penelitian yang serupa lainnya mengidentifikasi level ekspresi yang lebih
rendah dari miR-451 dalam tumor HNSCC sebagai predictor yang kuat untuk rekurensi. Dalam
sebuah penelitian yang meneliti mengenai diagnosis miR pada saliva, peneliti tersebut
melaporkan level yang rendah secara signifikan dari miR-125a dan 200a pada saliva dari pasien
OSCC dibandingkan dengan subyek control. Penelitian terkini lainnya melaporkan tingginya
level dari miR-1184 dan miR-31 pada plasma pasien OSCC. Penelitian tersebut juga
menunjukkan bahwa miR-184 memiliki fungsi antiapoptosis pada barisan sel HNSCC. Faktanya,
inhibisi dari ekspresi ini dapat menurunkan laju proliferasi sel. Terakhir, sebuah hubungan antara
ekspresi dari miR-211 yang lebih tinggi d,metastasi nodal staging lanjut, invasi vascular serta
prognosis buruk ditunjukkan dalam HNSCC.
Tabel 4. microRNA yang terganggu pada HNSCC
Marker miR putatif Kegunaan sebagai Marker ReferensimiR-205 Nilai prognosis
Ekspresi rendah dihubungkan dengan rekurensi loko-regional
Ekspresi rendah bik pada miR-205 dan let-7d dihubungkan dengan survival yang buruk
Peran dari down-regulation miR-205 pada transisi eptelial-mesenkimal dai karsinoma sel spindle kepala dan leher
Ekspresi miR-205 sebagai marker untuk deteksi metasstasi HNSCC
Childs et al,2009Fletcher et al,2008kimura et al,2010Zidar et al,2011
Let-7d Nilai prognosis Down regulation dari let-7
dengan kombinasi ekspresi rendah pada miR-205 dihubungkan dengan survival buruk
let-7d down regulation menimbulkan epithelial mesenchymal transition (EMT) dan berperan dalam kemoresisten
Chang et al, 2011Childs et al, 2009
miR-211 Nilai prognosis tinggi nya ekspresi miR-211
dihubungkan dengan survival rate lebih buruk
Chang et al,2008
miR-31 Marker diagnosis Deteksi dari tingginya
ekspresi miR-31 pada plasma dari pasien kanker oral
Ekpresi miR-31 pada plasama berkurang setelah reseksi tumor
Liu et al,2010
miR-125a, 200a Marker diagnosis Park et al, 2009
Deteksi dari rendahnya level ekspresi miR-125a dan miR-200a pada saliva dari kanker kavitas oral
miR-184 Marker diagnosis Deteksi dari tingginya
ekspresi miR-184 pada plasma pasien kanker oral
Ekpsresi miR-184 pada plasma berkurang setelah reseksi tumor
Wang et al,2009Wong et al,2008 (b)
miR-137 Marker prognosis miR-137 pemicu metilasi
dihubungkan dengan survival yang bruuk secara keseluruhan
miR-137metilasi menyimpang lebih jelas terlihat pada pasien wanita
Langevin et al,2010
miR-21 Nilai prognosis peningkatan level miR-21
dihubungkan dengan keluaran survival lebih buruk
Ekspresi tinggi dari miR-21, dikombinasikan dengan miR-181b dan miR-345 dihubungkan dengan peningkatan severitas selama progresi
Avissar et al,2009 (a)Cervigne et al,2009Fu et al,2011Kimura et al,2010
miR-210 Marker hipoksia dan nilai prognosis atau prediktif: menunjukkan peran fungsional dalam survival tumor dengan hipoksia
Gee et al,2010
miR-451 Prediktor kuat terjadinya relaps
Hui et al,2010
miR-221, miR-375 Marker diagnosis Rasio ekspresi dari miR-22
dan miR-375 dat membedakan jaringan normal dan jaringan tumor
Avissar et al,2009 (a)
Tabel 5. MicroRNA sebagai biomarker putative pada HNSCC
5.2.3 Agen Penyebab dan Hubungannya dengan Ekspresi miRNA
Dengan mengesampingkan hubungan dari penemuan terkini mengenai mikroRNA dan
hubungannya dengan kanker, penelitian mengenai hubungan dengan agen penyebab dari
HNSCC masih berlanjut. Sampai saat ini, hanya sedikit penelitian yang berfokus pada topic ini.
