Studi Kasus Kabut Asap Riau
-
Upload
silmi-salsabila -
Category
Documents
-
view
52 -
download
7
description
Transcript of Studi Kasus Kabut Asap Riau
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.
Segala puji dan syukur bagi Allah yang telah memberikan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Tak
lupa pula shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi besar
Muhammad Saw. beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikut beliau
hingga akhir zaman.
Pada kesempatan ini, terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak
Dr.H.Syahidin,M.Pd selaku dosen dan Ibu Dina Siti Logayah, M.Pd selaku asisten
dosen mata kuliah Pendidikan Sosial Budaya jurusan Pendidikan Agama Islam
Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan kesempatan untuk
membuat makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan, serta jauh dari kata sempurna.
Demikian kata pengantar dari kami sebagai penulis, semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana semestinya.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kelancaran pembuatan makalah ini.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Bandung, 25 November 2015
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................5
A. Pengertian Kabut Asap (Asbut)....................................................................5
B. Penyebab Terjadinya Kabut Asap.................................................................5
C. Dampak dari Kabut Asap..............................................................................6
D. Dalang Dibalik Krisis Kabut Asap................................................................6
E. Solusi.............................................................................................................9
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................13
A. Pendekatan Krosdisipliner..........................................................................13
B. Metode Problem Solving............................................................................13
C. Dampak dari Kabut Asap............................................................................15
D. Solusi...........................................................................................................16
BAB IV PENUTUP...............................................................................................18
Kesimpulan.........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang kaya akan sumber daya
alam. Salah satu kekayaan Indonesia tersebut adalah keadaan alam yaitu wilayah
hutan.Indonesia memili beraneka ragam jenis flora dan fauna.Kemudian
disamping kekayaan alam tersebut negara Indonesia juga sambil mengembangkan
sektor industrinya untuk bisa bersaing dengan negara-negara lainnya.Memang
sudah seharusnya kemajuan industri suatu negara harus disertai juga dengan
pengelolaan lingkungan yang memadai.
Namun realitanya fakta saat ini di negara Indonesia sendiri sampai sekarang
sudah lahan hutan yang semakin sedikit dan sumber daya yang semakin
berkurang.Seperti yang terjadi sekarang yaitu bencana kebakaran hutan yang
melanda wilayah pulau Kalimantan dan juga Sumatera.Dan dampak dari
kebakaran tersebut menyebabkan permasalahan yang semakin krisis hingga saat
ini. Mulai dari masalah polusi udara, masalah kesehatan, transportasi dan juga
yang lainnya.
Kabut asap disini merupakan suatu masalah yang harus mendapatkan
penanganan yang serius dan juga membutuhkan bantuan semua pihak. Tidak
hanya pemerintah tapi semua pihak. Jika masalah ini terus dibiarkan akan
menimbulkan masalah-masalah baru yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Penyebab terjadinya Kabut Asap?
2. Apa Dampak yang ditimbulkan dari Kabut Asap?
3. Bagaimana solusi dan pendekatan pemecahan masalah terbaik untuk
mengatasi bencana kabut asap ini?
4. Pendekatan apa yang dapat dipakai untuk kasus Kabut Asap?
5. Metode apa yang digunakan untuk kasus Kabut Asap?
3
C. Tujuan
1. Mengetahu apa itu Kabut Asap melalui pengertiannya
2. Mengetahui penyebab terjadinya kabut asap
3. Mengetahui dampak apa saja yang timbul dari kabut asap
4. Mengetahui siapa dalang dibalik krisis kabut asap yang terjadi
5. Mengetahui solusi untuk mengatasi masalah yang terjadi dari kabut asap
6. Mengetahui apa pendekaan dan metode yang harus digunakan untuk kasus
kabut asap
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Kabut Asap (Asbut)
Tentunya kita sudah tak asing lagi mendengar kata kabut asap. Kabut Asap
yang biasa kita jumpai adalah campuran kabut dan asap yang muncul di kota-
kota dan daerah industri. Penyebab utamanya adalah partikel-partikel
berukuran sangat kecil dari asap buangan mobil dan cerobong pabrik. Kabut
asap dapat bertahan hingga beberapa hari. Kabut asap terutama berbahaya
bagi orang yang memiliki penyakit asma serta gangguan pernapasan lain.