Data dari analisis multivariat menunjukkan ekspresi dari miR-375 meningkat seiring dengan
konsumsi alcohol. Walaupun ekspresi dari miR—375 lebih rendah pada tumor dibandingkan
dengan jaringan normal, fine-turning dari ekspresi miRNA dapat terjadi pada level
mikroenviroment tumor dan dapat bervariasi menurut paparan nya dan lokasi tumor. Pada kasus
ini, konsumsi alcohol dapat berkontribusi pada gangguan ekspresi dari miR-375 pada tumor
HNSCC. Pengaturan dari miRNA sendiri begitu kompleks dan gangguan mnkanisme
homeostatik normal bertanggung jawab pada stabilitas epigenetic secara keseluruhan dapat
memiliki peran yang penting dan krusial pada ekspresi gen yang berpotensi karsinogenik.
Ekspresi yang lebih tinggi dari miR-375 juga ditemukan pada tumor faringeal dan laryngeal
dibandingkan dengan tumor kavitas oral. Observasi ini konsisten dengan beberapa penemuan
yang mengindikasikan bahwa profil miRNA adalah spefisik tumor dan spesifik jenis sel yang
dapat secara akurat membedakan subtipe dari tumor. Lebih lanjut, produktifitas untuk
diferensiasi ekspresi dari miR-375 pada jaringan dapat menunjukkan etiologi atau penyebab.
Hubungan signifikan yang diamati antara minum alcohol dan ekspresi miR-375 meningkatkan
kecenderungan untuk ekspresi yang lebih tinggi dari tumor faringeal dan laryngeal ,
menunjukkan bahwa deregulasi dari miRNA oleh paparan cenderung terjadi pada spesifik
jaringan tertentu. Sampai saat ini, tidak ada bukti yang ditunjukkan oleh hubungan ekspresi dari
microRNA dan merokok tembakau dalam HNSCC. Telah diketahui bahwa alcohol dan tembakau
digunakan sebagai factor predisposisi dalam berkembangnya HNSCC, tetapi HPV juga
dihubungkan dengan HNSCC, terutama pada kanker kavitas oral dan orofaring. Tumor-tumor
positif HPV memiliki tampilan atau fitur klinis, molecular dan prognosis yang berbeda. Sampai
saat ini, terdapat hanya 1 penelitian mengenai analisis profil ekspresi microRNA dan informasi
status HPV pada pasien HNSCC. Peneliti yang menggunakan sebuah pendekatan microarray
telah mengamati bahwa HPV secara jelas memiliki pengaruh pada profil ekspresi miRNA dalam
set 49 pasien kavitas oral dan pasien orofaring dibandingkan dengan 39 subyek control .
Khususnya, miR-145, 125a , dan 126 ditemukan menurun pada pasien HNSCC dengan positif
HPV sedangkan ekspresi dari miR-363 ditemukan meningkat.