(Ford & Barnham, 2003, hal. 21).
Dalam Wikipedia Indonesia, Kabut Asap atau Asbut juga merupakan
kasus pencemaran udara berat yang bisa terjadi berhari-hari hingga hitungan
bulan.Di bawah keadaan cuaca yang menghalang sirkulasi udara, asbut bisa
menutupi suatu kawasan dalam waktu yang lama. Perkataan "asbut" adalah
singkatan dari "asap" dan "kabut", walaupun pada perkembangan selanjutnya
asbut tidak harus memiliki salah satu komponen kabut atau asap. Asbut juga
sering dikaitkan dengan pencemaran udara.Asbut sendiri merupakan koloid
jenis aerosol padat dan aerosol cair.
B. Penyebab Terjadinya Kabut Asap
Jika udara berada di atas daerah perindustrian, udara itu mungkin juga
mengandung asap yang bercampur kabut membentuk kabut berasap, campuran
yang mencekik dan pedas yang menyebabkan orang terbatuk. Di kota-kota
besar, asap pembuangan mobil dan polutan lainnya mengandung hidrokarbon
dan oksida-oksida nitrogen yang dirubah menjadi kabut berasap fotokimia
oleh sinar matahari. Ozon dapat terbentuk di dalam kabut berasap ini
menambah racun lainnya di dalam udara. Kabut berasap ini mengiritasikan
mata dan merusak paru-paru.Seperti hujan asam, kabut berasap dapat dicegah
dengan mengehentikan pencemaran atmosfer(academia, 2014).
5
Setiap musim kemarau, kebakaran di beberapa kawasan Indonesia
menimbulkan bencana kabut asap. Sumber kebakaran berasal dari titik api
alamiah serta perbuatan manusia yang sengaja membakar lahan untuk
pertanian. Kebakaran ini menyebabkan gangguan kesehatan pada organ
pernafasan. Di samping itu, kebakaran hutan juga mengganggu roda
perekonomian karena jalur transportasi terhambat. (Surya, 2006, hal. 296)
C. Dampak dari Kabut Asap
Kondisi kebakaran hutan dan lahan yang berimbas ke ranah domestik
hingga luar negeri menyebabkan pemerintah Indonesia terpojok, menurut
kalangan pegiat.Rendi Khasmi, pegiat dari Aliansi Gerakan Rakyat Riau
melawan Asap, mengatakan situasi di sejumlah provinsi di Sumatra dan
Kalimantan sudah sedemikian parah sehingga pemerintah Indonesia perlu
meminta bantuan asing. Menurutnya, situasi yang terjadi sekarang ini sangat
kritis. Di Pekanbaru saja, banyak warga yang terkena Infeksi Saluran
Pernapasan Atas (ISPA). Ini sudah mendesak tidakhanya di Riau, Jambi,
Sumatra Selatan serta Kalimantan, tapi juga di negara-negara tetangga yang
sudah terkena dampak kabut asap. Sudah sangat terpojok(Liputan6, 2015).
Menurut Luthfi Rauf, duta besar Indonesia untuk Thailand kepada
wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan, Kementerian Luar Negeri
Thailand menyatakan prihatin dengan kabut asap kiriman Indonesia yang
melanda sejumlah provinsi di bagian selatan negera tersebut.Mereka
menyampaikan concern mengenai dampak asap yang sudah sampai di
beberapa provinsi di Thailand selatan yang berbatasan dengan
Malaysia.Menlu Singapura menyatakan bahwa Indonesia menunjukkan
perilaku yang sangat tidak memikirkan keselamatan warga Singapura, dan
warga Indonesia sendiri.Kemudian, Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak,
telah mendesak Indonesia segera menindak pihak yang bertanggung jawab
atas kebakaran hutan di Sumatra dan Kalimantan, menyusul kembali
ditutupnya sekolah-sekolah di negeri itu pada 5-6 Oktober akibat kabut asap
yang semakin tebal(Kompas, 2015).
6
D. Dalang Dibalik Krisis Kabut Asap
Dikutip dari harian detik.com (2015) bahwa ada kejanggalan dibalik
peristiwa kabut asap yang terjadi di Riau. Diperkirakan ada beberapa dalang
penyebab terjadinya krisis kabut asap yang sedang terjadi di Riau dan wilayah
sekitarnya, diantaranya:
1. Perusahaan Perkebunan
Mengambil data dari rilisan Greenpeace Indonesia, ratusan perusahaan
korporat dari sektor perkebunan telah menciptakan peluang besar tersulutnya
bara api yang akhirnya tak bisa terkontrol dan meluas menjadi ribuan titik api
di berbagai lahan. Banyak dari perusahaan perkebunan itu bergerak dalam
bidang produksi bubur kertas dan kelapa sawit.Mereka membakar lahan
gambut untuk membersihkan lahan sebelum ditanam kembali.
Lantas siapa saja yang bertanggung jawab di balik krisis kabut asap ini?
Perusahaan perkebunan adalah tersangka utama yang menciptakan krisis kabut
asap tak bisa dipungkiri, banyak bukti mengarah kepada puluhan perusahaan
pengelola perkebunan di atas lahan gambut yang telah menciptakan krisis
kabut asap ini. Terlepas dari faktor kesengajaan atau tidak, perusahaan
perkebunan yang bergerak di sekitar lahan hutan Sumatera dan Kalimantan
telah menciptakan kondisi kebakaran hutan dan lahan gambut. Jika memang
tak sengaja, bisa saja lahan gambut kering sisa perkebunan mereka tersambat
petir atau tersulut api rokok karena kecerobohan, atau mungkin dilakukan
dengan sengaja dengan membakarnya untuk membersihkan lahan dan
menyuburkan tanah. Apapun alasannya, api yang tercipta di atas lahan gambut
kering kini telah berubah menjadi sangat tidak terkendali. Minimnya hujan
dan kemarau panas terik makin memperburuk kondisinya.
Pemerintah telah memberikan pengelolaan hutan dan lahan gambut rentan
terbakar pada perusahaan, sekian tahun menutup mata pada tindakan
pengrusakan hutan secara ilegal.
Kebakaran hutan bukanlah kejadian yang menyesakkan penduduk Riau,
Palangkaraya, Jambi, Palembang ataupun Pontianak di tahun ini saja. Belasan
7
tahun di musim kemarau selalu dilewati oleh masyarakat Sumatera dan
Kalimantan dengan derita kabut asap. Kenyataan ini membuktikan bahwa
selama belasan tahun pemerintah telah lalai.Tanggung jawab pemerintah
untuk menjaga hutan dan lahan gambut dari kehancuran oleh oknum
perusahaan swasta tak dijalankan selama sekian dekade. Pejabat pemerintah
bahkan semakin menambah besar masalah dengan memberikan surat izin
terhadap pengelolaan konsesi di atas lahan hutan dan gambut.
Ketika pemerintah gagal mengatasi praktik pengrusakan sektor
perkebunan, maka pembakaran hutan dan kabut asap parah seperti sekarang
ini hanya akan menyiksa warga dan menampar keras muka pemerintah.
2. Perusahaan Asing
Polisi telah turun tangan mengusut pelaku yang harus bertanggung jawab
dalam bencana kabut asap. Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti
menyebutkan, hingga saat ini ada 244 laporan terkait tindak pidana
pembakaran hutan dan lahan.
Menurut Badrodin, ada 244 laporan tindak pidana pembakaran hutan dan
lahan dari 6 Polda, yakni Sumsel, Riau, Jambi, Kalteng, Kalbar, dan Kalsel.
Kemudian yang masih penyelidikan 26, sisanya penyidikan 218.Dari total itu,
113 penyidikan perorangan, 48 perusahaan, dan 57 sudah P21 (berkas
lengkap).