5.4.4 Gambaran dari Terapi dalam HNSCC : Curcumin sebagai agent terapetik potensial
Regimen terapi standar untuk kanker kepala dan leher bergantung pada staging dari
penyakit. Pada tumor stage awal (stage I dan III) diterapi secara primer dengan pembedahan atau
radioterapi , atau dengan kombinasi dari kedua modalitas yang memiliki hasil control local dan
tingkat survival yang mirip. Radiasi dapat digunakan paska operatif ketika batas pembedahan
(margin surgical) dekat atau positif, atau jika invasi perineural atau limfovaskular oleh tumor
ditemukan. Stage kanker lebih lanjut (stage III dan stage IV) sering membutuhkan terapi
kombinasi terdiri dari pembedahan, radiasi dan kemoterapi yang dapat mengakibatkan tingginya
morbiditas. Agent agen platinum-based memberikan kemantapan mengenai regimen
kemoterapetik standar yang digunakan untuk kanker kepala dan leher. Cisplatin ((cis
diamminedichloroplatinum) adalah obat yang digunakan secara luas dalam kelas kemotrerapi
platinum-based. Efikasi atau hasil yang baik dari cisplatin dalam HNSCC meningkat ketika
dikombinasikan dengan agen kemoterapetik lainnya, seperti Taxanes (paclitaxel dan docetaxel)
dan 5 fluorouracil (5-FU). Efek lanjutan/adverse effect yang berpotensi muncul pada terapi untuk
HNSC dapat bermacam-macam. Dengan mengesampingkan penelitian yang masih berlanjut
serta kemajuan dalam terapi, keluaran klinis (clinical outcome) dan tingkat survival secara
keseluruhan untuk HNSCC tidak membaik secara signifikan lebih dari beberapa decade ini,
dengan secara keseluruhan yaitu survival rate hanay sebesar 5-tahun sekitar 50% rendahnya.
Sebagai hasil, masih terdapat investigasi penelitian berkelanjutan mengenai terapi yang
berpotensi sebagai alternative dan tidak toxic/less-toxic untuk kanker kepala dan leher,
bertujuan untuk mencapai keluaran klinis yang diinginkan serta menurunkan morbiditas akibat
terapi. Terapi yang menargetkan secara molecular yang bekerja melawan epidermal growth
factor receptor (EGFR) adalah salah satu contoh nya, dimana terjadi ekspresi berlebih dari EGFR
pada kanker kepala dan leher. Cetuximab adalah anti EGFR antibody monoclonal yang disetujui
oleh Food and Drug Administration pada tahun 2004 sebagai terapi dari kanker kolon stage
lanjut. Pada tahun 2006, Cetuximab juga telah diterima penggunaannya untuk karsinoma sel
skuamus pada kepala dan leher baik dalam kombinasinya dengan radioterapi untuk HNSCC
staging lanjut dan juga terapi single-agent untuk kanker kepala dan leher platinum-refractory.
Beberapa penelitian dari cetuximab sebagai agent adjuvant dengan radioterapi telah
menunjukkan peningkatan control locoregional dan secara statistic memberikan kemajuan
signifikan dalam pengurangan progresi dan survival secara keseluruhan. Tambahan cetuximab ke
dalam kemoterapi standar platinum-based pada kanker platinum-resistant dan rekuren serta
metastasis kanker kepala dan leher telah diteliti dan telah menunjukkan peningkatan efikasi atau
keberhasilan terapi dan meningkatkan survival secara keseluruhan tanpa peningkatan signifikan
dalam toksisitas. Jalur molecular multiple seperti aktivasi NF-kB, pensinyalan EGFR dan
PI3K/AKT/mTOR , ekspresi STAT3, MAP kinase cascade, dan angiogenesis yang dimediasi
oleh VEGF mengalami deregulasi pada HNSCC dan merupakan target terapetik potensial.