Badrodin mengungkapkan, ada 221 perusahaan dan perorangan yang
sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.Untuk korporasi tercatat
12 perusahaan, sedangkan perorangan 209 orang.Dari 12 perusahaan tersebut,
2 di antaranya milik Asing. Namun mantan Wakapolri itu enggan
membeberkan identitas korporasi itu, ia hanya menyebutkan asal
negaranya.Perusahaan yang jadi tersangka ada yang dalam negeri ada yang
investor asing. Asing ada dari Malaysia dan China. Sedangkan Singapura
masih dalam penyelidikan. Para tersangka tersebut dijerat Pasal 108 Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pelestarian dan Pengelolaan
8
Lingkungan Hidup.Mereka terancam hukuman maksimal 10 tahun penjara dan
denda Rp 10 miliar.
E. Solusi
1. Solusi dari Pemerintah
Dikutip dari dakwatuna.com(2015), bencana akibat kebakaran
lahan dan hutan sangat sulit diakhiri dalam sistem kapitalis saat ini.
Pasalnya, demi kepentingan ekonomi, jutaan hektar hutan dan lahan
diberikan konsesinya kepada swasta.Padahal itulah yang menjadi salah
satu akar masalahnya. Bencana kebakaran hutan dan lahan hanya akan bisa
diakhiri secara tuntas dengan sistem islam melalui dua pendekatan:
pendekatan tasyrî’i (hukum) dan ijrâ’i (praktis). Secara tasyrî’i, Islam
menetapkan bahwa hutan termasuk dalam kepemilikan umum (milik
seluruh rakyat). Rasul saw. bersabda:
Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput,
air dan api (HR Abu Dawud dan Ahmad).
Sebagai milik umum, hutan haram dikonsesikan kepada swasta,
baik individu maupun perusahaan.Dengan ketentuan ini, akar masalah
kasus kebakaran hutan dan lahan bisa dihilangkan.Dengan dikelola penuh
oleh negara, tentu mudah menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi,
kepentingan rakyat dan kelestarian hutan.Negara juga harus mendidik dan
membangun kesadaran masyarakat untuk mewujudkan kelestarian hutan
dan manfaatnya untuk generasi demi generasi.
Adapun secara ijrâ’i, pemerintah harus melakukan langkah-
langkah, manajemen dan kebijakan tertentu, dengan menggunakan iptek
mutakhir serta dengan memberdayakan para ahli dan masyarakat umum
dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan dampak kebakaran
yang terjadi.
Mengakhiri kebakaran hutan dan lahan secara tuntas dengan dua
pendekatan, tasyrî’i dan ijrâ’i, hanya bisa diwujudkan dengan penerapan
syariah islam secara menyeluruh. Dengan itu berbagai bencana akibat ulah
manusia, termasuk bencana kabut asap, bisa diakhiri.
9
Dengan perubahan iklim global el nino, kebakaran hutan telah
menimbulkan dampak terhadap pencemaran udara yang mengganggu
berbagai sendi kehidupan masyarakat termasuk kesehatan bahkan sampai
lintas batas Negara. Pengendalian kebakaran hutan dan lahan dilakukan
melalui berbagai upaya baik yang bersifat pencegahan, pemadaman dan
kegiatan paska pemadaman, maupun pemulihan dan penegakkan
hukum.Kemudian upaya lainnya dalam menanggulangi bencana kabut
asap ini yaitu dengan adanya program pencegahan kebakaran hutan yang
memang menjadi faktor utama penyebab terjadinya masalah kabut asap
ini. Adapun program tersebut, yaitu program perlindunagn kebakaran
hutan (forest fire protection program) di bawah salah satu institusi di
wilayah kebakaran hutan tersebut(Suyanto, 2013).
Tujuan dari program ini adalah upaya untuk melakukan
pencegahan kebakaran di dalam huatan dan kalaupun terjadi kebakaran,
mampu mengontrol mereka dengan akibat seminimum mungkin. Landasan
kebijakan dari program ini yaitu berasal dari internal maupun perautaran
pemerintah, yaitu UU Kehutanan No. 41/1999 yang pada pasal 48 ayat 38
menyebutkan “…kewajiban melindungi hutan”, pasal 49 yang
menyebutkan “bertanggung jawab atas kebkaran yang terjadi di satu
kawasan”, dan pasal 50 ayat 3d yang menyebutkan. “tidak seotrang pun
diijinkan membakar hutan”.Kebijakan tersebut menjadi legitimasi yang
tepat untuk melaksanakn program penceghan ini.Adapun langkah yang
ditempuh dalam pelkasanaan program ini, diantaranya peningkatan
kapasitas pemadam kebakaran, pencegahan kebakaran, dan pengembangan
masyarakat.Langkah peningkatan kapasitas dan pencegahan kebkaran
dilaksanakan secara simultan di bawah kebijakan tidak membakar (no
burn policy).Lalu langkah pengembangan kemasyarakatan juga dipandang
penting. Prinsip “kebijakan tidak membakar” coba ditawarkan, dengan
memberikan cara alternatif pembersihan lahan(Suyanto, 2013).
Pemerintah menegaskan bahwa untuk mengatasi kebakaran hutan
yang memicu kabut asap tahun 2015 ini, BNPB sudah mengkoordinasikan
ribuan personel TNI dan Polri, tugasnya adalah untuk bahu membahu
10
memadamkan ribuan titik api, sementara itu penyidik dari Polri bertugas
mengusut tuntas dari hulu hingga hilir siapa penyebab masifnya
pembakaran hutan di lahan gambut Sumatera dan Kalimantan.Selain
menjerat para pelaku pembakaran hutan dengan UU, untuk mengatasi
kebakaran lahan dan hutan, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo
meminta setiap kepala daerah segera mengambil langkah-langkah tegas.Di
antaranya meminta gubernur dan walikota segera menginvetarisir
kepemilikan lahan hutan.Tjahjo juga meminta agar menambah kriteria
dalam perizinan untuk penyiapan sarana antisipasi kebakaran lahan.Guna
mencegah terjadinya kebakaran hutan, para pemerintah daerah juga harus
intens berkoordinasi dengan penegak hukum setempat.Pemda juga harus
mempertegas regulasi yang menunjang bersama otoritas terkait.Lalu
perbanyak pembuatan sumur bor dan embung.Tingkatkan koordinasi
dengan Kepolisian serta Departemen Kehutanan dan instrusikan kepada
para camat dan kepala desa, ditambah pengawasan keliling diintensifkan
(Liputan6.com, 2015).
Untuk memperkuat penanggulangan bencana kebakaran hutan,
Pemerintahmembentuk Satuan Tugas Operasi Darurat Kabut Asap. Di
samping itu, Presiden telah menginstruksikan empat hal, yaitu: (1) TNI
harus melakukan pemadaman api dengan hujan buatan dan water
bombing,(2) kepolisian serta satuan dari Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan bersama dengan Kementerian Dalam Negeri wajib
melakukan tindakan hukum kepada pelaku pembakaran hutan (3) presiden
menginstrusikan penanganan masalah kesehatan, karena banyak warga
yang terserang infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) akibat kabut asap,
(4) Kementerian Kesehatan melakukan sosialisasi bahaya bencana kabut
asap dan dampaknya bagi kesehatan. Presiden juga meminta pendirian
posko-posko di wilayah-wilayah yang terkena dampak kabut asap dan
mengajak masyarakat berpartisipasi untuk memadamkan api(berkasdpr,
2015).
Kemudian di zaman yang pengembangan teknologinya semakin
pesat ini maka bebrapa ahli atau peneliti berupaya menemukan inovasi
11
dalam hal penangan masalah kabut asap ini. Sebagai contoh adanya
teknologi modifikasi cuaca (TMC). Teknologi ini merupakan upaya
manusia untuk memicu turunnya hujan dengan cara menyemai awan atau
cloud seeding. Penyemaian dilakukan dengan menggunakan bahan baku
yang bersifat higroskopik atau menyerap air. Awan yang telah ditaburi
bahan baku ini diharapkan dapat memicu terhadinya pertumbuhan butir-
butir hujan dalam awan dan selanjutnya mempercepat terjadinya
hujan.Pemanfaatan TMC untuk kepentingan penanggulangan
bencana,Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerjasama
dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).TMC yang
dilakukan oleh BNPB bersama BPPT adalah untuk menghambat
pertumbuhan awan, dan menjatuhkan hujan di luar daerah rawan banjir.Di
samping pemanfaatannya dalam penanggulangan bencana, TMC
dimaksudkan untuk meningkatkan intensitas curah hujan sebagai upaya
dalam menjaga ketersediaan air pada waduk yang berfungsi sebagai
sumber air untuk irigasi dan pembangkit listrik(BNPB, Tanpa Tahun).