Sementara beberapa hasil yang menjanjikan dari target terapi tersebut telah didapat,
kompleksitas dari interraksi antara jalur jalur pesinyalan tersebut dapat berkontribusi terhadap
respon klinis yang terbatas yang ditunjukkan pada penggunaan terapi single-agent. Curcumin
(diferuloylmetahne) adalah derivate polyphenol dari tumbuhan Curcuma longa yang dikenal
secara luas sebagai turmeric. Curcumin telah digunakan pada pengoabatan Ayurvedic selama
beberapa abad, karena curcumin ini non toksik dan memiliki manfaat terapetik bervariasi
termasuk sebagai antioksidan, analgesic, antiinflamasi dan antiseptik. Baru-baru ini curcumin
menunjukkan aktivitas antikanker, sebagian besar melalui efek nya pada bermacam macam jalur
biological yang terlibat dalam mutagenesis, ekspresi onkogenik, regulasi siklus sel, apoptosis,
tumorigenesis dan metastasis. Curcumin memiliki sebuah efek anti proliferati pada sejumlah
kanker, dan sebagai inhibitor dari factor transkripsi NF-kB dan menurunkan produk gen-gen
(termasuk didalamnya antara lain c-myc, Bcl-2, COX-2, NOS, Cyclin D1, TNF-alpha,
interleukins dan MMP-9). Sebagai tambahan , curcumin mempengaruhi berbagai reseptor factor
pertumbuhan (growth factor receptors) dan adhesi molekul sel yang terlibat dalam pertumbuhan
tumor, angiogenesis dan metastasis. Sebagai produk alami, curcumin bersifat non toksik. Telah
dilakukan penelitian baik dengan model in vitro maupun vivo dari karsinoma sel skuamus kepala
dan leher dengan hasil yang menjanjikan. Gambaran dari literature terkini mendukung kegunaan
rempah-rempah dalam terapi kanker kepala dan leher dann kegunaanya sebagai agen
kemopreventif.
6 . Kesimpulan
Sampai saat ini, penelitian mengenai factor prognostic molecular mengalami
perkembangan dengan tujuan untuk mendefinisikan kelompok pasien yang lebih homogen
dengan terapi terpilih. Ekspresi dari marker-marker tersebut dalam diagnosis spesismen biopsy
dapat menjadi sebuah alat tambahan bagi pasien untuk memilih terapi yang lebih agresif dan
memberikan manfaat. Walaupun penemuan tersebut dapat membantu untuk focus pada
pemilihan marker untuk analisis lebih lanjut dalam hal pemahaman dan manajemen HNSCC,
terdapat beberapa keterbatasan dalam penggunaan pendekatan molekular seperti hal nya gen,
miroRNA atau protein. Perbedaan antar penelitian dapat terjadi dikarenakan variasi dari lokasi
tumor, sensitifitas dari teknik yang digunakan, kualitas dari specimen yang diteliti, dan
penentuan nilai cut-off yang berubah-ubah. Terlebih lagi, tidak adanya protocol kuratif yang
seragam dari seluruh penelitian tersebut dapat secara signifikan mempengaruhi keluaran
(outcome), dan pemilihan dari metode terapi dapat memiliki dampak yang besar pada survival-
rate jangka panjang dari pasien HNSCC. Walaupun patobiologi dari banyak biomarker pada
HNSCC cukup rasional untuk clinical trial dengan agen terapetik single-potential, sebuah strategi
multimarker sebagai tambahan dari parameter klinis, cenderung penting dalam manajemen
pasien dengan atau tanpa resiko HNSCC. Dalam hal ini, teknologi microarray penting untuk
skrining sampel HNSCC dalam hal muncul atau tidak adanya sejumlah besar gen atau molekul
lain secara simultan bersamaan. Banyak penelitian memberikan bukti kuat bahwa miRNA
memiliki peran krusial dan dapat menjadi biomarker pada HNSCC. Terdapat bukti kuat
menunjukkan bagaimana ekspresi yang terganggu pada miRNA tertentu berkontribusi
menimbulkan deregulasi pada jalur biological yang terlibat dalam kanker antara lain siklus sel,
apoptosis, transisi eptelial-mesenkimal. Elusidasi atau uraian dari mekanisme molecular untuk
miRNA adalah predictor kuat bagi keluaran klinis (clinical outcome) yang dapat memberikan
gambaran lengkap mengenai peran miRNA pada HNSCC. Oleh karena itu, penelitian lebih rinci
dari miRNA, berfokus pada interkomunikasi antara miRNA dan antara miRNA dan mRNA,
ekspresi protein terganggu yang di picu oleh miRNA dan lokasi spesifik dari profil ekspresi
miRNA, dibutuhkan sebelum clinical trial dengan penerapan terapetik dikemudian hari
dilakukan. Sebagai contoh, antisense yang mentarget miRNA untuk tujuan terapetik dianggap
sebagai pendekatan yang menjanjikan.