2. Solusi
Solusi dari kelompok, kita harus banyak berdo’a semoga Allah
memberikan hujan dan kabut asap cepat teratasi dengan adanya hujan.
Mengakhiri kebakaran hutan dan lahan secara tuntas dengan dua
pendekatan, tasyrî’i dan ijrâ’i, hanya bisa diwujudkan dengan penerapan
syariah Islam secara menyeluruh.Hal itu hanya bisa diwujudkan melalui
penerapan syariah Islam dalam sistem Khilafah Rasyidah yang mengikuti
manhaj kenabian. Inilah yang harus sesegera mungkin diwujudkan oleh
seluruh kaum muslim negeri ini. Dengan itu berbagai bencana akibat ulah
manusia, termasuk bencana kabut asap, bisa diakhiri. Pada akhirnya,
masyarakat akan bisa merasakan hidup tenang tanpa merasa khawatir
terhadap bencana yang disebabkan oleh ulah manusia. WalLâh a’lam bi
ash-shawâb.
12
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Krosdisipliner
Crossdisiplinary Approach ialah pendekatan dalam pemecahan masalah
dengan menggunakan tinjauan dua atau lebih ilmu dalam dua atau lebih
rumpun ilmu yang relevan (Warlim Isya, 2015, hal. 7-8).
Dalam membahas permasalahan kabut asap ini, maka dapat menggunakan
rumpun Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) dan Ilmu-Ilmu Kealaman (IIK), seperti ilmu
geografi yang mempelajari tentang terjadinya cuaca dan pergerakkan angin
yang berhubungan dengan kabut asap yang tengah terjadi saat ini dan ilmu
biologi yang dapat menjelaskan apa efek yang ditimbulkan pada lingkungan
juga manusia sehingga dapat menemukan solusi yang tepat untuk
menanganinya.
B. Metode Problem Solving
Tahap pemecahan masalah melalui metode ini ialah langkah-langkah
pengambilan keputusan secara ilmiah. Keputusan dalam arti menentukan
pilihan dari kemungkinan banyak pilihan sebagai tujuan akhir proses pemikiran
suatu masalah(Majid dalam Isya, 2015, hal. 9). Adapun langkah problem
solving untuk masalah kali ini yaitu:
1. Adanya masalah yang penting untuk dipecahkan.
Masalah : Kabut Asap
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Melalui diskusi, studi kepustakaan, dan sebagainya.
Data yang didapat : kebakaran hutan dan perkebunan kelapa sawit di Riau
yang mengakibatkan kabut asap dengan volume yang besar, menyebar
hingga menutupi wilayah terjadi kebkaran (Riau) dan sekitar bahkan
asapnya sampai ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
3. Menetapkan jawaban sementara
13
Jawaban sementara : Penyebab terjadinya kabut asap di Riau dan sekitarnya
tak lain karena adanya pembakaran lahan di sejumlah wilayah. Selain itu,
musim kemarau adalah musim yang cocok untuk melakukan pembakaran.
Terdapat unsur kesengajaan pada kebakaran ini yang pastinya dilakukan
oleh para pengusaha perkebunan kelapa sawit.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Seseorang harus bisa
memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut
benar-benar sesuai.
Jawaban yang telah diuji : Pasalnya, pembakaran lahan merupakan salah
satu cara mudah dan murah dalam membuka lahan.Pada musim ini,
kurangnya pasokan air pada tumbuhan juga menunjang mudahnya
terjadinya pembakaran pada tumbuhan-tumbuhan.Lebih parahnya lagi
pembakaran lahan ini dilakukan secara masal. Baik dari kalangan petani
lokal ataupun perusahaan-perusahaan perkebunan menerapkan metode
pembakaran lahan. Sadar ataupun tidak, pembakaran lahan menjadi
penyebab bencana kabut asap yang dialami Indonesia setiap tahunnya.
Setelah diselidiki, ternyata ada 221 perusahaan dan perorangan yang sudah
ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.Untuk korporasi tercatat 12
perusahaan, sedangkan perorangan 209 orang. Dari 12 perusahaan tersebut,
2 di antaranya milik Asing. Bagi yang terlibat dalam masalah kabut asap ini
akan dijerat oleh hukum yang telah ditetapkan negara.
5. Menarik kesimpulan
Krisis kabut asap yang terjadi saat ini bukanlah hal yang bisa disepelekan
karena banyak dampak buruk yang timbul dari kabut asap ini. Semua pihak
yang yang terlibat harus dapat bertanggung jawab setelah apa yang terjadi.
Untuk kedepannya, pemerintah setempat seharusnya tidak memberi izin
sembarangan kepada pengusaha perkebunan kelapa sawit demi kentungan
pribadi. Masyarakat pun tetap harus menjaga lingkungan teutama menjaga
hutan yang berperan sebagai pemasok oksigen untuk manusia. Jika hutan
habis terbakar, dari mana kita akan mendapat oksigen untuk bernapas? Dan
untuk memberi efek jera kepada para tersangka kebakaran hujan yang
menyebabkan tebalnya kabut asap yang berlangsung cukup lama, agar
14
diberi hukuman yang berat seberat-beratnya sehingga nantinya tak akan ada
lagi kejadian semacam ini.
C. Dampak dari Kabut Asap
1. Dampak Negatif
Banyak dampak negatif yang disebabkan oleh kebakaran lahan ini
terutama dampak kabut asap. Mulai dari dampak ekonomi hingga dampak
kesehatan. Dari sisi ekonomi, kabut asap tentu akan menghambat dan
mengurangi aktivitas masyarakat di luar rumah sehingga dapat berdampak
pada perputaran roda ekonomi daerah. Banyak tanaman rusak, hewan yang
menjadi sakit ataupun mati. Bahkan biaya untuk mengatasi gangguan asap
cukup besar meliputi pembelian air untuk memadamkan api, biaya transportasi
pemadaman serta biaya ekstra tenaga pemadaman kebakarannya.
Dampak negatif kabut asap bagi kesehatan diantaranya:
Menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta
menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan mungkin juga infeksi.
Memperburuk penyakit asma dan penyakit paru kronis lain, seperti
bronkitis kronik, PPOK dan sebagainya.
Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan seseorang
mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.
Bagi mereka yang berusia lanjut (lansia) dan anak-anak maupun yang
mempunyai penyakit kronik, dengan kondisi daya tahan tubuh yang
rendah akan lebih rentan untuk mendapat gangguan kesehatan.
Kemampuan dalam mengatasi infeksi paru dan saluran pernapasan
menjadi berkurang, sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi.
Berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk.
Bahan polutan pada asap kebakaran hutan dapat menjadi sumber polutan
di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi.
15
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, terutama
karena ketidak seimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus
penyebab penyakit (agent) serta buruknya lingkungan (environment).
2. Dampak Positif
Selain dampak negatif yang timbul yang tentunya merugikan banyak
pihak, ada juga pihak-pihak yang merasa diuntungkan dari krisis kabut asap
ini diantaranya:
a. Perusahaan yang memproduksi masker
Dengan adanya kejadian seperti kabut asap ini, permintaan masker dari
konsumen meningkat drastis yang menguntungkan perusahaan masker ini.
b. Rumah Sakit
Semakin banyak warga yang terkena dampak buruk dari kabut asap
terutama yang terganggu kesehatannya, semakin banyak masyarakat yang
datang ke Rumah Sakit yang tentnya menguntungkan pihak Rumah Sakit
itu sendiri.
c. Pengusaha Perkebunan
Karena kabut asap yang sangat lebat ini merupakan akibat dari
kebakaran hutan, maka tanah bekas kebakaran akan subur dan tentunya
menguntungkan pengusaha perkebunan yang hendak menanam kembali
seperti perkebunan kelapa sawit.
D. Solusi
Adapun upaya yang dilakukan dalam proses pencegahan ataupun
penganggulanagn bencana ini, diantaranya upaya pemerintah dalam menangani
kebakaran hutan dan lahan dengan berbagai langkah, seperti membentuk
kelembagaan pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang melibatkan
berbagai instansi terkait. Tugas-tugas dari kelembagaan tersebut yaitu
melakukan rapat koordinasi dan evaluasi, penyuluhan dan peningkatan peran
serta masyarakat, peningkatan kapasitas kelembagaan, pemantauan lapangan
16
dan tindakan pencegahan, pemadaman kebakaran, pemantauan kualitas udara,
pembentukan pos siaga serta penyuluhan kesehatan hutan dan lahan.
Salah satunya, bantuan alat berat dan tim yang mendampingi masyarakat
pada saat pembersihan lahan. Selain itu, organisasi pemadam kebakaran juga
memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat sekitar.Meski
demikian penegakan hukum tetap harus dilakukan.
Dalam kasus kebakaran hutan, lahan dan kabut asap dengan instrumen
hukum yang sudah lengkap maka penegakan hukum atas kebakaran hutan dan
lahan yang berulang, kemungkinan besar dipengaruhi oleh faktor penegakan
hukum yang lain seperti kelembagaan, terutama pemerintah pusat dan daerah,
sarana dan fasilitas penanggulangan kebakaran hutan, faktor masyarakat yang
diharapkan tidak menjadi peneyebab kebakaran, serta faktor aparatur
penegakan hukum.
Sebagai milik umum, hutan haram dikonsesikan kepada swasta, baik
individu maupun perusahaan.Dengan ketentuan ini, akar masalah kasus
kebakaran hutan dan lahan bisa dihilangkan.Dengan dikelola penuh oleh
negara, tentu mudah menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi,
kepentingan rakyat dan kelestarian hutan.Negara juga harus mendidik dan
membangun kesadaran masyarakat untuk mewujudkan kelestarian hutan dan
manfaatnya untuk generasi demi generasi.
17
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kabut Asap menjadi masalah bagi banyak kota di dunia dan terus
mengancam lingkungan. Dampak yang ditimbulkan dari asap kabut ini sangat
luas mulai dari aspek kesehatan, ekonomi, sosial budaya, hubungan
internasional dan lain sebagainya. Karena besarnya dampak yang ditimbulkan
tersebut maka perlu langkah yang serius dalam penanganan masalah asap kabut
ini.
Pada hakikatnya kita sebagai manusia harus dapat menjaga alam dan
lingkungan. Jangan karena keserakahan kita mengorbankan alam demi
keuntungan pribadi tanpa memperhatikan dampak yang terjadi pada saat ini
ataupun di masa depan nanti.
18
DAFTAR PUSTAKA
Academia. (2014). Penyebab Terjadinya Kabut Asap. Dipetik 2015, dari
Academia: http://www.academia.edu
Berkasdpr. (2015, September 6). penkajian. Dipetik November 9, 2015, dari
Berkas DPR: http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info
%20Singkat-VII-17-I-P3DI-September-2015-6.pdf
BNPB. (Tanpa Tahun). Diambil kembali dari BNPB:
http://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/587.pdf
Cal. (2015, Nopember 8). 2 Pengusaha Asing Dibalik Kabut Asap. Diambil
kembali dari Liputan6: http://www.liputan6.com/read/2-pengusaha-asing-di-balik-
kabut-asap.com
Ford, H., & Barnham, K. (2003). Cuaca. PT Gelora Aksara Pratama.
Kompas. (2015). Thailand Prihatin Terhadap Kabut Asap. Diambil kembali dari
Kompas: http://www.kompas.com
Liputan6. (2015). Efek Kabut Asap Bagi Pribui dan Negara Tetangga. Diambil
kembali dari Liputan6: http://www.liputan6.com
Surya, Y. (2006). IPA Fisika Gasing. Jakarta: Erlangga.
Suyanto. (2013). publication. Dipetik 2015, dari cifor:
http://www.cifor.org/publications/pdf_files/Books/BSuyanto0301I4.pdf
Warlim Isya, C. S. (2015). Pendidikan Sosial Budaya. Bandung: CV.Maulana
Media Grafika.
Wikipedia. (2009). Kabut Asap. Dipetik November 10, 2015, dari Wikipedia
Indonesia: http://wikipedia.co.id/kabut-asap
19